No. 241 tahun IV
8 Halaman
Jumat, 24 Desember 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Impor Beras Capai 1,23 Juta Ton
Bisnis Jakarta/ant
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 100 triliun untuk pembangunan infrastruktur tahun 2011 dengan enam pos penting yang salah satunya pembangunan jaringan rel kereta api sepanjang 85,06 km.
Amankan Pasar Dalam Negeri JAKARTA - Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan pasar dalam negeri harus diamankan supaya industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja bisa tumbuh dan berkembang. “Beri perhatian khusus pada semua industri manufaktur dari yang mikro sampai besar. Pasar dalam negeri harus diamankan supaya industri ini bisa tumbuh,” katanya saat memberi ceramah dalam penganugerahan penghargaan PII di Jakarta, kemarin. Menurut dia, saat ini pasar dalam negeri belum sepenuh-
nya diamankan karena barang impor masih bisa masuk dengan mudah dan mengisi rak-rak pusat perbelanjaan di dalam negeri. “Di mal-mal banyak barang impor. Mereka menjual produknya di negeri kita, artinya kita harus membayar biaya pembuatan barang yang dilakukan orang yang tidak hidup di negeri ini,” katanya. Pengamanan pasar untuk semua produk dalam negeri sangat penting guna menggerakkan industri manufaktur dan harus ada kebijakan khusus untuk mewujudkannya. (ant)
BI Rate Tak Harus Dinaikkan
JAKARTA - Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan suku bunga acuan BI (BI Rate) tidak perlu dinaikkan dari angka 6,5 persen pada 2011 karena dapat berdampak negatif pada sektor kredit perbankan. “Dampaknya negatif kepada perbankan. Saat ini perbankan sedang menunggu momentum, karena begitu BI Rate naik, kredit pasti naik,” ujarnya saat pemaparan proyeksi ekonomi 2011 di Jakarta, kemarin. Dengan naiknya BI Rate maka suku bunga kredit akan terpacu naik, dan sektor perbankan akan menjadi lebih beresiko. “Suku bunga kredit terpacu naik, perbankan kita akan jadi pendanaan paling mahal sedunia. Di negara-negara lain, tidak ada yang belasan persen. Apalagi di Indonesia, belum diatur bahwa bunga kredit maksimal spreadnya sekian persen, seperti di negara lain,” ujarnya. Selain itu, apabila terjadi
tekanan inflasi pada 2011 dan BI Rate dinaikkan maka akan berpotensi meningkatkan serbuan modal panas masuk ke Indonesia. “Saya harapkan BI Rate dipertahankan 6,5 persen, karena kita juga belum melihat adanya guncangan seperti orang berpindah dari rupiah ke dolar, karena bunganya negatif. Apalagi sekarang ada arus dana asing yang akan semakin menyerbu ke sini,” ujar Direktur Currency Management Group ini. Menurut dia dengan laju inflasi yang akan mencapai angka diatas 6 persen dan BI Rate tetap dipertahankan 6,5 persen, tidak akan ada kekhawatiran bahwa para spekulan akan ramai-ramai berpindah ke dolar AS. “BI kan mengkhawatirkan perpindahan dari rupiah ke dolar. Itu tidak akan terjadi. Karena, kalau orang mau pindah ke dolar, bunganya hanya 0,25 persen,” ujar Farial. Ia mengatakan dalam kon-
JAKARTA - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sampai saat ini sudah membuat kontrak impor beras sebanyak 1,23 juta ton dengan pemasok beras di Vietnam dan Thailand. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan hal itu saat mengecek harga beras bersama Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta, kemarin pagi. Sejak Oktober 2010 Perum Bulog menandatangani kontrak impor beras dengan Thailand dan Vietnam. Sampai sekarang jumlah kontrak impor beras dari Vietnam total 800 ribu ton sedang dengan Thailand 430 ribu ton. “Kontrak terakhir
dengan Vietnam 250 ribu ton. Sebanyak 200 ton beras dengan kadar pecah 15 persen dan sisanya kadar pecah lima persen,” kata Sutarto. Separuh dari impor beras masuk bulan ini dan sisanya diharapkan bisa masuk bulan depan. “Sampai sekarang, realisasi impor beras dari Vietnam sudah 450 ribu ton. Hari ini dari Thailand mulai masuk,” katanya. Saat ini total stok beras Perum Bulog sebanyak 1,42 juta ton dan akan diperbanyak hingga mencapai 1,5 juta ton. “Dan pengadaan dalam negeri hampir dua juta ton, jadi pasokan mestinya aman, cukup untuk penyaluran lima sampai enam bulan mendatang,” katanya. Panen padi pun, tak lama lagi tiba sehingga pasokan beras dalam negeri tidak akan bermasalah lagi. (ant)
disi normal, idealnya BI Rate dipertahankan 1-1,5 persen di atas tingkat inflasi, namun saat ini hampir semua negara mengalami masalah dalam penetapan suku bunga, seperti suku bunga AS yang hanya 0,25 persen padahal inflasinya mencapai diatas 1 persen. Masih terkait dengan kebijakan moneter, pemerintah untuk segera mengubah rezim devisa bebas menjadi devisa terkendali agar dapat mengendalikan arus keluar masuknya investasi portofolio. “Dana yang masuk harus bertahan untuk jangka waktu tertentu, kita perlu mengenakan pajak atas investasi di portofolio, seperti dalam SUN maupun SBI,” ujarnya. Pemerintah juga diharapkan tak lagi menerima dana asing dalam instrumen SBI, mengurangi ketergantungan pada dolar AS, dan terus melanjutkan rencana redenominasi rupiah. (ant)
Rupiah Pekan Depan
Masih Terkoreksi JAKARTA - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga memperkirakan nilai tukar rupiah pada pekan depan masih akan terkoreksi karena faktor eksternal yang terus negatif. “Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi global masih tak menentu, yang mendorong pelaku asing lebih cenderung memegang dolar,” kata Edwin di Jakarta, kemarin. Fundamental ekonomi Indonesia yang makin kuat tampaknya belum mendorong rupiah untuk kembali berada di bawah level Rp 9.000 per dolar AS. “Pelaku asing lebih percaya dengan data dari luar, apalagi memegang dolar lebih aman
ketimbang rupiah,” ucapnya. Ketidakpastian global itu merupakan faktor utama yang menekan rupiah terus merosot, meski kemerosotannya relatif tidak besar. “Rupiah memang masih akan berkisar pada Rp 9.000 sampai Rp 9.100 per dolar AS,” ucapnya. Jadi koreksi terhadap rupiah, karena aktivitas lesu dan hanya sebagian kecil pelaku yang bermain di pasar dengan melepas rupiah. “Sedangkan sebagian pelaku besar sudah meninggalkan pasar pada Rabu siang,” ucapnya. Meski demikian, peluang rupiah untuk naik masih ada, asal-
kan pelaku asing yang berada di pasar domestik melakukan aksi beli. Pelaku asing beberapa lama tidak melakukan transaksi beli rupiah, mereka sedang memfokuskan perhatiannya terhadap krisis finansial yang terjadi di Eropa dan gejolak ekonomi di AS yang tak menentu. Ia mengatakan, apabila ekonomi Indonesia mencapai 6,4 persen maka diharapkan rupiah akan kembali membaik, namun hal ini sulit terjadi. “Rupiah akan tetap berada di atas angka Rp 9.000 per dolar karena BI akan tetap menjaga posisi rupiah di level tersebut,” ucapnya. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rina Ratna, Kontributor Bekasi : Muhajir, Nendi Kurniawan, Safa Aris Muzakar, Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI
Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.