SUARA NTB RABU, 27 MEI 2020
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Pejuang Kesehatan
Tenaga Medis Pertaruhkan Nyawa Rawat Pasien Covid-19 Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc - Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd memberikan apresiasi kepada seluruh tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam perawatan pasien Covid-19. Para tenaga medis mempertaruhkan nyawa dan rela jauh dari keluarga mereka untuk menyembuhkan pasien positif Covid-19 yang dirawat di RS rujukan maupun RS Darurat Covid-19 yang ada di NTB.
BERKUNJUNG - Gubernur NTB, H.Zulkieflimansyah beberapa waktu lalu berkunjung ke RSUP NTB, tempat sejumlah pasien Covid-19 dirawat.
(Suara NTB/humasntb)
SAAT meninjau RS Darurat Covid-19 Asrama Haji NTB, minggu kedua Mei lalu, gubernur memuji para tenaga medis di NTB yang terus berjuang di garis terdepan dalam memerangi Covid-19 ini. Tenaga medis harus diberikan perhatian yang lebih dari layak. ‘’Karena mereka semua selalu siap berada di garis depan,’’ kata orang nomor satu di NTB ini. Gubernur yang akrab disapa Dr. Zul ini mengatakan, perjuangan tenaga medis dalam memerangi Covid-19 di garda terdepan juga membutuhkan peran serta masyarakat. Menurutnya, peran serta masyarakat juga sangat besar dalam membantu tenaga medis. Dr. Zul mengatakan, sekeras apapun tenaga medis berjibaku melawan Covid-19, jika masyarakat tidak mengindahkan arahan pemer-
Beri Perhatian Khusus
Proteksi Jiwa Tenaga Medis di Garda Terdepan Penanganan Covid-19 PEMPROV NTB memberikan perhatian khusus terhadap tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan Corona Virus Disease (Covid-19). Dengan jumlah yang terbatas dan intensitas kerja yang tinggi, jangan sampai tenaga medis menjadi korban H. Lalu Gita Ariadi atau terpapar virus Corona. ‘’Dari awal kita sudah memberikan atensi khusus kepada tenaga medis. Misalnya, mereka di dalam bekerja benar-benar harus diproteksi,’’ kata Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M. Si dikonfirmasi Suara NTB di Mataram, pekan kemarin. Meskipun proteksi sudah dilakukan dengan maksimal, namun ada beberapa tenaga medis yang terpapar virus Corona. Karena intensitas kerja, maka akan kembali kepada daya tahan tubuh tenaga medis itu sendiri. ‘’Kita minta Direktur RSUD NTB dan Kepala Dikes untuk memproteksi betul tenaga kerja yang berada di garda terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien-pasien Covid-19,’’ ujar Sekda NTB ini. Bersambung ke hal 9
Ratusan Sampel Pasien Covid-19 Diperiksa Setiap Hari Mataram (Suara NTB) – Pengujian mandiri spesimen pasien virus corona (Covid-19) di NTB terus dilakukan. Hal tersebut ditujukan untuk memperoleh kepastian dengan segera kasus-kasus yang terkonfirmasi positif. Kepala Instalasi Laboratorium Biomedik RSUD Provinsi NTB, dr. Laily Indrayanti Y, menerangkan pihaknya dapat memeriksa 90-140 sampel swab pasien dari rumah sakit rujukan yang ada. Hingga Senin (25/5), pihaknya telah memeriksa 3718 sampel swab pasien. “Sampel kita terima dari rumah sakit-rumah sakit yang merujuk, kemudian kita cek apakah sampel ini dalam keadaan baik dan layak untuk diperiksa,” ujar Laily saat dikonfirmasi, Minggu (17/5). Dalam pemeriksan spesimen pasien, Laboratorium Biomedik RSUD NTB melibatkan 6 orang tenaga pemeriksa untuk 2 sif kerja. Diterangkan Laily pihaknya akan segera meLaily Indrayanti Y nambah 2 orang tenaga pemeriksa untuk memaksimalkan pengujian setiap harinya. Masing-masing tenaga pemeriksa tersebut setiap harinya mengecek kelengkapan formulir permintaan dari masing-masing rumah sakit rujukan. Formulir tersebut berisi identitas pasien. Setelah itu, sampel-sampel yang diperiksa diberikan nomor urut untuk menungu pemeriksaan Reverse Transcription – Polymerase Chain Reaction (rt-PCR). “Pemeriksaan rt-PCR mulai dari preparasi sampai pemeriksaan sendiri membutuhkan waktu 6-9 jam. Bersambung ke hal 11
Pemeriksaan spesimen Swab di Laboratorium Unit Riset Biomedik RSUD Provinsi NTB dengan alat rt-PCR intah, semuanya akan menjadi tidak ada artinya. “Kita harus bekerja bersama, harus saling mem-
bantu, itu semua untuk kebaikan kita bersama,” kata Gubernur. Bersambung ke hal 9
Besaran Maksimal Insentif Tenaga Kesehatan COVID-19: 1) Dokter Spesialis Rp. 15.000.000/OB 2) Dokter Umum dan Gigi Rp. 10.000.000/OB 3) Bidan dan Perawat Rp. 7.500.000/OB 4) Tenaga Medis Lainnya Rp. 5.000.000/OB 5) Santunan kematian sebesar Rp300 juta kepada tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19. 6) Insentif untuk tenaga kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, Puskesmas dan laboratorium yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Rp. 5.000.000,00. Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/278/2020
NTB Libatkan Ribuan Tenaga Medis Tangani Covid-19
Nurhandini Eka Dewi
NTB melibatkan ribuan tenaga medis dalam pencegahan penyebaran Covid-19 di masyarakat dan pelayanan pengobatan kepada pasien positif Covid19 di rumah sakit. Sejak diumumkannya satu pasien positif Covid-19 di NTB, Selasa, 24 Maret lalu hingga Sabtu, 16 Mei 2020, petugas kesehatan telah melakukan pelacakan kontak (contact tracing) kepada 4.867
Memperkaya Penelitian Covid-19 DIREKTUR STP, Dr. Arief Budi Witarto, M.Eng menjadi sosok yang menambahkan dimensi yang lebih kaya dalam penanganan Covid-19 di NTB. Melalui berbagai penelitian dan terobosan yang dilakukannya, ia tidak hanya ambil bagian dalam rantai Arief Budi Witarto deteksi Covid-19. Melainkan juga menambahkan penemuanpenemuan baru seputar pemeriksaan Covid-19. Dari salah satu sudut Pulau Sumbawa, pakar bioteknologi ini mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mendorong terobosan-terobosan baru dalam penelitian seputar teknik pemeriksaan dan deteksi Covid-19. Ada serangkaian terobosan yang telah dilakukan Dr. Arief. Salah satu yang terbaru adalah pool test atau tes swab secara massal. Tak tanggung-tanggung, jumlah peserta tes swab massal bisa mencapai 900 orang sekaligus. Jumlah ini bahkan bisa saja bertambah jika didukung tenaga swab yang mencukupi. Penelitian untuk mengawali pool test di NTB ini sudah dimulai di Sumbawa, Sabtu, 16 Mei 2020 lalu. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat umum yang mendaftar, dari berbagai kalangan. Belakangan, sejumlah pejabat pun ikut serta berkontribusi menjadi bagian dari penelitian pool test ini. ‘’Mulai dari Wakil Bupati, Sekda, para Kepala Dinas dan Badan yang hadir, ikut serta. Masyarakat umum relawan yang mendaftar pun hampir semua minta difoto dan video kegiatan pengambilan swab-nya. Lalu disebarkan sendiri melalui medsos,’’ tutur Arief saat menjelaskan kegiatan pool test perdana yang digelar di Sumbawa, beberapa waktu lalu. Bersambung ke hal 9
orang yang pernah kontak erat dengan 365 warga yang terjangkit virus Corona di NTB. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH menyebutkan sekitar 7.000 perawat dan ratusan dokter yang terlibat dalam penanganan Covid-19 di NTB. Namun, untuk tenaga dokter khususnya dokter spesialis dinilai masih kurang. ‘’Kalau perawat cukup, yang kurang itu dokter,’’ kata Eka dikonfirmasi Suara NTB, Sabtu (16/5). Bersambung ke hal 9
H. Lalu Hamzi Fikri
Siasat RSUD NTB Hadapi Covid-19
Dari Sulap Ruangan Isolasi hingga Mobilisasi Ratusan Perawat SEJAK munculnya wabah Corona Virus Disease (Covid-19), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjuk empat rumah sakit menjadi rumah sakit rujukan penanganan pasien Covid-19, salah satunya RSUD NTB. Dari awalnya hanya memiliki tiga kamar sebagai ruang isolasi bertekanan negatif untuk perawatan pasien-pasien penyakit menular seperti MERS dan SARS serta flu burung. Rumah sakit milik Pemprov
Tenaga Medis Berharap Kejujuran Pasien BERBAGAI upaya yang dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Corona Virus Disease (Covid-19) memerlukan kesadaran kolektif dan peran seluruh pihak. Pasalnya, masalah utama yang masih sering ditemukan dalam penanganannya adalah kejujuran pasien sendiri. Hal tersebut seperti dialami salah seorang dokter umum di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Mataram (Unram), dr. Liya Maulidianti, yang beberapa kali mendapati pasien reguler dengan keluhan sakit yang sangat umum. Namun belakangan terkonfirmasi positif Covid-19. ‘’Masalah utama adalah pada ketidakjujuran pasien,’’ ujar Liya kepada
Elya Endriani
Liya Maulidianti Suara NTB, Minggu (17/5). Menurutnya, ketidakjujuran pasien tersebut dapat memberikan efek yang sangat luas. ‘’Setelah pasien diketahui confirmed positif, maka semua yang kontak akan otomatis jadi ODP,’’ sambungnya. Bersambung ke hal 9
Hurun
H. Agus Rusdhy Hamid H.
NTB ini menyulap dua ruangan kapasitas 55 tempat tidur menjadi ruang isolasi atau perawatan pasien positif Covid-19. Ruangan Otak Kokok dan Sendang Gile RSUD NTB disulap menjadi ruang isolasi dan perawatan Pasien Dalam Perawatan (PDP) Covid-19. Selain itu, RSUD juga memobilisasi seratusan perawat untuk menangani pasien Covid-19. Bersambung ke hal 9
’’Kami di Belakang, Garda Depannya Masyarakat’’ KOORDINATOR Pelaksana Pemeriksaan PCR di Laboratorium Rumah Sakit Unram, dr. Mohammad Rizki punya pandangan yang cukup berbeda terkait peranan tenaga medis dalam menghadapi Covid-19. Menurutnya, tenaga medis tidak berada di garda depan perang melawan Covid-19. Masyarakatlah yang berada di garda depan. Tenaga medis bersiaga di belakang, menyembuhkan korban yang jatuh dan terinfeksi. Menjauhkan mereka dari ancaman kematian. Meski berada di garis belakang, kesibukan telah menjadi menu rutin bagi dr. Rizki dan rekan-rekannya di Laboratorium RS Unram. Mereka terus berjibaku dengan proses pemeriksaan sampel swab yang seolah tak kunjung henti. Setiap hari, Laboratorium RS Unram menargetkan Mohammad Rizki pemeriksaan 30 (Suara NTB/ist) hingga 40 sampel. Namun, ada kalanya jumlah sampel yang diterima jauh melampaui target tersebut. ‘’Jumat kemarin kita periksa sampai 56 sampel yang selesai kita kerjakan. Hari Sabtu kemarin 64 (sampel),’’ ujarnya dalam wawancara dengan Suara NTB, Selasa (11/5) lalu. Meski terkadang harus lembur, namun dr. Rizki mengaku beban yang mereka terima tidaklah berat. Beban pemeriksaan sampel, menurutnya dibagi secara seimbang berdasarkan shift tugas. Bersambung ke hal 9