Edisi Selasa 28 April 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

8 HALAMAN

NOMOR 240 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

Selasa Wage, 28 april 2020 Dipantau Ketat Orang Keluar-Masuk Denpasar Dishub melakukan pemantauan ketat bagi orang yang akan keluar dan masuk Kota Denpasar. Pemantauan ini dilakukan di kawasan Terminal Ubung, tepatnya di Jalan Pidada, Kelurahan Ubung.

DENPASAR | HAL. 2

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Kasus Babi Mati Turun Drastis

Polres Bangun Posko Penyekatan

Kematian babi sejauh ini masih terjadi di sejumlah daerah. Namun, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengklaim angka kematian babi sudah menunjukkan tren menurun.

Menindaklanjuti instruksi pemerintah agar masyarakat tidak mudik Lebaran, Polres Tabanan membangun dua posko pengamanan dan penyekatan di Kecamatan Baturiti dan di Pantai Selabih untuk mengawasi pemudik.

BADUNG | HAL. 3

TABANAN | HAL. 4

PENANGANAN COVID-19 DI BALI Oleh: Tim Analisis Covid-19 Bali

Tabel Sebaran untuk Masing-masing Kabupaten/Kota di Bali

Perkembangan Covid-19 di Bali Sampai dengan 27 April 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di Bali sebanyak 193 orang yang sebagian besar

merupakan pekerja migran Indonesia (PMI/ABK) sebanyak 124 orang, selanjutnya 20 orang adalah pelaku perjalanan dari daerah luar Bali, dan 40 orang merupakan transmisi

Belajar Mengendalikan Kecemasan dan Emosi MASIFNYA kasus penyebaran wabah pandemi Covid-19 di Bali semakin membuat cemas masyarakat. Tidak hanya cemas akan penularannya, tetapi juga cemas tentang kehidupan sehari-hari mereka yang semakin sulit. Sebab, kebanyakan dari mereka kehilangan mata pencaharian dan aktivitas lainnya. Kecemasan ini sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis mereka. Hal ini diungkapkan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Bali C. Prammu Hartadi, S.Psi. Prammu Hartadi menambahkan, kecemasan yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 tidak hanya dari segi ekonomi. Namun, juga akan kebutuhan pokok, pendidikan, keselamatan, dan kecemasan lainnya. Lebih dari itu, masyarakat juga cemas karena kehilangan perasaan untuk mengendalikan (sense of control), karena virus Corona menjadi ‘’musuh’’ yang tidak terlihat dengan kasat mata. Sehingga infeksinya bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, di mana saja. ‘’Untuk dapat tetap tenang, berusaha agar pikiran kita tetap berada di atas tingkat kecemasan kita. Artinya, kita tidak membiarkan emosi cemas kita menguasai pikiran dan tubuh kita,’’ ujarnya. Hal. 7 Mengurangi Tekanan Psikologis

C. Prammu Hartadi, S.Psi.

OPINI

Redesain Konsep Pembangunan Bali Oleh: I Wayan Suambara

PANDEMI Covid-19 membuat ribuan pekerja sektor pariwisata mengalami kehilangan mata pencahariannya, karena dirumahkan tanpa upah dan bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Pekerja sektor lain juga mulai terdampak. Warung dan kios penjual hasil kerajinan UMKM pada objek wisata ditutup, tidak ada lagi hotel dan restoran yang menyerap hasil pertanian dan perkebunan para petani. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebagian besar bersumber dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) turun drastis, nyaris tidak ada pendapatan. Kabupaten Badung sebagai kabupaten yang paling tinggi pendapatannya di Bali yang bersumber dari PHR, diperkirakan akan kehilangan PAD-nya sekitar 60-70%. Beban sosial ekonomi Bali yang tidak kalah beratnya akibat pandemi Covid-19 adalah pulangnya puluhan ribu putra-putri Bali yang bekerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara masyarakat Bali melanjutkan kehidupannya. Bercermin dari permasalahan di atas, pandemi Covid-19 seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah daerah bersama masyarakat Bali untuk menata kembali struktur perekonomian Bali, dengan memperkuat potensi ekonomi lainnya yang dimiliki yaitu pertanian. Hal. 7 Pemda Harus Berani

lokal. Dari 40 transmisi lokal tersebut, lebih dari 51% terjadi karena penularan dalam keluarga, dan 39% penularannya diduga melalui orang tanpa gejala (OTG) positif.

Dari sebaran tersebut, Denpasar memiliki kasus positif terbanyak (50) dengan 16 transmisi lokal. Dengan transmisi lokal tertinggi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penularan antarmasyarakat cenderung meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus Wali Kota agar segera menyikapi kondisi tersebut dengan mengeluarkan kebijakan yang dapat membuat masyarakat Denpasar memiliki disiplin sosial yang tinggi, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah serta membatasi aktivitas dan interaksi dengan masyarakat di luar rumah. Kuncinya adalah disiplin yang kuat untuk mencegah meluasnya penyebaran Covid-19. Hasil pemantauan dari berbagai pihak menunjukkan bahwa akhir-akhir ini mulai terjadi peningkatan pergerakan masyarakat Denpasar di luar rumah, yaitu ramainya di jalan dan di tempat-tempat umum, yang menunjukkan suatu keadaan menurunnya

kesadaran dan disiplin masyarakat dalam pencegahan penularan Covid-19. Keadaan ini sangat kontras perbedaannya dengan kabupaten lain, bahkan di Kabupaten Badung yang merupakan destinasi wisata, masyarakatnya terlihat sangat tertib, di mana di jalan dan tempat umum terlihat sepi. Sampai saat ini hanya di Kabupaten Tabanan belum terjadi transmisi lokal, di mana kasus positifnya juga paling rendah, itu pun terjadi karena adanya PMI yang positif. Hal ini perlu diberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan dan masyarakatnya atas upaya yang dilakukan dalam pencegahan Covid-19. Posisi Bali dalam Penanganan Covid-19 Sampai saat ini, secara nasional Bali berada di peringkat ke-8 dalam jumlah kumulatif kasus positif Covid-19, di bawah Provinsi Nusa Tenggara Barat (206 kasus), Banten (382), Sulawesi Selatan

(440), Jawa Tengah (666), Jawa Timur (796), Jawa Barat (951), dan DKI Jakarta (3.869). Kenyataan ini menegaskan bahwa apa yang menjadi kekhawatiran sejumlah pihak, bahwa Bali diperkirakan akan paling terancam terkena Covid-19 mengingat Bali sebagai destinasi wisata dunia dan terbesar di Indonesia, astungkara sampai saat ini tidak terbukti. Dalam hal pasien positif yang sembuh sebanyak 81 orang dari 193 kasus positif atau sekitar 42%, Bali berada di peringkat ke-5 di bawah Provinsi Aceh sebanyak 4 dari 9 kasus (44%), Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 37 dari 83 kasus (45%),

Maluku 11 dari 22 kasus (50%), dan Nusa Tenggara Timur sebanyak 1 dari 1 kasus (100%). Namun perlu dicatat bahwa di luar Yogyakarta, tiga provinsi yang lain tersebut tidak seperti Bali yang merupakan daerah tujuan pariwisata dunia. Sementara bila dilihat dari jumlah pasien yang meninggal, Bali berada di urutan paling rendah yaitu sebanyak 4 orang dari 193 kasus positif, atau sekitar 2%. Pasien yang meninggal terdiri atas 2 orang warga negara asing, 1 orang luar yang berdomisili di Bali dan 1 orang PMI warga Bali. Hal. 7 Gubernur Keluarkan Kebijakan

’’Tingkat kesembuhan yang tinggi dan tingkat kematian pasien Covid-19 yang sangat rendah di Bali menunjukkan bahwa penanganan Covid-19 di Bali telah dikelola dengan baik oleh Gugus Tugas Provinsi Bali dan Gugus Tugas Kabupaten/Kota. Penanganan yang baik tersebut dapat dilihat dari kebijakan yang telah diputuskan oleh Gubernur Bali sebagai Ketua Gugus Tugas Provinsi.’’

Menghadapi Komplikasi Tekanan Ekonomi

Denpasar (Bali Post) Krama Bali kini berhadapan dengan komplikasi tekanan ekonomi. Pemicunya banyak hal, mulai dari kematian babi, serangan demam berdarah (DB) hingga pandemi Covid-19. Kondisi ini memicu kelumpuhan ekonomi yang berpotensi terus menguat. Bali harus segera melakukan gerakan penguatan daya tahan rumah tangga dengan pendekatan sektor pertanian. Ini harapan paling logis ketika semua sektor terpuruk. Kondisi ini pun diakui oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat diwawancarai Bali Post, Senin (27/4) kemarin. ‘’Tekanan terhadap krama Bali memang berat saat ini. Walaupun memiliki banyak pengalaman menghadapai bencana alam, kali ini tekanan relatif berat. Semua sektor terpuruk. Namun, ini harus dihadapi dengan optimisme bahwa Bali mampu,’’ jelasnya.

Pria yang akrab disapa Cok Ace ini menegaskan, optimisme harus tetap dibangun. Krama Bali harus diedukasi dan terus

diajak mandiri. Solusinya mengoptimalkan sektor pertanian termasuk dengan mengajak penduduk Bali mengelola lahannya. ‘’Lahan pertanian di desa-desa

masih ada. Perputaran ekonomi masih terjadi di desa. Namun, ini tentu harus diantisipasi juga dengan kemandirian rumah tangga,’’ ujarnya. Cok Ace menambahkan, pandemi kali ini berpotensi menghancurkan pertahanan paling bawah. Namun, kita harus tetap optimis bahwa Bali mampu keluar dari tekanan yang relatif kompleks ini. Terkait dengan komplikasi tekanan ekonomi ini, Bali Post mencatat ada banyak tekanan yang menguat sampai saat ini. Kelemahan ekonomi penduduk Bali awalnya dipicu oleh kematian ternak babi. Kematian ribuan ternak babi di Kabupaten Tabanan yang akhirnya menjalar ke seluruh kabupaten/kota di Bali membuat cadangan ekonomi rumah tangga tergerus. Ternak babi adalah satu penghasilan tambahan bagi penduduk Bali. Hal ini belum tuntas ditangani. Data kematian babi masih simpang-siur. Bahkan, penyebab kematiannya juga tak jelas. Kematian ternak babi ini membuat krama Bali tersandera secara ekonomi, karena umumnya mereka mengembangkan peternakan dengan pinjaman dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD) bahkan koperasi. Beban kematian ternak babi ini berlanjut dengan hantaman Covid-19 yang kemunculannya nyaris bersamaan dengan maraknya penderita demam berdarah (DB) di Bali. Ketika Covid-19 menguat, penderita DB nyaris terpinggirkan.

’’Tekanan terhadap krama Bali memang berat saat ini. Walaupun memiliki banyak pengalaman menghadapai bencana alam, kali ini tekanan relatif berat. Semua sektor terpuruk. Namun, ini harus dihadapi dengan optimisme bahwa Bali mampu.’’ Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Wakil Gubernur Bali

’’Daya tahan saat ini memang masih ada, namun memasuki triwulan ketiga dan keempat dampaknya akan sangat terasa. Bali perlu menajemen pengelolaan ekonomi yang kuat dan kemandirian di sektor pangan yang lebih terencana.’’ Viraguna Bagoes Oka Pengamat Ekonomi

Tak menjadi fokus publikasi mungkin juga dalam hal sistem sanitasi lingkungan mereka. Fokus penanganan serangan DB yang sebenarnya juga mematikan nyaris terpinggirkan. Tak hanya sampai di situ, seiring bergulirnya waktu, krama Bali terpuruk dalam hal ekonomi akibat Covid-19. Semua sektor hancur. Sektor pariwisata mencatat angka tertinggi dalam PHK dan perumahan karyawan. Sek-

tor lainnya bahkan sudah lebih dulu kolaps. Sejumlah hotel bahkan tutup seiring tak adanya wisatawan mancanegara dan domestik. Bali kehilangan pendapatan utamanya dan berpotensi menjadi provinsi paling parah terdampak ekonomi di Indonesia. Kini tekanan ekonomi telah menjalar ke petani dan peternak di Bali. Harga– harga anjlok saat produksi melimpah. Hal. 7 Kembali Mencermati


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.