Edisi Rabu 15 April 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

8 HALAMAN

NOMOR 229 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

rabu umanis, 15 april 2020

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Lapangan Renon Ditutup

Pasien Positif Covid-19 Sembuh

Pedagang Pasar Kusamba Ditertibkan

Dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19, kegiatan olahraga di Lapangan Puputan Margarana, Renon, Denpasar, ditutup sementara. Masyarakat diminta untuk berolahraga di rumah.

Satu dari lima pasien asal Kabupaten Tabanan yang dikonfirmasi positif terjangkit Covid-19 dinyatakan sembuh. Ini dikuatkan dengan hasil swab yang menunjukkan negatif.

Petugas gabungan membubarkan kerumunan pedagang di sekitar Pasar Rakyat Kusamba. Mereka dianggap membandel, karena tidak mengikuti aturan jam buka pasar.

TABANAN | HAL. 4

DENPASAR | HAL. 2

KLUNGKUNG | HAL. 5

PEMULIHAN EKONOMI BALI TAK BISA CEPAT ’’Domestik tidak ada, asing juga tidak ada. Karena itu, sudah pasti dampaknya besar sekali terhadap pariwisata. Seberapa besar ini konsekuensinya, kita berharap jangan sampai ada PHK.’’ Wayan Koster

’’Jika tidak ketat maka akan semakin lama. Jadi semakin pendek sakitnya dan semakin ketat, berdampak ekonomi tidak akan terlalu berat. Menurut saya Bali lebih relatif terkontrol karena terdiri dari satu pulau dengan tidak banyak pintu masuk.’’ Trisno Nugroho

OPINI

Mereka-reka Perekonomian Akibat Covid-19 Oleh: Prof. Dr. IB Raka Suardana, S.E., M.M.

HASIL assessment yang dilakukan oleh Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kemenkeu, BI, OJK dan LPS, ada dua skenario yang dihasilkan dalam memperkirakan dampak dari pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia tahun 2020, yakni skenario berat dan sangat berat. Skenario berat diprediksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 2,3% atau turun 3% dibanding asumsi APBN 2020 yang sebesar 5,3%, serta skenario sangat berat adalah ekonomi Indonesia minus 0,4%. Bagaimana dengan ekonomi Bali? Kondisi saat ini cenderung lebih parah dibandingkan 20082009 karena sektor konsumsi domestik masih berjalan. Pada waktu itu, masyarakat di daerah masih tetap beraktivitas normal, demikian juga UKM yang tidak berhubungan dengan ekspor-impor masih beroperasi normal. Sementara situasi saat ini berbeda, pandemi Covid-19 merusak hingga ke level konsumsi masyarakat di bawah. Agar skenario sangat berat tidak terjadi, pemerintah berupaya melalui kebijakan fiskal berupa belanja negara dengan mengeluarkan kebijakan dan stimulus yakni dengan menambah belanja sebesar Rp 405,1 triliun sebagai upaya meminimalisir dampak pandemi Covid-19. Dana sebesar itu digunakan untuk dana kesehatan, jaring pengaman sosial (Social Safety Net/ SSN), insentif perpajakan, alokasi untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi kredit dan penjaminan serta pembiayaan untuk UMKM dan usaha.

Denpasar (Bali Post) – Ekonomi Bali mengalami pukulan sangat telak. Belum pernah terjadi sebelumnya, mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Bali yakni pariwisata terjerembab begitu dalam seperti saat ini. Perbaikan sangat tergantung dari cepat-lambatnya pandemi Covid-19 lenyap. Meski demikian, muncul prediksi bahwa ekonomi Bali akan mulai merangkak di triwulan IV 2020.

P

rediksi yang sedikit optimistik ini disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster saat memberikan keterangan pers usai rapat Tim Percepatan Penanganan Dampak dan Pemulihan Akibat Covid-19, di Jayasabha, Denpasar, Senin (13/4). Ekonomi Bali mengalami penurunan di triwulan II saat ini dan kemungkinan masih berlanjut di triwulan III akibat Covid-19. Kenaikan di triwulan IV nantinya, jika dapat terjadi, tidak mungkin mencapai target yang sudah direncanakan di akhir 2019 lalu. ‘’Akumulatif sampai triwulan IV menurut saya masih positif. Walaupun tentu di bawah dari target yang kita rencanakan. Rencana kan 6 persen pertumbuhannya di Bali,’’ ujar Wayan Koster. Menurut Koster, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 3 persen saja sudah bagus. Kondisi ini tidak lepas karena Bali menggantungkan perekonomian pada sektor pariwisata. Sekalipun Covid-19 bisa lebih dikendalikan kalau selu-

ruh pekerja migran Indonesia (PMI) atau anak buah kapal (ABK) asal Bali sudah pulang seluruhnya ke Pulau Dewata, tetapi proses pemulihan tidak akan bisa dilakukan secepat yang diharapkan. Ini karena ada faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pergerakan perekonomian Bali. Melihat situasi sekarang, ada Permenkum HAM yang melarang WNA untuk berkunjung atau bahkan hanya transit di Indonesia. ‘’Jadi, sudah praktis dari sisi regulasi, wisatawan kita nol sejak April. Karena itu, sudah pasti pengusaha bidang pariwisata itu mengalami stuck, tidak berjalan,’’ jelasnya. Koster menambahkan, kasus Covid-19 di pasar domestik seperti Jakarta masih cukup besar dan terus naik di daerah itu. Dengan demikian, kunjungan wisatawan domestik juga sama-sama belum bisa diharapkan seperti halnya kunjungan wisman. Saat ini hotel-hotel yang tutup sudah mencapai lebih dari 90 persen. Hal. 7 Menyelamatkan Ketahanan

Bali Post/eka

SEPI - Untuk mencegah meluasnya penyebaran pandemi Covid-19, sejumlah pantai di Badung telah ditutup. Suasana sepi terlihat di sejumlah pantai, seperti yang terlihat di Pantai Legian.

Karyawan Bank Terancam PHK

Denpasar (Bali Post) Jika Covid-19 berlangsung lama, tidak hanya industri pariwisata yang terdampak, industri jasa keuangan juga akan terdampak yang akhirnya juga akan berdampak pada karyawannya. Berdasarkan data tahun 2017, pekerja di lapangan usaha keuangan, asuransi dan usaha persewaan bangunan berada di peringkat ke-6 terbanyak dari sembilan lapangan usaha yang ada di Bali yaitu sebanyak 99.784 orang. Pengamat ekonomi Nyoman Sender mengatakan, dalam jangka pendek, mungkin belum sampai di-PHK. ‘’Paling cuma digilir atau ada shift kerja atau seperti sekarang sudah ada karyawan yang WFH (Work

from Home - red), terutama karyawan-karyawan di bagian pemasaran dan back office. Karyawan di bagian pelayanan nasabah mesti tetap masuk kantor dengan sistem giliran atau shift,’’ ujar Sender, Selasa (14/4) kemarin. Apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang atau lebih dari enam bulanan, katanya, bisa saja akan ada karyawan yang sebagian dirumahkan (unpaid leaved) yaitu cuti tidak masuk kerja dengan tidak dibayar, tetapi status belum di-PHK. Paling buruk, jika wabah Covid-19 ini sampai lewat enam bulan, bahkan lebih, menurutnya, bisa saja terjadi PHK terutama karyawan-karyawan yang kurang strategis

Bagaimana dengan Bali? Perekonomian Bali saat ini mengalami kondisi terburuk sepanjang sejarah Bali sebagai daerah wisata. Dampak Covid-19 lebih parah dibandingkan Bom Bali dan erupsi Gunung Agung. Hal. 7 Strategi Mempercepat

bagi bank seperti pegawai kontrak dan sebagainya. Sementara bagi bisnis bank sendiri, dalam suasana apa pun, bank tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan. ‘’Bagaikan darah dalam tubuh. Jika mau survive hidup, maka darah itu sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Begitu juga sistem perbankan itu akan tetap diperlukan oleh perekonomian suatu bangsa,’’ jelasnya. Meski wabah Covid-19 mengamuk di berbagai belahan dunia, ia tetap optimis bisnis bank akan tetap bertahan. Apalagi pemerintah bersama Bank Indonesia dan OJK telah melakukan upaya-upaya penyelamatan dan stabilitas sistem keuangan. Namun di tengah upaya penyelamatan, ia menilai akan ada beberapa bank yang menghadapi kesulitan. Hal. 7 Fokus pada Pencegahan

’’Bhakti Paneduh’’ akan Digelar di Pura Ulun Danu Batur

Bangli (Bali Post) Bertepatan dengan rahinan Tilem Sasih Kadasa, Rabu (22/4) mendatang, akan dilaksanakan upacara Bhakti Paneduh di Pura Ulun Danu Batur, Desa Adat Batur, Kintamani. Upacara tersebut digelar untuk memohon keselamatan serta mendoakan agar wabah Covid-19 yang melanda sejumlah negara termasuk Indonesia segera berakhir. Rencana pelaksanaan Bhakti Paneduh tersebut diungkapkan Pangemong Pura Ulun Danu Batur Jero Gede Batur Duwuran, Selasa (14/4) kemarin. Dikatakan, ini akan dilaksanakan sore hari. ‘’Saya bersama krama Desa Adat Batur akan melaksanakan Bhakti Paneduh lagi untuk yang kedua kalinya,’’ ujarnya. Dalam upacara itu, pihaknya bersama krama akan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar wabah Covid-19 segera berakhir. Warga yang sakit karena terjangkit virus ini agar lekas sembuh. Menurut Jero Gede Batur Duwuran, B h a k t i

Paneduh ini juga dilaksanakan untuk menyikapi banyaknya fenomena alam yang terjadi di Bali akhirakhir ini. Seperti kejadian petir yang menyambar mudra Gelung Agung di Pura Penataran Besakih, kulkul Pajenengan Puri Klungkung yang masuara dan kejadian gempa. Melalui pelaksanaan upacara Bhakti Paneduh ini, pihaknya akan memohon semua kejadian alam tersebut bukan merupakan pertanda buruk, melainkan sebaliknya pertanda baik bagi jagat Bali. Jero Gede Batur Duwuran pun tak henti-hentinya mengajak seluruh umat Hindu untuk selalu ngrastiti bhakti dan nunas icayang jagat Bali beserta isinya diberi keselamatan dan kerahayuan. (kmb40)

Wabah dan Kemunculan Tradisi Baru di Bali

Oleh: Sugi Lanus

PENELITI Belanda Liefrinck (1890) memaparkan bahwa banyak peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Bali diputuskan berdasarkan petunjuk niskala -- petunjuk leluhur dan para dewa. Masyarakat Bali disebutkan punya kebiasaan berkomunikasi dengan leluhur dan para dewa. Para dewa dan leluhur diturunkan dengan upakara dan sesaji, lewat medium (balian, sutri, pemangku, orang suci) lalu dimintai petunjuk. Petunjuk-petunjuk niskala tersebut dijadikan acuan memutuskan berbagai hal, termasuk dalam ‘’mengkreasi tradisi baru’’. Banyak tradisi Bali bersumber dari petunjuk-petunjuk niskala tersebut. Sampai kini masyarakat Bali punya banyak kisah tentang petunjuk-petunjuk niskala yang turun ketika Bali dilanda wabah. Petunjukpetunjuk niskala isinya beragam. Dari petunjuk pembuatan segehan, sangu, caru, tawur, penjor, tari, dan seterusnya. Tari Sanghyang, Rejang, Gandrung, dan tari-tari sakral umumnya muncul ketika wabah melanda Bali di masa lalu. Tari-tari sakral tersebut ‘’dikreasi” di berbagai desa berdasarkan petunjuk-petunjuk niskala

sebagai bagian dari penanggulangan wabah. Di Dukuh Penaban, Karangasem, terdapat tari Canglongleng. Tari sakral ini lahir ketika terjadi grubug atau gerubug (wabah ganas). Tersebutlah seorang siddhi (mumpuni) mendapat petunjuk niskala atau pawisik. Pawisik dikomunikasikan dengan pihak desa sesuai parikrama desa. Krama (warga desa) patuh mengikuti. Diselenggarakan upacara macaru atau suguhan dengan mengogong Ida Batara dengan busana poleng (hitam putih). Sambil bersorak: “Aahh… iiihhh… uuuhhh...” Singkat cerita, grubug pun berlalu. Tari yang ‘’dikreasi” di masa wabah tersebut sekarang menjadi tari sakral yang ditarikan setiap aci atau perayaan di Pura Puseh Desa Dukuh Penaban. Di Sidatapa, Buleleng, terdapat unen-unen (prosesi suci) Sanghyang dan Gandrung. Kisahnya, ketika desa dilanda grubug bah bedeg (wabah yang membuat korban terkapar seperti gedek bambu), seorang pertapa siddhi menerima petunjuk niskala untuk mengadakan unen-unen Sanghyang dan Gandrung. Wabah ini diceritakan turun-temurun dalam dongeng asal-usul

nama Desa Sidatapa, yang sebelumnya bernama Gunung Sari. Untuk mengenang sang pertapa penyelamat maka nama Gunung Sari diubah menjadi Sidatapa -- desa yang diberkati oleh sang siddha-tapa (pertapa mumpuni). Sampai kini tari sakral ini digelar tiga tahun sekali, di awal Sasih Karo (bulan Agustus), di jaba Pura Bale Agung Desa Sidatapa. Tarian dilakukan selama 42 hari, diawali dengan upacara pacaruan, dilengkapi tabuh rah (upacara sabung ayam) 9 hari berturut-turut. Tari Canglongleng dan Sanghyang-Gandrung hanyalah contoh bagaimana cikal-bakal tradisi ‘’dikreasi” ketika Bali dilanda wabah di masa lalu. Kami mendata tidak kurang dari 30 tari dan tradisi sakral di berbagai desa di Bali kemunculannya terkait dengan wabah. Apa yang kita warisi sekarang sebagai tradisi adalah ‘’kreasi baru” di masa lalu. Collective Healing yang Melampaui Nalar Tari-tari dan tradisi sakral tersebut memiliki fungsi kurang lebih sama, sebagai tolak bala (penghalau wabah) dan permohonan ke-

selamatan. Umumnya ‘’dikreasi” berdasarkan petunjuk niskala -- pewahyuan lokal. Petunjuk niskala ‘’diadopsi” menjadi kebijakan desa, ‘’dikreasi” dan dijalankan sebagai ritual. Di tataran psikologis, tari sakral merupakan solusi alternatif -- semacam collective healing (penyembuhan kolektif). Desa-desa di Bali punya mekanismenya masing-masing untuk menjawab berbagai gejala alam dan ketidakwajaran, dengan tarian atau upakara suci --collective healing yang bersumber local wisdom dan bersifat desakala-patra. Jika collective healing ini dikatakan ‘’tidak nalar”, maka krama yang paham akan menjawab bahwa ini ‘’melampaui nalar”. Ini bukan sesuatu yang irrational, tetapi sesuatu yang beyond-ratio. Apa yang kadang dianggap ‘’tidak masuk akal” di suatu era, menjadi masuk akal di era selanjutnya. Bukan karena ‘’tidak masuk akal” tetapi ‘’akal belum masuk” ke tataran yang lebih tinggi. Akal yang apriori menutup diri untuk memasuki ‘’sesuatu yang melampaui rasionalitas”. Hal. 7 Polemik Tradisi Baru


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.