terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha
HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
8 HALAMAN
NOMOR 232 TAHUN KE 72
Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418
Pengemban Pengamal Pancasila
Sabtu wage, 18 april 2020
balipost http://facebook.com/balipost
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pemutihan Denda Pajak Kendaraan
Pemkab Tabanan Sewa Hotel di Denpasar
Stok APD Menipis
Pemprov Bali lewat Badan Pendapatan Daerah memberlakukan kebijakan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan denda terhadap Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan BBNKB alias pemutihan.
Pekerja migran Indonesia (PMI) asal Tabanan yang akan datang ke Bali kini bisa bernapas lega. Pasalnya, Pemkab Tabanan telah menjalin kerja sama dengan salah satu hotel di kawasan Denpasar berkapasitas 150 orang sebagai tempat karantina. TABANAN | HAL. 4
Di tengah penanganan Covid-19 yang kian serius, ketersediaan APD di RSUD Klungkung justru sudah menipis. Ketersediaan APD set lengkap hanya cukup untuk seminggu ke depan.
DENPASAR | HAL. 2
KLUNGKUNG | HAL. 5
Nasionalisme, Kemanusiaan dan Keputusan Berani DI TENGAH riuhnya suara penolakan, Pemerintah Provinsi Bali di bawah Gubernur Wayan Koster m e lalui Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bali mengambil keputusan yang cukup berani. Mereka yang kini sering disebut sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) tetap diakomodir kepulangannya ke Bali dengan mengikuti prosedur penanganan yang cukup ketat. Pertimbangannya, PMI adalah putra-putri Bali yang berarti juga krama Bali. Pertimbangan nasionalisme, NKRI, kemanusiaan juga menjadi rujukan. Yang pasti, Bali menjamin pengamanan terhadap PMI mematuhi standar protokol penanganan Covid-19 yang digariskan WHO. Ketua Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Dewa Made Indra mengakui jika jumlah kasus positif Covid-19 di Bali terus meningkat. Meski demikian, masyarakat diminta untuk melihat data dan melakukan pemilahan berdasarkan jenis kasus. Saat ini kasus positif dominan berasal dari pekerja migran Indonesia (PMI), sementara transmisi lokal jumlahnya relatif sedikit. Realitas ini, menurut Dewa Indra, menjadikan Gugus Tugas menempatkan kedatangan PMI sebagai salah satu fokus penanganan dengan pengawasan yang ketat. Sejak awal kedatangan, baik melalui bandar udara, Pelabuhan Benoa maupun darat semuanya mendapatkan pengawasan. Adanya kekhawatiran masyarakat terkait kepulangan pekerja kapal pesiar melalui Pelabuhan Benoa, dipahami oleh Dewa Indra. Meski demikian, Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan upaya terbaik menjaga agar kedatangan PMI tidak menjadi sumber penularan Covid-19 di Bali. ‘’Masyarakat tidak perlu menunjukkan kekhawatiran, apalagi melakukan penolakan. Penanganan crew kapal pesiar sudah saya pimpin sendiri. Ini untuk memastikan proses pemilahan mana yang positif,
’’Ini NKRI, jangan egois. Harus ada kebersamaan sesama warga bangsa dalam mencarikan solusi masalah demi kemanusiaan.’’ Dewa Made Indra Sekda Provinsi Bali mana yang negatif. Seratus persen saya jamin tidak bisa ke mana-mana. Mereka tidak boleh pulang sendiri-sendiri. Jadi, tidak ada yang lepas ke masyarakat,’’ tegas Dewa Indra. Kedatangan PMI dari berbagai jalur telah dipantau dan diwajibkan melakukan rapid test. Termasuk juga pintu masuk Pelabuhan Gilimanuk yang dilalui PMI juga disiapkan petugas yang melakukan rapid test. Kalau ada informasi PMI yang lolos tanpa rapid test di Pelabuhan Gilimanuk, menurut Dewa Indra, kecil kemungkinan terjadi. ‘’Ini masalah kita bersama, bukan hanya masalah pemerintah,’’ katanya mengingatkan. Yang perlu dicermati, sebagian besar yang datang adalah
orang Bali. Mereka yang dari Bali meminta supaya bisa turun di Pelabuhan Benoa, padahal rencananya turun di luar Bali sesuai Kemenhub. Tetapi karena yang minta orang Bali dengan jumlah paling banyak, pihak perusahaan mengajukan permohonan kepada Kemenlu, selanjutnya oleh Kemenlu diajukan kepada Gubernur Bali, apakah diizinkan atau tidak. Bali akhirnya mempertimbangkan dan memutuskan menerima. Warga Bali dari luar negeri juga ada yang turun di Jakarta dan daerah lain, diizinkan oleh pemdanya. ‘’Ini NKRI, jangan egois. Harus ada kebersamaan sesama warga bangsa dalam mencarikan solusi masalah demi kemanusiaan,’’ jelasnya. (ata)
BIJAK MENANGANI PAHLAWAN DEVISA OPINI
Seni Tradisi dan Dinamika Zaman Oleh: Kadek Suartaya MANUSIA sejagat berduka nestapa diterjang virus Corona. Ingar-bingar kehidupan redup dan terpuruk. Sebagian besar belahan dunia kini lengang. Berbagai penyelamatan dan pemulihan dari malapetaka ini sedang diupayakan di mana-mana. Salah satu pencegahan yang dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah social distancing atau physical distancing yang keduanya mengharuskan setiap orang saling menjaga jarak. Segala aktivitas sosialkultural-ekonomi-religius yang melibatkan orang banyak dihindari atau tidak dibolehkan. Untuk itu, kita di Indonesia dianjurkan berdiam di rumah. Denyut kehidupan di Pulau Bali pun senyap. Ritual keagamaan yang berlangsung sporadis sepanjang tahun seakan tergerus religiusitasnya. Deru industri kepariwisataan yang menjadi salah satu pilar ekonomi terdepan di pulau ini seketika terjengkang. Gemuruh seni budaya yang mewarnai karakteristik kultural masyarakat Bali kendur geliatnya. Lebih-lebih Pemerintah Provinsi Bali telah berkeputusan meniadakan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-42 Tahun 2020 yang berarti ajang kebanggaan pegiat seni dan masyarakat Bali ini baru pertama kali batal sejak digelindingkan di tahun 1979. Di tengah ketercenungan pengisolasian diri ini, selain kita kembali tertegun mendengar kicauan burung liar, desah semilir angin menerpa dedaunan, dan ringkik jangrik di sela semak, beruntung kita masih dapat mendengar lantunan tembang. Beragam jenis pupuh dapat kita simak keindahannya. Ada kumandang Pupuh Durma yang bernuasa menegangkan. Merintih tembang pilu dari Pupuh Semarandana. Mengalun pula elusan lembut watak kasih sayang Pupuh Ginanti. Seperti dikomando, kumandang beragam tembang Sekar Alit itu semuanya bertutur tentang wabah penyakit pandemi Corona. Selain itu, pun tidak hanya dengan olah vokal tradisional tembang saja, tema Covid-19 juga diekspresikan dengan ungkapan seni modern seperti lagu pop, dangdut, lawak, dan ada pula dalam pangejawantahan seni animasi. Untuk menyimak semua itu, kita tinggal buka situs web berbagi video YouTube di telepon pintar atau di media internet digital laptop, tablet, dan PC (personal computer). Hal. 7 Kreativitas Seni
‘’Saat pelaut sebagai penyumbang devisa hampir Rp 12 triliun per tahun bagi Bali, mereka diam. Begitu juga saat mereka menjadi penggerak ekonomi kerakyatan Bali, pelaut selalu membangun untuk kampung halamannya. Kita menjadi salah satu yang ikut mengurangi pengangguran di Bali, karena tak kurang dari 22 ribu orang bekerja sebagai pelaut. Tetapi ketika ada kejadian yang tidak mereka inginkan, walaupun ini pandemi, mereka bersuara lantang.’’ Dewa Susila Anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bali
Denpasar (Bali Post) Perdebatan antara rasa kemenusiaan dan keselamatan warga merespons kedatangan pekerja migran Indonesia (PMI) menguat. Namun, pilihan sikap yang bijak haruslah menjadi pilihan. Nasionalisme, kemanusiaan tetap harus menjadi identitas kebijakan. Keselamatan warga penerima bisa dikelola dengan pengelolaan protokol kesehatan penanganan Covid-19 secara tegas. Pemerintah diminta bijak mengelola kedatangan mereka, termasuk cerdas dalam mengedukasi masyarakat.
S
ebagai gambaran, saat ini setidaknya ada 78.000 orang Indonesia yang bekerja di kapal pesiar dan menyumbang devisa sekitar Rp 16 triliun per tahun. Jauh di atas sumbangan tenaga kerja wanita (TKW) yang menyumbang devisa di kisaran Rp 3,4 triliun per tahun. Per tahun, kapalkapal pesiar di seluruh dunia menampung hampir 16.000 pelaut dari Indonesia. Sementara jumlah pelaut asal Bali diperkirakan hampir 22.000 orang. Selama ini para pekerja di kapal pesiar asal Bali menjadi penyumbang
devisa setidaknya hampir Rp 12 triliun per tahun. Banyak perekonomian krama Bali yang terangkat karena ada salah satu keluarga yang bekerja di kapal pesiar. Penolakan dan
Tanggung Jawab Kemanusiaan ’’Ini masalah kita bersama. Jadi, kita tidak ada istilah setuju atau tidak setuju karena ini masalah kemanusiaan, masalah kita bersama. Siapa pun dalam kondisi begini wajib memberikan perlindungan pada orang-orang itu (PMI - red) secara manusiawi.’’ I Ketut Suiasa Wakil Bupati Badung
Mangupura (Bali Post) Pemerintah Kabupaten Badung memiliki pandangan berbeda terkait pekerja migran Indonesia (PMI) yang dikarantina di Badung, meski bukan warga di Gumi Keris. Padahal, penyebaran Covid-19 dominan disebarkan oleh PMI yang datang ke Pulau Dewata. Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Badung I Ketut Suiasa menegaskan, Pemkab Badung bukan dalam posisi menolak atau menerima, namun sebagai tanggung jawab moral kemanusiaan. Hal. 7 Wajib Memberikan
stigmatisasi terhadap para pelaut yang kini dikenal dengan sebutan pekerja migran Indonesia (PMI) tentu saja menjadi dilema bahkan ironi. Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Daerah Bali Dewa Susila menjadi salah satu orang di luar struktur pemerintahan yang terlibat dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bali. Menyadari bahwa para pekerja migran adalah putraputri Bali yang lahir di tanah Bali dan juga berhak atas tanah kelahirannya, Dewa Susila gigih memperjuangkan agar mereka bisa tetap
pulang. Terhadap pihak yang menyuarakan penolakan atau memprotes soal kepulangan PMI, Dewa Susila menyayangkan. ‘’Saat pelaut sebagai penyumbang devisa hampir Rp 12 triliun per tahun bagi Bali, mereka diam. Begitu juga saat mereka menjadi penggerak ekonomi kerakyatan Bali, pelaut selalu membangun untuk kampung halamannya. Kita menjadi salah satu yang ikut mengurangi pengangguran di Bali, karena tak kurang dari 22 ribu orang bekerja sebagai pelaut. Tetapi ketika ada kejadian yang tidak mereka inginkan, walaupun ini pandemi, mereka bersuara lantang,’’ jelas Dewa Susila. Pemulangan para PMI, tegas Dewa Susila, telah melalui protap yang cukup ketat. Pemeriksaan proses kepulangan telah dilakukan secara ketat dan menghindari hal sekecil apa pun untuk menghindari penularan. ‘’Sekarang sudah tidak ada lagi karantina mandiri. Tetapi dilakukan oleh pemerintah. Jadi, mereka tidak dilepas ke masyarakat jika tidak benar-benar telah dinyatakan aman,’’ tegasnya. Di sisi lain, di tengah suara penolakan dari beberapa pihak, Dewa Susila mengajak semua pelaut untuk menunjukkan diri tidak hanya jago cari uang, tetapi juga punya jiwa besar dalam menghadapi situasi apa pun. Hal. 7 Sayangkan Stigma Negatif