Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021-5356272, 5357602 Fax: 021-53670771
No. 62 tahun IV Kamis, 1 April 2010 8 Halaman
Free Daily Newspaper Penerimaan Pajak Justru Naik
Dorong Ekonomi
Garuda Non-Deal Road Show
PENGAMAT ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, terungkapnya kasus Gayus Halomoan Tambunan tak mempengaruhi target ...hal. 1
BADAN Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan, peta sektoral perubahan iklim Indonesia (Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap/ ICCSR) sebagai salah ...hal. 2
PT Garuda Indonesia akan melakukan “nondeal road show” ke sejumlah negara untuk menjaring minat calon investor terhadap rencana penawaran saham Garuda kepada publik (IPO). “Road show, akan ...hal. 3
Pengemban Pengamal Pancasila
Layanan Antar Rp. 35.000/bulan (Jabodetabek)
www.suluhindonesia.com
Jaksa Cirus Sinaga
Segera Diperiksa
Suluh Indonesia/ade
TIBA - Mantan pegawai Ditjen Pajak Gayus H Tambunan mendapat pengawalan ketat saat tiba di Mabes Polri, Jakarta, kemarin. Sebelumnya Gayus dan istri serta tiga orang anaknya menyerahkan diri di Singapura setelah dinyatakan buron.
Tim Independen
Periksa Gayus JAKARTA - Kabareskrim Polri Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan, Gayus Tambunan langsung menjalani pemeriksaan oleh Tim Independen yang dibentuk Kapolri untuk menyelidiki kasus dugaan mafia hukum. ‘’Disini kan ada tim independen yang punya hak untuk memeriksa siapa pun,’’ katanya saat jumpa pers di Mabes Polri Jakarta kemarin. Tim independen merupakan tim khusus yang dibentuk Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri untuk mengungkap dugaan mafia hukum serta dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh tim penyidik Bareskrim Polri saat menyidik Gayus tahun 2009. Ito membantah bahwa Ga-
TIDAK TERBIT Sehubungan dengan Wafat Yesus Kristus, Suluh Indonesia/Bisnis Jakarta pada Jumat (2/4) tidak terbit. Suluh Indonesia/Bisnis Jakarta akan terbit seperti biasa pada Senin (5/4). Untuk itu, kepada pembaca dan pemasang iklan mohon maklum adanya. Redaksi
yus diperiksa di ruang kerja Kapolri, tetapi diperiksa di ruang rapat deputi operasi. Dugaan Gayus diperiksa di ruang Kapolri muncul karena Gayus dibawa masuk ke gedung utama dimana ruang kerja Kapolri berada. Ito menjelaskan tim independen akan memeriksa Gayus untuk penanganan kasus tersebut. Terkait dengan proses pemulangan Gayus, Ito menjelaskan bahwa keberhasilan itu tercapai karena ada koordinasi yang baik antara Polri, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dan Ditjen Imigrasi. Selama di Singapura Satgas Pemberantasan Mafia Hukum banyak berperan untuk me-
yakinkan Gayus bahwa pemeriksaan di Mabes Polri akan dilakukan secara profesional dengan memperhatikan hakhaknya sebagai tersangka. Kerja sama antarinstansi itu bahkan dilakukan sebelum berangkat ke Singapura hingga kedatangannya di Jakarta . Ia mengatakan Polri tidak mungkin bekerja sendiri di Singapura bahkan tidak mudah bagi Polri untuk meyakinkan Gayus untuk pulang sehingga Satgas-lah yang bisa meyakinkan agar Gayus pulang. Sementara itu Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny Indrayana mengatakan kepulangan Gayus diharapkan terungkapnya kasus mafia hukum. (son)
Marzukie Alie :
Mafia Pajak Bukan Hal Baru JAKARTA - Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, mafia pajak yang bisa mengatur jumlah pajak yang harus dibayar wajib pajak bukanlah hal yang baru, karena sistem perhitungan pajak masih belum jelas dan tegas. ‘’Berdasarkan keluhan dari dunia usaha, selama ini sistem perhitungan pajak oleh aparat pajak masih belum jelas dan tegas, baik dari sisi perhitungan pajak penghasilan pribadi maupun pajak pertambahan nilai (PPN),” katanya saat berkunjung ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Jakarta, kemarin. Ia meminta agar sistem perhitungan pajak oleh para aparat pajak diperbaiki untuk mencegah terjadi penyalahgunaan wewenang yang bisa merugikan negara maupun wajib pajak. ‘’Sudah saatnya untuk diperjelas dan dipertegas, sehingga tidak debateble lagi,” kata salah seorang kandidat Ketua Umum Partai Demokrat itu. Menurut Marzuki, praktik perhitungan yang tidak tepat bisa merugikan negara, misalnya
dalam kasus perhitungan wajib pajak yang nominalnya dikurangi, yang akhirnya masuk ke kantong oknum aparat pajak. Kasus penggelembungan perhitungan pajak, juga dapat memicu perselisihan, dan pada akhirnya akan terjadi negosiasi antara wajib pajak dengan oknum aparat pajak. ‘’Misalnya kurang bayar, lalu nego-nego, bisa hilang padahal hitungan sebenarnya sudah benar. Ini yang merugikan wajib pajak,” ucapnya. Munculnya kasus Gayus Tambunan, menurut Marzuki Alie, harus dijadikan momentum bagi segenap komponen bangsa dalam memerangi praktik mafia pajak, dan bukan malah dijadikan alasan untuk memboikot pajak. ‘’Mari kita bersama-sama memerangi mafia pajak. Sebab pajak adalah darahnya negara,” katanya. Marzuki mengaku telah mencium adanya praktik mafia pajak saat dia masih bekerja di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan saat menjadi pengusaha. (har)
JAKARTA - Masih ingat jaksa Cirus Sinaga. Dia adalah jaksa yang menangani perkara dengan terdakwa mantan Ketua KPK ntasari Azhar. Namun episode kali ini, Cirus Sinaga segera diperiksa terkait kasus pegawai Ditjen Pajak, Gayus HP Tambunan. Jamwas Hamzah Tadja di Jakarta, kemarin mengatakan, tahap pertama akan dilakukan pemeriksaan terhadap lima jaksa yang menangani perkara tersebut. ‘’Paling tidak pemeriksaannya pekan depan sudah dimulai, karena surat perintah pemeriksaannya sudah ada,” katanya. Sebelumnya, Tim Eksaminasi Kejagung yang menangani perkara Gayus menemukan fakta bahwa jaksa peneliti tidak cermat dalam menangani berkas pegawai Ditjen Pajak itu. Menurut Hamzah, pada intinya semua jaksa yang menangani perkara tersebut akan diperiksa oleh bidang pengawasan. Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan, dari hasil kerja tim eksaminiasi atau pengkaji perkara Gayus itu, ditemui banyak keanehan. ‘’Banyak keanehan-keanehannya dalam penanganan perkara Gayus Tambunan,” katanya. Disebutkan, mengapa tindak pidana korupsinya tidak dikenakan kepada Gayus. ‘’Apa ini karena kebodohan, keteledoran, apa ada kepentingan. Karena keduanya tidak menutup kemungkinan,’’ katanya. (nas)
SBY Minta
Reformasi Birokrasi Dilanjutkan TULUNGAGUNG - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan supaya reformasi birokrasi dan penegakan hukum terus dilanjutkan, sekalipun muncul kasus penggelapan pajak yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak dan Bea Cukai Gayus HP Tambunan. ‘’Intinya bahwa proses penegakan hukum harus ditegakkan dimanapun. Jangan berhenti reformasi birokrasi,” kata jubir presiden Julian A Pasha di sela-sela mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau peternakan kambing di Tulungagung, Jatim, kemarin. Julian mengatakan bahwa kasus Gayus telah ditangani oleh Ditjen Pajak dan Bea Cukai sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi dan pembenahan internal. Ia mengemukakan, pemerintah telah membentuk tim pengarah untuk reformasi birokrasi secara menyeluruh yang langsung dipimpin oleh wakil presiden. ‘’Presiden telah memberikan arahan untuk segera semua kasus tidak hanya kasus yang terjadi di pajak tapi seluruh instansi atau lembaga pemerintah lainnya, supaya segera ditindaklanjuti dalam hal pembenahan internal,” ujarnya. Menurut dia, setelah kunjungan kerja di Jatim, Presiden akan menerima laporan langsung dari Wapres, Menkeu dan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi terkait perkembangan tertangkapnya Gayus. Ia mengatakan, secara
langsung Presiden belum mengeluarkan pernyataan khusus terkait kasus Gayus. Telah Gagal
Secara terpisah, Anggota Panitia Anggaran Dewan DPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, reformasi birokrasi melalui sistim renumerasi seperti yang diterapkan di Kementerian Keuangan dinilai telah gagal menghapus praktek korupsi. ‘’Reformasi birokrasi melalui renumerasi sudah gagal dalam mencegah korupsi,” kata Bambang. Bambang menjelaskan diawal pengajuan sistim renumerasi, pemerintah beralasan bahwa hal itu untuk menutup peluang korupsi. ‘’F-PG di Panitia Anggaran akan mempertanyakan kembali usulan pemerintah untuk menambah anggaran renumerasi Rp 3,3 T dalam APBNP 2010,” kata Bambang. Menurut dia, usulan penambahan renumerasi sebesar Rp3,3 triliun tersebut jelas-jelas pemborosan yang tidak perlu. Terkait kasus Gayus, Bambang berharap akan mampu mengungkap dengan siapa saja Gayus bekerjasama dalam penggelapan pajak tersebut. Termasuk juga dengan rekannya di lingkungan internal Ditjen Pajak maupun di luar Ditjen Pajak. ‘’Ini agar tergambar jaringan mafia kasus pajak,” kata nya. Bambang juga berharap Gayus mau mengungkap kemana saja dana penggelapan itu dialirkan. (ant/har)
UU BHP Inkonstitusional PERSOALAN pendidikan tidak pernah habishabisnya. Produk hukum terkait dengan penyelenggaraan pendidikan ini dinyatakan inkonstitusional dan bertentangan dengan UUD. Kenapa ? MK dalam sidang putusan uji materi UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) menyatakan UU itu sebagai inkonstitusional karena bertentangan dengan UUD 1945. ‘’Menyatakan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan bertentangan dengan UUD 1945,” kata Ketua Majelis
Hakim Konstitusi, Moh Mahfud MD dalam sidang putusan yang digelar di Gedung MK Jakarta, kemarin. Dengan demikian, UU BHP juga dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. MK berpendapat, ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam UU BHP, pada umumnya merupakan penyeraga-
man dalam bentuk tata kelola dan karena itu mengandung banyak kontroversi terbukti dengan banyaknya perkara permohonan pengujian UU BHP yang diajukan. Penyeragaman itu dinilai terjadi karena dengan UU BHP tersebut, para penyelenggara pendidikan haruslah berbentuk BHP. Ini berarti yayasan, perkumpulan, dan badan hukum sejenis harus menyesuaikan diri dengan tata kelola melalui perubahan akta dalam waktu enam tahun. Apabila hal itu tidak dilaku-
kan, maka yayasan, perkumpulan, dan badan hukum sejenis akan mendapat sanksi/ hukuman walaupun berbentuk administrasi. Menurut MK, adanya ketentuan penyelenggaraan pendidikan dalam satu bentuk sebagaimana ditentukan dalam UU BHP dapat diartikan melarang sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat di luar BHP, yang sama saja melarang bentuk kegiatan perserikatan dan perkumpulan yang dijamin dalam UUD 1945.
UU Badan Hukum Pendidikan (BHP), menurut majelis mahkamah, merugikan yayasan dan menghilangkan hak untuk menyelenggarakan pendidikan serta tidak adanya pengakuan terhadap eksistensi yayasan sebagai penyelenggara pendidikan. ‘’Tidak diakuinya sekarang ini eksistensi yayasan sebagai penyelenggara pendidikan berarti menimbulkan ketidakpastian bagi masa depan yayasan yang selama ini kegiatannya khusus sebagai penyelenggara pendidikan,” katanya. (nas)