No. 232 tahun III
8 Halaman
Rabu, 23 Desember 2009
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
BRI Dipercaya
Margin PLN Naik JAKARTA - Pemerintah mengusulkan menaikkan margin Perusahaan Listrik Negara atau PLN tahun 2010 sebesar 3 persen. Menurut Meneg BUMN, kenaikan margin tersebut dapat meningkatkan kemampuan kredit PLN hingga Rp 21 triliun. “Kenaikan 1 persen margin saja bisa memberi tambahan kemampuan kredit sampai Rp 7 triliun,” ungkap Mustafa Abubakar usai rapat koordinasi (rakor) di Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, kemarin. Namun, pemerintah masih harus membahas dan mendapatkan persetujuan dari DPR. “Masih usulan, menunggu persetujuan DPR supaya menguatkan keuangan PLN,” katanya. Sebelumnya, pihaknya dengan DPR sudah menetapkan besaran margin sebesar 5 persen. Dengan demikian, bila disetujui DPR total margin akan mencapai 8 persen. Mustafa juga mengatakan, ada peluang-peluang lain yang bisa dipakai untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan PLN. Salah satunya ialah fasilitas kredit ekspor. Namun, Musatafa enggan menjelaskan kredit ekspor tersebut. “Belum (rampung). Tapi skema pembiayan kredit ekspor dan APBN diperjelas,” ujar dia. Pemerintah menegaskan, pihaknya belum akan memutuskan untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Bahkan, pemerintah sama sekali tidak menjadikan opsi itu sebagai pertimbangan. “Kita tidak bicara itu (kenaikan TDL). Yang jelas, forum itu tidak sebut kenaikan TDL,” tukasnya. Sebelumnya, DPR menyetujui margin PLN hanya sebesar 5 persen untuk mengurangi besaran subsidi listrik. Angka itu, lebih kecil dari usulan PLN sebesar 8 persen. Dengan begitu, total subsidi listrik menjadi berkurang sebesar Rp 37,8 triliun dari usulan PLN sebesar Rp 40,43 triliun. Sementara itu, PLN akan membiayai proyek 10.000 MW sebesar Rp 10 triliun melalui soft loan agreement (SLA). Deputi Infrastruktur Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedy Priatna mengatakan, total kebutuhan pembiayaan sebesar Rp 34 triliun. (fel)
KURS RUPIAH 9.000
8.490
9.500
9.500
9.490
10.000 17/12
21/12
22/12
Bisnis Jakarta/sep
KONTRAK-BP MIGAS - (kiri-kanan) Wakil Kepala BPMigas Hadi Purnomo, Direktur Utama BNI Gatot M Soeondo dan Direktur Uama BRI Sofyan Basir usai MoU Pengelolaan Rekening Bersama Dana Abandonment dan SITE Restoration, kemarin.
Inflasi Tetap Terjaga JAKARTA - Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo mengatakan, inflasi di Desember 2009 tetap terjaga dan bisa di bawah 0,5 persen meski akan ada tambahan permintaan terkait dengan Natal dan Tahun Baru. Tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, meski Desember diperkirakan akan mengalami inflasi namun akan lebih terjaga, katanya di Jakarta, kemarin. Ia menilai, Desember 2009 saat ini akan berbeda dengan 2008 karena saat itu krisis ekonomi sedang berada dalam tahap puncaknya yang mendorong resesi dunia. Sehingga, pada 2008 itu, Desember mengalami deflasi 0,04 persen. Namun pada 2009 ini juga berbeda dengan 2007 karena saat itu dunia tidak dalam keadaan krisis dan Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tertingginya setelah krisis 1998 yaitu mencapai 6,32 persen. Menurut dia, pada 2007 tersebut inflasi Desember berdasarkan survei biaya hidup 2002 mencapai 1,1 persen. Namun ia mengatakan, karena inflasi pada 2008 dan 2009 itu berdasarkan survei biaya hidup 2007, maka inflasi Desember 2007 yang didasarkan survey biaya hidup 2007 hanya se-
besar 0,5 persen. “Menurut saya, dengan survei biaya hidup 2007 maka di Desember 2007 tersebut inflasi hanya sebesar 0,5 persen, dan hal inilah menurut saya yang lebih tepat menjadi dasar untuk membandingkannya dengan Desember 2009. Bila Desember 2007 yang saat itu ekonomi sedang bergelora dan tanpa ada krisis inflasi hanya 0,5 persen maka saya meyakini saat ini, dimana ekonomi meski terus mengalami perbaikan, namun masih jauh dari pulih menjadi keadaan normal, saya kira angka 0,5 persen ini cukup relevan, dan bisa lebih rendah lagi,” katanya. Ia mengatakan, meski even Natal dan Tahun Baru akan mendorong permintaan, namun tidak akan membuat inflasi melonjak pada bulan di akhir tahun ini, hal ini karena Natal dan Tahun Baru kali ini masih berada dalam spektrum perbaikan perekonomian global yang juga masih dibayangi situasi krisis. Artinya dari sisi permintaan maka tidak akan terjadi lonjakan yang luar biasa, yang berbeda dengan kondisi perekonomian yang normal dalam pertumbuhan yang tinggi, katanya. Sementara itu, dari sisi penawaran, menurut dia, stok (cadangan) bahan-bahan
pokok di dalam negeri terjaga. Hal ini juga didukung oleh harga bahan pangan dunia, seperti gula, beras dan juga ‘palm oil yang juga dirasa stabil meski ada kecenderungan meningkat. Untuk beras dampak harga di tingkat internasional terhadap pembentukan harga di dalam negeri tidak telalau besar saat ini, karena impornya juga kecil. Sementara untuk ‘palm oil’, gula kedelai, meski dalam kecenderungan meningkat namun tipis, katanya. Sedangkan faktor nilai tukar menurut dia, berpengaruh netral terhadap inflasi karena rupiah diperkirakan stabil di sekitar Rp 9.500. Sehingga pengaruh nilai tukar terhadap pembentukan harga melalui impor hampir netral, katanya. Untuk itu, ia memperkirakan inflasi pada bulan Desember ini akan moderat ke bawah di sekitar 0,5 persen. Dengan kemungkinan lebih rendah 0,3 persen dan kemungkinan tertingginya berada di sekitar 0,7 persen. Dengan inflasi tahun kalender Januari-November yang sebesar 2,45 persen atau dibulatkan ke atas 2,5 persen itu, Ia memperkirakan selama keseluruhan tahun inflasi berada di sekitar tiga persen dengan plus minus 0,2 persen. (ant)
JAKARTA - Bank Rakyat Indonesia kembali dipercaya untuk pengelolaan dana. BP Migas, di Jakarta, kemarin menandatangani kontrak kerja sama dengan BRI tentang pengelolaan rekening bersama dan abandonment & site restoration. Dana yang dikelola tersebut, selanjutnya digunakan untuk proses rehabilitasi dan perbaikan lingkungan. Pada kesempatan tersebut BRI diwakili Dirut BRI Sofyan Basir dari BP Migas adalah Deputi Pengendalian Keuangan BP Migas WS Wirjawan. Dikatakan Sofyan, BRI akan mengelola dana ASR dan JOB Pertamina Tasliman dan Petro China Bangko, dimana sebelumnya BRI telah dipercaya untuk mengelola dana ASR dari Pertamina EP dan Kondur Petroleum S.A. Selain ruang lingkup kerjasama tersebut, begitu banyak potensi kerjasama yang dapat dioptimalkan BRI dan para KKKS. Yakni fasilitas BRIGuna dan fasilitas KPR, KKB dan Kartu Kredit bagi karyawan BP Migas maupun KKKS, serta berbagai produk simpanan untuk perusahaan maupun karyawan BP Migas dan KKKS. Bagi BRI, lanjutnya, kerjasama ini merupakan hal yang membanggakan dan sangat strategis mengingat BP Migas dan KKKS merupakan pihak yang menjalankan kegiatan usaha migas di Indonesia, dimana usaha tersebut telah memberikandevisa besar dan telah membuka lapangan kerja luas bagi Indonesia dengan nilai transaksi begitu tinggi. (ahm)
Krisis 2008
Jauh Lebih Besar JAKARTA - Mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Miranda S Goeltom mengatakan bahwa krisis ekonomi global 2007-2008 akan lebih besar dibanding krisis ekonomi 1997-1998. “Saya berpendapat lain. Dampak krisis ekonomi global ini akan jauh lebih besar. Hal ini tidak terjadi karena kami mengambil langkah preventif,” kata Miranda saat menjawap pertanyaan anggota Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Bank Century Anna Mu’awanah di Jakarta, kemarin. Anna Mu’awanah yang berasal dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini melihat dampak krisis global ini tidak begitu terasa karena kenaikan suku bunga bank yang tidak besar berbeda dengan 1997-1998 yang naik hingga 100 persen. “Dampak krisis global ini tidak terlalu terlihat, berbeda dengan krisis moneter 1998 lalu anak kecil saja tau terjadi krismon,” katanya. Miranda mengatakan dampak krisis global yang telah dirasakan adalah ketatnya likuiditas perbankan, sehingga bank kecil seperti Century sulit mendapatkan pendanaan lewat pinjaman antar bank. “Kesulitan likuiditas karena ketidakpercayaan. Di perbankan ada bank pemberi dan pe-
Miranda S Goeltom
nerima dalam transaksi antar bank. Antarbank BUMN, periode kesulitan penurunan pinjaman turun hingga 93 persen, bahkan antar bank kecil turun 100 persen,” katanya. Kondisi ini, mengakibatkan bank kecil seperti Bank Century tidak mempunyai likuiditas untuk masuk ke pasar uang antar bank (PUAB). Miranda juga mengatakan bahwa gagalnya Bank Century adalah akibat korban krisis ekonomi global dan masalah manajemen yang buruk. Mantan deputi senior gubernur BI juga menjelaskan, walaupun Bank Century memiliki aset yang kecil di tengah kondisi krisis bisa menimbulkan dampak sistemik. (ant)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.