BOARD TRACK RACER YAMAHA R6 DODGE CHARGER 1970 JAKARTA RIDERS & RULES PREMIUM HELMET Gastank family tommy manoch
2015 | GASTANKMAGAZINE.COM
ISSUED
NINJA Z 250 B CUSTOM BALI
04
GASTANK MAGAZINE 02
CONTENTS ISSUED 04 | 2015
CUSTOM BIKE Triumph Scrambler
LIFESTYLE Vintage Enduro Jakarta Raya
Honda Yamaha YZF R25 2015
PARTY MACI Jakarta Vintage Market
Kawasaki Ninja 250R White Colar Bike Moto Guzzi V7 2012 Jakarta Classic Bike Honda CL77 1967 Jakarta HANG OUT Ground Zero Jakarta
CUSTOM CAR Dodge Charger R/T 1970 GOODS Riders And Rules NEW BIKE Bonneville Jhonny Allen GASTANK FAMILY Tommy Manoch
Gastank Magazine | @gastankmagazine | GastakMagazine | Gastank Magazine TV | Gastank Magazine
GASTANKMAGAZINE.COM GasTank Magazine is published by Gastankmagazine.com all content Copyright Š2015 Gastankmagazine.com
GASTANK MAGAZINE 05
FROM EDITOR
S
enang sekali kami dari redaksi Gastank secara rutin dapat mempersembahkan Gastank Digital Magazine yang saat ini sudah memasuki Issue 04. Pada edisi kali ini kami sengaja sajikan beberapa ulasan custom basiknya diambil dari motor-motor baru yang sudah banyak beredar mulai dari sport menengah sampi motor besar.
Seperti custom Yamaha R25 hasil karya Baru Motor Sport, motor yang baru diantar oleh dealer ini langsung digelandangkan ke bengkel untuk diubah sesuai nafas scene custom. Ada juga Triumph Scrambler dari Troupe Brute Industry yang tampilannya lebih sangar dengan pemasang berbagai part aftermarket. Ini sebagai pertanda scene custom sudah menjadi life style bikers. Banyak bikers yang merombak motor standar untuk dicustom dengan berbagai gaya. Alasannya untuk mendapatkan eksistensi agar bisa bergabung dengan komunitas motor yang ada. Artinya custom culture tidak hanya bicara ubahan motor, justru lebih luas lagi dan sudah menjadi life style bikers. Tentunya hal ini memicu maraknya berdirinya bengkel custom karena memang banyak permintaan dari pemilik motor yang ingin mengubah motornya sesuai dengan konsep yang diinginkan. Untuk ubahannya ini lebih dari 75% partnya justru dibuat oleh builder.
EDITOR IN CHIEF YULI HARYADI
DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY HERRY RISWANTO
CREATIVE DIRECTOR ULLIE GUMILAR K
DIGITAL & BUSSINES DIRECTOR AGUNG DWI MARTONO
Our Associates Partner MUHAMAD AL KAHFI M.JORDAN HAEKAL Heret Frasthio omarannas M.DAVID SRIHANOKO Ramon A.W (Australia)
Beberapa komunitas juga hadir disini seperti club penggemar motor antik MACI Jakarta Raya yang baru saja mengukuhkan periode pengurus baru lewat event Jakarta Vintage Market. Lalu ada penggemar trail lawas dari Vintage Enduro Jakarta yang mengajak redaksi Gastank ngegas bareng di trek tempat mereka biasa berlatih. Salam Custom YULI ‘BELO’ HARYADI Editor In Chief
BOOKING PLACEMENT ON WWW.GASTANKMAGAZINE.COM OR GASTANK DIGITAL ISSUED Business Inquiries info@gastankmagazine.com +62 8282526313 | +62 8129565237
GASTANK MAGAZINE 04
GASTANK MAGAZINE Carburator Springs RESORT Jl.R.C. Veteran Route 66 No.13 Tanah Kusir Jakarta 12330
DIGITAL MAGAZINE
GASTANKMAGAZINE.COM GasTank Magazine is published by Gastankmagazine.com all content Copyright Š2015 Gastankmagazine.com
GASTANK MAGAZINE 05
CUSTOM BIKE
YAMAHA R6 2006 | JAKARTA ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl
The Board Track
Racer GASTANK MAGAZINE 06
rack
acer
Ubahannya terlihat anti mainstream buat motor supersport moderen mengusung mesin 4 silinder segaris yang biasa dipakai pada lintasan balap
GASTANK MAGAZINE 07
GASTANK MAGAZINE 08
I
dealis builder saat mengerjakan sebuah karya terkadang terhambat oleh beberapa keinginan yang diminta oleh pemilik motor. Makanya sejak awal proses custom persepsinya harus dibuat sama terlebih dahulu menganai konsep ubahan motor. Jangan sampai ditengah jalan masing-masing justru berbeda keinginan yang berujung pengerjaan motor jadi terbengkalai. Memang pemilik motor jelas memiliki hak buat mengarahkan ubahan custom yang diinginkan, tetapi ada juga beberapa pemilik justru meyerahkan seluruh konsepnya kepada builder. Nah, kalau ini lain ceritanya. Tentunya builder bakal total megerahkan seluruh konsep yang ada dikepala meskipun konsekwensinya
pengerjaan motor membutuhkan waktu ekstra. Seperti sosok Yamaha R6 konsep ubahan motor diserahkan langsung seluruhnya oleh builder. “Pemiliknya ingin tampilan motor berubah total, jauh dari tampilan motor standarnya jadi benar-benar mengusung konsep baru. Nah, dengan seperti ini yang justru jadi challange buat gue,� Rolands Syahrastan builder dari workshop Nyam Nyam Custom. Ubahannya terlihat anti mainstream buat motor supersport moderen mengusung mesin 4 silinder segaris yang biasa dipakai pada lintasan balap. Sebetulnya konsepnya mengambil dari motor balap zaman dahulu yang berkembang pada era 1920-an. Lintasannya juga saat itu
GASTANK MAGAZINE 09
masih sederhana terbuat dari papan dengan model trek oval mirip seperti veledrome untuk balap sepeda. Gaya motor balap seperti ini disebut board track racer. Sesuai zaman tampilannya masih sangat tradisonal dengan mengandalkan suspensi dean model girder atau cangkrang sedangkan bagian belakang dengan rangka model rigid, secara keseluruhan tampilan mo-
GASTANK MAGAZINE 10
tor layaknya sepeda ontel bermesin. “Selain itu salah satu ciri board tracker areal tangki yang memanjang poisisnya berada di bawah rangka bangian tengah,� jelas builder yang workshopnya terletak di bilangan Ciputat, Tanggerang Selatan. Untuk proses pembuatan bagian rangka Roland merangkainya dari awal mengadalkan pipa seamlles berukuran ž mm dibentuk
mengikuti pakem board track. Pada areal rangka tengah ruang mesin dibuat sedikit lebih besar menyesuikan dimensi dapur pacu Yamaha R6 dan radiator standar motor yang cukup lebar. Dudukan mesin harus dibuat dengan kuat dan presisi mengingat bobot mesin juga cukup berat. Jadi seluruh breket dudukan yang ada pada mesin R6 ini nempel ke areal rangka.
“Selain dudukannya lebih kuat saat mesin aktif getaran yang terlewat tinggi bisa mampu diredam,� jelas builder yang akrab disapa Boncel yang mengaku butuh waktu untuk mengeset dudukan mesin ke rangka agar pas dan presisi. Proses pembuatan bodi termasuk simpel karena modelnya
GASTANK MAGAZINE 11
persegi sesuai dengan desain penampung bahan bakar board tracker. Kalau biasanya besutan board tracker roda dibiarkan dibiarkan polos tanpa spatbor oleh Boncel Yamaha R6 ini dipasang spatbor yang didesain menjadi satu dengan jok model single seatter. Lantas sesuai
dengan tunggangan balap saat itu bagian setang ujungnya ditekuk, posisi ini membuat pengendara jadi merunduk saat menunggang motor.
seragam menggunakan pelek ring 21 inchi yang lantas dibungkus dengan kembangan ban salur dari Avon Speedmaster. Motor dengan kapasitas 600cc ini tentunya harus ditunjang dengan peredaman laju yang mumpuni, untuk itu areal roda depan apliaksi copotan dari tromol depan Yamaha SR400.
motor,� urai Boncel.
Sedangkan belakang dibekali dengan tromol cutom yang sudah dipasang piringan untuk rem model disk brake. “Kalau belakang pakai tromol model drum bakal enggak ngerem ini
GASTANK MAGAZINE 12
Nah, untuk areal roda depan dan belakang
Tahap akhir pengerjaan motor fokus pada bagian detailnya, mengandalkan seluruh rangka dan cangkrang yang diolah full chrome berpadu lewat body yang disepuh tembaga. Perpaduan ini terlihat mendekati konsep steam punk pada keseluruhan tampilan motor. Sayangnya tampilan steam punk belum diolah secara maksimal untuk melengkapi dan mempermanis detail ubahan motor ini.
GASTANK MAGAZINE 13
CUSTOM CAR
DODGE CHARGER R/T 1970 | JAKARTA ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl, m.david
GASTANK MAGAZINE 14
SO MIS
OMETHING STERIOUS “Mobil ini sudah lama saya incar makanya begitu dapat langsung direstorasi seluruh bagiannya,”
GASTANK MAGAZINE
15
P
antas jika Shige Suganuma memberikan Mooneyes Pick pada Dodge Charger R/T lansiran 1970 yang tampil di ajang Kustomfest 2014 lalu. Muscle car yang aksinya menjadi tontonan menegangkan di film action Fast & Furious ini tampil dengan restorasi menawan, berbagai part branded pun tersemat apik.
GASTANK 16
Sebetulnya sudah lama mobil ini jadi incaran Ery Erlangga apalagi saat ia masih kuliah di Australi banyak sedan lawas asal Amerika yang membuatnya jatuh hati. Setelah menunggu sekian tahun lamanya dan akhirnya sosok Dodge Charger R/T mengisi garasi rumahnya tentu menjadi kepuasan yang tak terkira.
Tetapi saat mobil didapat kondisinya jauh dari tampilannya sekarang, karena menginginkan hasil yang maksimal beberapa bagian perlu direstorasi total. Apalagi Ery memang dikenal detail saat membangun mobil. “Mobil ini sudah lama saya incar makanya begitu dapat langsung direstorasi seluruh bagiannya,� jelasnya.
Seluruh areal bodi direstorasi, beberapa bagian interior yang sudah termakan usia dan pernik kecil lainnya diganti dengan part baru. Bahkan areal kaki-kaki yang sudah dianggap tidak mumpuni lagi langsung diganti part baru. Seperti areal suspensi sudah dipasang part
GASTANK 17
aftermarket produk Hot Kis Suspension yang bersanding dengan aplikasi pelek US MAG Wheels ring 18 inchi. Untuk seluru rodanya biar pengereman maksimal sudah dilengkapi dengan disk brake. Penggantian areal kakikaki ini membuat tongkrongan muscle car jauh lebih angker. Saat kap mesin dibuka telah terpasang satu set mesin V8 Mopar. Dapur pacu berkapasitas 383cu (6300cc) yang mampu menghasilkan tenaga 460 hp ini terbilang istimewa dengan
cover dari Edelbrock 75 th anniversary edition (1938-2013). Sedangkan untuk trasmisinya sudah diganti andalkan matic model TH 700-R4 Transmissions. Tentu saja dengan metode engine swap membuat performa muscle car ini semakin beringas. Suara yang keluar dari knalpot yang sudah dipasang full system Hooker Header dan Cherry Bomb makin menggelegar. Blar blar blar
Dodge Charger Dari Masa Kemasa
Dodge Charger merupakan kelas sedan menengah yang diproduksi oleh Chrysler varian ini sangat melegenda, pertama kali diproduksi 1966 dan model terbarunya terus dirilis sampai sekarang. Tercatat sudah lima generasi model yang telah diluncurkan, berikut detailnya.
1.Generasi pertama: 1966-1967
Model pertama Dodge Charger diperkenalkan tahun 1966, merupakan model sedan menegah dua pintu desain body fastback dengan interior yang mampu memuat empat penumpang. Basis Charger sama dengan komponen Coronet yang juga menggunakan platform Chrysler B, mengandalkan mesin 318 cu in (5,2 L) V8 dengan tiga kecepatan. Tetapi sayang saat itu belum sukses diterima pasar.
2.Generasi kedua: 1968-1970
Charger didesain ulang dan diluncurkan kembali tahun 1968, hadir dengan berbagai perbaikan dan mampu mendongkrak penjualan. Model ini masih mengandalkan platform Chrysler B perubahan dilakukan pada eksterior dan interior termasuk lampu belakang yang membulat dan model lampu depan tersembunyi. Dapur pacu masih sama dengan yang digunakan Charger tahun 1967. Sayangnya generasi kedua ini tidak berhasil dalam balap mobil seperti NASCAR. Sampai akhirnya dirilis model bodi yang lebih aerodinamis dengan memunculkan Charger 500 yang desainnya menjadi dasar Dodge Charger Daytona 1969.
3. Generasi Ketiga: 1971-1974 GASTANK 18
Generasi ketiga Charger diperkenalkan pada model tahun 1971. Platform Chrysler B dimodifikasi untuk memenuhi peraturan keselamatan. Tersedia dalam enam paket yang berbeda dengan perubahan minor yang meliputi grill split, window fastback setengah ke belakang, dan spoiler ducktail. Pada produksi tahun 1973 dan 1974 Charger sangat mirip dengan tahun 1971 dengan perbedaan kecil digrill dan lampu depan. Peningkatan penjualan itu sebagian besar disebabkan oleh stop produksi Dodge Coronet, yang berarti Dodge menawarkan varian Charger sebagai satu-satunya pilihan sedan menengah dua pintu.
4. Generasi keempat: 1975-1978
Dirilis pada 1975 model Charger terbaru ini usaha Dodge untuk bergerak ke segmen pasar mobil mewah yang saat itu muali tumbuh. Dodge lantas memperluas kehadirannya di pasar mobil mewah pada tahun 1978 dengan memproduksi dua mobil di kelas yang sama, yaitu Charger dan Magnum.
5. Generasi kelima: 1982-1987 Setelah vakum beberapa lama akhirnya
Charger kembali dirilis pada tahun 1982 hadir dengan hatchback coupe yang kompak dengan dengan penggerak roda depan. Menawarkan trasmisi manual lima kecepatan dan transmisi otomatis tiga kecepatan. Modelnya mirip dengan Dodge Omni 024, tapi dengan mesin yang sedikit lebih besar. Saat itu Charger yang tersedia dengan dua pilihan mesin NA 2.2L SOHC atau mesin SOHC 2.2L turbocharged. Lantas Charger Shelby mulai ditawarkan mulai tahun 1983, dengan versi turbo yang tersedia pada tahun 1984 mampu menghasilakn tenaga 148hp. Mesin tidak lagi dibekali Intercooler tetapi menggunakan turbo T3 Garrett. Pada tahun 1985-1986 hanya perangkat elektronik diperbarui tapi tenaga yang dihasilkan masih sama.
6. 2006-sekarang
Setelah sembilan belas tahun vakum akhirnya Dodge Charger terbaru diperkenalkan kembali ditahun 2006. Generasi ini hanya tersedia sebagai sedan empat pintu yang menggunakan platform Chrysler LX. Desain ini dimaksudkan untuk mengingatkan pada Chargers yang dirilis tahun 1960-an dan 1970-an. Generasi ini tersedia pilihan mesin V6 dan V8, dengan matik 5-speed dan 8-speed, semuanya sudah berpenggerak roda All wheel drive (AWD). Sampai akhirya pada 2014 dirilis model terbaru Dodge Charger yang hadir lewat pilihan varian SXT, SXT Plus, R/T, R/T Plus, R/T Road & Track & R/T Max.
GASTANK 19
GASTANK 20
GASTANK 21
CUSTOM BIKE
kawasaki ninja 250r 2009 | JAKARTA
Urban Flat Tracker ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl
GASTANK 22
Kawak Ninja ini mengandalkan produk aftermarket terkini dengan megedepankan konsep custom moderen. GASTANK 23
GASTANK 24
A
walnya Ario Sadewo tidak terlalu tertarik dengan besutan custom, karena dia sudah kadung jatuh cinta dengan motor-motor penggaruk tanah yang memicu adrenalin. Alasan itu juga yang membuat dia akhirnya terjun ke kebisnis perlengkapan gear motocross. Mendirikan sebuah concept store mengusung bendera XTREME[1]st. Tetapi begitu bertemu Ram Ram Januar builder dari workshop White Colar Bike dan nyambung dengan konsep garapan motormotor custom yang sudah digarap, Ario
mulai ‘tersengat’ besutan custom. “Kebetulan saya ada Ninja 250R lama yang masih karburator, motor inilah yang jadi bahan buat custom,” jelas pria yang gerainya saat ini menempati kawasan Sumarecon Digital Center (SDC), Serpong. Karena sudah kadung meyukai motor tanah, arahan custom yang diinginkan paling pasbergaya urban flat tracker. Disebut demikian lantaran beberapa part dan custom part yang diaplikasi pada Kawak Ninja ini mengandalkan produk aftermarket terkini dengan megedepankan konsep custom moderen.
GASTANK 25
ALUMINIUM RAW MATERIAL
Seperti untuk areal body mulai dari tangki, buntut belakang, dan cover box seluruhnya mengandalkan bahan aluminium yang detailnya dibentuk mirip motor balap track oval. Body yang di desain ramping ini membuat sosok motornya jadi terlihat lebih ringkas, apalagi bahan aluminium sengaja diekspose raw material tanpa finishing cat. Areal cover depan pada motor balap flat track dipasang buat nomer start motor, juga ikut dipasang mengandalkan bahan aluminium yang cukup tebal. Tetapi fungsinya sekaligus dimanfaatkan sebagai dudukan lampu proyektor kecil yang dipasang bersusun. Desain cover lampu ini dipermanis dengan embos logo XTREME[1]st yang dibentuk lewat proses CNC. Logo yang sama juga nempel pada bagian cover kiri-kanan box aki. Sedangkan pada bagian emblem tangki dan buntut belakang juga tertera logo AS yang merupakah inisial Ario Sadewo sang pemilik motor.
TRIPLE THREE CNC
Sedangkan untuk kaki-kaki dipilih suspensi depan model upside down yang diambil dari moge. Hanya soknya saja yang dipakai sedangkan segi tiganya mengandalkan bahan aluminium custom hasil CNC. “Segitiga memang sengaja dicustom karena sekaligus dibuatkan raiser setang untuk aplikasi kemudi trail. Kalau pakai segitiga aslinya tidak ada dudukan raiser karena setangnya model jepit,� jelas Ario yang mengatakan raiser setang juga dimanfaatkan sebagai dudukan monitor untuk kontrol areal belakang.
DUAL PURPOSE
Sesuai dengan gaya urban flat tracker areal roda dipasang ban model dual purpose dari Pirelli, untuk depan ukuran 120/70/17 dan belakang 160/60/17. Pelek diganti dengan model jari-jari yang sama-sama ring 17 inchi bersanding dengan kedua tromol produk aftermarket. Paling sip desain kaliper remnya mereknya bukan lagi Nissin atau Brembo tetapi sudah dilabel logo X[1]st yang jadi label gerai Ario.
GASTANK 26
GASTANK 27
CLASSIC BIKE
Honda CL77 1967 | JAKARTA
rival berat motor inggris
ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl
GASTANK 28
P
ada era 1960 kebutuhan akan motor yang radiable untuk bisa dikendarai pada segala lintasan cukup tinggi. Saat itu Eropa dan Amerika iklim industrinya berkembang, banyak dilakukan ekspansi besarbesaran dengan dibuka lahan-lahan baru. Selain didominasi motor Inggris pabrikan motor Jepang juga ikut meramaikan. Kondisi ini langsung ditangkap oleh podusen sepeda motor saat itu dengan meluncurkan varian dual
purpose yang disebut Scrambler. Basisnya diambil masih berasal dari motor jalan raya tetapi untuk kebutuhan jalan keriting atau berbatu beberapa detail pada bodinya sudah berubah. Seperti varian motor asal Inggris yang beredar saat itu dengan style bergaya motor garuk tanah ada BSA C15 Scarmbler dengan kapasitas mesin 250cc. Lalu Triumph TR20 Trials Cub 200cc pengembangan dari Triumph
GASTANK 29
Kelebihan lain ground clereANCE dibuat lebih tinggi dengan menyiasati model knalpot sejajar dengan mesin. Dengan tipikal seperti ini Honda CL77 mampu bersaing dengan dengan motor Inggris model Scrambler yang bodinya lebih gambot pada saat itu GASTANK 30
Tiger Cub yang ketika itu mendominasi pasar Eropa dan Amerika.
clerance atau jarak bagian bawah motor ke tanah jadi lebih tinggi.
Perbedaan besutan scrambler dengan motor jalan raya terlihat pada bagian kemudi yang aplikasi setang lebar. Lalu spatbor depan dan belakang didesain lebih tipis. Sedangkan areal leher knalpotnya mengarah ke atas. Ubahan itu memiliki fungsi untuk membuat ground
Nah, Honda CL77 milik Heret Frastio ini salah satu varian scrambler yang ditawarkan pabrikan jepang saat itu. Tentunya diposisikan untuk mengganggu pasar motor Inggris utamnya varian scarmbler tadi. “Beberapa kekurangan yang ada di motor Inggris dilengkapi pada
GASTANK 31
Honda CL77,� jelas pria yang berprofesi sebagai fotografer komersial ini. Nah, melihat sejarahnya Honda CL77 ini diproduksi sekitar 1960an hanya untuk pasar Jepang, Eropa, dan Amerika. Makanya varian ini sulit ditemui di tanah air. Mengambil basis mesin dari Honda Dream dengan kapasitas 305cc, berbekal model mesin 180 derajat twin paralel yang merupakan motor jalan raya
GASTANK 32
andalan Honda saat itu. Desain bodinya dibuat lebih ramping, kapasitas tangki sengaja dibuat lebih kecil agar handlingnya lebih lincah. “Pada saat itu teknologi mesin motor Jepang dikenal lebih irit ini yang membuat desain tangki dimensinya bisa lebih kecil,� lanjut Heret. Kelebihan lain ground clerece dibuat lebih
tinggi dengan menyiasati model knalpot posisinya di atas mesin. Dengan tipikal seperti ini Honda CL77 mampu bersaing dengan dengan motor Inggris model Scrambler yang pada saat itu bodinya lebih gambot. Beruntung Heret mendapatkan motor Honda
CL77 dengan kondisi yang masih sangat terawat. Karena memang sebelumnya jadi simpanan salah salah satu kolektor. “Gue rekondisi semuanya mulai dari cat baru, mesin, dan kelengkapan bodi lainnya yang dikrom ulang,� terang Heret yang memang sudah mengincar varian ini sejak lama.
GASTANK 33
CUSTOM BIKE
YAMAHA YZF-R25 2015
YAMAHA NEW VARIAN ARTIKEL : YULI HARYADI | FOTO : herry axl
Imbasnya perlahan mulai menggeser tren custom motor sport dengan tampilan fashion yang belakangan dirasa sudah mulai jenuh
E
nggak bisa dipungkiri tren global yang sedang berkembang saat ini mengarah pada ubahan motor dengan tema klasik moderen. Imbasnya perlahan mulai menggeser tren custom motor sport dengan tampilan fashion yang belakangan dirasa sudah mulai jenuh.
GASTANK 34
Tuntutan gaya klasik moderen ini banyak builder yang sudah beralih dengan menggarap konsep bertema custom culture. Salah satunya workshop Baru Motor Sport (BMS) yang mendapat order mengubah tampilan Yamaha YZF-R25 dicustom bergaya cafe racer.
Motor yang digadang-gadang sebagai Ninja 250 Kilers ini milik Han han yang tinggal di kawasan Bandung. “Motornya masih gress, baru keluar dari dealer terus langsung dikirim ke bengkel minta dicustom model moderen cafe racer,� ujar Ariawan Wijaya builder sekaligus
pemilik workshop BMS di bilangan Palmerah, Jakarta Barat. Kalau dilihat secara tampilannya memang hampir seluruh bodi Yamaha YZF-R25 ini sudah berubah total. Tetapi sebelum proses penger-
GASTANK 35
GASTANK 36
jaan motor dikerjakan Hanhan sempat berpesan kalau bagian rangka standarnya tidak boleh ditekuk apalagi dipotong-potong. Tentunya saat pengerjaan harus disiasati agar rangka motor sport berfairing ini dimensinya tetap ideal saat dipasang bodi baru dan kesan ubahan moderen klasik masih tetap ada. “Makanya kita buat dulu moke up atau mall nya pakai bahan styrofoam baru kemudian bodinya dibuat ulang dengan pelat besi,� lanjut Ari. Seluruh bodi aslinya terpaksa dipensiunkan. Mulai dari bodi belakang, fairing sampai undertail diganti dengan bahan plat. Termasuk kondom tangki yang bentuknya membulat juga berbahan plat besi. Konsep cafe racer yang di-
usung sangat kuat pada bagian depan. Bentuk half fairing yang menyatu dengan windshield jadi ciri utama. Juga bagian belakang dengan hornet yang desainnya menyatu dengan stoplamp. Riding stylenya kental dengan nuansa racing, apalagi setelah dipasang footstep after market dari Katsumoto membuat kaki juga sedikit nekuk saat motor diajak bermanuver. Meski bergaya klasik, unsur modern juga tersirat pada R25 ini lewat pemasangan muffler racing full system dari Akrapovic dengan suara yang melengking saat gas dibuka. Terbukti kalau custom enggak harus ‘merusak’ motor....!
GASTANK 37
CUSTOM BIKE
YAMAHA SCORPIO 2009 | JAKARTA
SEDIKIT KELUAR PAKEM ARTIKEL : YULI HARYADI | FOTO : herry axl
Secara keseluruhan tampilannya memang mengarah gaya cafe racer tetapi saya coba selipkan detail yang diluar pakemnya,
GASTANK 38
K
alau sudah nyebur kelingkaran custom enggak pernah kenal kata puas, banyak yang bilang hanya kantong disaku yang bisa menahan. Seperti perjalanan Yamaha Scorpio milik Dudy Nurdiansyah ini sudah beberapa kali berganti tampilannya.
Baru saja motornya rampung digarap oleh workshop Semut Custom Work dengan konsep ubahan bergaya cafe racer. “Secara keseluruhan tampilannya memang mengarah gaya cafe racer tetapi saya coba selipkan detail yang diluar pakemnya,� jelas pria yang tergabung dalam komunitas Cafe Racer Indonesia. Tampilan body didesain dengan mengandalkan pelat 0,8 mm yang modelnya dibentuk agak persegi. Bersanding dengan buntut belakang hornet yang simpel. Gaya ini memang pas bersanding ke rangka Scorpio yang dimensinya sedikit lebih panjang dibanding dengan motor sport lainnya. Kejar tampilan classic lengan ayun belakang sudah dicustom untuk dudukan suspensi belakang dobel. Suspensinya diambil dari produk aftermarket dengan panjang 36cm. “Kalau bagian depan saya andalkan shock bawaan Yamaha Byson biar lebih mumpuni,� lanjut Dudy yang menambahkan pakai setang jepit model clip on. Nah, detail yang keluar dari pakem cafe racer
GASTANK 39
GASTANK 40
terdapat pada tampilan cover lampu depannya. Model cover dan headlamp seperti ini biasanya diaplikasi pada besutan model flat tracker atau street tracker yang kental besutan tanah. “Memang sengaja tidak pakai headlamp besar atau pasang winshield malah jadi kelihatan terlalu biasa, makanya gue mau bikin yang sedikit nyeleneh,� jelas pria bertubuh atletis ini. Cover lampu depan ini dibuat dari pelat yang dibentuk persegi mengikuti desain lekukan tangki. Nah, untuk head lamp mengandalkan dua buah lampu sorot LED produk afermarket yang dipasang bertingkat. Ini yang membuat tampilan cafe racer jadi terlihat berbeda. Untuk pemilihan ban juga tidak dipilih roda atau ban berprofil halus yang memang untuk peruntukan jalan raya. Tetapi Dudy justru pilih pasang ban kasar yang lebih kental dengan nuansa dual purpose. Sedangkan kedua peleknya sudah terpasang ban ring 18 inchi. Soal selera boleh berbeda tentunya....!
GASTANK 41
GOODS
RIDERS AND RULES HELMET
ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : HERRY AXL, RIDERSANDRULES
SUPPORT YOUR LOCAL BRAND
Helm custom lokal ini mengandalkan material kevlar sebagai bahan dasar cangkang helm. Selain lebih kuat DIBANDING bahan fiberglass material kevlar jauh lebih enteng. GASTANK 42
S
aat membangun motor custom secara enggak sadar pemilik sudah hanyut masuk kedalam lingkaran scene cutom. Artinya sudah harus siap dengan berbagai ‘tuntutan’, paling dekat meyesuaikan fashion dan riding gear yang gayanya masih nyambung dengan tunggangan. Gastankers nggak mau kan kalau saat kumpul dengan komunitas nantinya justru jadi salah kostum.
Nah, yang paling terlihat saat riding yaitu atribut kelengkapan berkendara mulai dari jaket, sarung tangan, sepattu sampai yang paling penting pengaman berkendara seperti helm. Untuk menunggang motor custom lebih pas dan nyambung gayanya dengan mengenakan helm model vintage. Tenang, enggak usah repot-repot berburu helm lawas yang kondisinya belum tentu masih layak pakai. Sekarang sudah banyak tawaran helm custom lokal yang diproduksi sendiri dengan sodoran berbagai model bergaya vintage. Untuk helm vintage model halface beberapa pabrikan helm lokal sudah mulai memproduksi, tetapi buat model full face masih belum ada sampai saat ini. “Peluang inilah yang coba saya tawarkan kepada pecinta scene custom dengan memproduksi helm custom vintage model full face,” ujar Calvin Hadi Tandjaja pemilik brand Riders And Rules asal Bandung. Helm Riders And Rules ini masih terbilang baru, establish sekitar pertangahan 2014 lalu makanya baru ada satu model saja helm custom yang ditawarkan.
Meskipun begitu sodoran helm Riders And Rules ini banyak pecinta scene custom di Tanah Air yang tertarik. Sedangkan desainnya memang terinfluence dari pelindung kepala bikers yang banyak beredar pada tahun 1970an. “Model helm full face juga mirip-mirip dengan helm-helm brended yang beberapa tahun ke belakang juga memproduksi kembali pilihan helm model vintage,” jelas pria berkaca mata ini. Helm custom lokal ini mengandalkan material kevlar sebagai bahan dasar cangkang helm. Selain lebih kuat katimbang bahan fiberglass material kevlar jauh lebih enteng. Berhubung proses pngerjaanya masih dilakukan secara manual makanya untuk pembelian helm dilakukan dengan cara pemesanan atau preorder terlebih dahulu. “Selain menyediakan warna-warna standar, kita juga bisa request warna tapi pesan dulu maksimal 15 hari kerja,” urai Calvin. Untuk helm full face dilengkapi dengan bahan padding dan busa yang nyaman dan dilengkapi list chrome ditawarkan dengan harga Rp 1,35 juta. Sedangkan kalau mau upragde bagian padding pakai dalaman bahan oscar tinggal tambah Rp 50 ribuan Contact : 0896-3121-7845 instagram : @ridersandrules
GASTANK 43
HANG OUT
GROUND ZERO JAKARTA
SUASANA BERBEDA ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : M.DAVID
Ground Zero menawarkan konsep baru sebagai tempat yang pas untuk berkumpul bersama komunitas ataupun keluarga sambil menikmati hidangan yang diTAWARKAN
C
dalkan bata ekspose. Memasuki areal bagian dalam ruangannya didesain bernuansa scene custom yang kental, seperti pajangan foto-foto motor moderen classic dan mobil hot rod yang nempel di beberapa bagian dinding.
Menampati areal lantai 2, bangunannya didesain bergaya eropa yang dindingnya mengan-
Selain deretan sofa dan bangku kayu untuk ngobrol santai, salah satu sudut yang cukup jadi perhatian, yaitu meja kaca yang bagian bawahnya didesain dari satu set mesin berkonvigurasi V8 big blok. Ada beberapa tenant yang menempati Ground Zero mulai dari le Boeuf
ari tempat buat kongkow dengan suasana yang tenang dan nyaman ? tidak salah kalau tujuannya datang ke Ground Zero Jakarta. Terletak di bilangan Jl. Lebak Bulus Raya no.58, Jakarta Selatan Ground Zero menawarkan konsep baru sebagai tempat yang pas untuk berkumpul bersama komunitas ataupun keluarga sambil menikmati hidangan yang disajikan.
GASTANK 44
Steak yang menyajikan steak ala Prancis, Super Gayo Coffe, selain makanan juga produk fashion Fourspeed Metalwork.
le Boeuf Steak
Salah satu sajian andalan yang terdapat di Ground Zero yaitu le Boeuf Steak yang merupakan steak ala Prancis. “Kami menyajikan steak yang berbeda dengan yang sudah pernah ada, tentunya dengan memberikan sensi makan yang berbeda pula,� urai Yohan sebagai pengelola le Boeuf Steak.
Menu yang ditawarkan juga benar-benar fresh seluruhnya merupakan hasil olahan sendiri seperti pembuatan daging sosis dan lainnya. Steaknya sendiri bertekstur cukup empuk. Bahkan kalau dikunyah, nyaris tidak meninggalkan serat. Selain itu, yang jadi pembeda sajian sayuran dingin dan saus jamur dengan mengandalkan jamur cahmpignon segar dan juga salad dressing asli Prancis. Asyiknya semua makanan tadi sudah disesuaikan dengan lidah orang Indone-
GASTANK 45
sia. Karena masih bulan promo untuk harga ditawarkan RP 180.000 untuk menu dua orang.
Super Gayo Coffe
Mau kongkow sambil ngopi-ngopi bisa pesan kopi khas Aceh dari Super Gayo Coffe. Menyajikan jenis kopi arabika yang berasal dari tanah Gayo, Aceh Tengah yang emiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah, namun tidak demikian pada kopi Gayo. Rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini.
GASTANK 46
Cara penyajiannya juga manual tidak mengandalkan mesin khusus untuk meyajikan kopi (manual brewing). Seperti untuk kopi saring, penyajiannya melewati poses penyaringan lebih dahulu. Jadi tidak ada lagi ampas kopi yang tersisa dalam gelas. “Sebelumnya masuk proses penyaringan biji kopi digiling terlebi dahulu menjadi bubuk kopi,� ujar Kin Aulia personil band The Fly sebagai ownernya. Sajian khas dari Super Gayo Coffee bisa pesan kopi wine, dengan racikan olahan biji kopi ini membuat aroma kopinya seperti wine. “Saat diminum juga rasa winenya sangat kental
terasa. Ini merupakan sajian andalan Super Gayo Coffee yang jarang ditemukan di coffee shop Jakarta karena resepnya asli dari Tanah Gayo,� jelasnya yang menambahkan menu kopi mulai Rp 15 ribu - Rp 55 ribu.
FourSpeed INDONESIA
Untuk keperluan fashion terdapat display produk Fourspeed Metalwerks yang menempati ruangan Ground Zero. Menawarkan berbagai koleksi seperti cincin, buckle, t-shirts yang sudah jadi lifestyle para musisi dan biker. Sipnya, produk mereka nggak cuma dipesan
di dalam negeri tapi sudah terkenal di mancanegara sebagai pembuat buckle yang punya nama. Semua produknya punya sertifikasi khusus dan dibuat dalam jumlah terbatas dan bukan desain masal. Harga yang ditawarkan juga bervariatif mulai dari Rp 800.000 sampai Rp 3.000.000.
GASTANK 47
CUSTOM BIKE
TRIUMPH SCRAMBLER 2010
FULL
ARTIKEL : YULI HARYADI | FOTO : ULLIE GUMILAR
AFTERMARKET
“Perbedaan yang paling terlihat antara Triumph Bonneville T100 dengan Scrambler salah satunya pada bagian lampu yang lebih kecil dan leher knalpotnya menekuk ke atas,”
GASTANK 48
M
elihat sosok Triumph Scrambler sudah langsung teringat dengan besutan legenda hidup bintang sepak bola asal Inggris David Backham. Ya perjalananya membalah hutan Amazon pada 2014 lalu yang dikemas dalam film dokumenter Into The Unknow membuat besutan dual purpose classic moderen ini begitu diminati. Tetapi sesungguhnya Triumph yang dipakai Backham merupakan tipe Bonnville T100 yang dicustom dengan tampilan scrambler menyesuikan kebutuhan trek yang dilintasi. Sedangkan Fachrulian boleh berbangga lantaran motor miliknya ini varian yang memang Triumph tipe Scrambler dari pabriknya. “Perbedaan yang paling
GASTANK 49
kentara antara Triumph Bonneville T100 dan Scrambler salah satunya pada bagian lampu yang lebih kecil dan leher knalpotnya menekuk ke atas,� ujar Inyo mekanik dari Troupe Brut Industry. Apalagi pemiliknya juga kerap riding dengan motor penggaruk tanah dengan
GASTANK MAGAZINE 50
membelah hutan mengikuti berbagai event adventure berskala nasional. Jadi benarbenar sosok Triumph Scrambler dengan gaya classic moderen ini sangat mewakili sebagai tunggangan andalan Fachrulian. Tampilannya tentu tidak lagi standar sudah didukung dengan pemasangan beberapa part aftermarket yang membuat tongkro-
GASTANK MAGAZINE 51
GASTANK MAGAZINE 52
ngannya jadi lebih beringas. “Part aftermarket yang dipasang ini seluruhnya model bolt on yang memang disediakan untuk Triumph Scrambler,” urai Ullie sapaan akrab Fachrulian. Ubahan yang palin kentara pada bagian spatbor, part bawaan pabrik sudah diganti modelnya yang lebih simpel. Untuk spatbor belakang diganti dengan produck Kompo Tech desainnya terlihat ramping dan sudah dilengkapi dengan stop lamp LED. Untuk bagian depan posisi spatbor diubah nempel pada bagian bawah segitiga suspensi depan layaknya besutan vintage motocross. “Spatbor berbahan aluminium ini diambil dari produk LSL Clubman yang memang untuk Triumph Scrambler,” jelas Inyo. Lanyaknya besutan adventur beberapa aksesoris pendukung tampilan juga ikut dilengkapi seperti pemasangan breket pada bagian kiri belakang yang memiliki fungsi sebagai dudukan tas berbahan kanvas. Breket dan tas merupakan produk Triumph Genuine Accesories yang tampil apik mengisi areal bagian belakang motor.
Untuk cover head lamp juga sudah dilindungi dengan cover model anyaman kawat yang diambil dari produk yang sama. Sebagai pengaman areal mesin bagian bawah dari akar dan batu saat melintas di jalan non aspal sudah dipasang engine guard berikut skid plate juga dari produk Triumph Genuine Accesories . Pemasangan part pengaman ini membuat areal mesin lebih berisi dan seluruh tampilannya sudah dipowder coating. Pelek standar memadukan ring belakang 17 inchi dan depan 19 inchi yang aslinya chrome sudah berganti hitam powder coating. “Bannya juga ikut diganti dengan kembangan yang lebih kasar produk Continental TKC80 yang tampilannya seperti ban motocross. Meskipun modelnya seperti kembangan tahu tetapi saat digas pada lintasan aspal bannya enggak licin,” urai Inyo yang sudah mejajal motor ini riding ke Pangandaran, Jawa Barat.
GASTANK MAGAZINE 53
CUSTOM BIKE
MOTO GUZZI V7 2012 | JAKARTA ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl
“Desain yang bergaya café dapet baget, ini yang bikin orang “Varian ini klasik terbilang langka di racer Indonesia kebanyakan masuk dan banyak tertarik dengan V7,” beredar di daerah Sumatera,”
THE ENDU
GASTANK MAGAZINE 54
M
oto Guzzi V7 memang besutan yang eksotis, motor ini dikenalkan pada publik untuk pertama kalinya pada Milan Motor Show 2009 silam. Memang dari
pabriknya yang berdiri di sebuah kota kecil di Lombardy, Italia ini desain dari sudah menagnut cafĂŠ racer seperti varian lain yang jadi rivalnya Triumph Truxton dan Noton Commando 961.
URO RACER GASTANK MAGAZINE 55
Motor yang juga diproduksi terbatas ini sempat masuk ke Indonesia lewat jalur Importir Umum (IU)tetapi jumlahnya tidak banyak hanya beberapa unit saja. Tidak seperti Triumph Truxton populasinya di Indonesia cukup lumayan karena sudah ada APM dan Importir umum (IU) yang mendatangkannya. Bagi penggemar besutan retro, Moto Guzzi V7 jadi motor idaman lantaran detailnya mengingatkan pada besutan balap jaman dulu. “Desain yang klasik bergaya café racer dapet baget ini yang bikin orang banyak tertarik dengan V7,” ujar Arya dari Elders Company. Selain itu V7 banyak disukai lantaran keunikan framenya yang didesain untuk menopang mesin yang jadi ciri khas Moto Guzzi dengan berkonfigurasi V ‘boxer’ 90°, merupakan karya desainer Moto Guzzi Giulio Cesare Carcano. Bagi mendiang Giulio, desain mesin ciptaannya ini bukan semata-mata sebuah dapur pacu untuk diajak menikung rebah di lintasan. Melainkan karya seni engineering yang tak mudah lekang ditelan masa. Salah satu sosoknya Moto Guzzi V7 milik Elders Company yang beberapa kali kerap dipakai menghadiri event kumpul bikers. “Tampilannya sudah berubah dari standarnya karena sudah terpasang half fairing aksesoris orisinal yang dikeluarkan oleh Moto Guzzi,” lanjut Arya lagi. Model half fairing ini disebut model The Endurance Racer Kit yang desainnya terinspirasi dari legenda Moto Guzzi V7 lawas, pada 1969 besutan ini menciptakan rekor ketahanan di sirkuit Monza Speedbowl . Motor ini mampu menempuh jarak lebih dari 1000km dengan kecepatan rata-rata 206km/jam. Sebetulnya satu set Endurance Racer Kit ini ditawarkan lengkap dari half fairing sampai bagian jok belakang yang model buritannya
GASTANK MAGAZINE 56
seperti buntut bebek. “Tetapi kita hanya pasang half fairing saja karena bagian buntut belakang Moto Guzzi V7 standar sudah keren,” lanjut Arya lagi. Half fairing ini diorder langsung dari Itali makanya untuk pemasangannya juga tidak terlalu sulit karena ditawarkan sudah berikut breket rangka yang nempel pada bagian depan komster. Pabrikan asal Itali ini memang dikenal menggarap sendiri berbagai aksesoris yang dijual untuk motor yang diproduksinya .
GASTANK MAGAZINE 57
CUSTOM BIKE
Kawasaki Z250 2014 | BALI ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : B CUSTOM
SIMPLE CLASSY “Bagian buritan memang ngejar tampilan yang simple biar sosok motor secara keseluruhan jadi terlihat ringan dan langsing,”
GASTANK MAGAZINE
58
GASTANK MAGAZINE 59
GASTANK MAGAZINE 60
T
idak semua penyuka besutan sport tertarik dengan tampilan motor bergaya full fairing, inilah yang ditangkap pabrikan Kawasaki di Indonesia meluncurkan versi Z250. Aplikasi rangka dan mesin yang sama denagn Ninja 250R, tetapi dengan tampilan naked bike yang hanya dilengkapi shroud sebagai pemanis pada areal tangki. He he he sodoran motor pabrikan itu ternyata belum membuat puas Arya Chandra Wibawa pemilik Kawasaki Z250 yang belum genap satu tahun dibeli dari dealer. “Ingin tampilan motor yang custom tetapi dengan ubahan yang tidak terlalu ektrim,� ujarnya fyang langsung kontak workshop B Custom dari Bali buat proses pengerjaan motor. Berhubung Arya sebelumnya sudah kepincut cafe racer makanya tampilan motor ‘bongkok’ yang jadi tema pada ubahan Kawak Z250 ini. Mengusung
ubahan yang sederhana dan simpel tetapi kesan mewah yang terpancar pada motor tetap tidak hilang. Tentu hal tersebut jadi catatan buat Mas Bagio, builder dari B Custom saat akan menggarap motor. Sudah pasti hampir seluruh bodi bawaan Z250 harus pensiun dan tidak ada yang dipakai lagi. Setelah bagian motor tinggal areal rangka dan kaki-kaki serta mesin yag menempel, barulah Mas Bagio mendapat inspirasi untuk proses awal pengerjaan motor. Rangka buritan dirasa terlalu panjang, layaknya besutan cafe racer sejati tentu pengendara harus idealis dengan mengadalkan jok model single seat. Makanya rangka belakang dipotong lumayan banyak lantas bagian subframenya dibuat pakai pipa baru yang lurus mengikuti tekukan bagian dasar tangki. Meskipun begitu buntut model hornet
GASTANK MAGAZINE 61
GASTANK MAGAZINE 62
sengaja tidak diaplikasi, Mas Bagio justru lebih tertarik pasang spatbor belakang model minimalis. “Bagian buritan memang ngejar tampilan yang simple biar sosok motor secara keseluruhan jadi terlihat ringan dan langsing,� ujar builder yang workshopnya bertempat di Jl. Pulau Bungin Gang 2 No.1 Denpasar, Bali. Mengarah ke bagian tangki model penampung bahan bakar gaya klasik moderen sebagai rujukan, sekilas modelnya mirip dengan tangki H-D Sposter dengan dimensi yang dibuat sedikit lebih besar. Tangki yang didesain baru ini dibuat dengan bahan aluminium termasuk spatbor belakang dan cover rantainya. Nah, dimensi tangki yang sedikit lebih panjang menbuat posisi duduk untuk pengendara jadi lebih mundur. Ditambah dengan pemasangan setang jepit model clip on produk after market seperti yang dipasang pada Ninja 250R membuat riding position jadi lebih merunduk. “Meskpin areal footstep masih aplikasi standar bawaan motor tetapi posisi ridingnya tidak membuat cepat lelah,� ungkap Arya yang sudah mencoba riding jauh dengan motornya. Sampai batas bodi, ubahan pada kakikaki tidak terlalu merepotkan masih tetap mengandalkan suspensi depan teleskopik dan lengan ayun standar bawaan Z250 yang dirasa masih mumpuni. Kedua pelek juga masih pakai aslinya, hanya penggatian ban yang aplikasi Bridgestone Batlax S20 120-17 untuk depan, kalau belakang Bridgestone Batlax S20 150-17. Tongkrongan Z250 custom ini jadi terlihat lebih wah setelah terasang part aftermarket branded. Seperti areal lampu depan andalkan milik H-D Sportster bersanding dengan stoplamp produk Kijima LED bullet classic. Untuk areal speedometer dan fuel meter yang
nempel pada bagian depan kemudi mengandalkan produk Daytona bullet classic white face. Akselerasi motor jadi makin bengis dan suara lebih menggelegar setelah dipasang knalpot racing full system berlabel Werkes USA berbahan titanium.
GASTANK MAGAZINE 63
NEW BIKE
BONNEVILLE JHONNY ALLEN ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : M.DAVID
Apalagi Toyota Celica TA22 termasuk kasta tertinggi dengan nama lain Celica Coupe 1600 GT
Legend OF B
GASTANK MAGAZINE 64
T
riumph Bonneville merupakan varian classic moderen yang saat ini menjadi motor terlaris, bukan hanya di Inggris tetapi juga sedang hips diberbagai belahan dunia. Makanya hampir setiap tahun selalu dirilis model terbaru. Nah, pada 2015 ini pabrikan Triumph meluncurkan Bonneville varian spesial edition yang diproduksi hanya 1000 unit. Salah satunya milik show room PT. Gerai Motor Terpadu yang baru saja mendatangkan Bonneville T214 Jhonny Allen Special Edition. “Motor ini hanya datang ke Indonesia beberapa unit makanya cukup banyak customer yang sudah pesan,� ujar Lutfi Hidayat yang showroomnya terletak dibilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Nama Jhonny Allen begitu begitu harum dan melegenda bagi pabrikan Triumph, pria asal Texas ini pada 1965 mampu mencatat rekor waktu tercepat dilintasan Bonneville Salt Flat mengandalkan motor yang didesain seperti peluru. Basik motornya Triumph 650cc diberi nama Devil Arrow yang memiliki ciri berkelir putih dan biru. Bonneville dengan tipe T214 ini diambil hasil catatan waktu terbaik yang diperoleh Allen yaitu 214,40 mph atau sekitar 345 km / jam yang saat itu menjadi rekor dunia. “Makanya desain kelir yang ada pada Bonneville Spesial Edition ini dibuat mirip dengan motor Allen yang memadukan warna biru dan putih,� lanjut Lutfi. Dari detailnya ada beberapa perbedaan dengan tipe reguler, seperti lampu depan modelnya sama dengan yang dipakai Triumph Scrambler yang dimensinya lebih kecil, lalu spatbor belakang juga didesain lebih ramping. Bahan pelapis joknya juga berbeda modelnya terlihat lebih ekslusif dengan
Bonneville GASTANK MAGAZINE 65
tulisan Triumph yang diembos. Sedangkan pada bagian atas tangki ditempel label catatan waktu 214,40 mph. Lantas pada bagian tutup raiser setang tertulis nomer motor. Lantas pada bagian boks sudah nempel stiker Bonneville T214 dan bagian pelek juga sudah berkelir hitam doff. Selain itu pemiliknya mendapatkan sertifikat sebagai pemilik motor Special Edition dari Triumph. “Bonneville T214 ini sudah dipasang sespan
GASTANK MAGAZINE 66
model universal yang biasa dipakai untuk motor-motor lawas. Membuat tampilannya jadi lebih terlihat makin classic,� urai Lutfi.
SEKILAS JHONNY ALLEN
Lahir di Texas 1929 Amerika Serikat, Jhonny Allen seorang pemuda berusia 27 tahun berprofesi sebagai pembalap muda yang mempunyai bisnis chrome plating di kota tempat tinggalnya. Allen muda menghabiskan delapan tahun di AMA Kelas C Flat Track
dan menjuarai Texas State Champion. Sayang karir balapnya harus berakhir karena cidera. Nama Triumph Bonneville hadir ketika Allen membesut Triumph Thunderbird 650cc Twin Silinder di Salt Flats Bonneville Utah pada September 1955. Sebelumnya, Allen yang sudah membukukan enam rekor kecepatan dunia untuk berbagai kelas dan jarak yang diadakan AMA. Motor yang didesain seperti peluru dan dijuluki “Devil Arrow” yang mempunyai ciri kelir Putih Biru ini tembus dengan kecepatan rata rata 193,3 mph atau 311 km/jam. Rekor ini diakui oleh Asosiasi Sepeda Motor Amerika Serikat, namun sayangnya tidak diakui oleh Federasi Otomotif Dunia (FIM). Rekornya diragukan karena tidak ada pengamat resmi yang hadir di Salt Flats waktu itu. Tidak berapa lama rekornya dipatahkan oleh perusahaan motor dari Jerman berlabel NSU 500cc dengan rekor 211,4 mph yang dikendarai Wilhelm Herz. Allen dan timnya tidak putus asa, mereka kembali ke Bonneville
pada bulan September 1956 dan memenangkan kembali dengan kecepatan rata-rata 214,17 mph (344 km / jam). Tidak sampai disitu, Allen dan timnya kemudian mengatur lagi dan kembali ke Salt Flats tetapi kali ini bersama pejabat AMA dan pengamat FIM. Allen kembali mebuat rekor kecepatan dunia dengan catatan 214,40 mph. Lagi-lagi rekor ini ditolak oleh FIM karena alasan teknis, tetapi tetap diakui sebagai rekor AMA dan memberikan pengaruh yang beragam untuk kampanye iklan Triumph saat itu. Tahun 1959 nama ‘Bonneville’ melekat di Triumph secara resmi dipakai sebagai penghargaan untuk rekor Allen dan tim. Setelah beberapa tahun pensiun, Allen menikmati hari tuanya dengan berburu dan memancing di dekat rumahnya di Millsaps, kemudian wafat pada tahun 1995. Lantas namanya tercatat di Motorcycle Hall of Fame AMA pada tahun 1999. Hingga kini nama Jhonny Allen terukir pada Stiker Triumph Bonneville yang juga menjadikan wall of fame mereka sebagai ‘World’s Fastest Motorcycle’
GASTANK MAGAZINE 67
LIFESTYLE
VINTAGE ENDURO JAKARTA RAYA ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : herry axl
“Sosok trail lawas itu sexy desainnya juga unik, semakin tua justru makin kita diburu dan tentunya punya kepuasan yang berbeda,�
Ali Topan Anak Jalanan M
otor enduro dan motocross teknologinya terus berkembang, setiap tahun selalu dirilis tipe terbaru dengan menawarkan berbagai kelebihan. Para insinyur pabrikan motor baik itu asal Jepang atau Eropa putar otak menghasilkan produk terbaik. Untuk kepentingan balap atau kompetisi
GASTANK MAGAZINE 68
teknologi terkini yang tersemat pada motor memang sangat dibutuhkan. Performa yang handal pada motor mendukung pembalap untuk tampil maksimal mengejar podium tertinggi.
Bagi para pecinta motor garuk tanah, up date motor baru dari berbagai pabrikan juga selalu ditunggu-tunggu. Selain mendapatkan
teknologi terkini, sebetulnya ada sisi lain yang dicari. Mereka juga mengejar aktualisasi diri saat bertemu atau kumpul dengan komunitas. Tentu dengan menyandang motor baru dapat mencuri perhatian saat berada di lintasan. Aura tersebut begitu berbeda ketika Gastank bertemu langsung dengan para penggemar besutan trail lawas. Mereka yang tergabung
pada komunitas Vintage Enduro Jakarta Raya (Vinduro Jakarta Raya) justru memilih mengandalkan trail jadul untuk bermain-main di lintasan non aspal. “Sosok trail lawas itu sexy desainnya juga unik, semakin tua justru makin kita diburu dan tentunya punya kepuasan yang berbeda,� ujar Aldy salah satu pendiri komunitas Vin-
GASTANK MAGAZINE 69
duro Jakarta Raya yang ditemui Gastank di trek bilangan Pondok Petir, Depok tempat nereka biasa kumpul dan latihan. Komunitas yang berdiri sejak 2011 ini awalnya terbentuk dari 5 orang yang sama-sama menyukai sosok trail jadul. Lewat akun sosial di Facebook Vinduro Jakarta Raya akhirnya jadi wadah para pemilik dan pecinta trail ini mulai bergabung. “Kalau sebelumnya sudah punya motor trail jadul tetapi buat main-main sendiri karena saat itu belum ada wadahnya,” ujar Agus Dadi juragan Lapak Antiq dengan salah satu koleksi andalannya Honda XL 100 lansiran 1972. Saat ini annggota komunitas Vinduro Jakarta Raya yang aktif sekitar 30 orang pemilik motor trail lawas. Beragai kegiatan yang sifatya fun adventure juga kerap dilakukan, lokasi atau rute yang dipilih untuk ‘bermain’ tidak terlalu jauh masih diseputar Tanggerang dan Bogor.
POPULASINYA TERBATAS
Menurut cerita Aldy varial trail lawas di Tanah Air beredar pada era 1970-an sampai awal 1980. Saat itu motor-motor trail atau enduro kebanyakan masuk lewat importir umum dan instansi pemerintah yang membutuhkan kendaraan handal melintas berbagai medan untuk menjangkau pedalaman. Makanya jumlah dan varian motor yang ada juga terbatas tidak masal seperti motor jalan raya. Motor trail lawas yang banyak ditemui seperti varian Honda XL 100 dan XL 125. Honda XL
GASTANK MAGAZINE 70
muncul sejak tahun 1970-an dipilih karena motor ini terbilang handal dan banyak diorder oleh instansi pemerintah. Lantas varian Suzuki TS 100 hadir di Indonesia pada tahun 1974, dalam kurun waktu 1970-an Suzuki TS 100 sendiri keluar dalam beberapa versi, yaitu TS 100A, TS100B, dan TS100C. Suzuki TS 100ER hadir pada 1982 menggantikan model sebelumnya Suzuki TS 100 “Jumlah motornya tidak sebanyak varian Honda XL,” jelas Galih yang juga member Vinduro Jakarta Raya. Untuk varian trail Kawasaki di Indonesia hadir dengan label Binter KE 125 dibawa oleh PT Bintang Terang yang jadi distributor motor Kawasaki di Indonesia. Merek ini beroperasi sampai tahun 1984 dan akhirnya gulung tikar. “Motor den-
GASTANK MAGAZINE 71
gan mesin 125cc ini diluncurkan sekitar tahun 1981 memiliki suspensi depan yang panjang, begitu juga pada swing arm juga lebih panjang, sehingga terlihat kokoh,” lanjut Aldy lagi. Motor lainnya ada Yamaha DT 100 Enduro yang melegenda. Trail yang diluncurkan 1976 ini begitu terkenal saat dibesut Rhoma Irama dalam film Darah Muda. Selain itu film berjudul RodaRoda Gila yang dibintangi Roy Martin atau Ali Topan Anak Jalanan yang diperani oleh Junaidi Salat membuat keberadaan trail enduro saat itu naik daun. Sampai akhirnya penjulan DT 100 dihentikan pada 1984 karena pasar motor garuk tanah masih berkurang penggemarnya. Pada era ini juga menutup kejayaan motor trail karena banyak pemilik motor yang beralih pakai besutan khusus buat jalan raya.
ANDALKAN PART CUSTOM
Untuk membangun motor trail lawas memang butuh kesabaran karena beberapa partnya nyaris sulit didapatkan. “Terutama part seperti tangki dan kelengkapann cover body serta areal spatbor, kalau beruntung saja masih ada toko yang jual stok lama tapi tentu harganya enggak bisa diprediksi,” jelas Dedi mekanik dibilangan Pamulang yang biasa tangani besutan trail lawas. Agus Dadi juga mengatakan kalau kebanyakan motor trail lawas yang ini didapat dalam kondisi tidak utuh. Kadang hanya hanya bagian rangka dan mesin saja. Makanya part lain seperti bagian tangki didapat dari hasil berburu sedangkan sisanya mengandalkan copotan dari motor lawas lainnya. Karena permintaan part yang tinggi akhirnya banyak bermunculan produk replika part body yang dijual. Untuk bodi terbuat dari bahan fiber yang sudah dicopy dari body asli motor, malah bagian tangki juga dijual produk replikanya dengan bahan fiber.
GASTANK MAGAZINE 72
Sedangkan untuk kaki-kaki kerap subtitusi dari berbagai part trail Cina. “Seperti Honda XL125 lansiran 1982 bisa subtitusi kaki-kaki dan part dari motor Jialing trail,” tutup Dedi yang sedang mendesain body KX lawas yang bisa dipasang plug and play ke rangka KLX150.
GASTANK MAGAZINE 73
PARTY
MACI JAKARTA RAYA - JAKARTA VITAGE MARKET ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : AGUNG M
T
idak sepeti biasanya areal Taman Menteng, Jakarta Pusat pada akhir pekan lalu dipenuhi berbagai booth dan lapak-lapak yang menjual aneka barang jadul atau lawas. Kawasan taman kota yang dulunya bekas lapangan sepok bola tersebut disulap mejadi ajang Jakarta Vintage Market (30-31/05). Sesuai dengan tema acara, salah satu komunitas yang berpartisipasi menggarap gelaran ini yaitu Motor Antique Club Indonesi (MACI) Jakarta Raya. Makanya
GASTANK MAGAZINE 74
Vintage Market Jantung Kota GASTANK MAGAZINE 75
selain ditemui berbagai ragam perabotan jadul alias vintage, kawasan Taman Menteng juga dipadati para pecinta motor lawas yang datang dari dari berbagai kota. “ Maci Jakarta Raya ikut jadi bagian pada event Jakarta Vintage Market, selain display berbagai motor dan menyediakan lapak-lapak barang bekas khusus motor lawas, pada kesempatan ini kami sekaligus mengukuhkan pengurus baru Maci Jakarta Raya Periode 2015-2019,� jelas Yopi Rachmat yang saat ini menjabat sebagai Ketua Maci Jakarta Raya.
GASTANK MAGAZINE 76
Sebetulnya penggantian ketua periode baru ini sudah berlangsung sekitar dua bulan lalu, Ketua periode baru Yopi Rachmat mengantikan Ketua Periode lama yang sebelumnya di jabat oleh Ronny. Makanya Ajang Jakarta Vintage Market ini spesial karena sekaligus dihelat sebagai acara seremoninya. Beberapa motor lawas juga ikut didisplay ratarata terbilang collector item yang sudah sulit untuk ditemui. Seperti Indian board track racer lansiran 1927, AJS 1928 roundtank dengan
lampu karbit, Harley-Davidson WL 1947, Harley-Davidson RL 1938, Victoria 1950, dan Yvaa 1950 yang modelnya mirip BMW Boxer. Ada juga display Chevrolet Pick Up berkelir orange. “Motor-motor ini seluruhnya koleksi anggota MACI Jakarta Raya,” ujar H. Wewed salah satu sesepuh MACI Jakarta Raya. Memang pada gelaran Jakarta Vintage Market ini tidak begitu kental acara bikers biasanya, karena konsep acara yang berlangsung ditaman kota ini lebih umum. Melibatkan seluruh komunitas penggemar barang-barang lawas.
Makanya banyak keluarga yang datang membawa anak, sambil menikmati acara sekaligus dapat bermain-main di arena yang sudah tersedia. Beberapa bikers juga terlihat membawa keluarga untuk datang ke acara ini. “Kalau bapaknya bisa nongkrong sama teman-teman bikers, sedangkan anak istrinya bisa belanja sekaligus bermain,” lanjut Yopi yang berharap ajang yang bekerjasana dengan Dinas Pertamanan ini bisa jadi acara yang digelar rutin tiap tahunnya.
GASTANK MAGAZINE 77
GASTANK FAMILY TOMMY MANOCH
ARTIKEL : yuli haryadi | FOTO : OMAR ANNAS , DOK.PRIBADI
“Ketika balap di GP Idonesia yang berlangsung di sirkuit Curug pada tahun 1963 usia saya masih 16 tahun dan baru pertama kali turun balap. Saya berhasil juara di kelas 250cc Junior dan 250cc Grand Prix,”
GASTANK MAGAZINE 78
M
eskipun belum ada sirkuit permanen yang dibangun, balap motor di Indonesia sudah marak pada era 1960-an. Saat itu ajang balap dihelat dibeberapa kota besar tetapi masih di sekitar pulau Jawa dengan titel GP Indonesia yang diselenggarakan oleh Ikatan Motor Indonesia ( IMI). Banyak bermunculan pembalap-pembalap berbakat yang mampu mengharumkan nama bangsa. Dari sederet pembalap yang berkiprah pada saat itu ada Tommy Manoch yang prestasinya membanggakan. Pria kelahiran Bandung, 3 Maret 1947 menjadi juara Grand Prix Indonesia pertama kali diseleggarakan di Sirkuit Curug, dikenal dengan filosofi ‘Ulah Adigung’ yang ditulis pada tangki motor balap Honda CB72 andalannya. “Ketika balap di GP Idonesia yang berlangsung di sirkuit Curug pada tahun 1963 usia saya masih 16 tahun dan baru pertama kali turun balap. Saya berhasil juara di kelas 250cc Junior dan 250cc Grand Prix,” jelas pria yang diwawancarai Gastank Magazine di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan. Sebagai pembalap junior Tomy Manoch memiliki bakat dan talenta yang bagus saat mengikuti Grand Prix Indonesia dikelas Junior ia mampu meladeni Tinton Soeprapto yang saat itu juga ikut balap motor. Sedangkan pada kelas Grand Prix Tommy bertarung dengan pembalap senior yang lebih berpengalaman macam Saksono S.A dan pembalap lainnya. Sebelum balap motor sebetulnya Tommy Manoch justru lebih dulu terjun dibalap sepeda, berbagi prestasi balap dengan sepeda road bike pernah diraih. “Ketika balap sepeda saya pernah mengikuti dengan Jakarta -Bali, saat itu balap sepeda ditanah air juga marak karena ajang Tour de France berita nya sedang ramai-ramainya,” ceritanya. Kenal dengan motor lantaran Ayahnya memang hoby otomotif berbagai jenis motor ada digarasi rumahnya. Ada BSA Gold Star dan berbagai model BMW seperti R50, R60 dan R25. Tetapi saat itu Tommy belum suka motor. Ayahnyapun membujuknya dengan membelikan motor Honda 50cc yang mudah dikendarai. “Awalnya saya menolak karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan sepeda balap, tetapi akhirnya saya mulai mencoba belajar naik motor disekitar
GASTANK MAGAZINE 79
rumah. Dari situ saya mulai menikmati sensasi berkendara motor. Dan mulai mencoba satu persatu motor yang dimiliki Papa,� urai pria ramah ini yang hobi nya selalu didukung penuh oleh keluarga. Untuk teknik balap Tommy banyak belajar dari seniornya Saksono S.A yang sudah diaggap keluarga sendiri. Belajar teknik berkendara juga tidak di surkuit tetapi riding dikawasan Puncak, Jawa Barat. Saat akhir pekan selalu dimanfaatkan untuk riding ke Puncak yang saat itu jalannya masih sepi. Jadi Tommy mengikuti dari belakang gaya berkendara Saksono S.A yang sekaligus sebagai mentor balapnya.
GASTANK MAGAZINE 80
Selain pernah pakai motor Inggris, motor balap yang jadi andalannya saat itu Honda CB72 yadiah yang diberikan oleh Ayah Tommy untuk turun balap yang langsung didatangkan dari Jepang. Honda CB72 ini langsung dipasang berbagai komponen racing untuk balap. Prestasinya balapnya tidak hanya di Tanah Air tetapi juga sampai ke macanegara. Tommy sempa merasakan bertarung dengan pembalap luar di Malaysia dan Macau ber-
sama dengan pembalap asal Indonesia lainnya seperti Benny Hidayat dan Beng Siswanto. “Saat balap tahun 1968 saya sempat menang di kelas 250cc pakai motor Kawasaki ,� jelasnya dengan berbicara terbata-bata akibat serangan struk yang dideritanya 10 bulan lalu.
membuat mesinnya bermasalah. “Makanya ada pesan mendalam yang tersirat dari Ulah Adigung, itu adalah bahasa sunda yang artinya Jangan Sombong. Sesama pembalap harus saling support dan harus sportif saat berlaga dilintasan,� jelasnya.
Dengan motor yang kompetitif sebagai pembalap muda, Tommy pun kerap naik podium baik dikelas junior ataupun saat bertarung dengan para seniornya. Ini yang membuat banyak pembalap lain yang tidak suka dan melakukan tindakan-tidakan tidak sportif terhadapya. Pernah saat balap tangki motornya di isi air yang
Kondisi itu juga yang akhirnya membuat Tommy mulai meninggalkan balap motor dan mulai menyukai cabang balap lainnya seperti balap gokart dan rally. Karena memang berbakat dibalap Tommy pun pernah balap di Sikuit Macau menggeber Morris Mini.
GASTANK MAGAZINE 81
WWW.GASTANKMAGAZINE.COM GasTank Magazine is published by GasTankmagazine.com All content Copyright Š2015 Gastankmagazine.com