No. 159 tahun IV
8 Halaman
Jumat, 20 Agustus 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Dana Masyarakat di Perbankan Menurun JAKARTA - Dana masyarakat yang ada di perbankan atau Dana Pihak Ketiga (DPK) pada pekan kedua Agustus (6-13) menurun Rp 8,4 triliun menjadi Rp 2.058,79 triliun antara lain karena setoran pajak serta pembayaran haji. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Johansyah di Jakarta, Kamis mengatakan dari data historis sejak 2001, pertumbuhan mingguan DPK yang melambat sejak tiga minggu terakhir merupakan pola musiman DPK. “DPK cenderung naik sejak bulan Januari sampai Juni. Setelah itu cenderung turun selama triwulan 3, kemudian cenderung naik lagi sampai akhir tahun. Namun secara kumulasi sejak awal tahun DPK tumbuh 4,48 persen, atau 13,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu,” katan Difi Johansyah. Berbeda dengan DPK, pada pekan kedua Agustus penyaluran kredit justru naik Rp 5,44 triliun menjadi Rp 1.592,3 triliun sehingga total kredit tumbuh 11,33 persen sejak awal tahun atau 19,54 persen dibanding periode sama tahun lalu. Peningkatan kredit bersumber dari peningkatan kredit rupiah Rp 3,79 triliun dan valas Rp 1,64 triliun. Secara tahun ke tahun pertumbuhan kredit rupiah 21,82 persen jauh lebih tinggi dari kredit valas 6,95 persen. Kenaikan kredit yang tak diikuti dengan peningkatan DPK, mengakibatkan LDR perbankan naik dari 76,76 persen menjadi 77,34 persen. Sedangkan mengenai Uung kartal diperkirakan akan mengalami net outflow sekitar Rp 42 triliun selama Ramadhan 2010. Menjelang dan selama puasa (30 Juli - 12 Agustus), uang kartal mengalami outflows Rp 9,7 triliun. (ant)
Rupiah Menguat JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin sore naik 18 poin menjadi Rp 8.957Rp 8.967 per dolar dari sebelumnya Rp 8.975, karena pelaku lokal maupun asing tetap membeli rupiah. Analis PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, mengatakan, rupiah menguat mendekati level Rp 8.900 per dolar, karena pelaku masih membeli mata uang Indonesia. Namun aksi beli itu belum memicu posisi rupiah pada Rabu sore mencapai level Rp 8.900 per dolar, ujarnya. Menurut Rully Nova, berat langkah rupiah untuk mencapai level Rp 8.900 per dolar, karena Bank Indonesia (BI) menjaganya agar tidak terlalu cepat bergerak naik. BI berusaha menahan laju kenaikan rupiah, karena dikhawatirkan apabila ada isu nega-
tif akan bisa merosot tajam. Posisi rupiah, lanjut dia saat ini dinilai sangat baik , meski pemerintah akan berembuk dengan BI dengan penguatan rupiah yang berlanjut. Pemerintah mengharapkan rupiah kembali melemah hingga di atas Rp 9.000 per dolar agar ekspor Indonesia di pasar ekspor bisa kompetitif. Namun rupiah sampai saat ini makin menguat hingga menjauhi angka Rp 9.000 per dolar sehingga produk ekspor Indonesia daya saingnya makin melemah, tuturnya. Meski demikian, rupiah berpeluang kembali naik karena investasi asing di pasar terus meningkat. Hal ini terlihat dari investasi asing di pasar saham yang sampai kemarin mencapai Rp 1,4 triliun. (ant)
KURS RUPIAH 8.500
8.957
9.000
8.975
8.975
16/8
18/8
9.500 19/8
Bisnis Jakarta/ant
PERSEDIAAN IDUL FITRI - Petugas beraktivitas di ruangan khasanah Bank Indonesia, Jakarta, kemarin. Persediaan uang nasional menjelang Idul Fitri 2010 diperkirakan sebesar Rp 139,61 triliun terdiri dari uang pecahan besar senilai Rp 127,67 triliun dan uang pecahan kecil Rp 12,94 triliun.
Industri Gula Nasional Tak Efisien JAKARTA - Kadin Indonesia menilai industri gula nasional tidak efisien mulai dari sektor hulu hingga ke hilir sehingga produksi gula nasional terus menurun hingga terancam mencapai titik terendahnya. “Ketidakefisienan industri gula nasional mulai dari pembibitan sampai dengan perkebunan menyebabkan industri gula nasional kita sulit bersaing dengan negara-negara lain,” kata Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Primer Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Adhi S Lukman, di
Jakarta, Kamis. Adhi yang juga Ketua Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia) itu menilai pemerintah sudah saatnya turun tangan untuk melindungi petani penghasil gula agar tidak tergerus dalam persaingan global. Untuk kepentingan itu, pihaknya meminta pemerintah agar segera memberlakukan proteksi dan kebijakan yang tegas terkait industri gula di tanah air. “Berdasarkan data yang ada produksi gula kita terus menurun, sekarang sudah hampir mencapai titik terendahnya,”
kata Adhi. Pada 2008, produksi gula nasional memang mencapai 2,7 juta ton namun menurun hingga 2,2 juta ton di 2009. Dan tahun ini angka itu diperkirakan akan terus merosot. Padahal kebutuhan konsumsi langsung untuk rumah tangga sembilan kilo per kapita per tahun. Menurut Adhi, sudah saatnya membenahi industri gula nasional mulai dari hulu hingga ke hilirnya. Adhi berpendapat bila gula nasional tersedia murah tentu akan dapat memenuhi kebutuhan banyak pihak dengan lebih terjangkau. Ia
Pembentukan OJK Didukung Pasar Modal JAKARTA - Pelaku pasar modal mendukung pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diharapkan dapat melakukan pengawasan terhadap pelaku industri keuangan dengan lebih efektif. “Dalam OJK itu ada tiga unit pengawas sub industri jasa keuangan yaitu pengawas perbankan, pengawas pasar modal dan pengawas lembaga keuangan,” kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK) Fuad Rahmany dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan panitia khusus (pansus) tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) OJK di Gedung MPR/ DPR RI, Jakarta, kemarin. Fuad menilai penyatuan pengawasan terhadap seluruh pelaku industri keuangan yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan Bapepam
akan lebih baik karena menghapuskan area abu-abu yang selama ini menimbulkan masalah. Ia mencontohkan saat ini banyak bank yang memiliki anak usaha di bidang pembiayaan dan asuransi atau sebaliknya perusahaan sekuritas dan asuransi memiliki saham di perbankan. Akibatnya pengawasan terhadap perusahaan itu menjadi tidak efektif karena membingungkan bagi BI dan Bapepam. Fuad menyebutkan kasus Bank Century merupakan contoh dari adanya area abu-abu dalam pengawasan industri keuangan di Indonesia. Pada kasus itu, PT Antaboga yang dimiliki oleh Robert Tantular menerbitkan reksadana melalui Bank Century yang ternyata palsu. “Itu produknya reksadana ternyata palsu, BI
menyangka itu reksadana yang didaftarkan di Babepam dan Babepam tidak menyangka reksadananya palsu,” ujarnya. Fuad mengatakan dengan disatukannya pengawasan pasar modal dan perbankan dalam OJK maka pengawasan akan lebih baik. “Tapi karena pengawasan bank itu di BI merupakan bagian dari bank sentral dan kami bagian dari Kemenkeu, maka pengawasan jadi lambat, dengan adanya tiga pengawas ini koordinasi akan lebih baik,” tuturnya. Menurut Fuad, dengan adanya OJK maka dapat dilakukan analisis produk yang merupakan gabungan antara produk perbankan dan pasar modal. “Kadang-kadang pemegang saham sebuah perusahaan asuransi dan bank itu satu, jadi sulit untuk ditelusuri,” ujarnya. (ant)
IHSG Tembus Rekor Baru JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis ditutup naik mengikuti penguatan bursa regional dan menembus rekor baru di level 3.100 poin. IHSG naik 33,263 poin atau 1,08 persen menjadi 3.105,350, sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan juga menguat 6,697 poin (1,20 persen) ke posisi 589,893. Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Kamis mengatakan, IHSG menembus rekor baru didorong oleh masuknya aliran dana asing yang dipicu pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) saham BRAU pada perdagangan hari ini (Kamis). “Menguatnya bursa regional juga memberikan sentimen positif bagi pasar,” ujarnya.
Ia memperkirakan perdagangan saham besok (kamis) rally indeks akan sedikit tertahan dengan kisaran support-resistance 3.082-3.114. Ia mengatakan, agar memperhatikan peluang untuk trading pada saham infrastruktur, semen, dan konsumer. Volume perdagangan mencapai 6,129 miliar saham dengan nilai Rp4,553 triliun dari 141.906 kali transaksi. Saham yang naik sebanyak 99 jenis, yang turun 119 dan 72 bergerak mendatar. Bursa di kawasan Asia seperti indeks Hang Seng menguat 49,73 poin (0,24 persen) ke posisi 21.072,46, Nikkei 225 naik 122,14 (122,14 persen) menjadi 9.362,68, dan Indeks Singapore Strait Time naik 27,40 poin (0,94 persen) ke level 2.946,77. (ant)
mengusulkan agar tidak lagi dilakukan pembagian kelompok dalam industri gula yakni kelompok gula konsumsi dan gula rafinasi. “Tidak perlu dibagi tapi gunakan sistem grade, misalnya grade 1 dan grade 2, siapa yang ingin mendapatkan gula kualitas nomor 1 maka belilah grade 1,” katanya. Selama ini, industri gula nasional dibagi dua kelompok, yaitu kelompok gula konsumsi dan gula rafinasi. Kelompok gula konsumsi didominasi BUMN, yaitu PT Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia, meliputi
52 pabrik gula dengan kapasitas produksi maksimal 2,7 juta ton pertahun. Sedangkan, untuk kelompok rafinasi kapasitas terpasang pabrik mencapai tiga juta ton pertahun. Namun, karena keterbatasan mesin, kapasitas teknis produksinya hanya 2,1 juta ton pertahun. Dari kapasitas tersebut, produksinya baru 80 persen. Sedangkan total kebutuhan gula nasional mencapai hampir empat juta ton pertahun. Selain kendala produksi, industri gula nasional juga dihambat masalah distribusi. (ant)
Jumlah Dana di SBI Meningkat Tajam JAKARTA - Jumlah dana perbankan yang disimpan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam satu pekan terakhir (6-13 Agustus) meningkat tajam dari Rp 234,39 triliun menjadi Rp 272,68 triliun. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Johansyah di Jakarta, Kamis mengatakan peningkatan dana di SBI sebesar Rp 38,29 triliun itu terjadi karena adanya perpindahan dana dari instrumen term deposit jangka pendek yang habis waktu dan berkurangnya kredit yang disalurkan selama Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, katanya, juga karena adanya lelang SBI 9 bulan yang berhasil menyerap dana sebesar Rp 2,25 triliun. “Masuknya dana di SBI 9 bulan membuktikan kepercayaan mereka terhadap Indonesia masih bagus dan tidak akan berubah dalam waktu dekat,” kata Difi. Sementara tambahan dana di SBI lainnya, lanjut Difi karena pada bulan ini tidak ada lelang term deposit 1 bulan, sehingga perbankan memindahkannya ke SBI. “Selain itu, bisa juga karena selama puasa dan Lebaran kredit yang akan dicairkan bank berkurang, jadi sementara disimpan di SBI,” katanya. Dikatakannya, selama minggu kedua Agustus (9-13) operasi moneter mengalami net ekspansi atau terdapat tambahan likuiditas bagi perekonomian karena operasi keuangan peme-
rintah yang mendorong bank mencairkan sebagian penempatan dananya di BI. Posisi instrumen operasi moneter turun Rp 15 triliun, dan posisi keuangan pemerintah mengalami net kontraksi Rp 21,98 triliun. Pada pekan ini, untuk pertama kali dilaksanakan lelang SBI 9 bulan, dengan minat bank yang cukup besar, terlihat dari jumlah penawaran SBI yang jauh melebihi jumlah yang jatuh waktu. Sementara Suku bunga SBI belum menunjukkan perubahan, meskipun ekspektasi inflasi meningkat, belum terdapat indikasi peningkatan suku bunga dalam jangka pendek. Sementara di SBI 9 bulan, pelaku pasar menginginkan rate yang lebih tinggi karena premi risiko. Dengan kondisi tersebut, rata-rata tertimbang SBI yang terbentuk masing-masing 6,63 persen untuk SBI 3 bulan, 6,72 persen untuk 6 bulan, 6,83 persen untuk 9 bulan. “Perkembangan ini menunjukkan upaya BI melalui paket kebijakan moneter yang lalu untuk memperbaiki struktur pendalaman pasar keuangan melalui pembentukan reference rate (SBI) yang berjangka menengah panjang sudah direspon pasar secara positif. Ini merupakan perkembangan dari respon pasar sebelumnya yang sudah mengarah ke SBI jangka panjang sejak kebijakan yang lalu diterapka,” katanya. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.