PEK AN SENI MEDIA 2017 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN DIREKTORAT KESENIAN
a
b
PEK AN SENI MEDIA 2017
iii
KOLOFON
KATALOG PEKAN SENI MEDIA 2017 “Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam Seni� Diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Kesenian Editor Katalog Manshur Zikri Perancang Grafis / Logo Seni Media dan Pekan Seni Media Andang Kelana Penyedia Data Prashasti Wilujeng Putri Foto Sampul Forum Lenteng Sketsa Denah 3 Dimensi MG. Pringgotono / Serrum Percetakan Gajah Hidup Cetakan Pertama, Jakarta, Juli 2017 1000 eksemplar Manshur Zikri (ed.) (2017).
Katalog Pekan Seni Media 2017.
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017) xxiv + 100 halaman isi, 176 x 250mm (B5)
Hak cipta seluruh karya seni di dalam katalog ini adalah milik para seniman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya menggunakan untuk
kepentingan non-komersial dalam publikasi Pekan Seni Media 2017.
iv
PEK AN SENI MEDIA 2017
KOMITE
KEMENTERIAN PENDIDIK AN DAN KEBUDAYA AN REPUBLIK INDONESIA
KOMITE EKSEKUTIF
Pengarah Direktur Jendral Kebudayaan Penanggung Jawab Direktur Kesenian
Kurator Hafiz Rancajale
Panitia Pelaksana Ketua Edi Irawan Wakil Ketua Koko Sondari Sekretaris Farida Berliana Keuangan Ibnu Sutowo Seksi-Seksi Pameran Kinanthi Anggrahini Lokakarya & Tur Edukasi Oktavia Yulliea Susanto Pertunjukan Multi Media Bayu Hardian Simposium Nasional Tri Sandra Dewi Akomodasi E. Christisia Melati Putri Perlengkapan Gunawan Transportasi Ahmad Tripilu Korespondensi Afsari N.R. Tim Keuangan Suparman, Edi Suprianto, Rahman Ahkam
Asisten Kurator Andang Kelana, Mahardika Yudha Manajer Prashasti Wilujeng Putri Fasilitator Lokal Heri Budiman, Budy Utamy Keuangan Yuki Aditya, Pingkan Persitya Polla Simposium Mahardika Yudha, Anggraeni Dwi Widhiasih, Dhuha Ramadhani Tur Edukasi Rayhan Pratama Tim Produksi Serrum Acara Ragil Dwi Putra, Rachmadi, Hanif Alghifary Dokumentasi Panji Purnama ,Eko Yulianto, Ario Fazrien, Ika Yuliana Nasution Reporter Afrian Purnama Transportasi Umar Abdullah Keamanan Tri “Gendon” Riyanto
v
TENTANG SENI MEDIA
TENTANG PEKAN SENI MEDIA Pekan Seni Media adalah kegiatan kesenian yang diinisiasi oleh Direktorat Kesenian,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama
dengan Forum Lenteng. Kegiatan kesenian ini meliputi pameran Pekan Seni Media (yang menampilkan seniman-seniman yang bekerja dengan menggunakan medium teknologi media dalam praktik keseniannya); Simposium Nasional Seni Media; Lokakarya
Seni Media; Tur Edukasi Seni Media, sosialisasi seni media; serta pembangunan dan pengembangan platform Database Seni Media Indonesia. vi
PEK AN SENI MEDIA 2017
TENTANG SENIMEDIA.ID
www.senimedia.id adalah platform database dan pengarsipan digital seni media di Indonesia, yang dikelola dan dikembangkan oleh Forum Lenteng atas dukungan Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Platform ini mengumpulkan dan mengolah segala informasi/
pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah dan perkembangan seni media di
Indonesia sebagai sebuah portal yang dapat diakses secara terbuka melalui jaringan internet oleh masyarakat umum. -
email info@senimedia.id
website www.senimedia.id instagram @senimedia.id facebook /senimedia.id
vii
Google Maps: Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru - Riau.
viii
PEK AN SENI MEDIA 2017
DAFTAR ISI
ix
DENAH LOKASI / BANDAR SENI RAJA ALI HAJI
Tur Edukasi [hal. 82]
GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
Kata Sambutan Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan [hal. xvi]
Pengantar Kuratorial Hafiz Rancajale [hal. xviii]
x
PEK AN SENI MEDIA 2017
Kolofon
RUANG PERTUNJUKAN ANJUNG SENI IDRUS TINTIN
[hal. ii]
Komite [hal. iii]
Tentang [hal. iv]
Seniman [hal. 1-58]
Simposium [hal. 64]
Lokakarya [hal. 70]
Pertunjukan Multimedia [hal. 78]
Ucapan Terima Kasih [hal. 94]
Biografi Kurator [hal. 96]
PELATARAN ANJUNG SENI IDRUS TINTIN xi
DENAH KARYA / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU - LANTAI 1
Prilla Tania [hal. 48-49]
Narpati Awangga "Oomleo" [hal. 16-17]
Ricky Janitra "Babay" [hal. 36-37]
Anton Ismael [hal. 26-27]
Reza Afisina "Asung" [hal. 38-39]
Ade Darmawan [hal. 14-15]
1A
Bagus Pandega [hal. 46-47]
Duto Hardono [hal. 44-45]
Otty Widasari [hal. 24-25]
Tita Salina [hal. 28-29]
Furqon Lulus Wargi [hal. 56-57]
xii
1B
DENAH KARYA / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU - LANTAI 2
PEK AN SENI MEDIA 2017
Reza Mustar "Komikazer"
Gelar Soemantri
[hal. 30-31]
[hal. 18-19]
Agan Harahap
Heri Budiman
[hal. 8-9]
[hal. 54-55]
Beng Rahadian
Abi Rama
[hal. 32-33]
[hal. 20-21]
Ari Dina Krestiawan
Tintin Wulia
[hal. 22-23]
[hal. 52-53]
HONF [hal. 4-5]
Wok The Rock
2F
[hal. 34-35]
2B
2E
2A
2D
2C
Serrum
Kelas Pagi
[hal. 2-3]
[hal. 86-87]
Julian Abraham "Togar"
Krisna Murti
[hal. 10-11]
[hal. 12-13]
Bandu Darmawan
Lifepatch
[hal. 50-51]
[hal. 6-7]
xiii
DENAH KARYA / BANDAR SENI RAJA ALI HAJI
Acara Pembukaan Pekan Seni Media 2017 Julian Abraham "Togar" Pertunjukan Multimedia [hal. 60-61]
3
xiv
PEK AN SENI MEDIA 2017
Anjung Seni Idrus Tintin Pertunjukan Multimedia Wayang Bocor [hal. 76-77]
Kolaborasi: Julian Abraham Reza Afisina "Asung" [hal. 78-79]
Tita Salina [hal. 28-29]
Marishka Soekarna [hal. 43-44]
The Popo [hal. 40-41]
xv
xvi
PEK AN SENI MEDIA 2017
PENGANTAR
xvii
KATA SAMBUTAN
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Hilmar Farid
Praktik kesenian di Indonesia telah berkembang jauh, sebuah keniscayaan yang harus kita
terima atas kemajuan-kemajuan berbagai bidang di tingkat global. Kemajuan teknologi pun menjadi bagian yang berkontribusi besar pada praktik-praktik kesenian dewasa ini. Penggunaan teknologi
mesin, teknologi media, dan berbagai kemungkinan teknologi lainnya, dalam sejarah seni dunia telah melahirkan bentuk-bentuk baru karya seni dan strategi presentasinya.
Perkembangan kesenian berbasis teknologi menuntun kita untuk terlibat aktif dalam membangun
peradaban dunia dengan karakter keindonesiaan. Saat ini, Pemerintah telah meletakkan kebudayaan
sebagai arus utama dalam pembangunan. Arah pembangunan kebudayaan sebagai kepribadian bangsa telah digariskan dalam Trisakti dan Nawacita. Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya,
dengan berbagai karakter dan kekhasan yang sangat spesifik. Kebhinnekaan ini menjadi keunggulan
yang tak ternilai dari bangsa Indonesia jika kita bandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Saat ini, kebudayaan dan peradaban Indonesia sedang terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Bangsa kita diuji untuk dapat melewati gelombang perubahan ini dengan kritis dan bijak.
Perbedaan-perbedaan yang mengemuka di masyarakat melalui media sosial akibat kemajuan teknologi informasi, semestinya dapat kita lalui dengan membangun kesadaran mengenai inklusivitas, yang
merupakan karakter bangsa Indonesia. Seni-seni berbasis teknologi atau yang sering disebut sebagai
seni media, saat ini berkembang pesat di berbagai kota besar. Seni media dapat mengambil peran dalam membangun kesadaran tersebut melalui berbagai praktik berkeseniannya, seperti pameran, lokakarya, penelitian seni dan sebagainya.
xviii
PEK AN SENI MEDIA 2017
Dalam lima belas tahun terakhir, seniman-seniman kita telah menjadi bagian penting dalam
perkembangan seni media dunia. Berbagai pameran, presentasi, dan proyek seni di tingkat global
diikuti oleh seniman kita. Berbagai kegiatan seni media skala nasional dan internasional pun sudah
mulai bermunculan di beberapa kota di Indonesia. Peran inisiatif seniman-seniman muda dan berbagai lembaga, memberikan kontribusi besar dalam perkembangan positif ini. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, seni media Indonesia dalam baberapa tahun terakhir menjadi barometer kawasan dalam melihat dinamika perkembangan seni media dan seni kontemporer.
Pekan Seni Media Indonesia 2017, dengan tema Arus Balik Dimensi Teknologi dalam Seni,
merupakan salah satu cara pemerintah dalam memfasilitasi perkembangan seni media kita. Kegiatan yang akan menghadirkan perkembangan karya-karya seni media dalam lima belas tahun terakhir ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana seni-seni yang penuh
eksperimentasi ini berkontribusi besar terhadap perkembangan kesenian dan kebudayaan kita sekarang. Melalui kegiatan ini, diharapkan berbagai pihak, seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga-lembaga kebudayaan, perguruan tinggi, kelompok-kelompok seniman, pemerhati seni, pelajar
dan masyarakat umum, dapat berkontribusi bagi pemajuan kegiatan-kegiatan seni berbasis teknologi ini.
Karena seni media adalah masa depan kemajuan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Kegiatan-kegiatan penelitian, pengembangan, dan kebijakan publik yang relevan untuk kreativitas dan inovasi, sangat dibutuhkan dalam rangka pemajuan seni media di berbagai daerah.
Melalui kegiatan ini, pemerintah berharap muncul inisiatif-inisiatif baru dalam pengembangan seni
media di berbagai daerah di Indonesia. Dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung kegiatan-kegiatan sejenis, dengan
harapan bahwa kerja sama dalam pengembangan berbagai aspek kebudayaan kontemporer, khususnya seni media, dapat tumbuh dan lebih berkembang di masa mendatang. Jakarta, Juli 2017
xix
KURATORIAL
SEKARANG, SENI MEDIA ADA DI DEKAT KITA
Hafiz Rancajale
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat kita dihujani oleh berbagai peristiwa sosial-politik
yang banyak menguras tenaga kita. Perbedaan pendapat dan pilihan membuat kita tersekat-sekat dalam berbagai kelompok yang saling berseberangan. Namun, kita masih dapat bersyukur, perbedaan tersebut belum sampai kepada pertarungan yang menghancukan secara fisik hubungan kemasyarakatan yang selama ini telah terjaga. Berbagai peristiwa sosio-politik tersebut tidak pernah lepas dari bagaimana
arus informasi yang begitu tak terbendung melalui media internet; terutama media sosial. Media massa menjadi ujung tombak dalam meluruskan dampak negatif dari arus informasi liar yang selama ini beredar di tengah-tengah masyarakat kita.
Dalam membangun identitas kebangsaan dan persatuan, Indonesia menjadi pelopor utama dalam
penggunaan teknologi informasi dan media dalam menjalin perbedaan yang terhubung dengan sistem
informasi satelit. Pada 9 Juli 1976, satelit Palapa diluncurkan dari Tanjung Kennedy, Florida, Amerika
Serikat. Peluncuran ini menjadi penanda bahwa Indonesia merupakan negara ketiga yang menggunakan teknologi satelit setelah Amerika Serikat dan Kanada. Kepemilikan Satelit Palapa merupakan salah satu pandangan masa depan akan pentingnya menguasai teknologi sebagai salah satu jalan untuk bersaing
di masyarakat global. Satelit Palapa, teknologi super canggih yang telah mendorong Indonesia menjadi salah satu negara yang sadar teknologi dan dipandang penting di wilayah regional Asia Tenggara saat itu.
Hari ini, melalui teknologi digital dan media internet, apa yang telah dicita-citakan oleh Satelit
Palapa itu telah diwujudkan. Teknologi media tidak lagi menjadi benda yang asing dan jauh untuk
dijangkau. Kemunculan produk-produk teknologi media super canggih yang diluncurkan di negaranegara pembuat teknologi media, hanya dalam hitungan menit, informasi dan pengetahuan tentang teknologi itu akan sampai di Indonesia. Teknologi media telah menjadi bahasa global yang bergerak xx
PEK AN SENI MEDIA 2017
dan berkembang serentak di seluruh dunia. Lalu bagaimana seni media menyikapi situasi tersebut? Bagaimana seni media, terutama di Indonesia, memiliki peran dalam mengkritisi perkembangan informasi dan komunikasi di masyarakat?
Seni Media
Seni media tidak lahir dari rahim seni-seni sebelumnya, tetapi justru lahir dari rahim media
informasi dan komunikasi [media massa]. Kehadirannya sebagai bentuk seni yang menanggapi
dan mengkritisi penggunaan teknologi media di masyarakat. Seni media akan selalu berkembang mengikuti perkembangan teknologi media yang digunakan di masyarakat dari zaman ke zaman.
Sejak kemunculan seni video di tahun 60-an, seni media mulai dikenal masyarakat sebagai seni yang
dihasilkan oleh penggunaan teknologi media (baik representasi maupun presentasinya). Sederhananya, karya (dan makna) yang dihasilkan merupakan hasil olahan mesin baik yang dilakukan oleh sistem
teknologi analog maupun digital. Peranan teknologi media (mesin) memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan seni media. Seni media adalah seni berbasis teknologi media. Kata media dalam istilah ini memang merujuk pada pengertian umum tentang media sebagai ‘perantara pesan’, di mana
diandaikan ada sebuah transfer informasi dan proses komunikasi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Dalam konteks pengertian, media memang terus berubah sejalan dengan perkembangan caracara penyampaian pesan dari masa ke masa, yang dalam hal ini sangat difasilitasi oleh perkembangan teknologi informasi.
Sesuai dengan perkembangan zaman, pengertian seni media akhirnya tidak saja merujuk pada
bagaimana perkembangan teknologi media itu dipakai dalam karya seni media, namun ia menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan bagaimana seni konseptual berkembang, merujuk pada
kemungkinan-kemungkinan bahasa baru dalam seni, seperti seni perfomans, seni kinetik (gerak
mesin), seni suara, dan sebagainya. Selain itu, seni media juga menjangkau keterlibatan penonton dalam aktivitas seninya, melalui karya-karya interaktif dan seni-seni yang melibatkan masyarakat.
Sejak akhir tahun 1990-an, seni media telah berkembang menjadi seni media baru atau new media
art. Seni menjadikan dunia digital sebagai basis bahasa dan ide kreatifnya. Seni media baru tidak lagi hanya berhenti pada karya yang sifatnya material (fisik), namun juga non fisik (imaterial). Seni ini
menjadikan logika perhitungan dalam dunia digital sebagai bahasanya. Secara umum, pengertian seni media mengacu dari proses produksi, distribusi, dan presentasinya. Seni media merupakan seni yang
menjadikan proses berkarya dari hulu hingga hilir menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam ekspresi seninya.
Pameran Seni Media: Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam Seni
Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam Seni melihat kembali dengan memetakan, membaca peluang,
dan mencoba mengajukan bacaan spekulasi atas kemungkinan perkembangan seni media di Indonesia di masa mendatang dengan melihatnya pada irisan sejarah dan perkembangan dari seni, media,
teknologi, dan kultur masyarakat Nusantara yang beranekaragam. Berbeda perkembangannya dengan xxi
KURATORIAL
negara-negara yang menciptakan dan menghasilkan teknologi media tinggi dan menjadi negara
penguasa teknologi media, Indonesia yang dikenal sebagai negara pengguna teknologi, pada dasarnya memiliki cara dan karakteristik tersendiri dalam mengelola teknologi media, termasuk pada seni
media. Karakteristik yang cenderung lebih mengutamakan fungsi nyata sebagai unsur pokok dalam pendayagunaan teknologi media telah mendorong lahirnya teknologi tepat guna, tepat sasaran, dan
bahasa estetika yang sesuai dengan kultur sosial masyarakat setempat. Kekayaan keanekaragaman kultur Nusantara telah menjadi sumber daya penting yang diyakini memiliki kemampuan untuk melahirkan bahasa estetika seni media yang khas, unik, serta memiliki fungsi sosial yang dapat diterapkan di masyarakat dan dibagikan kepada negara-negara yang lain.
Pameran Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam Seni menghadirkan perkembangan seni media
Indonesia dari beberapa tahap perkembangan yang terlihat dari kecenderungan artistik melalui kontenkonten sosial masyarakat yang diangkatnya, pilihan medium yang berintegrasi dengan perkembangan teknologi media di masyarakat, serta bagaimana kultur sosial yang menjadi latar tempat seniman/
pelaku media itu membuat karya yang telah memengaruhi caranya bertutur. Pameran ini juga akan
memperlihatkan turunan dan variasi dari kecenderungan-kecenderungan pilihan artistik dari beberapa kategori seni media yang digeluti selama lima belas tahun terakhir oleh seniman/pelaku seni media
di Indonesia, seperti seni video, seni multimedia, seni fotografi, seni komik, film eksperimental, seni
bebunyian, seni kinetik, seni performans (performance art), dan berbagai kemungkinan seni media yang
dihasilkan dari eksperimentasi seni, sains, dan teknologi.
Ada dua puluh delapan seniman yang dihadirkan pada pameran ini, yang dikelompokkan
menurut kecenderungan teknis dan metode berkarya seniman dalam penggunaan teknologi. Tentu ada beberapa seniman yang melakukan kombinasi terhadap berbagai medium dalam seni berbasis teknologi ini. Karya-karya seni video dalam lima belas tahun terakhir sudah berkembang bukan
hanya mengandalkan kekuatan alat perekam dan kanal proyeksi, namun telah memperluas cakupan
kemungkinan penggunaan teknologinya pada eksperimentasi tayangan bagi penonton dan interaktivitas. Secara beragam, persoalan sosio-politik sangat kental dalam karya-karya seni video. Seniman-seniman video yang dihadirkan pada pameran ini antara lain Tintin Wulia (Bali/Brisbane), Otty Widasari
(Jakarta), Prilla Tania (Bandung), Tita Salina (Jakarta), Reza Afisina (Jakarta), Ari Dina Krestiawan (Jakarta), Bandu Darmawan (Bandung), Krisna Murti (Jakarta). Pada karya seni fotografi, pameran
ini menghadirkan kemungkinan pembacaan seni fotografi dalam konteks kesekarangan. Anton Ismael (Jakarta) hadir dengan pertanyaan tentang produksi citra fotografi yang selama ini menjadi kebenaran tunggal karena kepercayaan pada teknologinya. Selain itu, pada karya Agan Harahap (Yogyakarta),
fenomena media sosial dengan pertanyaan tentang kebenaran sebuah citra rekaman peristiwa menjadi tantangan tersendiri. Agan hadir dengan ratusan karya fotografi digitalnya, yang sempat menjadi
trending topic di media sosial. Melalui teknik manipulasi digital, Agan mengkritisi persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat menjadi hal yang komikal.
xxii
PEK AN SENI MEDIA 2017
Pada karya seni yang menggunakan teknologi multi-media, seni kinetik dan bebunyian, seniman-
seniman yang dihadirkan pada pameran ini banyak melakukan pembacaan ulang pada sejarah dan
memori personal pada riwayat teknologi tersebut. Sejarah dan memori tersebut dikemas dalam bentukbentuk instalasi, yang menguatkan kemampuan eksperimentasi dan kriya tiap-tiap seniman. Senimanseniman yang menghadirkan karyanya pada pameran ini adalah; Bagus Pandega (Bandung), Woto
Wibowo (Yogyakarta), Duto Hardono (Bandung) dan Julian Abraham (Yogyakarta/Medan). Beberapa seniman sacara intens mendalami seni berbasis teknolgi digital, yang bukan hanya mempersoalkan
kemampuan teknologi new media ini, namun membacanya dalam berbagai konteks sosio-politik yang tidak pernah lepas dari keseharian kita sekarang. Beberapa seniman yang dihadirkan antara lain Ade Darmawan (Jakarta), Narpati Awangga (Jakarta), Gelar Agryano Soemantri (Jakarta), Abi Rama
(Jakarta) dan Ricky Janitras (Jakarta). Penggiat budaya asal Pekanbaru, Heri Budiman (Pekanbaru),
menghadirkan karya berjudul; Manusia Asap, yang merupakan bagian dari kampanye bersama tentang kerusakan lingkungan di Riau. Heri akan menghadirkan arsip-arsip dokumentasi partisipasi lembaga dan publik pada kampanye bebas asap di Riau. Pada karya Manusia Asap, Heri menggunakan medium video dan bebarbagai arsip, yang ia kemas dalam sebuah instalasi yang interaktif.
Pada pameran ini juga menghadirkan karya-karya seni komik, yang melihat perkembangan terakhir
seni yang secara langsung tidak lepas dari dunia media massa dan cetak ini. Furqon Lulus Wargi
(Pekanbaru) hadir dengan bunga rampai karya-karya kartun-komiknya yang selama ini dimuat di
berbagai media massa. Melalui pameran ini, Furqon membingkai persoalan sosio-politik yang selama
ini menjadi tema utama karya-karyanya dalam sebuah buku seni komik. Beng Rahadian (Jakarta) hadir dengan komik dokumenter tentang budaya kopi di Indonesia. Komik sebagai medium yang memuat
informasi (seperti juga film dan video), secara jenial digagas menjadi dokumenter etnografis yang sangat menarik. Melalui karya ini, Beng berhasil melepaskan tema dalam komik, yang sering menjadikan fiksi sebagai bahan utamanya. Pada proyek komik dokumenter kopi, Beng menjadikan kenyataan
dan rekaman keseharian sebagai materi utama komiknya. Reza ‘Azer’ Mustar (Jakarta) adalah salah satu fenomena dalam perkembangan seni komik di Indonesia. Melalui media sosial, Azer berhasil
menjadikan ruang yang sangat efektif dalam mendistribusikan karya-karyanya dan juga menemukan
cara baru dalam berkarya melalui komik ‘online’. Melalui karya-karyanya, Azer menjadikan persoalan sosial sebagai tema-tema kekaryaannya yang digemari oleh anak muda Indonesia.
Sejak Reformasi 1998, ada banyak inisiatif dan kelompok seniman yang bekerja secara intens
mengembangkan eksperimentasi-eksperimentasi praktik teknologi dalam bingkai seni. Praktik eksperimentasi itu, bukan hanya dalam wilayah teknologi yang sifatnya teknis, namun juga
eksperimentasi dan spekulasi dalam metode-metode kerja berkesenian. Pada pameran ini, kelompok seniman yang dihadirkan adalah House of Natural Fiber – HONF (Yogyakarta), Lifepatch
(Yogyakarta), dan Serrum (Jakarta). HONF dalam sepeluh tahun terakhir ini telah berkembang
menjadi ruang ekperimentasi teknologi barbasis seni yang mencakup eksperimentasi bio-teknologi
xxiii
hingga ruang angkasa. Selain bereksperimen melalui karya-karyanya, kelompok ini membangun
inisiatif laboratorium terbuka dan melakukan kegiatan event-event seni media di level internasional.
Kelompok seniman Lifepatch banyak melakukan praktik-praktik eksperimentasi teknologi tepat guna bagi masyarakat. Selain itu, kerja-kerja secara langsung di masyarakat menjadi metode yang paling
sering dilakukan, dalam membuka sekat teknologis yang ada di masyarakat kita. Kelompok ini secara
aktif terlibat dalam event-event nasional dan internasional, baik dalam penampilannya sebagai kelompok
seniman, maupun individu yang melakukan eksperimentasi teknologi dalam seni. Kelompok seninam
Serrum merupakan sekumpulan seniman yang berlatarbelakang penididikan guru seni. Dalam beberapa tahun terakhir, Serrum serara intens melakukan praktik spekulatif tentang metode pengajaran dalam
dunia pendidikan kita. Melalui proyek seni Kuriku-Lab, Serrum menjadikan persoalan kurikulum dunia pendidikan sebagai materi riset dan eksperimentasi dalam seni.
Pada pameran seni media kali ini dihadirkan dua seniman mural; Riyan Riyadi (Jakarta) dan
Marishka Soekarna (Jakarta). Seni mural dan graffiti saat ini telah berkembang di berbagai kota besar Indonesia. Seni jalanan yang dulunya dianggap sebagai tindakan ‘pengotoran’ kota bagi aparat, telah
menjadi sebuah bentuk baru dalam perkembangan seni visual di Indonesia. Riyan Riyadi a.k.a The Popo adalah satu seniman terdepan dalam gerakan seni mural. Ia telah menjadi ikon penting bagi anak-anak muda kontemporer, yang kritis pada persoalan sosial-politik di negeri ini. Melaui media sosial, The
Popo menjadikan seni mural bukan hanya persoalan menggambar di ruang-ruang publik, tapi fokus
pada keberpihakan kepada publik. Marishka Soekarna adalah seorang desainer yang dalam beberapa tahun terakhir menekuni seni mural. Karyanya telah ditampilkan dalam berbagai event nasional dan
internasional dan mendapat sambutan yang sangat baik. Pada karya muralnya, Marishka mengangkat tema-tema domestik (perempuan, anak, dan keluarga) menjadi karya yang relevan dengan persoalan publik kontemporer.
Kehadiran Wayang Bocor (Yogyakarta) menjadi suguhan spesial pada Pekan Seni Media 2017
di Pekanbaru. Kelompok teater multi-media yang digagas oleh seniman Eko Nugroho dan beberapa
seniman pertunjukan asal Yogyakarta ini akan menghadirkan pertunjukan “Semelah� (God Bliss), yang merupakan nomor yang tahun lalu dipertunjukan keliling Amerika Serikat selama beberapa bulan. Pertunjukan di Pekan Seni Media merupakan pertunjukan pertama dari Wayang Bocor ke publik Indonesia dengan karya terakhir mereka ini.
Demikianlah. Ada banyak praktik kesenian berbasis teknologi yang telah berkembang di Indonesia
dalam lima belas tahun terakhir yang dihadirkan pada Pekan Seni Media 2017. Praktik-praktik
eksperimentasi itu tidak meninggalkan kultur keindonesiaan yang melekat dalam tubuh masing-masing
seniman. Keindonesiaan yang ada dalam praktik berkesenian dengan teknologi ini meletakkan senimanseniman Indonesia jadi pemain penting di kancah internasional. Di kawasan Asia Tenggara dan Asia,
event-event besar tidak akan lengkap tanpa kehadiran seniman-seniman seni media dari Indonesia. Jadi,
usaha untuk memberi peluang akses masyarakat untuk dapat menikmati karya-karya seni media bangsa
xxiv
PEK AN SENI MEDIA 2017
sendiri perlu digiatkan di berbagai daerah Indonesia. Karya-karya ini akan melekatkan perbedaan-
perbedaan, karena akar seni media selalu melekat dengan kritisisme dan inklusivitas. Seni media adalah
seni yang selalu mengikuti perkembangan zaman, karena ruhnya adalah ‘teknologi’ dan teknologi media itu ada di tangan kita saat ini.
xxv
xxvi
PEK AN SENI MEDIA 2017
SENIMAN
1
KOLEKTIF / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2F
KURIKULAB MASUK DESA: PEKANBARU Di Indonesia bagian timur ada seorang guru mengajarkan mata pelajaran fisika dengan daun
kelapa. Siswa diminta untuk berpasangan dengan temannya, satu siswa duduk di atas daun kelapa, dan satu siswa lagi memegang batang kelapa,
kemudian dia menarik temannya yang duduk di atas daun kelapa. Guru tersebut menggunakan media pembelajaran dari lingkungan sekitar
mereka untuk mengetahui gaya gerak, volume, waktu, panjang dalam ilmu fisika.
Proses belajar tersebut menjadi contoh
mengenai strategi guru di daerah terpencil
Indonesia dalam mengeksplorasi potensi lokal, alih-alih mengatasi keterbatasan infrastruktur media pembelajaran di pendidikan sekolah. Media pembelajaran memiliki peranan
penting sebagai perantara pesan antara guru
dan siswa untuk mempermudah pengetahuan
disalurkan dan dengan cara yang menyenangkan. Keanekagaraman alam dan budaya di Indonesia
bersama-sama mendiskusikan potensi lokal dalam proses belajar-mengajar. Berbagai pembahasan, gagasan, pernyataan, maupun pertanyaan akan
disimulasikan dalam praktik pendidikan. Sebagai presentasi artistik, rekaman video dari proses
kerja kolaborasi akan ditampilkan dalam bentuk instalasi video yang diproyeksikan ke berbagai
objek yang berelasi, seperti meja, papan tulis dan sebagainya.
Melalui karya ini Serrum hendak memancing
menjadi sumber yang tak terhingga bagi proses
imajinasi, kreativitas dan strategi dalam
munculnya berbagai inovasi dan kreativitas media
pendekatan seni rupa. Karena seni adalah proses
pendidikan, yang membuka kemungkinan pembelajaran yang khas.
Serrum akan berkolaborasi dengan tokoh
adat, dinas pendidikan, guru seni rupa, kepala sekolah, seniman dan aktivis kebudayaan di
Pekanbaru, melalui Focus Group Discussion untuk 2
pengembangan proses pendidikan melalui
kreativitas yang dapat merevitalisasi budaya;
dan pendidikan adalah hal fundamental untuk perkembangan seni dan budaya, yang sesuai
dengan kultur masyarakat setempat, dalam hal ini yaitu Pekanbaru.
PEK AN SENI MEDIA 2017
Tahun: 2017 Jenis Karya: Proyek Seni Kemasyarakatan; Instalasi Video Medium: video, objek Dimensi: Bervariasi
SERRUM Serrum adalah perhimpunan studi pendidikan dan seni yang berbasis di Jakarta. Serrum (Ruang Berbagi) berfokus pada
isu edukasi, sosial-politik, dan perkotaan. Anggota terdiri dari seniman, guru, kurator, desainer, dan videomaker. Kegiatan serrum meliputi proyek seni, laboratorium seni, pameran,
lokakarya, dan diskusi dengan metode kerja aktivasi, partisipatif, dan kolaboratif. Mengikuti pameran di berbagai kota dan negara seperti Indonesia: Jakarta, Bandung, Jatiwangi, Jogjakarta,
Semarang, Lombok. Korea: Seoul. Jepang: Yokohama. Polandia: Warsawa. Denmark: Kopenhagen. -
www.serrum.id 3
KOLEKTIF / YOGYAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2B
WE ARE HONF, WE ARE DONE! Pada pameran kali ini HONF akan
menampilkan bagaimana praktik yang telah dilakukan HONF dari tahun 2009 hingga
sekarang, serta beberapa presentasi proyek yang pernah dilakukan.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Multimedia Medium: mix-media, modular system Dimensi: 600 cm x 300 cm
4
PEK AN SENI MEDIA 2017
HOUSE OF NATURAL FIBER (HONF) HONF – House of Natural Fiber, merupakan laboratorium
media dan seni di Yogyakarta, Indonesia. HONF didirikan pada tahun 1999 oleh desainer dan seniman yang merupakan praktisi
multimedia dan berhubungan dengan pelaku akademik, industri, dan ekonomi kreatif dengan latar belakang di urban planning, arsitektur, pangan, agrikultur, dan teori kebudayaan. HONF diresmikan dengan nama Yayasan Hita Ordo Natural Fiber
(HONF Foundation) pada tahun 2010, dan berfokus pada riset, pengembangan dan penciptaan pada wilayah seni, teknologi dan sains berbasis pada platform yang disebut Education
Focus Program (EFP). EFP berkonsentrasi pada pertukaran
pengetahuan lintas disiplin dan kolaborasi dengan analisis kritis terhadap permasalahan lokal dan global, dan menciptakan/
menawarkan solusi inovatif terhadap permasalahan tersebut. HONF bertujuan untuk mengeksplorasi cara produktif
dan kreatif untuk mendapatkan dan menjalankan teknologi di masyarakat. HONF menyediakan serambi lokal untuk pemberdayaan teknikal melalui aplikasi kreatif. HONF
mengorganisasi proyek-proyek dalam bidang pengembangan kebudayaan, pendidikan teknis, dan seni media baru, yang berfokus pada inovasi di bidang seni, sains dan teknologi -
www.honf.org 5
KOLEKTIF / YOGYAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2D
OPEN LAB Dalam Pekan Seni Media 2017, Lifepatch menyelenggarakan seri lokakarya dengan
mengundang sejumlah partisipan dari berbagai latar belakang, dalam rangka menanggapi isu bencana asap yang terjadi di Provinsi Riau.
Lokakarya ini memproduksi beragam karya seni
berupa objek, video, cetak (print), dan bebunyian. Hasil dari lokakarya tersebut kemudian
dipresentasikan dalam bentuk instalasi pada pameran Pekan Seni Media 2017.
6
Tahun: 2017 Jenis Karya: Proyek Seni Kemasyarakatan, Seni Multimedia Medium: video, objek, bebunyian, cetak Dimensi: Bervariasi
PEK AN SENI MEDIA 2017
LIFEPATCH lifepatch - citizen initiative in art, science and technology (inisiatif warga di seni, sains dan teknologi): sebuah organisasi lintas disiplin
komunitas, serta interaksi antar individu dalam rangkaian kerja komunitas.
Anggota Lifepatch mempunyai misi untuk
berbasis komunitas yang terbentuk pada 26
bermanfaat dalam pengembangan potensi
dalam seni, sains, dan teknologi, Lifepatch
lokal, membangun jembatan kolaborasi
Maret 2012. Berpijak pada inisiatif warga
mengajak para anggota dan siapapun yang
terlibat dalam aktivitasnya untuk meneliti,
menggali, dan mengembangkan kehadiran
teknologi, sumber daya alam, dan sumber daya manusia di daerah sekitarnya. Inisiatif warga dipilih untuk memberi ruang lebih luas bagi
keberagaman praktik anggotanya dan memacu kreativitas masing-masing anggota dalam
berperan dalam sebuah aktivitas kolaborasi.
Do It Yourself (DIY) dan Do It With Others (DIWO) adalah semangat yang dipegang Lifepatch dalam praktiknya untuk dapat
memacu kemunculan suatu pola dan sistem
baru yang lugas dari proses kreatif individu dan
sumber daya manusia dan sumber daya alam domestik dan internasional, memberikan akses terbuka bagi siapa pun ke sumber
penelitian dan hasil pengembangan yang telah dilakukan. Lifepatch didirikan oleh beberapa
orang dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu, baik dari pendidikan formal maupun
non-formal. Anggota yang tergabung dalam
Lifepatch berdomisili di berbagai kota seperti Yogyakarta, Pekanbaru, dan Bogor. Hal ini
merupakan alasan utama Lifepatch awalnya
bergerak dengan mengandalkan komunikasi melalui internet. -
www.lifepatch.org 7
INDIVIDU / YOGYAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1B
VISIT INDONESIA & SARI BERITA PENTING Seiring dengan kemajuan teknologi,
fotografi saat ini telah memasuki sebuah fase baru dalam perkembangannya. Fotografi bukan lagi
atau bermodifikasi menyesuaikan dengan perkembangan ini.
Salah satu problematika sosial yang cukup
suatu media yang eksklusif yang hanya dikuasai
signifikan akibat distribusi fotografi ini adalah
dengan media fotografi.
logika pemahaman fotografi baku dalam
segelintir orang. Semua orang bisa dan akrab
Distribusi fotografi tidak lagi sebatas barang
komoditas cetakan yang dipajang dan disimpan di dalam album kenangan. Melalui beragam
fasilitas media sosial yang terus bermunculan, fotografi dapat dengan mudahnya masuk dan mengintervensi kehidupan seseorang tanpa mengenal batasan waktu dan tempat.
Istilah-istilah distribusi media sosial, seperti
'like', 'share', 'retweet', 'regram', 'repost', 'hoax'
tanpa disadari sudah menjadi perilaku keseharian dalam kehidupan bersosial dalam masyarakat.
Kemajuan dari distribusi fotografi ini bukan
berarti tanpa masalah. Begitu banyak tatanan
sosial dalam masyarakat yang berubah karena pengaruh teknologi ini. Sebagai contoh, kita
jadi lebih mendahulukan memotret makanan
ketika banyak orang yang masih menggunakan memandang fotografi yang didistribusikan di
media sosial. Pada hakikatnya, fotografi adalah representasi dari realitas sehingga fotografi
kerap digunakan menjadi alat bukti yang sahih dalam memutus berbagai permasalahan. Dan bagi kebanyakan orang yang baru dan masih
gamang dalam menggunakan media sosial, logika fotografi seperti ini masih dipakai. Bahwa, semua hasil fotorafi yang beredar di media sosial adalah representasi dari kebenaran. Perkembangan distribusi fotografi juga dibarengi dengan
perkembangan berbagai aplikasi rekayasa digital yang terus melakukan pembaruan programnya
sehingga semakin mengaburkan batasan realitas fotografi.
Masih digunakannya pemahaman fotografi
dan men-share-nya di beragam media sosial,
baku inilah yang kerap menimbulkan berbagai
Tuhan atas hidangan tersebut. Kebiasaan untuk
sosial. Terlebih bila sudah menyangkut pada
ketimbang berdoa mengucap syukur kepada
berjumpa, berbicara, dan sekadar bertukar cerita, sudah tergantikan dengan cukup membuka
media sosial saja. Dan masih banyak lagi kulturkultur sosial yang terpaksa harus beradaptasi
8
gesekan yang kerap terjadi dalam kehidupan
isu-isu popular yang sedang menjadi trend dalam masyarakat.
PEK AN SENI MEDIA 2017
Tahun: 2017 Jenis Karya: Fotografi; Seni Digital Medium: citra digital, slideshow projection Durasi: Loop
Sari Berita Penting
Visit Indonesia
perhelatan senirupa, antara lain: Jakarta
AGAN HARAHAP Agan Harahap (Jakarta, 28 Januari 1980). Bernama asli Yohanes Paganda Halasan
Harahap. Sudah menggeluti ranah ilustrasi sejak kuliah di Sekolah Tinggi Desain
Indonesia (STDI), Bandung. Lulus tahun 2005, ia bekerja sebagai fotografer di Trax Magazine.
Seniman yang lantas fokus pada digital imaging ini berkarya dengan mengombinasikan satir dan parodi dari kehidupan sosial. Karya-
karyanya sering dipresentasikan di berbagai
Biennale 2013; Biennale Jogja XIII Equator #3 (2015); Shanghai Biennale 2016; dan
Singapore Biennale 2016. dan ART|JOG|10
di Jogja National Museum, Yogyakarta (2017). Pameran tunggalnya antara lain “SAFARI”, di Ruang MES 56, Yogyakarta (2009);
“SUPERHISTORY”, di Vivi Yip Art Room, Jakarta (2010); “HOLY WAR”, di Richard Koh Fine Art, Kuala Lumpur, Malaysia
(2011); “GARDEN FRESH” di Element Art
Space, Singapura (2012); dan “THE SOCIAL REALISM OF AGAN HARAHAP” di Mizuma Gallery, Singapura (2017).
9
INDIVIDU / YOGYAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2
ACOUSTIC ANALOG DIGITALLY COMPOSED Dalam pemahaman saya, apa pun yang
bergerak pasti menghasilkan gesekan (setidaknya dengan udara); apa pun yang bergesekan pasti berbunyi (sekecil apa pun). Manusia kerap
memberi sebutan untuk bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh gesekan yang sering dialaminya, seperti derap langkah, percikan air, gelegar
halilintar, dst. Manusia juga bisa mengenali bunyi dan segera memetakan posisinya tanpa perlu
melihat sumbernya, misalnya gonggongan anjing,
sirene ambulans, adzan, dst. Berkebalikan dengan itu, hasrat untuk merupakan bunyi, membuat bunyi menjadi tampak, adalah pencarian tak
kunjung usai semenjak phonoautograph (1857) hingga sekarang.
Karya ini berangkat dari rasa penasaran saya
atas kejasmanian bunyi. Selayang pandang, karya ini merupakan animasi siluet benda-benda yang dipukul memainkan beberapa komposisi. Bila
jeli, Anda pasti berpikir lagi, apakah animasi itu dihasilkan oleh proyeksi video atau bayangan alat-alat perkusi yang sungguh-sungguh ada di balik layar. Dalam karya ini, wujud yang
hadir, yang merupa, adalah sumber bunyi itu
sendiri. Layar meredam penampilan utuh alatalat perkusi sebagai sumber bunyi tetapi tidak menyembunyikannya.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Multimedia Medium: instalasi video, objek, alat-alat perkusi Dimensi: 100cm x 120cm x 100cm (WxDxH)
10
PEK AN SENI MEDIA 2017
JULIAN ABRAHAM "TOGAR" Julian Abraham (Medan, 22 Juli 1987) a.k.a. “Togar� adalah seorang seniman dan pemusik yang memiliki ketertarikan khusus pada topik tentang keterulangan, relevansi,
keterhubungan, dan kontinuitas dalam sistem kehidupan
sosial. Latar belakangnya ada pada musik sementara minat
khususnya adalah pada teknologi dan sains. Kata-kata seperti
generatif, memanipulasi, dematerialisasi sering digunakan untuk mengidentifikasi karyanya. Menghubungkan satu hal ke hal
lain, yang diungkapkan dalam algoritma yang kompleks, telah memungkinkan pengalamannya dalam melihat bagaimana seni, lingkungan, sains, dan teknologi saling terkait untuk
menyediakan alat baru untuk mendidik dan melibatkan baik seniman maupun masyarakat.
Pada tahun 2014, ia memprakarsai AKUSTIKOLOGI—
sebuah forum yang mencoba mendorong kerja sama antara
seniman, musisi, ilmuwan, dan hacker untuk mengeksplorasi potensi dalam menciptakan karya dengan tradisi pemikiran (dan karya) akustik, seiring dengan beragam disiplin ilmu
mereka. Setelah diluncurkan di HackteriaLab 2014, Yogyakarta, AKUSTIKOLOGI juga bekerja sama dengan Jatiwangi Art Factory (Jawa Barat) untuk membangun Monumen Tanah Berbunyi (Monumen Sounding Soil). -
www.julianabraham.net 11
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
THE KABAU GADANG The Kabau Gadang adalah video instalasi
dua layar. Layar pertama (kiri) menggambarkan
pemandangan alam (landscape) di Sumatera Barat – sebagaimana genre seni lukis Mooi Indie –
dengan latar depan pesilat dengan gerakan yang diinspirasikan oleh gestur dan gerakan seekor
kerbau besar (kabau gadang). Layar kedua (kanan) menampilkan seorang pendekar silat sekaligus
pembaca mantra, yang melantunkan puisi-puisi lokal atau mantra yang bertemakan petuah-
petuah hidup-berkehidupan. Video ini dibangun oleh mantra visual dan puitik, keruangan, dan waktu – mengajak audiens menjalani proses menonton yang fisik dan rasional ke situasi kontemplasi.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Video Medium: video HD dua kanal Durasi: 4 menit 30 detik
12
AREA / LANTAI 2 - 2A
PEK AN SENI MEDIA 2017
yaitu seni yang banyak menggunakan perangkat elektronik. Karya-karyanya telah dipamerkan, antara lain di The First Fukuoda Asian Art
Triennale di Jepang pada tahun 1999, Havana
KRISNA MURTI Krisna Murti (lahir 1957, Kupang) adalah seniman visual. Ia belajar di FSRD ITB
(1976-1981). Ia pernah bekerja sebagai dosen dan asisten Sadali di institusi tersebut pada
Biennale di Kuba, Gwangju Biennale di Korea
pada tahun 2000, dan Venice Biennale di Italia
pada tahun 2005. Dia juga berpartisipasi dalam festival seni media baru di Belanda pada tahun 2000, di Jerman pada tahun 2005, dan di Australia pada tahun 2009.
Pameran solonya, antara lain adalah “Video
tahun 1984-1987. Ia juga aktif mengikuti
Spa” di Gaa Fusion of Senses Gallery, Ubud,
Singapura, Kuba, Rusia, Australia, Jerman,
Nasional Indonesia, Jakarta (2008); “Video
residensi di berbagai negara, antara lain Jepang, dan Belanda. Pada tahun 1993, Krisna Murti menciptakan karyanya yang berjudul 12 Jam
Dalam Kehidupan Penari Agung Rai, dalam pertunjukan video. Krisna Murti dikenal
Bali (2005); “Forbidden Zone” di Galeri
(e) scape” di Galeri Petronas, Kuala Lumpur, Malaysia (2015); Dan “Chaotic Jumps” di
Selasar Sunaryo Art Space, Bandung (2016). Ia juga meraih penghargaan Artist of the
sebagai pelopor seniman multimedia Indonesia.
Year 2010 dari Majalah TEMPO, dan Octubre
beberapa pengamat sebagai seni media baru,
dari FIVER, La Rioja, Spanyol.
Karya-karyanya juga sering dikategorikan oleh
Corto Special Award 2013 untuk Lotus Story,
13
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
INSYA ALLAH Terjemahan digital yang tak terhinggak
dari janji, mimpi, keinginan dan semua yang
dimaksudkan terwujud atas kehendak-NYA. Insya Allah.
14
Tahun: 2012 Jenis Karya: Objek; Seni Digital Medium: objek; cetak digital Dimensi: Bervariasi
AREA / LANTAI 1 - 1B
PEK AN SENI MEDIA 2017
ADE DARMAWAN Ade Darmawan (Jakarta, 1974). Menempuh
berpartisipasi dalam banyak proyek, pameran,
Seni Indonesia tahun 1992-1997. Pada tahun
dan Internasional, antara lain proyek Riverscape
pendidikan di Jurusan Seni Visual, Institut 1998, melanjutkan studi ke Rijksakademie Van Beeldende Kunsten, Amsterdam,
Belanda, selama dua tahun. Bersama lima
seniman lainnya di Jakarta, pada tahun 2000 ia mendirikan ruangrupa—sebuah artists’ initiative yang fokus pada seni visual dan
dan festival seni di beberapa kota di Indonesia in-flux (2012) dan Media Art Kitchen (2013). Menjadi Direktur Artistik Jakarta Biennale
tahun 2009, dan sejak tahun 2013, ia menjadi
Direktur Eksekutif perayaan seni dua tahunan tersebut.
Beberapa pameran tunggalnya, antara
hubungannya dengan konteks sosiokultural,
lain Deodorant Display Power di Cemeti
menjabat sebagai anggota Dewan Kesenian
Preserve Them di De Schone Kunsten Gallery,
terutama lingkungan urban. Ade pernah
Jakarta, periode 2006-2009. Saat ini, ia juga mengajar di Fakultas Desain Komunikasi Visual di Universitas Tarumanegara.
Karyanya berkisar dari instalasi, benda-
benda, cetak digital, video, dan public art. Sebagai seniman dan kurator, ia telah
Art House, Jakarta (1997); Please Help Us
Amsterdam (1999); Supply and Demand di
Pusat Kebudayaan Prancis, Jakarta (2003) dan di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta (2004);
Human Resource Development di Ark Galerie, Jakarta (2012); dan Magic Center di Portikus, Frankfurt (2015).
15
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
PERUSAHAAN KANTOR Sebuah scene aktivitas perkantoran; ...beserta atribut pendukungnya. Scene
yang terdapat di dalam “perusahaan kantor�
menceritakan fenomena dasar tentang kegiatan
bekerja, mencari nafkah, struktur, dan lain-lain.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Digital; Medium: cetak digital di atas akrilik dengan teknik laser cut Dimensi: Bervariasi
16
PEK AN SENI MEDIA 2017
NARPATI AWANGGA "OOMLEO" Narpati Awangga a.k.a oomleo (Jakarta, 1978) menamatkan pendidikan tinggi di Jurusan
Seni Grafis, ISI Yogyakarta. Kegiatannya yang luas meliputi seniman pixel, seniman Animasi
GIF, perancang grafis dan web serta teknisi dan konsultan IT, multimedia, komentator radio, penulis komik, kurator, kolumnis, organizer
karaoke, MC, penata rambut, DJ, dan anggota band GOODNIGHT ELECTRIC. Pada
tahun 2012 ia mempresentasikan pameran solo pertamanya, “bits & pix” (di PLATFORM3, Bandung) dan berpartisipasi juga dalam
“ARTE 2013 - Indonesian Arts Festival”
(di Jakarta Convention Center, Jakarta) dan “Archive Aid” IVAA di ART|JOG 2013 (Taman Budaya Yogyakarta). Dia adalah
anggota ruangrupa, tinggal dan bekerja di Jakarta. Antara kegiatan mengelola radio
online www.rururadio.org, ia juga secara aktif berpartisipasi dalam pameran seni media
internasional. Salah satunya, pada tahun 2014, ia terlibat dalam pameran Media/Art Kitchen: Politics of Humor and Play yang diadakan di Aomori Contemporary Art Center, Jepang. -
www.oomleo.com 17
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2A
KUN FAYA KUN Memori masa kecil saat mengghitamkan gigi
sebagai pertanggungjawaban kepada pelihat
terkenal yang ada di kalender dipraktikkan
berbeda, yakni yang lukisan dan animasi.
atau menambah kumis pada foto-foto orang
ulang dalam karya ini dengan menggunakan
bahwa karya video ini dibuat oleh seniman yang Dalam pengaturan karya, seniman selalu
aplikasi ponsel pintar yang bisa menambahkan
menempatkan lukisan dengan objek perempuan di
seniman dalam karya ini adalah koleksi lukisan
dalam melihat susunan posisi perempuan dan
aset animasi ke foto. Foto yang dipakai oleh
Galeri Nasional dan koleksi Istana Negara, yang
keduanya pernah dihadirkan di galeri yang sama tempat karya Kun Faya Kun ini pertama kali dipamerkan.
atas lukisan dengan objek laki-laki, sebagai sikap
laki-laki di masyarakat, serta bagaimana laki-laki melihat perempuan, sebab pelukis dan seniman sendiri adalah laki-laki.
Di sisi lain, pilihan menggunakan aplikasi
Dalam pembuatannya, foto-foto lukisan
di ponsel pintar adalah sebuah tawaran kepada
ini juga bagian dari maksud karya, untuk
untuk membuat visual sebagai strategi artistik.
ini diakses seniman dari internet. Pilihan mempertanyakan ketika karya seni berada di
internet yang bisa diakses publik, ia menjadi milik siapa? Sejauh apa batas “kesakralan” karya-karya yang koleksi institusi negara ini? “Kesakralan” yang bisa membuat pelihat merasa berjarak
praktik seni media, bahwa aplikasi bisa digunakan Dengan masif dan terjangkaunya akses kepada
ponsel pintar dan aplikasi, ia bisa menjadi siasat bahwa seni media tidak melulu membutuhkan
perangkat teknologi tinggi dan berharga mahal.
dengan karya itu sendiri.
Dengan mengumpulkan foto-foto lukisan
karya maestro Indonesia, seperti S. Sudjojono, Affandi, Basoeki Abdullah, Dullah, Kartono
Yudhokusumo, dan lain-lain, kerja ini berasal
dari dasar jurnalistik yang dimiliki oleh seniman,
sebagai sebuah cara untuk menelusuri, mengenal, dan mengapresiasi seni lukis Indonesia. Bentuk apresiasi ini, adalah dengan membuat imajinasi baru, dengan menambahkan aset animasi baru
pada foto lukisan. Seniman pun menandatangani karya yang baru ini, dengan membubuhkan
SMTRGLR X … nama pelukis dari karyanya, 18
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Digital; Seni Video Medium: 10 monitor TV, video, animasi citra digital Durasi: Bervariasi
PEK AN SENI MEDIA 2017
GELAR AGRYANO SOEMANTRI Gelar Agryano Soemantri (Cianjur, 31 Januari
Festival Film Rotterdam, Belanda. Pameran
tinggal dan berkarya di Jakarta, anggota
Sidang Hans Bague: Pameran Multimedia
1986) adalah seorang seniman video yang
Forum Lenteng, dan kini berperan sebagai
Koordinator Halaman Papua. Menamatkan
pendidikan Jurnalistik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Ia juga membuat film, dan pada tahun 2013 terlibat sebagai
ko-sutradara dalam pembuatan Elesan Deq A
Tutuq (2013) bersama Syaiful Anwar. Videonya Ketika Aku Pulang Tidak Ada Mamah Di
bersama yang pernah ia ikuti, antara lain
Tentang Heboh Sastra 1968, di Galeri Cemara, Jakarta (2013); dan FOLLOWING, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2017). Kini, di
sela-sela kesibukannya, dia mengembangkan
proyek laboratorium seni bersama rekan-rekan sesama seniman, bernama Turn Left After Sunday Market.
Depan Pintu (2007) pernah dipresentasikan di 19
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2A
OVER REALITY: TRANSMITTED TRANSACTION Pada karya ini Abi mengumpulkan video siaran langsung dari beberapa kamera pengawas online di berbagai belahan dunia. Kamera pengawas
diharapkan memberi rasa aman bagi si pemasang, namun sangat ironis ketika kamera itu dapat
diakses oleh orang lain. Tubuh-tubuh yang hadir dalam bingkaian kamera diunggah menjadi data yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja.
Segala aktivitas kita di dunia maya sangat mudah dilacak oleh mereka yang memiliki kuasa.
20
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Media Baru; Seni Video Medium: video online satu kanal Durasi: Live Stream
PEK AN SENI MEDIA 2017
ABI RAMA Abi Rama (Jakarta, 11 September 1989) adalah
Bergerak - Antara Fakta dan Fiksi, bagian dari
anggota Forum Lenteng. Menyelesaikan studi
International Documentary and Experimental
seorang seniman visual dan performans, dan
Komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jakarta. Karya-karyanya berkisar pada
eksplorasi teknologi digital, musik elektronik,
media sosial, digital imaging, dan multimedia performance.
Abi membuat ‘komikpinter’—sebuah proyek
komik strip—sejak 2009 dan juga merupakan
anggota dari DJ Kasetan, duo disc jockey yang menggunakan kaset sebagai materi utamanya.
perhelatan ARKIPEL Grand Illusion - Jakarta Film Festival. Ia juga pernah menjadi ko-
kurator pada pameran Visual Jalanan: Bebas
Tapi Sopan, fringe event dari Jakarta Biennale 2015, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pada tahun 2017, dia mengikuti program
residensi yang diselenggarakan oleh British
Council Indonesia di Blast Theory, Brighton, Inggris.
Bersama beberapa rekan sesama seniman, ia
juga membentuk kelompok seni bernama Klub
Karya Bulu Tangkis sebagai laboratorium untuk mengeksplorasi teknologi, visual, budaya kota, dan anak muda urban.
Pada tahun 2015, ia menjadi salah satu
ko-kurator dalam pameran Peradaban
Sinema dalam Pameran #2: Jajahan Gambar 21
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1B
PIKNIKIT Karya ini mencoba menanggapi fenomena
tentang kurangnya ruang publik sebagai hiburan gratis. Terutama di Jakarta, orang-orang
memilih untuk piknik ke luar kota, kalau bukan pergi berlibur dengan berbelanja atau diam
di rumah. Karya ini mengajak kita untuk “... melihat kembali hubungan individu dengan
model liburan di Jakarta, dan sistem kota yang
memengaruhinya.” (ruangrupa, 2006). Karya ini pernah dipresentasikan di ruangrupa, sebagai
bagian dari proyek seni kolaboratif, pada bulan September 2006.
Pernyataan seniman:
“Karya ini menawarkan alternatif bagi orang
untuk berlibur. Di Jakarta, orang-orang sangat sibuk, dan macet selalu terjadi. Karena Jakarta tidak memiliki sistem Mass Rapid Transport, orang-orang menghabiskan sebagian besar
waktunya di jalan. Bahkan, pada hari libur umum sekalipun, kemacetan masih terjadi, apakah saat Anda pergi ke kebun binatang, taman hiburan, ataupun mal. Ruang publik sangat sedikit di
Jakarta, dan kemudian saya pikir bahwa kita memerlukan picnic kit berukuran compact
sehingga orang bisa berlibur kapan dan di mana saja.” (Ari Dina Krestiawan). 22
Tahun: 2006 Jenis Karya: Seni Multimedia Medium: objek siap pakai, monitor TV, compactdisc interactive, video Dimensi: Bervariasi
PEK AN SENI MEDIA 2017
ARI DINA KRESTIAWAN Ari Dina Krestiawan (Semarang, 1976). Lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro pada tahun 2002, dan sempat
mendapat beasiswa dari Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta (FFTV
IKJ), selama dua semester. Ia adalah salah satu pendiri www.gilasuting.com. Pernah meraih
penghargaan Sutradara dan Video Klip Terbaik dalam Kompetisi Video Klip Independen
Indonesia 2005 yang diadakan oleh FFTV
IKJ. Pernah mengikuti program residensi di El Despacho, Meksiko pada tahun 2005. Karyakaryanya telah dipresentasikan di berbagai perhetalan seni di lingkup nasional dan
internasional, antara lain OK. Video – Militia
(2007), Jakarta Biennale XIII: ARENA (2009), OK. Video Flesh – 5th Jakarta International Video Festival (2011), Residency Program
Exhibition 2013 Galeri Nasional Indonesia (2013), Orde Baru OK. Video – Indonesia Media Arts Festival (2015), dan Pameran FOLLOWING (2017). Ia juga mengajar
bidang perfilman di Universitas Multimedia Nusantara.
23
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
JATI GOES TO ROTTERDAM Performativitas video/computer yang
merespon arsip film/seluloid tentang industry jati Jawa/Hindia Belanda/ di awal abad 20,
yang diletakkan di lokasi (beberapa sudut kota
Rotterdam dan Hutan Jati di Pulau Jawa) di masa sekarang, melalui konsep kerja reproduksi media yang menghasilkan representasi digital.
Tahun: 2015 Jenis Karya: Seni Video Medium: video HD satu kanal Durasi: 10 menit
24
AREA / LANTAI 1 - 1B
PEK AN SENI MEDIA 2017
OTTY WIDASARI Otty Widasari (Balikpapan, 12 September
Impakt Festival, Utrecht, Belanda (2014);
penulis, pembuat film, dan aktivis media.
Moving Image Art, Bangalore, India (2015);
1973) adalah seorang pelukis, seniman video, Menamatkan pendidikan senirupa di Institut Kesenian Jakarta (2013). Ia adalah salah satu pendiri Forum Lenteng, dan bertanggung
Experimenta – 9th International Festival of
Images Festival, Toronto, Kanada (2015); dan L’Age d’Or Festival, Brussels, Belgia (2016). Pada tahun 2014, Otty diundang untuk
jawab sebagai Direktur Program Pendidikan
mengikuti program residensi seniman di
atau yang biasa disebut AKUMASSA. Karya-
ia juga diundang untuk mengikuti program
dan Pemberdayaan Media Berbasis Komunitas, karya film dan videonya yang terkenal, antara lain Punk Satu Menit (2005), Horor Satu Menit (2005), Rumah (2007), Rumah 2
(2007), Kemarin (2008), Interior Kaca (2008),
Naga Yang Berjalan Di Atas Air (2012), dan Jabal Hadroh, Jabal Al Jannah (2013). Di
tahun yang sama, ia juga terlibat dalam proyek kompilasi film pendek 9808.
Otty menjadi salah satu finalis Indonesia
Art Award di tahun 2008. Karya-karyanya juga telah sering dipresentasikan di berbagai festival film atau perhelatan kesenian, baik untuk skala nasional maupun internasional, antara lain di
Utrecht oleh Impakt. Satu tahun kemudian, residensi seniman di Singapura oleh NTU
Centre For Contemporary Art Singapore. Pada tahun 2015, pameran tunggal Otty Widasari, berjudul Ones Who Looked at the Presence
diselenggarakan di Ark Galerie, Yogyakarta. Kemudian pada tahun 2016, pameran
tunggal keduanya, Ones Who Are Being
Controlled diadakan di Dia.Lo.Gue, Jakarta. Kedua pameran tersebut merupakan proyek
berkelanjutan Otty dalam rangka penelitiannya terhadap arsip film kolonial yang ia mulai sejak residensi di Belanda.
Jakarta Biennale – SIASAT, Jakarta (2013); Biennale Jogja XII Equator #2, Yogyakarta (2013); SeMA Biennale Mediacity Seoul,
Korea Selatan (2014); Bienal de la Imagen en
Movimiento Buenos Aires, Argentina (2014); 25
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
BEKAL Pembahasan masalah seputar pola asuh dan
pendidikan selalu menjadi perhatian saya. Sebagai seorang guru, saya melihat bahwa “Bekal” dari rumah bisa saja menjadi hal yang menguatkan
bisa juga jadi hal yang melemahkan. Kita adalah seseorang atau sesuatu yang dekat dengan kita , “Rumah” kita.
Jangan makan mie goreng terus, nanti kamu
jadi mie goreng, jangan makan tempe terus nanti kamu jadi tempe, jangan makan tahu terus nanti kamu jadi tahu. Makan cahaya, dan jadilah cahaya.
Tahun: 2006 Jenis Karya: Fotografi Medium: cetak digital di atas akrilik, instalasi objek variatif Dimensi: 80cm x 80cm (3 pieces)
26
PEK AN SENI MEDIA 2017
Anton Ismael (Jakarta, 17 September 1975).
Pendiri dan pemilik Third Eye Space dan Kelas Pagi. Anton merupakan seorang fotografer dan art director. Ia mendapatkan gelar Bachelor
of Art dalam fotografi dari Royal Melbourne
Institute of Technology. Berkarier sejak 2000,
ANTON ISMAEL
ia mendirikan studio Third Eye lima tahun kemudian. Bersama Kelas Pagi, ia telah
menyelenggarakan beberapa pameran foto. Kelas Pagi adalah sekolah fotografi gratis
berbasis komunitas, yang diinisiasi oleh Anton Ismael, dan mulai berkembang sejak tahun 2006. Dinamakan Kelas Pagi karena kelas
dimulai pada pukul 06.00 s/d 11.00 pagi. Sejak awal terbentuk hingga saat ini, Kelas Pagi sudah meluluskan 9 angkatan. -
www.antonismael.com 27
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
THE MISSING HORIZON Hidup di kota besar dan padat seperti Jakarta dan sekitarnya dengan gedung-gedung yang menjulang tidak beraturan bersaing dengan
tiang listrik dan papan reklame secara tidak
sadar pelan-pelan telah melenyapkan kesadaran akan adanya horison, garis cakrawala mendatar batas pandang mata yang memisahkan langit dan bumi. Ketika ada saat ingin melihatnya,
kita akan pergi jauh ke luar kota atau pulau, bisa juga naik ke gedung tinggi atau ke pantai yang
tidak gratis. Sementara, menatap horison tidak hanya menghilangkan mabuk ketika berada di
laut tetapi pilot pesawat terbang mengandalkan visual antara hidung pesawat dengan horizon untuk mengontrol pesawat. Ada pepatah,
untuk mencerdaskan pikiran maka lebarkanlah
keinginan dan hasrat seluas horison. Tetapi garis
lurus batas pandang mata yang semakin mustahil terlihat di kota justru semakin menegaskan garis
batas kelas atas yang semakin menjangkau langit dengan kelas miskin yang semakin terbenam ke bumi.
Proyek seni ini adalah sebuah usaha
menjembatani kerinduan akan cakrawala dengan membuat garis visual imajiner mendatar 360
derajat yang mengeliminasikan benda-benda
yang dilewatinya. Pengalaman membayangkan cakrawala dengan menatap garis imajiner ini, secara tidak langsung juga mengajak publik
melihat kota tempat mereka tinggal dan bekerja sehari-hari dengan lebih detil.
28
Tahun: 2016 Jenis Karya: Seni Video Medium: video tiga kanal Durasi: 2 menit 37 detik
AREA / LANTAI 1 - 1B
PEK AN SENI MEDIA 2017
TITA SALINA Tita Salina (1973, perempuan, Indonesia). Ia menempuh pendidikan Desain Grafis di Institut Kesenian Jakarta. Sejak 2011,
berkarya sebagai duo artis bersama Irwan
Ahmett—keduanya berfokus pada masalah
ruang perkotaan, terutama isu ruang publik.
Proyeknya berkaitan dengan konsep bermain-
main di ruang publik untuk merespon isu sosial. Menurutnya, dengan merespon ruang publik sebagai ruang bermain, ia dapat melibatkan
banyak orang sebagai bagian dari karya seni
publik. Proyeknya juga didistribusikan melalui media sosial dan didesain untuk merespon
isu sosial, improvisasi, membuat performans, memanfaatkan situasi, dan kondisi di daerah tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia
mengerjakan beberapa proyek pribadi, pesanan,
serta proyek undangan untuk program residensi di Jakarta, the Hague, Amsterdam, Istanbul,
London, Sunderland, Singapura, Tokyo, Berlin, Ruhr, dan Bergen. Praktik seninya kerap
memanfaatkan situasi dan kondisi spesifik dari
sebuah tempat—dengan mengolah benda-benda temuan, melakukan penelitian, melibatkan
masyarakat atau merespons kebiasaan warga. -
www.titasalina.com 29
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
RESPON SIAP SAJI Karya komik 1 panel atau punch, mengambil
inti langsung dari cerita komik tanpa harus ada pembuka cerita atau intro. Perpaduan punch
dengan media sosial efektif dengan pola atau
kebiasaan orang sekarang “click" dan "share�. Karya ini merupakan arsip komik saya yang pernah saya unggah di media sosial untuk merespon situasi
yang terjadi atau merekam fenomena masyarakat.
Tahun: 2014-2017 Jenis Karya: Komik Medium: komik, mural Dimensi: Bervariasi
30
AREA / LANTAI 1 - 1B
PEK AN SENI MEDIA 2017
REZA MUSTAR "KOMIKAZER" Reza Mustar (1983, Jakarta) adalah seorang seniman yang fokus di bidang komik. Ayah
dari dua orang putri, menyenangi dunia komik sejak remaja. Pada 2004, ia membuat komik
bersama ruangrupa untuk merespons beberapa
ruang kosong di halte TransJakarta. Sejak masa kuliah, Azer aktif membuat komik strip, dan selepas kuliah di Institut Kesenian Jakarta
sering kali membuat ilustrasi untuk beberapa
band bawah tanah ibukota. Ia juga mengikuti
pameran fotografi kontemporer Top Collection #3 pada 2012, dan sempat menjadi desainer
grafis serta ilustrator di beberapa media cetak. Instagram merupakan medium untuk dia
memamerkan komik-komiknya yang berisi
tentang persoalan-persoalan yang dihadapi oleh orang-orang di Ibukota. -
www.instagram.com/komikazer
31
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1B
KOMIK KOPI Beng Rahadian pada pameran seni media ini akan menghadirkan karya yang berjudul Komik Kopi. Karya ini merupakan rekam jejak kerja
Beng terkait sebuah penelitian etnografis yang
dilakukan Beng pada Kopi Aceh. Karya ini juga
merupakan sebuah respon atas tren warga urban yang hari-hari ini tengah gandrung dengan
kopi-kopi khas Nusantara. Melalui sebuah proyek yang ditujukan untuk menelusuri Kopi Aceh
yang tersohor, Beng justru kemudian menemukan banyak hal lucu seputar kopi dan kulturnya.
Temuan-temuan ini kemudian ia catatkan pada sejumlah buku komik tentang kopi. Cerita dari
komik-komik kopi tersebut beserta sketsa-sketsa proses kerja pembuatannya akan dihadirkan
Beng dalam pameran ini sebagai sebuah jendela untuk melihat proses kerja pembuatan komik etnografisnya tentang kopi.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Komik; Objek Medium: objek temuan, buku komik, lembar halaman komik. Dimensi: Bervariasi
32
PEK AN SENI MEDIA 2017
BENG RAHADIAN Beng Rahadian (Cirebon, 29 Mei 1975)
Nasional, Jakarta (2008) dan lainnya. Pameran
Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia
di Sun Dew Gallery, Pnom Penh, Kamboja
mendapatkan pendidikan formalnya di Desain di Yogyakarta dan pernah mendapatkan
beasiswa Ngo Koko dari Japan International Scholarship (1999) dan Comic Cambodia-
Indonesia Exchange (2005). Ia aktif terlibat dalam beragam pameran kelompok sejak
1998 di Yogyakarta, seperti dalam pameran
poster Jamur Merang, Bentara Budaya (1998); pameran komik Sekoin, Benteng Vredeburg (2004); dan pameran komik Pekan Komik
dan Animasi Nasional IV (2004). Ia pernah pula terlibat dalam pameran International Cartoon Festival, Bali (2007); pameran
seni rupa Manifesto Seni Rupa di Galeri
tunggalnya yang pertama diselenggarakan
di tahun 2005 dengan judul “Beng.s Porto”. Selain membuat komik, Beng dan teman-
temannya juga pernah membuat karya-karya instalasi yang dipamerkan di CP Biennale
2005, FKY Yogyakarta Arts Festival 2007 dan di Yogyakarta Biennale 2007. Ia juga telah
menghasilkan sekitar 13 karya komik pendek
dan juga menerbitkan dua buku komik berjudul “Selamat Pagi Urbaz” (2002) dan “Lotif versi
Pasbook: Mei 2005-Mei 2009” (2009). Saat ini
dia adalah pengajar mata kuliah ilustrasi di IKJ. -
www.bengrahadian.com 33
INDIVIDU / YOGYAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 2A
GOLDEN MEMORIES: LISTEN TO VIDEO Karya ini mengajak kita untuk mengalami
bagaimana masyarakat diaspora Indonesia yang tinggal di Melbourne, Australia mendengarkan musik di tahun 2012. Mendengarkan lagu-lagu
dan cerita yang menyertainya tentang bagaimana mereka merindukan kampung halaman dan
tentang bagaimana perkembangan teknologi yang pesat telah merubah cara kita mendengarkan
musik; saat masyarakat mengubah fungsi medium video menjadi audio.
Tahun: 2012-2015 Jenis Karya: Seni Media Baru Medium: instalasi objek (kartu, rak besi) Dimensi: 1m x 1m x2m
34
PEK AN SENI MEDIA 2017
FX. WOTO WIBOWO "WOK THE ROCK" Woto Wibowo a.k.a Wok The Rock (1975,
“Burn Your Idol Versus FFR” di Fight For
kurator, dan aktivis budaya yang tertarik
Memories” di Open Archive, Melbourne,
Yogyakarta) adalah adalah seorang seniman, mengembangkan eksperimen ruang kolektif,
karya interdisipliner, dan budaya kontemporer intervensi dengan menggunakan desain
estetika dan platform spekulatif sebagai artistik praktiknya.
Anggota dari Ruang MES 56, kolektif
fotografi konseptual pada tahun 1997. Dia juga aktif dalam scene musik underground
di Yogyakarta; co-memproduksi musik
dengan lokal seniman, menjalankan label
musik berbasis internet Yes No Wave Music mendistribusikan music gratis download, kurator musik eksperimental manggung
Ya Tidak Klub dan memulai Uni netlabel
Indonesia. Saat ini bekerja sebagai kurator untuk Biennale Jogja XIII.
Beberapa pameran tunggal yang pernah
diadakan oleh Wok antara lain: “For Me and You” di Ruang MES 56 Yogyakarta, (2003);
Rice Store, Yogyakarta (2011); “The Golden Australia (2012); “Yoyo Art Bar” di Koganecho Bazaar, Yokohama, Jepang (2013); “Jakarta ’93
Whiplash Re-revisited” di Schoolhouse Studio, Melbourne, Australia (2015); dan “Art Debt”
di Casco, Utrecht, Belanda (2016). Karya Wok telah dipamerkan dalam berbagai pameran
bersama, antara lain: “Idealism is Kinky” di
6th International Digital Art Exhibition and
Colloquium, Havana, Cuba (2004); “Manifesto: Pameran Besar Seni Rupa Indonesia” di
Galeri Nasional, Jakarta (2008); “ArtJog 11 — Yogyakarta Art Fair” di Taman Budaya
Yogyakarta (2011); “Jakarta Biennale 2013”,
Galeri Nasional, Jakarta (2013); “Slave Pianos & Punkasila: The Lepidopters — A ScienceFiction Space-Opera” di Melbourne (2014),
Darwin (2014), dan Brisbane (2016), Australia. -
www.woktherock.com 35
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
WORLD WIDE WEB WASTE Teknologi informatika menjadi alat politik yang populer saat ini. dengan kecepatan dan
jangkauanya yang luas, memberikan kemudahan
dalam berbagi informasi. dengan keadaan politik di negeri kita saat ini dan sebagian masyarakat kita yang gagap dalam menerima informasi
dengan cepat, sebagian masyarakat yang tertindas oleh kemajuan teknologi.
Karya video instalasi “WORLD WIDE
WEB WASTE� ini menerjemahkan tentang
korban limbah teknologi informatika maupun pada teknologi itu sendiri. limbah ini menjadi
bahaya ketika bercampur limbah politik, sebagian masyarakat kita yang gagap teknologi akan
memberi ruang pada limbah itu dan meracuni
karakter masing-masing individu yang berdampak pada sosial-budaya.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Video; Seni Digital Medium: TV, video player, LAN router Dimensi: Bervariasi
36
AREA / LANTAI 1 - 1A
PEK AN SENI MEDIA 2017
RICKY JANITRA "BABAY" Ricky Janitra (lahir 18 Januari 1985) adalah
seorang seniman audio visual. Ia menyelesaikan studi di Institut Kesenian Jakarta, Program Studi Grafis Murni. Ia banyak bekerja di
wilayah digital, dan karya-karyanya banyak membingkai fenomena manipulasi akan realitas dan realitas virtual yang terjadi
dalam dunia digital. Karya-karyanya mulai
dipamerkan di Respecta Street Art Exhibition Poster Propaganda di Chic Music Building
Jakarta, pameran bersama ruangrupa “Hanya Memberi Tak Harap Kembali” di Bandung,
Yogyakarta, dan Jakarta, pameran tunggalnya pada 2011 diadakan di Grand Indonesia
bertajuk “Cyclture”, dan terakhir karyanya
dipresentasikan dalam OK Video Following Exhibition 2017 di Galeri Nasional. -
www.babaystudio.com
37
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
WHAT.... What adalah sebuah karya performans
video yang menandai momen signifikan bagi
konvergensi seni video dan seni performans di
Indonesia. Karya ini juga dapat dipahami sebagai titik balik dalam praktik kekaryaan Reza Afisina a.k.a. Asung yang memiliki latar belakang
pendidikan sinematografi. Asung membuat
karya ini di waktu liburan Idul Fitri. Dalam
prosesnya, ia merekam dirinya sendiri di salah
satu ruang galeri milik ruangrupa. Menjadikan momen itu sebagai suatu refleksi spiritual, si
seniman melafalkan ayat-ayat injil, Lukas 12:
3-11, sembari menampar wajahnya sendiri. Dalam ayat ini, Lukas mengaitkan peringatan Yesus
tentang hipokrisi dan menekankan pentingnya pengakuan dan kejujuran. Sedangkan Asung,
lewat performans-nya, mencoba mempertanyakan rasionalisasi dari bentuk kekerasan yang sering kali digunakan sebagai suatu pandangan, baik secara relijius maupun alasan lainnya.
Karya ini sudah pernah dipresentasikan di
bebeberapa perhelatan seni, antara lain di Open
Circle, Mumbai, India (2002); the International
Performance Manifestation, Minas Gerais, Brazil (2003); Worm Festival 5: House, Singapore
(2003); dan Herbert F. Johnson’s Museum of Art, Cornell University, USA (2005). Sejak
tahun 2012, What dikoleksi oleh Solomon R. Guggenheim Museum, New York.
Tahun: 2001 Jenis Karya: Seni Video Performans Medium: video Durasi: 11 menit
38
PEK AN SENI MEDIA 2017
REZA AFISINA "ASUNG" Reza Afisina a.k.a. Asung (1977, Bandung)
to International Curators (2008). Beberapa
berkarya di Jakarta. Ia adalah anggota
ikuti, antara lain Taboo and Transgression in
adalah seorang seniman yang tinggal dan ruangrupa, sebuah artists’ initiative yang
berbasis di Jakarta, dan menjadi Koordinator
Program ruangrupa (2003-2007). Sejak tahun
2008, Asung berperan sebagai direktur ArtLab ruangrupa. Asung belajar sinematografi di
Institut Kesenian Jakarta (1995-1999). Ia juga pernah mengikuti program residensi seniman di KHOJ International Artists’ Association, New Delhi, India (2004). Saat ini, Asung
merupakan salah satu seniman yang terlibat
dalam 69 Performance Club, sebuah platform untuk studi tentang performativitas yang
digagas oleh Forum Lenteng—organisasi
nirlaba egaliter, berbasis di Jakarta, yang fokus pada bidang media, sinema, dan seni.
Pada tahun 2002, Asung berpartisipasi
perhelatan senirupa lainnya yang pernah ia Contemporary Indonesian Art (Herbert F.
Johnson Museum of Art, Cornell University, Ithaca, New York, 2005); Simple Actions
and Aberrant Behaviors (PICA, Portland,
2007); Yokohama Triennale (Jepang, 2008);
Jakarta Biennale (Indonesia, 2009); Undisclosed
Territory 4, International Performance Art Event (Padepokan Lemah Putih, Solo, 2010); Festival OK. Video di Jakarta (2003, 2010, dan 2011); Move on Asia: The End of Video Art (Para/
Site Art Space, Hong Kong, 2010 dan 2012);
Moving Image from Indonesia (ZKM Center for Art and Media, Karlsruhe, 2011); dan City Net Asia (Seoul Museum of Art, Korea Selatan, 2011).
Asung juga pernah mengkuratori beberapa
dalam pameran video di Open Circle, Mumbai,
pameran, seperti Festival Tanda Kota, Jakarta
performance-nya yang bertajuk WHAT (2001)
or/and Bottom, Pre Event Q-Community
India dan mempresentasikan karya video
yang kini telah oleh Solomon R. Guggenheim Museum, New York, sejak tahun 2012.
(2007); Footage-Jive, Jakarta (2009), dan Top Festival, Jakarta (2010).
Beberapa karyanya yang terkenal lainnya,
antara lain My Chemical Sisters (2004), An
Easy Time With Parenthood (2008), dan Letters 39
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / BANDAR SENI RAJA ALI HAJI
BUDIDAYA PEMERINTAH Perkebunan sawit melebar tanpa batas.
Menegaskan tanah ini kaya atau rekayasa? Yang jelas, hanya pejabat yang sentosa.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Mural Medium: dinding partisi, multiplek, cat semprot Dimensi: Bervariasi
40
AREA / PELATARAN - 3
PEK AN SENI MEDIA 2017
THE POPO Riyan Riyadi a.k.a. Popo (b) 1982, Jakarta) adalah seorang
street artist yang berbasis di Jakarta. Pernah kuliah di Institut
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (IISIP Jakarta). Ia dikenal sebagai seniman jalanan sejak tahun 2001. Ia dianugerahi
penghargaan The Best Mural Artist pada perhelatan Bomber
Award 2010 Wall. Pada tahun itu juga ia menggelar pameran
tunggal bertajuk “Numpang Nampang� di ruangrupa, Jakarta,
dan juga berpartisipasi dalam Singapore Nite Festival. Dia juga mengajar di almamaternya dalam program studi Komunikasi Visual. -
www.thepopopaint.blogspot.com. 41
INDIVIDU / JAKARTA
RUANG / ANJUNG SENI IDRUS TINTIN
CONSU-ME Semua ini bermula dari kebiasaan sehari-hari:
doodling dan mengisi catatan harian. Pengalaman,
pikiran, dan ingatan adalah sesuatu yang menurut saya berarti, karenanya karya-karya saya berbicara tentang hal-hal personal dan domestik. Saya
tak pernah mempersoalkan gaya tertentu dan membiarkannya berkembang sebagaimana adanya. Secara teknis, saya menggambar
berdasarkan apa yang saya “lihat� dalam bentuk
garis-garis, dan tidak pernah ingin menjadi benarbenar realistic karena seni bagi saya adalah sebuah bentuk pelarian dari realitas, bersahaja dan cukup surreal. Segala sesuatu yang memiliki hubungan
dekat dengan saya yang dalam masyarakat adalah seorang perempuan dan ibu, menjadi sebuah
formulasi dari sudut pandang pribadi, pikiran, dan fondasi bagi karya saya.
42
Tahun: 2017 Jenis Karya: Mural Medium: mural Dimensi: Bervariasi
AREA / TERAS - 3
PEK AN SENI MEDIA 2017
MARISHKA SOEKARNA
pengamatan pribadinya dapat melibatkan
perspektifnya untuk konsepsi yang lebih luas. Marishka Soekarna (12 Januari 1983,
Bandung) adalah seniman yang berbasis di
Depok-Jakarta. Ia meraih gelar Bachelor of Art dari Fakultas Seni Rupa dan Desain,
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, tahun 2007. Karyanya sering mewakili refleksi, feminitas, masalah intim, dan
pengamatan sosial, dengan eksplorasi berbagai metode, seperti drawing, lukisan, kolase,
seni grafis, dan mural. Marishka cenderung menyelidiki pengalaman pribadi dalam
pekerjaannya, cenderung mendekati ekspresi artistik sederhana yang mengandung makna alternatif atau yang sekadar naif. Dalam
proses kreatifnya, Marishka percaya bahwa
Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai perhelatan senirupa, antara lain di “Wani Di Tata” (Galeri Cipta II, Jakarta, 2015);
Jakarta Biennale: “Maju Kena Mundur Kena” (Gudang Sarinah, Jakarta, 2015); “Sonsbeek:
TransAction” (Arnhem, Belanda, 2016). Pada tahun 2007, ia berpartisipasi dalam pameran
dan workshop di OK. Video MILITIA - 3rd Jakarta International Video Festival. Pada
tahun yang sama, ia juga berpartisipasi dalam
pameran bersama, “Concept Magazine”, 1001 Inspiration Design Festival (Senayan City,
Jakarta, Indonesia) dan mendapatkan Juara II. -
www.marishkasoekarna.blogspot.com
43
INDIVIDU / BANDUNG
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
ARTIST'S SIGNATURE Sebuah satir tentang authorship, apresiasi seni, dan market yang dipresentasikan secara
‘effortless’ dengan sejumlah readymade/found object yang disusun menjadi sebuah instalasi bunyi.
Tahun: 2014 Jenis Karya: Seni Bebunyian; Instalasi; Objek Medium: reel-to-reel player, tape loop, pensil Dimensi: Bervariasi
44
PEK AN SENI MEDIA 2017
DUTO HARDONO Duto Hardono (1985, Jakarta) lulus dari Institut Teknologi
Bandung, Jurusan Seni Lukis, dan mendapat gelar Magister
Seni Rupa di institusi yang sama. Memiliki perhatian pada tema Manusia dan Waktu. Kesukaannya pada karya berbentuk kolase dan tempelan bermula di tahun 2002. Pada akhir 2010, dia
memamerkan karya-karya kolase di Selasar Sunaryo, Bandung. Ketika sedang menempuh pendidikan Master tahun 2010,
ia mulai membuat karya instalasi suara, mengolah teknologi
analog yang sudah ketinggalan zaman, misalnya synthesizer
analog, kaset rekaman, dan walkman. Ia gandrung pada musik psikadelik 60-an dan menyukai performans bunyi dengan pita rekaman.
45
INDIVIDU / BANDUNG
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
CLANDESTINE TRANSGRESSION: LE LUMIERE Siapa yang di dunia ini yang hidup tanpa
melindungi diri dari persinggungan norma dan
ketika rahasia kita diketahui sesorang yang
biasanya merupakan sebuah hal yang disimpan
memiliki rahasia? Siapa yang merasa nyaman seharusnya tidak boleh mengetahuinya? Mengapa kita merahasiakan hal-hal tersebut? Siapa
yang boleh mengetahui rahasia kita dan siapa
yang tidak? Rahasia adalah suatu hal yang kita simpan karena suatu alasan. Bisa karena hal
tersebut membuat kita malu, dikucilkan, maupun ditinggalkan tetapi kadang rahasia tidak hanya kita simpan sendiri, namun dibagi ke dalam sebuah kelompok kecil yang diyakini dapat
menjaga dan menyimpan baik rahasia tersebut.
Bisa dari sahabat dekat hingga orang asing yang tidak memiliki hubungan sosial dengan orang
di sekitar kita. Semuanya dikembalikan pada si pemilik rahasianya.
Apa yang saya angkat di sini adalah tentang
bagaimana hampir seluruh individu dalam
masyarakat memiliki sebuah rahasia. Rahasia
itu sendiri juga merupakan salah satu cara dari
manusia untuk melindungi diri. Suatu hal atau
tindakan dapat bertransformasi menjadi sebuah rahasia jika hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku pada lingkungan sekitar. Di saat itu, manusia melindungi diri
dengan menyimpan hal dan kejadian tersebut
untuk tidak diketahui oleh pihak lain. Manusia 46
nilai yang berlaku dalam masyarakatnya. Rahasia karena bersifat kontroversial terhadap lingkungan sekitarnya. Manusia saat ini lebih mementingkan bagaimana pandangan publik, tapi belum tentu nilai-nilai yang ditampilkan sesuai dengan sifat asli individu tersebut, hal-hal apa saja yang
dilakukan untuk mencapai hasrat keinginan
diri individu tersebut sesuai dengan apa yang
ditampilkan kepada publik, tentu setiap individu memiliki rahasia dan sebuah rahasia adalah
sebuah hal dapat mengubah cara pandang lingkup sosial terhadap seorang individu.
Aktivasi dari lampu dan mekanisme berasal
dari sensor suara yang di stimulasi oleh suara rahasia sang narasumber. Objek-objek yang ditampilkan juga berkaitan dengan konten
rahasia narasumber. Pada karya ini saya juga
menghadirkan suara percakapan tentang rahasia
narasumber ini, namun juga setelah melalui proses editing. Di sini saya hanya menghadirkan konten informasi yang sangat terbatas kepada publik. Yang menimbulkan sebuah keingin tahuan,
seperti bagaimana seseorang ingin mengetahui sebuah rahasia.
PEK AN SENI MEDIA 2017
Tahun: 2015 Jenis Karya: Seni Mulltimedia Medium: instalasi objek, lampu, sensor suara, rekaman audio Dimensi: 240cm x 240cm x 240cm
Bagus Pandega merupakan lulusan Program Studi Seni
Rupa FSRD ITB, dengan minat utama Seni Patung. Ia kini menempuh program master di fakultas yang sama. Pameran
bersama yang terakhir ia ikuti adalah Disthing, Galeri Rachel, Jakarta (2013); Jakarta Contemporary Ceramics Biennale, Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta (2012); Jakarta
BAGUS PANDEGA
Biennale #14: Maximum City, Galeri Nasional Indonesia,
Jakarta (2011). Bagus juga pernah mengikuti residensi program Le Centre Intermondes di La Rochelle, Prancis ( 2012); dan
memenangkan sejumlah penghargaan, antara lain, Juara Ketiga Bandung Contemporary Art Award (2012). -
www.baguspandega.blogspot.com 47
INDIVIDU / BANDUNG
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
MEMANEN MATAHARI Memanen Matahari adalah salah satu
performativitas dari gerak (sebagai elemen visual)
Rancajale dimasukkan ke dalam daftar 10 Tahun
permainan durasi (waktu, dalam hal ini, berfungsi
karya penting dari Prilla Tania, yang oleh Hafiz Seni Video Indonesia untuk rentang waktu
2000-2010. Karya ini merupakan bagian dari serangkaian seri video yang merupakan hasil
studi Prilla dari tahun 2008 hingga 2009 tentang performance dan persinggungannya dengan
video. Pada karya dengan teknik stop motion ini, video disikapi sebagai medium potensial
untuk menggemakan lebih jauh aspek-aspek
yang dapat ditangkap dan dimanipulasi lewat sebagai aspek temporal yang memungkinkan hal itu). Naratif yang dihadirkan oleh Prilla
dalam Memanen Matahari adalah rangkuman dari sejumlah frgmen keseharian, yang tatkala dibingkai ke dalam video, memancing amatan
terhadap anke detail yang selama ini luput dari penglihatan kita.
Tahun: 2008 Jenis Karya: Seni Video Performans Medium: video Durasi: 1 menit 7 detik
48
PEK AN SENI MEDIA 2017
PRILLA TANIA Prilla Tania (Bandung, 1 April 1979) adalah
Utrecht, Belanda (2009); n.b.k. Video Forum,
Seni Rupa, Fakultas Seni dan Desain Institut
(2010); dan Close The Gap: Indonesian Art
lulusan Studio Seni Patung, Departemen Teknologi Bandung (ITB). Aktif sebagai
seniman sejak 2003. Karyanya mencakup patung lunak, instalasi, video, fotografi,
dan performance art. Prilla juga sering kali
memanfaatkan benda-benda keseharian dalam berkarya. Ia mengeksplorasi tema berdasarkan permasalahan yang dihadapi manusia dan menemukan bahwa semuanya hal adalah
persoalan bertahan hidup. Karya-karyanya berangkat dari isu-isu limbah dan energi,
kemudian bergeser fokusnya pada kebutuhan
pemenuhan energi manusia; makanan. KaryaPremiere Vue di Passage de Retz, Paris,
Prancis (2004); Passing on Distance, Gallery NAF, Nagoya, Jepang (2005); OK Video
Subversion, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2005); Beyond the Dutch, Centraal Museum
Neuer Berliner Kunstverein, Berlin, Jerman
Today di MIFA, Melbourne, Australia (2011). Prilla juga pernah tampil dalam Indonesian
International Performance Art Event di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2006); dan pada Bandung Art Event bersama Danceisbastard
dalam Bandung Art Event di Nu Art Gallery, Bandung (2001). Selain itu, Prilla juga
pernah beberapa kali berpameran tunggal,
misalnya Phirunku di CCF Bandung (2003);
Watching Me Watching You Watching Me di
Room#1, Bandung (2005); dan Tanah di Dasar Samudera, Cemara 6 Gallery, Jakarta (2008).
Prilla juga kerap mengikuti program residensi
di beberapa tempat, seperti di International Art Space Kellerberrin Australia (2007); dan di Taipei Artist Village, Taiwan (2008).
49
INDIVIDU / BANDUNG
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - 1A
PHONTON HIGHWAY Semua benda yang terpapar cahaya akan
paparan cahaya akan menyebabkan tertinggalnya
sebagian, sehingga terbentuk bayangan. Bayangan
benda-benda lainnya, paling tidak untuk saat ini
menghalangi cahaya tersebut,seluruh ataupun
bersifat real time, atau bisa dibilang sama dengan
bayangan di dalamnya. Hal ini tidak terjadi pada
Karya ini mencoba mensimulasikan tumbukan
waktu kejadian sebenarnya, walaupun ada sedikit
photon terhadap benda dan peran sebuah
diabaikan karena kecepatan cahaya yang begitu
menyorotnya menggunakan proyektor, dan
keterlambatan yang tak kasat mata, tapi ini cepat.
Selain sifat gelombangnya, cahaya membawa
energi berbentuk photon dalam perjalanannya.
Untuk material peka cahaya seperti film negatif,
50
benda sebagai alat rekam non-linear dengan menggabungkan bayangannya dengan bayangan buatan dari kegiatan-kegiatan yang seolah-olah pernah dialami oleh benda tersebut.
PEK AN SENI MEDIA 2017
BANDU DARMAWAN Bandu Darmawan berasal dari Cilacap, Jawa Tengah dengan
latar belakang pendidikan Seni Intermedia di Institut Teknologi Bandung. Ia kerap bereksperimen menggunakan bermacam-
macam medium untuk berbagai tujuan dan seni rupa menjadi salah satunya. Terkhusus pada seni bunyi, ketertarikannya
pada medium ini berawal dari kegemarannya membuat D.I.Y synthesizer. Sekarang ia tergabung dalam Gerilya Artist
Collective, sebuah kolektif seniman di Bandung. Selain pameran seni rupa, Bandu juga pernah mengikuti pameran desain seperti London Design Biennale (2016). Selain itu, selama dua tahun terakhir Bandu menjadi Art Director perhelatan Bandung International Digital Arts Festival.
Tahun: 2017 Jenis Karya: Seni Performans; Objek Medium: instalasi objek, performans, cahaya proyeksi, bebunyian Dimensi: Bervariasi
51
INDIVIDU / BALI - BRISBANE
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2A
FALLEN Dokumentasi sangat penting bagi sejarah.
Bergantung pada saat kita memasuki ruang
masa lalu, dan dengan demikian membangun
bisa disuarakan secara berbeda, seperti lingkaran
Ini menegaskan realitas dari apa yang terjadi di semacam kepercayaan. Sebuah dokumenter
sering kali melakukan investasi dalam kepercaan tersebut yang baik dan bermain dengannya.
Negara-negara bangsa sering membutuhkan
kepercayaan semacam ini dari warganya, sehingga mereka sering mengandalkan dokumenter dan dokumentasi.
Fallen adalah bagian dari karya saya tentang
batasan dan peluang. Ini bukan dokumentasi
atau dokumenter, meski berdasarkan peristiwa yang agak nyata. Mengikuti jalan skeptisisme
yang mana peristiwa sebenarnya adalah dasarnya, dokumentasi didramatisasi: ini disunting dan disajikan dengan musik yang mempesona.
Diproyeksikan ke dinding putih, gambar
fade in dan fade out perlahan. Atmosfernya
menyerupai semacam tempat transit; sebuah
tempat penyucian yang bersih dan putih tanpa
proyeksi dan berapa lama kita tinggal, ceritanya video dalam keabadian. Apakah tumpuan itu jatuh lebih dulu dan kemudian dipasang lagi? Mana yang terjadi lebih dulu, jatuhnya atau
naiknya? Musik berhenti dengan tiba-tiba tapi
perlahan, dan lenyap di antara suara tumpuan itu. Benarkah itu suara tumpuan yang jatuh tersebut? Ketidakmungkinan menelusuri urutan kejadian adalah ketidakmungkinan menelusuri apa yang
nyata. Apakah itu jatuh, atau akan jatuh? Waktu, konon, adalah bola besar yang benang. Sejarah, katanya, berulang kembali. Seperti gambar
Hades yang memikat, Fallen terus berulang
dalam jumlah tak terhingga. Urutan gambar dan suaranya berangsur-angsur berkembang menjadi objek konseptual yang solid yang meninggalkan ruang tempat ia berasal, dan menempati ruang lain yang lebih dari empat dimensi.
konteks. Satu-satunya warna yang kita lihat adalah paspor di tumpuan yang jatuh. Kita
melihat jatuhnya, dan kemudian kita melihat
tumpuan itu naik lagi, sebelum jatuh lagi. Kita
melihat orang-orang menelusuri beberapa jenis instruksi di dinding, orang-orang menuliskan
namanya di paspor, dan orang-orang yang saling tersenyum. Tapi apakah mereka ada dalam
kenyataan yang sama? Bahkan, ketika mereka
berada di tempat yang sama, mereka mungkin
akan datang dan pergi pada waktu yang berbeda. 52
Tahun: 2011 Jenis Karya: Seni Video Medium: video kanal tunggal Durasi: 18 menit 43 detik, loop
PEK AN SENI MEDIA 2017
TINTIN WULIA Tintin Wulia (Denpasar, 1972) adalah seniman
lembaga publik dan swasta, antara lain di
karyanya telah dipresentasikan di berbagai
Queensland Art Gallery/Gallery of Modern
yang saat ini berbasis di Brisbane. Karya-
perhelatan seni nasional dan internasional,
antara lain Istanbul Biennale (2005), Yokohama Triennale (2005), Jakarta Biennale (2009),
Moscow Biennale (2011), Gwangju Biennale
(2012), Asia Pacific Triennale (2012), Sharjah Biennale (2013), dan Jogja Biennale (2013). Beberapa karyanya telah dikoleksi oleh
Van Abbemuseum, Singapore Art Museum,
Art, dan He Xiangning Art Museum. Tintin
Wulia adalah penerima penghargaan Australia Council for the Arts’ Creative Australia Fellowship 2014-2016. -
www.tintinwulia.com
53
INDIVIDU / PEKANBARU
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 2 - 2A
MANUSIA ASAP Manusia Asap adalah manusia Riau yang sejak tahun 1997 terpapar asap dari
pembakaran hutan dan lahan. Puluhan tahun
manusia Riau menghirup karbon organik yang berbahaya seperti: karbondioksida (CO2),
nitrousoksida (N2O), nitrogenoksida (NOx), dan
karbonmonoksida (CO). Selain itu, ada unsur lain yang lebih berbahaya, yakni partikulan logam
berat mikron, seperti krom (Cr), kadmium (Cd), dan nikel (Ni).
Karya ini menampilkan video berupa patung
manusia yang mengeluarkan asap, arsip-arsip
#melawan asap sejak tahun 2014 serta jejaring dari pergerakan ini. Video-video ini merupakan simbol perlawanan masyarakat Riau atas ketiadakadilan yang mereka terima, atas pembiaran kejahatan kemanusiaan berupa asap dari pembakaran
hutan dan lahan yang dihirup setiap tahun oleh manusia Riau dan keserakahan korporasi yang berselingkuh dengan pemerintah.
Video ini juga merupakan symbol dari gerakan
perlawanan yang berjejaring dengan tuntutan
tidak ada lagi asap dari pembakaran hutan dan
lahan di Riau hari ini, nanti hingga kapan pun. Tahun: 2017 Jenis Karya: Proyek Seni Kemasyarakatan Medium: video, objek, poster Dimensi: 5m x 5m
54
PEK AN SENI MEDIA 2017
HERI BUDIMAN Heri Budiman (1971), mulai motret sejak tahun 1989 di
Yogyakarta. Pernah 2 tahun menjadi redaktur foto di sebuah harian di Pekanbaru, Riau. Sejak Tahun 2007 hingga
sekarang menjadi dosen di Fakultas Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau. Aktif ikut pameran foto bersama di
Yogyakarta dan di Riau. Pernah pameran tunggal Fine Art
dengan judul Biru di Mal Ciputra Pekanbaru th 2005, Pameran
Foto Tunggal “Ekpresi Seniman Riau” di Taman Budaya Riau th 2006. Pameran Foto bersama “Kesah Asap” 2014, Pameran Foto bersama “Asap Riau th 2015, Hampir setiap tahun sejak 2010 ikut pameran senirupa yang diadakan oleh Dinas Pariwisata
dan juga oleh Dewan Kesenian Riau. Tahun 2010 mendirikan Rumah Budaya Sikukeluang dan melakukan Eksepedisi
Kebudayaan 4 Sungai di Riau, (Sungai Rokan, Siak, Kampar
dan Kuantan/Indragiri) yang menghasilkan 6 film dokumentar dan 7 buah buku budaya. Tahun 2014 menginisiasi lahirnya gerakan #melawanasap. Tahun 2016 melakukan gerakan #saverimbangbaling dan projek Festival Rimbangbaling.
55
INDIVIDU / PEKANBARU
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
RIAU BUSTANUL KARTUN
KUMPULAN KARTUN PILIHAN 2008-2017
“Riau adalah taman di mana peristiwaperistiwa kartunal acap kali terjadi: masih
terdapat rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan walaupun pernah menjadi salah
satu daerah penyumbang devisa migas terbesar.
Masih banyak daerah-daerah terpencilnya yang
mengalami ketertinggalan infrastruktur walaupun daerahnya berjuluk “Negeri di Atas Minyak di Bawah Minyak”. Negeri yang “diasapi” terus menerus hampir 18 tahun lamanya karena hutannya ditebang, lahannya dibakar dan
dikonversi menjadi kebun sawit. Tiga pemimpin daerahnya berturut tersangkut kasus korupsi.
Peristiwa-peristiwa kartunal tersebut direkam oleh Furqon Elwe dalam kartun-kartun opini
yang satir, parodi, ironi, dan terkadang sarkasm.”
Tahun: 2017 Jenis Karya: Komik/Ilustrasi Medium: komik, mural, instalasi berupa ilustrasi kartun dan komik Dimensi: Bervariasi 56
AREA / LANTAI 1 - 1B
PEK AN SENI MEDIA 2017
FURQON LULUS WARGI Furqon Lulus Wargi (lahir 30 Desember 1971)
kartun “PekanbaRuko” (2015), pameran seni
di sekolah kejuruan ekonomi, memutuskan
Pekanbaru, Riau (2015), pameran kartun “Tun
adalah seorang kartunis. Ia menamatkan studi menjadi kartunis sebagai jalan hidup dan
belajar seni secara otodidak. Karya-karyanya banyak membingkai fenomena sosial yang
ada di Riau, khususnya Pekanbaru. Karyanya pernah dipamerkan di pameran bersama
“Kartun Riau ke Jakarta” di Taman Ismail
Marzuki (2001), pameran “SporToon” dalam
rupa “Warna-Warni Bumi Lancang Kuning” di Kopi” di Pekanbaru Bandar Kartun Festival V di Pekanbaru, Riau (2016). Bukunya juga
pernah diterbitkan dengan judul “riAaauuu…, Negeriku” Parade Kartun & Karikatur 1999-
2003, dan pada Kumpulan Kartun Opini Riau Pos Group 2004-2005.
Selain berkarya, ia juga mengorganisir
rangka PON XVIII di Pekanbaru, Riau
Sindikat Kartunis Riau (SiKari) sejak 1998
Festival II “Pekanbaru Doeloe dan Kini” yang
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota
(2012), pameran Pekanbaru Bandar Kartun diadakan oleh SiKari di Pekanbaru, Riau
(2013), pameran “Seni Rupa Riau” di Taman
Mini Indonesia Indah, Jakarta (2013), pameran kartun “Sepak Bola dan Kita” di Pekanbaru
Bandar Kartun Festival III (2014), pameran
seni rupa “Merenda Warna dalam Realita Sosial Riau” di Pekanbaru, Riau (2014), pameran
hingga sekarang. Ia juga merupakan anggota Pekanbaru. Ia pernah menjabat sebagai anggota Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Riau
(2000-2002), dan sebagai ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Riau (2002-2012). Ia pun menjadi angota Lembaga Adat Melayu Riau sejak 2011 hingga sekarang.
57
58
PEK AN SENI MEDIA 2017
MALAM PEMBUKAAN
59
MALAM PEMBUKAAN
AREA / TERAS: ANJUNG SENI IDRUS TINTIN
PERTUNJUKAN MULTIMEDIA
SPATIAL TRICHOTOMY
oleh JULIAN ABRAHAM
Malam Pembukaan Pekan Seni Media 2017
menghadirkan sebuah pertunjukan multimedia, berjudul Spatial Trichotomy, karya salah satu
saling memengaruhi satu sama lain dalam satu pengalaman keruangan (spatial).
Gerak-gerik manusia pada umumnya dituntun
seniman media, bernama Julian Abraham,
oleh mata dan telinga. Manusia memahami posisi
Seni Media 2017. Karya pertunjukan yang
terbuka maupun tertutup) melalui penglihatan
yang turut berpartisipasi dalam pameran Pekan dikembangkan oleh Julian Abrahan sejak tahun 2012 ini telah dipresentasikan beberapa kali,
antara lain di Medan (2012), di Jatim Biennale (2015), dan di NTU CCA Singapura (2016).
Seni pertunjukan ini menghadirkan instalasi
atau perancah yang menyertakan suatu rangkaian
dirinya dalam tatanan keruangan mana pun (baik dan pendengarannya. Pertunjukan ini dimulai dengan kegelapan. Bebunyian yang bertahap muncul akan memanggil cahaya. Bertahap,
penonton akan bisa mengenali bahwa cahaya hadir karena bunyi.
Kita hanya bisa melihat pada waktu cahaya
lampu pijar (fluorescent light). Rangkaian itu
hadir. Artinya, kita hanya bisa melihat ketika
beragam ukuran. Setiap dua lampu menyala
bahwa mata kita tergantung pada telinga?
dibentuk menjadi segitiga-segitiga dengan
ketika dipicu oleh satu jenis bunyi. Bebunyian dalam pertunjukan ini dihasilkan lewat olah
sintesis dari suatu sistem pemrograman yang diatur menggunakan sebuah piranti lunak komputer.
Bentuk segitiga yang digunakan bermula dari
Segitiga Hukum Ohm yang biasanya didapat dalam pelajaran elektronika dasar atau fisika
dasar mengenai elektronik. Bentuk segitiga juga bisa dipakai untuk menyederhanakan rumus-
rumus lainnya. Terinspirasi dari rumus-rumus yang memilki tiga elemen (trikotomik) itu,
pertunjukan ini menghadirkan kemungkinan
untuk melihat bagaimana sesuatu yang tampak (optical) dan sesuatu yang terdengar (acoustical) 60
ada bebunyian. Bagaimana rasanya mengetahui Bagaimana rasanya mengetahui indra kita secara
harfiah tergantung satu sama lainnya? Bagaimana kita mengenali ruang ketika kedua indra tersebut harus bekerja pada waktu yang bersamaan?
PEK AN SENI MEDIA 2017
Tanggal: Minggu, 9 Juli 2017 Waktu: 19.00 WIB Lokasi: Teras Anjung Seni Idrus Tintin Gratis
61
62
PEK AN SENI MEDIA 2017
SIMPOSIUM
63
SIMPOSIUM
LOKASI / TAMAN BUDAYA PROVINSI RIAU
SIMPOSIUM NASIONAL SENI MEDIA INDONESIA
"ARUS BALIK DIMENSI TEKNOLOGI DALAM SENI"
Tema Simposium: “SENI MEDIA SEBAGAI MEDIA PERUBAHAN SOSIAL”
Representasi dan presentasi merupakan dua sifat
dalam rangka menjabarkan proses ulang alik
bahasa, yang digunakan oleh ranah seni ini dalam
eksternal. Unsur internal, yakni unsur dari tubuh
dan ciri seni media yang dilihat dari kosakata atau berkomunikasi dan menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat. Representasi (penggambaran) bertujuan pada kemunculan makna dan
cenderung ke luar dari bidang garapan. Ia juga
berkutat pada bentuk-bentuk gambar, bebunyian, dan interaksi yang dihasilkan dari perpaduan teknologi media. Sementara itu, Presentasi
(kehadiran) berkutat pada teknologi media yang
dihadirkan sebagai alat yang mampu menciptakan representasi seni media. Sederhananya, presentasi adalah sebuah sistem dari proses produksi hingga
distribusi yang dimunculkan dari bidang garapan. Berangkat dari dua sifat dan ciri tersebut,
Simposium Nasional Seni Media Indonesia,
bertajuk “Seni Media Sebagai Media Perubahan Sosial”, dihelatkan sebagai forum dialog
64
pengetahuan yang terjadi antarunsur internal dan seni media itu sendiri yang berhubungan dengan definisi, teori, dan sejarah, baik teknologi media yang digunakan, estetika, medium, maupun
karakteristik seni media, dalam kaitannya dengan perkembangan infrastruktur seni, serta konteks sosial, politik, budaya dan ekonomi. Sementara
itu, unsur eksternal, yakni hal-hal yang berkaitan dengan kehadiran seni media di tengah-tengah
masyarakat, yang memiliki kemampuan sebagai platform seni yang memiliki peluang untuk
membicarakan persoalan sosial-politik secara
lebih luas. Bagaimana kemudian seni media dapat didorong, diterapkan, dan digunakan sebagai media perubahan sosial.
PEK AN SENI MEDIA 2017
PEMBICARA KUNCI
Pembicara kunci akan memaparkan pernyataan
teknologi media yang digunakan oleh seniman
mendorong seni media sebagai media perubahan
Mempercepat terjadinya hubungan lintas disiplin
dan pertanyaan dari simposium ini, yaitu
sosial. Bagaimana kemudian seni ini tidak hanya
memiliki nilai estetika, tetapi dapat pula menjadi
sarana yang meningkatkan jumlah inisiatif warga mengkritisi informasi dengan teknologi media. Seni media memiliki peluang sebagai platform
dengan yang digunakan oleh masyarakat umum. seni, pengetahuan, dan teknologi yang lebih luas akan mendorong munculnya karya-karya yang memiliki nilai estetika yang baik dan beririsan
dengan teknologi tepat guna dan tepat sasaran.
yang tidak hanya digunakan oleh seniman
tetapi juga masyarakat umum. Hal ini berkaitan dengan kesamaan kosakata dan karakteristik
Pembicara: Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tanggal: Senin, 10 Juli 2017 Waktu: 08.50 - 10.00 WIB Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau Gratis / Tempat Terbatas
65
SIMPOSIUM
LOKASI / TAMAN BUDAYA PROVINSI RIAU
PANEL 1 Antarmuka (interface) Teknologi Media dan Seni Media di Indonesia
PANEL 2 Teknologi Media Sebagai Media Perubahan Sosial
Panel pertama ini mencoba menjabarkan
Teknologi media memiliki peluang sebagai media
kaitannya dengan perkembangan teknologi
tersebut dengan masyarakat. Kesamaan alat
perjalanan seni media di Indonesia dalam
media di masyarakat dari masa analog hingga
digital. Bagaimana tegangan dan irisannya yang kemudian mendorong perubahan definisi, teori, dan karakteristik seni media di Indonesia.
perubahan sosial karena kedekatan teknologi
produksi dan distribusi, serta kosakata media yang digunakan oleh seniman dengan yang digunakan oleh masyarakat memiliki peluang untuk
dikembangkan dan didorong sebagai medium perubahan sosial.
Pembicara:
Pembicara:
Dr. Edwin JurriĂŤns
Hikmat Budiman
(Peneliti/Penulis/Akademisi, Melbourne - Australia)
(Peneliti/Pengamat Media, Jakarta)
Hendro Wiyanto
Andreas Siagian
(Kurator/Penulis, Jakarta)
(Seniman/Fasilitator, Yogyakarta)
Krisna Murti
Otty Widasari
(Seniman/Kurator/Penulis, Jakarta)
(Seniman/Fasilitator, Jakarta)
Moderator:
Moderator:
Irma Chantily (Kurator, Jakarta)
Manshur Zikri (Peneliti/Penulis, Jakarta)
-
-
Tanggal: Senin, 10 Juli 2017
Tanggal: Senin, 10 Juli 2017
Waktu: 10.00 - 12.00 WIB
Waktu: 13.00 - 15.00 WIB
Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau
Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau
Gratis / Tempat Terbatas
Gratis / Tempat Terbatas
66
PEK AN SENI MEDIA 2017
PANEL 3 Penyandian (Encoding) Kultur Software dan Hardware Teknologi Media di Masyarakat
PANEL 4 Pengawasandian (Decoding) Seni Media Indonesia
Kehadiran teknologi media di masyarakat telah
Kehadiran teknologi media sudah tidak lagi
intervensi sistem operasi peranti lunak dan
ke wilayah-wilayah pinggiran. Karena itulah,
membentuk budaya baru yang dihasilkan dari
peranti keras, baik dari tingkat produksi hingga
distribusi. Budaya baru yang dilahirkan intervensi sistem operasi teknologi tersebut, saat ini, sedang
beranjak menuju sebuah budaya yang belum dapat diprediksi. Lalu bagaimana peran seni media
untuk membayangkan masa depan dari situasi tersebut.
berada di wilayah pusat, tetapi sudah menjangkau seni media merupakan seni yang berpeluang
dikembangkan di seluruh wilayah dan memiliki peluang yang cukup besar untuk diadaptasi atau
digunakan sesuai dengan kultur dan kepentingan masyarakat setempat. Kekayaan keanekaragaman kultur Nusantara telah menjadi sumber daya
penting yang diyakini memiliki kemampuan
untuk melahirkan bahasa estetika seni media
yang khas, unik, serta memiliki fungsi sosial yang dapat diterapkan di masyarakat setempat atau dibagikan kepada masyarakat yang lain.
Pembicara:
Pembicara:
Benny Wicaksono
Ade Darmawan
(Seniman/Kurator, Surabaya)
(Seniman/Kurator, Jakarta)
Adityo Pratomo
Dave Lumenta
(Seniman Digital, Jakarta/Bandung)
(Antropolog/Akademisi, Jakarta)
Mahardika Yudha
Manshur Zikri
(Seniman/Kurator/Peneliti, Jakarta)
(Peneliti/Penulis, Jakarta)
Moderator:
Moderator:
Manshur Zikri (Peneliti/Penulis, Jakarta)
Irma Chantily (Kurator, Jakarta)
-
-
Tanggal: Selasa, 11 Juli 2017
Tanggal: Selasa, 11 Juli 2017
Waktu: 10.00 - 12.00 WIB
Waktu: 13.00 - 15.00 WIB
Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau
Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau
Gratis / Tempat Terbatas
Gratis / Tempat Terbatas
67
68
PEK AN SENI MEDIA 2017
LOKAKARYA
69
LOKAKARYA / LABORATORIUM TERBUKA
LABORATORIUM TERBUKA
" SENI BERBASIS EKSPERIMENTASI TEKNOLOGI"
bersama LIFEPATCH
Sebagai bagian dari Pekan Seni Media 2017 –
untuk perkebunan kelapa sawit. Situs web Green
acara Lokakarya Seni Media diselenggarakan
Indonesia merupakan produsen minyak kelapa
“Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam Seni”,
secara khusus untuk membuka keterlibatan publik
yang lebih luas. Lokakarya bertajuk “Seni Berbasis Eksperimentasi Teknologi” ini diselenggarakan dalam bentuk Laboratorium Terbuka (Open
Lab), dipandu oleh Lifepatch (sebuah kolektif seni asal Yogyakarya, yang aktif menyelenggarakan berbagai proyek seni partisipatoris), dan
melibatkan sejumlah partisipan yang berasal dari
masyarakat umum. Lifepatch dan para partisipan lokakarya secara bersama-sama mempelajari dan memproduksi baik gagasan, strategi praktik dan produksi, maupun karya-karya kolaboratif yang
Peace (www.greenpeace.org) menyebutkan bahwa sawit terbesar di dunia. Sementara itu, Provinsi
Riau adalah wilayah dengan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Riau pada tahun 2012, jumlah lahan perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai 2.372.402 hektar
atau seperempat dari luas wilayah Riau. Mahalnya biaya buka lahan dan pembersihan lahan gambut membuat pembakaran jadi alternatif ekonomis
yang diambil perusahaan pemilik lahan gambut di Riau.
Pembakaran lahan gambut ini bukan saja
berhubungan dengan eksperimen teknologi dan
mengakibatkan kabut asap yang membahayakan
kontemporer.
kabut asap di tahun 2014, Green Peace melansir
keterkaitannya dengan persoalan sosiokultural Dalam lokakarya tersebut, Lifepatch
mengambil fokus pada persoalan utama yang
ada di dalam konteks lokalitas Provinsi Riau,
yakni menanggapi isu bencana asap. Tiap tahun, setidaknya sejak 2007, Riau selalu mengalami bencana kabut asap. Kabut asap terjadi akibat
pembakaran lahan gambut. Dalam konteks Riau,
lahan gambut yang sudah dikeringkan digunakan 70
kesehatan warga Riau dan sekitarnya. Saat terjadi bahwa puluhan ribu warga Riau terserang ISPA. Pembakaran yang dilakukan terus-menerus
(disertai dengan konversi lahan) juga mengganggu keseimbangan ekologis. Ia mengubah sifat lahan gambut yang sebenarnya tidak mudah terbakar (sebab bersifat menyerupai spons yang mampu menyerap dan menahan air) menjadi mudah
terbakar. Hal di atas belum termasuk dampak
PEK AN SENI MEDIA 2017
negatif dari pembakaran lahan gambut dan kabut asap bagi satwa-satwa yang ada di Riau.
Seri lokakarya yang Lifepatch lakukan
merupakan usaha pembelajaran bersama
tentang bahaya kabut asap (khususnya bagi
kesehatan manusia) dan upaya menanggulangi dampak negatifnya. Secara umum, rangkaian lokakarya ini adalah upaya mereproduksi dan menularkan pengetahuan yang sudah ada
di masyarakat Riau. “Lokakarya Paru Paru Pekanbaru” dan “Lokakarya Ramuan Anti
Fasilitator: Lifepatch Lokasi: Akademi Kesenian Melayu Riau
Asap Andalan” pada dasarnya adalah usaha
untuk menggali lalu membagikan pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang penyebab
kabut asap, dampak negatifnya, dan cara-cara
LOKAKARYA 1: MASTER "Masker Asap Terpercaya"
menanggulangi dampak dari kabut asap juga
LOKAKARYA 2: RASA "Ramuan Anti Asap Andalan"
Dalam lokakarya ini, peserta akan diajak untuk
LOKAKARYA 3: Paru-Paru Pekanbaru
sederhana untuk menanggulanginya. Upaya
akan dibagikan lewat “Lokakarya Masker Asap”. bekerja sama menciptakan masker sederhana
yang bisa membantu menjaga kesehatan sistem pernapasan. Sedangkan “Lokakarya Sonifikasi
LOKAKARYA 4: Sonifikasi Citra Satelit
Citra Satelit” akan mengajak peserta untuk
membagikan perasaan mereka terhadap polusi yang ditimbulkan oleh kabut asap.
71
LOKAKARYA / LABORATORIUM TERBUKA
LOKAKARYA 5: 8-BIT MIXTAPE (Lokakarya Khusus di SMK Labor)
8-bit Mixtape adalah sebuah synthesizer kecil
kompatibel yang diciptakan oleh Marc Dusseiller, Budi Prakosa, dan Andreas Siagian. 8-bit
Mixtape menggunakan bahasa pemrograman. Processing yang dikembangkan berdasarkan Babygnusbuino dari Anyma dan “Simfoni
algoritma berdasarkan 1 baris pemrograman� oleh Viznut. 8-bit Mixtape kemudian dikembangkan dengan sumber terbuka. Dalam lokakarya
ini, para peserta akan diajak untuk merangkai Synthesizer sendiri.
Tanggal: Rabu-Jumat, 12-14 Juli 2017 Waktu: 10.00 - 15.00 WIB Lokasi: SMK Labor Undangan / Tempat Terbatas
72
LOKASI / SMK LABOR
PEK AN SENI MEDIA 2017
73
74
PEK AN SENI MEDIA 2017
PERTUNJUKAN MULTIMEDIA
75
PERTUNJUKAN MULTIMEDIA
AREA / RUANG PERTUNJUKAN: ANJUNG SENI IDRUS TINTIN
SEMELAH (GOD BLISS)
oleh THE WAYANG BOCOR
Jawa di sebuah masa. Saat Hindu di gigir
kehancurannya. Orang-orang kembali pada
mistisisme. Majapahit perlahan runtuh. Kelaparan dan kemiskinan menjalar-jalar. Kerusuhan
terjadi di mana-mana. Di pinggir pantai yang
jauh Demak bercahaya. Azan perlahan terdengar menelusup di tengah-tengah mantra yang masih berdengung di berbagai penjuru.
Seseorang berkedok hitam-hitam melompat-
lompat di atas wuwungan rumah. Di
punggungnya ia menggendong karung yang
penuh berisi barang-barang. Seperti sinterklas ia
membagi hadiah di tengah malam buta pada fakir miskin. Orang-orang bangun di pagi hari dan menemukan kembali kebahagiaannya.
Di tepi hutan orang yang berpakaian hitam-
hitam layaknya ninja berjaga. Seorang ulama
lewat. Orang berpakaian ninja, sebut saja Maling Aguna, segera mencegatnya. Ia membegal ulama tua itu. Maling Aguna bersujud saat ulama itu
memberinya bongkahan-bongkahan emas yang tercipta dari tanah. Maling Aguna bertapa di
tepi kali. Membersihkan dirinya dari kejahatankejahatan di masa lalunya.
Masjid-masjid berdiri. Mantra-mantra berubah
bunyi. Salawatan Jawa terdengar di mana-mana.
Maling Aguna bangkit dari tapanya. Ia membawa wayang dari desa ke desa. Ia mengajarkan Islam dengan menggunakan cara-cara Jawa.
76
PERTUNJUKAN I Tanggal: Selasa, 11 Juli 2017 Waktu: 19.00 WIB
PERTUNJUKAN II Tanggal: Rabu, 12 Juli 2017 Waktu: 19.00 WIB Lokasi: Ruang Pertunjukan Anjung Seni Idrus Tintin Gratis / Tempat Terbatas
PEK AN SENI MEDIA 2017
The Wayang Bocor adalah sebuah proyek
merupakan alat untuk menyatukan umat dan
kontemporer yang diinisiasi oleh perupa
saat ini sedang marak berlangsung di Indonesia.
penciptaan karya pertunjukan wayang
Eko Nugroho sejak tahun 2008. Proyek
ini terinsipirasi oleh pertunjukan wayang
kulit tradisional dalam budaya Jawa. Dalam
pertunjukan ini, wayang akan hadir bersama dengan aktor.
Yang menarik dalam The Wayang Bocor
adalah ‘ekspansi’ seorang perupa dari dunia visual
ke seni pertunjukan melalui wayang. Pertunjukan wayang yang mempunyai elemen dasar suara dan
visual oleh Eko Nugroho dikolaborasikan dengan sutradara, penulis naskah dan aktor.
Tema cerita pada produksi kali ini adalah
proses kehadiran Islam di Jawa dan bagaimana proses asimilasi budaya Jawa dan ajaran Islam berlangsung. ‘Semelah’ yang mempunyai
makna sama dengan Bismillah bagi orang Jawa
merupakan simbol yang kuat atas proses asimilasi budaya Jawa dan ajaran Islam.
bukan alat untuk memecah umat seperti yang
Selain itu, cerita ini menunjukkan bahwa Islam itu penuh kelembutan dan bukan kekerasan.
‘Semelah’ telah dipentaskan di Amerika
Serikat pada Januari 2017 di 3 kota yaitu
New York, North Carolina, dan Los Angeles. Pementasan di Amerika Serikat merupakan commision work dari Asia Society. Pada
kesempatan kali ini, ‘Semelah’ akan dihadirkan di Indonesia di 3 kota yaitu; •
Yogyakarta, 7-8 Juli 2017 di Gd. Societet,
•
Riau, 11-12 Juli 2017 di Gd. Idrus Tintin,
•
Taman Budaya Yogyakarta.
Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji. Pekanbaru – Riau.
Jakarta, 14 Juli 2017 di @America,
Pacific Place dan 16 – 17 Juli 2017 di
Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki.
Isu ini diangkat sebagai salah satu cara
menunjukkan pada publik bahwa agama
Tim Kerja:
The Wayang Bocor
- Atinna Rizqiana - Catur “Benyek” Kuncoro -
ARS Management adalah sebuah institusi kreatif
Anggit Sudibyo - Ari Wulu - Banjar Tri Andaru Eko Nugroho - Gunawan Maryanto - Kusworo
Bayu AJI - M. Arif Wijayanto - Octo Cornelius - Ratri Kartika Sari - Triyanto “Genthong” Hapsoro - Wiwit Endri.
managed by ARS M anagement
yang menciptakan dan mengelola berbagai event dengan unik, sederhana, dan berkelas. Berbekal pengalaman personal para pelakunya di ranah seni pertunjukan dan event seni lainnya, ARS
Management mengelaborasi berbagai bentuk seni dalam sebuah even kreatif.
Wayang Bocor adalah salah satu entitas kreatif
yang dikelola oleh ARS Management sejak 2014.
77
PERTUNJUKAN MULTIMEDIA
AREA / RUANG PERTUNJUKAN: ANJUNG SENI IDRUS TINTIN
PERTUNJUKAN MULTIMEDIA
kolaborasi JULIAN ABRAHAM x REZA AFISINA
Pada Pekan Seni Media 2017 di Pekanbaru,
tubuh, dan permainan suara dalam sebuah
Abraham (seniman multi-media) dan Reza
hanya dihadirkan sebagai panggung, namun
secara khusus dihadirkan kolaborasi Julian
Afisina (seniman performans) untuk membuat sebuah pertunjukan kolaborasi. Pertunjukan ini akan menampilkan kerjasama teknologi, 78
pertunjukan di gedung teater. Panggung bukan menjadi medium yang secara langsung melibatkan interaktifitas bersama penonton.
PEK AN SENI MEDIA 2017
Tanggal: Jumat, 14 Juli 2017 Waktu: 19.00 WIB Lokasi: Ruang Pertunjukan Anjung Seni Idrus Tintin Gratis / Tempat Terbatas
79
80
PEK AN SENI MEDIA 2017
TUR EDUKASI
81
TUR EDUKASI PEKAN SENI MEDIA
dipandu oleh ASISTEN KURATOR
Pekan Seni Media 2017 merupakan ruang untuk belajar bagi seluruh pihak, khususnya
masyarakat Kota Pekanbaru. Adanya Pekan Seni Media ini sendiri bertujuan untuk
mengembangkan seni media di Indonesia dan
mendistribusikan pengetahuan. Untuk itu, kami mengundang beberapa Sekolah Menengah
Atas untuk melakukan tur selama pameran berlangsung.
Tur Edukasi ini akan dipandu oleh Asisten
Kurator yang akan menjelaskan tentang
perkembangan seni media secara singkat, dan tentunya menjelaskan tentang berbagai karya
seni yang turut serta dipamerkan dalam pameran Pekan Seni Media 2017 ini.
Tanggal: Rabu-Jumat, 12-14 Juli 2017 Waktu: 10.00 - 14.00 WIB Lokasi: Gedung Dewan Kesenian Riau Undangan / Tempat Terbatas
82
PEK AN SENI MEDIA 2017
83
84
PEK AN SENI MEDIA 2017
PRESENTASI KHUSUS
85
KOLEKTIF / JAKARTA
RUANG / GEDUNG DEWAN KESENIAN RIAU
AREA / LANTAI 1 - A1
RAGAM NEGERIKU
oleh KELAS PAGI
Karya pameran Kelas Pagi dalam Pekan Seni
Foto dan video tersebut dikirim dari berbagi
Media menampilkan finalis dan pemenang lomba
wilayah di Indonesia, tidak terbatas usia dan
dan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
menafsirkan cara pandang bagaimana masyarakat
fotografi dan video hasil kolaborasi Kelas Pagi
“Ragam Negeriku”, sebutan lain kebhinnekaan, kami pilih menjadi tema lomba foto dan video
yang dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2017.
Menanggapi tema besar Pekan Seni Media,
“Arus Balik Dimensi Teknologi Dalam
Seni”, kami menampilkan foto dan video
yang dikumpulkan peserta lomba via media
sosial Instagram dan Facebook. Peserta lomba mengumpulkan foto dan videonya dengan
cara mengunggah dan memberi hashtag pada
karyanya. Penggunaan teknologi komunikasi itu menjadi salah satu persyaratan karena partisipan bebas menggunakan media rekam sehari
hari, seperti handphone, untuk memproduksi foto dan videonya. Saat ini, perkembangan
teknologi komunikasi bisa ditarik lebih jauh
pemanfaatannya, misalnya sebagai parameter
perkembangan masyarakat. Di sinilah hubungan tema besar Pekan Seni Media dengan karya pameran yang diadakan Kelas Pagi.
86
profesi. Tentunya, menarik bagi kita untuk
memperlakukan handphone selain sebagai alat komunikasi, tetapi juga memberi narasi pada gambar yang sudah mereka rekam. Hal itu menjadi fokus utama pameran ini.
PEK AN SENI MEDIA 2017
KELAS PAGI Kelas Pagi adalah sekolah fotografi gratis berbasis komunitas,
yang diinisiasi oleh Anton Ismael, dan mulai berkembang sejak tahun 2006. Dinamakan Kelas Pagi karena kelas dimulai pada pukul 06.00 s/d 11.00 pagi.
Sejak awal “terbentuk� hingga saat ini, Kelas Pagi sudah
meluluskan 9 angkatan. Kelas Pagi berkembang, dari sekadar
pameran gerilya sampai ke sebuah pameran dengan standardisasi kualitas. Dari sebuah karya foto biasa, sampai ke sebuah
organisasi fotografi yang bisa berkolaborasi dengan berbagai
brand bisnis besar. Dan dari bangun pagi, sampai diarahkan dan dipersiapkan untuk terjun ke dunia industri.
Di Kelas Pagi, semua orang mendapat kebebasan berkesenian
yang sama. Kamu dan saya simetris dan sejajar dengan lensa. -
www.kelaspagi.com
87
88
PEK AN SENI MEDIA 2017
SESI BERBAGI TRANSMEDIALE & CTM FESTIVAL
89
RUANG / TAMAN BUDAYA PROVINSI RIAU
DISKUSI
© Goethe-Institut Jakarta
Pada 1 – 7 Februari 2017, transmediale dan CTM Festival yang ke-30 berlangsung di Berlin dengan seniman dan praktisi internasional seni media dan musik elektronik, teknologi, dan budaya digital.
Goethe-Institut Jakarta mengadakan program kunjungan untuk enam seniman dan teoris seni media dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Peserta •
Afra Suci Ramadhan, OK. Video Festival
•
Benny Wicaksono, WAFT Lab
• • • •
Bandu Darmawan, Gerilya Artist Collective / Bandung International Digital Arts Festival Dyantini Adeline & Yovista Ahtajida, The Youngrrr Lintang Raditya, Kenalirangkai Pakai Rizki Lazuardi
Untuk memperluas pengetahuan dan die yang mereka dapatkan, Afra Suci Ramadhan (OK. Video
Festival), Dyantini Adeline & Yovista Ahtajida (The Youngrrr), dan Rizki Lazuardi dengan senang
akan berdikusi tentang pentingnya seni dan teknologi kontemporer dan relasinya dengan kehidupan kita sehari-hari. Mereka juga akan berbagi impresi mereka tentang festival, pikiran mereka tentang mengapa edisi ini istimewa dan apa yang mereka pelajari mengenai praktik budaya seni dan digital di belahan
dunia lain di acara sesi berbagi yang terbuka untuk publik selama Pekan Seni Media Indonesia. Selain
perkembangan futuristik teknologi digital, praktik dan mitos traditional yang tidak biasa dan berperan di kehidupan masyarakat lain juga akan menjadi salah satu topik, bersama dengan transmediale
dan topik-topiknya: big data, kekuatan algoritma, privasi digital, dan lain-lain. Sesi Berbagi akan
diselenggarakan dalam bahasa Indonesia dan diikuti oleh diskusi informal. Acara ini diharapkan dapat memberi wawasan baru mengenai kemajuan perkembang seni dan teknologi yang berkaitan dengan kehidupan dan masyarakat. 90
PEK AN SENI MEDIA 2017
transmediale
CTM
transmediale adalah festival dan proyek sepanjang
CTM adalah festival internasional yang
baru antara seni, budaya, dan teknologi.
dan eksperimental kontemporer, serta beragam
tahun berbasis di Berlin, yang menarik hubungan Festival ini menganggap teknologi lebih dari sekedar dunia digital dan budaya, juga apa
yang muncul dari produksi lembaga-lembaga. Dengan demikian, transmediale bertujuan
untuk membantu perkembangan pemahaman
kritis tentang budaya dan politik kontemporer.
Dalam perjalanan sejarahnya selama 30 tahun, festival ini telah menjadi acara penting dalam
kalender para profesional, seniman, aktivis dan
pelajar seni media dari seluruh dunia. Tema ever elusive mereka mengacu pada elusivitas budaya
didedikasikan untuk musik elektronik, digital aktivitas artistik dalam konteks budaya
suara dan klub. Sejak tahun 1999, festival
ini berlangsung bersamaan dan bekerja sama dengan transmediale. Tujuan CTM adalah menyajikan produksi internasional dalam
pertunjukan musik eksperimental, elektronik, dan kinerja audiovisual, serta merefleksikan perkembangan artistik, sosial dan teknis
terkini dalam budaya musik di diskusi panel, pemutaran dan presentasi.
media dalam transisi konstan dan transmediale itu sendiri, sebagai sebuah proyek yang terus berkembang.
transmediale menyajikan berbagai pilihan
pameran, konferensi, pemutaran, pertunjukan,
Waktu: Senin, 10 Juli 2017 / 19.00 - 21.30 WIB
Setiap tahun, tema spesifik mereka memberikan
Gratis / Untuk Umum
periset, perancang, dan pemikir kreatif
Informasi:
estetis, dan spekulatif di bidang seni, budaya,
Email. maya.maya@goethe.de
dan publikasi kepada 25.000 pengunjung.
Lokasi: Taman Budaya Provinsi Riau
kerangka bagi ratusan seniman, aktivis media,
-
lainnya untuk terlibat dalam posisi reflektif,
Telepon. +62 21 23550208 ext. 116
dan teknologi. Format festival berubah dari
http://goethe.de/indonesien
untuk mendahului hubungan intrinsik antara
http://www.ctm-festival.de/news/
tahun ke tahun karena transmediale mencoba
https://transmediale.de/
pemikiran transdisipliner dan praktik budaya.
Penyelenggara:
91
92
PEK AN SENI MEDIA 2017
93
UCAPAN TERIMA KASIH
Pemerintah Provinsi Riau
H. Arsy Adjuliandi Rachman
Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Yoserizal Zen
Dinas Pendidikan Provinsi Riau Rudiyanto
Dinas Pariwisata Provinsi Riau Fahmizal
UPT Museum Daerah dan Taman Budaya Sri Mekka, Tengku Herry
UPT Bandar Seni Raja Ali Haji Raja Indra Suhairi, Fitriati Dewan Kesenian Riau
Yoserizal Zen, Arifin Senggoro, Yunina, Oka Pulsiamitra Akademi Kesenian Melayu Riau
Armansyah Anwar, S.Pd., M.Sn., Syafmanefi Alamanda, S.Pd., M.Sn. Yayasan Sagang
Drs. Kazzaini K.S.
Sekolah Menengah Kejuruan Labor Binaan FKIP UNRI Drs. Hendripides, M.Si., Jeffri Hunter, S.Pd. Rumah Budaya Sikukeluang
Heri Budiman, Budy Utamy, Umar Abdullah. Tri "Gendon" Riyanto
94
PEK AN SENI MEDIA 2017
95
BIOGRAFI
Palestra Asia (Meksiko, 2011); Hiroshima City Museum of Contemporary Art (Jepang, 2015); dan Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO V: “ARUS” (Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 2016). Sementara itu, karya-karya dokumenternya telah ditayangkan, antara lain di
Hafiz Rancajale Kur ator
International Film Festival Rotterdam (Belanda, 2008), Singapore Short Film Festival (Singapura, 2009); Lens Politica Film & Media Festival (Finlandia, 2009), CPH:DOX (Denmark, 2011); Dubai
(4 Juni 1971, Pekanbaru) adalah seniman, kurator, pembuat film, dan salah satu pendiri dua organisasi di Jakarta, yakni Forum Lenteng dan ruangrupa. Menamatkan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta, Jurusan Seni Murni (1994). Pernah menjadi Direktur Artistik OK. Video - Jakarta International Video Festival (2003-2011); anggota Dewan Kesenian Jakarta (2013-2017); dan sejak 2013 hingga sekarang, ia Direktur Artistik ARKIPEL - Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival. Karya-karya film dokumenternya, antara lain Bertemu Jen (2006), Dongeng Rangkas (2011), Anak Sabiran, di Balik Cahaya Gemerlapan (Sang Arsip) (2013), dan Marah di Bumi Lambu (2014). Ia juga membuat karya seni video, antara lain Buku (2003), FACADE 5A (2004), Fact (2004), Urban Interior #1 (2005), Alam: Syuhada (2005), Suara-Suara dari Masa Lalu (2010), dan Menggali Buaya (2015). Karya-karya seninya telah dipresentasikan di berbagai perhelatan seni nasional dan internasional, antara lain di Centre Soleil de Afrique (Mali, 2001); Gwangju Biennale (Korea Selatan, 2002); Istanbul Biennial (Turki, 2005); TENT. Center Rotterdam (Belanda, 2005); Images Festival (Kanada, 2011); Entre Utopia y Distopia-
96
International Film Festival (Uni Emirat Arab, 2013); Southeast Asian Film Festival (Singapura, 2014); DMZ International Documentary Film Festival (Korea Selatan, 2011 dan 2016); dan Experimenta – 9th International Festival of Moving Image Art (Bangalore, India, 2015). Hafiz pernah jadi kurator untuk pameran/riset yang diadakan oleh Komite Senirupa Dewan Kesenian jakarta (2006-2008); Indonesia Contemporary Art and Design (Jakarta, Indonesia, 2014, 2015, 2016); “Freedom” di Paviliun Indonesia, London Design Biennale (Inggris, 2016, sebagai ko-kurator); dan SONSBEEK ’16: transACTION (Arnhem, Belanda, 2016, sebagai ko-kurator, bersama ruangrupa). Hafiz juga pernah menjadi Juri Festival di Images Festival tahun 2011. Tahun 2005, Hafiz mendapat penghargaan Special Jury Award dari Festival Film Indonesia 2005 untuk Alam: Syuhada; dan tahun 2011, mendapat penghargaan Best Feature Documentary dari Festival Film Dokumenter Yogyakarta untuk film Dongeng Rangkas. Tahun 2010, ia menerbitkan buku 10 Tahun Seni Video Indonesia, berisi ulasan dan pembacaan atas perkembangan seni video di Indonesia dari tahun 2000-2010.
PEK AN SENI MEDIA 2017
Andang Kelana
Mahardika Yudha
(lahir di Jakarta, 1983) adalah seniman, kurator, dan
(lahir di Jakarta, 1981) seniman, kurator, dan peneliti
art organizer. Sempat menempuh pendidikan di IISIP
seni. Sempat menempuh pendidikan di IISIP Jakarta,
Jakarta, Ilmu Komunikasi. Sejak 2008, ia menjadi
Ilmu Komunikasi. Sejak 2013, ia menjadi Direktur
Direktur Jakarta 32°C, salah satu divisi ruangrupa
OK.Video – Indonesia Media Arts Festival; dan
untuk forum dan pameran karya visual mahasiswa
kurator untuk Program Pameran Kultursinema
Jakarta. Ia juga merupakan Manajer ARKIPEL
di ARKIPEL – Festival Filem Dokumenter dan
– Festival Filem Dokumenter dan Eksperimental
Eksperimental Internasional yang bertempat di Jakata
Internasional sejak 2013. Tahun 2015, ia menjadi
sejak 2014.
A sisten Kur ator
kurator bersama Abi Rama dalam pameran Visual
A sisten Kur ator
Pengalaman berkaryanya dimulai pada tahun
Jalanan: Bebas Tapi Sopan di Galeri Nasional
2003 dengan menjadi partisipan di Massroom Project
Indonesia.
bersama Forum Lenteng, yang menghasilkan sembilan
Pengalaman berkaryanya dimulai pada tahun
video documenter tentang Jakarta. Di tahun yang
2003 dengan menjadi partisipan di Massroom Project
sama, ia membuat tiga seri video yang bercerita seputar
bersama Forum Lenteng, yang menghasilkan sembilan
pabrik di Jakarta Utara, yang diselesaikannya tahun
video documenter tentang Jakarta. Pada 2005 ia
2006. Pada 2006-2007 ia terlibat dalam tiga pameran
menjadi partisipan sekaligus koordinator dalam proyek
koleksi Dewan Kesenian Jakarta menjadi penelitia
video ocumenter di Meksiko atas kerja sama Forum
dan asisten kurator. Pada 2008, ia berpartisipasi
Lenteng dan El-TVDCM, El Despacho, Meksiko
dalam tresidensi internasional di Assam-Guwahati,
dengan tajuk Intimacy Project. Pada tahun 2010,
India, dalam program Periferry [1.0], KHOJ
ia terlibat proyek filem documenter Crossing the
Guwahati-Desire Machine Collective. Tahun 2009,
Boundaries: Cross-Culture Video Project for Peace
ia berpameran tunggal dengan tajuk Footage Jive
2010 bersama Yayasan Interseksi. Kemudian ia terlibat
di RURU Gallery. Ia adalah partisipan Program
penelitian Kota-Kota di Sulawesi bersama Yayasan
JENESYS 2011-2012 di Jepang. Ia juga terlibat pada
Interseksi sebagai pembuat filem.
proyek seni INFLUX-Riversape (2011-2012).
97
98
PEK AN SENI MEDIA 2017
99
100
PEK AN SENI MEDIA 2017
101
website www.senimedia.id
-
email info@senimedia.id instagram @senimedia.id facebook /senimedia.id
TENTANG PEKAN SENI MEDIA Pekan Seni Media adalah kegiatan kesenian yang diinisiasi oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Forum Lenteng. Kegiatan kesenian ini meliputi Pameran Pekan Seni Media (yang menampilkan seniman-seniman yang bekerja dengan menggunakan medium teknologi media dalam praktik keseniannya); Simposium Nasional
Seni Media; Lokakarya Seni Media; Sosialisasi Seni Media; Tur Edukasi; serta pembangunan dan pengembangan platform Database Seni Media Indonesia. 102