No. 70 tahun IV
8 Halaman
Rabu, 14 April 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/sep
MOU BRI KERETA API - Direktur Bisnis Kelembagaan BRI Asmawi Syam (tengah) dan Direktur PT Kereta Api (Perseso) Ignasius Jonan (kiri), kemarin, usai menandatangani perjanjian pembiayaan modal kerja antara BRI dan PTKA senilai Rp 300 miliar, termasuk dukungan atas fasilitas impornya.
Hambatan Infrastruktur
Rupiah Sulit ke Rp 8.500 JAKARTA - Pengamat pasar, Anton Gunawan mengatakan, rupiah diperkirakan sulit untuk dapat mencapai angka Rp 8.500 per dolar AS, karena aliran dana asing yang masuk ke pasar domestik dari bulan ke bulan tidak tinggi. “Kenaikan rupiah yang terus terjadi berada dalam kisaran yang tidak begitu besar, karena dana asing yang masuk kenaikannya belum begitu berarti,” katanya di Jakarta, kemarin. Anton Gunawan yang juga analis PT Bank Danamon Tbk, mengatakan, rupiah memang sempat berada dibawah angka Rp 9.000 per dolar, namun posisi disitu tidak berlangsung lama. “Mata uang Indonesia itu kembali di atas posisi Rp 9.000 per dolar, karena melemahnya bursa Wall Street pada saat itu,” katanya. Menurut dia, rupiah yang ideal apabila berada pada kisaran Rp 9.000 sampai Rp 9.300 per dolar. Karena pada posisi tersebut, maka eksportir maupun importir dapat melakukan kegiatan usahanya dengan baik. Kalau rupiah, lanjut dia, terus menguat itu juga tidak baik, karena akan melemahkan daya asing terutama di sektor ekspor. Sejumlah negara juga tidak menginginkan mata uangnya menguat lebih jauh, ujarnya. Amerika Serikat misalnya meminta China untuk mendorong mata uangnya Yuan agar dapat menguat, namun ditolak karena tidak menginginkan matanya menguat lebih jauh. (ant)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.010 9.020
9.020
10.000 9/4
12/4
13/4
JAKARTA - Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 akan mencapai 5,5 persen atau meningkat dibanding 2009 sebesar 4,5 persen. Asian Development Outlook (ADO 2010) yang disampaikan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyebutkan, penguatan konsumsi publik dan investasi akan membawa pertumbuhan Indonesia mencapai 5,5 persen. Resesi ekonomi global hanya menimbulkan dampak ringan terhadap ekonomi Indonesia, sehingga pada 2010 dan 2011 aktivitas ekonomi akan bergerak lebih cepat dengan landasan tingginya permintaan domestik dan dukungan dari kebijakan makro ekonomi. Selain itu, pertumbuhan investasi di infrastruktur dan meningkatnya lapangan kerja masih menyisakan beberapa tantangan. Sementara di Asia Tenggara, ADB menilai pertumbuhan agregat kemungkinan akan pu-
lih menjadi 5,1 persen pada 2010 dari 1,2 persen pada 2009, ketika lima dari 10 ekonomi di kawasan ini mengalami kontraksi (Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Singapura dan Thailand). Pemulihan ini sebagian besar dikarenakan pulihnya kembali perdagangan global dan meningkatnya investasi. Pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan sedikit lebih cepat pada 2011. Untuk Asia Timur, pemulihan ekonomi berlangsung paling kuat, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan naik menjadi 8,3 persen pada 2010 dari 5,3 persen pada 2009, dengan pemulihan ekonomi yang mantap di tiga ekonomi yang mengalami penurunan tahun lalu (Hong Kong, China, Mongolia dan Taipei). Produk Domestik Bruto akan tetap tinggi di RRC, dimana stimulus fiskal yang besar yang dilakukan pemerintah akan terus berdampak. Republik Korea diperkirakan akan pulih dan tumbuh sebesar 5,2 persen di-
dorong oleh pulihnya investasi swasta dan konsumsi rumah tangga dan meningkatnya perdagangan global. Pertumbuhan di Asia Selatan juga akan meningkat pada 2010, dipimpin oleh India yang kemungkinan akan tumbuh sebesar 8,2 persen, begitu juga Srilanka (6,0 persen), di saat negara itu terus mendapat manfaat dari perdamaian yang terjadi baru-baru ini setelah perang saudara yang berlangsung lama. Pertumbuhan ekonomi di Pakistan kemungkinan akan meningkat sebesar 3,0 persen mencerminkan membaiknya fundamental ekonomi domestik, sementara pertumbuhan ekonomi di Bangladesh dan Nepal diperkirakan akan sedikit turun. Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan meningkat di Asia Tengah pada 2010, dari 2,7 persen pada 2009 sejalan dengan meningkatnya harga minyak dan pulihnya Federasi Rusia yang mendorong aktivitas ekonomi. (ant)
Potensi Kerugian Negara Rp 16,26 T JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menengarai adanya potensi kerugian negara sebesar Rp 16,26 triliun pada semester II 2009. “Total temuan dari 769 obyek yang diperiksa BPK adalah sebanyak 10.498 kasus senilai Rp 46,55 triliun. Di antara temuan tersebut, yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan sebanyak 4.494 senilai Rp 16,26 triliun,” kata Ketua BPK Hadi Purnomo saat melaporkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II 2009 dalam rapat paripurna di Jakarta, kemarin. BPL pada semester II 2009 memeriksa 769 objek pemeriksaan terdiri atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Hadi Poernomo
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Layanan Umum (BLU) dengan 10.948 temuan senilai Rp 46,55 triliun. Sementara itu untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT), BPK memeriksa sebanyak 497 objek pemeriksaan yang ditengarai memiliki poten-
si kerugian negara sebesar Rp 14,81 triliun, terdapat beberapa kasus yang dinilai signifikan. Kasus tersebut adanya kekurangan penerimaan senilai Rp 50,84 triliun dan sanksi denda sebesar Rp 130,95 miliar dari tebangan kayu yang tidak dilaporkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/ Kota Jambi, PT WKS, PT RHM dan PT TMA. Penggunaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 147,33 miliar oleh 12 perguruan tinggi, adanya 123 bidang tanah senilai Rp63,34 miliar di Bengkulu belum jelas status kepemilikannya. Selain itu pada pemeriksaan program jaminan kesehatan masyarakat, biaya operasional sebesar Rp 51,09 miliar yang dikeluarkan PT Askes belum diikat perjanjian kerja sama dengan Kementerian Kesehatan. (ant)
PTKA Dapat Pembiayaan BRI JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (persero) tbk memberikan dukungan pembiayaan kepda PT Kereta Api (persero) senilai Rp 300 milyar termasuk untuk fasilitas impornya. Penandatangan kerjasama dimaksud belangsung di Jakarta, kemarin. Dalam keterangannya yang diterima redaksi disebutkan, dukungan pembiayaan dari BRI merupakan wujud komitmen BRI untuk mendukung pengembangan moda transportasi kereta api Indonesia yang akan memainkan peran sangat penting bagi perekonimian ke depan. Saat ini, BRI telah memberikan pembiayaan kepada perusahaan BUMN yang terkait dengan kereta api baik sarana maupun prasarana, yakni PT Industri Kereta Api (Inka), PT Railink, PT Barata, PT Inti, dan
PT Wijaya Karya. Secara khusus, Direktur Bisnis Kelembagaan dan BUMN Asmawi Syam mengatakan dukungan pembiayaan dari BRI kepada PTKA sebagai operator kereta api akan digunakan untuk pembiayaan moda kerja pembelian suku cadang dan pemeliharaan sehingga dapat mempercepat pencapaian 4 pilar layanan kereta, yakni: keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan. Kerjasama ini, katanya, diharapkan menjadi gerbang untuk kerjasama pembiayaan yang lebih luas baik untuk pembiayaan rencana investasi PTKA ke depan maupun pembiayaan lainnya. “Serta menjadikan sinergi BUMN antara BRI dan PTKA dan anak perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di kedua belah pihak. (ahm)
Jembatan Selat Sunda
Dibangun Tahun 2012 JAKARTA - Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Deddy S. Priatna memperkirakan, pembangunan jembatan Selat Sunda dapat mulai dilakukan pada awal atau pertengahan 2012. “Awal 2012 baru bisa dibangun, pertengahanlah, sehingga selesai 2017-2018,” kata Deddy usai rapat koordinasi di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, kemarin. Menurut dia, pembangunan jembatan Selat Sunda memerlukan berbagai persiapan termasuk studi kelayakan dan pembuatan desain jembatan. “Perlu diperdalam dulu, studi kelayakan sekitar 1,5 tahun, terus pembuatan desain hingga 2012,” katanya. Ia menyebutkan, Tim Nasional Pembangunan Jembatan
Selat Sunda memang sudah dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres). “Tapi masih harus dibentuk lagi working group memakai keputusan Menko Perekonomian, diharapkan pekan depan sudah terbit,” katanya. Sementara itu menanggapi pembiayaan pembangunan Selat Sunda dengan pinjaman dari China, Deddy mengatakan, pinjaman sebesar 10 miliar dolar AS merupakan jumlah yang sangat besar. “Itu besar sekali, padahal ini kan diarahkan menggunakan pola kemitraan pemerintah swasta (PPP). Jumlah pinjaman itu terlalu besar,” katanya. Sementara itu Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan, pemerintah serius merencanakan pembangunan jembatan Selat Sunda. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.