Bisnis Jakarta - Selasa, 11 Agustus 2009

Page 1

No. 149 tahun III

8 Halaman

Selasa, 11 Agustus 2009

Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com

Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771

Dunia Usaha Optimis

Bisnis Jakarta/ant

PECAHAN BARU - Petugas menunjukkan pecahan Rp 2.000 yang baru diedarkan per 10 Agustus, kemarin. BI Solo menggunakan uang pecahan Rp 2.000 sebagai uang penukar terutama di masa menjelang Ramadhan.

Pertumbuhan Ekonomi

Peran Kredit Masih Minim

Peran Kredit Belum Maksimal

JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan pertumbuhan kredit yang diperkirakan sebesar 12 persen hanya dapat mengerek pertumbuhan ekonomi empat persen. “Kredit tumbuh 12 persen, kalau untuk empat persen itu cukup, kalau lebih tinggi dari itu belum cukup, “ katanya seusai bertemu dengan ketua DPR RI Agung Laksono di Gedung DPR Jakarta, kemarin. Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit hanya sekitar 11-12 persen. Perkiraan ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai sekitar 15 persen. Hal ini karena melihat realisasi pertumbuhan kredit yang hanya 1,1 persen selama semester pertama 2009 ini. Menurut Darmin, meski kredit tumbuh lebih lambat, namun pertumbuhan ekonomi kedepan yaitu pada kuartal III tampaknya akan lebih baik dari perkiraan BI, meski diperkirakan lebih lambat dibanding kuartal I 2009. Wakil Ketua Panitia Anggaran Suharso Monoarfa mengatakan, sulit untuk memenuhi pertumbuhan lebih dari empat persen bila pertumbuhan kreditnya sebesar 11-12 persen. Menurut dia, pertumbuhan kredit tersebut akan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi bila masuk dalam investasi atau terlihat dalam pembentukan modal tetap bruto. “Kalau masuknya ke konsumer ya semakin sulit, kalau konsumer personal seperti kartu kredit, itukan hanya untuk mempertahankan daya beli,” katanya. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester II 2009 nanti hanya sekitar 3,8 persen. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II dan semester I. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi mencapai 3,99 persen yang dibulatkan menjadi 4 persen. “Angka sebenarnya mencapai 3,99 persen tapi kita bulatkan menjadi empat persen,” katanya. Pertumbuhan ekonomi kuartal II melambat bila dibandingkan pertumbuhan kuartal I yang mencapai 4,4 persen. Perlambatan tersebut telah diduga oleh sejumlah kalangan. Hal ini karena tingginya pertumbuhan ekonomi kuartal I disukung oleh adanya pemilihan umum. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada semester II 2009 menurut BPS tercatat sebesar 4,2 persen. Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono mengatakan pertumbuhan ekonomi yang diumumkan oleh BPS hari ini lebih baik dari perkiraan BI yang sebesar 3,8 persen. (ant)

Belum Berkualitas JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2009 sebesar 2,3 persen terhadap triwulan II 2008 tidak berpengaruh signifikan terhadap penambahan lapangan pekerjaan. “Kurang menguntungkan karena penyumbang pertumbuhan yang terbesar ialah sektor padat modal yaitu pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,4 persen,” tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan dalam jumpa pers di Gedung BPS, kemarin. Selain itu, sektor penyumbang terbesar kedua ialah jasa-jasa sebanyak 0,7 persen serta sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan sebesar 0,5 persen. Meskipun begitu, menurut Rusman, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta industri pengolahan masih menyumbang sedikit terhadap penambahan lapangan pekerjaan. Pasalnya, kedua sektor tersebut masih mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 0,3

persen dan 0,4 persen. Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2009 terhadap triwulan II 2008 atau year on year mencapai 4 persen. Sedangkan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I 2009 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,2 persen. “Kalau pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2009 antara 4 hingga 4,5 persen, kirakira sampai dengan semester I masih dalam range,” tukasnya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi selama semester I 2009 RI masuk dalam kelompok negara-negara yang pertumbuhannya masih positif di tengah pertumbuhan ekonomi global yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan ekonomi negatif. “Seluruh dunia mengalami kontraksi kecuali beberapa negara yang memiliki skala ekonomi besar seperti China yang tumbuh 7,5 persen dan India 5,4 persen,” kata Rusman. Menurut dia, selain China, India, dan Indonesia, tidak ter-

tutup ada kemungkinan negara lain yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif. Rusman menyebutkan, pada kuartal II 2009 (dibanding pertumbuhan kuartal I 2009), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,3 persen. Dari angka pertumbuhan year on year, konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor tertinggi sebesar 4,8 persen, sedangkan konsumsi pemerintah mencapai 17 persen, pembentukan modal tetap bruto sebanyak 2,7 persen, sementara ekspor dan impor barang/ jasa masing-masing mencapai 15,7 persen dan 23,9 persen. Sementara itu, struktur perekonomian Indonesia secara spasial masig didominasi Pulau Jawa sebesar 57,8 persen, Pulau Sumatera 23,4 persen, Kalimantan 9,4 persen, dan Sulawesi 4,5 persen serta pulau lainnya sebanyak 4,9 persen. Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan II 2009 mencapai Rp 1365,5 triliun. (fel)

Realisasi SUN Rp 119,37 Triliun JAKARTA - Realisasi penerbitan surat utang negara (SUN) hingga Agustus 2009 mencapai Rp 119,367 triliun atau 82,58 persen dari target penerbitan SUN dalam APBN 2009 sebesar Rp 144,5 triliun. “Dengan memasukkan penerbitan ORI006 sebesar Rp 8,54 triliun maka realisasi penerbitan SUN mencapai 82,58 persen,” kata Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto seperti dikutip Antara di Jakarta, kemarin. Rahmat menyebutkan, dengan realisasi penerbitan sebesar Rp 119,37 triliun maka masih terdapat kekurangan sebesar sekitar Rp 25 triliun atau sekitar 17,42 persen. “Kekurangan itu semuanya akan ditutup dari sumber dalam negeri apakah dengan surat perbendaharaan negara (SPN), SUN, atau surat

berharga syariah negara (SBSN),” kata Rahmat. Pada Agustus 2009 ini pemerintah merencanakan penerbitan SBSN sebesar Rp 1 triliun menggunakan metode lelang. Penerbitan SBSN dengan metode lelang pada Agustus 2009 itu merupakan yang perdana dilakukan pemerintah karena sebelumnya menggunakan metode bookbuilding. Dalam kesempatan yang sama, Rahmat membantah bahwa penerbitan obligasi negara saat ini akan menimbulkan crowding out dan menghambat kinerja bank dalam menurunkan suku bunga pinjaman. “Pemerintah tidak menetapkan yield (imbal hasil) SUN, pemerintah hanya menetapkan harga yang didasarkan kepada mekanisme pasar,” jelas Rahmat. (ahm)

JAKARTA - Dunia usaha semakin optimis terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari data Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang meningkat menjadi 110,43 di triwulan II dari triwulan sebelumnya sebesar 96,91. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), semua sektor ekonomi mengalami peningkatan nilai indeks. Sektor transportasi dan telekomunikasi mengalami peningkatan bisnis tertinggi dengan nilai indeks 115,66 dan sektor industri pengolahan mengalami peningkatan bisnis terendah 102,48. “Ini mengindikasikan adanya peningkatan kondisi bisnis. Karena mereka melihat ada peningkatan pendapatan usaha, peningkatan kapasitas produksi dan rata-rata jam kerja,” kata ketua BPS dalam konferensi pers di Gedung BPS, kemarin. Bahkan, BPS melansir persepsi dunia usaha terhadap kondisi ekonomi pada triwulan III juga masih optimis, ITB diperkirakan mencapai 107,80. “Secara umum kondisi bisnis pada triwulan tersebut

diperkirakan akan meningkat, namun peningkatannya lebih lambat dibandingkan triwulan II,” paparnya. Semua sektor, lanjut dia, pada triwulan III diperkirakan mengalami peningkatan nilai indeks kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang diperkirakan mengalami penurunan. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) wilayah Jabodetabek juga masih optimis dengan angka ITK sebanyak 106,42. Angka ini meningkat dari triwulan I 2009 mencapai 102,15. “Kondisi ekonomi konsumen membaik karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, dan meningkatnya konsumsi beberapa komoditi,” jelasnya. Sedangkan triwulan III 2009 ITK diperkirakan meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 109,05. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan peningkatan pendapatan meskipun rencana pembelian barang-barang tahan lama diperkirakan menurun. (fel)

RAPBN 2010

Hambat Dunia Usaha JAKARTA - RAPBN 2010 berpotensi menghambat laju pertumbuhan dunia usaha dan perbankan, karena bersifat kontraktif dan menambah keruwetan dalam perekonomian nasional. Presdir Center for Banking Crisis (CBC), Ahmad Deni Daruri di Jakarta kemarin, mengatakan hambatan itu dapat dilihat dari penurunan defisit RAPBN dari 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 1,6 persen saja. “Akibatnya efek pengganda perekonomian akan berkurang sebesar 65 persen dari yang seharusnya tercipta, namun dengan asumsi tidak terjadi kebocoran yang berupa defisit pembayaran yang akut,” ujarnya. Dia menambahkan potensi terjadi defisit pembayaran yang akut sebetulnya cukup besar karena perdagangan bebas antara RRC dan ASEAN mulai dibuka pada tahun 2010. Menurut dia, India yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Indonesia, membuka defisit RAPBN hingga 9 persen dari PDB agar ilusi efek peng-

ganda negatif dapat dieliminir. Deni memperkirakan konsumsi privat akan tergerus antara 20 persen hingga 50 persen, artinya keseimbangan perbankan akan mengalami perubahan sehingga bank-bank khususnya bank swasta akan dipaksa untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit, tuturnya. Permasalahannya, lanjut Deni, keruwetan itu justru akan terus melebar pada tahun 2010 karena asumsi pertumbuhan ekonomi yang kelewat rendah serta defisit RAPBN yang kelewat minim. Pada gilirannya perbankan mengalami efek destabilisasi likuiditas. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perekonomian pada tahun 2010 akan bersumber dari permintaan domestik dan membaiknya sisi penawaran. Dengan tingkat defisit RAPBN 2010 yang sudah kecil akan semakin tidak memberikan dampak stimulus jika pembenahan sektor riil dan pengeluaran infrastruktur tidak direalisasikan pada tahun 2010. (ant)

KURS RUPIAH 9.500 10.000

9.960

9.920

9.890

10.500 6/8

7/8

10/8

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.

Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Bisnis Jakarta - Selasa, 11 Agustus 2009 by e-Paper KMB - Issuu