Bisnis Jakarta.08.Maret.2010

Page 1

No. 45 tahun IV

8 Halaman

Senin, 8 Maret 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Bisnis Jakarta/ant

TOL CAKUNG-CILINCING - Seorang pekerja menyelesaikan pembangunan jalan tol JORR Cakung-Cilincing, Jakarta Utara, kemarin. JORR Cakung-Cilincing menghubungkan Tol Rorotan dengan kawasan Cilincing sepanjang 3,4 kilometer dengan alokasi Rp 2,36 triliun yang nantinya merupakan salah satu akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

UU BI Perlu Diamandemen JAKARTA - Pengamat ekonomi Hendri Saparini berpendapat, pemerintah dan DPR perlu segera mengamandemen UU Bank Indonesia guna meningkatkan pengawasan terhadap produk yang ditawarkan oleh bank asing kepada nasabah di Indonesia. Beberapa produk yang perlu mendapat perhatian itu, tak sebatas pada produk tabungan, melainkan juga produk investasi semacam derivatif, akumulator, reksadana, atau discretionary fund. Menurut Hendri, pengawasan terhadap bank asing

memang masih lemah di negeri ini. Padahal, beberapa waktu terakhir ini bank-bank asing marak menawarkan produk derivatif. “Jangankan bank asing, pengawasan terhadap bankbank lokal pun masih lemah,” ujarnya. Hal ini terkait dengan adanya kasus kerugian yang dialami oleh nasabah Indonesia, Ong Piet Tjing yang merasa dirugikan oleh pihak Bank Overseas Chinese Banking Corporation (OCBC) Singapore. Ilmuwan fisika asal Indonesia ini awalnya membuka re-

kening fixed deposits bersama istrinya, Leong Sue Ching. Menurut Ong, secara sepihak rekening fixed deposits miliknya dipindahkan menjadi private bank advisory account oleh pihak OCBC Singapore. Tak hanya itu, pihak OCBC, lagi-lagi secara sepihak, juga mentransaksikan uang tabungan milik Ong ke sejumlah produk investasi yang akhirnya nasabah justru harus menanggung kerugian. Sejauh ini memang belum ada mekanisme yang jelas mengenai siapa yang harus ber-

Indonesia Berpotensi Tarik Investasi

Tujuh Kali Lipat Vonis Century Berdampak Terbatas JAKARTA - Analis Citi Johanna Chua mengatakan hasil rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat yang menyatakan bailout century bermasalah membawa dampak yang terbatas pada pasar. “Kemungkinan dampak pasar terbatas, kita merangkum implikasi makro, kami pikir suara dari DPR seharusnya tidak menjadi kejutan, peristiwa minggu lalu sudah memiringkan peluang terhadap bailout, dengan dampak pasar terbatas,” katanya. Selain itu, seusai rapat paripurna tersebut, implikasi terhadap ekonomi juga terbatas. Ia mengatakan, defisit tidak akan berubah secara signifikan, subsidi dapat tumbuh lebih besar ditargetkan untuk mencapai 18-19 persen dari total anggaran belanja 2010. “Hal ini mengorbankan efisiensi,” katanya Selain itu, inflasi tahun ini kemungkinan juga ditekan dengan tidak menaikan harga BBM dan tarif listrik. Hal ini menurut dia bisa menunda masalah. Di sisi lain, menurut dia, BI kemungkinan besar akan tetap memperlambat peningkatan suku bunga yang kita perkirakan akan meningkat 75 basis poin (0,75 persen) pada tahun ini. Ia menambahkan, reformasi untuk kembali investasi akan lebih lambat, yang bisa menjaga inflasi jangka pendek dan neraca berjalan surplus tapi pengorbanan prospek pertumbuhan jangka panjang dan arus modal masuk. Menurut dia, hasil dari paripurna tersebut tak akan mampu menggeser Boediono sebagai Wakil Presiden dan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan. “Kami pikir itu tidak mungkin, karena hal ini akan membutuhkan setidaknya dua per tiga suara dari anggota parlemen, yang menurut kami dapat diblokir,” katanya. Sedangkan Sri Mulyani, Presiden dinilainya tidak dalam tekanan untuk menggeser kedudukannya. “Kami pikir Yudhoyono tidak di bawah tekanan untuk menggeser Sri Mulyani, meskipun ia mungkin tetap di bawah penyelidikan,” katanya. (ant)

JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan, Indonesia berpotensi menarik investasi tujuh kali lipat dari saat ini yang hanya 0,17 persen dari total investasi asing dunia. “Data beberapa tahun terakhir ini Indonesia cuma bisa meraih sekitar 0,17 persen dari total investasi asing dunia. Semestinya kita harus bisa meraih 0,75 persen dengan pertumbuhan ekonomi saat ini,” kata Gita dalam sosialisasi kebijakan penanaman modal di Cipanas, Jabar. Realisasi investasi Indone-

sia pada 2009 mencapai Rp 135 triliun (sekitar 135 miliar dolar AS) yang terdiri atas Rp 100 triliun investasi asing dan Rp 35 triliun investasi dalam negeri. Ia menjelaskan total investasi asing dunia pada 2009 yang sebesar 1,2 triliun dolar AS akan meningkat menjadi 1,4 triliun dolar AS pada 2010. Selama dua tahun terakhir nilai investasi asing turun yaitu dari 1,7 triliun dolar AS pada 2008 menjadi 1,2 triliun dolar AS pada 2009. Pemulihan ekonomi global diperkirakan meningkatkan nilai investasi dunia hingga 1,8 triliun dolar AS pada 2011. Gita me-

ngatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat melakukan kalibrasi ulang terhadap struktur ekonomi Indonesia agar tak terlalu bergantung pada konsumsi karena China sedang melakukan hal yang sebaliknya. Saat ini, ekonomi Indonesia masih mengambil porsi yang sangat kecil dibanding ekonomi dunia. Dari 6,7 triliun dolar AS nilai ekonomi dunia, Indonesia hanya mengambil 550 miliar dolar AS saja. “Kita perlu merencanakan secara makro guna meningkatkan peran investasi untuk perekonomian Indonesia,” ujarnya. (ant)

Sri Mulyani-Boediono

Masih Dipercaya Pasar JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan, saat ini pasar masih percaya kepada Sri Mulyani dan Boediono, setelah pidato yang disampaikan oleh Presiden. “Pernyataan presiden mengukuhkan kepercayaan pasar terhadap Menkeu dan Wapres,” ujarnya. Menurut dia, panitia khusus hak angket dibentuk karena adanya kekhawatiran sebagian dana yang disalurkan LPS ke Bank Century masuk ke partai politik. “Penyelamatan tersebut tidak ilegal, jadi dari sisi hukum, Sri Mulyani dan Boediono aman. Maka alasan pemakzulan itu kecil,” ujarnya. Fauzi hanya mengkhawatirkan, hubungan pemerintah dan DPR yang memburuk sehingga dapat menimbulkan krisis politik. Namun hal

tersebut dipredikasi tak menyamai krisis politik Thailand dan Filipina yang membuat kepercayaan investor asing menurun, karena skala kasus ini yang terbilang lokal. “Yang terburuk apabila hubungan pemerintah dan DPR memburuk, implementasi kebijakan pemerintah akan terhambat, namun tidak akan mengubah optimisme investor internasional terhadap Indonesia,” ujarnya. Apabila kasus ini dibawa ke KPK kemudian diadakan penyelidikan aliran dana, Fauzi mengatakan agar hal tersebut segera dilaksanakan. “Menurut saya, kalau ada aliran ke parpol, itu adalah dana nasabah yang mendonorkan ke parpol, itu adalah uang mereka, kalaupun ada pelanggaran itu pun terhadap UU pemilu bukan perbankan,” ujarnya. (ant)

tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap bank asing. Ia menyebut setidaknya ada dua lembaga yang terkait yakni Bank Indonesia atau Bapepam dan LK (Lembaga Keuangan). “Langkah awal pengawasan terhadap kegiatan bank asing seyogianya dilakukan oleh Bank Indonesia,” katanya. Saparini menyayangkan kecenderungan masuknya pihak asing ke industri perbankan nasional tidak dibarengi dengan pengawasan yang optimal. Begitu ada kasus men-

cuat, otoritas yang berwenang seperti Bank Indonesia justru menyalahkan konsumen karena dianggap tidak hati-hati. “Ini kan tidak fair,” tegasnya seraya mengusulkan perlu ada amandemen UU Bank Indonesia sebagai solusinya. Selama ini, UU Bank Indonesia dinilai alpa memasukkan ketentuan tentang pengawasan terhadap bank asing. “Banyak yang harus diubah dari UU Bank Indonesia, mulai dari pengawasan bank asing hingga batasan kepemilikan pihak asing,” paparnya. (ant)

Stabilitas Pasar Terjaga JAKARTA - Panitia khusus (Pansus) angket Bank Century yang dibentuk pada 4 Desember 2009 telah melahirkan rekomendasi penyelamatan Bank Century (proses bailout) yang dilakukan pemerintah adalah salah dan mengandung banyak penyimpangan. Dalam proses perjalanannya untuk melahirkan rekomendasi itu, menimbulkan gonjang-ganjing politik dan nyaris setiap hari menjadi buah bibir dan bahan berita di media massa. Lalu apa yang terjadi selama proses Pansus Century berlangsung serta dampak dan implikasinya kepada stabilitas pasar modal Indonesia ? Investor sudah bersikap dewasa dan bijak menghadapi gejolak politik, karena mereka sebelumnya sudah merasakan gejolak dan goncangan politik yang lebih parah terjadi. Dari data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia selama perjalan angket Century, indeks BEI memang sempat anjlok pada Januari 2010. Namun itu bukan karena gonjang-ganjing Century melainkan kondisi bursa regional juga mengalami hal yang sama. Selain itu indeks BEI selama sebulan sebelumnya juga normal, bahkan cen-

derung terus mengalami kenaikan. Bahkan indeks terus menguat meski rekomendasi DPR pada 4 Maret 2010 menyatakan bailout Century adalah salah dan menyimpang. Pengamat ekonomi Econit, Hendri Saparini mengatakan pasar saham dan keuangan tak akan bergejolak terkait kesimpulan akhir pada sidang paripurna DPR tersebut. Ia menambahkan pasar menginginkan sistem ekonomi yang jauh dari pelanggaran dan penyimpangan. “Jadi tidak ada kaitannya antara gejolak pasar dengan kesimpulan akhir pansus Century,” ujarnya. Bahkan katanya pasar juga tak akan terpengaruh jika misalnya nanti Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani berhenti dari jabatannya. Mengenai kemungkinan Boediono dan Sri Mulyani sebagai aktor utama proses bailout Century dibawa ke proses hukum, Direktur Utama PT Finan Corfindo Nusa, Edwin Sinaga mengatakan, hal itu akan membawa dampak dan implikasi negatif terhadap pasar. “Boediono dan Sri Mulyani merupakan ikon pasar yang mewakili sosok yang punya profesionalitas, integritas dan totalitas. Kalau mereka diberhentikan dari jabatannya akan menimbulkan guncangan pasar,” katanya. (ant)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.