Edisi Kamis 23 April 2020 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

SUARA NTB

KAMIS, 23 APRIL 2020

Pengemban Pengamal Pancasila

12 HALAMAN NOMOR 42 TAHUN KE 16 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Masyarakat Jangan Panik

Kasus Positif Meningkat akan Mempercepat Penuntasan Covid-19 di NTB Mataram (Suara NTB) Meningkatnya jumlah yang terkonfirmasi positif Covid19 di Provinsi NTB memberi sinyal yang positif bagi upaya memutus mata rantai penyebaran kasus ini. Karena memang Covid-19 seperti fenomena gunung es, di mana yang muncul di permukaan hanya sebagian kecil dari kasus yang belum diketahui di bawah (kasus yang sesungguhnya terjadi).

Najamuddin Amy

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (Unram) dr. Hamsu Kadriyan, M.Kes, Sp.THT mengatakan, meningkatnya kasus

positif Covid-19 di NTB sebenarnya bagus karena Pemda sudah memiliki kemampuan untuk melakukan screening dan deteksi serta mengorfirmasi kasus positif lebih banyak lagi. ‘’Kalau kita tahu yang di bawah gunung es ini lebih banyak, maka kita akan bisa melakukan intervensi-intervensi yang lebih terukur. Sehingga kita bisa melakukan isolasi pasien yang positif tadi agar tidak menjangkiti orang

lain,’’ kata dr. Hamsu. Ia menambahkan, jika orang tidak tahu dirinya terinfeksi Covid-19 dan menularkannya ke orang lain yang tidak tahu, hal ini justru akan berdampak buruk bagi upaya memutus mata rantai penularan virus. ‘’Dengan kita mengetahui yang terkonfirmasi positif ini, maka kita punya peluang untuk melakukan treatmen yang lebih bagus,’’ ujarnya. Data-data orang yang berisiko atau rentan terkena

Covid-19 ini sudah dimiliki oleh pemerintah daerah. Mulai dari jumlah ODP, PDP, OTG dan beberapa istilah lainnya. Pemda atau Tim Gugus Tugas sudah berhasil melacak orang-orang yang rentan ini dan sudah melakukan screening, termasuk kepada warga yang pernah melakukan perjalanan ke Gowa, Sulawesi Selatan ini. Bersambung ke hal 11

Hamsu Kadriyan

(Suara NTB/ist)

(Suara NTB/ist)

(Suara NTB/ist)

MENUMPUK - Proses pengeringan biji mete di Dompu dan menumpuknya biji mete di gudang karena tak laku dijual akibat pandemi Covid-19.

TO K O H Tingkatkan Ekonomi Lokal BANK Indonesia (BI) sangat mendukung upaya pemerintah daerah untuk mendorong penanganan dampak Covid-19, salah satunya melalui paket bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang. Program ini, dapat mendorong peningkatan produksi dam penggunaan produk lokal di tengah wabah Corona. ‘’Dalam paket JPS Gemilang, harus dipastikan seluruhnya berisi kebutuhan dari produk lokal untuk mendorong manfaat,’’ ujar Pimpinan Bank Indonesia NTB, Achris Sarwani, Rabu (22/4). Diantaranya, manfaat peningkatan ekonomi lokal. Yaitu sebagai upaya peningkatan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan karena penggunaan potensi dan sumber daya lokal yang berkelanjutan. Bersambung ke hal 11 Achris Sarwani

KO M E N TTAA R

(Suara NTB/dok)

Susun Rincian Larangan Mudik KEPUTUSAN Pemerintah Pusat untuk membatasi aktivitas mudik di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) disambut baik pemerintah daerah. Pasalnya, langkah tersebut diakui perlu diambil untuk mencegah potensi penyebaran virus yang semakin meluas. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) NTB, Drs.Lalu Bayu Windya, M.Si menerangkan, pihaknya akan segera mendetailkan aturan-aturan yang menyangkut arahan pemerintah pusat tersebut. ‘’Kemarin diumumkan oleh Presiden, hari ini (22/4) kemarin, kita akan rapatkan pendetailannya. Apakah yang dari Mataram ke Lombok Timur itu misalnya termasuk mudik apa tidak,’’ ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (22/4) di Mataram. Bersambung Lalu Bayu Windya ke hal 11 (Suara NTB/dok)

Tak Ada Pembeli, Harga Mete Merosot Mataram (Suara NTB) Harga biji mete merosot tajam. Setelah Covid-19 mewabah, pengusaha kebingungan memasarkan hasil pertanian ini. Perusahaan yang biasanya menerima untuk pengolahan dan ekspor, tidak lagi membeli. ‘’Separuh harga mete hilang,’’ ujar

Lalu Wahidin, salah satu pengusaha mete terbesar di NTB kepada Suara NTB, Rabu (22/4). Sebelum Covid-19 merebak, harga jual untuk biji gelondongan Rp20.000/Kg. ‘’Sekarang menjadi Rp10.000/Kg,’’ katanya prihatin. Untuk mete yang sudah dikupas, sebelumnya harganya Rp125.000/Kg

Pemprov Alihkan Anggaran Rp900 Miliar untuk Penanganan Corona Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB akhirnya mengalihkan anggaran sebesar Rp900 miliar untuk penanganan Corona. Ratusan miliar anggaran yang dialihkan tersebut dari hasil rasionalisasi dan realokasi belanja langsung sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan (Menkeu) dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Dalam SKB Menkeu

dan Mendagri meminta semua Pemda memotong belanja langsung sebesar 50 persen untuk penanganan Corona. Belanja langsung yang dimaksud adalah belanja barang dan jasa serta belanja modal dalam APBD 2020. ‘’Dana yang berasal dari realokasi dan refocusing anggaran jumlahnya kurang lebih sekitar Rp900 miliar. Bersambung ke hal 11

dibeli pemasok. Sekarang turun menjadi Rp70.000/Kg. Pengusaha tak bisa berbuat banyak, selain berharap keadaan segera membaik. Lalu Wahidin, biasanya menerima biji mete dari pengepul-pengepul di bawahnya sampai 400 ton per minggu. Lalu diproses, setidaknya sampai

tahapan pengupasan. Sebelum dikirim ke perusahaan-perusahaan mitranya di Pulau Jawa dan Makassar, Sulawesi Selatan. Owner UD. Pengabdian ini biasanya memasok ke perusahaan untuk diolah menjadi campuran cokelat. Bersambung ke hal 11

Tetap Jalan, Renegosiasi Pembayaran Proyek Siasati Pemangkasan Anggaran Mataram (Suara NTB) Pelaksanaan proyek-proyek fisik APBD NTB 2020 dipastikan tetap jalan. Meskipun dilakukan pengalihan anggaran belanja barang jasa dan belanja modal sekitar Rp900 miliar untuk penanganan Corona. Kepala Biro Bina Administrasi Pengendalian Pembangunan dan Layanan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (BAPP) Setda NTB, H. Sadimin, ST, MT memastikan pelelangan proyek APBD 2020 tetap jalan. ‘’Pelelangan kegiatan kecuali DAK Fisik tetap jalan,’’ kata Sadimin dikonfirmasi Suara NTB, Rabu (22/4) kemarin. Dalam APBD murni 2020, jumlah belanja sebesar Rp5,7 triiun. Terdiri

dari Rp3,1 triliun belanja tidak langsung dan belanja langsung sebesar Rp2,5 triliun. Dalam komponen belanja langsung, sebesar Rp1,4 triliun belanja barang dan jasa dan belanja modal Rp900 miliar. Jumlah proyek yang dilelang atau tender lewat Unit Layanan Pengadaan (ULP) NTB sebanyak 236 paket dengan pagu Rp456,8 miliar. Sedangkan proyek non lelang sebanyak 2.151 paket dengan pagu Rp220,9 miliar. Bersambung ke hal 11

H. Sadimin (Suara NTb/dok)

Cegah Data Ganda

Pemprov Minta Desa dan Kelurahan Umumkan Terbuka Penerima Bantuan JPS Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB melalui Dinas Sosial (Disos) telah mengirim nama-nama calon penerima bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang ke seluruh desa dan kelurahan untuk diverifikasi dan divalidasi. Untuk mencegah data ganda penerima bantuan, Pemprov meminta desa dan kelurahan agar mengumumkan secara terbuka namanama penerima bantuan JPS Pusat, JPS Gemilang dan JPS kabupaten/kota by name by address. ‘’Tadi saya ke Desa Banyumulek. Saya minta kepada Kepala Desa dibuat daftar-daftar nama penerima

bantuan, kemudian ditempel di kantor desa dan kelurahan. Maka akan kelihatan yang dapat JPS Pusat, JPS Gemilang dan JPS kabupaten/kota,’’ kata Koordinator Bidang Pemulihan Sosial dan Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.TP dikonfirmasi Suara NTB, Rabu (22/4) kemarin. Dengan mengumumkan nama-nama penerima bantuan JPS secara terbuka di kantor desa dan kelurahan. Maka masyarakat juga akan ikut mengawasi. Apabila ada nama penerima yang mendapatkan bantuan dobel, segera

dapat diperbaiki. ‘’Sehingga bantuan tepat sasaran dan masyarakat tidak dobel menerima bantuan,’’ ujarnya. Pemprov NTB menetapkan kuota penerima bantuan sembako JPS Gemilang sebanyak 105.000 KK di NTB. Terdiri dari 73.000 KK masyarakat sangat miskin, miskin dan hampir miskin yang tidak mendapatkan bantuan JPS Pusat. Terdiri dari 40.876 KK masyarakat sangat miskin, 16.314 KK masyarakat miskin dan 15.900 KK masyarakat hampir miskin. Kemudian 32.000 KK merupakan kelompok masyarakat sektor formal dan informal serta dunia usaha yang ter-

dampak Covid-19. Terdiri dari 2.988 tenaga kesehatan, 1.355 KK pekerja transportasi, 5.708 KK IKM, 4.812 KK pekerja formal dan informal pariwisata, 2.612 KK buruh migran, 2.618 KK PDP dan ODP, 2.091 KK peternak, 3.097 KK PKL atau pedagang asongan, 939 KK nelayan dan lain-lain 7.000 KK. Data yang dikirim Disos NTB ke desa dan kelurahan bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial (Kemensos). Ridwan, mengatakan bahwa memang banyak data tersebut yang masih belum divalidasi oleh desa dan kelurahan. Bersambung ke hal 11

(Suara NTB/dok)

H. Ridwan Syah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.