Bisnis Jakarta - Rabu, 06 Oktober 2010

Page 1

No. 186 tahun IV

8 Halaman

Rabu, 6 Oktober 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Rupiah Diintervensi Jauhi Rp 8.900 JAKARTA - Pengamat pasar uang, Farial Anwar memperkirakan rupiah sulit mencapai level Rp 8.900 per dolar, karena Bank Indonesia (BI) masuk pasar melakukan intervensi sehingga posisinya kembali menjauhi Rp 8.900 per dolar. BI khawatir apabila rupiah dibiarkan menguat mencapai Rp 8.900 per dolar, maka kenaikannya akan berlanjut mencapai angka Rp 8.800 per dolar, sehingga kalau ini terjadi maka para eksportir kesulitan untuk menetapkan harga jual produknya. Koreksi terhadap rupiah pada saat ini dinilai wajar, setelah menguat mendekati Rp 8.900 per dolar. Meski demikian rupiah masih berpeluang untuk naik lagi untuk mencapai angka Rp 8.900 per dolar. Pelaku asing dinilainya akan kembali masuk pasar untuk membeli rupiah, setelah kinerja keuangan emiten keluar yang diperkirakan lebih baik dari sebelumnya. Apalagi faktor fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini dinilai sangat baik, ujarnya. Menurut dia, rupiah akan mendapat dukungan dari faktor eksternal, apabila data utama AS positif yang mendorong bursa New York meningkat, sehingga memicu rupiah kembali naik. Sedangkan dari faktor internal diperkirakan tidak ada masalah, karena data ekonomi Indonesia cukup positif, ucapnya. Rupiah, juga mendapat dukungan positif dari analis bahwa ekonomi Indonesia akan dapat tumbuh 6,5 sampai tujuh persen lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang hanya 6,4 persen. (ant)

Harga Minyak Bervariasi JAKARTA - Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia pada Selasa, karena penguatan dolar dan kemerosotan di Wall Street membebani sentimen, kata para analis. Kontrak utama New York, minyak mentah “light sweet” untuk pengiriman November, naik 17 sen menjadi 81,64 dolar AS per barel di sore hari. Minyak mentah “Brent North Sea” untuk pengiriman November turun tujuh sen menjadi 83,21 dolar AS. Wall Street jatuh pada Senin serta penguatan nilai dolar menyeret turun pasar minyak mentah, Phillip Futures menga-

takan dalam sebuah laporan. Minyak yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya ketika greenback lebih kuat, meredam permintaan dan mengarah ke harga yang lebih rendah. Dalam perdagangan sore di Tokyo, dolar naik menjadi 83,67 yen dari 83,38 yen karena Bank of Japan (BoJ) mengumumkan langkah pelonggaran moneter lebih lanjut untuk mencoba mengatasi ekonomi yang goyah. (ant)

KURS RUPIAH

Bisnis Jakarta/ant

PERTAHANKAN BI RATE - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution (kiri) didampingi Deputi Gubernur Hartadi A. Sarwono menuju ruang konferensi pers rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, kemarin. Bank sentral Indonesia itu mempertahankan suku bunga acuan BI sebesar 6,5 persen.

BI Rate Tetap 6,5 Persen JAKARTA - Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI rate pada tingkat 6,5 persen yang didasarkan atas hasil evaluasi menyeluruh kinerja dan prospek perekonomian yang secara umum menunjukkan peningkatan. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Selasa mengatakan BI masih mencermati adanya tekanan inflasi di tengah masih

derasnya arus modal asing yang masuk dan kondisi ekses likuiditas yang masih cukup besar. “Sehingga BI memandang pengelolaan likuiditas perekonomian merupakan hal yang lebih penting,” katanya. “Level BI rate saat ini masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan

sehingga sisi suplai dapat merespon akselerasi di sisi permintaan secara memadai,” ujarnya. Di sisi domestik pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan III/2010 tumbuh cukup tinggi terutama di dorong konsumsi rumah tangga dan ekspor. Kuatnya konsumsi rumah tangga didorong tersedianya sumber pembiayaan konsumsi, meningkatnya optimisme kon-

8.500

8.917

9.000

8.920

8.938

9.500 1/10

4/10

5/10

BI Siapkan Aturan Baru Perbankan JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan sejumlah aturan baru di bidang perbankan yang akan menyempurnakan peraturan sebelumnya, seperti pelaksanaan fit and proper direksi dan komisaris bank, penanganan bank-bank bermasalah dan aturan kepemilikan bank. “Sedang disiapkan aturan-aturan baru seperti soal fit and proper agar bisa lebih cepat karena selama ini dinilai terlalu lama prosesnya,” kata Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad di Jakarta, kemarin. Selain itu, aturan mengenai izin keluar bank-bank yang masuk dalam kategori bank bermasalah juga diharapkan bisa keluar dalam waktu dekat. “Ada

juga aturan soal kepemilikan bank, termasuk peluncuran mengenai prime lending rate,” katanya. Sebelumnya, BI merencanakan mewajibkan perbankan mengumumkan kebijakan suku bunga referensi mulai Nopember mendatang, yang mengharuskan bank mengumumkan suku bunga pokok pinjamannya tiap awal bulan, baik suku bunga pinjaman untuk korporat, ritel, KPR maupun kredit konsumsi. Suku bunga pokok pinjaman yang harus diumumkan di media massa tersebut, adalah tingkat suku bunga pinjaman tanpa hitungan premi risiko yang menjadi kewenangan bank yang menentukan. Sejumlah aturan

yang akan dikeluarkan itu, diharapkan dapat membuat perbankan nasional menjadi lebih kuat dalam menghadapi krisis serta membangun tata kelola perbankan yang lebih baik. Sementara mengenai sejumlah orang yang pernah masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) di dunia perbankan yang kembali masuk, seperti pemilik Grup Lippo Muchtar Riady menurut Muliaman bukanlah hal yang istimewa karena Muchtar telah keluar dari kelompok DOT. Selain pemilik Grup Lippo itu, Muliaman mengatakan sejumlah nama lain yang sudah keluar dari DOT juga kembali aktif di dunia perbankan. (ant)

Pembalikan Dana Asing

Tak Perlu Dikhawatirkan JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A Sarwono, mengatakan banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia belakangan ini tidak perlu dikhawatirkan karena sampai saat ini dana-dana itu masih dalam jumlah yang bisa dikelola. “Kekhawatiran adanya pembalikan modal (capital reversal) itu tidak perlu terlalu berlebihan. Menurut data selama 2010, meski dalam fluktuasi yang besar, tetapi secara jumlah masih bisa dikelola (manageble),” kata Hartadi di Jakarta, kemarin. Menurutnya, kondisi ekonomi global yang melemah telah membuat investor asing mencari negara-negara yang perekonomiannya masih menarik untuk mencari keuntungan yang lebih besar, termasuk ke Indonesia, yang memiliki sejumlah instrumen pasar uang dan saham yang masih menjanjikan untung yang besar. “SBI itu bunganya masih lebih tinggi dibanding instrumen lain dengan resiko yang hampir tidak ada dan likuid sehingga banyak dicari oleh asing,” katanya.

Dalam mengelola dana asing itu yang terpenting adalah membuat dana itu berada lebih lama di Indonesia dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan ekonomi seperti pembangunan infrastruktur dan lainnya. Sementara Deputi Gubernur BI, Budi Mulya, mengatakan total dana asing dalam aset rupiah sejak awal tahun sampai September sudah mencapai Rp 115 triliun, terdiri dari dana asing di SBI Rp 20,5 triliun, di surat utang negara (SUN) Rp 74 triliun dan di pasar saham Rp 21 triliun. Sedangkan posisi kepemilikan asing di SBI sebesar Rp 64 triliun atau 25 persen total SBI dan di SUN Rp 182 triliun atau 30 persen dari total SUN yang diterbitkan pemerintah. Dengan tetap membaiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia sampai akhir tahun, menurut dia, cadangan devisa akan terus bertambah dari posisi 86,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah sampai September 2010. (ant)

sumen dan rendahnya harga impor. Sementara peningkatan ekspor didorong kuatnya permintaan dari China dan India serta meningkatnya harga komoditas internasional. Sedangkan investasi mulai meningkat tercermin dari peningkatan impor mesin, bahan baku dan meningkatnya modal kerja. Kinerja ekspor yang membaik mendorong transaksi berjalan pada triwulan III/2010 se-

hingga masih tercatat surplus meski menurun dibanding triwulan sebelumnya. “Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III masih surplus cukup besar sehingga cadangan devisa Indonesia menjadi 86,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah pada September 2010,”kata Darmin. (ant)

Lembaga Keuangan

Diminta Perhatikan Usaha Mikro JAKARTA - Lembaga ventura Baitul maal wat Tamwil (BMT) mengharapkan lembaga keuangan dapat lebih memperhatikan pengusaha mikro yang belum memiliki akses terhadap lembaga keuangan, ujar Direktur Utama BMT Saat Suharto, di Jakarta, Selasa. “Lembaga keuangan bukan bank dengan berbadan hukum ventura capital diharapkan dapat menjadi vehicle dari kelompok yang beruntung secara ekonomi atau juga dari lembaga keuangan lainnnya yang memperhatikan pemberdayaan usaha mikro,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini. Menurutnya, akses usaha mikro seharusnya dapat lebih diperkuat dalam usaha pemberdayaan sektor mikro, hingga saat ini BMT telah membiayai rata-rata tiga juta rupiah per pengusaha mikro di Indonesia, dengan jumlah sekitar 600 ribuan orang. “Fakta ini merupakan bukti bahwa model pembiayaan tersebut benar-benar dapat menyentuh level paling bawah dari para pengusaha mikro kita, sehingga dengan demikian kita dapat mengekspansikan jumlah orang yang memerlukan pembiayaan,” tambahnya. Hinga saat ini, model pembiayaan usaha mikro BMT berfokus di pasar-pasar tradisional dengan komposisi 58 persen total pembiayaan di sektor perdagangan dan 28 persen untuk jasa. Mengenai hal itu, Saat

juga menyayangkan akan sikap pemerintah yang masih mengkategorikan jenis pembiayaan mikro tersebut sebagai sektor lain-lain, yang artinya pemerintah belum mengatur sektor mikro secara sunguh-sunguh. “Sekarang persoalannya adalah bagaimana mengubah apa yang tadinya tidak dapat diatur menjadi manageable,” ujar Saat. Ketika ditanya akan kehawatiran persaingan dengan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dan bank-bank yang sudah memfokuskan diri kepada pembiayaan usaha mikro, ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak potensi di Indonesia “Menurut data BPS, di Indonesia terdapat sebanyak 40 juta pengusaha mikro, namun baru sekitar 10 juta saja yang sudah mendapat akses ke lembaga keuangan, jadi masih ada sisa 30 persen target,” tambahnya. Sedangkan target pembiyaan lebih diberatkan kepada warga miskin yang aktif secara ekonomi dan belum memiliki akses terhadap lembaga keuangan, tambahnya. “Semakin banyak bank yang masuk ke mikro financing tentu semakin baik,” ujarnya. BMT saat ini tercatat memiliki modal awal Rp 8,5 miliar, sekarang modal menjadi Rp 14 miliar yang didapat dari pihak swasta dan lembaga zakat seperti dompet duafa, belum termasuk bank-bank syariah. (ant)

Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bisnis Jakarta - Rabu, 06 Oktober 2010 by e-Paper KMB - Issuu