Bisnis Jakarta - Kamis, 10 Februari 2011

Page 1

No. 28 tahun V

8 Halaman

Kamis, 10 Februari 2011

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Bisnis Jakarta/ant

KONTRA IMPOR BERAS - Ketua I F-PDIP, Puan Maharani (kanan) didampingi politisi PDIP lainnya mengamati beras produksi nasional saat konferensi pers di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin. F-PDIP mendesak pemerintah mencabut Permenkeu 241/2010 tentang pembebasan bea masuk impor beras dan Permendag 39/2010 tentang importasi barang jadi karena dinilai akan menghancurkan petani dan industri nasional.

Pemerintah Bahas Capping Dengan DPR

JAKARTA - Pemerintah masih akan membicarakan soal pembatasan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) atau capping untuk sektor industri dengan komisi VII DPR RI. “Kita bisa memahami apa pemikiran PT PLN yang ingin menyesuaikan APBN 2011 yang sudah menjadi ketetapan dari pemerintah. Oleh sebab itu kalau mau melakukan suatu perubahan DPR dan pemerin-

tah harus duduk bersama,” ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa seusai rapat koordinasi di Jakarta, kemarin. Hatta telah menyerahkan permasalahan tersebut kepada Kementerian ESDM karena apabila tarif daya maksimal dihilangkan, PT PLN diprediksi akan kehilangan pendapatan sebesar Rp 2,5 triliun. “Nanti disampaikan kepada DPR. Ini nanti keputusan bersama Ko-

misi VII DPR pararel dengan itu, harus ada jalan tengah pembicaraan karena Perpres memungkinkan bagi Menteri ESDM untuk menetapkan,” ujar Hatta. Selain itu ia mengharapkan pelaku industri dan PT PLN duduk berbicara mengenai kebijakan tersebut sehingga ditemukan solusi yang tepat. “Kami minta pada PLN agar ada jalan tengah melalui ‘Business to Business’ dan melakukan pem-

Bulog Diminta

Serap Beras Petani 3,5 Juta Ton Neraca Pembayaran Surplus JAKARTA - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2010 mencatat surplus 11,3 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan surplus pada triwulan III 2010 sebesar 7,0 miliar dolar AS. “Jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan IV 2010 menjadi 96,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” demikian siaran pers Bank Indonesia yang diterima, di Jakarta, kemarin. Kontribusi positif diberikan baik oleh transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Transaksi berjalan triwulan IV 2010 mencatat surplus 1,2 miliar dolar AS (0,7 persen PDB), didukung oleh kinerja positif pada neraca perdagangan nonmigas, neraca perdagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Neraca perdagangan mengalami kenaikan surplus berkat tingginya pertumbuhan ekspor komoditas non migas, khususnya yang berbasis sumber daya alam, seiring kuatnya permintaan dunia dan tingginya harga di pasar internasional. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya karena pembayaran jasa transportasi dan imbal hasil kepada investor asing yang meningkat mengikuti kenaikan impor dan arus masuk modal asing. Dalam periode yang sama, transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan surplus hingga mencapai 9,9 miliar dolar AS. Arus masuk investasi meningkat signifikan sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan kondisi makroekonomi yang stabil. (ant)

KURS RUPIAH 8.905 8.500 9.000

9.500

8.925

9.050 7/2

8/2

9/2

JAKARTA - Pemerintah minta Perum Bulog menyerap beras petani paling tidak sebesar 3,5 juta ton pada 2011 ini sehingga cadangan pangan pemerintah paling tak mencapai 1,5 juta ton. “Pemerintah bertekad stok pangan Bulog dapat bertahan paling tidak sebesar 1,5 juta ton pada tahun ini,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat koordinasi ketahanan pangan mingguan di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan, pemerintah secara bertahap akan terus meningkatkan cadangan pangan pemerintah hingga mencapai sekitar dua juta ton. “Kita ingin mempunyai cadangan pangan yang aman, semua

negara mengamankan cadangan pangan, China misalnya mengimpor kedelai hingga puluhan juta ton,” katanya. Untuk mencapai pengadaan beras hingga minimal 3,5 juta ton maka Bulog harus proaktif di lapangan menyerap beras petani. “Bulog harus menyerap produksi petani dalam kualitas apapun tentunya setalah petani mempunyai stok untuk kepentingan mereka,” katanya. Mengenai beras impor, Hatta mengatakan, impor beras akan distop setelah Maret 2011 bersamaan dengan perkiraan musim panen. “Bulan-bulan ini dibutuhkan impor beras untuk menutup kebutuhan kita karena ini kan musim paceklik padahal

kita memerlukan beras untuk raskin sekitar 230 ribu ton per bulan,” katanya. Sementara mengenai harga kedelai, Hatta mengakui memang saat ini ada kenaikan harga. “Kita antisipasi agar tidak ada gangguan terhadap tanaman kedelai. Untuk kedelai sebagian memang ada yang kita impor,” katanya. Sementara untuk minyak goreng, Hatta mengatakan, pemerintah memberikan fasilitas PPN ditanggung pemerintah sebesar Rp 250 miliar untuk minyak goreng curah dan Minyakita dalam rangka stabilisasi harga komoditas itu. “Kita berikan subsiddi PPN sebesar Rp 250 miliar tahun,” katanya. (ant)

Instrumen Moneter

Diarahkan ke Jangka Panjang JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus mengarahkan pasar keuangan untuk menempatkan dananya pada instrumen moneter BI jangka panjang dengan tenor di atas enam bulan guna penguatan manajemen moneter dan pengembangan pasar keuangan. “Untuk instrumen moneter kita mengarah ke yang jangka panjang seperti SBI dan Term Deposit sembilan bulan,” kata Deputi Gubernur BI Budi Mulya di Jakarta, kemarin. Menurut dia, BI memiliki dua instrumen moneter yaitu SBI dan “Term Deposit” yang dipakai saling menggantikan sesuai efektifitas kebutuhan yang terjadi di pasar. “Minggu ini kita lelang ‘Term Deposit’ enam bulan, tetapi bukan berarti SBI enam bulannya tidak ada. Kita lihat mana yang lebih efektif,” katanya. Untuk mendorong penguatan manajemen moneter, jangka waktu SBI akan terus digeser

dari enam bulan menjadi sembilan, dan bahkan menjadi 12 bulan. “Yang SBI 12 bulan masih akan kita bicarakan dulu dengan pemerintah untuk melihat kepentingannya,” katanya. KaBiro Humas BI Difi A Johansyah menambahkan penyerapan ekses likuiditas yang dilakukan BI akan terus difokuskan melalui instrumen Operasi Pasar Terbuka (OPT) melalui penerbitan SBI dan penempatan “Term Deposit” yang bertenor lebih panjang dari biasanya. Selanjutnya penerbitan SBI difokuskan pada SBI tenor 9 bulan. Upaya penggeseran ekses likuiditas peserta OPT di instrumen OPT yang menumpuk di tenor jangka pendek secara berangsur ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pelaku pasar pada penempatan jangka pendek di instrumen moneter BI, sehingga mendukung pendalaman pasar keuangan. (ant)

bicaraan dengan perusahaanperusahaan kita yang kena capping itu harus ada jalan tengah tidak boleh begini begitu, harus ada solusi,” ujarnya. PT PLN sejak 1 Oktober 2010 mencabut batas kenaikan tarif listrik 18 persen bagi pelanggan bisnis seperti mal, hotel, dan perkantoran, namun pelanggan industri tetap memakai pola capping. Pada Januari 2011 pelang-

gan industri tidak lagi memakai pola capping, sehingga terjadi kenaikan TDL industri di atas 18 persen atau sekitar 20-30 persen. Data PLN menyebutkan, dari 38.449 pelanggan industri, hanya 9.771 atau 25 persen yang menikmati capping kenaikan TDL maksimal 18 persen. Sedangkan pelanggan sejenis lainnya terkena kenaikan normal hingga di atas 20 persen. (ant)

Indonesia Harus Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi

Boediono

JAKARTA - Wakil Presiden Boediono mengatakan, Indonesia harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, bukan sekadar pemasok energi bagi mancanegara, mengingat kebutuhan gas di dalam negeri terus meningkat. “Indonesia harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bukan pusat pemasok energi,” kata Juru bicara Wapres Yopie Hidayat, usai rapat tentang gas nasional di Jakarta, kemarin. Terkait itu, Wapres telah memerintahkan Pertamina mengacu pada grand design gas nasional. Ini artinya, Pertamina harus mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri termasuk hasil produksi gas Blok D Alpha di Natuna. Dia menambahkan, pertamina bersama Exxon, Total, dan Petronas

sudah meneken head of agreement. Sedangkan, finalisasi production sharing contract targetnya awal Mei 2011. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri merupakan strategi kebijakan nasional. “Kami sedang menyelesaikan rancangan kebijakan gas nasional tersebut,” katanya. Hatta mengemukakan, ekspor akan dilakukan jika ada kelebihan produksi. Namun, dia yakin ekspor bisa dilakukan karena potensi cadangan gas sangat besar. “Tidak mungkin semuanya ke nasional nanti kelebihan,” katanya. Blok Natuna D Alpha kini berganti nama menjadi Blok East Natuna. Saat ini, PT Pertamina resmi menggandeng PT Total E&P Indonesie dan PT Petronas Niaga Indonesia untuk menggarap proyek blok East Natuna. Sebelumnya, perusahaan minyak dan gas plat merah ini telah menggandeng Exxon Mobil. Empat perusahaan itu akan bergabung membentuk konsorsium. Potensi gas di Natuna diperkirakan mencapai 222 trillion cubic feet (TCF). Tentang porsi alokasi untuk domestik maupun ekspor, Hatta mengatakan,” Belum bisa saya ngomong seperti itu karena nanti produksinya itu berapa. Kan perlu peningkatan dulu, ekplorasinya juga,” katanya. (ant)

Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rina Ratna, Kontributor Bekasi : Muhajir, Nendi Kurniawan, Safa Aris Muzakar, Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI

Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bisnis Jakarta - Kamis, 10 Februari 2011 by e-Paper KMB - Issuu