4
opini
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Oleh: Izzatul Fathiyah TERANGKAI untaian kata-kata indah penuh makna. Berpadu menjadi satu meski manusia tercipta dengan beragam warna. Indahnya nilai-nilai kebudayaan yang mencerminkan keindahan jiwa nampaknya mulai bergeser akibat runtuhnya jati diri manusia, yang dulunya menjaga sipakatau berubah menjadi kesombongan hati yang disertai dengan sebuah kalimat tanya penuh perendahan, siapa kau. Para leluhur Bugis begitu hebat merangkai filosofi kehidupan yang kemudian diturunkan menjadi nilai-nilai kebudayaan sebagai landasan dalam berperilaku sehari-hari. Kata-kata indah yang tentu saja bukan sekadar kata, “sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge” merupakan nilai-nilai yang sarat makna, menyadarkan manusia agar memahami fitrah dirinya sebagai makhluk yang mulia dan dimuliakan. Memahamkan kepada kita semua arti kemanusiaan dan memanusiakan manusia. Ketiga nilai tersebut merupakan konsep moralitas yang jika diterapkan dalam kehidupan akan mengantarkan kita menjadi makhluk
sosial yang bermoral dan pantas mendapatkan gelar “manusia”. Satu di antara nilai tersebut yakni sipakatau. Sipakatau yang berarti saling memanusiakan, mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan demikian. Sipakatau memberikan makna bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan. Meskipun tercipta dengan beragam perbedaan, namun kita semua memiliki hak yang sama untuk hidup, untuk mendapatkan cinta, penghormatan, kesetiaan, penerimaan, dan rasa dihargai. Hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia. Bahkan seorang ilmuwan Psikologi, Abraham Maslow menerangkan dalam teorinya mengenai tingkatan kebutuhan manusia, bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan harga diri atau rasa dihargai (self-esteem need) dan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (love and belonging need). Artinya, konsep sipakatau telah terbukti secara ilmiah menjadi sebuah sikap yang perlu ada pada diri setiap orang sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan untuk dihargai dan dicintai sebagai manusia. Orang-orang terdahulu, sebut saja kakek-nenek kita, begitu memahami nilai tersebut sehingga dapat kita lihat betapa kehidupan mereka berlangsung harmonis. Mereka memahami konsep sipakatau bukan hanya di kepala, tapi
dari pembaca Fasilitas MKU TERIMAKASIH kepada identitas telah memuat pertanyaan saya. Mengapa fasilitas di kelas Mata Kuliah Umum (MKU) seperti toilet dan kursi tidak memadai? Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2015 Tanggapan TERIMAKASIH atas pertanyaannya. Di kelas MKU PB sebenarnya ada toilet tapi jauh dan bangunan ini sebenarnya milik MIPA, untuk kursi-kursinya tidak pernah ada dana untuk pengadaan kursi jadi kursi yang rusak diperbaiki sendiri oleh petugas dan tidak ada proyek untuk perbaikan. Sapriadi Pjs. Sekretaris MPR/MBB
Beasiswa Pemprov ASSALAMUALAIKUM. Saya ingin menanyakan kapan beasiswa pemprov untuk angkatan 2015 cair? Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2015 Tanggapan WAALAIKUMSALAM. Untuk Surat Keputusan Gubernur tentang Penetapan Penerima Bantuan Program Gratis Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan bagi Mahasiswa Baru Strata Satu Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi Sulawesi Selatan Semester 1 Tahun Akademik 2015/2016 Nomor : 2432/XI/Tahun 2015 Tanggal : 5 November 2015 sudah ada, tapi untuk kepastian pembayarannya belum ada informasi dari Pemerintah Provinsi. Esan Lamban, S.Sos, M.Si Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan
ILUSTRASI/ BENNY SUHARDI WIRANATA
Antara “Sipakatau” dan “Siapa Kau”
tertanam di hati mereka. Nilai tersebut seakan telah menyatu dengan kepribadian mereka. Hasilnya, sampai tua mereka terlihat begitu mesra saling menyapa dengan kawan seperjuangannya seolah orang itu sangat berarti baginya dan hanya satu-satunya teman dalam hidup mereka. Begitulah sipakatau membuat hubungan antar sesama manusia terasa begitu indah. Namun, dalam perkembangan dunia yang begitu pesat, ketika kita telah memasuki abad 21, manusia begitu disibukkan dengan sejuta aktivitas yang memusingkan kepala. Hubungan antar sesama manusia tidak lagi hangat. Interaksi antar manusia menjadi sebatas hubungan transaksional dimana interaksi baru akan terjadi hanya ketika ada kepentingan pribadi yang bersifat menguntungkan. Lalu secara tidak langsung terjadi pemisahan antara golongan atas dan golongan bawah, yang buruknya lagi berpengaruh pada sikap dan perilaku mereka yang kehilangan rasa saling memanusiakan. Salah satu bukti yang dapat kita amati untuk mengetahui adanya pemisahan kelas sosial
dalam masyarakat adalah ketika ada sebuah acara di lingkungan masyarakat Bugis. Tempat duduk orang golongan atas yang diukur dari tingkat pendidikan, jabatan, dan kekayaan biasanya menempati posisi paling depan, semakin ke depan artinya semakin tinggi kelas sosialnya dan semakin ke belakang artinya semakin rendah kelas sosialnya. Padahal apa pengaruhnya kalau misalnya semua disamaratakan? Toh, esensi dari acara-acara itu biasanya untuk bersilaturahmi, bukan ajang untuk pamer kelas sosial. Dalam interaksi sehari-hari, sebagian kecil masih ditemukan orang-orang yang saling bertegur sapa tanpa mengenal kelas sosial. Mereka masih saling melemparkan senyum dan salam satu sama lain. Tapi sebagian yang lain, terkadang jika bertemu di jalan bahkan berpura-pura tidak melihat dengan sibuk memainkan gadget di tangannya. Jika berbicara dengan orang yang kelas sosialnya lebih rendah, sering kali disertai dengan tatapan sinis dan kata-kata yang pedis. Jangankan kata-kata yang manis, mendapatkan senyum saja rasanya hampir mustahil.
Ketika melihat ada orang yang tertimpa musibah di jalan, kebanyakan orang lebih memilih menonton daripada menolong. Selalu saja ada pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan kebaikan kepada orang lain, yang seringkali pertimbangan itu terwakili dengan kalimat “siapa kau?”. Sepertinya ada cara pandang yang keliru, bahwa menolong orang lain hanya membuang-buang waktu dan tidak memberikan keuntungan apapun. Yah mungkin seperti itulah jika keuntungan selalu diukur dengan materi. Penanaman nilai sipakatau perlu ditinjau kembali ke diri masing-masing. Hal ini jadi mengherankan, betapa nilai budaya yang ditanamkan oleh orang-orang terdahulu yang begitu indahnya ternodai oleh rasa tinggi hati, merasa lebih baik dari orang lain. Para leluhur begitu bijaknya menetapkan nilai-nilai budaya yang dianggap mampu menjadikan hidup ini lebih bermakna, namun kita sebagai penerus justru menjadi generasi yang mengingkari kearifan lokal tersebut. Saat materi dan jabatan menjadi tolok ukur seseorang layak dihargai, maka dimanakah makna sipakatau itu? Bukankah dalam ideologi dasar negara kita pun menerangkan bahwa semua manusia berhak diperlakukan secara adil? Lalu mengapa ini yang terjadi? Sungguh sebuah ironi, saat budaya hanya sekedar nama tanpa makna. Ketika orang-orang bergelar manusia tapi tak jelas budayanya. Nilai-nilai tidak lagi menjadi panutan, yang ada hanya keangkuhan. Meniadakan orang lain karena merasa tak sepadan. Penuh pertimbangan untuk sebuah kebaikan kecuali jika punya kepentingan. Akhirnya, jadilah kita generasi-generasi yang tak punya identitas dan miskin moralitas. n Penulis adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Unhas 2012 Salah satu pemenang lomba Opini PK identitas 2015
Agenda Harmonisasi Alam Prosesi penerimaan calon anggota baru UKM Teater Kampus Unhas tahap tiga : Tempat: Gedung PKM 1 Lantai 2 Waktu : Jum’at-Minggu,8-10 Januari 2016 Pengkaderan Tahap Dua Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) Menggelar pengaderan mahasiswa baru : Waktu: Jum’at-Minggu,8-10 Januari 2016 Gladimula 22 Pandu Alam Lingkungan Waktu : 25-31 Januari 2015 Tempat : Hutan Pendidikan Unhas Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros
Winslow Goes To School Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menyelenggarakan: Penyuluhan ke beberapa SMP dan SMA di Makassar Waktu : Senin-Sabtu 25-30 Januari 2016 CP : 082293926215 (Mey)
Pembayaran SPP dan Pengisian KRS online Semester akhir 2015-2016 Waktu : 04-22 Januari 2016
Celebes Robot Contest Himpunan Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik Hari/Tanggal: Minggu, 10 Januari 2016 Tempat: Fort Rotterdam, Makassar Kontak: 0853-9763-0993 (Nining) 0823-9333-1417 (Bayu)
Evaluasi Tunda 4&14 Semester Karena Cuti Akademik Waktu : Senin, 11 Januari 2016
Pendaftaran Maba Program Pascasarjana TA. 15/16 Waktu : 04 Januari-31 Maret 2016
Batas lulus ujian & memiliki no. Alumni Waktu : Kamis, 22 Januari 2016 Penyiapan Perkuliahan Waktu : Senin-Jumat, 25-29 Januari 2016