SYEKH YAHYA Silsilah dan Keturunannya
Oleh: Firdaus Masrun
PERHATIAN : Buku ini di terbitkan untuk kalangan sendiri.
TIDAK UNTUK DIJUAL.
DILARANG KERAS : Mencetak ulang buku ini tanpa seizin Penulis dan Perusahaan penerbit
SYEKH YAHYA
Silsilah dan Keturunannya
Oleh: Firdaus Masrun
Penerbit: PT Media Serasan Utama Jakarta, Juni 2017
DAFTAR ISI SYEKH YAHYA, SILSILAH DAN KETURUNANNYA i Daftar Isi 1 Pengantar Penulis 2 Sekapur Sirih Dari Kamal Yahya 4 BAB I : MUKADIMAH 4 BAB II. PENTINGNYA SILATURAHMI DAN TAHU NASAB 9 2.1. Pengertian Silaturahmi 9 2.2. Manfaat Menjalin Silaturahmi 9 2.3. Nasab dan Pengertiannya 13 2.4. Pentingnya nasab Menurut Islam 13 BAB III. SYEKH YAHYA, RIWAYAT DAN SILSILAH KETURUNANNYA 16 3.1. Riwayat Singkat Syekh Yahya 16 3.2. Segelintir Kisah legenda Syekh Yahya 19 3.2.1. Dapat Memundurkan Lagi Kereta Api 20 3.2.2. Naik Kapal Berempat Hanya Dengan Satu Karcis 21 3.2.3. Kejadian Menarik di Musim Panen padi (Ngetam) 22 3.2.4. Memborong Beli Burung Pipit 23 3.2.5. Kalau ke Kebun Hanya Membawa Air 24 3.2.6. Nangguk Tebat 25 3.2.7. Kembahang Yang Gatal Jadi Bisa Dimakan 26 3.2.8. Di Mana Pun Ada Air, Di Situ Ada Ikan 27 3.2.9. Ucapannya Yang Terbukti Benar 28 3.2.10. Musim Paceklik 29 3.3. Silsilah Puyang Asal dan Keluarga Syekh Yahya 31 3.4. Silsilah Keturunan Syekh Yahya 35 TENTANG PENULIS
1
PENGANTAR PENULIS
Pertama dan paling utama, marilah kita selalu memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhana Wata`ala, karena atas keridhoanNyalah, kita hingga kini dapat menjalani hidup dengan segala kenikmatan dan penuh hidayah, berupa kesehatan, kesempatan dan kekuatan menjalankan ibadah, sehingga kita dapat melakukan hal-hal bermanfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga, antarsesama ummat manusia, maupun bagi makhluk lain ciptaanNya di muka bumi ini. Shalawat dan Salam senantiasa disampaikan bagi junjungan kita, Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya, sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah, yang dengan ketinggian akhlaknya, menjadi pemimpin dan membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam terang benderang. Semoga kita semua, menjadi pengikutnya, hingga akhir zaman..Aamiin yaa robbal aalamiin. Atas limpahan rahmat itulah, penulisan buku ini dapat terlaksana, dan kini di tangan pembaca sekalian. Penulisannya, dilakukan atas saran dan dorongan dari beberapa anggota keluarga, serta disemangati keinginan untuk terus melanjutkan apa yang telah dilakukan anggota keluarga lain, yang sebelumnya juga telah melakukan pendataan dan pembukuan zuriat Syekh Yahya bin Abdullah ini, di mana kita ada di dalamnya. Secara data, buku ini lebih bersifat penambahan dari buku sebelumnya (Berjudul: Silsilah Keturunan Syekh Yahya, Diterbitkan Juni 2015) yang disusun Nakanda Abiruhi bin AK Muzakkir dan M Hasymi bin M Said, keduanya keturunan tingkat ketiga (Cicit) dari Syekh Yahya, masing-masing dari Isteri Pertama dan Isteri Keempat. Ada pun penambahan, bersumber dari pendataan Wanda Ismail Yahya dan Kanda Yusuf bin Sayi—keturunan ketiga Puyang Mendinin, kakak kandung Syekh Yahya, yang kedua sumber itu diberikan kepada penulis, belum sempat dibukukan. Selain data keturunan, penambahan lain dari buku sebelumnya, adalah dimasukkannya beberapa kisah menarik—yang dalam perkembangannya kini, menjadi legenda dari ulama besar di masanya ini, cerita mana berdasarkan penuturan ulang Mamanda
2
Kamal Yahya, anak kandung Syekh Yahya yang alhamdulillah hingga kini masih sehat walafiat, dan berkesempatan bercerita, meski tidak banyak karena keterbatasan ingatan yang mulai menurun. Mempertimbangkan sudah banyaknya keturunan Syekh Yahya, maka untuk mempermudah penggambaran hierarki dan garis keturunan asal, penulis membuat silsilah keturunan dalam dua bentuk. Pertama, dalam format Struktur Silsilah. Kedua, dalam bentuk Format Exel, yang merupakan Database sekaligus melengkapi data Struktur Silsilah, yang tidak memungkinkan memasukkan semua nama keturunan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada sanak keluarga yang telah berkenan membantu penyusunan buku ini, selain kepada nama-nama yang penulis sebutkan di atas, juga terkhusus kepada Nakada Muhammad Sani W Menggala Bin Ali El Farisi, yang juga berperan besar memberi dukungan materi untuk proses pencetakan buku ini. Semoga semua kebaikan itu menjadi amal ibadah. Di luar itu, tentu saja penulisan ini tidak sempurna, mungkin masih ditemui beberapa kekurangan, termasuk kekhilafan dalam penulisan nama. Atas ala kekurangan itu, penulis mohon dimaafkan dan membuka diri untuk dilakukan perbaikan di kemudian hari.
Penulis, Firdaus Masrun
3
SEKAPUR SIRIH Dari Kamal Yahya Alhamdulillahi rabbil aalamiin, segala puji hanya milik Allah Subhanawata`ala, satu-satunya tuhan pencipta dan pemilik semesta alam. Kita bersyukur yang memberikan kekuatan dan kemudahan, untuk terbitnya buku berjudul “Syekh Yahya, Silsilah dan Keturunnnya� ini, sebagai penyempurna, pelengkap dari buku yang telah dicetak sebelumnya di Tahun 2015 lalu, sebagai wasilah silaturahim keturunan Syekh Yahya. Salawat teriring salam kita sanjung dan agungkan kepada junjungan kita nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sabahatnya. Kami sebagai tetua dari keturunan pertama Syekh Yahya, sangat menyambut baik terbitnya buku ini, karena selain menghadirkan data lengkap keturunan Syekh Yahya, juga memuat silsilah cikal bakal keluarga sebelumnya dari Puyang Ketunggalan dari Ulak Pandan, sehingga memberi gambaran jelas dari mana asal muasal Syekh Yahya dan siapa saja yang termasuk dalam nasab beliau. Semoga buku ini bisa menjadi rujukan, sekaligus pegangan bagi seluruh keturunan Syekh Yahya yang kini jumlahnya terus bertambah dan keberadannya tersebar, untuk terus menjalin komunikasi dan silaturrahim. Lewat buku ini, para keturunan juga bisa lebih mengenal Syekh Yahya dan meneladani segala amal perbuatannya, yang selalu dilandasi niat lillahi ta`ala. Atas nama seluruh keluarga besar keturunan Syekh Yahya kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua yang berkontribusi dengan terbitnya buku ini. Semoga Allah SWT berkenan menerima seluruh kebaikan itu sebagai amal ibadah. Akhirnya, selamat membaca dan semoga silaturahim zuriyat Syekh Yahya bisa langgeng, sampai akhir zaman, dalam naungan dan ridho Allah subhana wata`ala. Aamiin yaa robbal aalamiin.
4
BAB I : MUKADIMAH Sebagai keturunan dan memiliki hubungan garis darah langsung, sudah lama tersimpan niat dan keinginan dari penulis untuk menyusun buku tentang Sejarah dan Silsilah Keturunan Syekh Yahya. Bukan saja karena faktor hubungan kekeluargaan tadi, tapi lebih dari itu, karena beliau merupakan— dan diakui, sebagai seorang ulama besar sekaligus tokoh masyarakat yang memiliki sejarah panjang dan berperan sangat besar dalam dakwah dan syiar Agama Islam di sepanjang hidupnya, terutama di Kabupaten Muara Enim. Adanya penamaan jalan dan bangunan masjid yang hingga kini terus menjadi salah satu pusat ibadah di Kota Muara Enim, adalah bukti, pengakuan sekaligus jejak sejarah panjang Syekh Yahya itu. Keberadaan foto—yang tak banyak dimiliki orang lain di masa itu, adalah bukti lain dari ketokohannya tersebut. Foto itu, konon—sebagaimana diceritakan anak beliau, Kamal Yahya, ada karena menjadi syarat dari pemerintah ketika itu, sebagai penanggungjawab pendirian masjid, Masjid Jamik Asy Syekh Yahya, berlokasi di Dusun 2 Kelurahan Muara Enim, yang hingga kini masih berdiri dan terus berkembang. Makam beliau, isteri dan anak-anaknya di TPU Pelita Sari Kota Muara Enim, senantiasa selalu banyak dikunjungi dan dibersihkan para keturunannya. Dalam catatan terakhir, Syekh Yahya melalui delapan isterinya, memiliki 15 anak, 68 cucu, 209 cicit dan hampir seribuan keturunan seterusnya, tersebar di sejumlah kota, provinsi, pulau bahkan negara. Tetapi, sulitnya mendapatkan sumber data, baik terkait ajarannya yang berbasis tarekat, amalamalannya yang dulu banyak menjadi pegangan para muridnya, maupun menyangkut jumlah dan sebaran domisili keturunannya yang terus berkembang, membuat niat itu tak kunjung terwujud. Terlebih, seiring perjalanan waktu, satu persatu saksi sejarah perjalanan hidup beliau terus berkurang bahkan kini nyaris tak bersisa, membuat aneka kisah menarik yang mewarnai perjalanan beliau, hanya tinggal cerita, sebuah legenda yang dihidupkan cerita dari mulut ke mulut semata. Karena itu, prakarsa pertemuan keluarga besar zuriat Syekh Yahya yang dilakukan keluarga, yang dimotori Nakanda M Hasymi bin M Said dan Abiruhi bin AK Muzakkir, Juli 2015 lalu di Muara Enim, sangat dan patut diberi apresiasi tinggi. Terpenting dari semua alas an penyelenggaraannya, pertemuan itu telah menyambung lagi silaturahmi keluarga besar Keturunan Syekh Yahya yang telah berjumlah banyak, dan sebagian bsar komunikasi sempat terputus karena jarak, waktu dan kesibukan masing-masing. Syukur Alhamdulillah, pertemuan perdana tersebut berjalan lancer, penuh keakraban, bahkan disepakati akan dilakukan pertemuan berkala setelahnya. Pertemuan itu pula yang kemudian menumbuhkan lagi semangat untuk melakukan penyusunan Silsilah Keturunan—paling tidak, meneruskan apa yang telah dirintis Nakanda Abiruhi bin Muzakkir dan M Hasymi bin M Said dalam bentuk penerbitan bukunya. Namun, sulitnya mendapatkan sumber data tadi, membuat keinginan membukukan ajaran, amalan serta nilai-nilai luhur yang diajarkan beliau semasa hidup, belum bisa terwujud. Semoga, bisa terpenuhi di kemudian hari, insha Allah.
5
Meski demikian, menyangkut kisah menarik yang hingga kini masih terus hidup dan menjadi i cerita legenda seorang Syekh Yahya, beberapa diantaranya masih bisa didapat dari anak kandung beliau, saksi hidup sekaligus kini menjadi tetua kita semua, Kamal bin Yahya. Itu diakuinya,bukan sebagai pengalaman empris (langsung melihat dan/atau mengalami), tapi berupa informasi cerita dari tiga murid ayahnya yang hampir selalu ikut dalam banyak perjalanan di masanya berdakwah dan mengajar ke sejumlah tempat. Menyangkut data keturunan, informasi sangat berharga didapat dari Kanda Yusuf Sayi bin H Sayi bin H Thoha, yang memberikan data kepada penulis, berbentuk berkas berjudul “Struktur Silsilah Puyang Ketunggalan Dari Ulak Pandang Merapi”, untuk melengkapi data yang sebelumnya dimuat dalam buku berjudul “Silsilah Keturunan Syekh Yahya” yang diterbitkan di Muara Enim Tahun 2015 oleh Nakanda Abiruhi bin AK Muzakkir dan M Hasymi bin M Said. Kanda Yusuf sendiri mengaku mengumpulkan data dan sejarah keturunan Syekh Yahya, sejak Tahun 1981, dari beberapa sumber keluarga, dan dengan beberapa cara, salah satunya mengumpulkan sedikit demi sedikit informasi. Ucapan terima kasih dan apresiasi tinggi penulis sampaikan kepada Kanda Yusuf Sayi, yang telah dengan gigih mengumpulkan data keturunan keluarga besar Syekh Yahya, dari puyang asal hingga keturunanya, antara lain—sebagaimana dikatakan Kanda Yusuf Sayi, datanya bersumber dari Kanda M Ali Toni bin H Husen dari Ulakpandan, Merapi, dan Ayunda Bawiyan binti H Sayi bin H Thoha, yang kemudian—dibantu Nakanda Syamsul Rizal bin Ahmad Zain, melakukan pencatatan secara lebih rapi. Masih belum sempat dibukukan, catatan itu kemudian diserahkan kepada penulis, sebagai sumber data. Saat melakukan penulisan cerita itu, penulis sempat menimbang-nimbang, apakah akan mengunakan Bahasa Muara Enim, sebagaimana asli diucapkan beliau, atau menggunakan Bahasan Indonesia? Mempertimbangkan kemudahan memahami—karena dalam perkembangannya kini, tak semua keturunan bisa dan mengerti Bahasa Muara Enim, akhirnya penulis memutuskan, menuliskannya dalam Bahasa Indonesia. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat Sebagai keturunan dan memiliki hubungan garis darah langsung, sudah lama tersimpan niat dan keinginan dari penulis untuk menyusun buku tentang Sejarah dan Silsilah Keturunan Syekh Yahya. Bukan saja karena faktor hubungan kekeluargaan tadi, tapi lebih dari itu, karena beliau merupakan— dan diakui, sebagai seorang ulama besar sekaligus tokoh masyarakat yang memiliki sejarah panjang dan berperan sangat besar dalam dakwah dan syiar Agama Islam di sepanjang hidupnya, terutama di Kabupaten Muara Enim. Adanya penamaan jalan dan bangunan masjid yang hingga kini terus menjadi salah satu pusat ibadah di Kota Muara Enim, adalah bukti, pengakuan sekaligus jejak sejarah panjang Syekh Yahya itu. Keberadaan foto—yang tak banyak dimiliki orang lain di masa itu, adalah bukti lain dari ketokohannya tersebut. Foto itu, konon—sebagaimana diceritakan anak beliau, Kamal Yahya, ada karena menjadi syarat dari pemerintah ketika itu, sebagai penanggungjawab pendirian masjid, Masjid Jamik Asy Syekh Yahya, berlokasi di Dusun 2 Kelurahan Muara Enim, yang hingga kini masih berdiri dan terus berkembang.
6
Makam beliau, isteri dan anak-anaknya di TPU Pelita Sari Kota Muara Enim, senantiasa selalu banyak dikunjungi dan dibersihkan para keturunannya. Dalam catatan terakhir, Syekh Yahya melalui delapan isterinya, memiliki 15 anak, 68 cucu, 209 cicit dan hampir seribuan keturunan seterusnya, tersebar di sejumlah kota, provinsi, pulau bahkan negara. Tetapi, sulitnya mendapatkan sumber data, baik terkait ajarannya yang berbasis tarekat, amalamalannya yang dulu banyak menjadi pegangan para muridnya, maupun menyangkut jumlah dan sebaran domisili keturunannya yang terus berkembang, membuat niat itu tak kunjung terwujud. Terlebih, seiring perjalanan waktu, satu persatu saksi sejarah perjalanan hidup beliau terus berkurang bahkan kini nyaris tak bersisa, membuat aneka kisah menarik yang mewarnai perjalanan beliau, hanya tinggal cerita, sebuah legenda yang dihidupkan cerita dari mulut ke mulut semata. Karena itu, prakarsa pertemuan keluarga besar zuriat Syekh Yahya yang dilakukan keluarga, yang dimotori Nakanda M Hasymi bin M Said dan Abiruhi bin AK Muzakkir, Juli 2015 lalu di Muara Enim, sangat dan patut diberi apresiasi tinggi. Terpenting dari semua alas an penyelenggaraannya, pertemuan itu telah menyambung lagi silaturahmi keluarga besar Keturunan Syekh Yahya yang telah berjumlah banyak, dan sebagian bsar komunikasi sempat terputus karena jarak, waktu dan kesibukan masing-masing. Syukur Alhamdulillah, pertemuan perdana tersebut berjalan lancer, penuh keakraban, bahkan disepakati akan dilakukan pertemuan berkala setelahnya. Pertemuan itu pula yang kemudian menumbuhkan lagi semangat untuk melakukan penyusunan Silsilah Keturunan—paling tidak, meneruskan apa yang telah dirintis Nakanda Abiruhi bin Muzakkir dan M Hasymi bin M Said dalam bentuk penerbitan bukunya. Namun, sulitnya mendapatkan sumber data tadi, membuat keinginan membukukan ajaran, amalan serta nilai-nilai luhur yang diajarkan beliau semasa hidup, belum bisa terwujud. Semoga, bisa terpenuhi di kemudian hari, insha Allah. Meski demikian, menyangkut kisah menarik yang hingga kini masih terus hidup dan menjadi i cerita legenda seorang Syekh Yahya, beberapa diantaranya masih bisa didapat dari anak kandung beliau, saksi hidup sekaligus kini menjadi tetua kita semua, Kamal bin Yahya. Itu diakuinya,bukan sebagai pengalaman empris (langsung melihat dan/atau mengalami), tapi berupa informasi cerita dari tiga murid ayahnya yang hampir selalu ikut dalam banyak perjalanan di masanya berdakwah dan mengajar ke sejumlah tempat. Menyangkut data keturunan, informasi sangat berharga didapat dari Kanda Yusuf Sayi bin H Sayi bin H Thoha, yang memberikan data kepada penulis, berbentuk berkas berjudul “Struktur Silsilah Puyang Ketunggalan Dari Ulak Pandang Merapi”, untuk melengkapi data yang sebelumnya dimuat dalam buku berjudul “Silsilah Keturunan Syekh Yahya” yang diterbitkan di Muara Enim Tahun 2015 oleh Nakanda Abiruhi bin AK Muzakkir dan M Hasymi bin M Said. Kanda Yusuf sendiri mengaku mengumpulkan data dan sejarah keturunan Syekh Yahya, sejak Tahun 1981, dari beberapa sumber keluarga, dan dengan beberapa cara, salah satunya mengumpulkan sedikit demi sedikit informasi.
7
Ucapan terima kasih dan apresiasi tinggi penulis sampaikan kepada Kanda Yusuf Sayi, yang telah dengan gigih mengumpulkan data keturunan keluarga besar Syekh Yahya, dari puyang asal hingga keturunanya, antara lain—sebagaimana dikatakan Kanda Yusuf Sayi, datanya bersumber dari Kanda M Ali Toni bin H Husen dari Ulakpandan, Merapi, dan Ayunda Bawiyan binti H Sayi bin H Thoha, yang kemudian—dibantu Nakanda Syamsul Rizal bin Ahmad Zain, melakukan pencatatan secara lebih rapi. Masih belum sempat dibukukan, catatan itu kemudian diserahkan kepada penulis, sebagai sumber data. Saat melakukan penulisan cerita itu, penulis sempat menimbang-nimbang, apakah akan mengunakan Bahasa Muara Enim, sebagaimana asli diucapkan beliau, atau menggunakan Bahasan Indonesia? Mempertimbangkan kemudahan memahami—karena dalam perkembangannya kini, tak semua keturunan bisa dan mengerti Bahasa Muara Enim, akhirnya penulis memutuskan, menuliskannya dalam Bahasa Indonesia. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat.
8
BAB II. PENTINGNYA SILATURAHMI DAN TAHU NASAB
2.1. Pengertian Sialaturahmi Silaturahmi, berasal dari Bahasa Arab, yakni “Silaturrahim”, ditulis dengan Jika kita beri harakat lengkap, cara membacanya: Silaturrahimi. Jika kita pecah, terdiri dari dua kata: Silah, [arab: yang artinya hubungan, dan Rahim artinya rahim, tempat janin sebelum dilahirkan. Sehingga yang dimaksud silaturrahim atau Silaturahmi, adalah menjalin hubungan baik dengan kerabat, sanak, atau saudara yang masih memiliki hubungan rahim atau hubungan darah dengan kita. Silaturahmi atau Silaturrahim? Terdapat beberapa kata dalam bahasa arab yang mengalami infiltrasi ke bahasa Indonesia. Hanya saja masyarakat indonesia tidak sepakat dalam ejaannya. Kendati lembaga bahasa telah membuat aturan baku, yakni Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), namun tidak semua masyarakat terbiasa menggunakannya. Begitupun dengan kata Silaturrahim dan Silaturahmi, atau Sholat dan Salat. Sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan antara silaturrahmi ataukah silaturahim. Selama makna yang dimaksud sama, yaitu memperbaiki hubungan persaudaraan dengan kerabat, kita tidak perlu menghabiskan energi untuk memperdebatkan hal yang tidak terlalu penting, sepanjang maksudnya bisa dipahami. Karena bahasa adalah alat komunikasi, sepanjang makna dan maksudnya dipahami, maka tidak perlu diperdebatkan. Jadi, anda boleh menyebut silaturrahmi atau silaturahim, karena keduanya sama. Karenanya para ulama memberlakukan kaidah:
“Tidak ada perdebatan dalam istilah (Selama makna dan hakikatnya sama, tidak jadi masalah)”
2.2. Manfaat Menjalin Silaturahmi Marilah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Takwa yang juga dapat mengantarkan kita pada kebaikan hubungan dengan sesama manusia. Lebih khusus lagi, yaitu sambunglah tali silaturahmi dengan keluarga yang masih ada hubungan nasab (anshab), yakni keluarga sendiri, seperti ibu, bapak, anak lelaki, anak perempuan ataupun orang-orang yang mempunyai hubungan darah dari orang-orang sebelum bapaknya atau ibunya. Inilah yang disebut arham atau ansab.
9
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat. Berikut adalah keutamaan menyambung tali silaturahmi menurut Islam : 1. Merupakan konsekuensi iman kepada Allah SWT Silaturahmi adalah tanda-tanda seseorang beriman kepada Allah SWT ( baca manfaat beriman kepada Allah SWT dan fungsi Iman ) sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi�
2. Dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizqinya Orang yang suka mengunjungi sanak saudaranya serta menjalin silaturhami akan dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya. Sebagaimana hadist Rasullullah SAW yang berbunyi
“Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi�
10
3. Terhubung dengan Allah SWT Menyambung tali silaturahmi sama dengan menyambung hubungan dengan Allah SWT sebagaimana disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu”
4. Penyebab Masuk surga dan dijauhkan dari neraka Balasan orang yang menyambung tali silaturahmi adalah didekatkan dengan surga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana yang tertera dalam hadits berikut ini :
“Engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi” (HR Bukhari dan Muslim) Dan dalam satu riwayat:
“Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk surga.”
11
5. Merupakan bentuk Ketaatan kepada Allah SWT Menyambung tali silaturahmi adalah salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah SWT maka dengan menjalankan perintahnya maka kita taat kepada Allah SWT. Menjalin silaturahmi juga merupakan salah satu cara meningkatkan akhlak terpuji. Allah SWT berfirman:
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d :21) 6. Pahalanya seperti memerdekakan budak Sebuah hadist meriwatkan bahwa dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi SAW sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: “Apakah sudah engkau lakukan?” Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda:
“Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu.” 7. Bersedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain Mengunjungi sanak saudara dan bersedekah adalah salah satu perbuatan mulia dan memiliki faedah yang besar. ( baca keutamaan bersedekah ). Bersedekah kepada keluarga lebih diutamakan daripada bersedekah kepada orang lain dan bisa menghindari dari perbuatan riya. Bersedekah kepada keluarga dan orang lain kemudian menceritakannya atau riya adalah salah satu dari hal-hal yang menghapus amal ibadah sedekah tersebut,
12
2.3. Nasab dan Pengertiannya Nasab yaitu keturunan atau kerabat. Pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah melalui akad perkawinan yang sah. Kata nasab di dalam Alquran disebutkan dalam tiga tempat. Yakni Pertama, dalam surat Al-Mukminun ayat 101, surat Al-Furqan ayat 54, dan surat an-Nisa ayat 23. Mengetahui nasab merupakam sesuatu yang sangat penting, karena itu wajib hukumnya. Setiap orang diharuskan memelihara kesucian nasabnya dengan ahlak yang mulia. Karena tidaklah mudah untuk menjaga nasab, sebagai ikatan penyambung keturunan serta asal-usul kembalinya keturunan seseorang kepada leluhurnya. Bukan persolan remeh status nasab pada seorang anak. Dari segi agama hal ini penting untuk menentukan masalah hukum waris, wali pernikahan, kafaah suami terhadap istri dalam pernikahan dan masalah wakaf. Sedangkan dari sisi kepemerintahan, persoalan ini mampu merusak kestabilan pemerintah. Pemerintah akan merasa kesulitan menentukan status kewarganegaraanya, karena tidak jelasnya status orang tua.
2.4. Pentingnya nasab Menurut Islam Anak adalah rahasia orang tua dan pemegang keistimewaannya. Waktu orang tua masih hidup, anak sebagai penenang, dan sewaktu ia pulang ke rahmatullah, anak sebagai pelanjut dan lambang keabadian. Anak mewarisi tanda-tanda kesamaan orang tua, termasuk juga ciri-ciri khas, baik maupun buruk, tinggi maupun rendah. Dia adalah belahan jantungnya dan potongan dari hatinya. Justru itu Allah mengharamkan zina dan mewajibkan kawin, demi melindungi nasab, sehingga air tidak tercampur, anak bisa dikenal siapa ayahnya dan ayah pun dapat dikenal siapa anaknya. Dengan perkawinan, seorang isteri menjadi hak milik khusus suami dan dia dilarang berkhianat kepada suami, atau menyiram tanamannya dengan air orang lain. Oleh karena itu setiap anak yang dilahirkan dari tempat tidur suami, mutlak menjadi anak suami itu, tanpa memerlukan pengakuan atau pengumuman dari seorang ayah; atau pengakuan dari seorang ibu, sebab setiap anak adalah milik yang seranjang. Begitulah menurut apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. Pada Rasul dan Zaman sahabat untuk menentukan hubungan nasab yakni dengan melihat dari perkawinan yang sah orang tua anak atau orang tersebut. Seorang laki-laki dan perempuan yang menikah dan melahirkan seorang anak, maka secara otomatis anak itu dinasabkan kepada kedua orang tuanya dengan catatan tidak ada pengingkaran oleh si suami.
13
Misalnya Jika seorang istri melahirkan anak yang berkulit hitam padahal kedua suami istri tersebut berkulit putih atau sebaliknya, maka di sini ada dua pendapat. Pertama sang suami boleh tidak mengakui anak tersebut, yaitu karena faktor kemiripan. Kedua suami tidak boleh menolak anak itu, karena mungkin ada kelainan atau penyakit pada anak itu. Dalam masalah ini bisa di bantu oleh seorang Qa-fah, yakni orang yang tahu menetukan nasab berdasarkan kemiripan jasmaniah Selain itu juga digunakan sistem al-qiyafa, yakni menurut penglihatan setelah melihat bagian-bagian pada bayi yang baru lahir serta melihat ciri-ciri jasmaniah anak tersebut. Dan salah satu contohnya atau yang saat ini telah di-qiyas-kan adalah dalam bentuk sidik jari. Melalui sidik jari tersebut, seseorang ditentukan bahwa inilah sebenarnya hubungannya. Selain kedua cara di atas, islam juga menggunakan persaksian dan pengakuan (iqrar) untuk menentukan nasab seseorang. Istilhaq/lahiqa atau iqraru bin nasab dipergunakan untuk pengakuan anak atau pengesahan anak, dimana alasan utama dari pengakuan atau pengesahan itu ialah karena ada hubungan darah antara yang mengakui dengan anak yang diakui. Pengakuan nasab itu ada dua macam, yakni pengakuan anak oleh diri sendiri (pengakuan anak langsung), dan pengakuan anak oleh orang lain. Pengakuan anak oleh diri sendiri adalah jika seseorang menyatakan bahwa anak ini adalah anaknya, atau orang itu adalah ayahnya. Pengakuan seperti itu dapat diterima dengan empat syarat: a) Anak yang diakui tidak diketahui nasabnya. Jika diketahui nasabnya maka pengakuan itu batal, karena tidak diperbolehkan memindahkan nasab seseorang pada nasab orang lain. Dalam hadits disebutkan: â€? Nabi melaknat orang yang bernasab kepada selain ayahnya “ Dalam hal objek pengakuan anak adalah anak dari ibu yang dilian (anak li’an), maka ulama sepakat tidak perlu syarat ini, dan anak liâ€&#x;an tidak boleh diakui sebagai anak kecuali oleh ayah yang meli-an, karena dalam hal ini dia dianggap mencabut pernyataannya yang tidak mengakuinya sebagai anak. b) Pengakuan anak tersebut adalah pengakuan yang masuk akal/logis, tidak bertentangan dengan akal sehat, seperti perbedaan umurnya wajar, atau tidak bertentangan dengan pengakuan orang, dan sebagainya. c) Anak yang diakui menyetujui atau tidak membantah, jika anak yang diakui itu sudah cukup umur untuk membenarkan atau menolak (baligh dan berakal sehat). Demikian pendapat jumhur ulama. Tetapi menurut mazhab Malikiyah, syarat ini tidak diperlukan, karena nasab adalah hak anak kepada ayahnya, karena itu pengakuan anak tidak memerlukan persetujuan anak, sepanjang tidak terbukti pengakuan itu dusta atau tidak benar.
14
d) Pada anak tersebut belum ada hubungan nasab dengan orang lain. Artinya, jika pengakuan anak itu diajukan oleh seorang isteri atau seorang perempuan beriddah, maka disyaratkan adanya persetujuan dari suaminya tentang pengakuan itu. Rasulullah sendiri pernah mengangkat seorang anak, yaitu Zaid bin Haritsah sejak zaman jahiliah. Zaid waktu itu seorang anak muda yang ditawan sejak kecil dalam salah satu penyerbuan jahiliah, yang kemudian dibeli oleh Hakim bin Hizam untuk diberikan bibinya yang bernama Khadijah, dan selanjutnya diberikan oleh Khadijah kepada Nabi Muhammad SAW. sesudah beliau kawin dengan dia. Setelah ayah dan pamannya mengetahui tempatnya, kemudian mereka minta kepada Nabi, tetapi oleh Nabi disuruh memilih. Namun Zaid lebih senang memilih Nabi sebagai ayah daripada ayah dan pamannya sendiri. Lantas oleh Nabi dimerdekakan dan diangkatnya sebagai anaknya sendiri dan disaksikan oleh orang banyak. Sejak itu Zaid dikenal dengan nama Zaid bin Muhammad, dan dia termasuk pertama kali bekas hamba yang memeluk Islam.
15
BAB III. SYEKH YAHYA, RIWAYAT DAN SILSILAH KETURUNANNYA 3.1. Riwayat Singkat Syekh Yahya Kapan Syekh Yahya lahir, tidak ada data atau keterangan pasti—atau tepatnya, sampai saat proses penyusunan buku ini, Penulis belum mendapatkan informasi mengenai itu. Namun, mengacu kepada Buku Silsilah Keturunan Syekh Yahya (Halaman 2; Tahun 2015) disebutkan, ia lahir antara tahun 1870-1880 M, di Kemit (Kampung) 7, Dusun Muara Enim. Kelurahan Muara Enim, Kecamatan/ Kabupaten Muara Enim Dari garis keturunan ibunya, Rejidah binti Gementar, Syekh Yahya tercatat sebagai anak ketiga dari enam bersaudara (selengkapnya lihat di silsilah). Sedangkan dari garis keturunan ayahandanya, Abdullah, tidak ada keterangan. Diperoleh informasi, sejak kecil Syekh Yahya dan kelima saudaranya dididik kedua orang tuanya dengan pendidikan agama yang ketat, dan setelah remaja menimba banyak pelajaran dari sejumlah guru. Salah satunya (Tuan Guru) KH Hasan Basri Menjelang dewasa, ia berkesempatan pergi ke tanah suci dan berlanjut dengan menetap beberapa tahun untuk mempelajari Islam lebih dalam di tanah suci, sebelum akhirnya pulang lagi ke Muara Enim. Di Muara Enim, ia mulai berdakwah, menyampaikan hasil pendidikan dia di tanah suci, bermula dengan membentuk kelompok pengajian-pengajian kecil, untuk kemudian terus berkembang dan menerima banyak undangan mengajar di sejumlah tempat, sampai akhirnya ia menjadi pendakwah di sejumlah tempat, tidak saja di Muara Enim, tapi juga di luar kabupaten Muara Enim (diantaranya ke Bangka Belitung dan Tambelan-Riau), bahkan kemudian sampai ke Malaka (kini Malaysia). Dalam perjalanan hidupnya tersebut, Syekh Yahya tercatat menikah delapan kali. Isteri pertamanya bernama Bayu (Kemit 2 Dusun Muara Enim) dan menghasilkan dua anak, HM Sani dan Khodijah
16
Kemudian menikah lagi dengan isteri kedua, Zainab—ibunya H Idrus, Kemit 7 Dusun Muara Enim, namun tidak menghasilkan anak dan akhirnya sepakat bercerai, ketika dalam perjalanan dakwahnya beberapa tahun ke Malaysia KH Yahya menikah lagi dengan wanita yang namanya sama, Zainab. Dari pernikahannya ketiga di negeri tetangga itu, diperoleh lima orang anak, yakni Hj Maimunah, H Abdullah, Halimah, H Thoha, H Mustofa. Kemudian dalam perjalanan dakwahnya di Tabelan-Riau, ia menikah lagi dengan Hj Alyah dan memiliki seorang anak bernama Latifah Setelah berpuluh tahun melanglang buana, melakukan perjalanan dakwah ke sejumlah tempat, Syekh Yahya akhirnya pulang dan menetap tinggal untuk menyebarkan dakwahnya di kampung halamannya sendiri di Kabupaten Muara Enim, dengan tinggal di Kemit 7 Dusun Muara Enim. Di awal kepulangannya, ia menikah lagi dengan Asilam.
Dari pernikahan kelimanya ini ia mendapat lima anak, yakni Saudah, Ismail, Umi Kalsum, Kamal dan Rojidah. Saat buku ini disusun, dua dari lima anak hasil perkawinannya ini, Alhamdulillah masih ada, yakni Kamal dan Rojidah.
Kamal Setelah itu, Syekh Yahya tercatat masih menikah tiga kali lagi, masing-masing dengan Seni, Mainah dan Sofiah. Dari ketiga isteri terakhirnya ini, hanya mendapatkan satu anak, yakni dari isteri ketujuhnya, Mainah, seorang anak perempuan bernama Salmah
17
Hingga kini, meski telah tiada, nama KH Yahya tetap diingat dan menjadi tokoh legenda bagi masyarakat Muara Enim. Sebuah masjid yang sempat ia dirikan di Kemit 3 Dusun Muara Enim— dan kemudian disepakari Jemaah setempat diberi nama Masjid Jamik Asy Syekh Yahya, adalah salah satu bukti peninggalan sekaligus jejak sejarah dakwah Islam yang ia lakukan semasa hidupnya. Masjid ini, hingga sekarang terus berkembang dan menjadi salah satu pusat ibadah dan pengembangan Islam di Kabupaten Muara Enim. Sebuah jalan atas namanya, juga adalah bukti lain, ketokohannya masih diakui, hingga kini.
18
3.2. Segelintir Kisah legenda Syekh Yahya PRAKATA Oleh: Kamal Bin Yahya Assalamu`alaikum Warohmatullahi wabarokaatuh Hamdan wa syukron lillah wa sholaatan, wa salaaman `ala rosulillah wa `alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaah Legenda yang akan diceritakan berikut ini, memuat percikan dari butir-butir bimbingan dan hidayah Allah yang perlu dibaca oleh zuriyat (keturunan) dari Syekh Yahya, agar dapat memahami dan menghayati apa saja yang terkandung di dalam legenda ini, serta mempedomaninya dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari di masyarakat. Cerita Legenda ini berdasarkan kisah nyata yang dituturkan lagi kepada kami oleh tiga murid Syekh Yahya yang banyak mengikutinya berdakwah, yakni Batun (yang namanya kemudian diubah Syekh Yahya menjadi Muhammad Thohir, ayahanda Syamsuddin Thohir, tinggal di Desa Gedung Agung), Dja`far (Dusun 1 Kelurahan Muara Enim) dan Yahya (Desa Darmo, Tanjung Agung) Meskipun kami telah berusaha membuat jelas uraian, termasuk memberi penjelasan beberapa istilah dalam legenda ini, dan menggambarkannya dengan bahasa yang mudah dipahami, tetapi dengan berbagai keterbatasan, pasti terdapat beberapa kekurangan. Baik saat menganalisa makna yang terkandung dalam kisah legenda tersebut, maupun dalam pemilihan kata yang tepat. Maka saran dan masukan dari zuriyat Syekh Yahya, masih sangat diperlukan. Kepada seluruh zuriyat yang berkesempatan membaca legenda ini, terutama yang memberikan perhatian terhadap isinya, kami mengapresiasi setinggi-tingginya. Billahit Taufik wal hidayah, wassalaamu`alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
19
3.2.1. Dapat Memundurkan Lagi Kereta Api Dahulu kala, kereta api—orang Muara Enim menyebutnya Spoor, adalah alat transportasi utama untuk perjalanan jalur Palembang-Lubuk Linggau, di mana Muara Enim berada di tengahnya. Sampai kini pun demikian, meski sudah ada jenis angkutan lain di jalur dimaksud. Dan hingga kini pun, di setiap kota yang dilewati lintasan kereta itu, ada stasiun, sebagai tempat di mana para calon penumpang akan naik atau pun turun. Demikian pula dengan Sang Kyai, Syekh Yahya di masanya. Setiap kali bepergian ke luar wilayah tempat tinggalnya, ia lebih banyak menaiki kereta api, apalagi daerah yang menjadi tujuannya mengajar berada di lintasan kereta api. Mengenakan baju kurung, peci putih dilapis imamah (sorban putih diikat di kepala), dan bersendal jepit serta tongkat tergenggam di tangan, adalah ciri khas tokoh ini setiap kali bepergian. Begitu pun pada suatu hari, ketika ia hendak pergi ke Muara Ogan, Kertapti-Palembang, untuk menemui seorang temannya. Hari itu, terjadi sebuah peristiwa yang hingga kini menjadi legenda bagi masyarakat asli Kabupaten Muara Enim. Begini kisahnya Siang itu, dalam perjalanan menuju ke stasiun, ia disapa banyak orang yang mengenalnya. Paling banyak menanyakan tujuan perjalannnya hari itu. Salah seorang dari mereka yang menegur, saat mengetahui Sang Kyai hendak naik kereta ke Palembang, memberitahu bahwa kereta yang akan ia naiki sudah berangkat. Mendengar itu Syekh Yahya menjawab singkat “Tidak apa-apa. Insha Allah Saya tetap bisa berangkat ke Kertapati� Syekh Yahya kemudian melanjutkan perjalanan, dan setiba di stasiun, ia langsung menemui petugas jaga, dan mendapat informasi kereta sudah sampai di Desa Muara Gula (sekitar 20 Kilometer dari Kota Muara Enim). Sang kyai kemudian menuju ruang tunggu dan duduk di salah satu bangku, lalu berdoa. Tak lama kemudian masyarakat heboh dengan kabar, di Desa Muara Gula ada kereta api yang tidak bisa berjalan maju, namun sebaliknya bisa mundur. Kepala Stasiun Muara Enim pun kemudian memerintahkan kereta kembali ke Stasiun Muara Enim dengan cara mundur. Setiba di Stasiun Muara Enim, Syekh Yahya pun naik ke kereta, dan keajaiban pun terjadi, kereta bisa bergerak maju dan berangkat menuju Kertapati, Palembang. Masyarakat pun gempar, dan memberi beragam komentar. Satu hal, hampir semua mengaitkan peristiwa itu dengan rencana keberangkatan Syekh Yahya dengan kereta api ke Kertapati. Subhanallah.
20
3.2.2. Naik Kapal Berempat Hanya Dengan Satu Karcis Dahulu kala, untuk berkunjung ke Pulau Bangka (sekarang Provinsi Bangka Belitung), tidak ada alat transportasi lain kecuali menaiki kapal, yang setiap hari mengangkut para penumpang yang ingin menyeberang dari dank e Palembang-Bangka. Mereka yang ingin menaiki kapal, harus membeli karcis. Tanpa karcis, petugas di dermaga akan langsung melarang menaiki kapal. Suatu hari Syekh Yahya melakukan perjalanan dakwah ke Pulau Bangka, mengajak serta tiga muridnya, yakni Batun (suami Sayunap Menasin, yang oleh Syekh Yahya diganti namanya menjadi Muhammad Thohir), Djakfar (Kampung 2 Dusun Muara Enim), dan M Yahya (Dusun Darmo). Mereka berangkat dari Muara Enim dengan menaiki kereta api (spoor), dan setiba di Stasiun Kertapati, Palembang, perjalanan dilanjutkan dengan angkutan mobil menuju Pelabuhan Boom Baru, satu-satunya pelabuhan kapal untuk penyeberangan ke Pelabuhan Tanjung Kalian, Muntok, sekaligus gerbangnya Kepulauan Bangka. Setiba di Pelabuhan Boom Baru, Syekh Yahya memberikan uang ke salah seorang muridnya dan menyuruh ke loket untuk membeli karcis. Sang murid terbengong-bengong, karena uang yang diberikan hanya cukup untuk satu karcis, sedangkan mereka berempat. “Kyai, karcis ini hanya satu, sedang kita berempat. Bagaimana dengan kami bertiga, atau kami ditinggal di sini?� Tanya salah seorang muridnya, yang diikuti anggukan dua murid lainnya, tanda mereka pun bertanya hal yang sama. “Tidak, kalian ikut naik kapal, pokoknya kalian bertiga tanggung jawabku� ujar Syekh Yahya, diikuti tatap mata ketiga muridnya, tetap dengan perasaan bingung. Belum lama mereka berbicara, tiba-tiba keramaian di pelabuhan dikagetkan dengan munculnya seorang pria yang terganggu jiwanya, dan mengamuk kepada siapa pun di dekatnya. Liarnya orang gila ini mengamuk, hingga tak seorang pun berani menjinakkannya, termasuk para petugas kapal. Makin jadi masalah, orang gila itu mengamuk di jalan di mana para calon penumpang akan menaiki kapal. Semua calon penumpang bingung, petugas kapal pun demikian. Dalam situasi serba panik itu, Syekh Yahya muncul dan mendekati orang gila tersebut. Setelah tepat
21
di hadapannya, beliau berdoa, memohon kepada tuhan. Dan atas izin Allah, seketika orang gula itu pun diam dengan tubuh lunglai, tak lagi liar. Petugas kapal senang bukan kepalang dan berterima kasih kepada Syekh Yahya. Mengetahui sang penolong hendak menyeberang, petugas mempersilakan beliau menaiki kapal tanpa perlu membayar. Beliau menjawab sambil menoleh ke tiga muridnya, “Mereka bertiga ikut dengan saya”. Petugas mengangguk dan mempersilakan mereka berempat memasuki kapal, menuju Bangka. Subhanallah.
3.2.3. Kejadian Menarik di Musim Panen padi (Ngetam) Syekh Yahya dan keluarga memiliki beberapa bidang tanah di lahan sawah. Beliau sendiri yang di kala jadwal dakwahnya tidak padat, turun ke sawah, dibantu anggota keluarga dan beberapa muridnya. Dari pengolahan tanah, pembibitan, penanaman hingga panen. Di setiap bidang sawah itu ia mendirikan dangau (pondok kecil), untuk keperluan berteduh, makan hingga menunaikan sholat. Tak jarang, saat masa penanaman dan panen, ia dibantu sejumlah muridnya. Hasil panen, padi yang sudah dijadikan beras, sebagian disimpan, sebagian lain disedekahkan, dan dijual untuk berbagai keperluan. Tapi yang terjadi pada salah satu masa panen, sangatlah menarik, sebagaimana diceritakan beberapa muridnya. Saat masa panen dilakukan, seperti biasa ia mengajak beberapa muridnya membantu memetik padi. Hasilnya, dimasukkan ke dalam karung dan diangkut ke rumahnya untuk disimpan di dalam tengkiang (lumbung) di rumahnya. Namun, saat itu hasil panennya melimpah. Belum semua padi dipanen, tapi tengkiang sudah penuh terisi. Maka beliau pun memerintahkan para muridnya berhenti memanen. Tentu saja para muridnya dihinggapi rasa heran, dan bertanya. “Mengapa kami disuruh berhenti memetik padi, padahal padi yang harus dipetik masih banyak?” Syekh Yahya menjawab, “Padi yang belum dipanen itu bukan lagi rezeki kita, tapi rezeki mahkluk Allah lainnya seperti burung, belalang, tikus dan makhlukmakhluk pemakan padi lainnya. Ikhlaskan untuk mereka”. Subhanallah.
22
3.2.4. Memborong Beli Burung Pipit Burung Pipit, adalah jenis burung pemakan buah padi. Karena itu, burung ini dianggap sebagai hama dan menjadi musuh para petani. Burung ini selalu muncul secara bergerombol hamper di setiap musim panen padi. Bisanya, untuk menghindari serangan burung ini, petani memasang jaring di atas tanaman padi. Di beberapa tempat, ada juga petani yang coba memanfaatkan burung ini untuk menambah sumber rezeki. Ibarat kata, sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Sebelum pulang, sang petani sengaja memasang perangkap, yang di dalamnya diisi dengan buah padi. Keesokan harinya, di dalam perangkap akan terdapat banyak burung Pipit. Sang petani kemudian membawanya ke pasar untuk dijual. Burung bertubuh mungil namun berbulu indah ini, memang disenangi anak-anak, sebagai hewan mainan. Di satu saat di musim panen padi, Syekh Yahya berjalan ke pasar Muara Enim dan melihat banyak burung pipit dijual, baik untuk peliharaan, tapi lebih sering sekedar dijadikan mainan anak-anak, sampai kemudian mati. Syekh Yahya kemudian membeli semua burung pipit yang hari itu dijual pedagang, dan kemudian melepasnya kembali ke alam bebas, disaksikan mata pedagang dan warga lain, yang Cuma terheranheran melihat tindakan itu. Subhanallah.
23
3.2.5. Kalau ke Kebun Hanya Membawa Air Syekh Yahya, pada masa dan selama hidupnya, dikenal sebagai pribadi yang berbudi luhur, santun dalam berbicara, namun selalu tegas dalam bersikap. Mencontoh prilaku Rasulullah Muhammad Shollallahu alaihi wasallam, beliau suka membantu sesame, terlebih bagi yang sedang dalam kesulitan. Hidup sederhana, dan mau berbagi dengan sesama, adalah prilaku yang selalu dicontohkan kepada para muridnya dan orang lain yang mengenalnya. Para muridnya melihat satu ciri dari guru mereka, yakni dalam banyak bepergian, tidak membekali diri dengan keperluan makan. Termasuk kegiatannya sebagai petani. Yang dibawa hanya air, dalam wadah yang ia siapkan. Untuk urusan makan, tak sekali ia diajak makan oleh orang-orang yang ingin membalas kebaikannya. Di sawah, ia dibantu beberapa muridnya melakukan berbagai kegiatan layaknya bertani. Saat tiba waktu sholat, mereka berhenti beraktifitas, membersihkan diri dan menunaikan sholat berjamaah. Jika saat itu isterinya memasak, maka mereka pun menyantap makan siang yang dihidangkan secara bersama-sama. Dalam kegiatan rutin itu, ada peristiwa menarik, sebagaimana diceritakan seorang muridnya. Suatu pagi, Sang Kyai pergi ke pasar dan membagikan ikan ke rumah makan dan mengatakan “ini bayaran kami makan kemarin�. Pihak Rumah Makan bingung, karena beliau tidak makan di situ kemarin atau beberapa hari sebelumnya. Bisa jadi, ia pernah ditawari makan, namun baginya demikianlah cara membalas kebaikan orang yang pernah menolongnya di perjalanan. Subhanallah.
24
3.2.6. Nangguk Tebat Dulu di Muara Enim, ada waduk—yang oleh orang setempat disebut Tebat. Tebat ini dimiliki dua marga (Marga adalah pemerintahan yang membawahi beberapa Desa, dan dipimpin seorang yang disebut Depati), yakni Marga Tamblang Patang Puluh Bubung dan Tamblang Ujan Mas, yang berada di sepanjang daerah aliran Sungai Enim dan Sungai Lematang. Tebat berada di seberang Sungai Lematang dari Dusun Muara Enim, tepatnya di Dusun Lubuk Empelas dan Muara Lawai. Ada kesepakatan di antara dua Marga, ikan di Tebat tidak boleh diambil dan akan dipanen (ditangguk) secara bersama pada waktu yang disepakati. Tebat itu memanjang di wilayah beberapa desa, dan kesepakatan dalam sejarahnya selalu dipatuhi, karena diyakini akan terkena kualat (azab dari Allah Swt) jika melanggar. Dan saat jika waktunya menangguk sudah dekat, pemerintah dua marga akan bertemu, memusyawarahkan hari dan tanggal nangguk dilakukan. Saat waktunya tiba, masyarakat dari seluruh desa dua marga, berduyun-duyun mendatangi lokasi tebat, dengan membawa aneka peralatan mendapatkan ikan, seperti Tangkul, Jaring, sampai Bubu. Bagi mereka yang mengandalkan Tangkul, sehari sebelumnya sudah datang, menentukan sendiri lokasi, dan membuat tempat untuknya. Nah menjelang detik-detik dimulainya Nangguk Tebat itulah, di masa itu, masyarakat memberi tempat khusus kepada tokoh ulama terkemuka ketika itu, Syekh Yahya, sebagai pihak yang menentukan dimulainya pesat ikan tersebut. Caranya, oleh warga beliau dibawa ke tengah-tengah Tebat dan di empat penjuru mata angin (Utara, Selatan, Barat dan Timur), akan berdiri masing-masing seorang Krio (Kepala Desa) dengan memegang sebuah gong. Perjanjiannya, saat beliau memukulkan tongkat ke air, maka seketika itu pula para Krio akan memukulkan gong, tanda dimulainya pengambilan ikan, dan semua warga boleh mulai mengambil ikan sepuasnya, tanpa kecuali. Ketokohannya, mampu menjadi pengikat, mempersatukan pihakpihak dalam sebuah kekerabatan, dan setelahnya, masyarakat banyak yang memberikan sebagian hasil mereka untuk dimakan keluarganya. Subhanallah.
25
3.2.7. Kembahang Yang Gatal Jadi Bisa Dimakan Kembahang, adalah sebutan masyarakat Muara Enim untuk tanaman jenis keladi yang gatal, karena itu taka da warga yang mau memakannya. Sebagian menyebutnya sebagai jenis tanaman yang tidak bisa dan tidak boleh dimakan. Tapia da kisah, saat masyarakat terbukti bisa memakan tanaman ini tanpa merasa gatal. Kisahnya terjadi saat warga masyarakat melakukan kegiatan gotong royong, membersihkan Dusun Muara Enim. Ketika itu warga membersihkan berbagai tanaman liar, termasuk Kembahang. Seorang warga mengatakan “Oi, alangkah lemaknye kalau Kembahang ini bisa dimakan�. Saat perkataan itu didengar Syekh Yahya, beliau langsung berkata, “kata siapa Kembahang tidak bisa dimakan. Coba direbus, kalau sudah matang, aku yang akan memakannya� . Warga yang penasaran kemudian merebus tanaman ini dan setelah matang, dihadapkan ke beliau. Syekh Yahya kemudian memakannya dengan lahap. Melihat itu warga kemudian ikut memakannya sampai kenyang. Mendapati kenyataan itu, warga kemudian membawa pulang Kembahang yang masih mentah untuk dimakan di rumah. Apa yang terjadi saat mereka memakannya di rumah? Mereka semua merasakan gatal di sekujur tubuhnya. Subhanallah.
26
3.2.8. Di Mana Pun Ada Air, Di Situ Ada Ikan Ikan, adalah makhluk yang ditakdirkan hidup di dalam air. Hampir di setiap air mengalir di situ hidup hewan ini. Namun, bagaimana jika air itu terkurung di sebuah lubang, apakah berarti di situ pun ada ikannya? Jawabnya tentu tidak pasti, bahkan nyaris tidak mungkin, karena sebagai makhluk hdup, ikan pun hasil sebuah proses peranakan dan pembiakan dari induk asalnya. Namun ada kisah menarik di masa Syekh Yahya masih hidup dan aktif berdakwa. Kisahnya terjadi saat beliau sedang berdakwah di salah satu trmpat, beliau berkata “Ikan adalah makhluk yang hidup di air. Di mana ada air, maka di situ ada ikan”. Pernyataan itu mengundang keraguan dari beberapa warga yang mendengar, dan ingin membuktikan kebenarannya. Tatkala beliau pulang, warga yang meragukan kebenaran pernyataan tersebut kemudian mencegatnya, dan berkata, “Tadi Kyai bilang di mana ada air di situ ada ikan. Kami ingin bukti. Kalau terbukti maka kami akan tobat nasuha (tobat total dengan meninggalkan perbuatan buruk dan mulai menjalankan kebaikan). Beliau berhenti melangkah dan menoleh kepada beberapa warga yang mencegatnya. “dengan cara apa kalian ingin melihat bukti kebenaran perkataan saya?”. Tidak menyahut, seorang dari mereka kemudian pergi dan memanjat pohon kelapa dan memetik buahnya, lalu dibawa ke hadapan beliau. “Nah, ini Kyai ini ada dogan (kelapa muda) dan di dalamnya ada air, berarti di dalamnya juga ada ikan?”. Beliau Cuma tersenyum dan minta dipinjamkan golok dari mereka. Setelah golok dipegang, tak lama kemudian dikembalikan lagi kepada si empunya barang tajam itu. Lalu beliau berkata, “belahlah dogan ini”. Subhanallah, setelah dogan dibelah, meloncatlah beberapa ikan dari dalamnya. Dipenuhi rasa heran, beberapa warga itu lalu bersujud di hadapan beliau dan berjanji akan tobat nasuha. Subhanallah.
27
3.2.9. Ucapannya Yang Terbukti Benar Rumah Syekh Yahya di awalnya berada di Kampung 7 Dusun Muara Enim (yang sekarang berdiri Masjid As Solihin, di Jalan Pangeran Danal). Tidak seberapa luas dan di situlah beliau selalu mengajar bagi para muridnya. Karena muridnya kian hari kian banyak, maka dilakukan pertukaran, di mana akhirnya rumah beliau pindah ke kawasan Darat Dusun, tetap di kampong 7 tapi berada di pinggir Jalan (sekarang bernama Jalan Asy Syekh Yahya). Di sana beliau, dibantu para muridnya dan warga lain yang membantu secara gotong royong, membangun dua rumah. Satu untuk bersama isterinya Hajjah Siti Zainab, dan satu lainnya untuk bersama isterinya yang lainny, Asilam. Selain itu, dengan mantan isterinya Aliyah, beliau juga mempunyai rumah di Kampung Delapan, dan kemudian ditempati anak dan cucunya dari isteri tersebut. Setelah isterinya Hj Siti Zainab meninggal dunia, rumah itu ditempati anak sulungnya dari isteri Asilam, yakni Siti Saudah dan keluarga. Adapun rumah yang ditempati isterinya Asilam, setelah sang isteri meningeal dunia, ditempat anak bungsunya, Siti Rojidah. Di kedua rumah itu, beliau masing-masing membuat kambang (tempat menampung air, untuk wudhu), tapi untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian, beliau selalu pergi ke Sungai Lematang. Suatu saat di hari Jumat, beliau pergi ke sungai untuk mandi. Di perjalanan kembali ke rumah, beliau melihat beberapa orang warga sedang sibuk memperbaiki mobil yang mogok. Seketika beliau berhenti dan dengan lemah lembut menegur mereka. “Sebaiknya kalian berhenti dulu dengan urusan dunia, bergegaslah mandi dan bersiap sholat Jumat, karena waktunya tidak berapa lama lagi. Mobil kalian ini tidak akan hidup sebelum sholat Jumat” Warga yang ditegur tidak menghiraukan ucapan itu dan kembali melakukan perbaikan, sementara Syekh Yahya melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah, dan pergi ke masjid. Selesai sholat, beliau kembali mampir dan melihat beberapa warga itu, masih sibuk dengan perbaikan kendaraannya namun mesin mobil tak kunjung hidup Beliau pun bertanya, “Bagaiamana, apakah mesin mobil kalian sudah bisa hidup? “Belum Kyai” mereka menjawab. Beliau pun memegang mesin mobil itu lalu memerintahkan salah seorang dari mereka, “Coba diengkol lagi”. Sekali engkol, mesin mobil langsung hidup, dan membuat para montir terbengong-bengon. Beliau kembali menasehati, “Cobalah kalau tadi kalian mandi dan sholat jumat, Insha Allah usaha kalian menghidupkan mobil ini cepat selesai, dapat pahala dan lepas dari dosa”. Subhanallah
28
3.2.10. Musim Paceklik Menjadi kebiasaan dalam keluarga Syekh Yahya, jika di hari Jumat menu makan siang lebih dari biasanya. Sepulang dari masjid, terhidang makan dengan nasi yang masih panas dan menu masakan yang baru selesai dimasak. Tapi kebiasaan itu tak selamanya diwujudkan, terlebih di masa paceklik. Tanaman padi banyak yang mati, tanaman sayur-mayur mati kekerinagan, ikan di sungai lebih sulit didapat karena pendangkalan air akibat kemarau panjang. Daya beli masyarakat pun langsung turun, seiring melonjaknya hargaharga kebutuhan pokok di pasar. Singkat kata, kehidupan ekonomi masyarakat dalam situasi sulit. Tak sedikit di masa-masa seperti itu, untuk memenuhi kebutuhan perut, masyarakat mengganti nasi dengan gadung, singkong, ubi, atau apa pun yang bisa membuat kenyang. Masyarakat, hidup dalam situasi sulit. Di mana-mana bencana kelaparan merebak. Mereka yang memiliki apalagi yang bisa dimakan, terpaksa menjalani hari-hari dengan perut kosong. Suatu siang, di hari Jumat pada masa paceklik itu, Syekh Yahya sepulang dari masjid, sampai di rumah langsung menuju ke meja makan, karena perutnya terasa lapar. Tapi didapatinya meja dalam keadaan kosong, tidak ada yang bisa dimakan. Dapur pun tidak terlihat asap mengepul, pertanda tak ada kegiatan memasak. Suasana rumah pun sepi sunyi. “Mak Saudah” beliau memanggil isterinya Asilam, dengan sebutan anak sulungnya dari isteri kelimanya itu. “Kenapa tidak masak hari ini?” lanjutnya, setelah mendapati isterinya keluar menemui. Dengan nada pelan, isterinya menjawab, “Apa yang harus dimasak, semua persediaan sudah habis”
29
“Cari pinjaman” ujar beliau, yang dijawab lagi isterinya, “kemana lagi harus cari pinjaman, kalau tempat biasa meminjam pun sekarang juga sudah tak ada lagi yang dimasak? “Kalau begitu coba lihat di dalam kaleng di kamar Bujang”. Bujang, sebutan beliau untuk anak sulung lelaki dari isteri ini, yang aslinya bernama Ismail Yahya. Isterinya pun pergi ke kamar anaknya, meski sebelumnya ia tahu semua kaleng tempat penyimpanan beras itu sudah dalam keadaan kosong. Apa yang terjadi? Isterinya kaget ketika mendapati di dalam kaleng berkapasitas 16 kilogram itu penuh dengan beras. Subhanallah.
30
Puyang Asal Ulak P Puyang Sandar Rejidah X Abdullah
Rakenun
Resindun
Semadin
Sainin X Sagum
Mendinin X Kenagum*
Ibrahim
Jakimas
HM. Sani
Latifa
Abdul Kodir
Mayi
Khodijah
Saudah
Sayi
Maimunah
Ismail Yahya
Cik Is
Jani
H. Abdullah
Umi Kalsum
Cik Im
Manimah Tapsiah
H. Yahya X 8 Istri
Halimah
Kamal
M. Toha Kemali
Rojidah
H. Mustofa
Salmah
M.Tasir
* Sepulang dari haji, Mendinin berganti nama Hj. Fatma dan Kenagum berganti nama H. Thoha
31
H. Abd Hamid
HM. Ya
A. Rahm
Pandan, Merapi - Lahat Puyang Gementar
dul dX
Sulimin X Mustofa Bait
Sainai X K. Salam
asin
Siti Aisah
Somad
Sofiah
Hindun
Salim
Misbah
Sabinah
Fatimah
man
sah
mah
Puyang Tanggar Agam X
Rainun X
Deralim
Yasan
Mentamin
M. Soleh
-
Riasip
Nantik
-
Riambun
Kasijah
Mentasan
Rianun
Nurijah
Mentangin
Siti Ayu
A. Gofar Juairiah Kholifah Romlah Â
32
Silsilah Keturun X Bayu HM Sani X Nyi Siti Hasnah binti Danal Abdullah
Zakiyah
Margiana
Halimah X HM Yasin
Aminah X Djohan Djedal
Hassan
Idris
Rohimah
M. Said
Rogaya
Lukman
Hayati
M. Saad
Hussein
Siti Hawa
Komariah
Fatimah
Amirudin
Siti Suhada
Musa Muhidin
Suaibah
Suhoriah
Komalasari
Fadhil
Ridwan
Kohar
Fiqoh
Umam X Asmarani
Habsoh
Zainal Abidin
33
Abdullah X Hj. Rafea
Ali Farisi
Gholil
X Aliyah
Maimunah X H.Abd Muin
Faisol X Habsoh
Ghozali
X Zainab
Khodijah X A. Ghofar
Abasiah
Anwar
X Zainab
Hanin
Sobri X Adlah
Muhammad
M. Thoha Kemali
H. Mustofa
Latifa X Muhammad
nan KH Yahya X Asilam
X Seni
X Mainah
Saudah X M. Sai
Ismail X Nyayu Fatimah
Umi Kalsum X Masrun Menasin
Kamal X Fatimah
Rojidah X Syarifudin
Helmi
Siti Hawa
Eliar Rosa MK
Selvi Kuswati
Olva Rosa
Safiqoh
Khodijah
Odelis Kirawan MK
Bambang Firmansyah
Olivia Rosa
M. Hasybi
M. Thohir
M. Sazli
M. Yusuf
Junel Firdaus
Theresia
M. Zulkifli
Karoman Katibin
Tazalaluddin
M. Rusli
Ruslaeni
Rozikin
X Sofiah
Salmah
Oktafia Handayani
Aulia Akhiruddin
Siti Zahara
M. Yunus
Bunyamin
Rachmah
Isma
Â
34
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
2 3 4
ZAKDIAH X Marzuki
5 6
CUCU CICIT
FITRA M X Eka Pratiwi Firman AG Aisyah S
7
Ilham WS
8
DARWIS YAHYA X Wahyu E Suryati Fahri El Hafiz
9
Aisyah PS
10 Yulisa Maria
11 12
MARGIANA X Amar
13 14 15 16 18
ANAK CICIT
Abdullah Zakiyah
1
17
ANAK CUCU
I. BAYU
ZAKARIA AMRI X Sri Djohardin AMRU HIZAR X Lia M Faizal F Yulia Rifki Kautsar ABD MUHAR X Ety Khoirunnisa S Wulandari
1. HM SANI X Siti Hasnah
NURBAYU X Balqis P Masayu Azizah P Masayu Sumarsono
19
Husnul F
20 21
Syafiqah SA
22
SRI HAYATI X Wafiy Subhan HB M Aqil Fikri
23 24
Putri Salma A
25
Elvi Wassalimatin
MASYKUR X Elmi
26 27 28
ABASIAH X AK Muzakkir
29 30 31 32
ABIRUHI X Nuraini
Nauwaroh A Syuhadah DS Aulia DA
Khoirun Zarli HUSNULLAILI X Ramadhinta A Yunizar Alifah L →
KETERANGAN PERNIKAHAN :
35
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
33
CUCU
CICIT
ANAK CUCU
Adlii F Hibban
Nadiatunnur
35 36
M Rizki AF
37
M SANI WM X Faizal R Nurlaila S Shafrijal D
38 39
Fathur Robby
40
Rayhan AM
41
ALI EL FARISIE X DIAN PERTIWI X Rendi AM Yanto Rosni Febiona Resha
42 43
Edward
44
ELVIRA ROSA X Syakira AZ Suthandi
45 46
48
CUCU CICIT
NURULHIJJAH X A`riq S Amir Zulham R
ABASIAH X AK Muzakkir
34
47
ANAK CICIT
I , BAYU
M ALI EL FARISIE X Moh. Ghanim Nina P
1. M SANI X Siti Hasnah ANWAR
49
GHOZALI
50
KHOLIL
51
M Zikri EP BUDI K X Shinta M Fariz A M
52 53
Safiqah Amirah
54
M ARIEF ILYAS X Ditrina ZD Rohimah M Amir Zaky
55
HABSOH X Thoseh Abd
56 57 58
ZULFIKAR RS X Elin M Raka PS S Herlina
AMRULLAH X Helga KA Nuralwiyah
59 60
FEBRIAN K X M Ezhar AF Alifiah Talita KS
61
ZAINAL ABIDIN
62
Keterangan Dalam Keluarga:
Huruf Besar: Keturunan
→ X : Pasangan Pernikahan
36
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
63
65 66
SHALEHA X Muktilah M
67
M Izzam AF
Latifah
69
Khotimah
70 Rakhmad
71 72
BUSROH X Endang D
73
Irwan Aditya Deltian EP Khasyyatika N
74
AMINAH X Djohan Djedal
75 76
I , BAYU
2. CHODIJAH X Ghofar
Farhan N NASIHUN AMIN Afwan N X Erzalia Febian N Kharissa N DARUSTAMINA X M Leo E Anggara Idris
79
Dwi Thoyibah
80
Adistiani
81 82
MAISYAROH X Isas Oris Susanto
83
Erina
M Fadhlan
84 Aslamiyah X
85
Abdurrahman Estikawida
86 87
HANIF X Supartuti
88 89
KOHAR
90
FAIKO FAISOL X Habsoh
91 92
Keterangan Dalam Keluarga:
37
CUCU CICIT
RAHMANIA X Jufizal Arsal KHAIRINISYAH x
68
78
ANAK CICIT
QUROTU AINI X M Attar Salim AR Andre Martin
64
77
ANAK CUCU
HEFNI X Maryati
Amnina A M Zaid
ROHANI X Aan Ardiansyah
Huruf Besar: Keturunan
→ X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
93 94 95
FAISOL X Habsoh
96 97
99
CUCU CICIT
Fauzi Qiisya Najwa M Marvino F
Andrian F WINDIARTI X Marina A Rachmat F Aria Wiraraja
100 101 102
M Idham P ROSLINDA X M Rafli Chaerul Anwar
103 104
Septian Anwar
105
SOBRI X Adlah
106 107
I , BAYU
109
Dicky Irwanda HARTATI X Jahri Reza Pahlevi Jessica A
CHODIJAH X Ghofar
FARIDA X Nugroho
110
M Rizki R
Fajar Alief N SOFYAN X Indah Rafif Dzaky K Afriani Naila Kirana P
111 112 113
EDWAR X Juanita
114 115
FAIZAL X Len
116 117
UMAM X Asmarani
118 119
121
Ghaniyah
Anisyah Gilang
SUZANA X Nopidian ZULKIFLI X Yuli
120
Andre
MUTMAINAH X A Rifai P
122
Hanin
123 124
ANAK CICIT
RITA SOFIAH X Hani ISNAINI Hanief
FAUZIAH X Marwan S
98
108
ANAK CUCU Adim
II. ZAINAB
(Ibunda H Idrus)
Keterangan Dalam Keluarga :
Tidak ada keturunan Huruf Besar: Keturunan
→ X : Pasangan Pernikahan
38
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
125
ANAK CUCU
126 127 129
Salehudin X Nurazhariah
130
HADIBAH X Moh. Saufi Jamaludin Moh. Hidir
131 132
M HASSAN X Maimoon LATIFAH
133 134 135 137
140 141 142 143
Nadira Omera
Sulaihah
A SABRI X Moh. Taqif Nor Haryanti Qaisa Qiara
III. ZAINAB (Binti Abu 3. MAIMUNAH X Abdul Muin Hasan, Malaka)
M HASSAN X Tominah SAHAK X Eka Yulniesa Muryani Ammar Z NOORMAYA X Zulhairi
144 145
PAUDZIAH X Zakaria
146 147 148 150
ABD HADI X Zaiton
153 154 155
NOORAZLINA X Nur Aliya N Norazman Nur Alisa N Zafri Mifzal
M Abd Ghofur
151 152
Zulkarnain
ZULFADLI X Noramira
RUGAIYAH X M Yunus
149
Siti N BASHARAH X Ahmad
Zakuan Siti N Sakinah Siti N Syahirah
156
Siti N Hanisah
KETERANGAN PERNIKAHAN :
39
Aliya Anisa
A TAMRIN X A. Fauzi Rashidah Norazlin
136
139
CUCU CICIT
Azizah
128
138
ANAK CICIT
Akhmad Zaqi MUH SALEH X Ommar Aminah Muh. Emir
Huruf Besar: Keturunan
→
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
ANAK CUCU
157
ANAK CICIT Roslan
158 159
AHMAD X Aminah
160
AHMAD X Aminah
SITI NUR RAFEAH SITI ZUBAEDAH
161
Moh. Kamil
162
Moh Ali Hakimi
163
RUGAIYAH X ZARINAH X M Yunus
164
Rothazien
165
M Adib Taufik Rozana Rothawani
166
Rothalinda
167
Farhana
168
ROZAIDI X Normanisa
169 170 171
174
Sofi Soffia Ariff Hafizin Nor Maisarah Nor Ariana
172 173
CUCU CICIT
SITI NURHIDAYAH X Dhia
III. ZAINAB
Nur Safiqah M MAROOF X Nur Syafarina Safiah Azman Nur Syakira
3. MAIMUNAH X Abdul Muin
175
HUSSAIN X Kalsom
176 177
Ikmal Alif NORAINI X A Amir Syauqi Syukri Nosyahida
178
Umar Haris
179
IMRAN X Uni Sriwati
180 181
Siti Nadzirah
182
M Redha NORALIZA X Abd Ftin Nabilah Rahim
183 184
AMIRUDIN X Hadjah
185 186 187
Intan Maisarah Ummi Masyitah
NORAZMAN X Dyna
188 189
KETERANGAN PERNIKAHAN :
Huruf Besar: Keturunan
→
X : Pasangan Pernikahan
40
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
190
CICIT ERWINA X Fahri I
191
ANAK CUCU
Nisrina
193
EKSI INSANI X Iyad Alwan Roja
194 195
Arij
Yanuarti X M Nasri
196 197 198
Nafisah Human LUISA A X Sigit
199 200 SAPURA X Sutarjo
202 203 204
ATIKAH X Edi Cancer
205
4. H ABDULLAH IDRIS X Saudah III. ZAINAB X Rafiah
208 209
Sulton
AMINAH X Khoirin
M Suprapto M Purnomo Tri H Saftari Dini U Putri Iga P Fajrin Indah P Sari
M Bagus P M Wira P
M Reza H ROSADAH X M M Rangga S Hartawan M Raka H
210 21 212 213
M SALMAN X Ena Jubin
214
Moh. Balyan
215
M Arief Z
M Hafizh D
216
SRI MULYANI X M M Aris H Yudhi P Bunga FA
217
Cinta AF
218 219
RAHMADIA X Jati Iswdy
220 221
Faizah Falihah FT M Athallah
ANITA AL X A Dhanu Azka Ilwani
222 223
M Sulthan
KETERANGAN PERNIKAHAN :
41
GITA P X Benni Gega Wira P
201
207
CUCU CICIT
Amelia A
192
206
ANAK CICIT
Sylvia A
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
224
CICIT RASMINI X Zulkifli
225 226
CUCU CICIT
Dwi Ayuni Dwi Almi A
228
IDRIS X X HINDUN
229 230
KASMITA X Alpha Putri Almi T TJ Dinda
Syifa A
231
Akbar
232
CICA HY X Maulana B
233 234 235 236 237 238 239 241
ANAK CICIT
Farin Almi J
227
240
ANAK CUCU Reynaldi
III. ZAINAB
243 244
M Gady HS Sapphira SL
LUSI DMYT X Iskandar
Muammar NF
LUKMANUL H X DEWI DMYT X Zulkarnain Roro Sdw
242
M Ghozi FS
LUDI F X Halida Ratna
DESI K X Jefri Estardi
4. H ABDULLAH X Rafiah
Sassy AT
Nathasa AD
Ricki RY Nabila Nadila Lutfiah PD
DENI Arifinto X Mardatilah
245 246
LUKI X Ridwan D
247 248
Rajesta MK
249
Leni MK
Khaza
250
Levi K
251
Owen H
252
ESTHER A X Bempi Bezalel JM M Kenneth NM
253
SITI HAWA X Rinto P
254 255
Ezekil P ELDAROSA
256 257
Oris P
Fernando G
Genevieve Hannah P
KETERANGAN PERNIKAHAN :
Huruf Besar: Keturunan
→
X : Pasangan Pernikahan
42
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
291 292 294
Qonita Amira
296
ABD LATIIF X Deslinawati
297 298
AGUSTINA X Abd. Hasyim
300
KOMARIAH X Djuned
301 302 303 304 306
III. ZAINAB
ZULKIFLI X Rismita
Lazuardi H Fathurrahman Azizah J Abdurrahman Aulia Ramadhan
Sandi Sintia ZULKARNAIN X Romi Hidayat Magdalena Nayla Sabrina
305
5. HALIMAH XX HM Hassan
APRIYANTI X Lamidi
309 310
Dini Wulandari Putri
Farizi Satri J
SYAIFUDIN X Sri Shofyan Indrayati Sofie Arifah
311 312
MUHIDIN KADIR
313 314
NURHAYATI X Sauji
315 316
Taifikurahman
Khairul Amin AMIR H X Dewi Nafisah EP YS Nabila DP
317 318
MUHAMMAD X AFIZ ZULLAH X Juminem
319
Dwi Rama P
320
Ari Yanto
321
CHOIRIAH
322
6. H THOHA 7. MUSTOFA
KETERANGAN PERNIKAHAN :
43
Lingga I Haq Hanifah QA Sausan
299
324
CUCU CICIT
Arman Ramadan
295
323
ANAK CICIT
M LUTHFI X Emi Aisyah Suhaimi Maulana A
293
307 308
ANAK CUCU Andini Prastiti
→
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
258 259
3. H ABDULLAH X Rafiah
260 261
SITI HAWA X Rinto P
262 263
CICIT
ENDAH P X Prasetyo SYUHADAH X M Dwi Aprilina Purwoto TRISNA E X Arryanta AMALIYAH X SUDIRMAN M
264 265
HASANAH X Budi Kosasih
266 267 269
272
Fayza RPA
Rika Dmyanti Aulia Hudayah Marita Indriani
M Budiman
Firmansyah
273
278
Rafisqi BP
NURMAWAN X S Yuliana A Karnain Tri Lis Wardani
271
277
CUCU CICIT
Nurisnani
270
276
ANAK CICIT Naufal AP
ABD WAHID X Sri Aini P Gustini Eka Yanti Anisa Hanifah R
268
274 275
ANAK CUCU
Neni Rosalinda
ROHIMAH X Abd Hamid
III. ZAINAB
SARIFUNI X Rika Andianrosa Arief Rakhmad Rozali M Afietalrosa
5. HALIMAH X HM Yasin
SYAMSIAH X M Hanif
279
AZWAN X Katim
280 281
A Ghozali M Gimnastiar
SOLASIH X Nur Anniyah
282 283
SAMSUL Q X Mardiana
284 285
Q.SAMSI X Nani
286 287
M Faris Naufal M Alfurqon syakira Andini Prastiti
288
KOMARIAH X Djuned
289 290
M LUTHFI X Emi Aisyah Suhaimi Maulana A Arman Ramadan
KETERANGAN PERNIKAHAN :
Huruf Besar: Keturunan
→
X : Pasangan Pernikahan
44
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
325
CICIT
ANAK CUCU
326 327 329
Robby Azzikri LOLA KHAIANI X Pandu AA Harson S Monika
330
Tita Ermina
328
331
M SAID X murtini
332 333
Muharani A Daribi
335
A FAKHRI X Lena Falih Al Amru Heryanti Fahmi As Saudi
336 337
A.TANTHOWI X Kayla C Aisyah Elva Winda Tintus M Hafiz
338 339 340 342
CUCU CICIT
LUTFIAH X Salman
334
341
ANAK CICIT
M NATSIR X Duyung Naysyila Nur EM M HASYMI X Nelly P Warni Febriani NK Mardiana
IV. ALIYAH
A SAZELI X Purwatiana W
8. LATIFAH X M SAAD Muhammad FATIMAH
Asrul
343
Noprin
344
SUHAIBAH X Budi Nawawi
345
Wawan
346
Fitri
347
Robi Gerot
348 349
RIDWAN
350
Meri Eva Bima
351 352
M RIZA X
353
Rara M Akhtar
KOMALASARI X Insa Cik Umar
354 355 356
→
357
KETERANGAN PERNIKAHAN :
45
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
358
Elizah
359
Agustian
360
Yan Maroi
361
Muhaimin
362
HELMI X
363 365 37
370
V. ASILAM
HASBI X Nurhasanah
373 374 375 377 378
382
M FAIRUZY X Mufaidatu S Ani Aqila Ufaiqo OKTA DM X Defri H Hafifi X Husnul Khotimah X
M Soleh Faradila A WIDIASTUTI X M Zulfa Alya Fadli AA Zahra TM
376
381
Nuraisah
Adi
SAFIQOH X Tolhatta
369
380
Mastur
Azza
368
379
CUCU CICIT
Yuda
9. SAUDAH X M Sai
366
372
ANAK CICIT
Ozi
364
371
ANAK CUCU
10. ISMAIL X NYAYU FATIMAH
383 384 385
FAZRIATII X Johan Dewa Satria Gunawan Ibrahim
SITI HAWA X Zainal Izudin
Aditya Putra Adeliya Putri Adriyansyah FITRIANA X Didi Arimbi N H Arindi N Akbar
386
Anisah DH
KETERANGAN PERNIKAHAN :
Huruf Besar: Keturunan
→
X : Pasangan Pernikahan
46
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
387
CICIT
388 389 390
SITI HAWA X Zainal Izudin
391 392 394
Arga F Putra Bagas Subhan M Rayhan
396
ISTAL Muriansyah X Lia
397 398 399
402
CUCU CICIT
SIDIQ FAJRI XX Putri Y Aqila Yuliana AFFAN
395
401
ANAK CICIT
CHAIRUL FAHMI X Tegar Parlina
393
400
ANAK CUCU
SIDIQ FAJRI X M Iqbal Wati M Syafri
V. ASILAM
10. ISMAIL X NYAYU FATIMAH
KHODIJAH X Ali Rahman Batubara
HAFID X Vera Adil PUTRA X Erna Gema R Kanza
403
Rizki
404
AGUSTINA X Eka Regusta S Prasetya Sabrina N
405
M THOHIR X Wiwin
406 407 408
OKTAWIYANAX Viona Benny Samuel YANUAR X Rita
409
Chila Keysha
M YUSUF X Nilasari
410 411
M Fiqih
412
M YUSUF XX M Firman A Titin
413
M Firdan G
414
→
KETERANGAN PERNIKAHAN :
47
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
CICIT
ANAK CUCU
415 416
Kayhazel A
418
Abirukail
Putra
419 420
M ZULKIFLI XX EVI
421
Sri Kencana M Akbar Darwin S
422 423
M RUSLI X Sri
424
Oktavianus M Rakhmat A
425
Rina D Puspita
426
Gery
427 429 430
CUCU CICIT
M ZULKIFLI X Eli NINA KARTINI X Raka AP Zuhaili
417
428
ANAK CICIT
Ramadhan AA
V. ASILAM
10. ISMAIL X NYAYU FATIMAH
Grendy SITI ZAHARA X Geby Agus Titop Gibran Syahdu M Yunus
431
Meninggal dunia di Lampung, 22 April 2017 lalu
432
Ashima Bismail
433
BUNYAMIN X Coliarita M
434
Izzati Bismail Ukasyah B Ubaidillah B
435
M Fadli R
436 437
RACHMAH X Sukman Solihin
438
M Fajeri R M Faizal R M Farhan R
439 440
ISMA X Arian Jaya
441
Sarnita Dewi M Daffa
442
→
KETERANGAN PERNIKAHAN :
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
48
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
CUCU
443
CICIT
444 445 447
ELIAR ROSA MK Sefti Rosa Inda X Fachrozi Basri
448 449 451
M Rizky R
452
Nadya H ER
453 454 455
V. ASILAM
11. UMI KALSUM X Masrun Menasin
458
M Rifky R
ROSLA ENI X Heni Emalia Harsa
460 461
JUNEL FIRDAUS X Elis Farida
462 463
FRANKY ALHAM X Alfira Salsabilah Rina Andika Moh. Aziz
STEVANI J X M Habibie N Afran Niaga Hanindia N DJEANISA F X Aqila Humaira Moh. Iqbal P MEISA F X Imam Ghozali A Mumtaz F
464
Karoman K
465 466
ROZIKIN X Elis Triana
467 468 470
Kalila Rifda NA
ODELIS KIRAWAN X Putra E Rhoma Khoiriah Dwiki Rio Z
459
369
CUCU CICIT
QURROTU A X Jefri Aprilian
450
457
ANAK CICIT
M Hafizh EA ELSA Y SARI X Nada Alawiyah Donny Afrian
446
456
ANAK CUCU
MOH. REZA F X M Furqon F Fauziah
12. KAMAL X Fatimah
471
SELVI K X Parjito
M Refatih LH Galih Rozikin Septika N Putri
BAMBANG F X Balqis Syafira Halimah Kharisma PB
→
KETERANGAN PERNIKAHAN :
49
Huruf Besar: Keturunan
X : Pasangan Pernikahan
SILSILAH KETURUNAN SYEKH YAHYA NO.
ISTERI
ANAK
472 474 475
12. KAMAL X Fatimah
476 477
V. ASILAM
481
13. ROJIDAH X Syarifudin
482 483 484
CUCU CICIT
Bella Sandi Y
THERESIA X Ridhan S Akila Mustaim Riza Shailah Waliudin MY
TANZALALUDDIN X Nada Fatimah Nurbaiti
OLVA ROSA X
Amelia Kurniati
OLIVIA ROSA X Nisar
VI. SENI
Tidak memiliki keturunan
486
PENTRI ROMLI X Rina Z
487 488 489 490
ROMLI NAS X Aulia R
491 492 493 495
ANAK CICIT
Wulandari
480
494
ANAK CUCU
AULIA A X Siti M Al Kahfi Nurma Diana
479
485
CICIT Billy Sandi MY
OKTAFIA H X Teguh
473
478
CUCU
VII. MAINAH
M Bintang EFIA AFRIANI X M Dimas Fajar M Fauzi M Khadafi TRI ENDRINA X Miracle Suci D Juliawan M Habib YULI ASTUTI X M Dzakwan Ferianto
14. SALMAH X Nangudin
Dedi R Romli Agustria Romli
496 497
Ari Marstsanggang
ALIFIAH X Yuliha M Thoriq
498 499
MULTIFLI X Siti Ruaini
500 501 502
VIII. SOFIAH KETERANGAN PERNIKAHAN :
Aji Nala NASRULLAH X Ridlo Emi Diarti Alief B Kirana
Tidak memiliki keturunan Huruf Besar: Keturunan
TAMMAT X : Pasangan Pernikahan
50
TENTANG PENULIS Soal lokasi kelahiran, Penulis sering mengungkapkannya kepada orang lain dengan cara bercanda, bahwa “Saya lahir di Dusun Muara Enim, Kelurahan Muara Enim, Kecamatan Muara Enim dan Kabupaten Muara Enim. Jadi saya sangat Muara Enim, dan aku bangga menjadi Orang Muara Enim” . Lahir dengan nama Junel Firdaus, pada tanggal 22 Juni 1965. Kata Junel diambil dari bulan dan tahun kelahiran itu. Lalu, karena kata Junel itu oleh teman semasa kecil sering diplesetkan dengan kata Cenil—makanan kecil yang biasa dibuat orang Jawa, kata Junel dihapus, tinggal Firdaus saja. Belakangan, saat mulai bekerja, pamit kepada ayahanda Masrun Menasin, untuk menempelkan namanya, maka nama resmi hingga kini, Firdaus Masrun. Firdaus sendiri, menurut cerita orang tua, pemberian KH Kamaludin, salah seorang murid Syekh Yahya. Penulis, merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Ibu bernama Umi Kalsum, anak kandung ketiga Syekh Yahya dari isteri kelima, Nenenda Asilam, atau secara keseluruhan dari delapan isteri Syekh Yahya, merupakan anak ke 11 dari 14 bersaudara. Sedangkan ayahanda Masrun Menasin, masih terbilang saudara sepupu dari Nenenda Asilam. Ayahanda juga adik ipar dari Batun—yang kemudian diganti nama menjadi Muhammad Tohir, salah seorang murid setia Syekh Yahya. Penulis mengawali pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Enim, san selanjutnya menjalani pendidikan, mengikuti lokasi kedinasan ayahanda. Menyelesaikan sekolah dasar di SDN No.6 di Talang Ubi, Pendopo, SMP Negeri Tanjung Enim, SMA N Muara Enim, dan melanjutkan pendidikan terakhir di Fakultas Hukum Universitas Lampung, Lampung. Setamat kuliah, sebelum bekerja secara formal, mewujudkan niat dulu untuk menyumbangkan ilmu bagi kemashlahatan umat dan agama di Kabupaten Mura Enim, dengan aktif mendirikan organisasi-organisasi keislaman di masjid, dan pendirian Karang Taruna di sejumlah desa. Mulai bekerja Tahun 1991, dengan menjadi Wartawan Media Cetak di Harian Umum Sriwijaya Post, dan sejak 1997 aktif di Media Elektronik, Indosiar Visual Mandiri (Televisi Indosiar, Jakarta) hingga sekarang, dengan posisi sebagai News Producer (Poduser Pemberitaan), Bidang Polhukam (Politik, Hukum dan Keamanan). Kegiatan lain di luar keseharian sebagai wartawan, lewat PT Media Serasan Utama yang didirikan, aktif menerbitkan buku, majalah (salah satunya sebagai penerbit Majalah Kabar Serasan, Majalah Pemerintah Kabupaten Muara Enim), media promosi (brosur, pamphlet, buklet), pembuatan video profil (perusahaan dan tokoh), dan saat ini menjadi Pemimpin Umum Media Online, Kabarserasan.com.
Penerbit: PT Media Serasan Utama Jakarta, Juni 2017 51