Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021-5356272, 5357602 Fax: 021-53670771
No. 67 tahun IV Jumat, 9 April 2010 8 Halaman
Free Daily Newspaper
Layanan Antar Rp. 35.000/bulan (Jabodetabek)
Investasi Berperan Penting
Pelaku Tahan Kredit
Harga Pupuk Naik
EKONOM Bank Dunia Shubham Chaudhuri memprediksi pertumbuhan ekonomi enam persen bisa dicapai dengan membuat iklim investasi yang nyaman untuk mendorong investasi. “Saat ini situasi ...hal. 1
DIREKTUR Utama PT OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengatakan, permintaan kredit pada semester pertama 2010 cukup besar, namun para pelaku usaha masih belum mengambil dana tersebut, meski mereka telah ...hal. 2
PEMERINTAH melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 32 Tahun 2010 akhirnya menaikkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi dengan besaran sekitar 30-35 persen. Kenaikan HET pupuk ...hal. 3
Pengemban Pengamal Pancasila
www.suluhindonesia.com
Cirus Dicopot
15 Tersangka
Suluh Indonesia/sep
SUSNO - Mantan Kabareskrim Polri Komjen Pol. Susno Duadji dengan mengenakan pakaian dinas lengkap melakukan salam komando dan berjabatan tangan dengan Ketua Komisi III DPR RI Benny K. Harman sebelum rapat dengan Komisi III DPR RI di Jakarta, kemarin.
JAKARTA - Kejagung mencopot Cirus Sinaga dari jabatannya sebagai Aspidsus Kejati Jateng, karena melanggar kode etik penanganan perkara Gayus HP Tambunan. Bersamanya juga dicopot Poltak Manulang sebagai Direktur Pra Penuntutan Kejagung. ‘’Keduanya diberi sanksi berat, pemberhentian dari jabatan strukturalnya,” kata Jamwas Kejagung Hamzah Tadja di Jakarta, kemarin. Sementara itu, Jaksa Agung Hendarman Supanji menyatakan, ada 15 jaksa yang menjadi tersangka terkait Gayus Tambunan. Hendarman mengatakan pihaknya segera merampungkan pemeriksaan kelima belas jaksa itu, lengkap dengan derajat kesalahannya. ‘’Ada sekitar 15 orang jaksa yang diduga terlibat dalam kasus ini,’’ katanya. Jaksa tersebut diduga terlibat dalam proses perkara Gayus, mulai dari pra penuntutan hingga perkara itu dilimpahkan kepada pengadilan. Menurut dia, polisi sebelumnya telah menetapkan kasus Gayus sebagai korupsi, pencucian uang dan penggelapan, namun oleh jaksa hanya dijerat kasus pencucian uang dan penggelapan. (nas/ant)
Susno ‘Telanjangi’ Polri JAKARTA - Mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji mengungkapkan adanya makelar kasus yang lebih besar dari kasus Gayus P. Tambunan yang nilainya lebih dari Rp100 miliar. ‘’Orang yang menyeliidiki kasus (Gayus) ini sama orangnya dengan kasus yang melibatkan 100 miliar rupiah lebih,” katanya saat rapat dengar pendapat di Komisi III DPR RI di Jakarta, kemarin. Menurut Susno, kasus makelar kasus yang nilainya lebih dari Rp 100 milliar tersebut mengenai ternak ikan Arwana di Pekanbaru, Riau. ‘’Menurut saya ini kasus perdata, kepada saya tak tembus. Ini kasus besarnya Rp 100 mil-
liar lebih,” ucap Susno. Susno mengatakan, kasus tersebut melibatkan kelompok warga negara Indonesia dan Singapura. Susno juga menjelaskan ada nama Andi Kosasih, dan Haposan. ‘’Dan ada Mr X juga sama. Saya tak tahu persis siapa dia,” papar Susno. Bernilai Triliunan
Ia mengungkapkan beberapa kasus mafia pajak di tubuh Ditjen Pajak bernilai triliunan rupiah. Tidak hanya itu, Susno juga membeberkan nama orang-orang yang terlibat. Dua kasus di antaranya bernilai masing-masing Rp 1,4 triliun dan Rp 1,5 triliun. ‘’Namanya sudah kita kantongi,” ujar ang-
gota Komisi III DPR Bambang Soesatyo. Pengungkapan kasus dan nama-nama itu dilakukan Susno di hadapan para anggota komisi hukum tersebut secara tertutup, dan wartawan tak diizinkan untuk meliput. Ketika ditanya inisial para oknum tersebut, Bambang menolak menyebutkannya. ‘’Yang jelas, kita sekarang baru menyadari bahwa kebanyakan kasus pengampunan pajak, pengurangan pajak, penghapusan pajak, bukanlah sekelas Gayus. Tetapi itu dilakukan orang setingkat Dirjen dan Menteri ,” ujarnya seraya menambahkan, DPR akan membentuk Pansus Pajak. (har/son)
Polda Tangani Kasus Pajak JAKARTA - Polda Metro Jaya menangani dana rekening mencurigakan milik mantan pejabat Ditjen Pajak, Bahasjim Assifie. ‘’Sepertinya ya, tapi nanti saya cek dulu,” kata Kadiv Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar di Jakarta, kemarin. Boy mengatakan, laporan itu sudah lama, namun dia akan memastikan sejauhmana Ditreskrimsus Polda Metro Jaya menangani dugaan rekening itu. Awalnya dugaan rekening mencurigakan milik Bahasjim Assifie itu ditangani Mabes Polri, namun kemudian dilimpahkan ke Ditreskrimsus Polda Metro. Sebelumnya, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein menyebutkan mantan Kepala Kantor Pemeriksaan Jakarta Tujuh Ditjen Pajak Bahasjim Assifie memiliki dana rekening sebesar Rp 70 miliar. PPATK pernah melaporkan rekening mencurigakan itu kepada Mabes Polri sekitar Maret 2009, namun belum ditindaklanjuti. Rekening Hasjim itu lebih besar dibanding dana simpanan milik Gayus Tambunan yang
menjadi tersangka pencucian uang, penggelapan pajak dan korupsi senilai Rp 28 miliar. Namun hingga saat ini, penyidik Mabes Polri belum meminta keterangan maupun menjadwalkan pemeriksaan terhadap Bahasjim. Sementara itu, Kemenkeu tengah memproses pemberhentian Bahasjim Assifie dari posisinya sebagai PNS, karena keterkaitannya dalam dugaan praktik makelar pajak. Menurut Sekjen Kemenkeu Mulia Panusunan Nasution, status Bahasjim merupakan pegawai Kemenkeu yang dipekerjakan di Bappenas sejak 30 Mei 2008. Di Bappenas, Bahasjim diangkat sebagai pejabat struktural eselon II, yakni menjadi Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan. ‘’Proses pemberhentian yang bersangkutan sebagai PNS oleh Kementerian Keuangan akan segera dilakukan setelah ia diberhentikan dari jabatan struktural di Bappenas,” ujar Mulia. Sekretaris Kementerian PPN/ Bappenas Syahrial Loetan menegaskan, Bahasjim telah meminta pengunduran diri. (ant)
Aliran Dana Gayus
Seorang Jenderal Terima Rp 7 Miliar JAKARTA - Mantan Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Susno Duadji mengatakan, ada jenderal polisi yang meminta dana pada Gayus Tambunan sebesar Rp 5 miliar dengan menyebutkan untuk diberikan kepada Susno. ‘’Saya tahu ada informasi itu dari orang saya di dalam, tapi dana tersebut sampai saat ini belum pernah diantarkan atau dikirimkan kepada saya,” katanya kepada anggota Komisi III DPR RI pada acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung DPR RI Jakarta, kemarin. Menurut Susno, ia mendengar ada isu yang menyebutkan dirinya ikut menerima dana dari Gayus sebesar Rp 5 miliar. ‘’Isu itu sama sekali tidak benar. Sampai detik ini saya tidak menerima dana itu,” katanya. Susno mengatakan, informasi dari orang dalam berdasarkan keterangan salah seorang saksi yang diperiksa mengatakan, ada seorang jenderal yang meminta dana Rp 2 miliar karena jatah dia, katanya hanya Rp 1,5 miliar. Jenderal itu pula, kata Susno, yang memintakan dana untuk dirinya Rp 5 miliar tapi sampai saat ini belum pernah mengantarkan atau mengirim-
kan uang itu kepadanya. ‘’Jadi orang yang memintakan itu mungkin sudah mendapat Rp 7 miliar. Itu keterangan dari salah seorang saksi,” kata Susno. Mantan Wakil Ketua Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) ini juga menyebutkan pencairan dana tersebut dilakukan pada saat transisi pergantian pejabat Kepala Bareskrim, pada 26 Nopember 2009. Pencairan dana tersebut, kata dia, juga dilakukan dengan mengabaikan prinsipprinsip prudensial, kehatihatian, dan melanggar prosedur. Dikatakannya, sebagai direktur di reserse mestinya melakukan koordinasi lebih dulu dengan direktur sebelumnya serta melakukan gelar perkara untuk mengetahui apakah benar atau tidak tindakan pencairan itu sebelum dicairkan. Gelar tersebut juga mestinya dihadiri oleh berbagai divisi di Polri seperti, Divisi Binkum, Irwasum, Propam, PPATK, BI, dan pihak terkait lainnya. ‘’Tapi hal ini diabaikan,” katanya. Susno mengatakan, sangat gampang menelusuri aliran dana Gayus, karena para pelakunya sudah tertangkap semua. (har/son)
Hukum Mati Koruptor ULAH para koruptor yang menggerogoti uang negara menimbulkan kecemasan berlebihan, tak terkecuali Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. Bagaiaman solusi yang ditawarkan Mahfud untuk menangani para koruptor ini ? Menurut Mahfud, koruptor itu perlu diberi hukuman mati karena upaya membongkar kasus korupsi ternyata tidak mengurangi korupsi. ‘’Kasus korupsi itu sudah berkali-kali dibongkar, tapi korupsi tetap saja ada karena itu sebaiknya ada perbaikan sistem,” katanya setelah berbicara dalam semi-
nar di Gedung PWNU Jatim di Surabaya, kemarin. Ia mengusulkan dua sistem yang diperlukan untuk menghabisi korupsi. ‘’Sistemnya, jatuhkan hukuman mati dan buka peluang UU Pembuktian Terbalik. Tapi UU itu memang harus diberlakukan secara hatihati,” katanya.
Mahfud MD
Menurut Mahfud, sistem pembuktian terbalik memang harus diberlakukan dengan ek-
stra hati-hati agar tidak jadi alat memeras. ‘’Kalau tidak hatihati, sistem pembuktian terbalik itu akan dapat dijadikan alat memeras oleh penegak hukum, karena tersangka korupsi takut mati,” katanya. Namun, katanya, sistem pembuktian terbalik dapat dilakukan dengan sederhana, misalnya gaji seseorang pejabat adalah Rp 10 juta per bulan, maka dalam dua tahun hanya Rp 240 juta. ‘’Kalau dalam dua tahun ternyata dia memiliki uang Rp 20 miliar, maka dia diminta untuk membuktikan
asal-usul uang itu, bila tidak mampu memberikannya, jatuhi hukuman mati,” katanya. Menyinggung kasus, Mahfud mengatakan, Gayus yang menggelapkan uang Rp 28 miliar sebagai koruptor yang tidak sendirian.‘’Di atas golongan Gayus (III-A) ada banyak mantan pejabat yang rata-rata memiliki uang Rp 7 miliar, bahkan ada pejabat perpajakan yang memiliki uang Rp 49 miliar yang disebut sebagai uang hibah. Hibah itu biasanya ‘kan untuk masjid, tapi itu untuk pejabat,” katanya. (ant)