Identitasmu, Pemenang! Baiq Ilda Karwayu
akumassa chronicle lombok utara 1
2
akumassa C hronicle
adalah proyek seni yang digagas oleh Forum Lenteng, dengan melibatkan seniman dari berbagai disiplin, aktivis kebudayaan, penulis dan peneliti profesional, yang fokus pada satu tema yang berhubungan dengan persoalan sosiokultural di lokasi yang menjadi tempat proyek tersebut dijalankan. Proyek seni ini dikuratori oleh Otty Widasari (Direktur Program Pendidikan Media Berbasis Komunitas, Forum Lenteng) dan Arief Yudi (pendiri sekaligus pegiat Jatiwangi Art Factory). akumassa Chronicle Lombok Utara diselenggarakan oleh Forum Lenteng bekerja sama dengan Yayasan pasirputih, melibatkan sebelas orang seniman dari dalam dan luar Lombok Utara serta warga masyarakat yang ada di Kecamatan Pemenang.
Forum Lenteng adalah organisasi nirlaba egaliter sebagai sarana pengembangan studi sosial dan budaya yang didirikan oleh mahasiswa komunikasi, pekerja seni, periset dan pengamat kebudayaan pada tahun 2003. Forum ini didirikan sebagai usaha pengembangan pengetahuan media dan seni para anggotanya, dengan cara; produksi, pendokumentasian, riset dan distribusi terbuka. Pengembangan pengetahuan ini menjadi pijakan bagi komunitas untuk membicarakan persoalan sosial masyarakat melalui seni dan media. Setelah duabelas tahun berdiri, forum ini telah berkembang dalam berbagai program atas dukungan kerjasama dengan berbagai lembaga dan komunitas di Indonesia dan internasional. Pasirputih adalah organisasi nirlaba egaliter berbasis di Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Organisasi ini fokus pada pengembangan pengetahuan literasi media, seni serta studi sosial dan budaya. Pasirputih menginisiasi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan persoalan sosial kemasyarakatan, terutama yang berhubungan langsung dengan masyarakat lokal di Pemenang, serta publik di Lombok Utara.
1
2
Daftar Isi
Biografi Pengantar
4 5
Puisi
Nirwikana Membasaq Kelahiran Mewarna Masa Menggawe Kusir Cidomo Di Bangsal Guest House Hujan di Pemenang Pesta Menggambar Wasiat Dongeng Renungan Perupa Akar Membasaq Transformasi Bangsal Delapanratusmeter Sejarah Sesumbar Simpang Empat Bunga (Labuh) Bangsal Sembari Menunggu Bujangan Urban Menggambar Pemenang yang Berdoa Isi Fikir Kami Cameo Menguping (Bangku) Bangsal
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 25 26 27 28
Cerita Mataku di Malam Hari 29 Malam di Pemenang 30 Sebisik Malam 31 Bagi yang Suci 31 Ketika 32 Mereka Bicara 32 Mungkinkah 33 (Sejarah Memaki)? Anyaman Keyakinan 34 Kisah Tanah 35 Telaga Wareng 35 Rudat (yang Sempat Tamat) 36 “Bule” 37 Identitasmu, Pemenang! 38 Menanti Pertunjukan 39 Nash Jauna’s Mime 40 Anak Asuh Muhaimi 41 Lamunan Seorang Pembuat 42 Filem di Bangsal Tawar-menawar Penjilat Pusat 43 Identitas Imajiner 44 Simpul Perjalanan 45 Ismal Muntaha Identitasmu, Pemenang! 47
3
Baiq Ilda Karwayu lahir di Denpasar, 10 Juli, 1993. Setelah
menamatkan pendidikan menengah di SMK Negeri 3 Mataram
(2011), Ilda kini tengah menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), Universitas Mataram. Di kampus tersebut,
ia sempat aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Pena Kampus sebagai Pimpinan Umum untuk periode 2014-2015. Ilda, sapaannya,
adalah salah satu penyair muda yang aktif menulis dan karya-
karya puisinya telah diterbitkan di berbagai media massa, antara lain Media Indonesia, Bali Post, Kendari Pos, Suara NTB dan
Sagang. Tahun 2013, ia terlibat dalam proyek buku kumpulan puisi Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI), dan
kumpulan puisi 17 Penulis Perempuan Indonesia Timur. Ia juga menjadi salah satu penyair dalam beberapa buku kumpulan
puisi lainnya, seperti antologi Isis dan Musim-musim (2014) dan
antologi Taman Pitanggang (2015). Saat ini, Ilda aktif berkegiatan di Komunitas Akarpohon, sebuah komunitas satra di Mataram, Nusa Tenggara Barat.�
4
Kronik Baiq Ilda Karwayu Otty Widasari
Buku kumpulan puisi Identitasmu, Pemenang! adalah salah satu bagian dari serangkaian proyek seni dalam program AKUMASSA
Chronicle yang berlangsung di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dalam perjalanannya berproses di lokasi, Baiq Ilda Karwayu membuat kumpulan puisinya yang kemudian dibukukan ini.
Yang menarik dari proses berkaryanya adalah, bagaimana Ilda
menunjukkan bahwa puisi mampu bicara tentang sebuah lokasi, rekaman-rekaman peristiwa, dan terutama karena Ilda dan puisinya
dengan cakap berelasi dengan medium seni lain yang memang mengalami persinggungan dengan proses kerjanya: video, lukisan,
graffiti, pantomim, tarian, lagu, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, bahkan Ilda merekam individu-individu pelaku seni tersebut.
Kerja sastra Baiq Ilda Karwayu merangkum peran seorang sastrawan
yang melukiskan perasaannya melalui kata-kata, memvisualkan
lokasi dan orang-orang layaknya lukisan, menggerakkannya secara
kontemporer layaknya video, merekam kota layaknya graffiti, dan
yang terpenting adalah mencatat geliat sebuah kota kecil layaknya seorang jurnalis. Buku kumpulan puisi ini adalah sebuah kronik.
j 5
Nirwikana jemari hidup sendiri
menyapa ujung depa
hanya mimpi
jiwaku berharap
nirwikana di Bangsal
aku merayu ujung mentari
untuk duduk di sampingku 2016
6
Membasaq /I/
awan melukis matanya
yang sayu
membasaq akan menyembuhkan anganan puan diujung ruh ampurayang‌
simpang empat
merindu langkah mangkat /II/
kembali ke matahari: anak-cucu memasung diri sejah embun menarik
tangan-tangan dingin
kakinya melantun sejarah hatinya menulis sebaris
kesan yang tumpah
kembali ke bulan: anak-cucu beradu kehidupan 2016
7
Kelahiran izin keramaian aku layangkan
untuk tangan dan kakimu —yang sibuk memaki isi hati bayi-bayi
pandora layang Benoa : dongeng modern tetiga gili kelak
‘kan jadi tempatnya berdiri menaruh kaki dan mata hati
pemadaman imaji
2016
8
segera terjadi
Mewarna Masa mewarna masa lelembar filem
menyapa bibirmu
(yang lelah menyalami imaji) 2016
9
Menggawe musik menarik telingamu dari kesepian
menunggu zaman
menggantikan pakaianmu
sepanjang petang
berkeluhlah pada lain nafas di rumah keke rumah kita 2016
10
Kusir Cidomo kosong matamu mengurai temali lisan mendengar angin menata rindu pada batu mendongeng kita menonton hatimu —monoton 2016
11
Di Bangsal tentang hujan januari si pengusir simpati
menghapus langkah
penggunjing dongeng-dongeng sumpah adalah panggung eksodus menghunus
rumus sambung nafas harga diri—lepas 2016
12
Guest House menunggu laron
hinggap di mataku ada secelup kopi
tanpa kecupan mimpi karang-karang
menerawang : petang 2016
13
Hujan di Pemenang adalah panjatan doa tetanah
basah hujan enggan duduk sejenak sekedar
menanami uang-uang yang berteduh juga lelangkah petuh
2016
14
yang memilih punah
Pesta di tepi alunan jazz hujan berjanji
membawa jemari(mu) —lusuh
mencari kapas
pengumpul darah perawan 2016
15
Menggambar guratan arang jati bercerita
tentang pelukis
yang terkunci oleh hujan semangkuk peluh habis dibeli 2016
16
Wasiat Dongeng ceritamu
menyapu pelangi
di pipi
menutup gurindang
rakyat menyilang kenang 2016
17
Renungan Perupa perupa menagih nama palsu goresan-goresan arang
menari salsa
leliuk emosi : vinyasa 2016
18
Akar Membasaq daging bibirnya hidup di kakimu, semburat pekat
Bangsal lebih ranum pelukanmu
terkulum sesaat 2016
19
Transformasi Bangsal tetamu
rumah perumah seratus meter
kerang-kerang hidup lima meter jejak
2016
20
perahu semakin tahu
Delapanratusmeter Sejarah kakiku tergeret tetanya di sampingku,
angin membisiki pagi serupa sejarah
pernah
sempurna
punah
kini merana
2016
21
Sesumbar Simpang Empat simpang ini lebih melati
dari bunga-bunga simpati
(terbalut senyum hati-hati) pun
mata hanya sigap membelai belati takut aromanya runtuh digerus pemerhati
(busuk) 2016
22
Bunga (Labuh) Bangsal bolehlah langkahku tertegun meranum karang keke mencium cecerita
pedagang kacang
tetubuh pelancong hanya kumbang 2016
23
Sembari Menunggu Bujanganurban Menggambar : Sibawaihi malam menjemput
warna-warna —
hisapan rokok, bercerita,
“ biarkan bibir pekat
mati dalam waktu dekat,
maka langkahnya semburat
tidak bertemu dengan kiamat.� 2016
24
Pemenang yang Berdoa Pemenang yang berdoa
menuruti anggukan arus wajah (dua) dipeluk elektron
-- -- -- -- telinga laron-laron langkah bersumpah
dalam ziarah
2016
25
Isi Fikir Kami Anbiya petang
Pemenang
—ampurayang,
2016
26
rumah bambu
menolak dikenang
jantungnya bukan babu
Cameo Pemenang
: peradaban di kaki hutan langkah cameo
terlampau jauh
mengendus arus
2016
27
Menguping (Bangku) Bangsal awan lengah
(jengah bergosip
perihal semedi)
asap rokok
menari sombong investasi bodong
pejabat omong kosong tanah pasir
mendesah getir 2016
28
Cerita Mataku di Malam Hari ruang panjang langkah kota, tuan;
aku gambarkan laron-laron haus cahaya begini bentang
bertitik di temu lintang
orang-orang duduk di balik rasa malu
menatap yang datang—ialah wajar melulu lantas,
masih adakah langkah asli
di tanah penuh poster basi? 2016
29
Malam di Pemenang malam tersenyum sabit anak-anak
mengaji gawai masjid : sarang lebah simpang empat 2016
30
:
alur semut
Sebisik Malam Bagi yang Suci Gegasing sedang rudat di Sumur Mual ketika tangisan mural pecah—lahir dari tangan
pendatang—pukul petang usai mengaji—runtuh kekata dusta di Tebango—damainya semedi— mata terlempar ke Bolot—hujan bercerita
tentang hangat senyum—sabit pipit semburat
semangat—tabuh gendang di ujung Terengan—
anganku membungkus cerita—kawan dari tanah seberang—serupa enggan pulang. Tersesat di
simpang mata—hanya yang suci yang mampu melangkah lagi. 2016
31
Ketika Mereka Bicara aku tak menyimpan mataku (di kantong bokong)
saat mendengar tangis remaji
sepanjang cerita petang
ditimangnya masa depan
“anak-anak butuh asupan mimpi..” buya membisik pintu belakang mata(ku)
“jika hanya makan, monyet pun mengaku.” : cermin haiku
sepatu masih basah
(oleh tangis remaji)
“takkah kau inginkan aku lekas pulang, nona?” 2016
32
Mungkinkah (Sejarah Memaki)? bilamana kudengar buku sejarah
sekolah dasar
memaki keterbaruan:
“lupakah kalian akan wajah pribumi yang sejak dulu membangga diri dengan makan daging saudaranya sendiri?�
tak kusadur macam fikir siapa-siapa bahkan, hanya,
mungkin tanah ini tak berganti tuan 2016
33
Anyaman Keyakinan anyaman keyakinan: “bagimu agamamu, dan bagiku pula agamaku.” “kesuburan alam adalah berkah kebaikan yang kuasa.”
“siapa yang menabur kebaikan akan menuainya di kemudian hari.” : inti bumi gerbang dayan gunung 2016
34
Kisah Tanah Telaga Wareng wanita sawo matang dengan ali-ali di telinga berburu jamur-jamur tanah di tanah yang
katanya bukan lagi miliknya sejak ia cemburu
pada kulit putih yang dengan ikhlas mengambil seulas senyum suami miliknya sehingga sejak
saat itu ia gila dan lebih memilih ali-ali dan lari
dari rumah sembari membuyar pakaiannya yang telah anyir kerana jamur-jamur (tubuh). 2016
35
Rudat (yang Sempat Tamat) lusuhnya cerita bapak
tertangkap kertas dan pena saya
air mata pakaian pentas bapak tertangkap mata hati saya
keruhnya hati tetangga bapak
tertangkap ucap saya
gagalnya bibit bangkit
luput dari langkah saya 2016
36
“Bule” simpanlah panganan french fries fresh grill
hamburger steak fried chicken—dan nasi putih seharga limabelasribu
campurkan lemonade beer vodka wine—dan
kecuali tuak—ke dalam centong kamar untuk bilas
: ini,
serupa aku tak beranjak dari kasur 2016
37
Identitasmu, Pemenang! mengeluh bising
tentang harga saing
sebisik pasar malam
namun tanpa “salam�
secampur jati diri kami di rumah sendiri
sesulit kami membangun prasasti di pagar dan atap rumah sendiri
karena tak pernah hidup sendiri
selalu ada ketukan orang asing sejak pelabuhan berdiri
maka kami sendiri
memelas kartu nama, sembari
membagikan identitas (yang pasti)
bukan lahir dari
rahim kami 2016
38
Menanti Pertunjukan tatapan nyinyir
pelancong bahari
karena ongkos kusir sering terjadi
(kadang) lebih menarik ketimbang rudat yang asli dari tadi duduk di pojok menghibur kami dan, pedagang cilok
bersama kacang rebus (yang penjualnya sudah bengkok)
selalu panen pemasok
menunggu kapal sore dengan seok. 2016
39
Nash Jauna’s Mime menapak bayang wajah putih
memaksa kita membaca cermin
(mata) milik saudara
ampas cerita kemarin baiknya terhelat dalam catatan pahit
aroma sampah menyapu debu-debu bercumbu
bising-bising tali imaji kapal merapat tiba saatnya kuali upah habis dibagi
sekali lagi,
kami tak peduli begitu?
begitu, kami menaruh mata di ujung fikir kami menyingkir
(dan mencoba untuk tidak kikir) 2016
40
Anak Asuh Muhaimi anak-anak bertandang di jendela “pantok peresean lendong sampi!� gigi-giginya gemericik hujan
: semangat membasaq
belajar memukul Nursiwan
dengan Selandir ia berkawan 2016
41
Lamunan Seorang Pembuat Filem di Bangsal satu setengah depa dari masa depan
kami memintal kenang dalam sekotak memori menukar mata dengan lensa kamera
bertunduk alas kaki tiga di ujung lentera dan,
disulapnya pantai penuh oli sampan
menjadi lukisan gerak (seirama kaki paling sopan)
: videografer
beratus-ratus lembaran waktu perca-perca waktu pendek : filem
apa yang tak bisa dihasilkan dari mata yang sempurna? .
2016
42
berkas putaran waktu yang
ditunjukkan ke mata orang lain.
Tawar-menawar Penjilat Pusat di bibir Bangsal yang selalu tersenyum
di ujung batas jalan panjang yang bersalaman dengan Malimbu
yang kadang berbisik cerita dengan Tanjung
yang jatuh dari iringan
monyet-monyet Pusuk
“Thank you so much. But I don’t know how much.� 2016
43
Identitas Imajiner rahasia
antara angin
dan lelaki
adakah wasiat di tanah 81.09 kilometer? —identitasnya imajiner 2016
44
Simpul Perjalanan Ismal Muntaha pematik kegelisahan
kudapati dari cerita pendatang :
barisan korek api sebelum,
enggan rapi
Jayeng Rana
membakar kegelisahan bersama 2016
45
Editor Otty Widasari Penulis Baiq Ilda Karwayu & Otty Widasari Perancang Grafis Andang Kelana Percetakan Gajah Hidup Penerbit Forum Lenteng & Yayasan Pasirputih Cetakan pertama, Jakarta, Februari 2016. 200 eksemplar Š Forum Lenteng Jl. H. Saidi No. 69 RT.007/RW.05, Tanjung Barat Jagakarsa, Jakarta - 12530 www.forumlenteng.org www.akumassa.org info@forumlenteng.org
YAYASAN PASIRPUTIH Direktur Umum Muhammad Gozali Sekretaris Syamsul Hadi Keuangan Maskanah Direktur Program Muhammad Sibawaihi Anggota Ahmad Humaedi, Ahmad Rosidi, Etika Lailaturrahmah, Hujjatul Islam, Hamdani, Muhammad Imran, Muhammad Rusli Alamat Jalan Raya Pemenang. Gang Ibnu Hibban, No. 07 RT. 02, Dusun Karang Baru, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, 83352 www.pasirputih.org @mediapasirputih mail@pasirputih.org
48