No. 24 tahun IV
8 Halaman
Kamis, 4 Februari 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Pesanan Sukuk Ritel Rp 5,57 Triliun JAKARTA - Pemesanan pembelian sukuk ritel seri SR-002 hingga Selasa malam mencapai Rp 5,57 triliun atau lebih tinggi dibanding target yang ditetapkan sebesar Rp 3,0 triliun. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rahmat Waluyanto di Jakarta, kemarin, menyebutkan, besarnya minat masyarakat terhadap sukuk ritel mendorong sejumlah agen penjual meminta tambahan jatah penjualan (upsize) sukuk ritel. “Masa penawaran sukuk ritel ini akan ditutup 2 hari lagi yaitu pada tanggal 5 Februari 2010, dan kemarin (Selasa) pemerintah resmi menutup permintaan upsize. Yang minta upsize sekitar 11 agen penjual,” kata Rahmat Waluyanto. Ia memperkirakan, volume pemesanan sukuk ritel SR002 akan lebih besar lagi dari Rp 5,57 triliun karena masih ada kesempatan untuk memesan hingga 5 Februari 2010. Tingginya minat masyarakat terhadap sukuk rital SR-002 antara lain karena pajak atas kupon dan imbal hasil yang ditawarkan lebih menarik dibanding instrumen lainnya. Pajak atas kupon dari SR-002 ditetapkan sebesar 15 persen, lebih kecil dibandingkan pajak atas deposito yang mencapai 20 persen. Sementara imbal hasil sukuk ritel SR-002 sebesar 8,7 persen, juga lebih tinggi dibandingkan bunga deposito yang rata-rata hanya 6,0 persen. Instrumen investasi itu juga dijamin pemerintah, sehingga tidak memiliki risiko seperti yang terjadi pada deposito karena masih memiliki risiko perbankan. Pemerintah menawarkan penjualan sukuk ritel SR002 sejak 25 Januari 2010 hingga 5ir 5 Februari 2010. Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada 11 Februari 2010. Sukuk ritel SR-002 dipasarkan oleh 18 agen penjual dari perbankan maupun perusahaan sekuritas. Mereka adalah Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Syariah Mandiri, Citibank, Bank CIMB Niaga, Bank HSBC, Bank BII, Bank Permata, Bank OCBC NISP, Standard Chartered Bank. Selain itu Trimegah Securities, Danareksa Sekuritas, Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Bahana Securities, Ciptadana Securities, Sucorinvest Central Gani, Mega Capital Indonesia, dan Reliance Securities. (ant)
KURS RUPIAH 9.000
9.355
9.500
9.299
9.381 10.000 1/2
2/2
3/2
Bisnis Jakarta/ant
TOLAK RITEL ASING - Sejumlah pengunjukrasa menggelar poster ketika menentang keberadaan swalayan Carrefour di Jl MT. Haryono, Jakarta, kemarin. Mereka menolak keberadaaan ritel asing itu karena keberadaannya yang bersaing langsung dengan pasar tradisional dan pedagang kecil.
Ekonomi Ditopang Ekspor 2009, Pertumbuhan Lewati 4,3 Persen JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan pihaknya meyakini pertumbuhan ekonomi 2009 mampu tembus 4,3 persen. “Walaupaun nanti baru diumumkan 10 Februari (2010), angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3 sepertinya pasti lewat,” katanya di Jakarata, kemarin. BPS akan mengumumkan secara pasti angka pertumbuhan ekonomi kuartal IV dan tahunan setiap 10 Februari. Untuk itu, angka pertumbuhan ekonomi 2009 baru akan diumumkan pada 10 Februari 2010 nanti. Menurut Rusman, pertumbuhan ekonomi 2009 terutama didukung pada triwulan IV. Hal ini karena pada triwulan IV telah
terjadi pembalikan ekspor yang cukup siginifikan dan BPS mencatat positif ekspor setelah tiga triwulan sebelumnya negatif. Pada kuartal IV 2009, BPS mencatat ekspor tahun ke tahun (YoY) tumbuh 23 persen, meskipun secara keseluruhan 2009 ekpor masih tergerus minus 15 persen. “Khusus triwulan IV ekspornya naik 23 persen, terjadi pembalikan, tiga triwulan sebelumnya negatif, triwulan empat positif, artinya apa, artinya untuk pertama kalinya sepanjang 2009 ini ekspor driven atau pertumbuhan yang didorong oleh ekspor sebelumnya (tiga triwulan) ekspor merupakan faktor penghambat,” katanya. Ia mengatakan, untuk per-
Rupiah Tembus Rp 9.300 JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin, menguat menembus angka Rp 9.300 per dolar, karena pelaku terus membeli rupiah, akibat besarnya dana asing yang masuk ke pasar saham dan sekuritas. Nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat menjadi Rp 9.299-Rp 9.319 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.355-Rp 9.365 atau naik 56 poin. Pengamat ekonomi dari Indef, Aviliani mengatakan, besarnya dana asing yang masuk ke pasar belum dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sehingga sektor riil masih belum berperan dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Indo-
nesia, katanya, cukup positif namun belum bisa memberikan lapangan kerja baru dan mengurangi kemiskinan. Menurut dia, dana asing yang masuk ke pasar saham memicu indeks BEI kembali di atas angka 2.600 poin yang sebelumnya sempat mendekati angka 2.700 poin. Karena pasar saham Indonesia merupakan pasar yang lebih menarik dari pasar Asia lainnya. Aktifnya pelaku asing bermain di pasar domestik, menurut Aviliani yang juga komisaris Bank BRI, karena resikonya relatif kecil dan kapitalisasi saham cukup besar yang didukung pula oleh selisih bunga rupiah terhadap dolar. “Kami optimis rupiah akan terus menguat hingga mendekati angka Rp 9.200 per dolar, ucapnya. (ant)
tumbuhan ekonomi di triwulan IV akan tembus 4,5 persen. Sebab menurut dia, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi 4,5 persen pada triwulan IV 2009 agar pertumbuhan tahunan 2009 mencapai 4,3 persen. “Sekarangkan kita sudah punya 4,1 persen selama tiga triwulan, kalau sampai ke 4,3 kita perlu 4,5 persen di triwulan IV, rasanya sampai kayaknya. 4,5 persen sudah pasti lewat,” katanya. Untuk tahun ini, pemerintah akan memilih proyeksi pertumbuhan ekonomi yang konservatif untuk RAPBNP 2010, yakni sebesar 5,5 persen. “Sejauh ini, kita memproyeksikan pertumbuhan 5,5 persen, walaupun banyak yang memperkirakan kita
bisa tumbuh lebih dari itu,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, beberapa waktu lalu. Ia menyebutkan, RAPBNP 2010 saat ini sedang disiapkan dan akan segera dibahas dengan DPR. Sementara untuk asumsi inflasi pada APBNP 2010, inflasi akan dijaga tetap pada kisaran 5 persen. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah dalam waktu dekat akan mengajukan perubahan APBN 2010 ke DPR untuk menyesuaikan sejumlah asumsi makro ekonomi yang mengalami perubahan signifikan dengan tujuan menjaga efektifitas seluruh prioritas kerja kabinet.
Dijelaskannya, percepatan perubahan ini dilakukan untuk mempercepat kerja kabinet yang selama ini selalu terkendala dengan perubahan APBN yang dilakukan setelah semester pertama tahun berjalan. Beberapa asumsi makro ekonomi APBN 2010 yang akan diubah antara lain harga minyak yang sebelumnya ditetapkan 65 dolar AS per barel diubah menjadi 80 dolar AS per barel, dan nilai tukar rupiah diubah dari Rp 10.000 per dolar AS menjadi Rp 9.500 per dolar AS. Sementara inflasi yang semula ditetapkan 5 persen, diubah menjadi 5,5 persen dan asumsi SBI tiga bulan dari 6,5 persen menjadi 6,8 persen. (ant)
Pinjaman LN Non-Bank
BI Amandemen PBI JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan Peraturan BI (PBI) baru tentang pinjaman luar negeri (PLN) perusahaan bukan bank untuk mengubah (amandemen) PBI yang lama yang diterbitkan Februari 2008. BI, dalam publikasinya, kemarin, menyebutkan bahwa bank sentral pada 28 Januari 2010 telah menerbitkan PBI nomor 12/1/PBI/2010 yang merupakan perubahan dari PBI nomor 10/7/PBI/2008. Dalam aturan baru ini, BI mewajibkan perusahaan bukan bank yang akan memperoleh PLN wajib memberikan laporan kepada bank sentral. Laporan kepada BI meliputi laporan rencana PLN perusahaan untuk satu tahun, hasil
analisis manajemen risiko perusahaan, penilaian peringkat (hanya berlaku bagi perusahaan yang memiliki nilai peringkat), rasio keuangan dan laporan keuangan. PLN perusahaan bukan bank ini terdiri dari PLN jangka pendek dan PLN jangka panjang. PLN perusahaan jangka pendek adalah PLN perusahaan dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun, baik langsung dari kreditur atau pasar keuangan maupun tidak langsung melalui pihak lain yang merupakan afiliasi maupun non afiliasi. Sedangkan PLN perusahaan jangka panjang adalah PLN perusahaan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk laporan rencana PLN jangka panjang disampaikan
paling lambat tanggal 10 Maret pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan untuk laporan rasio keuangan dan laporan keuangan harus dilaporkan setiap enam bulan atau paling lambat 10 Juni dan 10 Desember tahun berjalan. Jika terlambat menyampaikan laporan, BI akan mengenakan sanksi administratif berupa surat peringatan. Sedangkan bagi yang tidak menyampaikan laporan dikenakan sanksi administratif berupa surat peringatan, dan/atau pemberitahuan kepada otoritas yang berwenang. Penerbitan PBI baru ini adalah upaya prinsip kehati-hatian dalam melakukan PLN perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.