Bisnis Jakarta.25.Maret.2010

Page 1

No. 57 tahun IV

8 Halaman

Kamis, 25 Maret 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Bisnis Jakarta/ant

RAKERNAS - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutan dan arahannya dalam acara peresmian dan pembukaan Rapat Kerja Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka Sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan tahun anggaran 2010 di Jakarta, kemarin.

Bukan Karena Indonesia

Barclays Hengkang

BCA Syariah Beroperasi April JAKARTA - Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) DE Setijoso mengatakan bahwa Bank Syariah BCA akan beroperasi pada pertengahan April 2010. “Ijin (bank syariah) sudah diperoleh dari BI (Bank Indonesia) dan saat ini sedang proses konversi yang diharapkan pertengahan April sudah selesai,” kata Setijoso, dalam konferensi kinerja BCA 2009 di Jakarta, kemarin. Sebelumnya BCA telah mengambil alih kepemilikan 100 persen saham PT Bank UIB (dulu bernama Utama Internasional Bank) senilai Rp 248,257 miliar pada 2008 lalu, yang akan dikonversi menjadi unit syariah BCA. Akuisisi UIB yang akan dikonversi menjadi bank syariah ini juga telah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BCA pada 18 Desember 2008. Bank UIB merupakan salah satu bank swasta nasional saat diakuisisi memiliki total aset Rp 602 miliar dengan portofolio kredit Rp 414,5 miliar serta dana pihak ketiga (DPK) Rp 503,9 miliar. Bank ini memiliki enam kantor cabang dan enam kantor kas. (ant)

KURS RUPIAH 9.000 9.500

9.170

9.112

22/3

23/3

9.110

10.000 24/3

JAKARTA - Hengkangnya perusahaan keuangan asal Inggris, Barclays Plc, yang memiliki Bank Akita bukan disebabkan iklim bisnis Indonesia yang kurang mendukung. “Kalau sikapnya seperti itu bukan karena Indonesia, tapi ada alasan kenapa mereka melakukan itu. Dan itu juga terjadi di beberapa negara lain, sebabnya harus ditelaah kembali,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, mengatakan di Jakarta, kemarin. Gita menambahkan pihaknya siap melakukan pembicaraan khusus dengan pihak Barclays jika dibutuhkan. “Tapi belum ada (rencana untuk membahas hal itu). Tapi kalau kami ditugaskan siap saja,” ujarnya. Barclays Capital membuka kantor cabang di Jakarta sejak 2005. Pada 2009, Barclays mengakuisisi PT Bank Akita, bank swasta yang bergerak di bidang ritel dan komersial yang memiliki 10 outlet di tiga kota besar di Indonesia.

Selasa lalu, Barclays Plc memutuskan menghentikan unit bisnisnya bidang ritel banking di Indonesia dan menutup Bank Akita. Barclays mengakui bahwa pihaknya telah melakukan ekspansi secara agresif namun pada siklus yang kurang tepat. Sejak dua tahun yang lalu, Barclays juga menjadikan India, Pakistan, Rusia, dan Arab Saudi sebagai basis pengembangan unit ritel banking. Meski Barclays menarik investasinya di Indonesia, namun industri perbankan Indonesia masih dinilai potensial untuk berkembang lebih besar lagi. Chief Executive Officer HSBC Indonesia, Rakesh Bhatia, mengatakan prospek Indonesia dalam pasar obligasi dan saham masih menjadi incaran investor asing. Ia melihat aliran investasi masih menuju ke Indonesia. “Khusus industri perbankan, Indonesia adalah negara yang dalam 10 tahun terakhir telah melakukan perbaikan kebijakan moneter dan fiskal. In-

donesia adalah satu bintang di antara negara lain. Itu tercermin dalam kondisi nilai tukar yang stabil dalam dua hingga tiga tahun terakhir,” ujarnya. Peluang tumbuhnya industri perbankan di Indonesia, lanjut Bhatia, salah satunya di bidang perbankan syariah yang produknya semakin diminati investor. Selain itu, besarnya proyek infrastruktur yang membutuhkan investasi pasti akan melibatkan perbankan dalam mengarahkan dana asing yang tersedia dan menyalurkannya pada perusahaan di Indonesia. “Tinggal tergantung kemanan pasarnya. Bank lokal maupun asing bisa memainkan peran besar dalam realisasi proyek investasi di Indonesia,” ujarnya. Ia menggambarkan peluang besar tumbuhnya industri perbankan terlihat dari masih rendahnya rasio kredit per GDP di Indonesia diantara negaranegara yang termasuk emerging market. (ant)

Menkeu Bersikap Tegas JAKARTA - Menteri Keuangan mengatakan akan meningkatkan disiplin pegawai Kementerian Keuangan untuk mencegah terulangnya kasus pegawai pengawas pajak Gayus Tambunan. “Kita harus mengawasi fungsi-fungsi kinerja dari unit dalam kemkeu, kita punya Irjen dan dalam direktorat jenderal besar seperti pajak, kita bangun unit kisda untuk melihat disiplin dari sisi pelanggaran etika, norma, dan aturan,” ujar Menkeu Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, kemarin. Menurut dia, dalam penegakkan disiplin selalu ada tantangan yang sangat besar karena harus membangun suatu kultur dimana keseluruhan unit selalu merasakan pengawasan yang konstruktif. “Aparat pajak ada 30 ribu orang. Selama ini kita coba membangun sistem dengan

Sri Mulyani Indrawati

memaksimumkan dan mengamankan seluruh penerimaan negara. Di sisi lain, kita juga harus membangun agar di dalamnya ada suatu disiplin dan mekanisme untuk mengecek tingkah laku dan kinerja dari unit yang dalam prakteknya harus terus diawasi,” ujarnya. Menkeu juga menambahkan dengan adanya kasus terse-

but, dirinya telah menginstruksikan kepada Dirjen pajak serta Itjen Bidang Investigasi untuk melakukan investigasi. “Saya sudah instruksikan segera, apakah yang bersangkutan (Gayus) bekerja sendiri, ada temannya, atau ada atasannya yang membantu sehingga terjadi hal seperti ini,” ujarnya seperti dikutip Antara. Ia mengharapkan dari hasil evaluasi yang telah dipelajari nantinya dapat dipelajari dimana titik lemah kasus ini, sehingga dapat menjadi bahan koreksi kedepannya. “Saat ini seluruh pihak bersemangat untuk tahu modus ini seperti apa dan seberapa modus ini merupakan inisiatif individual atau ada kelompok yang membantu. Masing-masing akan punya konsekuensi yang berbeda nantinya. Berikan kami waktu untuk investigasi,” ujar Menkeu. (ahm)

BI Rate Tak Beranjak JAKARTA - Presiden Komisaris PT OCBC NISP, Pramukti Surjaudaja, mengatakan, Bank Indonesia (BI) kemungkinan belum akan menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) meski sejumlah bank sentral di Asia telah menaikkan bunga utamanya. “Kami optimis BI akan mempertahankan BI Rate yang sebesar 6,5 persen karena BI mempunyai kebijakan sendiri untuk tidak mengikuti kehendak pasar,” katanya di Jakarta, kemarin. Sejumlah bank sentral di Asia seperti India dan China telah menaikkan suku bunganya bahkan bank sentral AS (The Fed) juga telah menaikkan suku bunga diskonto menjadi 0,75 persen. Pramukti mengatakan, pemerintah mengimbau perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit yang saat ini selisihnya sangat jauh dibanding BI Rate. Karena itu, kata dia, apabila BI menaikkan BI Rate, maka perbankan kemungkinan tidak akan menurunkan lagi bunga kredit

yang idealnya di bawah 10 persen. OCBC NISP sendiri pada Januari 2010 telah menurunkan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari 10 persen menjadi 9 persen. “Kami sudah menurunkan suku bunga KPR itu sejak Januari 2010,” katanya. Perseroan pada 2010 mentargetkan pertumbuhan kredit berkisar 20-30 persen karena melihat dari sisi aset, kredit maupun dana pihak ketiga (DPK) sangat menunjang. Target pertumbuhan sebesar itu diperkirakan akan tercapai karena perseroan tahun lalu secara agresif menambah kantor-kantor cabang di seluruh Indonesia, kata Presiden Direktur PT OCBC NISP, Parwati Surjaudaja pada paparan publik. Untuk mencapai target tersebut, paparnya, perseroan akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi internal disamping menjaga konsistensi peningkatan low cost fundingnya. “ Selain itu juga aktif meluncurkan berbagai produk baru untuk meningkatkan dana pihak ketiga (DPK), ujarnya. Upaya yang dilakukan perseroan agar dapat menjadi bank nasional yang memiliki aset Rp 10 triliun. (ant)

CMIM Mulai Efektif JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa perjanjian Chiang Mai Inisiatif Multilateralisasi (CMIM) telah berlaku efektif kemarin. BI, dalam siaran persnya, menyebutkan bahwa efektifnya perjanjian tersebut telah dinyatakan oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota ASEAN, China, Jepang dan Korea (ASEAN+3) serta Otoritas Moneter Hong Kong, China. Perjanjian CMIM senilai 120 miliar dolar AS bertujuannya untuk mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek di kawasan. Perjanjian CMIM ini untuk melengkapi kerjasama keuangan internasional yang telah ada. Perjanjian CMIM menyediakan bantuan likuiditas

melalui transaksi swap mata uang antar anggota CMIM kepada negara anggota yang kesulitan likuiditas. Sesuai prosedur tiap anggota CMIM dapat melakukan swap mata uang lokal dengan dolar AS maksimum sejumlah kontribusi negara tersebut dikalikan dengan angka pengganda. Perjanjian CMIM adalah perjanjian multilateral swap mata uang antar negara anggota ASEAN+3 untuk memfasilitasi transaksi swap secara cepat dan simultan melalui mekansime pengambilan keputusan berdasarkan kontrak tunggal. Kerjasama tersebut merupakan pengembangan lebih lanjut dari jejaring swap bilateral Chiang Mai Initiative (CMI) saat ini. Keberhasilan peluncuran CMIM, bersamaan dengan rencana pendirian unit surveillance kawasan yang bersifat independen. (ant)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.