No. 53 tahun IV
8 Halaman
Jumat, 19 Maret 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/ant
INDUK BUMN PERKEBUNAN - Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar (kiri) didampingi anggota DPR Komisi XI Ade Komaruddin memberikan keterangan soal pembentukan induk BUMN Perkebunan di Jakarta, kemarin. Pembentukan Induk BUMN yang menggabungkan 14 PTPN dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) selesai pada tahun 2010.
Defisit Topang Konsumsi Masyarakat
Investor Ambil Untung JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis sore turun 14 poin karena pelaku pasar masih merealisasikan keuntungan, menyusul melemahnya bursa Wall Street dan bursa Tokyo yang menekan bursa efek Indonesia. Aksi lepas rupiah relatif masih kecil, karena pelaku agak ragu-ragu untuk melepasnya melihat arus modal asing yang masuk ke pasar domestik makin meningkat, kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar berada pada posisi Rp 9.114 – Rp 9.124 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.100 - Rp 9.110. Kostaman Thayib mengatakan, rupiah hari ini memang terpuruk namun masih ada berpeluang untuk naik, kalau melihat koreksi harga yang terjadi relatif kecil. “Kami optimis sentimen terhadap rupiah masih akan terjadi. Jadi koreksi harga ini diperkirakan tidak akan berlanjut,“ ujarnya seperti dikutip Antara. Menurut dia, pelaku pasar agak ragu melepas rupiah, melihat arus dana asing yang masuk terus meningkat, mereka ingin membeli mata uang Indonesia, namun mereka khawatir Bank Indonesia akan masuk pasar menahan kenaikan lebih lanjut. (ahm)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.100 9.155
9.114
10.000 12/3
15/3
16/3
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa defisit RAPBNP 2010 yang ditetapkan sebesar 2,1 persen dari PDB masih dalam batas yang dapat dikelola termasuk pembiayaan melalui pinjaman. “Defisit 2,1 persen kami anggap masih managable dan pembiayaan masih comfortable,” kata Sri Mulyani dalam Economic and Political Outlook 2010 Citi Indonesia di Jakarta, kemarin. Menurut dia, peningkatan defisit atau belanja negara akan diarahkan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan reformasi birokrasi. Menkeu mengatakan, sebagai instrumen manajemen fiskal, APBN akan menjadi instrumen yang efektif selama instrumen itu sehat. Kenaikan defisit dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen merupakan satu item perubahan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap APBN 2010. “Ada dua alasan perubahan APBN 2010 yaitu untuk menjaga dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi, dan untuk mengurangi kemiskinan,” kata Sri Mulyani. Pemerintah menaikkan defisit APBN 2010 dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen. Defisit naik Rp 38,1 triliun dari Rp 98 triliun menjadi Rp 129,8 triliun. Penerimaan negara dalam APBN Perubahan 2010 diproyeksikan mencapai Rp 974,8 triliun atau naik Rp 25,2 triliun dibanding sebelumnya Rp 949,7 triliun. Sedangkan belanja negara mencapai Rp 1.104,6 triliun atau naik Rp 57 triliun dari sebelumnya Rp 1.047,7 triliun. Pemerintah menggunakan sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) 2009 sebesar Rp 38,7 triliun untuk menutup defisit APBNP 2010. Dari segi pembiayaan utang, porsi utang luar negeri akan lebih besar dibanding proyeksi semula yakni menjadi Rp 72,3 triliun dari sebelumnya Rp 57,6 triliun. Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Anggito Abimanyu mengatakan, pemerintah akan menggunakan dana sisa lebih pembiayaan anggaran (silpa) sekitar Rp 20 triliun dari total silpa sebesar
Rp 38 triliun. Anggaran tersebut, kata Anggito, akan digunakan untuk membiayai penambahan defisit sebanyak 0,4 persen dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen dalam APBN-Perubahan 2010. Anggaran itu, lanjutnya, digunakan untuk membiayai penerbitan surat berharga negara atau SBN seperti Surat Utang Negara (SUN). “Silpa kan ditaruh di bawah, bellow the line. Jadi menambah belanja, artinya untuk pembiayaannya sudah ada,” imbuhnya. Dari total silpa Rp 38 triliun tersebut, ujar Anggito, sisa sebanyak Rp 18 triliun akan digunakan untuk menambah atau menjaga posisi kas negara. Bahkan, katanya, anggaran itu bisa juga dipakai untuk mengurangi pembiayaan lainnya. Anggito menambahkan, ada dua jenis belanja yang ditengarai akan naik pada APBN-P 2010 mendatang. Pertama adalah belanja-belanja stabilitas harga. Kedua belanja untuk program-program prioritas yang belum tertampung dalam APBN 2010. (ant)
2011, RI Impor Gas JAKARTA - Indonesia diperkirakan baru merealisasikan impor gas bumi untuk kebutuhan industri domestik pada akhir 2011. Hal itu dikarenakan belum tuntasnya pembangunan infrastruktur LNG receiving terminal. Dirjen Migas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H. Legowo menyatakan, importasi gas bumi dapat memungkinkan apabila terminal regasifikasi dan penampungan (floating storage and re-gasification terminal/FSRT) mulai selesai. Rencananya instalasi itu akan dibangun PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk di Jawa Barat dan Sumatera Utara sudah mulai beroperasi. Rencananya FSRT tersebut tuntas terbangun pada September 2011. ”Impor gas nanti
baru bisa direalisasikan pada akhir 2011, setelah proyek pembangunan LNG Receiving Terminal selesai,” ujar Evita usai peresmian Pemanfaatan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga 2009 dan Penandatanganan MoU Pemanfaatan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga 2010, di, Jakarta, kemarin. Adapun langkah yang akan diambil untuk mengatasi defisit gas dalam negeri secara pendek, Evita mengatakan, pemerintah akan berupaya mengoptimalkan sumber gas yang ada di dalam negeri.”Yang terpenting, bisa dialirkan biar sedikit,” ungkapnya. Kesempatan sama, Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso menyatakan opsi impor yang akan diambilnya untuk mengatasi pasokan defisit gas
yang dialaminya masih belum dapat terealisasi karena belum tersediannya fasilitas tersebut. “Kalau kita impor sekarang barangnya mau ditaruh di mana. Impor itu bentuknya cair, perlu diregasifikasi dulu,” tandasnya. Sebelumnya, untuk mengatasi defisit gas yang terjadi sekarang ini, Pemerintah mempersiapkan sejumlah opsi, antara lain impor, memperketat pemetaan antara pasokan dan kebutuhan serta memperketat keputusan-keputusan mengenai skala prioritas penggunaan gas. Saat ini, kekurangan pasokan gas untuk industri domestik tidak terlepas dari karakteristik hulu gas. Yakni, potensi cadangan gas bumi baru akan dikembangkan apabila secara kalkulasi ekonomis sudah memperoleh pembelinya. (ind)
Imbas Global Terasa JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa dinamika global dan regional kemungkinan besar masih akan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada beberapa waktu ke depan. “Negara-negara yang terkena krisis akan melakukan exit strategy yang akan mulai dilakukan pada kuartal II 2010 nanti,” kata Sri Mulyani dalam Economic and Political Outlook 2010 Citi Indonesia di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan, dampak dari krisis beberapa waktu lalu menyebabkan anggaran negara negara-negara yang terkena krisis mengalami masalah yaitu defisit yang sangat besar. “Amerika bilang belum melakukan exit strategi tapi sebenarnya APBN mereka sudah berdarah-darah,” katanya. Di sisi regional, menurut Menkeu, saat ini juga terjadi pertarungan antara mata uang
dolar AS dengan mata uang China. China saat ini menguasai dolar AS dalam jumlah sangat besar. Menurut dia, dua kekuatan ini sedang mencari keseimbangan baru yang akan memberikan dampak ke global dan regional termasuk ke Indonesia. “Berbagai dinamika itu kemungkinan akan memberikan resiko terhadap exchange rate kita,” kata Sri Mulyani. Sementara itu mengenai kebijakan ekonomi yang akan ditempuh selama 2010, Menkeu mengatakan, tidak ada kebijakan ekonomi yang akan mengejutkan. “Kebijakan ekonomi makro dan mikro tidak ada yang surprised,” katanya. Ia menyebutkan, tahun 2010 merupakan momentum mempertahankan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. “Tema 2010 seperti disampaikan presiden adalah upaya debottlenecking and acceleration melalui berbagai instrumen,” kata Menkeu. (ant)
Investasi Jadi Tantangan JAKARTA- Ekonom Citigrup Johanna Chua berpendapat bahwa peningkatan investasi merupakan tantangan penting yang harus direspon Indonesia pada 2010 dalam rangka meningkatkan kondisi perekonomian. “Tantangan kunci perekonomian Indonesia 2010 adalah peningkatan pertumbuhan investasi,” kata Johanna Chua dalam seminar 10 th Annual Citi Indonesia Economic and Political Outlook Indonesia 2010 di Jakarta, kemarin. Johanna menyebutkan, pertumbuhan investasi pada 2009 sangat kecil sehingga kontribusi terhadap perekonomian nasional masih sangat lemah. “Pertumbuhan investasi pada 2009 yang hanya sekitar 3 persen saja, sangat kecil. Pada 2010 harus diperbaiki,” kata Johanna.
Menurut dia, kredit perbankan sebagai pendukung kegiatan investasi perlu mendapat perhatian dengan kebijakankebijakan moneter yang lebih mendukung kegiatan investasi. Ia menyebutkan, berdasar survei PBB terhadap penanaman modal asing (PMA) secara lanngsung (FDI) sebenarnya Indonesia masuk dalam 15 tertinggi yang diminati calon investor. Johanna menyatakan optimistis bahwa perekonomian Indonesia pada 2010 akan lebih baik dari sebelumnya. “Yang perlu diwaspadai adalah peningkatan inflasi yang akan mengikuti perbaikan kondisi ekonomi dan pengelolaan surat utang yang dikuasai pihak asing ketika negara-negara maju melaksanakan exit policy strategy,” kata Johanna. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.