Bisnis Jakarta - Senin, 18 Oktober 2010

Page 1

No. 194 tahun IV

8 Halaman

Senin, 18 Oktober 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Bisnis Jakarta/ist

Rupiah Pekan Ini Stabil JAKARTA - Pengamat pasar uang, Farial Anwar memperkirakan rupiah pada pekan ini kembali menguat dan dalam kondisi stabil. Ini karena pelaku pasar masih membeli rupiah yang didukung faktor positif yang muncul di pasar masih kuat. Peluang rupiah untuk naik masih ada, karena faktor positif tetap besar, akibat aksi Bank Sentral AS atau The Federal Reserve yang akan mengeluarkan dana paket stimulus untuk menyuntik pasar AS. Rupiah pada Jumat sore naik tujuh poin menjadi Rp 8.913/ dolar. Pelaku pasar akan membeli rupiah sambil menunggu suntikan dana dari The Federal Reserve (The Fed). Pelaku pasar optimis dengan suntikan dana baru itu, maka pasar global akan kembali membaik, terutama pasar Amerika Serikat, katanya. Fundamental Indonesia, yang makin kuat dan pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh merupakan daya tarik bagi asing untuk tetap bermain di pasar domestik. Pelaku asing optimis Indonesia masih merupakan pasar yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi, karena pasar Eropa dan Amerika Serikat masih tak menentu. Apalagi sejumlah lembaga keuangan internasional seperti Standard Chartered optimis bahwa ekonomi Indonesia akan dapat tumbuh lebih besar. Karena itu pelaku asing diperkirakan sampai 2012 masih akan bermain di pasar uang maupun pasar saham. Jadi rupiah masih berpeluang untuk dapat mencapai angka Rp 8.900 per dolar, karena hanya tinggal beberapa langkah saja mata uang Indonesia menuju ke sana. (ant)

KELAR TAHUN DEPAN – Pembangunan PLTU Asam-asam unit III yang kini mencapai 70 persen ditargetkan kelar tahun depan dan akan dilanjutkan dengan pembangunan pembangkit PLTU Asam-asam unit IV, sehingga keduanya bisa dioperasikan secara sempurna.

Kenaikan GWM Tak Berpengaruh BANDUNG - Direktur Manajemen Resiko PT Bank Mandiri Persero Tbk, Sentot A Sentausa mengatakan dampak kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) primer yang dikeluarkan Bank Indonesia dari lima persen menjadi delapan persen yang berlaku pada 1 November tidak akan mempengaruhi likuiditas perbankan. “Kenaikan GWM rupiah sebesar tiga persen akan menyerap likuiditas perbankan sebesar Rp 56 triliun, dan akan menyisakan ekses likuiditas sebesar Rp 263 triliun yang tercatat masih diatas ekses terendah selama tiga tahun terakhir sebesar Rp 226 triliun,” kata Sentot. Ekses likuiditas itu, lanjut Sentot disimpan bank dalam SBI (Sertifikat Bank Indonesia) sebesar 12,5 persen, di SBN (Surat Berharga Negara) sebanyak 13,2 persen dan di GWM sekunder 2,5 persen. “Dengan pemenuhan GWM dengan konversi SBI atau SBN ke GWM, maka tidak berdampak terhadap likuiditas pasar,” ujar Sentot. GWM dianggap sebagai

sebuah faktor yang berpengaruh terhadap likuiditas pasar, dengan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi likuiditas pasar seperti terjadi penarikan kredit atas undisbursed loan secara signifikan. Sementara mengenai kebijakan Bank Indonesia yang menahan investor untuk menjual SBI minimal selama satu bulan, menurut Sentot dapat mengurangi tekanan penarikan dana oleh pihak asing melalui penjualan SBI secara besarbesaran. “Saat ini, beberapa bank juga telah menaikan suku bunga DPK rupiah, tapi pasar uang belum memperhatikan adanya bank-bank yang mencari likuiditas secara intensif sejak pengumuman ketentuan baru GWM,” ujar Sentot. Kondisi LDR di beberapa bank nasional hingga Juni 2010, lanjutnya menunjukkan ada empat bank besar yang saat ini memiliki LDR di bawah 78 persen, yaitu Bank Mandiri, BCA, BNI dan Bank Panin dengan total undisbruised kredit sebesar Rp 136,3 triliun. Untuk men-

capai LDR 78 persen, beberapa bank masih memerlukan tambahan ekspansi kredit yang harus dilakukan secara agresif dan intensif, dan apabila tidak dilakukan secara hati-hati dapat meningkatkan problem loan (pinjaman bermasalah). Untuk itu, kondisi pasar baik rupiah maupun valas dalam keadaan likuid karena 10 bank besar masih memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi tambahan GWM tiga persen dengan mengkonversi surat berharga yang ditempatkan bank-bank tersebut di BI. Sedangkan untuk mencapai LDR 78 persen, beberapa bank masih diperlukan tambahan ekspansi kredit yang harus dilakukan secara agresif dan intensif yang dapat mengabaikan prinsip kehati-hatian. Penambahan GWM sebesar tiga persen pada November 2010 dan GWM-LDR pada Maret 2011, selain berdampak pada berkurangnya likuiditas bank juga berdampak pada turunnya NIM (Net Ineterest Margin) dan COF (Cost of Fund). (ant)

Pemerintah Diminta

Batalkan Kenaikan Cukai Rokok JAKARTA - Pengusaha rokok di Indonesia meminta pemerintah membatalkan kenaikan pemberlakuan cukai rokok 5 persen per Januari 2011 karena dampaknya bisa mempengaruhi penjualan di pasar komoditas tersebut. “Kalau cukai rokok dinaikkan, otomatis harga rokok yang dilepas ke pasar nasional ikut naik,” kata Bendahara Gabungan Pengusaha Pabrik Rokok Indonesia (Gappri), Adi Harnadi, kemarin. Menurut dia, cukai merupakan pengeluaran terbesar untuk perusahaan rokok. Bahkan kontribusinya bisa mencapai 50 persen. Jika kenaikan cukai yang ditetapkan Pemerintah Pusat 5 persen, ia memprediksi, peningkatan harga jual rokok setara dengan kenaikan cukai pada tahun 2011. “Di sisi lain, beban yang akan dihadapi pengusaha rokok tidak berasal dari cukai

tetapi juga Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) menyusul inflasi tahunan dan bahan pendukung lain seperti kertas,” katanya. Jika kenaikan cukai tetap diberlakukan, ia mengaku, pada tiga bulan pertama di awal tahun penjualan rokok menurun. “Penyebab penurunan tersebut dikarenakan mayoritas konsumen masih membutuhkan waktu adaptasi terhadap revisi harga rokok antara tiga bulan sampai enam bulan,” katanya. Di samping itu, kenaikan harga jual rokok tidak mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Akan tetapi, yang dirugikan justru kalangan pengusaha atau pabrik rokok skala kecil. Dari pengalaman tahun sebelumnya, kenaikan cukai biasanya diberlakukan berjenjang tapi kenaikannya dirasakan tak proporsional. (ant)

PLTU Asam-Asam III Tuntas Tahun Depan BANJARMASIN - Manajemen Perusahaan Listrik Negara Kalimantan Selatan optimistis pembangunan Pembangkit energi Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam-asam unit III selesai tahun depan. Pembangunan PLTU Asam-asam unit III kini sudah selesai sekitar 70 persen, kata manajer PLTU Asam-asam Kalimantan Selatan (Kalsel) Sahrijal Purba di Banjarmasin kemarin. Dengan demikian, diharapkan target penyelesaian pembangkit yang akan menerangi wilayah Kalsel, Kalimantan Tengah (Kalteng) hingga Kalimantan Timur (Kaltim) pada April 2011 tercapai. “Informasi dari kontraktor, mereka tetap optimistis pembangunan ini selesai sesuai target, asalkan tidak ada gangguan alam maupun teknis lainnya secara ekstrem,” katanya. Sedangkan pembangunan pembangkit PLTU Asam-asam unit IV, akan dilakukan setelah PLTU unit III selesai dan bisa dioperasikan secara sempurna. “Kalau pembangunan PLTU unit IV memang masih agak lama, karena harus menyelesaikan yang unit III dulu,” katanya menanggapi pernyataan Sekda Pemprov Kalsel Mukhlis Gafuri.

Sekda Kalsel Mukhlis Gafuri menyatakan kekhawatiran tertundanya pembangunan PLTU Asam-asam unit III dan IV seperti nasib pembangunan dan penyelesaian trans Kalimantan. Menurut dia, hingga kini pihaknya belum mendapat laporan atau mendengar perkembangan tahapan pembangunan PLTU Asam-asam. “Pembangunan PLTU Asam-asam kita khawatirkan akan kembali tertunda, karena hingga kini kita belum tahu perkembangannya,” katanya. Sebelumnya diberitakan, pendanaan Pembangunan dua pembangkit listrik baru itu senilai Rp 1,2 Triliun, bersumber dari anggaran PLN sendiri sebesar 15 persen. Sisanya 85 persen dari sindikasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan enam Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu BPD Kalsel, BPD DKI, BPD Papua, BPD Sumatera Selatan, BPD Sumatera Utara, dan BPD Sulawesi Selatan. Dengan selesainya pembangunan dua pembangkit tersebut, PLN Kalsel-Kalteng akan mendapat tambahan daya listrik sebesar 130 MW, sehingga diharapkan bisa mengatasi krisis energi listrik didua provinsi itu. (ant)

Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.