No. 225 tahun IV
8 Halaman
Rabu, 1 Desember 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Saham Garuda
Diprediksi Berprospek Bagus JAKARTA - PT Garuda Indonesia salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berencana mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Februari 2011 dengan melepas 30 persen sahamnya ke publik diprediksi mempunyai prospek bagus. “Jika listing Garuda terealisasi diprediksi akan bagus, karena di Indonesia sendiri belum ada pesaingnya,” ujar analis dari Eko Capital, Cece Ridwan ketika dihubungi di Jakarta, kemarin. Seperti kita ketahui, Garuda Indonesia merupakan perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Garuda berpotensi menjadi anggota saham unggulan (LQ45) baru di Bursa efek Indonesia (BEI). Saham transportasi bidang penerbangan di Eropa dan Amerika memang kurang bergairah. Namun, seperti diketahui saham-saham BUMN akan menjadi penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan akan dicari investor. “Saham penerbangan di Eropa dan Amerika memang kurang gembira, tapi di Indonesia Garuda-kan perusahaan BUMN pasti akan diperebutkan oleh investor,” ujarnya. Secara terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito mengatakan, Garuda Indonesia (Persero) berencana mencatatkan sahamnya (listing) di BEI pada 11 Februari 2011 dengan melepas 30 persen sahamnya ke publik. “Jadwal sementara listing Garuda pada 11 Februari 2011, perseroan juga akan mengadakan roadshow yang dijadwalkan pada 17-28 Januari 2011,” ujarnya. Manajemen Garuda Indonesia beserta pihak penjamin pelaksana emisi telah mengadakan paparan kecil (mini expose) kepada BEI pekan lalu mengenai rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Dari paparan tersebut, diketahui Garuda akan melepas 30 persen sahamnya ke publik. Sebanyak 10 persen merupakan kepemilikan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik Kementerian BUMN Sumaryanto Widyatin mengatakan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui pelepasan saham perusahaan Garuda sebanyak 40 persen. Pelepasan saham itu, rencananya akan dibagi dua sesi. “Namun nanti akan kita bagi dua, yang pertama 30 persen dulu, itu termasuk punya (Bank) Mandiri. Nanti sisanya (10 persen) akan kita eksekusi kalau sudah butuh dana lagi,” paparnya. Selaku penjamin emisi (underwriter), Direktur Utama Bahana Securities, Eko Yuliantoro mengatakan, pencatatan saham perdana Garuda Indonesia tetap akan dilakukan paling lambat dalam kuartal pertama 2011. “Selain pasar tengah bagus, kami lihat tidak ada permasalahan yang terlalu menggangu signifikan,” ujarnya. Perseroan mengharapkan target dana yang bisa diperoleh dari penjualan 40 persen saham ke publik itu berkisar antara Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun. Untuk aksi korporasi itu, Garuda akan menggunakan laporan keuangan triwulan ketiga 2010. Pihak Garuda menunjuk PT Danareksa Securities, PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana Securities selaku pelaksana penjamin emisi. (ant)
Operasi Stabilisasi Rupiah
Neraca BI Defisit BANDUNG - Neraca keuangan Bank Indonesia tahun ini diperkirakan akan defisit sebesar Rp 30 triliun atau melebihi target tahun ini sebesar Rp 22,3 triliun. Membengkaknya defisit tersebut disebabkan besarnya anggaran kebijakan untuk operasi moneter yang dikeluarkan BI untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah akibat derasnya arus dana asing yang masuk pada tahun ini. “Sampai Oktober defisit anggaran BI sudah Rp 26 triliun, perkiraannya sampai akhir tahun defisit sekitar Rp 30 triliun,” kata Direktur Keuangan Internal BI Harti Haryani di Bandung, kemarin. Menurutnya, pengeluaran anggaran kebijakan BI guna melakukan operasi moneter hingga Oktober telah mencapai Rp 24,8 triliun, namun yang sangat mempengaruhi besarnya defisit adalah penerimaan anggaran kebijakan yang minus Rp 10,8 triliun sampai September dibanding target yang sebesar Rp 2,12 triliun. Defisit neraca BI tersebut
berdampak pada permodalan BI yang turun dari Rp 93,5 triliun pada 2009 menjadi Rp73,4 triliun pada Oktober lalu. “Dengan defisit yang diperkirakan Rp 30 triliun, maka modal BI sampai akhir tahun masih sekitar Rp 39 triliun,” katanya. Dalam UU BI, ada pasal yang menyebutkan jika modal BI turun menjadi Rp 2 triliun maka Pemerintah wajib memberikan tambahan modal kepada BI. “Tetapi saya kira masih jauh dari kemungkinan untuk direkap Pemerintah. Saya yakin tahun depan masih di atas Rp 2 triliun,” katanya. Menurut Harti, defisit neraca juga banyak dialami bank sentral negara lain yang mengalami permasalahan sama yaitu derasnya capital inflows dana asing. Namun,tingginya biaya moneter bukan hal yang signifikan bagi BI mengingat manfaatnya yang besar secara nasional. (ant)
KURS RUPIAH 8.500
8.957 9.010
9.000
9.032
9.500 26/11
29/11
30/11
Bisnis Jakarta/ant
IPO GARUDA – Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Emirsyah Satar (kiri) didampingi Deputi Menteri BUMN Sumaryanto Widayatin saat mengikuti rapat bersama Komisi VI DPR RI yang membahas tentang IPO Garuda di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.
Pemerintah Diminta
Tak Seenaknya Tekan Rupiah JAKARTA - Pengamat perbankan, Kostaman Thayib, memperkirakan rupiah pada Rabu akan kembali melemah karena sentimen pasar dari eksternal masih melesu dan menguatnya dolar terhadap mata uang utama Asia. Apabila kelesuan pasar eksternal berlanjut, maka rupiah akan kembali merosot akibat tidak faktor pendukung utama yang mendorongnya, katanya di Jakarta, kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar kemarin turun 22 poin menjadi Rp 9.032 per dolar. Kostaman mengatakan, rupiah masih dilanda aksi lepas karena sentimen negatif tetap
menyelimutinya. “Meski demikian, kami optimis aksi lepas rupiah berlanjut sehingga posisinya makin terpuruk,” ucapnya. Rupiah sepanjang pekan ini kemungkinan tetap tertekan karena kekhawatiran pelaku pasar terutama asing terus meningkat. Selain khawatir atas kawasan Eropa, pelaku juga masih menunggu laporan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai laju inflasi November 2010. Rupiah diperkirakan sulit bangkit dari keterpurukan karena faktor positif masih belum muncul di pasar. Rupiah, memang sudah diarahkan berada di kisaran Rp
9.000-Rp 9.100 per dolar karena pemerintah juga tidak mau mengorbankan pendapatannya dari pasar ekspor. Karena itu, pemerintah meminta BI untuk tetap mengawasi gejolak rupiah terhadap dolar dan mendorong terus agar berada di atas level Rp 9.000 per dolar. “Kami memperkirakan kemerosotan rupiah hingga jauh di atas Rp 9.000 per dolar hanya karena faktor negatif dari internal,” ucapnya. Pemerintah, juga diminta tak seenaknya menekan rupiah agar berada di level Rp 9.000 per dolar karena pada saat ini pasar sangat positif terhadap mata uang Indonesia. (ant)
Harga Minyak Turun
Di Perdagangan Asia JAKARTA - Harga minyak mentah turun di perdagangan Asia pada Selasa karena para pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan hari sebelumnya, kata analis seperti dirilis Antara di Jakarta kemarin. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari, merosot 57 sen menjadi 85.16 dolar per barel di sore hari. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari turun 49 sen menjadi 86,85 dolar.
Investor menguangkan keuntungan dari pasar minyak setelah harga rally pada Senin, kata Jason Feer, wakil presiden Asia-Pasifik dari analis pasar energi Argus Media di Singapura. “Orang-orang memutuskan untuk mengambil beberapa keuntungan hari ini ... Ini cukup umum untuk harga yang telah naik dan orangorang mengambil keuntungan jangka pendek,” katanya. Pasar minyak mentah telah melonjak pada Senin, setelah
Irlandia yang dilanda utang menyetujui persyaratan dari paket bailout (dana talangan) besar-besaran 113 miliar dolar AS (85 miliar euro), sedikit mengurangi ketakutan penularan utang zona euro. Sebuah kebocoran besar dari kawat diplomatik rahasia AS oleh Wikileaks juga mendorong harga oleh sorotan ketegangan geopolitik di penghasil minyak Timur Tengah, seorang analis mengatakan langkah itu bisa mendongkrak harga minyak. (grd)
Pertumbuhan Ekonomi 2011
Tinggi dengan Risiko Tinggi JAKARTA - Pengamat Ekonomi Nasional Anggito Abimanyu memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011 akan mencapai 6,3 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya namun diperlukan manajemen resiko yang juga diprediksi akan lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang diprediksi akan lebih tinggi dari tahun 2010 di angka 5,9 persen akan diikuti dengan resiko yang tinggi,”ujar Mantan Wakil Menteri Keuangan tersebut, dalam Seminar “Economic and Industry Outlook 2011” di Jakarta, kemarin. Menurutnya Indonesia berada di tengah kondisi alam yang rawan bencana saat ini berada di 22 gunung api yang tengah aktif, maka diperlukan adanya manajemen resiko yang lebih baik. Misalnya saja dalam hal asuransi keselamatan bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah sekitar gunung api tersebut. “Kita perlu menam-
bahkan dimensi bencana alam dalam resiko perekonomian Indonesia mengingat 22 gunung api berada dalam kondisi aktif,” kata dia. Sementara itu, risiko lain terdapat pula dalam hal tingginya angka inflasi yang didominasi kenaikan harga beras dan bahan pokok lain. Di 2010, harga beras naik sebesar 15,2 persen disertai minyak goreng melonjak sampai dengan 14 persen. Harga bahan pokok yang naik, kata dia, merupakan akibat dari kurangnya stok beras dibanding tahun lalu. “Stok beras tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu, pemerintah juga tidak dapat melakukan impor dari Vietnam karena di sana juga mengalami kelangkaan,” ungkapnya. Krisis bahan pangan bukanlah hal yang mudah tapi dapat dijadikan suatu tantangan dan peluang. Ia memprediksi angka inflasi tahun depan tidak akan kurang dari 5 persen. (ant)
Cukai Rokok Impor
Naik Rp 20 Per Batang JAKARTA - Pemerintah akan memberlakukan kenaikan tarif cukai rokok mulai 1 Januari 2011 di mana kenaikan itu juga berlaku untuk rokok impor dengan kenaikan sebesar Rp 15 dan Rp 20 per batang. Kepala Biro Humas Kemenkeu, Yudi Pramadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, menyebutkan, kenaikan tarif juga rokok impor diatur dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 190/PMK.011/2010. Tarif Cukai dan Harga Jual Eceran Minimum Hasil Tembakau yang Diimpor jenis sigaret kretek mesin (SKM) dengan batasan harga jual eceran (HJE) terendah per batang atau gram Rp 661, mengalami kenaikan dari Rp 310 menjadi Rp 325 per batang/gram. “Sedangkan jenis hasil tembakau sigaret kretek tangan (SKT) atau sigaret putih tangan (SPT) dengan batasan HJE terendah per batang atau gram Rp 591, tarif cukainya naik dari Rp 215 menjadi Rp 235 per batang/gram. Yudi menyebutkan, dalam rangka menjalankan fungsi pengendalian dan penerimaan di bidang cukai hasil tembakau, diperlukan kebijakan tarif cukai hasil tembakau yang berkesinambungan dengan melakukan penyesuaian terhadap ketentuan yang berlaku. Karena itu Menteri Keuangan pada 3 November 2010 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 190/ PMK.011/201 0 tentang Perubahan Kedua atas PMK Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Beberapa ketentuan yang mengalami perubahan dalam PMK Nomor 181/PMK.011/ 2009 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 99/ PMK.011/2010 antara lain adalah Lampiran II (Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai per Batang atau Gram Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri) diubah sehingga menjadi
Lampiran I dalam PMK itu. Dalam lampiran dimaksud antara lain disebutkan bahwa Tarif Cukai per Batang atau Gram untuk SKM Golongan I dengan batasan HJE per batang atau gram lebih dari Rp 660, naik dari Rp 310 per batang/gram menjadi Rp 325 per batang/gram. Sedangkan SKM Golongan I dengan batasan HJE per batang atau gram lebih dari Rp630 sampai dengan Rp 660, juga mengalami kenaikan dari Rp 300 per batang/gram menjadi Rp 315 per batang/gram. Tarif cukai SKM Golongan II dengan batasan HJE per batang atau gram paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 380, naik dari Rp 155 per batang atau gram menjadi Rp 170 per batang/gram. Selain itu, rokok Sigaret Kretek Tangan atau Sigaret Putih Tangan (SKT atau SPT) Golongan I dengan batasan HJE per batang atau gram lebih dari Rp 590, mengalami kenaikan dari tarif cukai Rp 215 per batang/gram menjadi Rp 235 per batang/gram. Sigaret Kretek Tangan Filter atau Sigaret Putih Tangan Filter (SKTF atau SPTF) Golongan II dengan batasan HJE per batang atau gram paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 380, tarif cukai per batang/gramnya juga naik dari Rp 155 menjadi Rp 170 per batang/gram. PMK itu juga menyebutkan bahwa untuk dapat digolongkan dalam penetapan tarif cukai per batang atau gram seperti di atas, setiap jenis hasil tembakau ditentukan berdasarkan jenis, jumlah produksi, dan HJE. HJE meliputi HJE yang tercantum dalam penetapan tarif cukai yang masih berlaku berdasarkan PMK Nomor 99/ PMK.011/2010, HJE yang diberitahukan oleh pengusaha pabrik hasil tembakau untuk hasil tembakau merek baru, dan harga jual eceran yang mengalami kenaikan. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.