Edisi Minggu 16 Agustus 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

8 HALAMAN

NOMOR 1 TAHUN KE 73

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

minggu wage, 16 agustus 2020

Pengemban Pengamal Pancasila

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom


Bali Era Baru

Minggu Wage, 16 Agustus 2020

DESAIN PENATAAN — Popo Danes telah menyiapkan desain penataan Besakih. Kesemrawutan Bencingah Pura Agung Besakih akan ditata untuk mengembalikan aura spiritualitas. Pengerjaan akan dimulai 2021 dengan nilai proyek sekitar Rp 1 triliun.

Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Menguatkan Aura Spiritualitas Besakih

Besakih adalah hulunya Bali. Sejarah peradaban Bali, salah satu titik awalnya ada di kawasan suci di kaki Gunung Agung tersebut. Maka jika berbicara tentang menjaga Bali, menjaga kesucian kawasan Pura Agung Besakih menjadi syarat mutlak. Tidak bisa dimungkiri Besakih telah dijamah profannya pariwisata, sehingga penataan fisik dengan tujuan pelindungan kesucian Besakih sangat mendesak dilakukan. Tujuannya mengembalikan Besakih sebagai kawasan yang kental dengan aura spiritualitas. Arsitek program pelindungan kawasan suci Besakih, Popo Danes, mengatakan desain proyek terbilang unik karena ‘’bermain’’ dengan situasi alam di Besakih. Untuk diketahui,

wilayah Besakih secara spiritual juga berbeda. Sebagai contoh, bangunan-bangunan besar hanya boleh ditaruh di area sebelum candi bentar. Setelah melewati candi bentar, sudah harus bangunan tempat suci. Salah satu bangunan besar yang akan dibangun adalah parkir empat lantai di Manik Mas. ‘’Karena kita butuh kapasitas parkir yang besar, kita taruh sebelum candi bentar. Di sini kan juga secara etika tidak ada bangunan bertingkat ke atas, jadi semua bisa kita tingkat ke bawah mengikuti kontur lahan,’’ ujarnya. Konsep seperti ini, lanjut Popo Danes, juga memudahkan alur kendaraan. Dengan adanya kemiringan jalan, masyarakat yang hendak parkir

dapat masuk dari lantai berapa pun. Ini akan berdampak pada traffic kendaraan yang tidak terlalu banyak. Kemudian, bangunan parkir pun dapat dibalut dengan tanaman-tanaman. Apalagi telah disepakati, kawasan Besakih akan dijadikan hutan dan yang paling banyak ditanami adalah pohon-pohon sesuai kebutuhan di sana. Seperti pohon aren dan pohon pinang, yang keduanya banyak dibutuhkan untuk upacara di Besakih. ‘’Jadi, kita bekerja sama dengan situasi lahannya,’’ jelasnya. Para panglingsir di Besakih, lanjut Popo Danes, telah memberikan arahan yang baik terkait tata titi upakara dan pamedek. Semua orang harus berhenti sebelum Pura Manik Mas, lalu masuci di Manik Mas,

baru menuju pura lewat margi agung. Ke depan, tidak ada lagi pamedek yang parkir di ‘’leher’’ Besakih, tapi kembali ke ‘’kakinya’’ supaya proses menuju ‘’kepala’’ sempurna. ‘’Jadi kalau sejarahnya, dahulu raja-raja dari mana pun di Bali, sembahyang di Besakih, kudanya selalu diikat di Manik Mas, kemudian masuci, dan berjalan lewat margi agung, itu dianggap proses yang sesuai, yang sempurna tahapannya,’’ terangnya. Popo Danes menambahkan, desain program pelindungan kawasan Besakih disesuaikan pula dengan karakter dan situasi masyarakat Bali saat ini. Itulah mengapa ada beberapa pesandekan yang dirancang di Manik Mas dan Bencingah. Mengingat, orang Bali umum-

nya bersembahyang ke Besakih bersama keluarga besar. Artinya, kebersamaan selalu dikedepankan oleh orang Bali. Kemudian ada wantilan, yang sebetulnya dipersembahkan untuk ibu-ibu di Besakih agar membuat usaha sendiri. ‘’Kalau ada ibu yang membuat nasi bungkus, kue apem, dan sebagainya, kita tampung di sana. Jadi, tempat istirahatnya di-support oleh ibu-ibu di sini sehingga semua orang merasa ikut memiliki dan menjaga ini,’’ paparnya. Menurut Popo Danes, toilet selama ini kerap menjadi sorotan di Besakih. Nantinya akan dibuat tertata rapi, terstruktur dengan bahan yang mudah dirawat. Pada akhirnya, Besakih diharapkan menjadi tempat spiritual yang memberikan

Tetap Konsisten di Tengah Badai Pandemi

’’Kita tidak mengedepankan pariwisata di sini, bahwa ini tempat spiritual.’’ Popo Danes Arsitek Pelindungan Kawasan Suci Besakih kenyamanan. Terlebih selain penataan di Manik Mas dan Bencingah, Margi Agung juga ditata menjadi taman, sehingga orang-orang tidak akan merasa kelelahan berjalan ke atas. Tetapi justru menikmati

Perlu Pertimbangan Lebih Matang

Badai pandemi Covid-19 masih berkecamuk menerjang berbagai sisi kehidupan. Bali menjadi daerah yang ekonominya terdampak paling parah di antara daerah lainnya di Indonesia. Beruntung Pemerintah Provinsi Bali memiliki visi kuat yakni ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali Menuju Bali Era Baru’’ yang dapat menjadi jangkar kuat menghadapi badai pandemi. Visi itu diwujudkan dengan rencana pembangunan infrastruktur tetap berjalan dan penguatan melalui terbitnya peraturan daerah (perda) dan peraturan gubernur (pergub) tetap berjalan konsisten. Pembangunan infrastruktur darat, laut dan udara secara terintegrasi dan terkoneksi merupakan salah satu program yang diprioritaskan dalam visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’. Kendati ada pandemi Covid-19 anggaran proyek infrastruktur untuk Bali berhasil diamankan. Proyek tersebut di antaranya pembangunan

pelabuhan segitiga emas, penataan Kawasan Suci Besakih, pembangunan Ttol DenpasarGilimanuk dan Bendungan Tamblang, Singaraja. Proyekproyek tersebut melengkapi mega-infrastruktur sebelumnya yakni shortcut MengwiSingaraja. Realisasi pelabuhan segitiga emas yang menghubungan Nusa Penida dan Bali daratan kini bukan hanya wacana. Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi telah hadir ke Bali untuk

melakukan groundbreaking pembangunan pelabuhan penyeberangan Sampalan dan Bias Munjul di Nusa Penida, Klungkung, Senin (3/8) lalu. Budi Karya menekankan agar pembangunan dua pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan segitiga emas itu dapat rampung dalam waktu sembilan bulan. Total anggaran pembangunan kedua pelabuhan mencapai Rp 196,3 miliar dari APBN. Terdiri dari Rp 86,7 miliar untuk Pelabuhan Sampalan dan Rp 109,6 miliar untuk Pelabuhan Bias Munjul. Pada kesempatan yang sama, Budi Karya juga menyampaikan rencana untuk melakukan studi Pantai Lovi-

na tahun depan. Ini tidak lepas dari upaya untuk menjadikan Bali sebagai super hub tourism di Tanah Air. Tol Gilimanuk-Denpasar Tidak berselang lama usai Budi Karya, giliran Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang hadir ke Bali. Basuki meninjau sejumlah pembangunan fisik yakni penataan kawasan suci Besakih, Bendungan Sidan, rehabilitasi Stadion I Wayan Dipta sebagai satu dari enam stadion di Indonesia untuk venue World Cup U-20 tahun 2021, dan Tol Gilimanuk-Denpasar. Salah satu yang termasuk megaproyek adalah pembangunan Tol Gilimanuk-Denpasar.

Saat berada di lokasi rencana tol di Mengwi Badung, Basuki mengatakan Tol GilimanukDenpasar nantinya memiliki panjang 95 km. Pembangunan tol dengan titik akhir di Mengwi, Badung itu akan dilakukan sebanyak tiga tahap. Tahap pertama mulai dari Pekutatan, Jembrana sampai Soka, Tabanan sepanjang 20 km. ‘’Pekutatan-Soka terlebih dulu diprioritaskan karena kroditnya ada di sini. Ini akan jadi jalur logistik dan jalur wisata,’’ jelasnya. Menteri PUPR-RI Basuki Hadimuljono mengatakan, Tol Gilimanuk-Denpasar masih terkait dengan Trans Jawa. Saat ini, Trans Jawa sudah sampai di Pasuruan, Jawa Timur dan tinggal meneruskan ke Banyuwangi. Jika Trans Jawa nanti sudah rampung, maka orang-orang akan lebih suka datang ke Bali lewat jalur darat. Menurut Basuki, paling lambat Maret 2021 sudah ada penandatanganan kontrak sehingga proyek bisa berjalan. Secara keseluruhan, biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 13 - 14 triliun. Seluruhnya dibiayai oleh swasta atau tidak ada dukungan pemerintah lewat APBN. Tol akan dilengkapi pula dengan jalur sepeda motor. Regulasi atau payung hukum berupa PP sudah ada untuk itu. (rin)

suasana dan nyaman untuk datang bersembahyang ke Besakih. ‘’Kita tidak mengedepankan pariwisata di sini, bahwa ini tempat spiritual,’’ tandasnya. (rindra)

I Gde Parimartha Pembangunan infrastruktur lainnya adalah Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung. Perlu perencanaan yang benar-benar matang untuk proyek satu ini karena lokasinya yang rawan bencana. Suara mengingatkan betapa rawannya lokasi bekas galian C karena dilintasi aliran lahar sudah disampaikan sejumlah pihak. Sejarawan Unud Prof. I Gde Parimartha juga mengingatkan hal serupa. Perlu pertimbangan lebih matang. ‘’Menurut saya itu wilayah yang kurang aman, karena Gunung Agung masih punya potensi untuk meletus, sehingga wilayah pembangunan itu berada di kawasan rawan bencana,’’ tulis Parimartha dalam suratnya ke Redaksi Bali Post. Parimartha menambahkan bahwa dalam pengalaman sejarahnya, Gunung Agung memang merupakan gunung yang hidup dengan sumber api yang membara di dalamnya, seperti gunung-gunung lainnya di kepulauan. Catatan tradisi dan pengalaman sejarah di masa lalu menunjuk-

kan bahwa Gunung Agung telah beberapa kali meletus, menimbulkan gempa dahsyat, membawa bencana pada Bali. Disebutkan, Gunung Agung telah meletus pada tahun 1808, 1821, 1843, 1963, bahkan dari lontar-lontar kuna (purana, babad) disebutkan bahwa pada tahun Çaka 27, turun hujan lebat, disertai topan, gemuruh, gumpalan bumi disertai tentuman, dua bulan lamanya, akhirnya meletus Gunung Tohlangkir mengeluarkan air salodaka (belerang) dari dalamnya. Gunung Tohlangkir meletus lagi tahun Çaka 31. Ketika itu, turun Batara Hyang Putranjaya, bersama adiknya Batari Dewi Danu. Peristiwa itu memunculkan pandangan, keyakinan pada kebesaran Hyang Maha Kuasa, bahwa Gunung Agung menyimpan nilai kesucian, kekuatan mahabesar yang patut dilindungi, sekaligus waspada pada kemungkinan munculnya bencana (ujian alam) yang terjadi. B eg it u g a m b a ra n m a syarakat Bali kita dahulu, pada keadaan bencana yang terjadi berkaitan dengan kebesaran makna Gunung Agung, sehingga muncul pikiran, bukan tidak mungkin Gunung Agung akan meletus kembali dan membawa bencana yang sama, atau mungkin lebih besar. ‘’Kalau begitu, tempat yang sekarang direncanakan, termasuk areal yang tidak aman. Maka perlu waspada, dalam rangka pembangunan Pusat Kebudayaan Bali, untuk mencari tempat yang lebih aman atau yakin aman, mungkin di tempat yang lebih tinggi,’’ tutup Parimartha. (ata)

Perintis : K.Nadha, Pemimpin Umum: ABG Satria Naradha Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Dira Arsana Redaktur Pelaksana : Made Sueca, Nyoman Winata Redaktur Eksekutif: Parwata Sekretaris Redaksi: Diah Dewi Redaksi: Daniel Fajry, Mawa, Subrata, Giriana Saputra, Wayan Sumatika Anggota Redaksi Denpasar: Asmara Putra, Dedy Sumartana, Yudi Karnaedi, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Rindra, Ngurah Kertanegara, Made Miasa, Agung Dharmada, Maya, Ketut Winata, Suka Adnyana. Bangli: IA Swasrina, Buleleng: Mudiarta. Gianyar: Manik Astajaya. Karangasem: Eka Parananda, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma, Tabanan: Dewi Puspawati, NTB: Agus Talino, Izzul Khairi, Raka Akriyani. Surabaya: Bambang Wiliarto Kantor Redaksi: Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon (0361)225764, Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001. Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602, Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Manajer Percetakan: Tri Iriana, Ombudsman: Jimmy Silalahi. Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A, Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00, Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan : Iklan Mini: minimal 2 baris maksimal 10 baris, Minggu s.d. Jumat Rp 49.500,- per baris, Sabtu Rp 64.350,- per baris Iklan Umum: < 100 mmk Rp 50.000 per mmk, >100 mmk Rp 55.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp 40.000 per mmk. Advertorial Rp 25.000 per mmk. Iklan Warna: 2 warna Rp 55.000, 4 warna Rp 75.000 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jl.Kepundung 67A Denpasar 80232 Tel: 225764, Facsimile: 227418. Harga Langganan: Rp 90.000 sebulan, Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 4.000. Terbit 7 kali seminggu. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP, Penerbit: PT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an Pt.Bali Post.  WARTAWAN BALI POST SELALU MEMBAWA TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER


EKONOMI

Minggu Wage, 16 Agustus 2020

Produktif dan Inovatif Kawal Ekonomi Bali

MEMASUKI masa resesi karena pertumbuhan ekonomi Bali telah mengalami pertumbuhan minus dua kali, maka persiapan ke depan yang perlu dilakukan adalah langkah bertahan. Salah satu upaya bertahan adalah memperkuat ketahanan pangan Bali.

”Dalam rangka bertahan dan menuju recovery tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Semua pihak harus berperan, termasuk kalangan perbankan dan utamanya masyarakat. Tidak hanya bisa mengandalkan bantuan pemerintah dalam bentuk stimulus semata. Kemudahan birokrasi, kelonggaran dan fleksibilitas dalam keuangan akan sangat membantu masyarakat terutama dunia usaha untuk bangkit.”

”Meskipun perlahan-lahan pariwisata akan dibuka untuk wisatawan, namun ke depan Bali masih akan menghadapi tantangan berupa masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara. Kunjungan wisatawan hingga Desember 2020 diperkirakan masih didominasi oleh wisatawan domestik dan masih rendahnya sektor alternatif untuk memacu pertumbuhan ekonomi.” Trisno Mugroho Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bali

Prof. Wayan Ramantha Akademisi Universitas Udayana Langkah ini telah diejawantahkan dalam tataran aksi praksis oleh Gubernur Bali Wayan Koster dengan menerbitkan Surat Edaran (SE) untuk mewajibkan instansiinstansi pemerintah, BUMN, dan organisasi lain di Bali membuat Pasar Gotong Royong Krama Bali. Langkah ini diharapkan mampu menggerakkan perekonomian Bali terutama di sektor pertanian. Dengan begitu, masyarakat Bali tetap bergerak produktif alias tidak hanya menunggu pulihnya sektor pariwisata yang terkoyak-koyak akibat dampak pandemi Covid-19 yang mahadahsyat. Akademisi Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha mengatakan, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sudah mengucurkan berbagai stimulus untuk menahan laju penurunan ekonomi. Stimulus yang diprioritaskan untuk masyarakat ti-

dak mampu dan masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) ini akan sangat membantu menjaga daya beli dan tingkat konsumsi mereka. Sementara bantuan kepada pelaku usaha akan memacu semangat dari pelaku-pelaku ekonomi terutama UMKM untuk bisa bangkit. “Paling tidak dalam jangka pendek mereka bisa membiayai konsumsi mereka sendiri,” ujar Ramantha, belum lama ini. Secara psikologis, kata dia, stimulus juga akan sangat membantu mengurangi angka kemiskinan yang memang melonjak sangat tajam. Menjaga daya beli masyarakat dan konsumsi masyarakat sangat penting, mengingat lebih dari 50 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disumbangkan dari konsumsi rumah tangga. “Dalam rangka bertahan dan menuju recovery tidak hanya bisa dilakukan

oleh pemerintah saja. Semua pihak harus berperan, termasuk kalangan perbankan dan utamanya masyarakat. Tidak hanya bisa mengandalkan bantuan pemerintah dalam bentuk stimulus semata. Kemudahan birokrasi, kelonggaran dan fleksibilitas dalam keuangan akan sangat membantu masyarakat terutama dunia usaha untuk bangkit,” ujarnya. Menurut Ramantha, pemulihan ekonomi apalagi menuju pertumbuhan Bali yang seperti semula yaitu 6 persen tidak akan mampu dilakukan dalam waktu setahun. Bahkan, bisa tumbuh 3 persen saja menurutnya sudah sangat bagus. Tentunya, semua itu sangat memerlukan kekompakan, semangat masyarakat, dunia usaha juga pemerintah. “Triple helix itu memang harus satu bahasa untuk menuju ke pemulihan,” tegasnya. Hal senada juga dilontar-

Bali Post/ian

BANGKIT - Bantuan pemerintah kepada para pelaku usaha akan memacu semangat dari pelaku-pelaku ekonomi terutama UMKM untuk bisa bangkit. kan Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bali Bali Trisno Nugroho. Menurutnya, stimulus dari pemerintah diarahkan untuk tiga aspek. Yakni, aspek kesehatan, aspek jaring pengaman sosial (JPS) dan aspek insentif usaha. Aspek JPS ditujukan untuk mempertahankan daya beli masyarakat yang terdampak Covid-19. Bentuknya adalah program sembako, program keluarga harapan (PKH), diskon listrik dan kartu pra kerja dan bantuan dana desa (BDD). Di Bali, kata dia, stimulus untuk mempertahankan daya beli di mana telah dikucurkan tambahan penerima program sembako sebanyak 65.000 kepala keluarga (KK) dari yang semula hanya 127.000 KK. Sedangkan tambahan PKH sebanyak 7.500 orang dari yang semula hanya 79.000 orang. Total penyaluran PKH, program sembako, diskon listrik dan program JPS lainnya yang sudah disalurkan adalah sebesar Rp 40 miliar dari total pagu Rp 108 miliar. “Dampak dari stimulus tersebut setida-

knya telah memberi bantuan pendapatan kepada para penerima manfaatnya,” ujarnya. Trisno Nugroho menambahkan, stimulus di bidang JPS dan ekonomi terbukti bisa mencegah terjadinya pertambahan jumlah penduduk miskin di Bali. Akibat pandemi Covid-19, sebanyak 7,8% penduduk Bali tergolong rentan miskin sehinga perlu dilakukan bantuan sosial. Meskipun perlahan-lahan pariwisata Bali akan dibuka untuk wisatawan, namun ke

depan Bali masih akan menghadapi tantangan berupa masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). “Kunjungan wisatawan hingga Desember 2020 diperkirakan masih didominasi oleh wisatawan domestik dan masih rendahnya sektor alternatif untuk memacu pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya. Untuk menghadapinya, kata dia, strategi percepatan pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19 harus dilakukan. Yaitu, menerap-

Dorong Daya Beli Masyarakat

Resesi perekonomian Bali sudah di depan mata. Menyusul pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan II 2020 masih negatif, bahkan cukup dalam. Jika di triwulan I, pertumbuhan ekonomi minus 1,14 persen, maka di triwulan II, ekonomi Bali tumbuh minus 10,98 persen (yoy). Wakil Ketua DPRD Bali I Nyoman Sugawa Korry mengatakan, Bali akan menghadapi sejumlah tantangan berkaitan dengan resesi ekonomi. Mulai dari meningkatnya angka pengangguran, menurunnya daya beli, meningkatnya angka kemiskinan, hingga potensi meningkatnya masalah-masalah sosial seperti kejahatan, perceraian, dan pola pikir masyarakat yang tidak rasional. “Untuk mengatasi

potensi masalah tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu menggalang kebersamaan untuk mendorong bangkitnya kembali pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Sugawa Korry, belum lama ini. Menurut Sugawa Korry, pertumbuhan ekonomi daerah mesti didorong lewat kebijakan-kebijakan yang rasional, tepat dan terarah. Tentunya dibarengi dengan semangat yang kuat dari masyarakat untuk mendukung dan menciptakan kondisi yang kondusif, sehingga kebijakankebijakan tersebut berjalan dengan sebaikbaiknya. “Pemerintah harus mendorong daya beli masyarakat untuk meningkatkan konsumsi masyarakat, meningkatkan kondisi dan kepercayaan investasi, mening-

”Pertumbuhan ekonomi daerah mesti didorong lewat kebijakankebijakan yang rasional, tepat dan terarah. Tentunya dibarengi dengan semangat yang kuat dari masyarakat untuk mendukung dan menciptakan kondisi yang kondusif, sehingga kebijakan-kebijakan tersebut berjalan dengan sebaik-baiknya.” I Nyoman Sugawa Korry Wakil Ketua DPRD Bali

katkan pengeluaran pemerintah dan mendorong meningkatnya ekspor,” paparnya. Dalam jangka pendek, lanjut Sugawa Korry, yang paling mungkin adalah memberikan bantuan stimulus kepada masyarakat melalui mekanisme yang jujur, adil dan transparan. Selain itu, merealisasikan proyek-proyek melalui anggaran pemerintah daerah. Pemerintah juga harus mulai membuka kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dengan tetap mengikuti protokol kesehatan dan pencegahan Covid-19. “Secara bertahap, pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk secara bertahap meningkatkan kepercayaan dan keyakinan pihak internasional dan nasional bahwa berkunjung dan berwisata ke Bali adalah hal yang aman dan kondusif,” ujar politisi Golkar asal Buleleng ini. Sugawa Korry menggarisbawahi mekanisme pemberian stimulus agar jangan sampai berdasarkan kepentingan politik. Terlebih saat ini menjelang pilkada. Kalau itu yang terjadi, pemberian stimulus bukan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Namun sebaliknya, justru akan berkembang masalah-masalah sosial dan politik yang menghambat pertumbuhan ekonomi daerah. Padahal, pemberian stimulus dalam jangka pendek sudah sangat tepat untuk mendorong daya beli dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Termasuk mewujudkan kondisi masyarakat yang kondusif atau mencegah potensi

”Anggaran dalam APBD harus digunakan semaksimal mungkin untuk memutar perekonomian. Salah satunya lewat proyekproyek padat karya agar muncul likuiditas di masyarakat.” A.A. Ngurah Adhi Ardhana Anggota Komisi II DPRD Bali

masalah-masalah sosial. “Sedangkan dalam jangka panjang, ketahanan ekonomi daerah Bali terwujud apabila mampu diwujudkan keseimbangan struktur ekonomi daerah antara sektor primer/pertanian, sektor sekunder/industri dan sektor tersier/ jasa/pariwisata,” terangnya. Sugawa Korry menambahkan, struktur ekonomi daerah Bali harus diseimbangkan secara bertahap. Mengingat, saat ini peranan sektor tersier khususnya pariwisata sangat dominan. Sementara itu, sektor pariwisata sangat riskan dengan isu penyakit, isu perang, isu keamanan, dan lain-lain. Peningkatan peran sektor primer atau pertanian harus mulai ditingkatkan melalui modernisasi. Dengan demikian, lahan terbatas tidak menjadi halangan untuk dapat meningkatkan kualitas produksi petani. Selain itu, akan terbangun pula sektor sekunder atau industri melalui industri pengolahan produk-produk pertanian dan industri masyarakat serta industri perakitan yang ramah lingkungan. Anggota Komisi II DPRD Bali A.A. Ngurah Adhi Ardhana mengatakan, anggaran dalam APBD harus digunakan semaksimal mungkin untuk memutar perekonomian. Salah satunya lewat proyek-proyek padat karya agar muncul likuiditas di masyarakat. Pola seperti ini juga diberlakukan oleh pemerintah pusat. Pada intinya, pemerintah mengupayakan adanya uang beredar di masyarakat untuk memunculkan daya beli sehingga perekonomian tidak terus turun. “Sederhananya, hibah kita misalnya dipakai membuat tugu, itu kan mereka sendiri yang mengerjakan. Berarti uang itu berputar di situ. Ini contoh,” ujar politisi PDI-P ini. Adhi Ardhana menambahkan, realisasi program-program terkait RPJMD juga harus digerakkan selama menyentuh masyarakat. Jadi, bukan hanya sekadar expenditure untuk tender-tender di birokrasi. Sebab, pemenang tender bisa jadi dari luar Bali. Mengingat sasaran utamanya adalah anggaran itu langsung dirasakan oleh masyarakat lokal Pulau Dewata. Begitu pula jika ada proyek pemerintah pusat di Bali, maka pemenang proyek harus didorong bermitra lokal. Paling tidak mengusahakan tenaga kerja untuk proyek dari masyarakat lokal, selain mengambil lagi dari luar. Apalagi, Bali sudah memiliki regulasi berupa Perda tentang Pembinaan Jasa Konstruksi yang tinggal dibuatkan aturan pelaksanaannya. “Jadi, uangnya berputar di sini lagi. Itu saja memang satusatunya jalan untuk menyelamatkan resesi ekonomi di Bali selama tidak ada tamu (wisatawan - red),” jelasnya. (rin)

kan tatanan kehidupan baru, membuka pariwisata untuk wisman secara bertahap, relaksasi PSBB, percepatan absorpsi belanja pemerintah, percepatan penyaluran kredit bank (termasuk BPD) ke sektor riil, pembukaan sektor ekonomi utama (9 sektor) dengan disiplin ketat protokol Covid-19. Sektor itu meliputi pertambangan, industri, perminyakan, konstruksi, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, logistik dan lainlain. (may)

Stimulus Sangat Berarti PEREKONOMIAN Bali menghadapi tantangan yang sangat luar biasa akibat dari pandemi Covid-19. Ketergantungan Bali yang sangat dominan terhadap sektor pariwisata berdampak sangat buruk di tengah pandemi Covid-19 karena pertumbuhan ekonomi Bali mengalami kontraksi yang sangat dalam dan bahkan bisa di-declare sebagai sebuah resesi. Praktisi atau pelaku usaha Panudiana Kuhn mengatakan, Bali sudah masuk masa resesi. Omzet perusahaan-perusahaan di Bali hampir lima bulan minus. “Nombok terus, gaji karyawan, bayar listrik, bayar BPJS, dan lain-lain. Kita sudah resesi, negara lain sudah berani mengatakan resesi. Singapura -42 persen, Australia sudah resesi, Thailand dan Malaysia sudah,” ujar Panudiana Kuhn, belum lama ini. Menurut Panudiana Kuhn, hendaknya Bali dan Indonesia juga harus jujur menyatakan resesi agar memacu untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih kondusif. Terlepas dari pernyataan resesi, pemerintah nyatanya telah mengeluarkan sejumlah kebijakan berupa stimulus-stimulus terhadap berbagai komponen. Stimulus ini menurutnya sangat membantu dengan catatan dilaksanakan dengan baik di seluruh wilayah. Dengan stimulus yang diberikan, kata dia, salah satu dampaknya akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat, dan dunia usaha dapat bergerak lebih longgar. Maka dari itu, stimulus harus segera dicairkan. “Apalagi ada kebijakan subsidi upah, karyawan dengan gaji Rp 5 juta ke bawah mendapat bantuan selama empat bulan. Karena ada banyak kondisi pekerja sepertinya tidak digaji dan digaji setengah,” ujarnya sambil menyebut hampir 90 persen karyawan perusahaan gajinya UMP (Upah Minimal Provinsi). “Jika Bali mengalami resesi cukup lama, tantangan akan semakin berat bagi pengusaha. Mereka akan mulai mem-PHK karyawan, sementara untuk membayar pesangon dinilai sangat berat. Di perusahaan itu tidak ada cashflow. Zero, hampir kebanyakan zero karena hotel-hotel dibangun dengan hutang bank,” ungkapnya. (may)


PARIWISATA DAN PERTANIAN

Minggu Wage, 16 Agustus 2020

Perlu ’’Grand Design’’ Sinergi Pertanian dan Pariwisata Berkesinambungan

Pariwisata Bali saat ini menjadi sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Sebab, wabah yang melanda ratusan negara di dunia ini menyebabkan kantong-kantong wisatawan melarang warganya berpelesiran. Di tengah situasi ini, muncul kembali upaya untuk menyinergikan pertanian dan pariwisata, sehingga Bali tak lagi terlalu bergantung dengan sektor pariwisata yang terbukti rapuh diterjang berbagai persoalan. Lalu seperti apa sebenarnya desain yang tepat bagi Bali dalam mengembangkan kedua sektor ini agar bisa berkesinambungan?

S

inergi antara pertanian dan pariwisata belakangan semakin gencar digaungkan. Yang menarik, konsep untuk menyinergikan kedua sektor ini rupanya tak hanya sebatas menciptakan link agar produkproduk pertanian bisa terserap oleh komponen pariwisata. Tetapi juga menjadikan pertanian sebagai daya tarik bagi wisatawan dan akhirnya memberi nilai tambah bagi masyarakat lokal khususnya petani. Diperlukan grand design dalam mewujudkan sinergi pertanian dan pariwisata sehingga bisa berkesinambungan. Sebab, menurut pengamat ekonomi Viraguna Bagoes Oka, Bali yang secara historis, filosofis dan geografis telah diberikan taksu keberkahan yang luar biasa oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan keindahan alam, kesuburan tanah pertanian dan keramahtamahan masyarakat serta budayanya yang adiluhung merupakan sebuah destinasi pariwisata holistik berkualitas. Kondisi ini, kata Viraguna, terjadi sampai dengan 1989. Bahkan, Bali sangat digandrungi wisatawan mancanegara yang seringkali menjulukinya sebagai The Island of God karena nilai budaya dan spiritualitas masyarakatnya. Hanya, seiring dengan perjalanan waktu, Bali dengan keindahan alam dan kesuburan tanahnya, telah membuat masyarakatnya terbuai dalam ‘’kenyamanan yang kebablasan’’ dan telah mengabaikan keunggulan pertanian Bali dengan sistem subaknya yang telah mendunia. ‘’Masyarakat krama Bali telah ‘terjebak’ dalam orientasi pariwisata yang semula berbasis ‘pariwisata berkualitas holistik’ bergeser secara pasti menjadi ‘pariwisata bertarget

kuantitas pragmatis semata’, sehingga nilai-nilai Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, dan Catur Purusa Artha mulai terabaikan,’’ ungkapnya. Kondisi ini pun tidak bisa dibiarkan terus berlarut.

Geri n g agung Covid-19 hendaknya dijadikan sebagai pertanda, Bali tidak bisa semata-mata bergantung terhadap sektor pariwisata. Jikapun ingin menggantungkan hidup dari sektor pariwisata, sektor lainnya, salah satunya pertanian juga harus disinergikan, sehingga bisa sama-sama hidup dan berkembang. Pemerintah Provinsi Bali pun agaknya menyadari hal ini. Upaya membangun optimisme untuk membangkitkan kembali perekonomian di tengah pandemi Covid-19 terus dilakukan. Mengingat, perekonomian Bali yang sangat bergantung dari sektor pariwisata tumbuh minus 1,14 persen pada kuartal I

2020. Agar tak semakin terpuruk, tatanan kehidupan Bali era baru akhirnya dibuka untuk masyarakat lokal pada 9 Juli lalu. Kemudian berlanjut untuk wisatawan nusantara

pada 31 Juli dan rencananya 11 September untuk wisatawan mancanegara. ‘’Kita tentu optimis ekonomi Bali akan bergeliat lagi, pariwisata akan bangkit lagi,’’ ujar Kepala Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra kepada Bali Post, belum lama ini. Genjot Sektor Pertanian Upaya untuk menggenjot sektor pertanian juga terus dilakukan. Ika Putra mencontohkan Dinas Pertanian sudah memberi ruang untuk petani, antara lain lewat program Pasar Gotong Royong Krama Bali dan asuransi pertanian. Kemudian, pemberian stimulus

bagi koperasi dan UKM lewat dinas terkait serta pendampingan dan pelatihan angkatan kerja oleh Dinas Tenaga Kerja. Termasuk yang memerlukan santunan sudah diberikan bansos tunai, berkoordinasi dengan kabupaten/ kota. Lebih lanjut dikatakan, dampak Covid-19 di Bali paling keras terasa di bulan April-Mei. ‘’Intinya penanganan dampak yang kemarin itu sudah jalan, sekarang dengan ekonomi bergeliat,’’ terangnya. Soal pentingnya menyinergikan pertanian dan pariwisata juga diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa. ‘’Pertanian itu adalah i b u n y a pariwisata, k a r e n a pariwisata budaya itu bersumber dari subak (pertanian red),’’ ujar Putu Astawa kepada Bali Post. Menurut Astawa, Bali sudah memiliki Pergub No. 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali sebagai payung agar sektor pariwisata menyerap produk-produk pertanian lokal. Sementara pertanian sebagai daya tarik atau objek wisata, sebetulnya sudah berjalan di Bali. Sebagai contoh, objek wisata Jatiluwih, terasering di Ubud, agrowisata, ataupun desa-desa wisata. Hal ini memberikan nilai tambah bagi sektor pertanian itu sendiri. ‘’Itu kan juga untuk bisa membangun pariwisata yang berkerakyatan supaya gemerincing euro dan dolar juga bisa dinikmati oleh masyarakat lokal khususnya di sektor pertanian,’’ jelasnya. Upaya menjadikan pertanian sebagai daya tarik pariwisata, lanjut Astawa, merupakan sinergi yang ingin lebih dikem-

’’Sinergi ini perlu dibarengi dengan inovasi atau ide-ide kreatif untuk memberikan pengalaman maupun sensasi baru kepada wisatawan.’’ I Putu Astawa

bangkan ke depan. Tujuannya agar wisatawan merasa senang, dan masyarakat lokal mendapatkan manfaat. Sinergi ini perlu dibarengi dengan inovasi atau ide-ide kreatif untuk memberikan pengalaman maupun sensasi baru kepada wisatawan. Sebagai contoh, wisatawan bisa diajak langsung untuk membuat garam atau mengolah limbah menjadi pupuk. Begitu juga untuk pertanian dalam arti luas, misalnya kelautan, wisatawan dapat diajak melakukan upaya konservasi terumbu karang. Bahkan, keinginan Gubernur untuk membangkitkan usada Bali pun bisa dikembangkan sebagai daya tarik. ‘’Jadi semacam educational tourism. Dia (wisatawan - red) membayar untuk diajari cara membuat garam, dan sebagainya. Perlu ada kreativitas untuk menciptakan daya tarik objekobjek pertanian itu bagi wisatawan,’’ papar mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali ini. Secara tidak langsung, Astawa menyebut upaya untuk menjadikan sektor pertanian sebagai daya tarik pariwisata dapat mencegah alih fungsi lahan pertanian. Terlebih dengan adanya manfaat yang dirasakan masyarakat lokal khususnya petani, tentu akan memotivasi mereka untuk terus menekuni pertanian. Sekaligus menjaga, merawat dan melestarikan lahannya dari alih fungsi. Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, setengah lebih wilayah Bali sebetulnya masih berupa lahan pertanian. Baik itu sawah maupun lahan pertanian kering. ‘’Sawah kita 79.500 hektar, jadi 14 persen Bali ini masih lahan sawah. Kemudian lahan pertanian bukan sawah lebih dari 230.000 hektar,’’ terangnya. Menurut Wisnuardhana,

Bali memiliki 1605 subak dan 1118 subak abian. Ada banyak komoditi unggulan yang dihasilkan dari sektor pertanian. Ini lantaran Pulau Dewata didukung oleh alam yang bagus. Dari topografinya, ada pegunungan dan dataran rendah. Hampir semua komoditi pertanian dalam arti luas terserap di sektor pariwisata. ‘’Termasuk daging, buah, sayur, beras, hampir semua terserap,’’ ujarnya. Tantangan yang dihadapi sektor pertanian, lanjut Wisnuardhana, utamanya alih fungsi lahan dan keterbatasan irigasi. Untuk alih fungsi lahan, relatif masih cukup tinggi untuk lahan sawah. Setiap tahunnya, sawah mengalami alih fungsi kurang lebih 800 hektar. ‘’Kenapa alih fungsi lahan sawah kita relatif cukup tinggi, barangkali karena dari segi penegakan hukumnya kurang ketat,’’ jelasnya. Diwawancarai terpisah, anggota Komisi II DPRD Bali A.A. Ngurah Adhi Ardhana mengatakan, sinergi pertanian dengan pariwisata sejatinya sudah menjadi prioritas sejak awal pemerintahan Gubernur Bali Wayan Koster. Baik dari hasil produksi maupun sebagai destinasi. Namun dalam pelaksanaannya masih ada tembok pembatas sebagai handicap (rintangan). Seperti misalnya kegiatan sekelompok masyarakat yang berupaya mengambil keuntungan dengan tidak sehat, ataupun ketidakpercayaan terhadap produk lokal. ‘’Saya menyarankan neraca pangan secara up to date selalu dapat memberi data kepada pemangku kepentingan, sehingga dapat mengarahkan kebijakan,’’ ujarnya. Adhi Ardhana menambahkan, pelaksanaan rencana kegiatan akan dapat tercapai dengan baik jika Pemprov Bali bersungguh-sungguh merancang kebijakan dalam semua state kondisi pariwisata berdasarkan neraca pangan. Di samping tentunya memperkuat SDM. Politisi PDI-P asal Kota

Denpasar ini menilai kebijakan pertanian organik sebetulnya sangat menguntungkan bagi hasil pertanian khususnya lokal Bali. Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 sekarang, pariwisata memerlukan suatu nilai tambah dalam promosi dan akselerasi pemulihan kondisi pariwisata. ‘’Hanya infrastruktur produksi dan pemasarannya kurang dipersiapkan dengan baik,’’ imbuhnya. Adhi Ardhana mencontohkan penggunaan pestisida sebagai bagian pengendalian hama. Tetapi pengadaan pestisida nabati hampir tidak menjadi perhatian pemerintah selain hanya pengadaan pupuk organik. Pemasaran juga demikian, semisal subsidi harga dengan hasil produksi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Padahal, sektor pariwisata pasti akan mengikuti kebijakan pemerintah untuk menyerap hasil pertanian lokal. ‘’Dunia pariwisata pasti menurut dengan kebijakan daerah, karena jelas merupakan bagian dari sustainable tourism yang menjadi perhatian masyarakat dunia,’’ jelasnya. Pandangan senada juga dilontarkan anggota Komisi II DPRD Gianyar I Ketut Karda ditemui beberapa waktu lalu. Karda menilai Bali tidak bisa hanya bergantung pada pariwisata, karena sejak lama sudah terbukti sangat riskan dengan berbagai ancaman mulai dari isu sosial, politik, wabah dan lainnya. Kondisi ini mengharuskan sektor lain disejajarkan dengan pariwisata. ‘’Seperti pertanian ini memang harus sejajar dengan pengembangan pariwisata, di samping pertanian sebagai objek dan juga subjek, hasil pertanian juga harus mendukung pariwisata itu sendiri kemudian kita harapkan pariwisata juga harus mendukung pertanian, jadi di sini ada sinergitas,’’ kata politisi asal Ubud ini. Upaya lainnya, pemerintah diminta memastikan akomodasi pariwisata menyerap secara maksimal hasil petani lokal. Hal ini pun sesungguhnya sudah ditegaskan dalam Pergub No.99 Tahun 2018. Pelaksanan aturan ini harus diawasi secara ketat. ‘’Aturan perlu dikawal dengan baik, jadi tidak boleh hanya dengan imbauan,’’ katanya. (rin/nik)

Kaya Komoditas Pertanian Gubernur Bali Wayan Koster memaparkan Bali sangat kaya dengan komoditas pertanian dan peternakan lokal dengan merek Bali. Di antaranya salak Bali, jeruk Bali, kopi Bali, mangga Bali, sapi Bali, kambing Bali, anjing Bali, dan lainnya. Namun, potensi itu diakui belum diberdayakan secara optimal, sehingga belum memberi nilai tambah bagi masyarakat. ‘’Kami berupaya membangun pertanian dari hulu sampai hilir, terutama hilirisasi pertanian karena kalau dilihat sekarang kontribusi pertanian pada pertumbuhan perekonomian Bali itu 14,5 persen, jadi masih kecil,’’ ujarnya, belum lama ini. Koster menambahkan, nilai tukar petani (NTP) juga masih di angka 107,

sehingga akan didorong lagi. Sebab, peningkatan NTP menggambarkan kesejahteraan petani yang juga meningkat. Untuk menggenjot hal itu, di hilir akan dikembangkan sentra produk pertanian lokal Bali dan menggalakkan ekspor komoditas pertanian. Terutama komoditas yang sudah memiliki nama seperti manggis. Di Tiongkok khususnya, manggis Bali sangat diminati masyarakat setempat. Namun, Bali baru bisa memenuhi 4.000 ton dari kebutuhan 9.000 ton per tahun. ‘’Kaitan hilirisasi juga, kami ingin mengembangkan industri olahan hasil pertanian. Kalau bisa tidak ada produk dari hasil pertanian yang terbuang,’’

jelas mantan anggota DPR-RI ini. Di antaranya, lanjut Koster, dengan melegalkan produk arak Bali dan minuman tradisional Bali lainnya. Pihaknya sedang berupaya agar arak dikeluarkan dari daftar negatif investasi, sehingga nantinya bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat Bali. Selain itu, Dinas Pertanian kini telah ditugaskan membuat neraca pangan mencakup peta dan kebutuhan, baik untuk masyarakat lokal maupun industri pariwisata. Pemerintah pusat diharapkan mendukung program pertanian dari hulu ke hilir. Termasuk mau memfasilitasi sarana-prasarana dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah pertanian Bali. (kmb32)

Jatiluwih, Pengembangan Pariwisata Berbasis Pertanian Saat ini wacana pariwisata bersinergi dengan pertanian kembali mencuat di masa pandemi Covid-19. Salah satu contoh sukses dari sinergi antara kedua sektor ini, sehingga bisa berkesinambungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat adat adalah DTW Jatiluwih. Seperti apa konsepnya?

P

engembangan pariwisata di DTW Jatiluwih berbasiskan pertanian. Jadi bisa dikategorikan sebagai agrowisata. Pengembangan konsep ini merupakan model pengembangan yang dianggap tepat dan melengkapi model pariwisata budaya yang saat ini berkembang di Bali. Agrowisata merupakan pengembangan pariwisata berbasis pertanian, baik pemanfaatan aktivitas pertanian seperti membajak, menanam padi, dan memanen sebagai objek wisata, daya tarik wisata dan atraksi wisata maupun pemanfaatan hasil-hasil pertanian seperti beras, sayur dan buah untuk keperluan industri pariwisata. DTW Jatiluwih yang berlokasi di Kecamatan Penebel, Tabanan memiliki keindahan bentang alam persawahan yang sangat diminati oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Keberlangsungan sinergitas tersebut sampai saat ini tentu tidak terlepas dari koordinasi dan komunikasi yang baik

antara pihak pengelola serta warga subak setempat. Seperti disampaikan Manajer Operasional DTW Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa. Diwawancarai belum lama ini, ia mengatakan, dalam upaya pelestarian kawasan tersebut, manajemen operasional membuat sebuah program tahunan. Penyusunannya selalu melibatkan warga subak, adat dan dinas setiap awal tahun. Program yang tersusun di tahun ini misalnya dijabarkan dalam sejumlah kegiatan seperti pupuk gratis untuk petani, biaya ritual ngusaba, dana kesehatan, dan kematian. ‘’Jatiluwih adalah objek hidup di mana ada petani, aktivitas, ritual dan objek persawahan. Jadi pelestariannya juga melibatkan warga subak, kami tentu tidak bisa berjalan sendiri,’’ terangnya. Meski demikian, Nengah Sutirtayasa mengakui dalam perjalanan pelestarian tersebut kerap muncul persoalan atau kendala. Namun seperti apa persoalannya, ia tidak mau berkomentar banyak. Terpent-

Bali Post/eka

JATILUWIH - Seorang petani tengah membajak lahan pertanian di Jatiluwih, Tabanan. Jatiluwih adalah satu contoh sukses sinergi antara pertanian dan pariwisata, sehingga bisa berkesinambungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat adat dan lingkungan. ing, persoalan yang muncul patut dilestarikan. petani, selain pendapatan yang selama ini masih bisa diseleDi tengah mewabahnya Co- diterima dari tugas mereka saikan dengan baik. ‘’Kendala vid-19, diakui jumlah kunjun- sebagai petani. Kami di manajepasti ada, karena melibatkan gan berbanding terbalik dari men hanya mengelola hasil sekitar 900 kepala keluarga,’’ sebelum pandemi. Kini, kun- pendapatan dari pariwisata ucapnya. jungan didominasi domestik untuk kemudian dikembalikan Dikatakannya, DTW Ja- 90 persen dan mancanegara 10 lagi dalam bentuk pah-pahan tiluwih selama ini memang persen. Rata-rata kunjungan warga subak yang ada di kamenonjolkan sektor pertanian 100 sampai 150 orang per hari, wasan Jatiluwih,’’ terangnya. sebagai daya tarik bagi wi- pihaknya optimis kunjungan Sementara itu, Kabupaten satawan datang berkunjung. akan kembali stabil jika kon- Tabanan sebagai salah satu kaApalagi kawasan persawahan disi mulai membaik. ‘’Sebuah bupaten di Bali yang menyanDesa Jatiluwih merupakan pariwisata yang ada saat ini dang predikat lumbung beras warisan budaya dunia yang bisa dikatakan bonus bagi dan pangannya Bali, sampai

saat ini memang masih getol menggencarkan dua program pembangunannya yakni sektor pertanian dan pariwisata. Hal ini sesuai dengan visi Tabanan Serasi (Sejahtera, Aman dan Berprestasi). Dari visi tersebut ada lima misi yang dijabarkan dalam sebuah kebijakan pembangunan seperti bidang pendidikan atau pembangunan sumber daya manusia, kesehatan, pembangunan ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan pariwisata melalui pemberdayaan masyarakat, infrastruktur dan birokrasi. Kepala Bapelitbang Tabanan Ida Bagus Wiratmaja mengatakan, terkait dengan sinergitas pertanian dan pariwisata di Tabanan dijabarkan pada misi ketiga yakni bagaimana menggerakkan ekonomi masyarakat yang basisnya adalah pertanian dan pariwisata namun tetap memberdayakan masyarakat. Terkait ini, Kabupaten Tabanan memiliki grand design dua model pertanian terintegrasi berbasis kearifan lokal, yaitu pertanian terintegrasi (integrated farming) dan local wisdom tourism. Kedua model tersebut, lanjut Wiratmaja, dipadukan. Mulai dari pelaksanaan di hulu sampai hilir. Petani adalah sebagai sektor primer (mengolah tanah sampai dengan panen), di sekunder anggota keluarga petani akan mem-

bentuk kelompok wanita tani dan sebagainya untuk mengolah hasil pertanian, dan di tersier hasil olahan akan dibeli oleh BUMDes dan lanjut disalurkan ke BUMDa dan masyarakat umum. ‘’Dengan konsep tersebut tentu tidak terjadi permainan harga khusus untuk produk pertanian yang dihasilkan oleh petani,’’ terangnya. Selanjutnya model kedua yakni local wisdom tourism, yakni pariwisata berbasis kearifan lokal dengan membangun banyak desa wisata. Dari 133 desa yang ada di Kabupaten Tabanan, baru 25 desa wisata yang siap menjalankan model pertanian terintegrasi di atas dengan produk yang dihasilkan berorientasi pada nilai jual potensi di masing-masing desa wisata. Hanya pelaksanaannya tidak bisa secara menyeluruh karena kemampuan keuangan. ‘’Jadi kita buat percontohan di lima desa yang disebut kawasan Nikosake (nira, kopi, salak, dan kelapa) seperti di Desa Belimbing, Sanda, Munduk Temu di Kecamatan Pupuan, Desa Lumbung Kauh dan Desa Wanagiri di Kecamatan Selemadeg Barat. Ini sudah berjalan dua tahun, hasilnya sangat efektif dan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di lima desa tersebut,’’ pungkasnya. (bit)


Minggu Wage, 16 Agustus 2020

Terganggunya Pilar Tri Dharma PT pariwisata sebagai sektor paling terpuruk di Bali akibat Covid-19. Yang kedua, banyak mahasiswa luar Bali yang tak berani ke Bali akibat beratnya persyaratan masuk Denpasar. Termasuk mereka yang datang dari luar Denpasar. Makanya jangan heran bisnis kos-kosan juga lesu karena ditinggal oleh mahasiswa dalam waktu lama. Rektor Mahadewa University Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum. mengakui PTS tahun ini mendapat tantangan berat akibat pandemi Covid-19. Dia sendiri merasakan karena mahasiswanya banyak dari NTT dan NTB juga terdampak

Setelah lapisan pertama yakni sektor pariwisata dan ekonomi diguncang pandemi Covid-19, dilanjutkan lapisan kedua bidang produsen, kini lapisan ketiga yakni pendidikan terkena dampak besar pandemi. Virus Corona yang mematikan sebagian besar aktivitas manusia di Bali seakan meruntuhkan pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian. Bahkan, program baru yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim yakni ‘’Kampus Merdeka’’ juga terhenti. KAMPUS Merdeka adalah pola baru pembelajaran pendidikan tinggi yang memberi kebebasan bagi warga kampus berkreasi. Program ini memberi peluang kepada mahasiswa magang di dunia industri. Namun baru mau dimulai Februari, duluan negara kita dilanda pandemi Covid-19, semua pembelajaran dan bekerja dari rumah. Suasana kampus sepi tanpa manusia. Mahasiswa banyak pulang kampung. Dosen pun bingung mau berbuat apa karena komunikasi terputus. Semua kegiatan tri dharma terganggu. Semua perguruan tinggi di Bali menggelar pembelajaran daring/online. Namun fakta di lapangan menunjukkan PBM model ini masih banyak terjadi kendala. Sementara kegiatan penelitian mahasiswa dan dosen nyaris terhenti karena adanya pembatasan sosial berskala besar. Apalagi yang namanya pengabdian masyarakat nyaris tak terdengar lagi. Hanya satu-dua perguruan tinggi yang melanjutkan program tersebut sekalipun gaungnya tak sehebat dulu. Apalagi untuk urusan peningkatan iklim akademik seperti seminar dan workshop mati suri. Di awalawal Covid-19 ada seminar virtual, namun belakangan hilang kembali. Kepala LLDikti Wilayah VIII Prof. Nengah Dasi Astawa, S.E., M.Si. membantah kalau aktivitas tri dharma perguruan tinggi terkubur karena pandemi Covid-19. ‘’Kalau terganggu ya, karena bisa berjalan namun tak semulus dulu,’’ tegasnya. Banyak perguruan tinggi yang berkreasi memanfaatkan TI dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Ada juga seminar akademik, dll. hanya volumenya semakin sedikit. ‘’Ya…karena keadaan

yang tak memungkinkan melibatkan orang banyak,’’ tegasnya. Rektor Unmas Dr. I Made Sukamerta, M.Pd. terpaksa menunda acara wisuda karena menghormati PKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Sementara model pembelajaran daring dilakukan tanpa ada pedoman yang jelas. Sebab, dia yakin PTS tak sama dengan Universitas Terbuka (UT) yang sudah memiliki sistem, SDM dan modul untuk PBM daring. Sementara program KKN ia sederhanakan menjadi cu-

kup dilakukan di desa asal dengan program sederhana. Mahadewa University yang dulu bernama IKIP PGRI Bali dan Dwijendra University juga menunda acara wisuda hingga Agustus ini. Namun Universitas Warmadewa justru menjalankan

wisuda secara virtual. Yang penting, perguruan tinggi berkreasi menyesuaikan diri untuk memberi pelayanan terbaik dalam keadaan darurat. Yang menjadi masalah lain di perguruan tinggi adalah turunnya minat mahasiswa baru melanjutkan studi atau Angka Partisipasi Kasar (APK) lulusan SLTA melanjutkan studi. Tahun lalu APK Bali mencapai 35 persen, tahun ini baru akan kita tahu hasilnya setelah Januari 2021. Yang jelas semua perguruan tinggi merasakan turunnya peminat mengikuti seleksi masuk. Unud saja, kata sumber rektorat di Unud, peminat masuk ke perguruan tinggi negeri ini turun 40 persen dibandingkan tahun lalu. Mahadewa University, Dwijendra University, Unhi, termasuk Unmas merasakan turunnya jumlah peminat mahasiswa baru. Rektor Unmas Made Sukamerta mengatakan rata-rata peminatnya turun 40 persen, namun dia yakin semua perguruan tinggi menerima sesuai dengan kuotanya. Pernyataan ini didukung Rektor Dwijendra University Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA. bahwa penurunan ini cukup beralasan karena daya beli masyarakat semakin menurun. Masyarakat, katanya, masih menunggu kebangkitan sektor

Covid-19. Termasuk banyak mahasiswa di PTS yang masih nunggak SPP/UKT. Untuk hal itu, Ketua LLDikti Wilayah VIII Prof. Nengah Dasi Astawa sebagai pembina PTN dan PTS di Bali, NTB dan NTT mengimbau yayasan dan pengelola PTN dan PTS memberi keringanan UKT atau pembayaran SPP bagi mahasiswanya. Bentuk keringanan itu bisa berupa penurunan UKT/SPP, kebijakan mencicil sekian kali biaya kuliah dan sebagainya. Hal ini guna membantu mewujudkan pendidikan berkelanjutan bagi masyarakat Bali. (sue)

’’Merdeka Belajar’’ Makin Menjauh DUNIA pendidikan dasar dan menengah (dikmenum) di Bali juga dibuat babak belur oleh pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. Praktis program unggulan Mendikbud Nadiem Makarim yakni ‘’Merdeka Belajar’’ semakin menjauh untuk bisa diraih. Program ‘’Merdeka Belajar’’ esensinya adalah kemerdekaan dalam berpikir. Sistem pendidikan harus dibuat happy alias senang. Kuncinya, pertama, ada pada guru bagaimana dia harus mampu membuat materi ajarnya mengasyikkan dan disukai siswa. Kedua, pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan dengan narasumber siapa saja asalkan yang berkompeten. Namun sayang program ini baru diluncurkan langsung diterpa badai pandemi Covid-19. PBM tatap muka yang sedianya memberi ruang bagi siswa lebih banyak mengeksplorasi diri menjadi terhenti akibat larangan pertemuan untuk banyak orang. PBM dialihkan berbasiskan daring. Namun sayang para guru banyak yang belum siap dengan cara baru ini sekalipun model ini baru dilakukan 2-3 tahun lagi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa guru banyak yang monoton mengajar, banyak perintah dan suka memberi

PR yang justru kontradiktif dengan ‘’Merdeka Belajar’’ yakni menyenangkan. Tentu tak semua guru demikian, guru junior justru tampil atraktif. Barangkali ini sinyal guru generasi X dan Y harus diganti dengan generasi milenial. Ketua PGRI Bali I Komang Arta Saputra, S.Pd., M.Pd. mengatakan tak semua guru demikian karena masih banyak gurunya yang berkualitas dalam TI. Untuk itulah, PGRI Provinsi Bali bergerak cepat memperkuat kompetensi guru dalam proses pembelajaran abad ke-21 berbasiskan TI di tengah pandemi Covid-19 dengan menggelar pelatihan secara virtual . Para guru diberi penguatan masalah pedagogik e-learning, hipno teaching, cara afektif pembelajaran dan evaluasi dalam kondisi darurat. Sementara di tiap sekolah guru lagi diberi worskhop review K-13 dengan materi yang sama. Hal itu dibenarkan Kadisdikpora Bali N.K. Boy Jayawibawa, M.Si. bahwa guru masih harus banyak belajar soal cara mengajar yang baik dan benar di masa darurat. Sebab, dalam pandemi Corona, kualitas imun siswa dan guru perlu dipertimbangkan karena tugas dan beban yang banyak menurunkan imun.(sue)

Seniman Lawan Pandemi dengan Adaptasi Kreatif

VIRTUAL - Siswa sedang belajar secara virtual selama pandemi.

Bali Post/eka

Kuncinya Berkarya Tanpa Batas PAKAI MASKER - Penari Kecak pentas menggunakan masker saat pandemi Covid-19.

Merebaknya pandemi Covid-19 tidak menyurutkan daya kreatif seniman Bali dalam berkarya. Dengan pembatasan sosial menyebabkan berbagai aktivitas seni tidak bisa dilaksanakan. Berbagai kegiatan ritual, hajatan seni budaya, seperti Pesta Kesenian Bali (PKB), dan perayaan-perayaan yang memerlukan kehadiran seni terpaksa dihentikan sementara selama masa pandemi. MESKI demikian, seniman Bali tidak pernah kehilangan daya kreatif, justru dalam kondisi semuanya terportal, terbelenggu, dan terhenti, seniman dapat melahirkan sesuatu yang baru. ‘’Saya mengamati setidaknya ada dua potensi penting dalam diri seniman Bali yang menyebabkan mereka bisa eksis, yaitu kreatif dan sikap profesional,’’ ujar Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum. Dipaparkan, seniman dikatakan kreatif karena selalu memiliki banyak gagasan, ide, sigap serta mampu menggunakan bermacam-macam cara dan pendekatan dalam penciptaan karya baru. Sementara itu, seniman yang bersikap profesional, selain memiliki keterampilan artistik juga

memiliki kepekaan intuisi, ketajaman gagasan, peka membaca situasi dan kondisi zaman, serta tetap komitmen pada kualitas. Sikap pasif ‘’menunggu wahyu’’ bukanlah ciri seniman profesional, karena kehadiran seni bukanlah sesuatu yang terberi melainkan harus diperjuangkan dengan kerja kreatif. ‘’Dengan berbekal dua potensi ini seniman Bali mampu bertahan dari dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun 2019 yang lalu. Salah satu hal yang cukup membanggakan adalah munculnya seni virtual. Seni virtual, yang lahir sebagai hasil pencarian celah di tengah wabah, kini mewujud dalam citra dan estetika baru. Ia tidak lagi mempermasalahkan, apalagi mendikotomi antara yang real dan yang virtual,’’ tandas

pengamat seni Prof. Sugiartha. Sesuatu yang dulu dianggap virtual (maya) kini dapat menjadi realitas, yang dulu real kini diwujudkan secara virtual. Sebuah imajinasi, khayalan, renungan, serta ide yang sebelumnya tidak dapat diwujudkan sempurna di alam nyata kini menjadi riil di alam virtual. Seni virtual adalah sebuah realitas, bahkan dia dapat melampaui realitas (postrealitas atau hiperrealitas). Ada satu pertanyaan menarik terkait penggunaan istilah seni vitual, yaitu apakah setiap seni yang direkam kemudian ditayangkan lewat media dapat disebut seni virtual. Jawabannya tentu tidak, karena seni (pertunjukan, rupa, desain) yang direkam tujuannya adalah untuk dokumentasi dan sosialisasi, bukan menciptakan seni baru. Kalau yang direkam tari Pendet kemudian ditayangkan di media, dia tetap menjadi tari Pendet sebagai varian dari seni pertunjukan. Seni virtual dalam proses kreatifnya sejak awal melakukan rekayasa estetik terhadap media, sehingga media bukan hanya alat untuk dokumentasi dan sosialisasi, tetapi sebagai

objek rekayasa kreatif bersama dengan material lainnya guna melahirkan varian seni baru. Selain melahirkan varian baru, yaitu seni virtual, pembatasan sosial di masa Covid-19 juga ‘’mengajari’’ seniman agar melakukan adaptasi kreatif. Seniman harus mampu menyiasati agar dengan berbagai pembatasan kualitas seni tidak menurun. Sebagai contoh kesenian Kecak bisa ditampilkan dalam citranya yang baru. Penggunaan masker selain sebagai penutup mulut dapat difungsikan sebagai aksesoris (hiasan) sebagai bagian dari tata rias wajah. Personel Kecak yang sedikit dapat diatasi dengan memperkuat pola gerak, koreografi yang lebih lincah, dan pola lantai yang dinamis. Kemudian untuk menyiasati suara digunakan rekaman yang diolah dengan teknologi musik digital. Pemain Kecak dapat bergerak secara serempat mengikuti alur rekaman musik digital yang ditampilkan. Dengan cara-cara kreatif seperti ini maka pergelaran kesenian Kecak dapat dilakukan bahkan dengan kualitas pertunjukan yang lebih baik.(win)

PADA bidang budaya, pandemi Covid-19 telah memaksa berbagai peragaan dan pergelaran seni batal terselenggara. Salah satunya perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLII Tahun 2020. Anggarannya pun difokuskan untuk penanganan Covid-19. Begitu juga pergelaran

Bali Post/eka

SENI - Demo saat pandemi juga diisi atraksi seni.

seni lainnya dibatalkan. Kendati demikian, dampak pendemi Covid-19 ini justru memunculkan kegairahan baru dalam berkesenian.Mereka berkarya tanpa batas. Penonton tidak lagi dipertemukan dengan kehadiran tatap muka bersama pergelaran seni, melainkan disambungkan dengan kanal dan layar jaringan teknologi informasi. Baik dalam jaringan (daring) maupun tayangan tunda. Kegairan ini mewujudkan kreasi seni virtual. Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali telah memfasilitasi 202 komunitas untuk menciptakan peragaan dan pergelaran seni virtual. Pegelaran pertama kali diluncurkan bertepatan dengan Tumpek Wayang, Sabtu (13/6), melalui kanal youtube Disbud Bali. ‘’Peragaan dan pergelaran seni virtual ini diselenggarakan untuk tetap menjaga kelangsungan kreativitas seniman Bali di tengah situasi pandemi, sekaligus sebagai implementasi visi Gubernur Bali ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, yang berarti membangun kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk menuju krama Bali yang sejahtera sekala niskala,’’ ujar Kadisbud Bali Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn. Dikatakannya, secara artistik seni virtual Bali di masa pandemi Covid-19 menunjuk pada penayangan rekaan citra waktu dalam format video virtual. Selain memunculkan kreasi seni virtual, pandemi Covid-19 juga memunculkan konsep konser musik gaya baru. Dalam tatanan kehidupan era baru (new normal), sejumlah seniman, musisi, artis bahkan pegiat event yang ada di Bali menginisiasi konsep ini. Focus Production menggagas satu pertunjukan bertajuk ‘’Bali Revival 2020 – New Era Festival’’. Acara ini digelar selama tiga hari, 15 - 17 Agustus 2020 di Rooftop Parkir Monkey Forest, Desa Padangtegal, Ubud. (win)


Minggu Wage,16 Agustus 2020

Bali Post/ist

STADION DIPTA - Gubernur Bali I Wayan Koster (kanan) bersama Menteri PUPR Basuki Hadimulyono (tengah) dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga usai meninjau Stadion Kapten I Wayan Dipta yang ditetapkan sebagai salah satu venue Piala Dunia U-20 2021.

Taksu Bali Menangkan ’’Bidding’’ PD U-20 INDONESIA menawarkan diri menjadi tuan rumah (bidding) Piala Dunia (PD) Sepak Bola Usia 20 Tahun (U-20) 2021 sejak Agustus 2019. Saat itu dihelat PD U-20 di Polandia. Negara yang ingin menjadi penyelenggara tidak hanya Indonesia, tetapi juga sejumlah negara lainnya seperti dari Timur Tengah, Eropa dan Amerika Latin. Amerika Selatan diwakili Brazil yang prestasi sepak bolanya sudah mendunia, dan Peru.

Bali Post/ist

Gubernur Bali Wayan Koster (kiri) dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

Indonesia tak keder menghadapi negara-negara yang terkenal karena sepak bolanya itu. Negara-negara yang mengajukan diri menjadi tuan rumah melakukan presentasi di Beijing, China. Alhasil Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) memutuskan Indonesia menjadi tuan rumah pada Oktober 2019. Tidak bisa dimungkiri, pengajuan Indonesia menjadi tuan rumah tak luput dari nama Bali yang sudah mendunia di sektor pariwisata. Hal itu masih ditopang oleh Pulau Dewata yang memiliki venue megah yakni Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar. ‘’Berkat taksu Bali inilah FIFA mengetuk palu seraya memutuskan Indonesia men-

jadi tuan rumah PD U-20 2021,’’ tandas Ketua Umum Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Asprov PSSI) Bali Ketut Suardana. Pertandingan Piala Dunia U-20 selain diadakan di Pulau Seribu Pura juga dilaksanakan di Surabaya, Jakarta, Solo, Bandung dan Palembang. Suardana mengharapkan gaung PD U-20 mampu menggerincingkan dolar masuk ke Bali. Sebab, saat pandemi Covid-19, Bali yang mengandalkan sektor pariwisata perekonomiannya morat-marit. ‘’Kami harapkan penyelenggaraan PD U-20 mampu menggeliatkan sektor pariwisata yang mati suri,’’ ucap pengusaha pariwisata asal Ubud yang

memiliki usaha penginapan, restoran dan galeri seni ini. Ia yakin PD U-20 akan mendongkrak roda perekonomian sehingga kembali bergairah. Itu karena Bali akan kedatangan penonton, baik domestik maupun mancanegara. Mereka dipastikan menginap di hotel-hotel, menyantap makanan di restoran, berlibur di sejumlah objek wisata. ‘’Saya kira mulai kedatangan mereka saja bandara sudah marak. Transportasi lokal juga akan mendapat imbasnya,’’ ujarnya. Suardana juga berobsesi menjadikan Bali sebagai berlatih tanding klub-klub sepak bola di Eropa saat libur kompetisi. Oleh karena itu, pihaknya mendukung sport tourism, sehingga Bali

makin dikenal bukan hanya bertumpu pada sektor pariwisata, tetapi olahraga khususnya sepak bola juga ikut memberikan kontribusi. Event sepak bola diyakininya akan mampu menggelindingkan roda perekonomian rakyat. Terbukti tiap kali penyelenggaraan kompetisi nasional, khususnya saat Bali United bertanding di kompetisi Liga 1, Stadion Dipta dipenuhi penonton. Pedagang acung dan asongan ikut kecipratan rezeki. Untuk itu, Suardana berharap Covid-19 secepatnya lenyap, hingga perekonomian pulih dan kompetisi sepak bola bisa bergulir normal. Pendukung Menurut Sekum Asprov PSSI Bali Dewa Made Teges Wirawan, Stadion Dipta sebagai venue utama PD U-20 2021 ditopang empat lapangan pendukung yakni Stadion Ngurah Rai, Stadion Kompyang Sujana

(Denpasar), Lapangan Tri Cakti Legian dan Stadion Samudra Kuta (Badung). Stadion Dipta berikut empat lapangan pendamping telah diverifikasi oleh PSSI Pusat. Selanjutnya kondisi nyata lapangan ditembuskan ke FIFA. PSSI Bali diminta melengkapi fasilitas yang difungsikan selama putaran Piala Dunia U-20. Dewa Teges juga berharap penyelenggaraan PD U-20 mampu menggairahkan perekonomian Bali, mulai penerbangan, akomodasi, konsumsi, sampai transportasi lokal. Pengusaha di sektor pariwisata ini ikut merasakan pahit getirnya perekonomian akibat virus Corona. Pengusaha pertunjukan seni wisata di Batubulan ini mengeluh tidak bisa mengais rezeki. ‘’Saya punya usaha pertunjukan seni bagi wisatawan di Batubulan sudah lima bulan tidak pentas akibat pandemi Covid-19,’’ pungkasnya. (nel)

Dukung ’’Sport Tourism’’ Atlet PON Tetap Getol Berlatih DITUNJUK sebagai tuan rumah Piala Dunia (PD) Usia 20 Tahun (U-20) 2021 merupakan anugerah besar bagi Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Maklum, upaya memenangkan pengajuan Indonesia sebagai tuan rumah (bidding) sangatlah alot. Oleh sebab itu, kepercayaan FIFA ini harus disambut suka cita di tengah Gubernur Bali Wayan Koster menggaungkan program sport tourism dan saat pandemi Covid-19. ‘’Program Gubernur Bali yang getol menggelorakan

sport tourism dengan konsep ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ (NSKLB) patut didukung rakyat Bali,’’ kata Sekum Asprov PSSI Bali Dewa Made Teges Wirawan seraya berharap penyelenggaraan Piala Dunia U-20 berimbas pada roda perekonomian rakyat Bali, khususnya yang mengandalkan sektor pariwisata. Untuk menggelar PD U-20, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, mesti direnovasi baik di dalam maupun di luar. Perbaikan itu khususnya penambahan kursi penonton diyakini

mampu menggelembungkan pendapatan daerah Bali dari sektor wisata melalui kunjungan penonton sepak bola sejak turun di bandara, menginap di hotel-hotel, menyantap menu masakan di restoran, berlibur dan menggunakan jasa transportasi lokal. CEO Bali United Yabes Tanuri mengaku bangga atas partisipasi Gubernur Bali dalam penataan Stadion Dipta. Sebab, selama ini timnya yang berjuluk Serdadu Tridatu menjadikan stadion terbesar di Pulau Dewata itu sebagai

Bali Post/ist

WISATAWAN – Penampilan Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta menarik ribuan penonton termasuk wisatawan asing yang berlibur di Pulau Dewata.

kandang saat menjamu lawanlawannya di kompetisi domestik dan Asia. Ia mengharapkan Stadion Dipta mampu memenuhi standar internasional yang ditetapkan FIFA. ‘’Kami ucapkan terima kasih kepada Pemprov Bali yang ikut mendukung renovasi Stadion Dipta yang akan dipakai venue utama Piala Dunia U-20,’’ ungkapnya. Kebanggaan Yabes bertambah lengkap mengingat tiga pemain Bali United U-19 yakni Kadek Dimas Satria Adiputra, Komang Tri Artha Wiguna dan Irfan Jauhari diproyeksikan merumput pada Piala Dunia U-20 yang dihelat Mei-Juni 2021 mendatang. Dalam event bergengsi yang melibatkan 24 kontestan dari berbagai negara itu, ia berharap ketiganya mampu mengerahkan kemampuan terbaiknya demi prestasi Timnas Indonesia. Selain itu, penyelenggaraan PD U-20 di Stadion Dipta berjalan lancar dan aman. Gubernur Bali Wayan Koster sempat melakukan inspeksi ke Stadion Dipta bersama Menteri PUPR M. Basuki Hadimulyono, Direktur Jenderal Cipta Karya Danis Sumadilaga dan Wabup Gianyar A.A. Gede Mayun pada 6 Agustus lalu. Menteri PUPR Basuki menyatakan renovasi Stadion Dipta harus rampung paling lambat Maret tahun depan.(nel)

BALI meloloskan 251 atdan senantiasa mentaati protolet dari 29 cabang olahkol kesehatan (prokes). raga (cabor) ke PON Wabah virus CoroPapua 2021 menna yang menyebar datang. Hajatan ke seluruh dunia multi-event emmengharuskan pat tahunan atlet dalam berantarprovinsi latih tetap memse-Indonesia perhatikan di Bumi Cenprokes serta drawasih itu menghindari total mempergesekan atau tandingkan 37 kontak bodi. Atcabor. Atlet Bali let Bali juga tidak absen pada cabor bisa melakukan sepak bola, futsal, latih tanding dan polo air, sepatu roda uji coba. ‘’Kalau mau dan berkuda. melakukan uji coba ke Prestasi Bali pada PON Jawa, banyak daerah yang XIX/2016 di Jabar menyodok ke masuk zona merah. Jangan samBali Post/ist peringkat keenam dari urutan LOLOS PON – Tim bola pai latihan keras atau beruji coba kesembilan sebelumnya. Kontin- basket putri Bali lolos ke ke luar Bali justru menambah gen Pulau Dewata mengoleksi PON 2021 di Papua. penyebaran wabah Covid-19. At20 medali emas, 21 perak dan let PON provinsi lain latihannya 35 perunggu. Urutan ketujuh diraih Riau yang juga tidak maksimal,’’ jelasnya. mendulang 18 emas, 26 perak dan 27 perunggu. Binpres KONI Bali Nyoman Yamadhiputra Sementara Papua di tempat kedelapan mem- mengacungi jempol semangat juang atlet dan peroleh 18 emas, 18 perak dan 32 perunggu. pelatih yang tidak menuntut serta tetap semangat PON Papua sedianya digelar pada Oktober berlatih.‘’Kami bersyukur atlet PON Bali tetap 2020, tetapi wabah virus Corona menyebabkan bersemangat dan tidak surut dalam berlatih. penyelenggaraannya ditunda menjadi Oktober Semangat ini supaya dipertahankan hingga ke2021. KONI Bali sebenarnya sudah menggulirkan berangkatan ke PON Papua,’’ ujarnya. Seluruh pelatda sejak akhir Februari lalu diawali tes fisik. atlet bersama pelatih wajib mengirimkan foto atau Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan program video via online. pelatda kesulitan pendanaan. Beberapa atlet juga mengikuti kejuaraan virKONI Bali hanya mampu memberikan dana tual, seperti kempo dan karate. Begitu pula cabor Rp 1,2 juta/bulan kepada atlet pelatda. Selama tiga yang tidak dipertandingkan di PON yakni dansa bulan, tiap atlet PON menerima dana Rp 3,6 juta. dan petanque. Pola latihan yang diterapkan di ‘’Yang membanggakan, meskipun tanpa dana, pro- era new normal ini seperti biasanya. Apalagi Bali gram pelatda tetap berjalan seperti biasa,’’ tegas tidak ada meloloskan nomor beregu yang sampai Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi seraya melibatkan 25 atlet, sehingga bisa menghindari mewanti-wanti atlet tidak ceroboh dalam berlatih kerumunan. (nel)


Minggu Wage, 16 Agustus 2020

LINGKUNGAN

Jaga Mata Air agar Bali Tak Banjir Air Mata MANUSIA lebih cepat mati karena kehausan daripada kelaparan. Salah satu penanda kehidupan manusia adalah ketersediaan mata air. Maka secara demografis, peradaban maju dunia selalu berdekatan dengan sumber mata air. Sayangnya semakin maju kehidupan manusia, pelindungan mata air justru makin terabaikan. Krisis air pun bersiap menerjang, termasuk di Pulau Bali yang terlena kemajuan pariwisata memilih mengabaikan lingkungan yang melindungi mata air. Mata air yang menghilang akan menjadikan Bali banjir air mata. Krisis air di tanah Bali bukan sekadar ancaman. Sejumlah realita menunjukkan bahwa jalan menuju ke arah krisis air sudah terjejak. Penelitian yang dilakukan oleh tim riset di mana Politeknik Negeri Bali (PNB) terlibat, menunjukkan bahwa intrusi air laut sudah terjadi khususnya di daerah dekat pantai. Maka Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut patut didukung. Apresiasi terhadap pergub ini harus dijabarkan dalam bentuk aksi nyata penyelamatan sumber mata air. Bergerak mengendalikan potensi krisis air harus dimulai. ‘’Kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster melalui Pergub Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut membawa angin segar bagi para pemerhati lingkungan, tidak ketinggalan para peneliti Politeknik Negeri Bali yang sejak tahun 2015 secara resmi telah mengusung Pariwisata Hijau Berkelanjutan sebagai riset unggulan semua civitas akademika Politeknik Negeri Bali,’’ kata Prof. Liliek Sudiajeng, beberapa waktu lalu. Guru Besar Politeknik Negeri Bali ini mengatakan, krisis air terindikasi dari penelitian Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Provinsi Bali tahun 2010, di mana dilaporkan terdapat 11 titik wilayah yang sudah menunjukkan adanya indikasi krisis air. Laporan KLHS Provinsi Bali 2010 ini sudah menjadi isu global, bahkan beberapa pemerhati lingkungan dunia menyatakan bahwa Bali akan menghadapi krisis air di tahun 2020. Lalu berdasarkan penilitian yang dilakukan Politeknik Negeri Bali bekerja sama dengan pemerintah dan LSM, lanjut Lilik, ditemukan bahwa di Bali telah terjadi intrusi air laut khususnya di wilayah pantai. Hasil penelitian dari 564 sumur dangkal tersebar di seluruh kabupaten/kota Provinsi Bali yang telah diteliti kualitas, kedalaman muka air serta kapasitasnya. Sebagai luarannya adalah peta konservasi air tanah dan peta wilayah imbuhan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan

teknis untuk pelaksanaan program konservasi SDA dan Peta Daya Hantar Listrik (DHL). Tidak hanya menemukan indikasi terjadinya krisis air, kata Liliek, pihak PNB juga telah mulai melaksanakan solusi. Salah satunya program Inovasi Sumur Pemanen Air Hujan baik yang dangkal untuk mengimbangi pemanfaatan air tanah oleh domestik (SPAHUDO) maupun sumur bor untuk mengimbangi pemanfaatan air tanah oleh industri (SUMBER). Bekerja sama dengan Pemkot Denpasar, Pemprov Bali dan Yayasan Idep Selaras Alam, saat ini sudah terbangun 43 SPAHUDO dan 4 SUMBER yang sudah terbukti efektivitasnya dalam memanen air hujan untuk dikembalikan ke dalam tanah hingga mengisi kembali akuifer yang merupakan sumber air yang harus dilestarikan. ‘’Apa yang sudah dilakukan oleh tim peneliti Jurusan Teknik Sipil bersama mitra Politeknik Negeri Bali ini mungkin hanya mampu manabung setetes air, namun apabila didukung oleh kebijakan Gerakan Bali Menabung Air yang melibatkan seluruh masyarakat, termasuk masyarakat industri, dapat diyakini bahwa Bali tidak akan menghadapi krisis air di masa kini maupun di masa yang akan datang sebagaimana yang selama ini diisukan secara global di mancanegara,’’ ujarnya. (ata)

’’Kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster melalui Pergub Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut membawa angin segar bagi para pemerhati lingkungan, tidak ketinggalan para peneliti Politeknik Negeri Bali yang sejak tahun 2015 secara resmi telah mengusung Pariwisata Hijau Berkelanjutan sebagai riset unggulan semua civitas akademika Politeknik Negeri Bali.’’ Prof. Liliek Sudiajeng


MINGGU WAGE, 16 agustus 2020

PEMILIHAN - Seorang ibu bersama anaknya melihat tata cara saat pemilihan Gubernur Bali 2018 di TPS 7, Banjar Belaluan Sadmerta, Denpasar.

Bali Post/eka

Seorang Pemimpin Mesti Pegang Teguh ’’Asta Brata’’ KABUPATEN Tabanan merupakan salah satu daerah di Bali yang akan melaksanakan pesta demokrasi pada Desember 2020 mendatang. Menanggapi suhu politik di Kabupaten Tabanan yang boleh dikatakan unik dibandingkan daerah lainnya, salah satu dosen STISIP Margarana, I Wayan Madra, memberikan pesan kepada masyarakat untuk bisa bersama-sama menciptakan kondisi atau situasi yang kondusif di tengah hiruk-pikuk perpolitikan.

B

agi Madra yang juga Pembina Yayasan Pendidikan Margarana Tabanan dan mantan Ketua STISIP Margarana ini, pelaksanaan pilkada yang akan digelar 9 Desember 2020 mungkin jauh berbeda dengan suasana pemilu sebelumnya. Mengingat hajatan lima tahunan ini dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Meski demikian, diharapkan masyarakat yang sudah memiliki hak pilih untuk tetap bisa menyalurkan pilihannya dengan baik. Karena pilihan masyarakat akan menentukan pemimpin lima tahun ke depan. Satu hal yang ditekankan olehnya, siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin daerah selanjutnya, diharapkan bisa menjaga Bali maupun Kabupaten Tabanan dengan kebijakan pro-rakyat. Baginya secara pribadi, pemimpin daerah yang diharapkan ke depan memiliki ciri atau sifat delapan kepemimpinan umat yang disebut Asta Brata.

Tetap Waspada PENGAMANAN pelaksanaan pilkada serentak 2020 telah dipersiapkan TNI dan Polri. Bahkan telah digelar beberapa kali pertemuan guna membahas teknis pengamanan pilkada serentak di tengah pandemi Covid-19. ‘’Kita harapkan pilkada serentak 2020 berjalan lancar, aman dan terkendali. Saya rasa aman. Tidak mungkin di Bali ada yang mau berbuat macam-macam,’’ tegas Dandim 1611/Badung Kolonel Inf. I Made Alit Yudana, Jumat (14/8). Sebagai aparat keamanan, pihaknya tetap waspada walaupun kondisinya sampai saat ini relatif aman. ‘’Kami TNI-Polri berkerja sama secara berkesinambungan dan bersinergi menjaga keamanan dan kondusivitas wilayah Badung serta Denpasar,’’ ujarnya. Terkait pemimpin ke depan, Kolonel Alit Yudana menyampaikan, namanya memilih harus yang terbaik. Karena yang memimpin mereka ke depan harus terbaik. ‘’Kami TNI kan mengamankan saja. Netralitas harga mati. Sampai saat ini wilayah Badung dan Denpasar saya yakin masih kondusif. Belum ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan dan sangat kondusif,’’ ujarnya. (rah)

Yakni seorang pemimpin seperti matahari memberikan sinar yang tidak membedakan, pemimpin seperti bulan menerangi di saat kegelapan, pemimpin seperti angin memberikan kesejukan, pemimpin seperti Baruna Brata yakni berwawasan luas, pemimpin seperti Agni Brata memberikan semangat dan memotivasi, harus seperti bumi memberikan tempat berpijak kepada rakyatnya, seperti bintang memberikan arah petunjuk jalan dan seperti air yakni menjaga konsistensi perjuangan. ‘’Intinya bagi setiap pemimpin di daerah Bali agar bisa memegang teguh Asta Brata tersebut. Artinya mereka harus jujur dan satya wacana dalam menyusun visi-misi serta program ke depan tidak asal mencantumkan, akan tetapi tidak melaksanakannya,’’ ucapnya. Menurut pandangannya, selama ini para pemimpin daerah memang sudah berbuat menjaga Bali, namun hal itu masih perlu dioptimalkan lagi. Pihaknya juga sangat

’’Intinya bagi setiap pemimpin di daerah Bali agar bisa memegang teguh Asta Brata tersebut. Artinya mereka harus jujur dan satya wacana dalam menyusun visi-misi serta program ke depan tidak asal mencantumkan, akan tetapi tidak melaksanakannya.’’ I Wayan Madra

mengharapkan adanya pimpinan daerah yang pro-rakyat, tetapi pengawalan atas kebijakan bantuan masyarakat yang membutuhkan menjadi penting secara berjenjang, sehingga bantuan menjadi tepat sasaran. (bit)

Wajib Sejahterakan Masyarakat TANTANGAN Jembrana dalam beberapa tahun ke depan memerlukan pemimpin yang berpengalaman dan mampu menjaga Bali. Dengan sejumlah program pemerintah pusat yang juga akan menyentuh Jembrana akan memberikan dampak bagi wilayah Bali Barat ini untuk pemerataan pendapatan daerah di Bali. Bagaimanapun juga prinsip pemimpin nantinya bagaimana membawa masyarakat Jembrana sejahtera. Sekretaris DPC PDI Perjuangan Jembrana Ni Made Sri Sutharmi mengatakan, Jembrana ke depan menjadi daerah potensial dengan sejumlah program pusat dan provinsi. Bukan sekadar daerah perlintasan ataupun perbatasan saja, tetapi akan lebih berkembang dan menjadi kabupaten yang menyokong pariwisata serta pertanian Bali. Karena itu, Srikandi PDI-P asal Yehembang ini mengharapkan pemimpin Jem-

brana ke depan bisa selaras dengan program provinsi dan pusat. Sekretaris DPD Golkar Jembrana Nyoman Gede Agus Antara mengatakan, pemimpin Jembrana ke depan diharapkan dapat membawa perubahan Jembrana ke arah yang lebih baik dan maju. Bisa mengayomi seluruh masyarakat Jembrana tanpa melihat warna politik. Yang paling penting, menurutnya, bisa berbuat untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Jembrana. Sementara dalam beberapa hari ke depan, masyarakat Kabupaten Jembrana akan melihat bakal calon yang diusung partai politik (parpol) mendaftar di KPU Jembrana, selaku penyelenggara pemilu. Sejauh ini baru dua kutub maupun gabungan parpol yang menunjukkan keseriusan berkiprah di Pilkada 2020 Jembrana. PDI-P yang dipastikan akan mengusung kader terbaik menggandeng Hanura yang memiliki satu kursi di DPRD. Sementara Koalisi Jem-

brana Maju (KJM) yang diinisasi Partai Golkar bersama enam parpol lain yakni Gerindra, Demokrat, PPP, PKS, NasDem dan Perindo juga dipastikan akan ikut mengeluarkan calon bupati dan wakil bupati. Namun, hingga saat ini dua kutub dan koalisi parpol ini masih menunggu rekomendasi dari parpol pusat. PDI-P yang notabene memiliki separuh lebih kursi legislatif di parlemen telah memastikan akan mengusung bakal calon bupati. Mekanisme seleksi calon telah dilakukan. Calon bupati yakni Made Kembang Hartawan yang saat ini menjabat Ketua DPC PDI-P dan Wakil Bupati Jembrana mulai mengemuka. Kembang Hartawan yang pernah mendapat predikat Ketua DPRD termuda ini tak diragukan lagi akan maju. Meskipun hingga saat ini, rekomendasi dari DPP PDI-P belum turun. Namun PDI-P dengan raihan suara di parlemen sangat terbuka untuk mengusung kader. Dari suara arus bawah

melalui Musancab di lima PAC para kader mengerucut mengusung dua nama, Made Kembang Hartawan - I Ketut Sugiasa. Ketut Sugiasa yang saat ini mewakili PDI-P Jembrana sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi Bali Dapil Jembrana. Sugiasa bukan tergolong baru dalam kancah politik di Jembrana. Dua kali sebagai Ketua DPRD Jembrana dan di struktur partai, Sugiasa pernah menjabat Sekretaris PDI Perjuangan dan menjadi Ketua Tim Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu). Sementara KJM yang saat ini tengah menunggu rekomendasi dari sejumlah parpol koalisi, juga mengerucutkan dua pasangan calon (paslon). Pasangan itu I Nengah Tamba (kader Demokrat) dan Gede Ngurah Patriana Krisna (PNS di Jawa Timur) serta I Made Prihenjagat (purnawirawan Polri) yang menggandeng balon wakil bupati I Putu Dwita (mantan anggota DPRD Jembrana). Tamba-Patriana digadang-gadang telah mendapatkan rekomendasi dari Partai Golkar. (olo)

Denpasar Nihil Calon Perseorangan

PEMILIHAN kepala daerah (pilkada) serentak 2020 tinggal beberapa bulan lagi. Di Bali ada beberapa kabupaten/ kota akan melaksanakan pesta demokrasi ini. Salah satunya Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Denpasar. Sejumlah tahapan pilwali sudah berlangsung. Kini sudah memasuki masa coklit. Ada beberapa perbedaan dengan hajatan lima tahun lalu. Mengingat, saat ini pilwali berlangsung di tengah pandemi Covid-19 yang belum bisa teratasi. Banyak yang berbeda, termasuk jumlah pemilih yang akan nyoblos di TPS akan dibatasi yakni maksimal 500 pemilih. Sementara untuk pendaftaran calon, kini tinggal menunggu calon yang diusung partai politik atau gabungan

partai politik, karena calon perseorangan dipastikan sudah tidak ada. Karena hingga batas waktu pendaftaran berakhir, tidak seorang pun yang menyerahkan berkas. Karena itu, pilwali kali ini dipastikan tanpa ada calon perseorangan. Ketua KPU Denpasar Wayan Arsa Jaya, Jumat (14/8) mengatakan, dalam Pilwali Denpasar kali ini hanya PDI-P yang bisa mengusung calonnya sendiri. Sedangkan partai lainnya harus melakukan koalisi atau menggabungkan diri untuk bisa mengusung calon yang akan didaftarkan ke KPU pada September mendatang. Hal ini melihat perolehan kursi di DPRD serta suara sah dalam Pemilu 2019 lalu. Karena dalam aturannya, partai politik yang bisa mengusung

calon yakni memiliki 20 persen dari 45 kursi di DPRD Denpasar atau minimal 9 kursi. Bila satu partai belum memenuhi persyaratan tersebut, berarti parpol harus melakukan koalisi untuk memenuhi syarat tersebut. Dikatakannya, saat ini tahapan pilwali sudah memasuki masa pencocokan dan penelitian (coklit) pemilih. Kegiatan coklit ini sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Kini pihaknya akan menunggu tahapan berikutnya, yakni pencalonan yang diusung partai politik dan gabungan partai politik. Segala syarat untuk pengajuan calon ini sudah disampaikan kepada masing-masing perwakilan partai politik yang ada di Denpasar. Arsa Jaya mengatakan, so-

sialisasi dilaksanakan dengan harapan tahapan Pilwali Denpasar dapat berjalan dengan baik dengan tertransformasinya dan terpedomaninya regulasi yang ada terkait PKPU yang mengatur proses pencalonan, sehingga hal-hal yang kurang baik dapat ditanggulangi bersama demi ‘’Ngulati Denpasar Shanti’’ yang merupakan jargon KPU Kota Denpasar. Arsa Jaya juga menyampaikan hal-hal baru di TPS yang penting untuk diketahui bersama seperti jumlah pemilih di setiap TPS dibatasi maksimal 500 pemilih dari biasanya berjumlah 800 pemilih. Adanya pengukuran suhu tubuh untuk penyelenggara maupun pemilih, pemilih diimbau pakai masker ke TPS dan aturan protokol kesehatan lainnya yang

bertujuan menghilangkan ketakutan/kecemasan masyarakat pemilih. Demikian pula untuk penyerahan dokumen pencalonan maupun dokumen hasil pencoklitan dengan dikemas dengan bahan kedap cairan. Komisioner KPU Bali I Gede John Darmawan menyampaikan KPU sebagai penyelenggara memiliki empat tahapan penting yaitu pemutakhiran data pemilih, pencalonan, pungut hitung dan rekapitulasi perolehan suara karena pada tahapan tersebut melibatkan total seluruh masyarakat serta menjadi tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Pilwali 2020. Sosialisasi terkait peserta pemilihan, persyaratan pencalonan, persyaratan calon dan tahapan pencalonan Pilwali

Bali Post/ara

SOSIALISASI - Suasana sosialisasi pendaftaran calon yang diusung partai politik atau gabungan partai politik kepada para pimpinan parpol di Denpasar. 2020 disampaikan dengan sangat lancar dan baik sehingga tidak ada pertanyaan di masyarakat. Untuk pendaftaran calon yang diusung partai politik dan gabungan partai poli-

tik akan dilakukan pada 4-6 September 2020 mendatang. Kemudian dilakukan verifikasi berkas pasangan calon. Sedangkan untuk penetapan pasangan calon akan dilakukan 23 September 2020. (ara)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.