No. 144 tahun III
8 Halaman
Selasa, 4 Agustus 2009
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Penerimaan Negara Naik
Bisnis Jakarta/ant
PENJELASAN - Menkeu Sri Mulyani Indrawati (tengah), Menneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta (kiri) dan Deputi Gubernur Senior BI Darmin Nasution menjelaskan Nota Keuangan 2010 di Jakarta, kemarin.
APBN 2010 BI Konservatif JAKARTA - Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan, pihaknya tetap melihat secara konservatif perkembangan ekonomi yang terjadi saat ini. “Sebagai bank sentral kita tetap melihatnya konservatif. Saat ini kita melihatnya potensi perbaikan ekonomi, karena belum adanya fakta-fakta yang stabil terkait dengan perkembangan ekonomi yang membaik saat ini, karena ini baru permulaan,” katanya di Jakarta, kemarin. Darmin dalam konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta mengenai penjelasan pidato Presiden mengenai RAPBN 2010 mengatakan, saat ini memang terjadi peningkatan kondisi perekonomian nasional. Namun pihaknya tetap waspada mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil. Ia mengatakan, membaiknya kondisi perekonomian terlihat dari aliran dana asing yang terus masuk ke Indonesia. Hal itu tercermin dari indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia yang menguat serta nilai tukar rupiah yang terus meningkat. Menurut dia, hingga Juli 2009, nilai tukar rupiah telah terapresiasi 0,4 persen selama enam bulan terakhir sehingga rata-rata mencapai Rp 10.040 per dolar AS dimana posisi pada akhir Juni 2009, rupiah mencapai Rp 9.990 per dolar AS. Di sisi lain BI memperkirakan, neraca pembayaran Indonesia akan mengalami surplus. Dengan demikian akan mendukung cadangan devisa yang diperkirakan pada akhir triwulan III mencapai 58,8 miliar dolar AS yang setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ia menambahkan, pihaknya meyakini pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan yang diungkapkan oleh Presiden dalam pidatonya pada pagi ini di DPR yaitu lima persen, bila pemerintah terus berupaya memperbaiki kinerjanya. Menurut dia, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh ekspansi ekonomi domestik yang didukung oleh konsumsi yang kuat. Selain itu, melihat tanda-tanda perbaikan perekonomian dunia, perekonomian didorong ekspor. Sementara itu, tanda-tanda perbaikan yang masih awal ini, belum terlihat dari sisi investasi. “Potensi ekonomi yang terus membaik bukan angan-angan, tapi baru permulaan. Kalau benar membaik, maka akan mengerek investasi,” katanya. (ant)
KURS RUPIAH 9.500
9.490 10.000
9.935
9.930
10.500 29/7
30/7
3/8
Target Ekonomi Lima Persen JAKARTA - Pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan APBN 2010 sebesar 5 persen. Demikian dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato tentang RAPBN 2010 dan Nota keuangan di DPR. SBY memaparkan, tingkat inflasi ditetapkan sebesar 5 persen, tingkat suku bunga SBI 3 bulan 6,5 persen, nilai tukar Rp 10.000 per dolar AS, harga minyak 60 dolar per barel, dan lifting minyak 965 ribu barel per hari. “Dalam suasana ekonomi dunia yang masih belum stabil, risiko terjadinya perubahan berbagai asumsi makro pada tahun 2010 tetap harus kita antisipasi,” katanya, kemarin. Pada tahun 2010 mendatang, lanjutnya, perekonomian global diperkirakan mulai mema-
suki fase pemulihan. Namun, bukan berarti pembangunan ekonomi nasional 2010 bebas dari berbagai tantangan. Untuk itu, pihaknya menyiapkan langkah-langkah antisipasi, seperti memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro, sebagai prasyarat bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. “Perhatian terhadap upaya menjaga dan memantapkan stabilitas ekonomi makro ini penting. Karena masih tingginya risiko ketidakpastian perekonomian dunia, dan hambatan-hambatan terhadap ketersediaan pembiayaan akibat meningkatnya defisit banyak negara untuk membiayai program stimulusnya,” paparnya. Kedua, mendorong peningkatan akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan me-
ngembangkan sumber-sumber pertumbuhan yang lebih berimbang, yang lebih bertumpu pada peran investasi dan ekspor nonmigas. Ketiga, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, dalam rangka menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Keempat, menciptakan iklim investasi yang lebih baik. “Komitmen perbaikan iklim investasi telah mulai kita lakukan, dengan meningkatkan upaya penegakan hukum, harmonisasi undang-undang penanaman modal, dan perbaikan birokrasi,” katanya. Kelima, meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat, agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan. (fel)
1,7 Juta Angkatan Kerja Baru JAKARTA - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Paskah Suzetta, mengatakan, pada 2010 akan ada 1,7 juta angkatan kerja baru dan lapangan kerja yang tersedia 1,87 juta. “Jadi akan ada surplus 170 ribu lapangan pekerjaan. Jika tidak ada pengangguran baru, maka pada 2010 angka pengangguran dapat ditekan,” kata Paskah saat jumpa pers di Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, kemarin. Ia menambahkan, saat ini
jumlah pengangguran sebanyak 9,25 juta orang. Paskah mengatakan, angka kemiskinan pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 12 sampai 13 persen. Sementara ditempat yang sama Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan, program bantuan langsung tunai (BLT) tidak akan ada lagi di 2010, tetapi diganti dengan program keluarga harapan (PKH) dengan budget Rp 1,1 triliun. “2010 tidak ada BLT, adanya PKH,” ujarnya.
Sementara untuk harga beras miskin atau bersubsidi, kata Sri Mulyani, pemerintah memastikan di 2010 naik menjadi Rp 2.150 per kg dari Rp 1.600 per kg. Ia menjelaskan, subsidi beras di 2010 mencapai Rp 11,8 triliun dengan jumlah rukun tetangga sasaran (RTS) sebanyak 7,5 juta kepala keluarga (KK) dengan durasi selama 12 bulan. “Pemerintah mengurangi anggaran subsidi menjadi Rp 144,4 triliun dari Rp 160 triliun,” imbuhnya. (ant)
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan, pendapatan negara dan hibah direncanakan mencapai Rp 911,5 triliun, atau meningkat Rp 38,8 triliun dari sasaran RAPBN Perubahan (RAPBN-P) tahun anggaran 2009. “Dari rencana pendapatan negara dan hibah yang ditargetkan mencapai Rp 911,5 triliun dalam tahun 2010, penerimaan perpajakan direncanakan mencapai Rp 729,2 triliun, sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan mencapai Rp 180,9 triliun,” tuturnya dalam pidato RAPBN 2010 dan Nota Keuangan di DPR, kemarin. Belanja negara direncanakan mencapai Rp 1.009,5 triliun, yang berarti lebih tinggi sebesar Rp 3,8 triliun dari yang dianggarkan dalam RAPBN-P tahun 2009. Untuk mendukung sasaran-sasaran pembangunan sesuai dengan prioritas RKP 2010, dalam RAPBN tahun 2010 ini pemerintah merencanakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 699,7 triliun. “Dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja pemerintah, serta penerapan sistem anggaran berbasis kinerja dan kerangka penganggaran jangka menengah, saya
yakin belanja pemerintah dapat kita manfaatkan secara optimal untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah kita rencanakan dalam RKP 2010.” SBY menambahkan, Prioritas belanja akan makin dipertajam, dengan program prioritas nasional diantaranya memperbaiki kesejahteraan aparatur negara dan pensiunannya. Kedua, melanjutkan seluruh program kesejahteraan rakyat, seperti PNPM, BOS, Jamkesmas, PKH, dan Beras Bersubsidi (rasdi) atau tadinya disebut Raskin. Mmelanjutkan pembangunan infrastruktur transportasi, pertanian, energi, dan proyek padat karya lainnya. Keempat, mendorong revitalisasi industri dan pemulihan dunia usaha. Kelima, meneruskan reformasi birokrasi guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan peningkatan pelayanan publik. Dengan demikian, defisit anggaran dalam tahun 2010, direncanakan mencapai Rp 98 triliun atau 1,6 persen dari PDB. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar Rp 35 triliun, bila dibandingkan target yang direncanakan dalam RAPBN-P 2009 sebesar Rp 133 triliun atau 2,5 persen PDB. (fel)
Juli Inflasi 0,45 Persen JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, inflasi Juli 2009 sebesar 0,45 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,10 Juni menjadi 114,61 terutama didorong oleh kelompok bahan makanan, pendidikan dan angkutan udara. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Juli) 2009 sebesar 0,66 persen, sedangkan laju inflasi tahun ke tahun (year to year) 2,71 persen. Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin, mengatakan inflasi Juli ini didorong perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan peningkatan. Menurut Rusman, kelompok bahan makanan menjadi komponen utama pendorong karena indeks pada kelompok ini naik sebesar 1,14 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 1,21 persen. “Memang kenaikan indeks lebih besar kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, namun kelompok bahan makanan memiliki bobot yang lebih besar sehingga
kelompok ini lebih menjadi pendorong inflasi,” katanya. Sementara untuk kelompok lainnya, yakni kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau naik 0,29 persen, kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar 0,08 persen, kelompok kesehatan 0,13 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,28 persen. Untuk kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok sandang 0,23 persen. Rusman mengatakan kenaikan makanan didorong oleh naiknya harga bawang merah, bawang putih, telur dan daging ayam, serta harga cabe. “Kenaikan ini karena menipisnya pasokan,” katanya seperti dikutip Antara. Sedangkan dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, naiknya biaya sekolah bertepatan dengan tahun ajaran baru serta angkutan udara di saat musim ramai liburan. “Banyak sekolah terutama swasta yang melakukan modifikasi biaya sehingga mendorong inflasi,” katanya. (ahm)
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.