Edisi Senin 4 Mei 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

8 HALAMAN

NOMOR 244 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

senin kliwon, 4 mei 2020

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

PDP Bertambah Dua Orang

15 Pasien Covid-19 Sembuh

Tiga Warga Padangkerta Positif Covid-19

Pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di RSU Negara bertambah dua orang, Minggu (3/5) kemarin. Satu orang merupakan pekerja migran Indonesia asal Jembrana yang tengah menjalani karantina, sedangkan satu lagi warga lokal.

Jumlah pasien Covid-19 yang sembuh di Kabupaten Gianyar terus meningkat. Data terakhir tercatat 15 pasien sembuh dari total 24 pasien positif Covid-19.

Kasus warga Karangasem positif terjangkit virus Corona atau Covid-19 terus bertambah. Minggu (3/5) kemarin, tiga warga Kelurahan Padangkerta kembali terjangkit Covid-19.

GIANYAR | HAL. 5

JEMBRANA | HAL. 4

KARANGASEM | HAL. 6

Kebijakan Penanganan Covid-19 di Bali Tunjukkan Hasil Nyata SEJAK munculnya wabah Covid-19 di Bali, Gubernur Bali Wayan Koster telah mengambil sejumlah kebijakan dan berbagai upaya penanganan Covid-19. Setidaknya ada 10 kebijakan yang sudah digulirkan orang nomor satu di Bali ini. Berdasarkan analisis Bali Post, berbagai kebijakan dan upaya dalam penanganan

Covid-19 tersebut sampai saat ini telah menunjukkan hasil yang nyata dengan memakai tiga indikator penting. Pertama, rata-rata penambahan pasien positif Covid-19. Kedua, persentase kesembuhan. Ketiga, persentase meninggal. Indikator ini sebagai perbandingan perkembangan Covid-19 di Bali dibandingkan dengan 9 provinsi lain dalam 10 kelompok terbesar Covid-19, nasional dan global/ dunia. Pertama, rata-rata penambahan pasien positif Covid-19 per hari, Bali sebanyak 7 orang (peringkat terendah ketiga), lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Timur,

Segera Aktualisasi Data Masyarakat PERKEMBANGAN Covid-19 bukan tidak mungkin membuat masyarakat kehilangan pekerjaan. Tidak hanya masyarakat Bali, tetapi juga masyarakat non-Bali namun tinggal di Bali dengan alasan mencari pekerjaan. Hal inilah yang perlu dipikirkan oleh pemerintah dan diharapkan segera melakukan aktualisasi data. Hal itu ditegaskan Panglingsir Puri Peguyangan A.A. Ngurah Gede Widiada yang juga Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Denpasar saat pembagian sembako kepada sejumlah komunitas, Minggu (3/5) kemarin. Menurut Widiada, aktualisasi data masyarakat di Kota Denpasar perlu dilakukan, baik pendatang maupun masyarakat Bali yang tinggal di Bali. Aktualisasi data perlu lebih akurat mengingat mobilitas penduduk di Kota Denpasar sangat tinggi agar tidak terjadi diskriminasi dalam pembagian bantuan. ‘’Jangan sampai yang dapat bantuan hanya mereka yang dekat dengan prajuru desa atau pemerintah. Hal-hal ini harus dihindari sehingga kita bisa membangun kepercayaan masyarakat dan urusan perut ini betul-betul menjadi keamanan bagi semua orang. Jangan sampai masyarakat ini tidak makan,’’ imbuhnya. Hal. 7 Antarpemimpin Perlu

OPINI

Momentum Berbagi Cahaya di Masa Covid-19 Oleh : Nengah Dasi Astawa

SETIAP peristiwa acapkali membawa berkat dan berkah. Tidak selalu berupa rezeki finansial. Tetapi bisa saja datang dalam berbagai wujud. Bisa peluang, tantangan, kesempatan dan momentum untuk berbagi dalam berbagai hal berbasis energi positif dan ketulusan. Kata berbagi itu hampir setiap orang paham betul maknanya. Apalagi bagi sebagian orang yang memiliki harta atau kecerdasan berlebih. Mungkin sebagian dari kita belum sempat berbagi harta, karena keterbatasan materi. Tetapi itu bukan halangan, kita masih dapat melakukan berbagi kecerdasan. Ada kecerdasan emosional, intelektual dan kecerdasan spiritual. Berbagi kecerdasan berlebih bisa kita wujudkan berupa solusi, mencerahkan, membangkitkan, memotivasi, mengedukasi dan mencari alternatif tatkala ada teman, kawan dan sahabat kita punya masalah dan terhalang jalan buntu. Hal. 7 Pastikan Donasi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Nusa Tenggara Barat. Data menunjukkan bahwa pasien positif Covid-19 sebagian besar bersumber dari PMI/ABK sebanyak 55%, transmisi lokal Bali sebanyak 34%, daerah luar Bali sebanyak 8%, dan WNA sebanyak 3%. Sedangkan kasus di provinsi lain, pasien positif sebagian besar merupakan transmisi lokal. Kedua, persentase kesembuhan pasien positif Covid-19, Bali mencapai sekitar 57,63% yang paling tinggi di Indonesia dan berbeda jauh daripada 9 provinsi lainnya, bahkan jauh di atas rata-rata nasional (16,76%) dan global/

dunia (31,91%). Di Bali, ratarata lama perawatan pasien positif Covid-19 sampai sembuh adalah selama 13 hari, masa perawatan paling cepat selama 3 hari, dan paling lama 39 hari (untuk kasus berat). Ketiga, persentase pasien positif Covid-19 yang meninggal, Bali mencapai 1,53% paling rendah kedua dari 9 provinsi lainnya, bahkan jauh di bawah rata-rata nasional (7,55%) dan global/ dunia (7,09%). Patut dicatat bahwa dari 4 orang pasien positif yang meninggal di Bali, 2 orang merupakan WNA, 1 orang dari daerah luar Bali, dan 1 orang PMI/ABK warga Bali. Meskipun Bali tidak menerapkan PSBB, tetapi sejauh ini penanganan Covid-19 menunjukkan hasil yang lebih baik/ terkendali. Padahal, sebelumnya berbagai pihak sangat mengkhawatirkan Bali akan terancam Covid-19 karena sebagai destinasi wisata dunia terbesar di Indonesia. Tetapi sejauh ini, fakta menunjukkan hal yang kontras berbeda. Dari data perkembangan Covid-19 tersebut, menunjukkan bahwa sejumlah kebijakan dan berbagai upaya yang telah dikeluarkan oleh Gubernur Bali bersama Kapolda, Pangdam IX/Udayana, Bupati/Wali Kota se-Bali, para tenaga medis dan para pihak

disertai dengan manajemen pelaksanaan dalam penanganan Covid-19 di Bali telah menunjukkan suatu output/ hasil yang positif dan terukur. Kebijakan merupakan produk dari suatu kepemimpinan yang pada akhirnya terlihat dari hasilnya secara terukur. Gaya kepemimpinan seorang gubernur memang berbedabeda, ternyata hasilnya pun memang beda. Sejauh ini, di Bali hasilnya terlihat nyata. Sampai saat ini, ada 10 kebijakan yang sudah digulirkan Gubernur Bali Wayan Koster terkait penanganan Covid-19. Pertama, pembentukan Satuan Tugas Covid-19, yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 236/03-B/HK/2020 pada tanggal 10 Maret 2020. Bali merupakan provinsi pertama membentuk Satgas di Indonesia, bahkan mendahului pemerintah pusat yang baru membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada tanggal 13 Maret 2020. Kedua, mengeluarkan kebijakan Bali dalam Status Siaga Covid-19, dengan Surat Pernyataan Nomor 360/3054/ SET/BPBD pada tanggal 16 Maret 2020. Selanjutnya, Status Siaga Covid-19 di Provinsi Bali ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Nomor 258/04-G/ HK/2020,

tanggal 16 Maret 2020. Ketiga, mengeluarkan kebijakan tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19 dengan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 7194 Tahun 2020, pada tanggal 16 Maret 2020 yang berisi kegiatan belajar mengajar bagi siswa di rumah dengan menggunakan media online, pelaksanaan tugas-tugas penyelenggaraan administrasi pemerintahan diupayakan dari rumah, penundaan kegiatan perjalanan dinas ke luar daerah, kecuali untuk urusan yang sangat mendesak dan pembatasan kegiatan keramaian/ hiburan yang melibatkan massa. Keempat, kebijakan menetapkan 11 Rumah Sakit Rujukan Penanganan Covid-19 dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 259/03-B/ HK/2020, pada tanggal 16 Maret 2020. Kelima, mengeluarkan kebijakan penutupan objek wisata dengan Surat Edaran Nomor 730/8080/Sekret, pada tanggal 20 Maret 2020. Keenam, mengeluarkan kebijakan tentang Pem batasan Kegiatan Keramaian Termasuk Sabung Ayam (Tajen) dengan Surat Edaran Nomor 730/8125/Sekret, tanggal 20 Maret 2020. Hal. 7 Menggerakkan Desa Adat

’’Persentase kesembuhan pasien positif Covid-19, Bali mencapai sekitar 57,63% yang paling tinggi di Indonesia dan berbeda jauh daripada 9 provinsi lainnya, bahkan jauh di atas rata-rata nasional (16,76%) dan global/dunia (31,91%).’’ Wayan Koster Gubernur Bali

Desa Abuan Diisolasi Selama 14 Hari

Bangli (Bali Post) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bangli memutuskan mengisolasi Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli mulai Sabtu (2/5). Isolasi dilakukan menyusul banyaknya warga di desa setempat yang positif Covid-19. Sebelumnya, Gugus Tugas Kabupaten hanya mengisolasi satu banjar di desa tersebut yakni Banjar Serokadan.

H

Bali Post/ist

ISOLASI - Suasana Desa Abuan, Susut, Bangli yang mulai Sabtu (2/5) diisolasi tampak lengang.

umas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa mengatakan, Desa Abuan yang terdiri dari tiga banjar yakni Serokadan, Abuan dan Sala diisolasi selama 14 hari ke depan. Hal yang menjadi pertimbangan Gugus Tugas mengisolasi satu desa itu dikarenakan jumlah kasus positif Covid-19 di desa itu tergolong tinggi dan terdapat kasus posiitif di masing-masing banjar. ‘’Sebelumnya hanya Banjar Serokadan saja, tapi mulai Sabtu Desa Abuan yang diisolasi,’’ terangnya. Hal. 7 80 Persen Warga

Hasil Swab 276 Warga Serokadan Negatif Bangli (Bali Post) – Hasil pemeriksaan swab tenggorokan dari 276 warga Banjar Serokadan, Desa Abuan, Susut, Bangli dilaporkan negatif. Pemeriksaan ini tindak lanjut hasil rapid test yang menunjukkan 447 orang reaktif atau mengarah positif. Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa mengatakan, dari 447 yang reaktif, 308 orang di antaranya sudah menjalani pengambilan swab. ‘’Hasilnya baru keluar 276 orang, sisanya masih menunggu,’’ kata Dirgayusa, Minggu (3/5) kemarin. Menurut Dirgayusa, 139 orang lainnya baru Minggu kemarin dilakukan pengambilan swab. ‘’Ini masih berlangsung hari ini (Minggu - red) pengambilan swab bagi yang rapid test kemarin reaktif,’’ ujarnya. Ia berharap semua hasilnya negatif. Sementara dari 47 orang warga Bangli yang positif Covid-19, 16 orang di antaranya dinyatakan sudah sembuh dan kembali menjalani karantina mandiri di rumahnya masing-masing. Hal. 7 Dua Warga Serokadan

Protokol Penanganan Wabah Dalam Lontar-lontar Bali

DI MASA lalu ketika terjadi wabah, pemegang pemerintahan mengundang pandhita, mpu, bendesa, balian usada, untuk mengadakan rapat terbatas dalam rangka merumuskan pararem atau pacingkreman sebagai protokol penanganan wabah. Isinya berupa pembatasan upakara, pengobatan, karantina, penguburan, dan upakara penyucian. Jejak tertulis pokok-pokok protokol dari masa lalu tersebut terdapat dalam lontar jenis usada dan Widhi Sastra. Lontar usada yang mengandung protokol karatina dan pengendalian sosial terkait wabah, di antaranya Anda Kacacar, Usada Gede, Usada Ila, Usada Cukil Daki. Lontar jenis Widhi Sastra yang terkait penanganan wabah, di antaranya Widhi Sastra Swamandala dan Widhi Sastra Roga Sanghara Gumi. Protokol Pelarangan Pujawali Desa Bugbug, Karangasem,

misalnya, memiliki lontar protokol penanganan wabah cacar, berjudul ‘’Anda Kacacar’’. Disebutkan pembatasan untuk tidak menyelenggarakan salwirning walikrama (segala jenis perayaan pura atau pujawali). Berikut kutipannya (hal. 1b): ‘’Ini pedoman sastra untuk diketahui umum, pedoman bagi pelayan dharma, memuat ajaran kebajikan buddhi (nalar), hendaknya dipahami oleh pemegang pemerintahan, pada saat berjangkit wabah penyakit cacar, ingatlah begini aturannya dunia: Jangan melaksanakan salwirning walikrama (segala macam pujawali), tidak juga melakukan pemujaan dengan wedamantra di Pura-pura, sampai kemudian pulih datang wuku Dungulan (perayaan Galungan)…’’ Lontar ini melarang penyelenggaraan pujawali ketika wabah. Setelah wabah reda dan situasi pulih dan datang wuku Dungulan (hari raya

Oleh: Sugi Lanus Galungan), penduduk baru diperbolehkan ke pura. Ini sejalan dengan nasihat lisan yang kita terima secara turuntemurun: ‘’Masang gering ten dados mesu. Meneng jumah’’ — Musim wabah tidak boleh keluar. Diam tenanglah di rumah. Protokol Karantina Untuk mengarantina dan

mengisolasi penderita penyakit menular di masa lalu, disiapkan pondok-pondok sederhana di pantai, atau di luar desa yang jauh. Penderita penyakit menular dipersilakan meninggalkan desa, berpisah dengan keluarganya, dan tidak kembali ke desa sampai dinyatakan benar-benar sembuh. Lontar Usada Gede, menyebutkan (hal. 77a, 81a): ‘’…jika ada orang yang ditimpa penyakit menular itu, harus diusir oleh penguasa (raja), ditempatkan di pinggir pantai, jauh dari desa, tidak boleh dilihat oleh masyarakat desa, jangan dibiarkan lamalama di desa, jika dibiarkan lama orang itu di desa, akibatnya semua dewa meninggalkan desa itu…’’ ‘’…jika ada orang sakit demikian, patut diusir, ditempatkan di tepi laut, jangan diizinkan pulang ke desa, karena berakibat hilang kemakmuran negara, demikian menurut cerita dari Buana Keling.’’ Cerita lisan tentang wabah

di masa lalu sama dengan dengan isi lontar ini, dikatakan bahwa karantina di masa lalu berbentuk ‘’pengucilan’’. Ditempatkan di kawasan sepi jauh dari desa, dilarang berkunjung ke desa, dilarang bertemu keluarganya. Protokol Pengobatan Seorang balian (dukun) dituntut sangat berhati-hati dan harus punya kualifikasi atau kemampuan yang mumpuni dalam menangani penyakit menular. Lontar Usada Ila menyebutkan: ‘’Janganlah balian sembarang memvonis dan mengatakan sakit itu gering agung, jika belum mendalami keputusan Sang Hyang Saraswati dan upacara pawitenan (pembersihan diri) dengan aksara suci dan ilmu pengetahuan tentang tubuh, demikian hendaknya syarat orang yang melaksanakan pengobatan.’’ Hal. 7 Protokol Sanksi Denda


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.