No. 119 tahun IV
8 Halaman
Kamis, 24 Juni 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Sea Games Butuh Rp 3 Triliun JAKARTA - Pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk persiapan penyelenggaraan pesta olah raga se-Asia Tenggara ata SEA Games tahun 2011 mencapai sekitar Rp 3 triliun. “Alokasi anggaran tahun depan (2011) sebesar Rp 1,1 triliun, tapi kebutuhannya lebih dari itu yaitu Rp 3 triliun. Jadi, kurang Rp 2 triliun, ini masih bergerak terus (usulannya),” kata Wakil Menteri PPN/Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo, di Jakarta, kemarin. Menurut dia, alokasi dana SEA Games sebesar itu akan digunakan paling banyak untuk perbaikan sarana dan prasarana pertandingan agar sesuai dengan standar internasional. “Pertandingannya ‘kan tidak hanya di Jakarta, maka disediakan dana untuk perbaikan sarana dan prasarana agar sesuai dengan standar internasional. Itu dananya paling besar,” katanya. Selain itu, anggaran Rp 3 triliun itu juga digunakan untuk pembinaan dan persiapan atlet cabang olah raga andalan Indonesia agar bisa meningkatkan posisi Indonesia dalam kompetisi yang digelar dua tahun sekali itu. “Dalam beberapa tahun terakhir posisi Indonesia tidak seperti yang kita inginkan, sebagai tuan rumah posisi kita harus lebih baik. Targetnya Indonesia setidaknya menduduki peringkat ketiga (dalam perolehan medali), tapi kalau bisa juara umum lebih bagus,” katanya. (ant)
Rupiah Melorot JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin, turun 40 poin menjauhi angka Rp 9.000 per dolar, karena pelaku melakukan aksi ambil untung didukung melemahnya bursa dunia dan regional. Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun menjadi Rp 9.050Rp 9.060 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.010-Rp 9.020. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, koreksi terhadap rupiah karena pelaku pasar melakukan aksi lepas terhadap mata uang itu untuk mencari untung, setelah beberapa hari lalu menguat. Selain itu aksi lepas tersebut juga karena melemahnya bursa dunia dan regional, ujarnya. Menurut dia, pelaku pasar asing melepas saham di bursa Wall Street akibat kekecewaan mereka terhadap data ekonomi AS yang melemah, setelah data penjualan rumah di AS diluar perkiraan sebelumnya mengalami kemerosotan. Kostaman Thayib mengatakan, rupiah sebenarnya masih mendapat dukungan pasar, bahkan berpeluang untuk berada di bawah angka Rp 9.000 per dolar, karena pelaku asing kembali menempatkan dananya ke pasar domestik setelah beberapa dialihkan untuk membeli dolar. (ant)
KURS RUPIAH 9.000 9.500
9.020
9.010
9.050
10.000 21/6
22/6
23/6
Bisnis Jakarta/ant
PROYEKSI PERTUMBUHAN - Buruh mengangkut semen ke kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, kemarin. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 mencapai 5,9 persen yang didorong oleh percepatan investasi yang melebihi perkiraan, dan meningkatnya permintaan dalam negeri.
Indonesia Mampu Bertahan JAKARTA - Bank Dunia memprediksi perekonomian Indonesia pada 2010 mampu bertahan dari ancaman krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di Eropa. “Kinerja perekonomian Indonesia akan terus bertambah baik, tapi harus disesuaikan dengan kondisi global yang sedang bergejolak,” ujar Lead Economist Bank Dunia Shubham Chaudhuri dalam laporan perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, ekonomi Indonesia akan terus berkembang, apalagi pasar finansial, walaupun sempat terpengaruh krisis, tetapi telah membuktikan
mampu bertahan dan kuat dari dampak capital outflow yang terjadi secara tiba-tiba pada Mei 2010. Ia mengatakan permintaan dalam negeri akan menjadi salah satu pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Permintaan dalam negeri diperkirakan akan mendorong percepatan keseluruhan ekonomi, mengimbangi beban dari impor yang melebihi pertumbuhan ekspor,” ujarnya. Namun, menurut dia, kinerja penyerapan anggaran belanja pemerintah pada triwulan pertama 2010 menurun dibandingkan tahun lalu, terutama dalam pengeluaran barang modal dan
BI Siapkan Payung Hukum JAKARTA - Bank Indonesia menyiapkan payung hukum untuk sekuritisasi aset kredit yang saat ini baru diterapkan untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR). “Untuk mendukung sekuritisasi terutama KPR, saya kira peran perbankan sangat dominan. Kami dari BI ingin agar bisnis ini dikembangkan dengan landasan yang lebih sehat karena sekuritisasi kan akibat krisis kemarin seperti ada stigma (negatif),” kata Deputi Gubernur BI, Muliaman Hadad. Usai berbicara dalam seminar bertema “Efek Beragun Aset (EBA) KPR Sebagai Alternatif Investasi Yang Aman” di Jakarta, kemarin, Muliaman mengatakan, oleh karena itu BI sedang menyusun payung hukum dan arahan yang jelas terkait bisnis tersebut agar bisa tumbuh dengan sehat. Ia mengatakan, yang ingin diupayakan adalah membangun koridor, mana yang boleh, mana yang tidak boleh. “Agar menumbuhkan confidence bagi pelaku atau pebisnis yang terlibat di sini. Sebab kalau salah satu pihak tidak merasa yakin karena landasan hukumnya yang tidak jelas, banknya juga merasa apakah oleh BI nanti dipermasalahkan,” tuturnya. Ia menjelaskan peran BI akan lebih banyak mengatur peran bank dalam bisnis seku-
ritisasi aset kredit sedangkan pengaturan produk yang dijual akan ditangani oleh Bapepam. Muliaman menambahkan beberapa hal yang akan diatur adalah standarisasi formulir serta nilai minimal loan to value yang harus dipenuhi. “Jadi sekarang bagaimana membangun aturan itu dan mensosialisasikan pada banyak bank, karena kalau cuma satu atau dua bank tidak terlalu terasa. Harus banyak bank, sehingga volumenya jadi bisa banyak,” tuturnya. Saat ini baru ada dua kontrak investasi kolektif EBA yang efektif yaitu yang diterbitkan oleh PT Danareksa dan BTN. Padahal menurut Muliaman potensi pertumbuhan bisnis sekuritisasi aset kredit di Indonesia sangat besar. “Tapi saya cenderung untuk tidak usah tergesa-gesa. Perangkatnya dibangun dulu, partisipannya disiapkan. Kita sekarang mulai dengan KPR dulu, nanti kartu kredit juga bisa disekuritisasi,” jelasnya. Muliaman mengatakan berkembangnya bisnis sekuritisasi aset kredit nantinya diharapkan bisa membantu menyelesaikan masalah likuiditas perbankan nasional. “Mudah-mudahan ini juga bisa menyelesaikan masalah likuiditas,” tuturnya. (ant)
material. “Belanja pemerintah yang lebih lemah yang terlihat pada triwulan pertama tampaknya akan berlanjut sepanjang tahun, walau program-program pembangunan dan inti pemerintah tampaknya akan meningkatkan porsi keseluruhan belanja,” ujarnya. Ia menambahkan, konsumsi swasta diperkirakan meningkat secara bertahap dari 5,1 persen pada 2010 menjadi 5,3 persen pada 2011, dengan dukungan dari peningkatan pendapatan riil, dengan pertumbuhan harga konsumen tetap moderat dan pekerjaan stabil. Kemudian, ia melanjutkan, sektor-sektor yang menekankan
pada permintaan dalam negeri seperti transportasi, komunikasi, berbagai barang eceran, konsumen dan jasa akan berjalan dengan baik, dibanding sektor manufaktur dan berhubungan dengan sumber daya. Ia memprediksi investasi akan mengalami percepatan yang akan didorong meningkatnya harga komoditas, peningkatan bertahap dalam iklim investasi dan daya tarik pasar dalam negeri yang berkembang. “Impor yang dituntun oleh impor barang modal dan mesin juga akan mendukung pertumbuhan investasi dalam negeri,” ujarnya. Ia melanjutkan, proyeksi
peningkatan untuk kondisi pendanaan dalam negeri dan kembalinya beberapa penanaman modal asing juga diperkirakan meningkatkan investasi dalam negeri. Untuk itu, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 akan mencapai 5,9 persen dari prediksi sebelumnya 5,6 persen, karena peningkatan kondisi dalam negeri dan internasional memasuki triwulan kedua. “Prediksi itu didasarkan pada pemantauan risiko pelemahan yang berhubung dengan gejolak pasar keuangan dan ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi di negara maju,” ujarnya. (ant)
Kredit Bisa Tumbuh 22 Persen JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman Hadad memperkirakan pertumbuhan kredit selama 2010 bisa tumbuh hingga 22 persen. “Intinya sudah punya fondasi baik. Saya lihat ada konsistensi pertumbuhan kredit ini sehingga pertumbuhan 20-22 persen bisa tercapai,” katanya dalam seminar bertema Efek Beragun Aset (EBA) KPR Sebagai Alternatif Investasi Yang Aman, di Jakarta, kemarin. Menurut dia, pihaknya akan melakukan pembahasan dengan
masing-masing bank yang diawasi untuk meninjau ulang rencana bisnisnya. “Apakah mereka akan tetap dengan rencana bisnis yang lama atau bagaimana?. Dugaan saya kalaupun ada perubahan akan bias ke atas, bukan ke bawah,” ujarnya. Saat ini, pertumbuhan kredit sudah lebih dari 18 persen dengan nilai lebih dari Rp 5 triliun setiap pekannya. “Sudah semakin membentuk polanya karena year on year sudah lebih dari 18 persen pertumbuhannya. Kemarin
dalam sepekan nilainya lebih dari Rp 5 triliun yaitu mencapai Rp 5,2 triliun, kredit tumbuh, dan saya kira kredit rupiah juga tumbuh,” tuturnya. Muliaman menambahkan jika rata-rata nilai kredit setiap pekannya lebih dari Rp 9 triliun, maka pertumbuhan kredit bisa mencapai 24 persen. “Kita lihatlah nanti karena kadangkadang kredit sepekan hanya Rp 5 triliun, kemudian naik jadi Rp 10 triliun, tapi nanti bisa balik lagi jadi Rp 5 triliun,” tambahnya. (ant)
Bisnis Jakarta/sep
KERJASAMA - Dirut BTN Iqbal Latanro (kanan) dan Dirut SMF Erica Soeroto kesepakatan kerjasama jual beli tagihan KPR pembiayaan perumahan, di Jakarta, kemarin.
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Wirata, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.