No. 165 tahun IV
8 Halaman
Senin, 30 Agustus 2010
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Produksi Gula Agustus Turun JAKARTA - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan produksi gula nasional pada Agustus 2010 mengalami penurunan. “Taksasi (hitungan) stok gula kristal putih hasil produksi untuk kebutuhan rumah tangga dilaporkan sudah turun dari Juli 2,52 juta ton menjadi 2,28 juta ton pada Agustus,” ujarnya di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, akhir pekan kemarin. Menurut dia, turunnya nilai produksi ini karena musim panas di Indonesia masuk kategori kemarau basah. “Bisa dilihat dari bulan Juli-Agustus yang biasanya Jakarta tidak pernah banjir, tahun ini hujan bahkan seperti tidak pernah berhenti,” ujarnya. Penurunan nilai produksi pangan tidak hanya di Indonesia karena akibat perubahan iklim global banyak negara juga mengalami masalah pangan. “Upaya negara-negara yang menambah stok pangan ini, ini kita waspadai karena harga pangan kemungkinan akan naik,” kata Hatta. Ia mengatakan kekhawatiran akan perlunya pemenuhan stok gula juga dialami oleh negara tetangga Thailand, yang baru-baru ini memutuskan untuk mengimpor gula. “Saya baru dapat informasi semalam, kalau Thailand memutuskan untuk impor,” ujarnya. (ant)
Dorong Sektor Riil
Penyerapan Anggaran Dipercepat JAKARTA - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan penyerapan anggaran yang baru mencapai 44,4 persen perlu dipercepat untuk mendorong pertumbuhan sektor riil. “Penting mempercepat serapan APBN agar betul-betul guliran dana percepatan aktivitas pada belanja modal akan memberikan efek cukup besar terhadap tenaga kerja dan pertumbuhan sektor riil,” ujarnya di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Jumat kemarin. Saat ini penyerapan anggaran masih lambat, karena masih ada realiasi pencairan dana proyek yang telah terlaksana pada kuartal II, baru berlangsung pada kuartal III. Menurut dia, pemerintah akan mendorong percepatan penyerapan pada Kementerian Lembaga dan diharapkan pada kuartal IV penyerapan telah tercapai hingga 90 persen. “Kuartal I biasanya penyerapan mencapai 7 persen hingga kuartal III 50-60 persen dan kuartal IV mencapai 90 persen. Jadi ada keseimbangan walau kuartal I-IV belum sama betul dan kita akan ‘push’, akhir Agustus kita cek realisasi bersama-sama Menkeu,” ujarnya.
Penyerapan anggaran belanja negara hingga awal Agustus telah mencapai Rp 499,7 triliun atau 44,4 persen dari yang ditetapkan dalam Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010 sebesar Rp 1.126 triliun. Penyerapan anggaran tersebut antara lain didorong oleh realisasi belanja Kementerian Lembaga sebesar Rp 147 triliun atau 40,2 persen, subsidi Rp 74,4 triliun atau 37 persen, dan transfer ke daerah Rp 190 triliun atau 55,2 persen. Sedangkan, realisasi pendapatan negara telah mencapai Rp 539 triliun atau mencapai 54,4 persen dari target, yang didukung oleh realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp 401 triliun atau 54 persen serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 138 triliun atau 55,8 persen. “Dengan semakin cepatnya akselerasi penyerapan belanja, maka perubahan APBN diharapkan menuju kondisi defisit seperti yang telah diperkirakan,” ujar Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Agus Supriyanto. (ant)
Pemerintah Waspadai Barang Impor Ilegal JAKARTA - Pemerintah akan mewaspadai barang impor ilegal masuk ke Indonesia, baik berupa tekstil maupun garmen (pakaian jadi), menjelang Lebaran. “Saya mendapat laporan barang impor konsumsi tekstil dan makanan itu banyak beredar di Indonesia,” ujar Menteri Perindustrian M.S. Hidayat saat melakukan kunjungan kerja di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu kemarin. Berdasarkan laporan dari asosiasi dan kalangan industri, saat ini banyak barang konsumsi asal China beredar di Indonesia. Namun, menurut laporan Ditjen Bea dan Cukai, peningkatan barang impor justru didominasi kendaraan bermotor. “Ini ada ketidaksamaan antara laporan dari pihak industri dengan laporan Bea Cukai. Mungkin, barang konsumsi yang masuk ke Indonesia ilegal. Saya bukan menuduh, ini hanya kehati-hatian saja,” ujarnya. Kewaspadaan tersebut perlu dilakukan agar negara tidak
dirugikan. Untuk itu, Ditjen Bea dan Cukai diminta untuk melakukan penahanan dan pemeriksaan yang ketat terhadap arus barang dengan menyesuaikan antara perizinan dan barang masuk. “Ini perlunya bagi Bea dan Cukai untuk melakukan ‘safeguard’ terlebih dahulu, pemeriksaan barang, dan perizinannnya disinkronkan sehingga dipastikan bukan barang ilegal,” ujarnya. Hidayat dalam kesempatan itu sempat bertanya mengenai keefektifan early warning system yang belum memberikan respons atas kenaikan impor sebesar di atas 8 persen. Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Susiwijono mengatakan sekitar 177 sektor industri yang terancam impor dari China, termasuk peningkatan barang-barang baku dan modal. (ant)
Bisnis Jakarta/ant
SOSIALISASI ELPIJI - Komisaris Utama PT Pertamina Sugiharto didampingi Dirut Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Ferederick ST Siahaan (kanan) memberikan penjelasan cara pemasangan regulator elpiji 3 kilogram yang benar saat sosialisasi di Medan, Sumut, kemarin.
Inflasi Agustus
Di Bawah Satu Persen
JAKARTA - Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi inflasi pada Agustus 2010 akan mencapai angka di bawah satu persen atau sekitar 0,91 persen. Kepada Antara di Jakarta, kemarin, dia mengatakan laju inflasi masih dipengaruhi oleh harga bahan makanan dan pangan, terutama oleh harga beras. “(Inflasi) sekitar 0,9 sampai 0,91 persen itu karena pangan masih naik dan beras masih naik harganya,” ujarnya. Inflasi Agustus turun daripada bulan lalu karena harga
bahan makanan dan pangan tidak setinggi pada Juli walaupun masih terpengaruh faktor lain, seperti pendidikan (tahun ajaran baru) dan transportasi. “Kita lihat tidak sampai satu persen. Kalau dibandingkan dengan bulan lalu, sekarang mulai turun. Bulan lalu kan tinggi semua bahan makanan. Sekarang hanya beras, jadi dari sisi makanan sudah mulai berkurang,” ujarnya. Dengan tren seperti ini, inflasi pada akhir tahun bisa menembus angka 6,6 persen, atau jauh di atas asumsi pemerintah sebesar 5,3 persen.
“Inflasi tahunannya 6,6 persen kalau tidak salah. Tinggi juga,” ujarnya. Untuk itu, pemerintah dinilai perlu meneruskan intervensi agar harga beras tidak naik terlalu tinggi. Jadi, faktor inflasi musiman tidak memengaruhi tinggi angka laju inflasi secara keseluruhan. “Kalau program intervensi mulai smooth, dan Bulog sudah mulai berani, maka Desember (beras) mengurangi faktor musiman bisa mengurangi inflasi 0,5-0,6 persen. Jadi, tidak terlalu tinggi di akhir tahun,” ujarnya. Sebelumnya, Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Juli 2010 sebesar 1,57 persen yang didorong oleh kenaikan harga bahan pangan, terutama beras serta kenaikan biaya perpanjangan STNK. Kepala BPS Rusman Heriawan menjelaskan kenaikan harga beras menyumbang 0,26 persen terhadap inflasi bulanan. “Biaya perpanjangan STNK mungkin luput dari perhatian kita, sumbangannya terbesar kedua setelah beras, yaitu 0,21 persen,” ujarnya. Selain beras, bahan makanan lain yang menyumbang
cukup besar pada inflasi Juli adalah ayam ras (0,17 persen), cabai merah (0,16 persen), bawang putih (0,1 persen), cabai rawit (0,08 persen), telur ayam ras (0,07 persen), bawang merah dan ikan segar masing-masing 0,07 persen. Sementara kentang, angkutan udara, nasi dan lauk pauk, kontrak rumah dan gula pasir, masing-masing menyumbang 0,02 persen. Secara keseluruhan inflasi Januari-Juli menjadi 4,02 persen, sedangkan secara “year on year” inflasi Juli mencapai 6,22 persen. (ant)
Peraturan Tender Saatnya Dievaluasi Perekonomian Dunia Bertumpu di Asia
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia Soeharsojo mengatakan peraturan dan kebijakan tender seharusnya dievaluasi kembali, tidak sematamata memenangkan harga terendah. “Kalau masih menggunakan harga terendah maka yang akhirnya dikorbankan kualitas,” kata Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) Soeharsojo di Jakarta, saat ditemui usai berbuka puasa dengan 100 anak panti asuhan. Setelah memenangkan tender dengan harga paling rendah dari harga yang dibuat perencana biasanya kontraktor akan
kesulitan melaksanakan pekerjaan sampai selesai. Agar dapat bertahan, kontraktor akan berusaha mencuri-curi dari volume yang sudah dipersyaratkan sehingga akhirnya kualitas pekerjaan yang dikorbankan. Gapensi telah mengajukan sejumlah usulan terkait dengan revisi Keppres No. 80 Tahun 2003 mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah. Soeharsojo menyatakan dukungannya dengan langkah yang diambil Pemprov Jawa Barat yang membatasi tender sampai 80 persen, di bawah itu dianggap tidak rasional. “Saya sangat apresiasi dengan langkah yang diambil Jawa Barat meski konsekuensi-
nya akan berhadapan dengan KPK,” ujarnya. Dalam tender nantinya kontraktor akan menawar dalam koridor 7,5 - 15 persen dari harga yang dibuat perencana. “Saya rasa kalau menawar dengan harga 85 sampai 90 persen maka kontraktor masih mendapatkan keuntungan tanpa harus mencuri-curi dari volume pekerjaan,” ujar dia. Pada hakekatnya ada tiga cara kontraktor menawar harga rendah, efisiensi penggunaan bahan, menjadi pelanggan untuk komoditi tertentu sehingga mendapat diskon, serta menimbun (stock) sebelum melaksanakan tender. (ant)
Pekan Ini
Rupiah Masih Terkoreksi JAKARTA - Pengamat pasar uang, Irfan Kurniawan, memperkirakan, rupiah pekan depan masih akan terkoreksi karena faktor negatif pasar terutama dari pasar eksternal masih cukup kuat menekan pasar. Tekanan pasar masih cukup kuat membuat rupiah kembali melemah, terutama dengan keluarnya data ekonomi AS pada Jumat malam. Rupiah pada Jumat (27/8) turun 12 poin menjadi Rp 8.990-Rp 9.000 per dolar. Irfan Kurniawan mengatakan, pemerintah sebelumnya meminta Bank Indonesia (BI) untuk melakukan upaya agar rupiah kembali di atas angka Rp 9.000 per dolar. BI diharapkan dapat menekan membawa rupiah kembali di atas angka Rp 9.000 per dolar, katanya.
Permintaan pemerintah itu tertahan oleh masuknya arus modal asing ke pasar saham. Dana asing itu mampu membuat rupiah dalam waktu dua bulan t bertahan dibawah angka Rp 9.000 per dolar, ucapnya. Mengenai keterpurukan rupiah, menurut dia, tekanan pasar muncul karena melemahnya bursa New York, akibat data ekonomi AS yang terus memburuk. “Kami perkirakan ekonomi global masih suram karena pertumbuhan ekonomi AS masih tak menentu,” ucapnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dapat tumbuh di atas enam persen pada 2011. Ini terjadi karena pemerintah erus memicu sektor riil agar bisa bergerak tidak hanya diam di tempat. (ant)
JAKARTA - Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila, Siswono Yudo Husodo mengatakan saat ini terjadi pergeseran mendasar dalam perekonomian dunia, dimana pada 2040 Asia akan memimpin ekonomi dunia. “Tanda-tanda tersebut, telah dapat terlihat secara jelas yaitu 35 persen cadangan devisa dunia ada di Asia, pasokan minyak bumi dari Asia,” kata Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husodo, dalam acara penyambutan Mahasiswa Baru, di Jakarta, kemarin. Menurut dia, pada 2040 dominasi tiga dari lima negara ada di Asia, China akan menempati urutan pertama dunia, disusul dengan Amerika Serikat, Jepang, India dan Jerman. “Tiga diantaranya ada di kawasan Asia. Dan saat ini jumlah penduduk dunia mayoritas berada di Asia sebesar 60 persen,” katanya. Faktor lain yang mendukung Asia menjadi sentra ekonomi dunia adalah dengan adanya sumber daya alam di kawasan Asia, seperti minyak, batubara, laut dan komoditas pasar. Dicontohkan Siswono, saat ini sepertiga bisnis retail dunia dipegang oleh Asia.
Ditambah lagi bisnis telepon genggam dunia juga dipegang oleh Asia yang mencapai kisaran 40 persen. “Ini merupakan tanda-tanda terjadinya perubahan sentra ekonomi dunia. Untuk itu, Indonesia perlu berperan secara nyata untuk melahirkan entrepreneur nasional yang tangguh,” ujar mantan menteri perumahan itu. Sebagai Ketua Yayasan, Siswono berharap anak didiknya nanti dapat menjadi pengusaha nasional yang tangguh. Perekonomian dunia saat ini sedang tumbuh sehingga Indonesia perlu dipacu lebih cepat agar melahirkan pengusaha. Pengusaha yang dimaksud bukan hanya pada sektor perdagangan, di seluruh unsur baik itu di pemerintahan, ujarnya perlu adanya seorang pengusaha. “Guna mendorong semua itu, maka Universitas Pancasila juga menekankan pada kewirausahaan. Para dosen juga menyisipkan materi ini disamping materi pokok yang seharusnya,” ujarnya. Ia menilai tantangan untuk membangkitkan jiwa entrepreneur bukanlah hal yang mudah, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang tradisional. (rin)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.