No. 10 tahun IV
8 Halaman
Jumat, 15 Januari 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Kebutuhan Pokok Naik JAKARTA - Pemerintah mengakui, harga sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan pada awal Januari 2010 ini namun pemerintah akan melakukan upaya stabilisasi selama 2010. “Ketika yang lain mengalami kenaikan, harga minyak goreng (migor) kemasan justru mengalami penurunan,” kata Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di Jakarta, kemarin. Bayu yang juga Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan menyebutkan, dibandingkan dengan harga rata-rata 3 bulan terakhir (Oktober. Nopember, Desember 2009), harga beras umum mengalami kenaikan sebesar 9,28 persen di mana harganya pada pekan II Januari 2010 mencapai Rp 7.409 per kg. Sementara itu harga beras termurah mengalami kenaikan 8,99 persen menjadi Rp 6.000 per kg, migor curah (DKI Jakarta) naik 11,58 persen menjadi Rp 9.441 per kg, migor kemasan turun 0,67 persen menjadi Rp 11.231 per kg, migor umum naik 4,52 persen menjadi Rp 10.350 per kg. Sementara itu harga gula pasir mengalami kenaikan 12,57 persen menjadi Rp 10.739 per kg, dan harga tepung terigu turun 0,28 persen menjadi Rp 7.606 per kg. Jika dibandingkan dengan harga rata-rata Desember 2009, harga beras umum mengalami kenaikan sebesar 7,42 persen. Sementara itu harga beras termurah mengalami kenaikan 7,07 persen, migor curah (DKI Jakarta) naik 8,89 persen, migor kemasan turun 0,48 persen, migor umum naik 3,55 persen. (ant)
Rupiah Menguat Tipis JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin, naik 17 poin ke Rp 9.153-Rp 9.163 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.170Rp 9.180, karena pelaku masih terus membeli rupiah. Pembelian rupiah oleh pelaku pasar terutama disebabkan masih masuknya dana asing di pasar modal Indonesia akibat membaiknya bursa Wall Street, kata analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan, pelaku pasar sebenarnya masih akan menahan diri masuk ke pasar, namun menguatnya saham-saham di bursa Wall Street memicu mereka melakukan pembelian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun kenaikan rupiah pada sore ini relatif lebih kecil dibanding sebelumnya, karena pelaku pasar mengurangi kegiatannya, mereka sedang fokus pada pansus hak Angket Bank Century yang hari ini meminta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan keterangan masalah dana talangan Century. Akibatnya, aktivitas perdagangan kurang ramai, karena pelaku masuk pasar sekedar membeli saham agar aktivitas pasar tetap berjalan seperti biasa. BI masuk pasar lebih cepat agar rupiah masih berkisar Rp 9.150 sampai Rp 9.175 per dolar, karena khawatir rupiah makin mendekati angka Rp 9.100 per dolar. (ant)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.170
9.170
12/1
13/1
9.153
10.000 14/1
Bisnis Jakarta/ant
BUKU WIDJOJO - Menkeu Sri Mulyani (kanan) menyapa pakar ekonomi Widjojo Nitisastro yang meluncurkan buku “Pengalaman Pembangunan Indonesia Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro” dan “Esai dari 27 Negara Tentang Widjojo Nitisastro” di Jakarta, kemarin.
Sektor Jasa Terhambat Infrastruktur
JAKARTA - Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, mengatakan pertumbuhan sektor jasa di Indonesia masih terhambat pengadaan sarana infrastruktur. “Sektor Jasa seharusnya mulai masuk dalam persaingan kompetitif global, namun masih terhambat pengadaan infrastruktur untuk telekomunikasi dan transpotasi antardaerah,” ujarnya dalam workshop mengenai sektor jasa di Hotel Grand Hyatt Jakarta, kemarin. Masalah lain yang juga menghambat adalah permasalahan logistik, sumber daya
manusia, serta tingkat pendidikan masyarakat di daerah yang masih rendah, katanya. “Butuh pelayanan berkesinambungan untuk mengatasi masalah ini. Apalagi, sektor jasa menyangga lebih dari 50 persen sektor ekonomi kita,” ujarnya. Menurut Mari, pemerintah sebagai pemegang kebijakan dapat membantu dengan membuat regulasi yang dapat menguntungkan sektor jasa sehingga dapat meningkatkan industri manufaktur, pariwisata, serta sarana perhubungan. “Kita membutuhkan kerja-
sama dengan para pelaku usaha (stakeholder) dengan membuat regulasi yang efisien, menyeimbangkan sarana transportasi darat, laut, udara agar makin lancar, dan tujuan akhir mengembangkan pasar ekspor yang potensial,” ujarnya. Penggunaan tenaga dari luar negeri (outsourcing) untuk meningkatkan kompetisi di antara pelaku sektor jasa juga diperlukan dengan menggunakan pengembangan teknologi komunikasi berbasis informasi. “Sektor jasa di Singapura dan Korea sudah melakukan
BI Rate Bertahan JAKARTA - Pengamat ekonomi, Roy Sembel memperkirakan Bank Indonesia (BI) dalam waktu dekat kemungkinan tidak akan mengikuti kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Asia, karena BI menilai belum saatnya untuk menaikkan BI Rate. BI dalam waktu enam bulan kedepan kemungkinan masih mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) yang sekarang mencapai 6,5 persen, meski sejumlah bank sentral negara di Asia telah menaikkan suku bunga utama, katanya di Jakarta, kemarin. Bank sentral negara-negara Asia telah menaikkan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya agar bisa tumbuh lebih cepat menyusul pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Roy Sembel yang juga dosen Universitas Multimedia Nusantara mengatakan, faktor yang mendorong kenaikan suku bunga adalah apabila inflasi suatu negara terus meningkat. Selain itu juga kenaikan suku bunga itu dipengaruhi oleh peringkat utang negara terse-
but, katanya. Apabila BI, lanjut dia, menaikkan suku bunganya, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen akan sulit dicapai.
Roy Sembel
Sebab, kenaikan bunga BI Rate itu akan mendorong perbankan juga menaikkan suku bunganya terutama suku bunga pinjaman kredit yang mencapai 12-14 persen. Tingkat bunga kredit pinjaman sebesar itu menyulitkan debitur untuk mencari kredit baru ke perbankan, karena mereka khawatir tidak akan dapat membayar cicilan pinja-
man, tuturnya. Perbankan, menurut dia diminta untuk segera menyalurkan kredit kepada masyarakat agar ekonomi bisa tumbuh dan mendorong meningkatnya pendapatan masyarakat. Sikap debitur yang kurang responsif terhadap perbankan, mengakibatkan perbankan kesulitan mencari debitur yang ingin mencari tambahan modal baru, katanya. Meski demikian, lanjut Roy Sembel, BI pada enam bulan berikut akan juga menyesuaikan bunga acuan sekitar 25 basis poin. Bunga BI Rate kemungkinan akan kembali menguat hingga mencapai angka tujuh persen, ujarnya. Ditanya mengenai target pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, menurut dia, target pertumbuhan sebesar akan semakin berat, apabila bunga BI Rate terus naik. Pertumbuhan ekonomi yang hanya mengandalkan sektor konsumsi agak berat untuk mencapainya, namun pemerintah kemungkinan juga mengharapkan sektor-sektor lainnya juga dapat tumbuh lebih baik. (ant)
dengan menggunakan teknologi informasi untuk berkoneksi dengan outsourcing dari luar negeri,” ujar Mari. Dia mengatakan segala upaya yang harus dilakukan pemerintah dan para pelaku usaha untuk meningkatkan sektor jasa harus melihat segala perspektif agar dapat mengurangi harga dan mengurangi tingkat pengangguran. “Kita sedang membuat ‘blue print’ agar sektor jasa dapat lebih berkembang dan pemerintah juga akan lebih bernegosisasi agar pelaku usaha dapat mendapatkan akses lebih agar jangan
sampai ada tarif mahal karena kendala transpotasi,” ujarnya. Menurut dia, pemerintah telah mengembangkan wilayah Cikarang untuk difungsikan sebagai pelabuhan kering (dry port) agar para eksportir tidak mengurus segala permasalahan logistik di pelabuhan Tanjung Priok. “Disana akan dikembangkan pelayanan secara online dan tentunya setelah tol Cikarang-Tanjung Priok dioperasikan. Ini dapat meningkatkan sektor produksi sehingga dapat mengefektifkan sektor jasa,” ujarnya. (ant)
Kasus Century
Tak Pengaruhi Ekonomi JAKARTA - Direktur Econit Rizal Ramli mengatakan, penanganan Bank Century tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. “Banyak ekonom konservatif yang menakut-nakuti kalau Century ini akan pengaruh dengan ekonomi, ini hanya menakut-nakuti saja, tidak ada pengaruhnya terhadap sektor riil kita,” katanya di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, strategi menakut-nakuti itu biasa terjadi di Indonesia. Misalnya dulu ketika IMF masuk ke Indonesia saat krisis 1997/1998. Banyak kalangan ekonom konservatif yang memberikan bayangan buruk apabila tidak berhutang pada IMF. “Hasilnya justru sebaliknya, karena kita mengikuti IMF, pertumbuhan ekonomi minus 13 persen, dan menanggung utang BLBI hingga sekarang. Mereka menakut-nakuti saja,” katanya. Ia menjelaskan, pereko-
nomian riil dari penanganan Century sampai tuntas, bahkan apabila terjadi perubahan kabinet tidak akan terpengaruh. “Bahkan bila Boediono atau Sri Mulyani (menteri keuangan) digantipun tidak bermasalah perekonomian riil kita, mungkin memang berpengaruh di pasar saham, Indeks mungkin akan turun,” katanya. Menurut dia, penurunan indeks tersebut hanya akan bersifat sementara. Di satu sisi, indeks saat ini menurut dia sudah terlalu tinggi dan akan mengalami koreksi pada 2010. “Indeks saat ini yang menembus 2.600 ketinggian, saya kira indeks akan terkoreksi menjadi sekitar 2.2002.100. Mungkin bila Boediono dan Sri Mulyani turun indeks bisa turun lebih dalam menjadi 1.700, tapi inikan bisa di pasar, nanti naik lagi, karena begitu saham terlalu murah, akan kembali di buru dan naik lagi,” katanya. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.