No. 105 tahun IV
8 Halaman
Jumat, 4 Juni 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/ant
PENERIMAAN PAJAK – Dirjen Pajak (kanan) Tjiptardjo menjelaskan soal penerimaan pajak periode 1 Januari - 31 Mei 2010 di Jakarta, kemarin. Realisasi penerimaan DJP plus PPh Migas periode Januari-Mei 2010 sebesar Rp 239.958,3 miliar atau mencapai 36,3 persen dari rencana penerimaan pajak sesuai APBN-P 2010.
Pengawasan Elpiji Rendah JAKARTA - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Lili Asudiredja menyesalkan rendahnya pengawaan pemerintah dan instansi terkait berkenaan penggunaan tabung elpiji beserta perlengkapannya. Hal itu menyusul maraknya temuan yang tidak memenuhi SNI. Dia menggunakan data hasil pengujian Badan Standarisasi Nasional (BSN). Dari pengujian tersebut, sebanyak 66 persen tabung gas yang diuji tidak layak pakai. Sementara untuk kompor, hasil uji menunjukkan sebanyak 50 persen tidak layak. Adapun untuk regulator, BSN menyatakan 20 persen dari sampel uji tidak layak. “Hasil uji BSN yang mengejutkan mengatakan bahwa 100 persen selang tabung gas tidak layak,”ujarnya dalam Raker dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, kemarin. Selain itu, Lili menuturkan, ada juga oknum produsen yang melakukan modus pengakalan SNI dengan memproduksi barang tidak standar, meski sudah menerima sertifikasi tersebut. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Subagyo mengatakan, pihaknya akan membentuk tim bersama Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM dan Pertamina untuk melakukan pengawasan. (ind)
BI Rate Terus Bertahan JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, kemarin, memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate tetap pada level 6,50 persen, tidak berubah sejak Agustus 2009. Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Dyah N.K. Makhijani, mengatakan, keputusan kembali menahan BI rate diambil setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan terkini dan prospek perekonomian yang secara umum menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Menurut Dyah, Dewan Gubernur memandang BI Rate pada level tersebut masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi pada 2010 dan 2011 sebesar lima persen plus minus satu persen, serta masih kondusif bagi upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian. Selain itu, keputusan tersebut juga konsisten dengan upaya menjaga stabilitas keuangan di dalam negeri di tengah meningkatnya risiko ketidakpastian akibat krisis utang yang dialami Yunani dan sejumlah negara di Eropa. Dewan Gubernur mencatat bahwa proses pemulihan ekonomi global terus berlanjut di tengah krisis yang terjadi di
Eropa. Proses pemulihan ekonomi di negara maju terutama Amerika Serikat dan Jepang serta negara emerging market Asia, terutama China dan India, tetap membaik. Sejauh ini, laporan BI seperti dikutip Antara menyebutkan, belum ada indikasi dampak krisis utang Eropa terhadap prospek permulihan ekonomi global yang masih tetap kuat. Demikian pula dampaknya terhadap perekonomian domestik masih sangat terbatas, karena kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang cukup kuat. Perkembangan dan prospek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia, yang dalam empat bulan pertama 2010 tumbuh cukup tinggi, sehingga nilai ekspor sudah mendekati periode sebelum krisis 2008. Berbagai indikator mengindikasikan perekonomian domestik terus mengalami perbaikan. Disamping konsumsi swasta yang masih tumbuh tinggi, kinerja ekspor semakin membaik didukung oleh perkembangan ekspor komoditas manufaktur sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi global, terutama di negara maju. Meningkatnya permintaan
baik domestik maupun eksternal mendorong peningkatan investasi yang tercermin pada tingginya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal. Dengan demikian, siklus pemulihan ekonomi domestik yang didukung oleh investasi, disamping oleh konsumsi dan ekspor, menjadi semakin berkembang. Tekanan inflasi sampai dengan Mei 2010 masih terjaga. Indeks harga konsumen (IHK) Mei mencatat inflasi sebesar 0,29 persen (mtm) atau 4,16 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15 persen (mtm) atau 3,91 persen (yoy). Kenaikan harga pada Mei tersebut terutama didorong oleh inflasi volatile food (khususnya beras dan aneka bumbubumbuan) akibat gangguan pasokan dan distribusi. Demikian juga dengan tekanan inflasi inti (core inflation) yang tercatat masih cukup rendah dan dalam tren menurun sejak awal 2009. Dengan perkembangan tersebut, Dewan Gubernur berpendapat untuk keseluruhan tahun 2010 dan 2011 inflasi akan tetap berada pada kisaran sasarannya sebesar lima persen plus minus satu persen. (ahm)
Cadangan Devisa Susut JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengatakan posisi cadangan devisa per 31 Mei 2010 tercatat senilai 74,6 miliar dolar AS, turun sekitar 4 miliar dolar dari titik tertinggi 78 miliar dolar. Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Dyah N.K. Makhijani, di Jakarta, kemarin, mengatakan, cadangan devisa setara dengan pembayaran 5,87 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Penurunan cadangan devisa ini sama dengan penurunan surplus neraca transaksi modal dan finansial akibat arus modal keluar portofolio asing sehubungan dengan sentimen negatif di
pasar keuangan global akibat krisis utang Yunani dan kewajiban pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Pada pemberitaan sebelumnya, BI menyebut arus modal keluar di instrumen SBI mencapai Rp 40 triliun dari titik tertinggi Rp 80 triliun. Namun, kata Dyah, kondisi sektor keuangan masih bagus karena ditandai oleh stabilitas sistem perbankan yang tetap terjaga dan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan. Dewan Gubernur memandang bahwa stabilitas sistem perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengantisipasi dampak rambatan krisis utang di Eropa. (ant)
BRI Bank Terbaik 2010 JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) kembali dinobatkan sebagai Bank Terbaik 2010 oleh Majalah Investor. Penghargaan itu merupakan yang kelima kalinya untuk kategori bank dengan aset di atas Rp 100 triliun. Tingginya profitabilitas BRI dalam lima tahun terakhir membuat Majalah Investor memberi penghargaan kepada bank pemerintah tersebut dengan predikat bank nasional terbaik. Dalam rilis yang diterima redaksi kemarin, sejak lima tahun terakhir, BRI berhasil mempertahankan diri sebagai bank pencetak laba terbesar nasional meski secara aset masih berada diurutan ke-2.”Penghargaan ini merupakan hasil kerja keras pekerja BRI dan dukungan masyarakat,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Muha-
mad Ali di Jakarta. Selain itu, BRI juga mencatatkan diri sebagai bank penyalur kredit terbesar secara nasional. Sebanyak 81 persen kredit BRI disalurkan ke UMKM. Sisanya ke kredit komersil dan korporasi. Dalam dua tahun terakhir BRI juga berhasil memperoleh penghargaan tingkat dunia dari Majalah Forbes sebagai salah satu dari 50 perusahaan terhebat Asia (Asia Fabolous Companies). Tahun lalu, BRI berhasil membukukan laba sebesar Rp 7,31 triliun. Perolehan laba ini ditunjang kenaikan pendapatan operasional dari pertumbuhan kredit 27,61 persen dibandingkan 2008 Rp 161,06 Triliun. Sehingga, total aset BRI tumbuh 27,93 persen, yaitu dari Rp 246,03 triliun pada 2008 menjadi Rp 314,75 triliun 2009. (ahm)
KURS RUPIAH 9.000
9.183
9.500
9.210 Bisnis Jakarta/sep
PENGHARGAAN - Direktur BRI Bambang Soepeno (tengah) menerima penghargaan Bank Terbaik 2010 kategori bank umum beraset diatas Rp 100 triliun dan Direktur BTN Saut Pardede (kanan) menerima penghargaan Bank Terbaik 2010 kategori bank umum beraset di atas Rp 50 triliun di Jakarta, kemarin.
9.220
10.000 1/6
2/6
3/6
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Wirata, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.