terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha
HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
8 HALAMAN
NOMOR 287 TAHUN KE 72
Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418
Pengemban Pengamal Pancasila
senin umanis, 29 juni 2020 165 Warga Tonja Di-‘’rapid Test’’ Dua Reaktif Sebanyak 165 warga, baik warga uwed maupun penduduk nonpermanen, dirapid test. Hasilnya dua orang reaktif dan sesuai prosedur yang berlaku dilanjutkan tes swab. DENPASAR | HAL. 2
balipost http://facebook.com/balipost
Klinik Husada Kubu Ditutup Sementara
Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Gianyar mencatat penambahan warga meninggal yang terduga SARS-Cov2. Warga Blahbatuh yang meninggal itu berinisial IMM (46). Proses pemakaman sudah dilakukan, Sabtu (27/6) malam. GIANYAR | HAL. 5
Dinas Kesehatan Karangasem menutup Klinik Husada di Kecamatan Kubu, Karangasem. Penutupan klinik itu dilakukan, menyusul sejumlah petugas fasyankes di sana terkonfirmasi positif Covid-19.
M
OPINI
Menjaga Kesehatan Gigi Saat Pandemi
Oleh drg. Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi, S.Kg. PANDEMI kini menggiring dunia ke era peradaban baru. Era ini tentu memerlukan adaptasi dalam berbagai hal, baik di sektor ekonomi, pariwisata pendidikan, termasuk dalam bidang kesehatan. Kini, kemandirian dan kecerdasan mengelola tata kelola kehidupan akan mengantarkan kita menjadi pemenang dalam pase pandemi Covid-19. Tantangan saat Covid 19 menyebar hampir di seluruh dunia memang berat. Di Bali virus Corona berjangkit. Ribuan orang terpapar dan 11 orang dinyatakan meninggal dunia. Salah satu cara mencegah virus ini yaitu dengan menjaga sistem kekebalan tubuh kita. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan pola hidup bersih dan sehat, salah satunya adalah menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menurut data Riskesdas tahun 2018, jumlah orang yang mengalami gigi berlubang di Indonesia mencapai hampir 60%. Banyak orang beranggapan sikat gigi saja mungkin sudah cukup. Namun, semestinya kita harus menggunakan flossing atau benang gigi yang tidak bisa dijangkau sikat gigi untuk membersihkan sela-sela gigi. Sisa-sisa makan di sela gigi ini berpotensi untuk menyebabkan gigi berlubang. Penelitian menunjukkan orang yang menggunakan benang gigi memiliki risiko lebih rendah terkena masalah gigi dan gusi dibanding yang tidak pernah menggunakan benang gigi. Setelah selesai menggunakan benang gigi kumur dengan air atau obat kumur (obat kumur). Pilihlah obat kumur yang mengandung fluoride. Obat kumur ini dapat mengurangi plak gigi dan menghilangkan bau napas tidak sedap. Namun tentu pemakaiannya harus tepat dosis. Jika berlebihan akan menyebabkan sariawan dan mulut kering. Selama masa pandemi ini, ada baiknya menunda berkunjung ke dokter gigi atau fasilitas kesehatan jika tidak mendesak. Menurut imbauan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PBPDGI), kriteria yang boleh berkunjung ke dokter gigi adalah jika mengalami nyeri yang hebat tidak tertahankan, mengalami trauma pada gigi dan rahang, mengalami perdarahan parah dan mengalami pembengkakan pada gusi akibat infeksi. Hal. 7 Perbanyak Minum Air Putih
BALI POST dan Bali TV bekerja sama dengan Yayasan Dharma Naradha menerima titipan sumbangsih anda untuk menyiapkan sembako beras petani Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” peduli dampak Covid-19. Sumbangsih dapat disalurkan langsung ke Redaksi Bali Post dan Bali TV atau langsung melalui : 1. Rekening Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Renon No: 010.01.13.00003-7 a/n Yayasan Dharma Naradha. 2. Rekening BRI Kantor Cabang Denpasar Gajah Mada No : 0017-01-003115-30-6 a/n Yayasan Dharma Naradha 3. Rekening BNI Cabang Gatot Subroto No : 8887788683 a/n Yayasan Dharma Naradha Bukti transfer dapat di-WA ke 082118183588 SENIN, 28 JUNI 2020 Devita Jumlah Penerimaan Hari Ini Jumlah Penerimaan Sebelumnya Total Penerimaan
Rp
50.000
Rp 50.000 Rp 58.905.000 Rp 58.955.000
bekerja sama dengan kabupaten/kota untuk membuat suatu pengawasan atau kegiatan terkait dengan anakanak, termasuk juga memberikan bantuan yang spesifik untuk mereka,’’ ungkap Kasi Kesehatan Dasar Pendidikan dan Kesejahteraan Dinas Sosial P3A Provinsi Bali dr. I Wayan Eka Wijaya ditemui, Jumat (26/6) lalu. Menurut Eka, keluarga selama ini umumnya diberikan bantuan seperti beras, minyak dan telur. Bantuan inilah yang kemudian diberikan dalam aksi Berjarak memanfaatkan dana dekonsentrasi dari Kementerian PPPA. Di samping bantuan spesifik lain yang memang dibutuhkan oleh keluarga tersebut, khususnya anak-anak. ‘’Kita mempunyai relawan Berjarak di tiap kabupaten/kota. Mereka mencari keluarga dengan anak-anak yang rentan terkena Covid-19. Itu nanti kita sentuh dengan bantuan spesifik,” jelasnya.
KARANGASEM | HAL. 6
Akibat Orangtua Tak Disiplin
Eka menambahkan, pelibatan relawan salah satunya karena tenaga dan anggaran yang terbatas. Sebelum ada Covid-19, Kementerian PPPA menggelontorkan dana dekonsentrasi sekitar Rp 400 juta untuk kegiatan perlindungan anak di Bali. Namun kini 70 persen anggaran itu direalokasi untuk pemenuhan kebutuhan spesifik anak saat pandemi. Kepala Dinas Sosial P3A Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra mengimbau agar masyarakat menerapkan PHBS mulai dari lingkup keluarga. Begitu juga melakukan protokol kesehatan dengan disiplin karena Covid-19 dapat memperparah penyakit lain yang dimiliki. Kemudian, sedini mungkin melakukan tindakan dan mendeteksi diri apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terkait penanganan Covid-19. ‘’Bersama-sama kita menjaga diri, mendisiplinkan diri terkait PHBS itu, dan secara gotong royong saling mengawasi,’’ ujarnya. (kmb32)
B elakangan v i r u s Corona atau Covid-19 banyak menginfeksi anakanak. Penularan pada anak-anak tidak lepas dari peran orangtuanya, karena orangtua (orang dewasa) yang lebih banyak di luar rumah. Kedisiplinan orangtua menjalankan protokol kesehatan pun mulai dipertanyakan. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali Dr. dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K). mengatakan, sumber atau yang pertama kali terinfeksi adalah orang dewasa, karena mereka yang lebih banyak berada di luar rumah. Setelah itu menularkan ke orang dewasa yang berdekatan. Ketika infeksi semakin bertambah luas, mulailah menularkan ke anak-anak, baik anaknya sendiri maupun yang lain. ‘’Virus tidak mengenal usia. Setelah anak terkena, jadi anak positif,’’ ujarnya, Sabtu (27/6). Dari kasus Covid-19 anak yang ada, sumber penularannya dari orangtuanya dan banyak kasus OTG (orang tanpa gejala). Dengan tidak adanya gejala, tidak memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit. ‘’Oleh karena itu kenapa pada anak ditemukan banyak, karena
orangtuanya yang ditemukan positif. Ini juga mengindikasikan penerapan protokol kesehatan di keluarga tersebut kurang disiplin, karena orang yang tidak bergejala pun bisa menularkan virus ini,’’ beber Lanang Sidiartha. Oleh karena itu, ia meminta agar tetap melakukan protokol kesehatan, tidak hanya bila keluar rumah, tetapi juga di rumah. Misalnya mencuci tangan lebih sering dengan sabun, bila ada yang sakit menggunakan masker. Jika merasa diri datang ke daerah yang zona merah juga harus menerapkan protokol kesehatan, membersihkan semua pakaian, sandal, sepatu, mandi, dll. Hal. 7 Status Imunisasi
cerita seorang warga negara Prancis yang dalam jangka waktu setahun bisa dua kali berkunjung ke Bali dalam rentang waktu yang cukup lama,’’ tutur Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat membuka Webinar series #5 dengan tajuk ‘’Road Map to Bali Next Normal: Imagine Working From Bali, Why Not?’’, Jumat (26/6). Bali, menurut Cok Ace, punya modal besar untuk hal tersebut. Pertama, udaranya relatif bersih dengan cuaca yang stabil sepanjang tahun. Lalu pemandangan memukau, pasir putih, langit biru, merupakan perwujudan bersih yang sesungguhnya. Bali juga mempunyai sisi kesehatan yang baik, di mana suasananya lebih fresh sehingga pikiran bisa jauh dari stres. Pikiran lebih mudah dikendalikan dan tentunya lebih bermanfaat dalam bekerja secara lebih produktif. ‘’Bali memiliki vibrasi tersendiri, suatu healing power yang diperoleh dari beragam upacara yang dilaksanakan hampir setiap hari. Memberikan ketenangan bagi siapa pun,’’ paparnya. Dalam aspek keamanan dan kenyamanan, Cok Ace
menyebut masyarakat Bali sangat terkenal dengan keramahan atau hospitality-nya. ‘’Potensi luar biasa ini sangat berpeluang untuk dikembangkan, dengan menyasar para pekerja yang kini lazim disebut digital nomad,’’ katanya. Namun, Cok Ace mengatakan masih ada beberapa hal lain yang patut disempurnakan seperti akses internet yang lebih cepat dan stabil. ‘’Sekali lagi, jika kita cerdas menciptakan Bali sebagai working space untuk para pekerja dari mancanegara, mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar dunia, maka ini adalah peluang besar,’’ tandasnya. Dubes Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan Bali mempunyai modal besar untuk program Working from Bali sesuai paparan Wagub Cok Ace. ‘’Di China, sudah banyak perusahaan yang melihat Bali sebagai salah satu lokasi untuk working space, mulai dari perusahaan IT raksasa hingga e-commerce yang memang sudah memberikan keleluasaan bagi karyawannya untuk bekerja dari mana pun,’’ ujarnya. Terlebih, kata Djauhari, para digital nomad
ini punya kecenderungan spend money yang tinggi. Menurut CEO Indonesia Bali Chapter, Paulus Herry Arianto, potensi digital nomad sangat besar. ‘’Berdasarkan pengamatan dan perhitungan saya, rata-rata para digital nomad ini minimal menghabiskan 1.300 US dollar per bulan per orang, dan jika dihitung per tahun sama dengan 15.600 US dollar per tahun. Jika angka ini dikalikan 100 ribu orang saja, maka potensinya mencapai 1,56 milyar US dollar atau sebanding 21,4 triliun rupiah,’’ terangnya. Dikatakannya, para digital nomad sebenarnya sudah sejak lama memasukkan Bali sebagai salah satu pilihan utama untuk working space, karena cuacanya bagus, living cost terjangkau, kaya sejarah dan tradisi serta dianggap punya aspek keamanan yang cukup. Bali juga punya keunggulan dengan kebijakan-kebijakan pemerintahnya yang sangat mendukung sektor pariwisata. Terlebih dalam visi Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini, melihat sektor pertanian dan industri 4.0 sebagai pilar penting mendukung pariwisata. (kk)
Denpasar (Bali Post) Jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Bali sudah mencapai 1.369 hingga Sabtu (27/6). Dari jumlah itu, seratusan di antaranya adalah anak-anak. Dikutip dari situs pendataan baliprov.go.id, tercatat ada 28 anak usia 0-5 tahun dan 102 anak pada rentang usia 6-17 tahun yang terpapar Covid-19. Sementara 18 anak pada rentang usia 0-5 tahun dan 37 anak usia 6-17 tahun yang sudah dinyatakan sembuh. prioritaskan untuk dirawat di RS. Namun, bagi anak-anak yang tanpa gejala dirawat di tempat karantina dengan pengawasan orangtua. ‘’Jadi, kalau dia balita atau anak-anak, kita izinkan satu kamar di tempat karantina dengan orangtuanya, ibunya biasanya. Tapi dengan catatan, ibunya pakai APD lengkap dan selama ini tidak tertular ibunya,’’ ujarnya. Menurut Suarjaya, anakanak dengan gejala umumnya dirawat dengan kasus lain seperti misalnya demam berdarah (DB). Namun, kasus dengan gejala ini disebut sangat jarang. Ada pula anakanak yang merupakan hasil tracing dari keluarganya yang lebih dulu positif Covid-19. Mereka inilah yang umumnya tanpa gejala. Berangkat dari tingginya angka anak-anak terpapar Covid-19, Dinas Sosial P3A Provinsi Bali telah melakukan aksi Berjarak (Bersama Jaga Keluarga Kita). ‘’Kita
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Warga Positif Covid Meninggal
Seratusan Anak di Bali Terpapar Covid-19 enurut K e pala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, anak-anak dan orangtua (lansia) yang positif Covid-19 selama ini mendapatkan penanganan khusus. Mereka memang d i -
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
’’Working from Bali’’, Strategi Pariwisata Masa Pandemi
WEBINAR - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat mengikuti Webinar series #5 dengan tajuk ‘’Road Map to Bali Next Normal: Imagine Working From Bali, Why Not?’’. Denpasar (Bali Post) Bali akan mengangkat sesuatu yang baru untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan di tengah pandemi Covid-19 yakni Working from Bali atau bekerja dari Bali. Kelompok yang disasar adalah pekerja yang dikenal
dengan sebutan digital nomad. Potensi belanja yang dilakukan para pekerja ini tak tanggung-tangung bisa mencapai Rp 21,4 triliun per tahun. ‘’Bicara masalah working from Bali atau bekerja dari Bali, saya jadi teringat
Perkantoran dan Pasar Tradisional Paling Rawan Penularan Covid-19 Jakarta (Bali Post) – Perkantoran dan pasar tradisional menjadi tempat paling rawan penularan virus Corona (Covid-19). Untuk itu, pengelola perkantoran dan pemerintah daerah diminta untuk memberi perhatian lebih agar penularan dapat dicegah. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, tempattempat yang rawan terjadi penularan Covid-19 dari orang ke orang adalah yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dalam waktu yang lama. ‘’Tempat yang sangat rawan dan memungkinkan terjadinya penularan yaitu
tempat di mana orang bertemu, berkumpul dengan waktu yang cukup lama. Misalnya di kantor,’’ kata Yurianto di Graha BNPB Jakarta yang dipantau melalui kanal YouTube, Minggu (28/6) kemarin. Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pengelola kantor memperhatikan pengaturan tempat kerja dan waktu kerja karyawan agar protokol kesehatan jaga jarak bisa dilaksanakan. ‘’Pastikan tetap menggunakan masker dengan benar walaupun di kantor,’’ kata Yurianto. Selain perkantoran, salah satu tempat yang paling rawan terjadinya penularan virus Corona baru adalah di
pasar tradisional. Yurianto mengingatkan kepada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di daerah melakukan pengaturan operasional pasar agar semua pengunjung dan penjual bisa sama-sama menjalankan protokol kesehatan. Tempat lain yang juga rawan terjadi penularan adalah tempat makan, khususnya di rumah makan daerah perkantoran, karena banyak dikunjungi oleh karyawan pada jam makan siang secara bersamaan. Ia meminta masyarakat harus mewaspadai hal tersebut dan sebisa mungkin agar tetap aman dan tidak tertular virus Corona baru tersebut. Hal yang sebenarnya dikhawatirkan oleh
Yurianto adalah di saat para pekerja tersebut pulang membawa virus dan bisa menularkan kepada anggota keluarga di rumah yang berisiko tinggi. ‘’Ingat apabila yang aktif bekerja kemudian terinfeksi, pulang ke rumah, di tengah keluarga sangat mungkin kontak dengan anggota keluarga, dengan anak, saudara, orangtua yang akan sangat memungkinkan terjadinya penularan,’’ jelas Yurianto. (ant)
Achmad Yurianto