10
identitas
resensi
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
koridor Catatan kegiatan Seminar Nasional Kewira koperasian yang bertempat di Gedung Iptek lantai 2 Unhas, Selasa (22/12). Mengha dirkan pengawas koperasi pemuda indonesia Muhammad Arsad Dalimunte sebagai nara sumber .
Koperasi Lahirkan Insan Produktif dan Mandiri DEWASA ini hampir semua perguruan tinggi memiliki unit kegiatan koperasi mahasiswa (Kopma). Disanalah mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam dunia koperasi atau kewirausahaan bergabung. Karena pada dasarnya koperasi mengajarkan untuk berwirausaha. Koperasi adalah kumpulan orang otonom yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Berwirausaha 95% tentang sikap dan mental, semangat, keyakinan dan keberanian untuk mengambil tindakan. Sementara itu, 5 % nya adalah hal-hal terkait teknis wirausaha itu sendiri. Untuk itu, apabila seseorang ingin menekuni kewirausahaan, hal pertama yang harus dimiliki adalah keberanian memulai dan bergelut dengan dinamika yang terjadi di dalamnya. Hal ini penting, sebab sikap dan mental terbentuk dari perjalanan dan waktu yang kemudian perlahan membentuk percaya diri dan kenyamanan dalam menjalankan wirausaha. Tantangan demi tantangan harus ditaklukkan untuk mencapai hasil yang baik. Seorang mahasiswa harus berfikir dan bertindak visioner agar tidak terjebak pada pragmatisme sempit yang short term. Seorang mahasiswa harus berani mulai membangun mimpi dan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Mimpi yang diperjuangkan seharusnya tidak sebatas membentuk kemandirian dirinya tetapi juga berorientasi pada penciptaan harapan hidup bagi lainnya. Memulai dari hal-hal kecil, sebab ‘besar’ adalah imbas kesabaran berproses. Tidak ada capaian tanpa pengorbanan dan berjuang merupakan satu-satunya jalan untuk pantas mengenyam kesuksesan Sayangnya fakta menunjukkan banyak kader Kopma yang telah menyelesaikan studinya memilih untuk tak lagi bergelut dalam dunia koperasi. Sehingga muncullah sebuah pertanyaan “apakah para pemuda pejuang koperasi itu tidak memiliki keyakinan cukup bahwa di koperasi ada masa depan?”. Itu artinya pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan ketika masih aktif di Kopma tersebut tidak teraplikasikan lagi. Sementara disisi lain gerakan koperasi Indonesia sedang sangat membutuhkan kehadiran kaum intelektual muda termasuk didalamnya mahasiswa yang memiliki wawasan luas, semangat, integritas perjuangan dan menyukai tantangan. Kehadiran kaum muda diperlukan untuk mewarnai kekinian dengan sentuhan-sentuhan yang kemudian melahirkan perwajahan berbeda dari koperasi. Bersama generasi muda, koperasi harus memainkan aksi-aksi monumental yang melahirkan kemanfaatan nyata. Jika tidak, maka perlahan akan menggerus keyakinan, animo dan apresiasi yang pada akhirnya akan menenggelamkan koperasi dari keseharian masyarakat. Akhirnya, semua kembali tergantung pada keyakinan untuk bersatu dan kemauan untuk saling bahu membahu dalam menumbuhkan manfaat berkoperasi Sehingga terbentuk keyakinan kuat dikalangan kaum muda bahwa koperasi itu perusahaan visioner dan didalamnya terdapat masa depan dan kesejahteraan bagi segenap unsur organisasinya yaitu, pengurus, pengawas dan anggota. Hal ini dinilai penting agar para pemuda pejuang koperasi tidak lagi meninggalkan gelanggang juang sampai keindahan ber-koperasi itu benar-benar nyata. n Andi Ningsi
Kritik Nakal dalam Sebuah Sajak Ketika ia bangun pagi hari Sikat giginya tinggal sepotong Sepotong yang hilang itu agaknya Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali PENGGALAN puisi Sikat Gigi karya Yudhistira ANM Massardi di tahun 70-an menjadi pengantar dalam buku ini. Diringkas oleh Radhar Panca Dharma, karya sastra diibaratkan sakit gigi. Ketika sebuah kesusastraan “kehilangan gigi” atau dengan kata lain sebuah karya sastra memiliki skandal, maka karya sastra tidak akan tampil, karena merupakan variabel penentu. Memanfaatkan isu ‘sakit gigi’ dunia kesusasteraan, Yudhis dalam karyanya mencoba ‘menyikatnya’ kembali dengan menampakkan gaya bahasa, rima sajak, logika, hingga renungan sajak tahun 70-an dalam karya terbarunya, buku 99 sajak. Ada sebelas tema besar yang diangkat dalam buku sajak ini yakni Sajak Sembilan Cinta, Sajak Sembilan Rasa, Sajak Sembilan Surat, Sajak Sembilan Kota, Sajak Sembilan Potret, Sajak Sembilan Daun, Sajak Sembilan Gunung, Sajak Sembilan Bulan, Sajak Sembilan Sungai, Sajak Sembilan Rindu dan Sajak Sembilan Macam. Dimulai Sajak Sembilan Cinta. Pemaknaan cinta pada sajak ini digambarkan sebagai wadah lelucon, promosi politik, serta sebagai ajang pemainan belaka. Seperti pada potongan sajak ini “Kita pun tertegun di zebra cross, menunggu lampu hijau dinyalakan, Si Badut pengiklan shampo...” Tema kedua Sajak Sembilan Rasa. “Ah. kesejukan kini berada dalam kemasan, Gunung dan mata air dibawa ke kota-kota, kenyamanan dikenai banderol dan pajak kemewahan, rakyat hanya
boleh menikmati keringat rasa penat,” jelas dalam penggalan sajak ini terjadi ketimpangan. Sehingga penulis mengkritisi kebijakan pemerintah dengan pajak yang membebani rakyat kecil. Lain lagi dalam Sajak Sembilan Kota. Penulis mengupas tentang salah satu kota di Kalimantan Timur, Balikpapan tepatnya. Kota yang terkenal dengan salah satu produsen minyak mentah menjadi singgungan dalam sajak ini. Limpahan minyak mentah, justru rakyat menderita dengan seringnya bahan bakar minyak langka. Upaya pemerintah untuk pemanfaatannya pun menjadi sindiran. “Ini negeri ironi mentah-mentah. Tempat minyak bumi melimpah, Namun BBM harus diantre dan dijatah. Entah berapa galon sumpah-serapah. Balikpapan namanya” tertulis salah satu potongan sajak. Dari beberapa sajak, tergambar penggunaan kata yang risau terhadap penyair yang menjadikan kesusasteraan sebagai ajang memperkaya diri, politisasi sajak, dan tidak adanya pemaknaan. Selain itu, pun menjadi sindiran bagi pemerintah, ketika tidak dapat membangun dan menyejahterakan rakyat pedalaman. Kumpulan sajak ini merupakan suatu kritisan nakal untuk memperbaiki karakter para sastrawan, penyair khususnya. Membudayakan sajak yang penuh pemaknaan untuk dijadikan referensi hidup sehari-hari adalah tujuan penulis. Perubahan pada karakter setiap tokoh sastra yang terkenal untuk mengembangkan
dan melestarikan sajak dahulu adalah impiannya. Pembelajaran tentang kehidupan, pengelolaan negara maupun sumberdaya melimpah menjadi isi yang banyak dijumpai, sehingga dapat menjadi inspirasi pembaca. Namun, bagi pembaca awam sangat sukar memahami setiap rangkaian sajak penulis. Butuh waktu berulang-ulang agar setiap sajak dapat dimengerti maknanya. Kata yang penuh pemaknaan pun dilengkapi dengan visualisasi karya
ilustrator, Ramadhan Bouqie sehingga mendukung sajak yang ingin disampaikan penulis. Sayangnya ilustrasi yang ditampilkan terlalu “dewasa” dan cukup sukar untuk diartikan maknanya. Secara keseluruhan, buku 99 sajak ini dianjurkan bagi penikmat sastra. Buku ini dapat menjadi acuan bagi yang ingin mengkritik melalui karya sastra, puisi misalnya. Selamat membaca! n Nur Amri
Judul Buku: 99 Sajak Penulis : Yudhistira ANM Massardi Ilustrasi : Ramadhan Bouqie Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta Cetakan : Agustus 2015 Tebal : xx +228 halaman