No. 152 tahun IV
8 Halaman
Selasa, 10 Agustus 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Kenaikan Harga Pangan
Tak Dinikmati Petani JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Osman Sapta Oedang mengungkapkan kenaikan harga komoditas pangan yang terjadi menjelang Ramadhan ini tak dinikmati petani. Menurut dia, kenaikan harga bahan pangan menjelang Ramadhan sudah merupakan tren yang terus terjadi setiap tahun. “Namun demikian, ternyata kenaikan harga pangan tersebut tidak berimbas langsung pada kesejahteraan petani,” katanya. Setiap menjelang hari besar keagamaan, tambahnya, harga sembako selalu mengalami lonjakan, padahal harga di tingkat petani tak mengalami kenaikan atau stagnan. Dia menduga, kenaikan harga pangan saat ini merupakan ulah para oknum jaringan distribusi dan pemasaran bahan kebutuhan pokok di pasar. Karena itu, jaringan distribusi bahan kebutuhan pokok tersebut yang harus dibenahi oleh pemerintah. “Jadi (kenaikan) ini bukan karena produksi atau ketersediaannya terbatas. Rantai distribusi ini yang harus dibenahi,” katanya pada acara silaturahmi Dewan Pengurus Nasional HKTI. HKTI mengharapkan, ke depan pemerintah dan para pemangku kewenangan di bidang pangan lebih memperhatikan serta menjaga stabilitas harga di pasar. Kalaupun ada kenaikan harga akibat inflasi ekonomi, menurut dia, hendaknya kenaikan tersebut juga dinikmati langsung oleh petani. “Kalau kenaikan harga tak bisa menguntungkan petani, artinya pembangunan pertanian kita gagal,” katanya. Saat ini jumlah petani mencapai 45 persen dari total penduduk Indonesia, namun kontribusi terhadap produksi nasional hanya sekitar 17 persen. Dengan kata lain, tambahnya, 45 persen penduduk di sektor pertanian hanya mendapatkan 17 persen dari hasil produksi nasional, sementara 53 persen penduduk Indonesia menikmati 83 persen produksi nasional. Fakta tersebut menunjukkan telah terjadinya kesenjangan antara sektor pertanian dengan non-pertanian, antara kota dan desa, serta antara kaya dan miskin. “Ke depan ini tidak boleh terus terjadi dan pertanian harus bisa menyejahterakan para petaninya,” kata Osman yang baru saja dilantik menjadi Ketua Umum HKTI periode 2010-2015. (ant)
Rupiah Kemarin Sore Stabil JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore, stabil karena pelaku pasar cenderung hati-hati untuk melakukan transaksi akibat pasar regional yang mengalami kenaikan tipis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar hanya naik empat poin menjadi Rp 8.931-Rp 8.941 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 8.935-Rp 8.945. Dirut Finan Corpindon Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, mengatakan, pasar uang domestik cenderung “adem ayem” karena belum ada faktor penggerak pasar. Sedangkan bursa Wall Street ditutup menyambut hari libur nasional. Pasar masih biasa saja, belum bergerak sebagaimana yang terjadi pada pekan-pekan sebelumnya, ujarnya. Meski demikian, pelaku secara selektif melakukan pembelian rupiah sehingga mata uang Indonesia mengalami kenaikan tipis. Pelaku pasar melakukan pembelian sebenarnya terjadi sejak pasar dibuka, namun kenaikan rupiah cenderung terus ber-
kurang, katanya. Pelaku pasar semula aktif memburu rupiah, namun pada siang hari agak berkurang, bahkan menjelang perdagangan sore pelaku kembali mengurangi kegiatannya. Pelaku asing mengharapkan munculnya isu dari pasar baik internal maupun eksternal untuk melakukan pembelian terhadap rupiah, katanya. Para pelaku pasar, melakukan pembelian setelah keluarnya data ekspor Indonesia yang mengalami kenaikan akibat membaiknya harga komoditi di pasar ekspor. Selain itu juga membaiknya harga nikel dan emas mengakibatkan saham nikel dan pertambangan diburu pelaku asing di pasar modal Indonesia. Kenaikan yang relatif kecil pada gilirannya akan dapat mencapai titik optimal. “Kami optimis masih ada ruang gerak bagi rupiah untuk bisa mencapai angka Rp 8.900 perdolar,” katanya. (ant)
KURS RUPIAH 8.500 9.000
8.935
8.931
8.937 9.500 5/8
6/8
9/8
Bisnis Jakarta/ant
RAZIA MAKANAN RINGAN - Petugas dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta memeriksa stok makanan ringan di Toko Sami Hasil, Gilingan, Solo, Jateng, kemarin. Pemeriksaan tersebut dilakukan dalam rangka jelang bulan Ramadhan.
Pemerintah Tegur Keras Direksi PT AP II-PLN JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian BUMN telah menegur keras Direksi PT Angkasa Pura (AP) II dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), menyusul insiden mati listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Jumat (6/8). “Jajaran direksi PT Angkasa Pura II dan PLN, Sabtu (8/8) sudah kami panggil. Saya sudah beri peringatan keras,” kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar kepada pers usai Penandatanganan Kerja Sama Sinergi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di Jakarta, kemarin. Namun, terhadap direksi PT AP II belum perlu dilakukan pe-
rombakan karena proses evaluasi terhadap kinerjanya sedang berjalan, selain memang mereka baru saja dilantik beberapa waktu lalu. “Nanti kita lihat (perombakan) apakah perlu atau tidak. Ada beberapa hal yang kita evaluasi,” katanya menegaskan. Mustafa juga menengarai sedikitnya ada tiga hal yang menjadi penyebab insiden tersebut, yakni kemungkinan usangnya peralatan yang dipakai. Kedua, sistim operasi yang dijalankan terhambat dan terakhir, faktor kelalaian oleh petugas. “Nanti kita akan upayakan penegakan hukum terhadap masalah ini. Tapi masih kita eva-
luasi,” ujarnya. Kedipan aliran listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta selama 1,7 detik pada Jumat (6/ 8) dini hari telah menyebabkan pemadaman listrik di terminal I dan II, sehingga proses administrasi keberangkatan penumpang kacau. Bahkan, puluhan penerbangan dilaporkan tertunda (delay). Kerugian yang signifikan dilaporkan miliaran rupiah dialami oleh sejumlah maskapai. Akibatnya, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (INACA) mempertimbangkan melakukan somasi terhadap pemerintah dan pihak terkait, jika hal semacam itu tak
Konsumsi Premium Diprediksi Naik 10 Persen JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi premium selama masa puasa hingga setelah Lebaran 2010 akan mengalami kenaikan rata-rata 10 persen. Vice President Communication Pertamina M Harun di Jakarta, Senin, mengatakan, kenaikan konsumsi tersebut merupakan kondisi normal menjelang hari besar keagamaan umat Muslim. “Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini, kami perkirakan konsumsi naik 10 persen,” ujarnya. Saat ini, tingkat konsumsi premium harian tercatat mencapai 63.000 kiloliter. Dengan kenaikan 10 persen maka konsumsi premium akan menjadi
sekitar 69.000 kiloliter. Tingkat konsumsi premium harian tersebut sudah jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang berkisar 58.000 kiloliter. Kenaikan konsumsi premium dipicu peningkatan arus kendaraan baik pribadi maupun penumpang yang mudik selama puasa hingga Lebaran terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Harun mengatakan, Pertamina menjamin ketersediaan stok premium termasuk elpiji yang juga akan mengalami lonjakan selama masa puasa hingga Lebaran mendatang. Saat ini, stok premium tercatat cukup selama 16 hari ke depan atau sekitar satu juta kiloliter dan elpiji
selama 15 hari atau 165.000 ton. Sedangkan, stok solar tercatat selama 20 hari atau 1,44 juta kiloliter, minyak tanah 40 hari atau 324.000 kiloliter, dan avtur selama 26 hari atau 200.000 kiloliter. Pertamina juga telah membentuk Satuan Tugas BBM dan Elpiji selama H-10 sampai H+10 Lebaran dengan tugas utama memantau ketersediaan BBM dan elpiji serta melaporkannya ke Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dan Departemen ESDM secara periodik. Pihaknya mengerahkan seluruh instalasi dan depot BBM dan elpiji memenuhi kapasitasnya, guna menjamin pasokan di masyarakat. (ant)
Pertumbuhan Ekonomi
Bisa Lampaui Target JAKARTA - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi selama 2010 bisa mencapai di atas target APBNP 2010 sebesar 5,8 persen maupun prognosa awal sebesar 5,9 persen. “Kita perkirakan akan mencapai minimum itu 5,9 persen, pokoknya bisa lebih dari 5,9 persen,” kata Menkeu di Jakarta, kemarin. Menkeu menyebutkan, APBNP 2010 menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen namun realisasi pertumbuhan ekonomi pada
kuartal II 2010 mencapai 6,2 persen. Ketika ditanya berapa besar pemerintah akan menaikkan target pertumbuhan ekonomi 2010, Menkeu mengatakan, belum membahas masalah itu. “Kita belum bicara tentang upsize, tapi mimimum 5,9 persen,” tegas Menkeu. Mengenai penyumbang pertumbuhan, Menkeu mengaku, hingga saat ini penyumbang terbesar masih konsumsi. “Pertumbuhan ekonomi kita itu kan masih didukung oleh konsumsi rumah tangga yang di atas 50 persen,” katanya. (ant)
ditangani serius oleh pemerintah, operator bandara dan pihak terkait lainnya. Terkait dengan target PKBL, Mustafa dalam sambutan tertulisnya mengatakan, pihaknya menargetkan penyaluran per tahunnya mencapai Rp 2 triliun, dan ternyata untuk lima tahun terakhir hingga 2009 sudah tersalurkan Rp 6,38 triliun. Sedangkan untuk prognosa PKBL yang ada, hingga kini sudah tersalurkan Rp1,97 triliun. “Pendistribusian PKBL pada 2009 sebanyak 650 ribu lebih atau mengalami peningkatan lebih dari 370 ribu dari 2004,” paparnya. Siaran pers Kementerian
BUMN menyebutkan total dana PKBL yang sudah disalurkan BUMN ke seluruh Indonesia pada 2010 ini mencapai Rp 2,6 triliun. Angka tahun ini meningkat dari 2009 yang sebesar Rp1,97 triliun. Dana tersebut diperoleh dari bagian laba bersih masing-masing BUMN sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor:PER-05/MBU/ 2007 tanggal 27 April tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Realisasinya, setiap BUMN wajib menyisihkan laba bersih perusahaan sebesar 1-2 persen untuk membantu permodalan para pengusaha kecil dan menengah. (ant)
Berharap Biaya Infrastruktur Dari IIF JAKARTA - Pemerintah mengharapkan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) memberikan pembiayaan berbagai proyek infrastruktur jangka panjang hingga mencapai Rp 500 triliun. “Kita mengharapkan pembiayaan IIF mencapai Rp 500 triliun,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo usai peresmian pendirian IIF di Jakarta, kemarin. Menkeu menyebutkan, kebutuhan investasi sektor infrastruktur selama 2010 hingga 2014 mencapai sebesar Rp 1.400 triliun. Pemerintah hanya mampu membiayai sebesar 30 persennya saja sementara lainnya harus pihak lain. “IIF dibentuk untuk mendukung lebih lengkapnya pembiayaan infrastruktur,” katanya. Kebutuhan investasi infrastruktur Rp 1.400 triliun menyangkut masa 2010 hingga 2014. Jika dirata-rata maka kebutuhan tiap tahun mencapai Rp 280 triliun. Dari jumlah itu, pemerintah menyediakan 30 persennya dan lainnya oleh swasta. Ketika ditanya proyek prioritas yang dibiayai IIF, Menkeu mengatakan, ada sejumlah proyek seperti pembangkit listrik di Jateng, jalan kereta api Mangarai-
Bandara Soekarno-Hatta, air bersih di Surabaya, pelabuhan, dan jalan tol. Menkeu menyebutkan, pendirian IIF merupakan bagian dari upaya pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. IIF merupakan lembaga keuangan non bank yang didirikan dengan tujuan memberikan pembiayaan jangka panjang bagi proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. IIF merupakan perusahaan swasta dan didanai oleh para pendirinya terdiri dari pemerintah RI, PT Sarana Multi infrastruktur sebesar Rp 600 miliar, ADB Rp 400 miliar, IFC Rp 400 miliar, dan DEG Deutche Investitions und Entwicklungsgesellschafft Jerman Rp 200 miliar. IIF mengundang investor swasta mengembangkan dana yang tersedia bagi proyek infratsuktur di Indonesia. Dukungan untuk IIF juga diperoleh melalui pinjaman dari WB dan ADB masingmasing ekuivalen Rp 1 triliun. Pemerintah Australia juga memberikan dukungan hibah dalam proses pendirian IIF. IIF telah menetapkan dewan komisaris dan dewan direksi yang bertugas mengawasi dan menjalankan usaha IIF. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.