Bisnis Jakarta - Kamis, 17 Juni 2010

Page 1

No. 114 tahun IV

8 Halaman

Kamis, 17 Juni 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

BI Jaga Volatilitas JAKARTA - Bank Indonesia akan menjaga volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di bawah 10 persen. “Kami fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar volatilitasnya di bawah 10 persen,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Mulya, di Jakarta, kemarin. Menurut dia, saat ini volatilitas rupiah masih terjaga di bawah 10 persen, dibanding saat krisis 1997-1998 yang sebesar 15-17 persen. Budi juga mengatakan, bahwa volatilitas yang dijaga sekitar 10 persen ini karena sesuai undang-undang bahwa Indonesia menganut rezim bebas mengambang. “Jika volatilitas di bawah 5 persen itu berarti bukan free float tapi justru devisa terkontrol,” kata deputi gubernur ini. Budi juga mengatakan bahwa BI sesuai mandat undangundang akan menjaga minimalisir volatilitas nilai tukar rupiah. “Tidak berarti rupiah berubah satu perak menjadi 5 perak tidak stabil, tapi berbicara dalam hitungan 9.000-an seminimal mungkin volatilitas ini dijaga,” katanya. Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta pada Rabu sore ini menguat mencapai Rp 9.150 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.170Rp 9.180 atau menguat 20 poin. Penguatan nilai tukar rupiah ini terkait aksi beli pelaku pasar terhadap mata uang Indonesia makin gencar, meski euro terhadap yen dan dolar melemah. (ant)

PUAB Diperlebar JAKARTA - Bank Indonesia menerapkan kebijakan pelebaran koridor suku bunga Pasar Uang Antar-Bank Overnight (PUAB ON) dilakukan dengan menyesuaikan suku bunga instrumen standing facilities terhadap suku bunga acuan (BI Rate). Pejabat sementara Gubernur BI Darmin Nasution, di Jakarta, Rabu, mengatakan pelebaran koridor itu dengan suku bunga Repo O/N (standing lending facility) dinaikkan dari BI Rate plus 50 basis poin (bps) menjadi BI Rate plus 100 bps dan suku bunga FASBI O/N (standing deposit facility) diturunkan dari BI Rate plus 50 bps menjadi BI Rate plus 100 bps. Dengan demikian, untuk BI Rate yang saat ini sebesar 6,5 persen maka suku bunga Repo O/N sebesar 7,5 persen dan suku bunga FASBI O/N sebesar 5,5 persen. “Kebijakan ini mulai berlaku pada hari Kamis tanggal 17 Juni 2010,” kata Darmin. Kebijakan ini, tambah dia, ditempuh agar PUAB dapat lebih berkembang sehingga bank-bank dapat memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya melalui transaksi antar bank terlebih dahulu sebelum menggunakan instrumen moneter yang disediakan oleh BI. Dia menjelaskan bahwa kebijakan ini agar perbankan tidak serta merta menggunakan fasilitas BI dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya karena bunganya lebih besar. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan dana perbankan tidak langsung menaruhnya di BI, karena dari sisi suku bunga kurang menarik. (ant)

KURS RUPIAH 9.000

9.150

9.500

9.170 10.000

9.175 14/6

15/6

16/6

Bisnis Jakarta/ant

KEBIJAKAN MONETER BI - Pjs. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution (2 kanan) didampingi Deputi Gubernur Budi Mulya (kanan), Hartadi A. Sarwono (kedua kiri) dan Ardhayadi (kiri) saat menyampaikan keterangan tentang paket kebijakan BI di Jakarta, kemarin.

Tarif Industri Naik

Pemerintah Jamin Kendalikan Harga JAKARTA - Kenaikan tarif listrik untuk pelanggan industri sebesar 9-18 persen tidak akan membuat harga melambung tinggi karena pemerintah akan berupaya mengendalikan harga. “Kita akan me-manage itu karena memang selalu ada ‘trade off’ di sekitar kita ketika melihat itu. Ini memang suatu pilihan,” ujar Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, dalam rapat kerja gabungan pemerintah dengan Komisi IV, V, dan VI DPR RI membahas soal gas di Gedung DPR RI, Jakarta kemarin. Untuk itu, ia menambahkan, pemerintah berupaya untuk terus menjaga inflasi agar harga tidak mengalami kenaikan cukup tinggi, apalagi dengan rencana kenaikan tarif listrik. “Tar-

get makro kita akan tercapai, termasuk inflasi 5,3 persen pada 2010. Sekarang kan masih dalam kisaran 2 persen dan kita akan terus menjaga hargaharga,” ujarnya. Ia mengatakan, saat ini sektor industri mengalami pertumbuhan dan ditunjukkan dengan permintaan barang meningkat, subsidi juga meningkat. Dilihat dari tren pertumbuhan masyarakat saat ini yang menunjukkan kemajuan, katanya, maka energi yang dibutuhkan juga meningkat. “Kita happy dengan adanya peningkatan. Ini membuat sektor industri meningkat dan secara year on year tumbuh 5-5,5 persen pada sektor manufaktur, itu menunjukkan geliat eko-

nomi meningkat,” ujarnya. Ia menambahkan dengan adanya permintaan energi yang terus meningkat, itu berarti penggunaan listrik juga ikut meningkat terutama untuk sektor industri. Namun secara keseluruhan agar harga terus dijaga agar tidak berdampak terhadap daya beli masyarakat dan meningkatkan inflasi. Ia juga mengungkapkan secara nominal dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik, belum ada perubahan pemberian subsidi terutama kepada bagi pelanggan semua jenis golongan berdaya 450 VA sampai 900 VA yang tidak terkena kenaikan. “Secara nominal kenaikan tetap listrik 10 persen dan subsidi listrik tetap diberikan Rp

Cadangan Devisa 81 Miliar Dolar JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan cadangan devisa pada akhir tahun ini bisa mencapai 81 miliar dolar AS sejalan dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Kami perkirakan cadangan devisa pada akhir tahun sedikit di atas 80 miliar dolar AS, paling tidak 81 miliar dolar AS akan bisa dicapai tergantung ekonomi global,” kata Pejabat Gubernur BI Darmin Nasution

di Jakarta, kemarin. Sementara Deputi Gubernur BI Budi Mulya menambahkan bahwa hasil perhitungan (exercise) BI pada bulan lalu memperkirakan cadangan devisa bisa mencapai lebih dari 81,3 miliar dolar AS atau lebih dari 6,4 bulan impor dan pembayaran utang jangka pendek pemerintah. Darmin menjelaskan, sampai Mei lalu cadangan devisa Indonesia mencapai 74 miliar

dolar AS dan diperkirakan dengan fundamental ekonomi Indonesia yang baik dibanding negara-negara maju lainnya maka cadangan devisa Indonesia akan terus meningkat. Namun, menurut dia, sentimen positif itu selalu saja diganjal kejadian yang menimbulkan sentimen negatif di pasar seperti kejadian resesi ekonomi di Dubai dan berlanjut dengan krisis ekonomi di Yunani. (ant)

Bisnis Jakarta/ant

DAYA SAING - Mantan wapres RI Jusuf Kalla menyampaikan materi dalam kegiatan seminar daya saing di hadapan mahasiswa IPB di Bogor, Jabar, kemarin.

55,1 triliun,” ujarnya. Dalam rapat komisi VII, pada Selasa (15/6), DPR dan pemerintah menyepakati kenaikan tarif dasar listrik bagi pelanggan industri dengan daya 1.300-2.200 VA naik enam persen, industri antara 2.200200.000 VA sembilan persen, industri di atas 200.000 VA 15 persen, pelanggan pemerintah antara 1.300-5.500 VA 15 persen, dan pemerintah di atas 200.000 VA 18 persen. Hatta menambahkan pertumbuhan energi sebesar rata-rata 1,25-1,5 persen juga diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada 2014. “Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen, maka

rules of times pertumbuhan energi kita 1,25-1,5 dari pertumbuhan ekonomi kita,” ujarnya. Menurut dia, untuk merangsang pertumbuhan minyak dan gas perlu dijaga ketahanan energi sehingga dapat mendorong permintaan dalam negeri sebagai stimulus atau nilai tambah guna meningkatkan daya saing. Ia juga mengingatkan, terkait masalah energi, kepada para produsen migas agar semua produksi migas diprioritaskan untuk dalam negeri. “Jangan ada kata-kata karena tidak ada permintaan dalam negeri, maka kita ekspor saja 100 persen. Tidak bisa, (semua) harus memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu,” ujarnya. (ant)

Larang, Asing Beli SBI JAKARTA - Pengamat pasar uang Farial Anwar menilai, seharusnya Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan yang melarang investor asing untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) karena keberadaannya hanya mengganggu kestabilan ekonomi Indonesia. “Sudah diduga BI tidak ada keberanian untuk melarang asing untuk membeli SBI yang selama mengganggu kestabilan ekonomi,” kata Farial Anwar di Jakarta, kemarin. Farial dimintai komentarnya mengenai paket kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia di bidang moneter yang antara lain memperketat investor baik asing atau lokal dalam pembelian SBI. Menurutnya, dana asing yang masuk di SBI tidak diperlukan oleh perekonomian Indonesia dan bahkan justru merugikan BI karena harus membayar bunga yang cukup besar kepada investor itu. Kebijakan BI yang membiarkan investor asing untuk membeli SBI yang merupakan instrumen moneter BI, menurut Farial juga tidak pernah dilakukan oleh bank sentral di negara lain, karena hal itu justru sangat merugikan keuangan bank sentral sendiri. Sebelumnya BI mengeluarkan paket kebijakan moneter

yang baru untuk merespon dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar keuangan domestik maupun global. Paket kebijakan pertama adalah pelebaran koridor suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang akan diimplementasikan mulai 17 Juni mendatang. Kedua, penerapan minimum one month holding untuk SBI atau larangan penjualan SBI sebelum dipegang kurang dari satu bulan atau 28 hari yang berlaku mulai 7 Juli. Ketiga penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit yang berlaku 7 Juli mendatang yang berfungsi untuk menyerap likuditas tanpa underlying surat berharga. Keempat penyempurnaan ketentuan mengenai posisi devisa netto yang ditujukan untuk meningkatkan transaksi dan kedalaman pasar valas dalam negeri agar tetap kondusif bagi kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Kelima adalah penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan yang akan diimplementasikan pada minggu kedua Agustus 2010 dan minggu kedua September 2010 serta instrumen keenam adalah penerapan mekanisme triparti repo SUN yang akan diterapkan pada tahun 2011. (ant)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Wirata, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bisnis Jakarta - Kamis, 17 Juni 2010 by e-Paper KMB - Issuu