terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha
8 HALAMAN
HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
NOMOR 62 TAHUN KE 73 Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418
Pengemban Pengamal Pancasila
sabtu kliwon, 31 oktober 2020
balipost http://facebook.com/balipost
Gencarkan Operasi Prokes, 24 Orang Ditindak
Libur Panjang, Satgas Awasi Objek Wisata
Tim yustisi menjaring 26 orang pelanggar. Rinciannya, 24 orang tidak menggunakan masker dan 2 orang menggunakan masker tidak benar. Mereka yang tidak menggunakan masker langsung didenda Rp 100 ribu.
Mencegah kemungkinan terjadi peningkatan kasus Covid-19 usai libur panjang menjadi perhatian serius Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tabanan. Selama libur panjang, sejumlah objek wisata diawasi ekstraketat.
DENPASAR | HAL. 2
Untuk mencegah terjadinya money politics, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan membentuk tim pengawas yang akan melakukan pemantauan di lapangan.
KARANGASEM | HAL. 6
Kunjungan Wisatawan Domestik di Luar Ekspektasi
Vaksinasi Covid-19
Pemerintah Pertimbangkan Berbagai Aspek Dari data Kementerian Kesehatan, kata Wiku Adisasmito, persiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau cold chain sudah berjalan dengan baik. Cold chain bertujuan untuk menjaga kualitas maupun efektivitasnya. ‘’Saat ini rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di Indonesia mencapai 97 persen,’’ ujarnya. Hal. 7 Pengembangan Vaksin
Prof. Wiku Adisasmito
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Antisipasi ‘’Money Politics’’, Bawaslu Bentuk Tim Pengawas
TABANAN | HAL. 4
Denpasar (Bali Post) Kunjungan wisatawan domestik (wisdom) ke Bali menunjukkan peningkatan saat long weekend atau libur panjang ini. Data kedatangan di terminal domestik Bandara Ngurah Rai bahkan mencapai hampir 10 ribu wisatawan pada tanggal 28 Oktober saja.
PEMERINTAH saat ini sudah mempertimbangkan berbagai aspek untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Persiapan tersebut mulai dari logistik hingga sumber daya manusia (SDM) vaksinasi. Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan hal itu seperti disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (29/10).
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
Bali Post/ist
‘’Tanggal 28 itu mencapai 9.500 wisatawan. Biasanya kan cuma 3.000 atau 2.600 wisatawan. Lalu tanggal 29 sekitar 6.800-an wisatawan,’’ ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Jumat (30/10) kemarin. Menurut Astawa, wisdom yang datang ke Bali paling banyak berasal dari Jakarta, diiikuti Surabaya, Ujung Pandang, Lombok dan Yogyakarta. Peningkatan kunjungan yang cukup signifikan ini menandakan bahwa Bali masih menjadi primadona di kalangan wisatawan. Apalagi, angka kunjungan sampai mendekati 10 ribu wisatawan dalam sehari itu baru diperkirakan bisa terjadi pada Desember mendatang. ‘’Memang tadinya kita tidak
memperkirakan sampai 10 ribu wisatawan. Jadi, di luar ekspektasi kita,’’ jelasnya. Di sisi lain, pihaknya juga mewaspadai dan mengantisipasi agar jangan sampai terjadi penambahan kasus Covid-19 di tengah peningkatan angka kunjungan wisdom. Sedikitnya ada tiga titik yang dikuatkan dalam upaya pencegahan penyebaran wabah. Yakni pintu-pintu masuk seperti pelabuhan dan bandara, objek-objek wisata, dan hotelhotel. ‘’Terutama yang dari luar ini jangan sampai dia masuk tanpa membawa surat keterangan sehat, entah rapid test atau swab. Kemudian, kita inginkan agar jangan terjadi kerumunankerumunan,’’ paparnya. Menurut Astawa, kerumunan tanpa protokol kesehatan yang ketat seperti jaga jarak dan memakai masker berisiko terjadi penularan. Oleh karena itu, wisatawan diminta untuk tertib menerapkan protokol kesehatan. Masalah kesehatan tetap menjadi tanggung jawab
’’Terutama yang dari luar ini jangan sampai dia masuk tanpa membawa surat keterangan sehat, entah rapid test atau swab. Kemudian, kita inginkan agar jangan terjadi kerumunankerumunan.’’ I Putu Astawa Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali pribadi wisatawan. Termasuk di dalamnya menjaga imunitas tubuh tetap prima agar liburan menjadi aman dan nyaman. Kalau memang dalam kondisi tidak sehat, lebih baik memulihkan diri terlebih dulu, ketimbang nanti menularkan penyakit saat berada di objek wisata. ‘’Di samping faktor eksternal yang mengingatkan, faktor internalnya juga penting. Kalau dia perlu membawa hand sanitizer secara pribadi, itu bagus,’’ imbuh mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali ini.
Astawa berharap kunjungan wisatawan yang berdampak pada menggeliatnya perekonomian Bali ini tidak sampai memunculkan masalah penularan Covid-19 pada aspek kesehatan. Sebab, ekonomi dan kesehatan harus berjalan selaras. Oleh karena itu, para pengelola objek wisata secara khusus diingatkan agar melakukan pengawasan. Kalau terjadi kerumunan, misalnya pada saat membeli karcis, agar diatur supaya bisa menjaga jarak. (kmb32)
Kegembiraan di Tengah Kekhawatiran LIBUR panjang atau cuti bersama selama sepekan ini membuat Bali benar-benar menjadi daerah terbuka. Bisa dilihat animo masyarakat Jawa di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi yang akan menyeberang ke Bali membeludak. Alasan mereka libur panjang ini sangat memungkinkan ke Bali karena daerah ini membuka semua objek wisatanya. Akademisi dan pelaku pariwisata Bali menyebut ini sebuah kegembiraan di tengah kekhawatiran masyarakat Bali terpapar Covid-19 jika protokol kesehatan (prokes) dilanggar. Bisa jadi Bali yang sebelumnya termasuk zona oranye akan berubah warna lagi, apalagi di sejumlah objek wisata di Jakarta ditemukan pelancong yang reaktif Covid-19. Akademisi yang juga pelaku pariwisata, Dr. I Made Sukamerta, M.Pd., Jumat (30/10) kemarin mengungkapkan, pembukaan pariwisata Bali adalah
sebuah upaya dan langkah awal memulai hidup bersama Covid-19. ‘’Kita tidak mungkin terus menutup diri dari wisatawan, yang penting dari semua itu adalah semua pihak menaati protokol kesehatan. Mari kita buka pelan-pelan dengan terlebih dulu menerima wisatawan domestik. Kalau situasi terus membaik, maka kita buka wisatawan mancanegara. Untuk itulah kita tunjukkan bahwa berkunjung ke Bali sangat aman. Kalau wisatawan tidak kita terima untuk jangka panjang, maka perekonomian Bali akan sangat terpuruk di mana terjadi pengangguran yang masif dan itu akan mengganggu keamanan dan kerawanan sosial di masyarakat Bali,’’ kata Sukamerta. Akademisi dari Itekes Bali I Ketut Suwarjana, S.KM., M.Ph., Dr.M.H. menegaskan, penerapan prokes yang dimaksud harus dari hulu ke hilir. Pelancong atau wis-
dom sudah menjalani prokes sejak masuk pintu Bali lewat cek suhu tubuh dan rapid test, di tengah jalan juga harus dilakukan sampel untuk men-screening jika terjadi kesalahan, ketika mereka di hotel pihak hotel juga tetap menerapkan prokes secara ketat. Hingga di objek wisata
Bali Post/sue
I Made Sukamerta
(hilir), wisdom ini tetap harus lulus prokes. ‘’Masyarakat Bali tak boleh lengah, jangan sampai maksud hati membangkitkan sektor pariwisata, kita justru menambah kasus Covid-19 di Bali,’’ tegasnya. Hal. 7 Tetap Disiplin
Bali Post/sue
I Ketut Suwarjana
Gelombang I Covid-19 Batara Tolangkir sebagai Pusat Belum Usai Spiritual Raja dan Pemimpin Bali
Denpasar (Bali Post) Gelombang pertama kasus Covid-19 di Bali belum usai. Bahkan, gelombang I berpotensi berlangsung lebih lama. Hal ini karena jumlah orang yang dites Covid-19 belum memenuhi target 1 per 1.000 penduduk per bulan. Ketua Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Universitas Udayana dr. Made Ady Wirawan mengatakan hal itu, Jumat (30/10) kemarin. Menurut Ady Wirawan, dari data yang ada sulit untuk melakukan prediksi yang akurat kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Prediksi bisa dilakukan jika data test dan tracing memadai. ‘’Target test 1 per 1.000 penduduk per minggu belum terpenuhi. Saat ini masih berkisar di angka 0,5 hingga 0,7. Selain itu, jumlah kontak erat yang berhasil dilacak belum mencapai 80 persen dari seluruh kontak,’’ ujarnya. Jika dilihat dari data yang terpublikasi, katanya, bisa dilihat dari puncak kasus terakhir adalah Minggu awal hingga pertengahan September, dengan jumlah kasus harian 150-160 kasus. Situasi tersebut mulai mereda dalam tiga pekan terakhir dengan rata-rata angka reproduksi efektif (Re) mingguan berkisar 0,90 - 0,92 dalam dua pekan terakhir. Jika menggunakan indikator WHO untuk memantau pandemi, yaitu Re lebih kecil dari 1,0 dalam dua pekan terakhir, maka salah satu indikator ini sudah terpenuhi. Tetapi data Re dianggap akurat jika jumlah test memadai yaitu 1/1.000 penduduk per minggu dan proporsi test positive kurang dari 5 persen. ‘’Sedangkan kita untuk jumlah test masih berkisar di 0,5-0,7 per 1.000
penduduk per minggu, dan proporsi test positif berkisar 14-17 persen,’’ bebernya. Ady Wirawan menambahkan, dalam tiga pekan terakhir rata-rata jumlah kasus harian juga masih berkisar 90 kasus per hari. Belum bisa berkurang setidaknya 50 persen dari rata-rata jumlah kasus saat puncak kasus terakhir yaitu 153 kasus per hari. ‘’Kita di Bali belum menyelesaikan gelombang pertama, tapi berpotensi memperpanjang gelombang ini, karena tiap ada tren penurunan kasus, kemudian ada libur panjang, jumlah kasus bertambah lagi dalam 1-2 pekan setelahnya,’’ ungkapnya. Menurut Ady Wirawan, yang paling drastis adalah pascalibur Hari Kemerdekaan pada 16-22 Agustus. Sebelum liburan jumlah kasus harian adalah 50 kasus per hari, dan dua pekan setelahnya menjadi 150 kasus per hari. Untuk mengantisipasinya, pemerintah harus meningkatkan terus jumlah test hingga bisa mendekati 1 per 1.000 penduduk per pekan, dan melakukan test pada kontak erat setidaknya 80 persen kasus baru harus berasal dari hasil penelusuran kontak dan bisa dikaitkan dengan klaster-klaster yang teridentifikasi. ‘’Upaya isolasi dan karantina saya lihat sudah kembali diperketat seperti di awal-awal pandemi. Saya kira ini sudah bagus,’’ katanya. Pascalibur panjang ini, katanya, pemantauan atau surveilans juga mesti dilakukan untuk orang-orang dengan gejala flu dan influenza (influenza like illness), untuk lebih banyak menjaring kasus. Dengan begitu, rantai penularan bisa diputus. (kmb42)
Oleh Sugi Lanus TERTULIS dalam lontar ada pemimpin Bali menghalangi masyarakat memuja Batara Tolangkir. Nama pemimpin Bali itu adalah Shri Aji Mayadanawa. Nasibnya berujung sial tersingkir. Dia diserbu bala tentara dan rakyat yang dipimpin panglima dan para mpu. Kisah tersebut tertulis dalam beberapa lontar penting di Bali seperti: Usana Bali, Usana Jawa, Katuturan Sangkulputih, dan Babad Pasek. Shri Aji Mayadanawa adalah julukan pada dua sosok pemimpin Bali. Sosok pertama dise-
butkan hidup sekitar tahun 974 Masehi atau zaman periode raja Bali Kuno sebelum kedatangan Mpu Kuturan dan Mpu Beradah. Sosok kedua adalah pemimpin Bali yang diserbu pasukan Majapahit di bawah pimpinan Arya Damar dan Gajah Mada sekitar tahun 1343 Masehi. Kedua sosok pemimpin Bali berjuluk Shri Aji Mayadanawa ini melarang masyarakat Bali sembahyang ke Besakih atau Batara Tolangkir. Sosok Mayadanawa pun identik dengan para pemimpin yang meninggalkan parahyangan Besakih dan Batara Tolangkir. Lontar-lontar terkait tradisi suci pemujaan terhadap Batara Tolangkir menyebutkan: Kalau ada pemimpin atau penguasa Bali lupa dan tidak tahu berterima kasih pada Batara Tolangkir maka akan rusak jagat Bali. Raja-raja yang tidak mengerti pemujaan, tidak beryoga-samadi pada Batara Tolangkir akan pendek usia, nasibnya akan terjungkal. Jika pemimpin Bali tidak tahu tata cara pemujaan Batara Tolangkir akan membawa huru-hara dan kemelaratan pada masyarakat dan jagat Bali. Dalam berbagai lontar penting di Bali lainnya disebutkan bahwa semua raja di Bali, dari zaman Bali Kuno sampai Gelgel, dan berlanjut Smarapura, menjunjung dengan penuh rasa bakti dan hormat tertinggi pada Batara Tolangkir. Menjadi pertanyaan penting: ‘’Kenapa raja-raja dan para punggawa Bali
menaruh penghormatan tertinggi pada Batara Tolangkir? Siapa sebenarnya Batara Tolangkir?’’ Tolangkir adalah nama lain dari Gunung Agung. ‘’Batara Tolangkir’’ adalah gelar suci untuk Batara Mahadewa. Dinilai tidak paham sopan-santun bagi kalangan rsi, raja, punggawa dan masyarakat menyebutkan langsung nama tabik pikulun Batara Mahadewa, mengingat nama Beliau sangat disucikan. Masyarakat Bali diajari untuk tidak jabag (gegabah) menyebut-nyebut nama dewa atau batara secara langsung dalam perbincangan sehari-hari. Oleh karena itu dalam perbincangan sehari-hari nama dewata dise-
but dengan gelar kedewataan sesuai lokasi pura, gunung atau stana suci para dewata yang distanakan di seantero Pulau Bali. Karena alasan sakral dan kesantunan spirtual inilah maka tidak boleh langsung menyebut Batara Mahadewa, tetapi yang disebut adalah gelar Beliau sebagai Batara Tolangkir. Begitulah ajaran kesantunan spiritual Bali. Bahkan, di masa lalu menyebut nama orangtua atau kakek saja disebut bisa tulah (kena kutuk), apalagi menyebut langsung nama dewata dalam perbincangan sehari-hari. Hal. 7 Pedoman Kependetaan
Bali Post/dok
BESAKIH - Kemegahan Pura Agung Besakih dengan latar belakang Gunung Agung.