1 minute read

Awal Kebangkitan

Perlawanan

Mayoritas warga Desa

Advertisement

Mekarsari pada awalnya hanya berdiam diri sejak hadirnya PLTU

1 Jawa Barat di dekat wilayah mereka. Tidak ada yang bisa dilakukan selain hanya mengamati bangunan PLTU dari kejauhan. Atau sesekali membicangkan kepulan asap yang keluar dari puncak cerobong di sela rehat dari aktivitas bertani. Itu pun tidak menjadi bahan obrolan panjang, masih kalah dibanding topik soal bagaimana agar hasil panen bagus.

Ketenangan warga, terutama para penggarap lahan, mulai terusik pada Desember 2010. Yaitu saat PT. PLN berencana akan membangun lagi PLTU di Desa Mekarsari, tepat di lahan sawah yang masih produktif. Ini artinya akan ada pembebasan lahan dan menjadi ancaman atas hilangnya mata pencaharian bagi para penggarap. Tentu, para pemilik lahan tidak ada yang keberatan karena mereka membayangkan tanahnya dibeli dengan harga tinggi.

Para pemilik lahan sawah di Desa Mekarsari kebanyakan tidak bertani, karena mayoritas sudah lanjut usia sehingga menyewakan lahannya pada penggarap untuk ditanami padi, bawang merah, dan sayuran. Untuk membantu olah tanah, penggarap selalu menyewa tenaga buruh tani.

Tentu, rencana pembangunan PLTU membuat resah para penggarap dan buruh tani. Jelas mereka menolak hadirnya PLTU baru. Mereka sudah membayangkan, lahan sawah yang biasa mereka garap tergantikan oleh bangunan PLTU. Tanah pertanian yang tersisa, tempat mereka menggantungkan hidup, akan menjadi rebutan dan buruh tani yang lemah dalam persaingan akan tersingkir.

Berangkat dari keresahan tersebut, awal tahun 2015 perwakilan warga dari tiga desa yang terdiri dari penggarap, buruh tani, pemuka desa, pemuka agama, dan profesi lain saling berkomunikasi. Bergabung juga perwakilan nelayan dari desa tetangga, Desa Ujung Gebang, sebagai bentuk solidaritas. Mereka menghubungi WALHI Jawa Barat untuk meminta dukungan dan dampingan. Sejak saat itu WALHI Jawa Barat terlibat langsung dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup serta perlindungan terhadap warga yang akan terdampak pembangunan PLTU di Desa Mekarsari dan sekitarnya.

Setelah melalui beberapa kali musyawarah, terpikir perlunya wadah perjuangan. Dengan difasilitasi oleh WALHI Jawa Barat, maka sekitar bulan September 2015 disepakati pembentukan forum organisasi yang diberi nama Jaringan Tanpa Asap Batu Bara Indramayu, disingkat JATAYU.

Aksi yang dilakukan oleh petani penggarap lahan yang tergabung dalam JATAYU, tak jauh dari lokasi PLTU batubara Indramayu. (Kredit foto: WALHI Jawa Barat)

UPAYA PERLAWANAN WARGA DESA DIMULAI

This article is from: