Bisnis Jakarta - Kamis, 05 Agustus 2010

Page 1

No. 149 tahun IV

8 Halaman

Kamis, 5 Agustus 2010

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

BI Rate Tetap di 6,5 Persen JAKARTA - Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu, menetapkan suku bunga BI atau BI rate tetap di posisi 6,5 persen. Keputusan tersebut diambil setelah BI melihat perkembangan terkini perekonomian yang secara umum membaik meski tekanan inflasi meningkat. “Meningkatnya tekanan inflasi akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus Dewan Gubernur. Dewan akan menempuh kebijakan moneter dan perbankan yang diperlukan agar perkembangan inflasi ke depan tetap berada pada sasaran yang ditetapkan sebesar 5 persen plus satu untuk 2010 dan 2011,” kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Dyah MK Makhijani. Untuk saat ini, menurut dia, BI memandang BI Rate sebesar 6,5 persen masih cukup memadai untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depan dengan tetap mewaspadai mulai meningkatnya inflasi. Dalam kaitan ini, dalam waktu dekat Bank Indonesia akan menempuh berbagai langkah untuk memperketat pengendalian likuiditas dengan tanpa berdampak pada terganggunya intermediasi perbankan, khususnya melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM). BI juga mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam tren meningkat dan disertai terjaganya stabilitas sistem keuangan. Begitu pula penilaian terhadap perkembangan ekonomi selama bulan Juli 2010 memberikan indikasi bahwa ekonomi domestik menunjukkan perbaikan, di tengah masih adanya risiko ketidakpastian global terutama terkait perlambatan ekonomi China dan prospek pemulihan ekonomi AS. (ant)

Peran Bank Nasional di Sektor Migas Rendah JAKARTA - Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Hardiono, menilai peran perbankan dalam sektor minyak dan gas masih rendah. “Selama 2003-2009 hanya 3,8 persen dari total kredit investasi yang disalurkan perbankan nasional ke sektor migas,” katanya pada penandatanganan kesepakatan antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan Conocophillips Indonesia Inc. LTD., di Jakarta, kemarin. Berdasarkan data BPMIGAS, transaksi pengadaan barang dan jasa yang difasilitasi oleh perbankan nasional sejak April 2009 hingga Juni 2010 mencapai 5,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 50 triliun. Sedangkan dana dari sektor migas yang diendapkan di tiga bank BUMN yaitu BNI, BRI, dan Bank Mandiri tercatat sebesar total 144 juta dolar AS atau sekitar 148 juta dolar AS plus bunga. Sementara, potensi pembiayaan di sektor migas yang bisa menjadi potensi penyaluran kredit kerja dan investasi sebesar 8,5 miliar dolar AS per tahun.

“Di dunia penyaluran kredit ke sektor migas itu sebesar 8,8 persen dari total porto folio pinjaman, maka bank nasional masih terhitung sangat rendah,” ujarnya. Menurut dia, sejak terbitnya Undang-undang tentang Migas pada tahun 2001 dan PP 25 tentang kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas bumi, pemerintah selalu mendorong peningkatan pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta rekayasa industri dalam negeri. Untuk mendorong peningkatan peran perbankan di sektor migas, Hardiono meminta perbankan untuk memperbaiki regulasi dan menyederhanakan prosedurnya. “Diperlukan perbaikan regulasi bank soal jaminan agar diserasikan dengan sektor hulu migas,” tuturnya. Selain itu, perbankan nasional juga diminta meningkatkan standar layanan agar setara atau lebih baik dari bank asing yang ada di Indonesia. (ant)

Rupiah Melorot Lagi JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Ameriks Serikat di pasar spot antarbank Jakarta, kemarin sore, turun 12 poin menjadi Rp 8.950-Rp 8.960 per dolar dibanding penutupan sebelumnya Rp 8.938-Rp 8.948, karena pelaku pasar lebih cenderung melepas rupiah. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar yang semula pasif akibat isu redenominasi rupiah akhirnya memutuskan untuk melepas mata uang itu. Akibatnya, rupiah terkoreksi sejalan dengan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat merosotnya saham-saham di Amerika Serikat, katanya. Kostaman Thayib mengatakan, rupiah se-

harusnya bisa bergerak naik, karena dolar AS di pasar regional melemah terhadap euro dan yen. Dolar dipindahtangankan 85,62 yen di Tokyo setelah jatuh ke 85,39 yen, terendah sejak akhir November. Dolar dibeli pada 85,80 yen. Euro diperdagangkan pada 1,3216 dolar dan 112,89 yen, turun dari 1,3225 dolar dan 113,52 yen di New York. “Kami memperkirakan rupiah akan dapat bergerak naik lagi, apabila bursa Wall Street membaik dan melemahnya dolar terhadap yen,” ucapnya. Menurut dia, pelepasan rupiah oleh pelaku pasar juga didukung isu redenominasi yang membuat pasar panik. (ant)

KURS RUPIAH 8.500 9.000

8.938

8.938

2/8

3/8

8.939

9.500

4/8

Bisnis Jakarta/ant

PASAR MODERN – Mendag Mari Eka Pangestu berdialog dengan pedagang setelah meresmikan Pasar Modern Sindu, Sanur, Bali kemarin.

BI Waspadai Tekanan Inflasi JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan akan terus mewaspadai mulai meningkatnya tekanan inflasi, terutama setelah laporan BPS mengenai tingkat inflasi bulan Juli yang mencapai 1,57 persen (bulan ke bulan) atau 6,22 persen (tahun ke tahun). Rapat dewan gubernur BI di Jakarta, Rabu, menyatakan sumber tekanan inflasi terutama berasal dari kenaikan inflasi kelompok bahan-bahan makanan, khususnya beras, akibat ketidakpastian musim. Sedangkan tekanan inflasi yang bersumber dari inflasi inti (core inflation) sejauh ini

masih pada tingkat yang rendah, didukung oleh terjaganya kecukupan respon penawaran terhadap peningkatan permintaan dan nilai tukar yang cenderung terapresiasi. “Dengan demikian, Dewan Gubernur memandang bahwa sebagian besar faktor meningkatnya inflasi adalah musiman dan karenanya perlu menjaga agar hal ini tidak berdampak pada peningkatan ekspektasi inflasi ke depan,” kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI, Dyah MK Makhijani. Selain inflasi, BI menilai stabilitas sistem keuangan masih

terjaga didukung oleh kondisi sektor perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, serta membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) perbankan saat ini yang mencapai 17,4 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0 persen. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan juga tercermin pada angka pertumbuhan kredit yang sampai dengan akhir Juli 2010 tumbuh sebesar 19,6 per-

Penerimaan WP Besar Capai Rp 47,11 Triliun JAKARTA - Penerimaan pajak yang berasal dari Kantor Wajib Pajak Besar (Large Tax Office) Satu pada Juli 2010 telah mencapai Rp 47,119 triliun atau 57,66 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 81,8 triliun. “Sejak didirikan 2002 dan mulai penghitungan realisasi 2003, target penerimaan dari kantor ini selalu meningkat dan pencapaian juga,” ujar Kepala KPP Wajib Pajak Besar Satu, Mekar Satria Utama saat tur media ke Kantor Wajib Pajak Besar Satu di Jakarta, kemarin. Penerimaan tersebut berasal dari sektor industri pertambangan, perbankan, telekomunikasi, industri pengolahan, perdagangan alat berat, serta

distribusi otomotif. “Tahun ini penerimaan terbesar dari perusahaan pertambangan sebesar 40 persen, serta perusahaan jasa perbankan 23 persen,” ujarnya. Menurut dia, peningkatan penerimaan mencapai 37,25 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, dengan penerimaan untuk PPN, pencapaian pajak tahun lalu hanya Rp 5,9 triliun, sedangkan tahun ini mencapai Rp 8,6 triliun dan untuk PPh, tahun lalu mencapai Rp 28,12 triliun, sedangkan tahun ini mencapai Rp 38,297 triliun. “Untuk pajak lain-lain, capaian tahun lalu mencapai Rp 243 miliar dan saat ini mencapai Rp 260 miliar,” ujarnya. Penerimaan tersebut juga

melebihi target yang sebelumnya ditetapkan per Juli yaitu PPN sebesar Rp 8,1 triliun, PPh sebesar Rp 35,5 triliun dan pajak lain-lain sebesar Rp 244 miliar. Sementara, ia menambahkan tunggakan pajak awal yang berasal dari Wajib Pajak Besar Satu mencapai Rp 1,6 triliun dan setelah ada penetapan pajak baru, ada tunggakan sebesar Rp 1,2 triliun. “Kita punya target pemeriksaan dan pencairan tunggakan sebesar Rp 953 miliar dari pencairan, namun kita sudah melebihi 128 persen dari target tersebut dan dengan rata-rata pencairan dari target diatas 200 persen, sampai akhir tahun kita mengharapkan lebih baik,” ujarnya. (ant)

Beri Sentimen Positif IHSG JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia, Rabu, ditutup menguat (rebound) menyusul mulai pulihnya kekhawatiran yang sempat menyergap pelaku pasar. Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih, di Jakarta, mengatakan, spekulasi yang berkembang lebih banyak diwarnai sentimen positif. BI rate diprediksi naik tidak terbukti. “Tidak semudah itu Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Pasti ada kalkulasi dan diskusi ketat untuk menaikkannya. Jadi, secara teknikal indeks akan kembali menguat,” ujarnya. IHSG ditutup naik tipis 9,591 poin atau 0,32 persen ke posisi 2.983,247. Mengikuti IHSG, Indeks saham-saham unggulan (LQ 45) juga naik

tipis 0,805 poin (0,14 persen) ke level 568,915. Alfatih menambahkan, rumor yang menyebabkan investor melakukan aksi penyelamatan beberapa hari sebelumnya diperkirakan tidak akan terjadi lagi. Termasuk perkembangan yang sedang hangat menjadi topik di sejumlah tempat mengenai redenominasi tidak bakal mengganggu indeks. Ia memprediksi indeks akan bergerak di area support 2.960 dan memaksimalkan gerakan pada 3.018 untuk resistensi. Perdagangan saham di BEI yang menguat mencapai 103 dibanding yang melemah sebanyak 99 dan 84 tidak berubah harganya. Volume perdagangan mencapai 3,17 miliar saham dari 111.661 transaksi dengan nilai Rp 3,731 triliun. (ant)

sen (tahun ke tahun). “Ke depan, Dewan Gubernur akan terus mencermati pertumbuhan kredit perbankan tersebut agar tetap dalam koridor pencapaian rencana pemberian kredit sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) terutama kredit untuk tujuan produktif, dan sejalan dengan peningkatan di sisi suplai perekonomian,” katanya. Hal ini ditempuh untuk memastikan agar peningkatan di sisi permintaan dapat diimbangi sisi penawaran secara memadai sehingga tidak menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat

langkah-langkah yang diperlukan termasuk penguatan koordinasi dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka mengatasi tekanan inflasi. Dalam kaitan ini, Dewan Gubernur memandang bahwa langkah-langkah untuk terus memperkuat efektivitas kebijakan moneter dalam mengelola ekses likuiditas dinilai sangat penting. Berbagai upaya yang ditempuh Bank Indonesia tersebut dalam rangka mendukung tercapainya sasaran inflasi tahun 2010 dan 2011 sebesar 5 persen dengan plus minus 1 persen. (ant)

Wacana Redenominasi Tak Tepat Waktu KUPANG - Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Prof. Dr. Vincent Gaspersz, SE.MM, mengatakan, wacana redenominasi Rupiah bukan merupakan saat yang tepat, karena akan selalu ditanggapi negatif oleh masyarakat. “Tanggapan negatif ini pada akhirnya akan memicu tindakan-tindakan yang tidak rasional dan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia, karena faktor trauma psikologis masa lalu,” katanya di kemarin. Gaspersz yang juga dosen pasca sarjana Fakultas Ekonomi Unwira Kupang ini, mengatakan hal tersebut, menanggapi wacana dan studi yang sedang dilakukan Bank Indonesia untuk redenominasi mata uang. Menurut dia, redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol), tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut, misal Rp. 1.000 menjadi Rp 1. Ia mengatakan tujuan redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa, penyederhanaan penulisan alat pembayaran (uang), dan menyederhanakan sistem akuntansi pembayaran. Dia menyebut bebe-

rapa negara yang pernah melakukan redenominasi mata uang dan berhasil diantaranya adalah, Taiwan, Turki, Rumania, China. Namun ada juga negara yang gagal seperti Zimbabwe. Karena itu, meskipun redenominasi Rupiah baru bersifat wacana, namun dalam situasi perekonomian Indonesia seperti sekarang ini, setiap isu berkaitan dengan Rupiah akan ditanggapi negatif. Apalagi, ada pernyataan mata uang Rp 1.000 akan menjadi Rp 1, bagi publik yang kurang memahami arti redenominasi akan menyamakan seperti Sanering (pemotongan nilai mata uang) yang pernah terjadi pada tahun 1966. “Dalam situasi perekonomian Indonesia seperti sekarang ini, berbagai isu tentang sistem keuangan akan selalu ditanggapi negatif, meskipun hal itu baru bersifat wacana, pasti akan memicu kontroversi dan berdampak negatif bagi masyarakat,” katanya. Hal ini lanjutnya terbukti ketika dilontarkan isu tentang redenominasi Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup merosot tajam pada penutupan perdagangan hari Selasa (3/8) sebesar 2,79 persen ke level 2.973,656 poin. (ant)

Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.