No. 42 tahun IV
8 Halaman
Rabu, 3 Maret 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/ant
IHSG MENGUAT - Sejumlah pialang mengamati pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 21 poin pada level 2.576. Naiknya IHSG dikarenakan aksi beli investor asing yang mencapai Rp 391 miliar dan penguatan saham PT Bumi Resources.
Cadangan Risiko Menciut
Rupiah Kian Terpuruk JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa makin merosot, karena pelaku paar terus melepas rupiah, sebab mereka khawatir dengan ketidakjelasan hasil Sidang Paripurna DPR mengenai masalah Bank Century. Nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah menjadi Rp 9.280-Rp 9.290 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.250-Rp 9.260 atau turun 30 poin. Pengamat pasar uang, Farial Anwar di Jakarta, Selasa mengatakan, posisi rupiah masih cukup baik dibawah angka Rp 9.300 per dolar, meski sidang paripurna DPR mengenai kasus Bank Century menimbulkan kerusuhan sehingga memberikan dampak negatif terhadap pasar uang. “Pelaku pasar cenderung membiarkan faktor positif dari pasar regional yang membaik, akibat menguatnya saham-saham di Wall Street,” katanya. Farial Anwar mengatakan, rupiah sepanjang pekan ini diperkirakan akan berada dalam kisaran Rp 9.250 sampai Rp 9.350 per dolar. Rupiah saat ini cenderung negatif, karena pelaku pasar khawatir dengan terjadi kericuhan yang terjadi sehingga menekan rupiah yang merosot lebih besar dibanding sesi sebelumnya. Apabila hasil sidang itu benar-benarnya di luar perkiraan, maka kemungkinan besar rupiah akan terus terpuruk. (ant)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.320
9.250
9.280 10.000 25/2
1/3
2/3
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan cadangan risiko fiskal dalam APBN-P 2010 mencapai Rp 3 triliun. “Cadangan risiko fiskal menurun dan itu rendah karena dulu pada 2009 ada deviasi antara asumsi dan realitas cukup rendah. Cadangan resiko fiskal kita sebelumnya Rp 8 triliun, sekarang kalau tidak salah Rp 3 triliun,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, kemarin. Ia mengatakan cadangan alokasi fiskal tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi apabila dibutuhkan karena kemungkinan perubahan yang selalu terjadi. “Cadangan itu dibutuhkan terus karena kondisi perekonomian selalu berubah,” ujarnya. Menurut dia, APBN-P masih dalam pembahasan DPR dan penghitungan akhir masih me-
nunggu setelah masa reses berakhir pada April 2010. “Kita berharap untuk segera dibahas, tapi ini menjelang reses jadi masih mungkin menunggu pembahasan, dihitungnya sesudah reses,” ujarnya. Menkeu juga mengatakan dalam APBN-P, adanya tambahan subsidi sebesar Rp 20 triliun untuk BBM dengan telah mempertimbangkan asumsi makro harga rata-rata minyak dunia saat ini yang berkisar 77 dolar AS. “Perhitungan subsidi itu juga dengan menghitung komposisi makro saat ini,” ujarnya. Dengan asumsi tersebut, Menkeu memperkirakan akan ada peningkatan penerimaaan negara sekitar Rp 24 triliun. Perubahan anggaran belanja tersebut juga telah mempertimbangkan adanya penambahan subsidi sebesar Rp 44 triliun. Pada 2009, cadangan resiko fiskal mencapai Rp 4,1 triliun dan jumlah ini berkurang seki-
tar Rp 11,7 triliun dari asumsi awal sebesar Rp 15,8 triliun. Dalam APBN 2010 anggaran belanja negara mencapai Rp 1.047 triliun dengan defisit 1,6 persen atau Rp 98 triliun, sedangkan dalam APBN-P anggaran belanja negara menjadi sebesar Rp 1.107 triliun dengan asumsi defisit sebesar 2,1 persen atau Rp 132,2 triliun. Sebelumnya, disebutkan, pemerintah akan menyiapkan sejumlah insentif fiskal yang akan mendorong pergerakan ekonomi sektor riil selama 2010. Sri Mulyani beberapa waktu lalu mengatakan, insentif tersebut meliputi insentif perpajakan, bidang energi, bidang infrastruktur, sektor industri dan perdagangan serta sektor lainnya (terkait daerah). “Insentif perpajakan antara lain berupaya adanya PPh sebesar 3 persen dari 28 persen menjadi 25 persen pada 2010,” kata Menkeu. (ant)
Tahapan Himpun Dana Masyarakat Rp 107 Triliun JAKARTA - PT Bank Central Asia (BCA) lewat produk Tahapan berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 107 triliun atau naik 10 persen dibandingkan kualtal ketiga tahun 2008 yang hanya mencapai Rp 97 triliun. Kenaikan tersebut signifikan dengan meningkatnya jumlah nasabah Tahapan BCA yang hingga September 2009 mencapai 7,9 juta nasabah atau naik 8,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama. Direktur BCA Suwignyo Budiman dalam acara peluncuran Gebyar Tahapan BCA periode Maret - Juni 2010 di Jakarta, Selasa (2/3) kemarin mengatakan, pihaknya berhasil meningkatkan dana pihak ketiga sebesar 21 persen per September 2009 seiring dengan makin meningkatnya jumlah nasabah. Tahapan BCA, kata Su-
wignyo, merupakan program undian berkala yang digelar dalam rangka menarik nasabah penabung BCA sehingga pada akhirnya meningkatkan dana pihak ketiga. ‘’Kami berharap program Gebyar Tahapan BCA dapat memacu masyarakat menyimpan dana di bank, serta menjadikan budaya menabung sebagai gaya hidup masyarakat,” jelasnya. Ia mengatakan, Gebyar Tahapan BCA saat ini merupakan yang pertama tahun 2010 dengan hadiah yang ditawarkan lebih banyak serta peluang menang lebih besar. Menurutnya, bagi nasabah yang ingin berpartisipasi dalam program ini cukup membuka rekening di seluruh cabang nantinya mendapat kupon undian setiap kelipatan Rp 1 juta. Menanggapi peristiwa pembobolan dana nasabah, Su-
wignyo mengatakan, berbagai upaya terus dilakukan agar nasabah tidak dirugikan. Ia mencontohkan, BCA saat ini sudah melakukan proteksi terhadap kartu ATM yaitu pemasangan scanning serta pemasangan peralatan tertentu di ATM yang dimungkin tidak lagi terjadi pembobolan dana nasabah. Selain dalam waktu dekat akan dilakukan pemasangan chip pada kartu ATM setelah melalui kesepatan dengan bank-bank lain dan Bank Indonesia, Suwignyo menganjurkan, agar para nasabah melakukan transaksi lewat internet atau Internet Banking, karena lebih praktis dan lebih murah. ‘’Ide pemasangan chip ini sudah lama, tetapi kita tidak bisa sendiri, karena bank-bank lain juga harus ikut serta,” katanya. (son)
BKPM Promosikan
Remarkable Indonesia JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, mengatakan akan mulai mempromosikan investasi dengan menggunakan slogan milik Kadin Indonesia yaitu “iRemarkable Indonesia”. “Kalau negara lain punya slogan ‘Uniquelly Singapore’ dan ‘Incredible India’, kita gunakan Remarkable Indonesia. Slogan ini sangat mewakili Indonesia,” katanya usai menerima penyerahan slogan tersebut dari Kadin Indonesia di Jakarta, Selasa. Menurut dia, selain menggunakan slogan baru untuk investasi, BKPM juga memperbaiki situsnya sebagai upaya perbaikan citra. “Website kami akan menggunakan warna baru yang
merupakan warna 2010,” ujarnya. Pejabat sementara Ketua Umum Kadin Indonesia, Adi Putra Taher, mengatakan slogan “Remarkable Indonesia” tersebut telah dipatenkan oleh Kadin dan saat ini diserahkan pada BKPM untuk digunakan sebagai slogan promosi investasi. “Kami mengimbau BKPM untuk mengajak kementerian lain menggunakan istilah ini,” ujarnya. Selain peluncuran rema baru “Invest in Remarkable Indonesia” dan melakukan perbaikan situs resminya, BKPM juga bekerja sama dengan maskapai nasional Garuda Indonesia untuk penempatan brosur promosi investasi di pesawat dan gerai Garuda di dalam dan luar negeri. (ant)
BI Rate Akan Bertahan JAKARTA - Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang mencapai 6,5 persen untuk menjaga likuiditas rupiah yang mencapai Rp 9.270 per dolar. “Untuk jangka waktu dua bulan ini BI kemungkinan masih mempertahankan BI Rate agar likuiditas rupiah tetap terjaga karena posisinya dinilai sangat baik,” kata pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, kemarin. BI biasanya akan menurunkan bunga acuan itu, karena laju inflasi Februari 2010 membaik mencapai 0,30 persen, akibat meningkatnya harga bahan pokok terutama bahan pangan seperti beras. “Kami optimis BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan yang mencapai angka 6,5 persen,” ujarnya. Edwin, yang juga Dirut PT Finan Corpindo Nusa itu mengatakan, indikator ekonomi makro Indonesia yang makin
membaik memberikan keyakinan kepada investor asing untuk tetap berinvestasi di dalam negeri. “Karena itu rupiah ke depan akan makin baik yang diperkirakan terus menguat hingga mendekati angka Rp 9.200 per dolar,” katanya. Menurut dia, apabila BI Rate masih sekitar 6,5 persen, namun Perbankan diharapkan mau menurunkan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional makin tumbuh. “Karena tanpa peran serta dari perbankan, pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat,” ucapnya. Ditanya tentang suku bunga ideal, ia mengatakan, tingkat suku bunga kredit bank yang ideal, bila perbankan mau menurunkan suku bunganya antara dua hingga tiga persen, sehingga suku bunga itu berada di level 10 persen. Dengan tingkat suku bunga seperti itu, lanjut dia, pertumbuhan akan semakin cepat. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.