No. 41 tahun IV
8 Halaman
Selasa, 2 Maret 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/ant
PERTANGGUNGJAWABAN - Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) berbincang dengan Dirjen Perbendaharaan Keuangan Negara, Herry Purnomo (kanan) saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.
Stabilitas Harga Terjaga
Rupiah Dekati Rp 9.250 JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin, menguat tajam mendekati angka Rp 9.250 per dolar, karena pelaku aktif membeli rupiah yang didukung oleh membaiknya pasar regional. Kurs rupiah terhadap dolar mencapai Rp 9.265-Rp 9.275 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.320-Rp 9.340 per dolar atau naik 55 poin. Kenaikan rupiah hingga mendekati level Rp 9.250 per dolar, terutama disebabkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan laju inflasi Februari 2010 hanya 0,30 persen turun dibawah bulan lalu mencapai 0,84 persen, kata Dirut Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta. Edwin Sinaga mengatakan, membaiknya laju inflasi itu memicu pelaku pasar optimis bahwa pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin membaik. Kondisi ini mendorong pelaku pasar membeli rupiah sehingga mendorong mata uang Indonesia naik tajam hingga mendekati Rp 9.250 per dolar. Apabila kondisi ini berlanjut, menurut dia, rupiah diperkirakan akan dapat menembus angka Rp 9.250 per dolar dan ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi pada awal bulan ini. Pada awal Januari lalu rupiah sempat mencapai angka Rp 9.165 per dolar AS. Menurut dia, BI Rate akan tetap untuk menjaga stabilitas rupiah yang semakin bagus. (ant)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.305
9.265 9.320
10.000 24/2
25/2
1/3
JAKARTA - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan inflasi Februari yang mencapai 0,30 persen disebabkan oleh adanya stabilitas harga pangan. “Inflasi kita turun dibandingkan Januari kemarin, paling tidak ada faktor utama yang mendorong, dengan adanya stabilitas harga pangan,” ujarnya saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, kemarin. Hatta juga mengatakan stabilitas harga pangan tersebut juga diakibatkan karena adanya impor gula yang bisa menekan harga, kemudian kondisi di berbagai daerah yang sudah mulai masa panen membuat ketersediaan pasokan cukup sehingga harga pokok turun. “Dan jangan lupa kita memiliki distribusi yang cukup
baik karena tidak terjadi kekurangan stok di beberapa daerah,” ujarnya. Faktor lain yang menyebabkan inflasi lebih rendah dari bulan Januari, Ia mengatakan, juga disebabkan oleh stabilitas nilai tukar yang saat ini cenderung menguat dan stabil. Untuk itu, Hatta cukup optimis dengan asumsi target inflasi pada 2010 yang berkisar 5,7 persen yang ditetapkan pemerintah. “Kita tetap berusaha mencapai plus minus 5 karena adanya perbaikan ekonomi dunia akan meningkatkan permintaan dan harga akan sedikit naik,” ujarnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Februari sebesar 0,30 persen,dimana tahun kalender (Januari-Februari) 1,14 persen dan secara tahunan (yoy) 3,81 persen.
“Inflasi memang jauh lebih rendah dari Januari, terutama disokong oleh beras sebesar 0,13 persen, ada catatan panen belum mencapai panen yang berarti, sehingga mempengaruhi psikologis pasar kita, mungkin di Maret,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan. BPS mencatat, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,15 persen,sehingga laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-Februari) sebesar 0,74 persen dan secara (YoY)3,88 persen. Menurut BPS, inflasi kelompok bahan makanan mencapai 0,86 persen diikuti oleh kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,40 persen, kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar 0,20 persen, kelompok kesehatan
Kondisi Politik Bisa Merusak JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa mengatakan kondisi politik nasional saat ini jika dibiarkan dapat merusak perekonomian Indonesia. “Elit politik sebaiknya peka dengan penderitaan rakyat. Bila terus bertengkar, maka negara ini tidak akan pernah bisa membangun perekonomiannya. Kita harus menghindari perpecahan dan mementingkan kepentingan bersama daripada kelompok atau pribadi,” kata Erwin Aksa, dalam konferensi pers menjelang Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) HIPMI di Jakarta, kemarin. Untuk itu, HIPMI mengimbau segenap elit politik agar mengesampingkan agenda dan ego pribadi dan mengutamakan kebersamaan dan persatuan bangsa. HIPMI mengingatkan, elit politik di legislatif maupun di eksekutif agar tidak berlama-lama masuk dalam pertikaian politik sebab waktu untuk mengabdi kepada rakyat dalam satu periode sangat
singkat. “Tahun pertama setelah pemilu hampir habis, apa yang sudah dilakukan untuk membangun perekonomian,” kata Erwin.
Erwin Aksa
Untuk itu HIPMI mengimbau agar parlemen dan pemerintah segera bersatu mensukseskan program-program menghadapi sisa waktu ke depan. Erwin khawatir perpecahan antar kelompok akan semakin menghilangkan kepercayaan masyarakat dan investor atas
perekonomian nasional yang sudah mulai membaik. “Di DPR masih banyak RUU yang harus diselesailam, eksekutif juga butuh ketenangan untuk mengeksekusi program. Jadi harus padu. Jangan cakar-cakaran begini,” tambah Erwin. Sementara Sekjen HIPMI Ridwan Mustofa, dalam kesempatan yang sama, mengatakan HIPMI meminta agar pemerintah ikut berperan dalam menciptakan suku bunga kredit yang terjangkau bagi pengusaha. Ia melihat, sebenarnya perbankan belum jujur sepenuhnya kepada masyarakat terkait penerapan suku bunga. “Sebagai contoh selama 2009 laba perbankan naik tajam, tapi penyaluran kredit menurun bahkan sangat rendah dibanding 2008. Ini berarti perbankan untung besar dari ekspansi kredit yang sangat rendah,” tambah Ridwan. Ia juga mengatakan untuk menciptakan daya saing yang kuat menghadapi China, industri keuangan harus berperan lebih luas. (ant)
0,18 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,07 persen serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan naik sebesar 0,11 persen. Sedangkan yang tercatat mengalami deflasi menurut dia, harga emas yang turun sebesar 0,05 persen dan sandang turun sebesar 0,47 persen. “Harga emas dan sandang tersebut setidaknya menekan inflasi ke bawah,” katanya. Ia mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi saat ini memberikan dampak positif karena meredam inflasi dari barang impor (imported inflation). Untuk itu, menurut dia, bila sepanjang 2010 penguatan rupiah tetap berlanjut hal ini menahan gejolak inflasi. Ia mengatakan, pada 2010 inflasi akan lebih kuat dibanding 2009 karena perbaikan
perekonomian dunia yang mendorong penguatan permintaan barang yang membuat harga barang meningkat. “Kalau harga barang yang dibutuhkan Indonesia meningkat ya membuat imported inflation,” katanya. Ia menambahkan, penguatan inflasi juga dipicu oleh permintaan dalam negeri yang meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi. Menurut dia, perkiraan ekonomi yang tumbuh sebesar 5,5 persen pada 2010 ini, lebih tinggi dari 2009 yang hanya 4,5 persen menunjukkan akan adanya peningkatan permintaan terhadap barang. Namun demikian, menurut dia, dampak paling besar bagi pola inflasi di Indonesia adalah kenaikan harga BBM dan juga tarif dasar listrik (TDL). (ant)
Penerimaan Cukai Rp 11,29 Triliun JAKARTA - Realisasi penerimaan cukai hingga 23 Februari 2010 mencapai Rp 11,29 triliun atau 19,71 persen dari target APBN 2010. Data Modul Pelaporan Online Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta, kemarin, menyebutkan, target penerimaan cukai selama 2010 yang ditetapkan dalam APBN 2010 sebesar Rp 57,29 triliun. Sementara itu realisasi penerimaan bea masuk (BM) mencapai Rp 2,36 triliun atau 14,25 persen dari target APBN 2010 sebesar Rp 16,57 triliun. Sedangkan realisasi penerimaan bea keluar (BK) mencapai Rp 312,04 miliar atau 4,09 persen dari target di APBN 2010 sebesar Rp 7,63 triliun. Dibandingkan dengan realisasi penerimaan cukai selama Januari 2010, terdapat kenaikan penerimaan karena realisasi penerimaan cukai hingga Januari tercatat mencapai Rp 5,23 triliun atau sekitar 9,13 persen
dari target penerimaan cukai APBN 2010. “Penerimaan cukai sudah tinggi, walau penerimaan bea dan cukai keseluruhan rendah karena masih awal tahun,” kata Dirjen Bea dan Cukai, Thomas Sugijata. Sementara itu realisasi penerimaan BM hingga Januari 2010 mencapai Rp1,15 triliun atau sekitar 6,97 persen dibanding target penerimaan BM dalam APBN 2010. Sedangkan realisasi penerimaan BK mencapai Rp 146,8 milyar atau sekitar 1,92 persen dari target di APBN 2010. Menurut Thomas, realisasi penerimaan cukai selama Januari 2010 lebih tinggi dibandingkan pada Januari 2009 yang mencapai Rp 4,07 triliun. Namun, realisasi penerimaan BM lebih rendah dibandingkan Januari 2009 yang mencapai Rp 1,31 triliun, begitu juga realisasi penerimaan BK yang mencapai Rp 2 triliun. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.