No. 26 tahun V
8 Halaman
Selasa, 8 Februari 2011
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Pemerintah Tekan Inflasi
BPK-Lembaga Negara GunakanE-audit JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan bersama lembaga-lembaga negara, termasuk lembaga pemerintah akan membangun pusat data yang berbasisi elektronik atau e-audit. Pembangunan pusat data ini akan dilakukan di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sebagai lembaga yang memiliki peranan penting dalam pendataan keuangan negara. Ditemui usai silahturahmi para pimpinan lembaga negara di Gedung BPK Jakarta, kemarin, Ketua BPK Hadi Poernomo mengatakan, pembangunan pusat data di BPK yang berbasis elektronik atau e-audit ini merupakan salah satu hasil diskusi dalam pertemuan tadi, yang diharapkan bisa mengoptimalkan pertanggung jawaban negara yang dari segi belanja bahkan penerimaan negara, sehingga dengan e-audit ini BPK dan lembaga-lembaga negara termasuk pemerintah untuk terus berkomunikasi, dan memastikan semua pihak terus berupaya meningkatkan kualitas pertanggung jawaban keuangannya. ‘’Nantinya dengan e-audit ini, pihak BPK dan lembagalembaga negara termasuk pemerintah terjaga komunikasinya, untuk sama-sama meningkatkan kualitas pertanggung jawaban keuangannya,” katanya Program e-audit ini memiliki link data atau terhubungan dengan lembaga-lembaga negara termasuk pemerintah, dan pihak-pihak terkait pengelolaan negara termasuk BPK. Nantinya e-audit bisa melakukan pengecekan secara dini dan mampu menelusuri penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan disetiap link data yang telah terhubung. Melalui pemantapan pemeriksaan BPK yang berbasisi pada e-audit ini, Hadi Poernomo berharap mampu mendorong pencapaian strategi pembangunan oleh pemerintah yang pro growth, pro poor, pro job dan pro environment. ‘’Dengan cara ini, diharapkan bisa memantau keuangan negara yang diharapkan mampu mendorong pencapaian strategi pembangunan oleh pemerintah yang pro growth, pro poor, pro job dan pro environment,” harapnya. Selain membahas tentang pembangunan e-audit, dalam diskusi ini juga menghasilkan pembahasan lainnya, yaitu pembahasan untuk meningkatkan upaya pemberantasan korupsi, terutama aspek penangkalan dan pencegahannya, membahas penegakan hukum yang mengutamakan pengkajian hukum yang disertai rasa keadilan, dan pembahasan tentang kesepakatan pimpinan lembaga untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat, membangun kehidupan berdemokrasi disertai kepatuhan hukum, dan keadilan bagi semua yang terus kita jaga bersama. Pertemuan yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ketua BPK Hadi Poernomo, Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Dr.H.Marzukie Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Dr,Harifin A.Tumpa,SH,MH, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman ini, merupakan pertemuan lanjutan dari tiga pertemuan sebelumnya di Istana Negara, Istana Bogor dan MPR, yang bertujuan untuk membangun sinergi, tanpa harus mencampuri dan mengintervensi fungsi, peran dan tugas masing-masing lembaga negara. (pts)
Pertumbuhan 2010 Sesuai Harapan JAKARTA - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2010 yang mencapai 6,1 persen sesuai dengan harapan pemerintah karena telah melampaui asumsi APBN Perubahan sebesar 5,8 persen. “Jadi kami sambut baik dan memang kita juga berharap bisa lebih dari 6 persen dan ternyata bisa sampai 6,1 persen, itu artinya lebih baik dari 5,8 persen yang kita targetkan. Jadi itu sesuatu hal yang baik,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, semalam. Pertumbuhan 2010 sesuai harapan akibat pertumbuhan konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor yang sangat berperan pada triwulan IV. “Pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu besar dan kita juga lihat faktor investasi, eskpor. Dan ekspor itu mendapat dukungan lebih karena beberapa harga komoditi meningkat. Kelihatannya faktor itu yang berperan di kuartal IV,” ujarnya. Ada hal-hal yang perlu pembenahan dari pemerintah teruta-
ma pada sektor konsumsi, seperti mempercepat penyerapan anggaran agar target pertumbuhan 2011 sebesar 6,4 persen dapat tercapai. “Ini semua akan menjadi referensi kita untuk diperbaiki pada 2011, karena kami rencana pertumbuhan 6,4 persen. Jadi kalau bisa kita menjaga momentum dari awal tahun, kami harapkan bisa capai 6,4 persen itu,” ujarnya. Sebagai upaya menjaga inflasi agar tidak melambung tinggi seperti 2010 yang mencapai 6,96 persen, pemerintah akan terus bekerja sama dan berkoordinasi dengan Bank Indonesia. “Kita lihat dari komponen core inflation itu 4,18 persen, sedangkan selisihnya lebih pada volatile foods dan administered price. Jadi tentu kita akan berkordinasi dengan lebih baik di pemerintah. BI akan fokus ke core inflation, pemerintah akan jaga administered pricenya,” ujarnya. (ant)
KURS RUPIAH 8.975
8.500 9.000
9.030 9.500
9.035 2/2
4/1
5/2
Bisnis Jakarta/ist
TAK INOVATIF - Kenaikan BI Rate, mencerminkan BI tak inovatif dalam mengendalikan suku bunga dengan alasan hanya untuk mengendalikan inflasi dan ini bisa mengakibatkan hot money di dalam negeri.
JAKARTA - Pemerintah akan menekan dampak inflasi akibat pembatasan BBM bersubsidi dengan persiapan yang baik. “Kalau seandainya tidak hati-hati memang bisa berdampak kepada inflasi. Karena itu, persiapan dilakukan untuk pembatasan BBM bersubsidi mulai dengan Jakarta,” kata Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, di Jakarta, kemarin. BPH Migas, Pertamina, dan jajaran pemerintah lainnya juga terus memonitor persiapan pembatan konsumsi BBM bersubsidi yang rencanya akan dimulai April 2011. “Kita harus mengusahakan agar pembatasan BBM bersubsidi berjalan dengan baik karena sebetulnya di awal 2010 direncanakan penyesuaian TDL, meski tidak berhasil dilakukan,” katanya. Karena itu, pembatasan BBM bersubsidi pada 2011 harus dilakukan dengan baik. Mengenai realisasi pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 6,1 persen, Menkeu mengatakan, angka tersebut melampaui target tahun 2010 yang ditetapkan sebesar 5,8 persen. “Itu sesuatu yang menggembirakan dan kita lihat memang potensinya dari konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor,” katanya. Ekspor terutama didorong oleh dua komoditas utama, termasuk minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya. “Tantangan ke depan adalah bagaimana agar lebih baik ke depannya,” kata Menkeu. (ant)
Kenaikan BI Rate
Picu Hot Money Lebih Besar MEDAN - Pengamat ekonomi Jhon Tafbu Ritonga mengatakan, kenaikan BI Rate akan meningkatkan hot money di dalam negeri. Kenaikan BI Rate dipastikan mendorong kenaikan suku bunga termasuk simpanan sehingga dana asing akan semakin banyak masuk ke dalam negeri, katanya di Medan, kemarin. Amerika Serikat yang dewasa
ini sedang mengalami kesulitan anggaran belanja negara, misalnya, diyakini kuat melarikan dananya ke Indonesia untuk mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang naik. “Nah itu kan artinya sama saja Indonesia membantu negara kaya dengan menyulitkan masyarakat termasuk pemerintah, karena suku bunga kredit perbankan juga diyakini kuat ikut naik mengikuti
BI Rate,” katanya. Uang panas di dalam negeri bukan saja membantu negara kaya, tetapi juga bisa membahayakan karena dapat menjadi beban ekonomi, ujarnya. Kenaikan BI Rate, mencerminkan BI tak inovatif dalam mengendalikan suku bunga dengan alasan hanya untuk mengendalikan inflasi. Apalagi, kata Jhon yang
Bank Diminta Tak Naikkan Bunga Kredit JAKARTA - Pemerintah meminta perbankan nasional tidak menaikkan suku bunga kredit menyusul kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen pada awal Februari 2011. “Perbankan nasional tidak perlu menaikkan lending rate karena spreadnya masih bagus,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan, pihaknya tidak perlu menilai apakah kebijakan menaikkan BI Rate sudah tepat atau tidak karena masingmasing sudah punya tugas dan fungsi. “Saya kira BI punya pertimbangan,” katanya. Senada dengan Hatta, Menkeu Agus
Hatta Rajasa
Martowardojo menyambut baik kebijakan BI. “BI menaikkan tingkat bunganya sedikit, tentunya itu sesuai dengan ha-
rapan kami,” katanya. Sementara itu mengenai harga minyak yang terus naik, Menkeu mengatakan, pemerintah terus mewaspadai pergerakan harga minyak dan dampaknya terhadap Indonesia. “Kami yakin ini hanya sementara terkait dengan kondisi di Mesir yang berpengaruh kepada produsen minyak lain di sana,” katanya. Ia mengharapkan, harga minyak kembali stabil setelah gejolak di Mesir berakhir. “Produksi minyak Mesir tidak banyak tapi kondisi di Mesir berpengaruh ke negara-negara produsen minyak yang lain. Setelah gejolak Mesir selesai diharapkan stabil lagi,” katanya. (ant)
Kondisi Bisnis Konsumen Meningkat JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan, mengatakan kondisi bisnis konsumen pada triwulan IV 2010 meningkat dan ditandai peningkatan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Tak hanya itu, kondisi ekonomi konsumen di triwulan yang sama juga menunjukkan peningkatan. “ITB pada triwulan IV 2010 sebesar 106,63, berarti kondisi bisnis meningkat dari triwulan sebelumnya. Namun tingkat optimisme pelaku bisnis sedikit menurun dibandingkan triwulan III,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Kondisi bisnis meningkat dikarenakan adanya peningkatan pendapatan usaha, kapasitas produksi, dan rata-rata jam kerja sebagai akibat dari meningkatnya permintaan domestik yang berkaitan dengan hari besar Natal dan Tahun Baru. Seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan kondisi bisnis, kecuali pada sektior pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang turun dengan nilai ITB 96,09. “Sedangkan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan bisnis paling
tajam dengan nilai ITB sebesar 110,00,” ujarnya. Ia memprediksi nilai ITB pada triwulan I 2011 mencapai 106,56 karena adanya peningkatan kondisi bisnis, terutama karena adanya peningkatan variabel order barang input, harga jual kini, order dari dalam maupun luar negeri. “Sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan mengalami peningkatan bisnis paling tajam dengan nilai indeks 107,81,” ujarnya. Sedangkan, ITK di wilayah Jabodetabek mencapai 101,09 meningkat dibanding triwulan III, namun tingkat kepercayaan konsumen menurun dari sebelumnya 110,67. “Kondisi ekonomi konsumen membaik didorong peningkatan pendapatan rumah tangga, namun tingkat kepercayaan konsumen menurun disebabkan tingginya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari,” ujar Rusman. Untuk nilai ITK wilayah yang sama pada triwulan I 2011, diperkirakan mencapai 106,49, dengan indeks rencana pembelian barangbarang tahan lama akan menurun sebesar 84,16. (ant)
juga Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), BI rate yang menjadi 6,75 persen atau naik 25 basis poin sudah tergolong tinggi. “Suku bunga belum tentu efektif mengendalikan inflasi, kalau pun efektif hanya bersifat sementara,” katanya. Kenaikan inflasi di dalam negeri berdasarkan fakta sangat dipengaruhi unsur kenaik-
an harga sembako, sehingga lebih tepatnya pemerintah mengendalikan dari sisi produksi atau suplai, ujarnya menambahkan. Dia juga mengkhwatirkan jika perbankan menaikkan suku bunga, maka BI kembali menurunkan BI Rate seperti tahun lalu, sementara suku bunga bank turunnya tidak sebesar penurunan BI rate tersebut. (ant)
Harga Minyak
Ditunggu Sampai April JAKARTA - Pemerintah menunggu perkembangan harga minyak yang kini berada di kisaran 90-100 dolar AS per barel hingga bulan April 2011. Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita Legowo, di Jakarta, Senin, mengatakan, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) kini berada di atas asumsi APBN 2011 yang ditetapkan 80 dolar AS per barel. Pada Januari 2011, rata-rata ICP tercatat 97,09 dolar AS per barel atau naik 5,72 dolar dibandingkan pada Desember 2010 yang 91,37 dolar per barel. “Namun, kami tunggu sampai April ini, bagaimana kecenderungan harganya. Apakah tetap tinggi, atau malah turun,” katanya. Menurut dia, kalau memang rata-rata ICP antara Januari hingga April 2011 jauh di atas asumsi APBN sebesar 80 dolar AS per barel, maka pemerintah bisa saja merevisi asumsi tersebut. Namun, Evita mengatakan, harga minyak yang tinggi sekarang ini kemungkinan besar bersifat sementara, karena cuaca buruk dan ditambah krisis politik di Mesir. Sesuai laporan Dirjen Migas Evita Legowo selaku Ketua Tim Harga Minyak Mentah yang ditandatangani 1 Februari 2011, delapan dari 50 jenis minyak mentah yang menjadi acuan ICP yakni Sweet Light Crude (SLC) pada Januari 2011, harganya mencapai 99,82 dolar AS per barel.
Selanjutnya, jenis Arjuna 96,82 dolar, Attaka 98,87 dolar, Cinta 94,15 dolar, Duri 90,48 dolar, Widuri 94,23 dolar, Belida 98,29 dolar, dan Senipah kondensat 97,4 dolar per barel. Selain itu, sejumlah jenis minyak lainnya menembus angka psikologis 100 dolar AS per barel yakni Geragai 100,01 dolar AS per barel, Jambi 100,01 dolar, Kaji 100,22 dolar, Mengoepeh 100,01 dolar, Ramba/ Tempino 100,01 dolar, dan Tanjung 100,01 dolar. Kenaikan harga minyak dunia antara lain dikarenakan terhentinya suplai minyak dari jalur pipa Trans-Alaska, yang menyalurkan 12 persen produksi minyak mentah AS, akibat terjadinya kebocoran awal Januari 2011. Selain itu, peningkatan harga juga akibat dampak musim dingin yang masih berlanjut di Eropa, AS, dan Kanada serta kekhawatiran hambatan suplai minyak melalui Terusan Suez menyusul ketegangan politik di Mesir. Faktor lain yang juga meningkatkan harga minyak adalah keputusan OPEC yang tetap mempertahankan tingkat produksi pada level 24,845 juta barel per hari. Untuk kawasan Asia dan Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi keputusan Pemerintah China yang mempertahankan suku bunga dan peningkatan permintaan minyak di Jepang, selain akibat musim dingin, juga beroperasinya keseluruhan kilang minyak. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rina Ratna, Kontributor Bekasi : Muhajir, Nendi Kurniawan, Safa Aris Muzakar, Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI
Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.