Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
SOSIAL MEDIA
Sang Perenggut Hak Asasi Manusia AKHIR tahun 2019 lalu sebuah peristiwa menghebokan dunia. Wabah virus yang diduga berasal dari Wuhan, Cina menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat. Virus yang dikenal dengan nama Corona ini bahkan menimbulkan ketakutan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia kasus ini pertama kali terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret 2020. Merespon pernyataan resmi badan kesehatan dunia, WHO, tentang status pandemi Covid-19 serta Surat Edaran Mendikbud No 3 Tahun 2020, maka pihak Unhas menerbitkan Surat Edaran Nomor 7522/UN4.1/PK.03.02/2020, tentang kesiapsiagaan dan upaya pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di lingkungan Unhas. Salah satu isi dari surat edaran tersebut adalah menunda atau membatalkan penyelenggaraan berbagai kegiatan yang memungkinkan terjadinya kerumunan. Bahkan, wisuda sebagai momen bahagia yang selalu dinanti-nanti oleh setiap mahasiswa harus diundur dari waktu yang telah ditentukan. Unhas mengumumkan bahwa wisuda periode III yang dijadwalkan berlangsung pada SelasaRabu (17-18/03) di Baruga A.P Pettarani Unhas perlu diundur. Tak sedikit mahasiswa yang kecewa dengan keputusan tersebut, misalnya saja Naufal Asyiri Banuarli, alumnus program studi Ilmu Politik Unhas. Saat ditanya mengenai penundaan wisuda, Naufal merasa kecewa karena pemberitahuannya bersifat mendadak. Terlebih lagi, kedua orang tuanya telah datang dari Garut, Jawa Barat untuk menghadiri acara wisuda. “Secara pribadi ada rasa kecewa, sebab pemberitahuan terkait penundaan wisuda bersifat mendadak. Apalagi kita tahu, banyak orang tua calon wisudawan yang berasal dari luar kota dan telah ada di Makassar,” tutur Naufal, Rabu (18/03). Bukan hanya itu, kegiatan laboratorium juga tak luput dari isi surat edaran Unhas. Koordinator Umum Laboratorium Fisika Dasar Unhas, Rahmadan Riski Wahyudi mengatakan harus mengundur jadwal praktikum karena imbauan ini. “Sebenarnya dari minggu keenam perkuliahan direncanakan lab perdana, tapi karena ada surat edaran dari rektor maka tidak jadi,” ungkapnya. Bahkan ketika pemerintah setempat memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar, berbagai hak manusia ikut terenggut. Mewabahnya Covid-19 membuat hak asasi manusia (HAM) tidak terpenuhi. Seperti hak kebebasan untuk dapat bergerak, bepergian, serta berpindah-pindah tempat, dan hak kebebasan dalam melakukan berbagai kegiatan jual beli. Semoga wabah ini segera berlalu dan hak setiap manusia bisa terpenuhi kembali seperti sedia kala.
KARIKATUR/RISMAN AMALA FITRA
SURAT DARI REDAKSI
IDENTITAS/MUH.ALIF
Kunjungan Media: Salis Information Technology Communication (SITC) SMAN 1 Gowa melakukan kunjugan redaksi ke Sekretariat PK identitas Unhas, Sabtu (14/3).
Work From Home
M
enyusul kebijakan rektor mengenai imbauan untuk melakukan pembelajaran dalam jaringan (daring), pegawai administrasi juga diperkenankan untuk bekerja dari rumah. Hal ini dilakukan tak lain sebagai langkah memutus rantai penyebaran virus corona. Menanggapi surat keputusan tersebut, pimpinan redaksi memutuskan untuk mengosongkan sekretariat redaksi dan mengimbau agar para kru bekerja dari rumah. Pada awalnya, kondisi ini cukup menyulitkan. Bagi kami yang sudah
terbiasa liputan turun lapangan tentu perlu membiasakan diri. Meski dengan kondisi keterbatasan, kami tetap mengupayakan menerbitkan identitas untuk para pembaca, rapat pun kami lakukan secara online. Di edisi kali ini kami menyajikan berita utama terkait langkah tanggap Unhas menghadapi wabah corona dan ulasan mengenai keaslian logo Unhas. Tak lupa kami menghadirkan tips tetap produktif meski di rumah aja, serta berbagai rubrik menarik lainnya. Selamat membaca!
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando (tidak aktif) Staf Penyunting: Andi Ningsi, Ayu Lestari, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina, Badaria Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif) Reporter: Muh. Syahrir (tidak aktif), Melika Nur Jihan Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan wwMashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi April 2020 Ilustrasi : Finsensius T.Sesa Wandi Janwar Layouter : Wandi Janwar
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
WANSUS
3
Data Diri Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpBO adalah seorang Dokter spesialis Bedah Tulang dan Praktisi Pendidikan. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor di Universitas Hasanuddin, Makassar periode 2006-2014. Beliau juga saat ini berpraktik di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Beliau menamatkan studi Dokter Umum dan Spesialis Bedah di Universitas Hasanuddin, Makassar. Setelahnya, Beliau mengambil studi Bedah Ortopedi di Universitas Indonesia, dan menerima gelar doktor di Universitas Hasanuddin.
Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpBO ISTIMEWA
P
Kisah Prof Idrus Berhasil Sembuh dari Covid-19
andemi Covid-19 yang diketahui menyerang saluran pernapasan telah menginfeksi secara global. Jumlah korban terjangkit dikabarkan terus menanjak per harinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, terkhusus di Indonesia untuk menahan laju penyebaran virus ini. Upaya tersebut berupa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar, rapid test, pemakaian masker, menghindari
kontak ďŹ sik, rajin cuci tangan dan berbagai upaya lainnya. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kemungkinan sembuh dari virus Corona mencapai 97 persen. Lalu apa kiat yang harus dilakukan seseorang bila terinfeksi virus Corona? Berikut kutipan wawancara Reporter identitas, Wandi Janwar bersama Rektor Unhas periode 2006-2014, yang sempat positif Covid-19, Prof Dr dr Idrus Andi Paturusi SpBO.
Bagaimana diceritakan kisah Anda terinfeksi dan dinyatakan positif Covid-19? Kalau itu saya tidak tahu pasti dari mana datangnya. Kan setiap hari saya bergelut di rumah sakit, jadi tidak tahu apakah berhadapan dengan pasien yang positif atau tidak. Di rumah sakit kan banyak pasien yang mungkin positif tapi kita tidak tahu.
Bagaimana pengalaman Anda saat menjalani masa isolasi dan perawatan di Rumah Sakit? Saat saya diisolasi tidak ada orang yang boleh datang. Makanan dimasukkan langsung di kamar. Sepi, itulah yang saya rasa. Namanya juga orang diisolasi. Kalau perawatannya mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada, khusus untuk orang-orang positif seperti saya. Pagi kita diukur tensi, diukur suhu tubuh, diukur sirkulasi pernapasan, dikasih obat, dan dikasih makanan.
Setelah dinyatakan positif, apa yang mendorong Anda saat itu sehingga mau mengumumkannya ke publik? Yah, kalau tidak diumumkan, orang bisa terus kontak sama saya, sehingga akan membuat banyak orang tertular. Kalau diisolasi dan kasih tahu keadaan saya, orangorang yang pernah kontak dengan saya, bisa memeriksakan diri atau diperiksa. Kalau saya diam-diam, tentu bisa menularkan ke tiga, sembilan orang dan seterusnya.
Keluhan apa saja yang dirasakan saat masa inkubasi virus Corona ? Sebelum dinyatakan positif, sekitar dua hari di rumah sakit baru muncul gejala. Seperti demam, nyeri tenggorokan, batuk. Sebelum saya ke rumah sakit, saya tidak merasakan apa-apa. Setelah saya periksa, saya ternyata positif, yah
sudah saya langsung masuk rumah sakit untuk dirawat. Jadi kan ada yang namanya masa inkubasi. Baru setelah lewat masa inkubasi mulailah timbul gejalanya. Masa inkubasi orang terkena virus ini bervariasi. Ada yang 14 hari, ada yang 21 hari, ada 7 hari, tergantung dari sistem imun. Menurut informasi, saat Anda sedang diisolasi, seorang sahabat Anda yang juga dokter menyarankan menggunakan minyak kayu putih? Iya benar, jadi minyak kayu putih sebetulnya sudah dari dulu saya pake. Itu cukup membantu, karena setelah saya lihat komposisi dan fungsinya, memang cukup signiďŹ kan untuk pengobatan melawan virus apapun. Minyak kayu putih mengandung sineol 1,8. Sineol ini punya fungsi sebagai anti inamasi, anti peradangan, anti bakteri, anti virus, dan juga mampu mengencerkan dahak (mulkolitik) Selain itu, juga berfungsi sebagai ekspektoran yaitu mengeluarkan dahak yang menumpuk. Pada kasus infeksi Covid-19, terjadi penumpukan lendir di paru-paru jika tidak diobati dengan benar, bisa menyebabkan kegagalan fungsi pernapasan dan menyebabkan kematian. Setelah dinyatakan sembuh, kegiatan apa saja yang dilakukan saat ini? Saya mengajar dan mengikuti rapat Zoom dan segala macamnya karena sekarang sudah terbatas.
Saya kan gugus Covid-19 provinsi. Jadi kalau ada rapat saya ke sana. Kalau ada bantuan saya kasih. Cuma sekarang pergerakan terbatas, karena ada aturan yang pergerakan kita itu cuman yang emergency. Kalau tidak emergency kita bisa tunda dulu. Apa saja hal yang harus dilakukan ketika seseorang dinyatakan postif Covid-19? Kalau positif saya kira harus segera melapor ke rumah sakit dan harus diisolasi. Kalau dia yang sudah positif masih berkeliaran di luar, bisa menjadi sumber penularan. Dan yang paling penting kalau sudah dinyatakan positif setelah atau sebelum, imunitas harus selalu dijaga. Makan makanan bergizi, olahraga, kemudian jam 9 pagi berjemur. Tapi kalau sudah kena, ada standar obat yang harus diminum dari rumah sakit, selebihnya suplemen seperti minyak kayu putih tadi. Fungsinya agar bagaimana bisa mempercepat penyembuhan. Sekarang kita sudah ada upaya sosialisasi karena ini tidak berbahaya, orang sudah ratusan tahun menggunakan minyak kayu putih. Kalau mau bisa rutin digunakan, bisa menjadi preventif juga. Saya sendiri pakai lima tetes di tisu, kemudian aromanya saya hirup. Saat dihirup, sensasi sineol-1,8 itu juga terhirup. Nah virus itu kan ada di saluran pernapasan, sampai langsung ke paru-paru. Jadi pengalaman kalau sesak, saya hirup itu aroma minyak kayu putih. Lega rasanya. Itu juga berfungsi sebagai inhaler saat memasuki hidung, hidung
langsung terasa longgar. Selain itu, ikuti imbauan pemerintah, seperti physical distancing, cuci tangan, juga imbauan-imbauan serupa lainnya. Apakah ada kemungkinan, orang yang telah sembuh dari Covid-19 bisa tertular kembali? Kalau secara teori sih tidak, karena kita sudah punya anti bodi. Yang pertama itu aturannya kan harus dua kali di tes negatif baru dinyatakan sembuh, itu protokolnya. Jika sudah begitu daya tahan tubuh kita akan tetap aman jika sudah tidak ada lagi virus dalam tubuh. Yang kedua kita sudah punya anti bodi yang lebih baik. Teorinya seperti itu dan masih itu yang dianut hingga sekarang. Apa kunci sukses menangani Covid-19 di Indonesia, khususnya Makassar? Kuncinya orang harus disiplin. Buat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetap tidak bermanfaat kalau orang masih ramai-ramai dan berkeliaran keluar rumah. Jadi kalau mau, harus tanamkan komitmen tinggi, disiplin tinggi agar kita dapat mengikuti semua aturanaturannya. Kalau kita disiplin, kita bisa cepat bebas. Tapi kalau tidak, bisa memakan waktu yang lama dan penularan bisa jalan terus. Kita juga harus semakin hati-hati. Kalau saya di rumah, ada barang kiriman saya semprot dulu. Kita usahakan tidak ada kuman yang masuk ke dalam rumah. Jadi misalnya saya kemarin dari rumah sakit, sepatu yang saya pakai tidak saya bawa masuk ke rumah. Tapi saya jemur dulu, terus saya langsung cuci baju dan mandi. Nah itu yang harus dijaga. Kalau tidak, kita kan tidak tahu kalau ada virus yang menempel. Nanti kita kumpul sama keluarga, anak, keponakan, mereka bisa tertular. ď Ž
4
OPINI
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Kuliah Daring, Apa Kabar Mahasiswa? “Ada yang mengancam kesehatan mahasiswa tapi bukan Corona.” “Ada yang selalu ada tapi bukan Doi”
B
egitulah cuitan-cuitan yang beberapa pekan ini menghiasi room chat grup saya. Keluhan-keluahan yang dikemas indah dalam kalimat menggelitik. Kelelahan mahasiswa yang harus mengikuti kuliah daring dengan tugas melimpah lagaknya tak ada tanda-tanda usai. Sejak tagar sekaligus himbuan pemerintah untuk tetap #DiRumahAja guna memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Diasease (Covid-19) yang melanda beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia, segala-galanya dikerjakan di rumah. Mulai dari sekolah, kuliah, bahkan kerja pun diharuskan di rumah saja. Awalnya saya dan mungkin beberapa mahasiswa lainnya mengira bahwa ini akan sangat menyenangkan. Kita bisa rebahan sesuka hati, tidak perlu mandi pagi, dan yang pasti tidak harus duduk lama di dalam kelas lagi. Penyebaran Covid 19 yang merambah begitu cepat, mengharuskan semua perguruan tinggi mengambil sikap waspada juga upaya pencegahan dengan
melakukan “lockdown” kampus beberapa waktu. Selain itu juga, memaksimalkan ‘open up’ kuliah metode daring dengan memanfaatkan teknologi virtual dan digital. Sistem kuliah tagar atau metode daring merupakan salah satu solusi yang tepat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, oleh karena berkerumun di kelas justru akan mempermudah penyebaran virus ini. Dengan penerapan metode daring, mahasiswa tidak perlu datang ke kampus untuk bertatap langsung dengan dosen. Cukup menyiapkan telepon pintar dan kuota yang banyak untuk bisa mengikuti kuliah. Terdengar menyenangkan dan sangat mudah. Mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan sambil makan, sambil rebahan atau sambil yoga juga bisa. Lalu mengapa masih banyak mahasiswa yang mengeluh? Ada beberapa hal yang membuat mahasiswa tidak menikmati kuliah #DiRumahAja. Metode kuliah daring mengharuskan mahasiswa berada di tempat dengan jaringan yang mendukung. Tidak jarang
jaringan menjadi penghambat kelancaran proses perkuliahan yang sedang berlangsung. Selain itu. Metode kuliah daring banyak menggunakan Video Conference (Vicon) seperti Google Meet dan Zoom meeting juga menguras banyak kuota, bahkan marak beberapa akun aplikasi Vicon mahasiswa bahkan juga dosen di-hack. Bayangkan saja setiap harinya kita menggunakan aplikasi ini untuk kurang lebih tiga mata kuliah dengan durasi yang cukup lama. Sementara itu, perekonomian keluarga beberapa mahasiswa di tengah Covid-19 ini juga menurun, sehingga jajan pun mau tak mau juga ikut dikurangi. Kuliah dengan metode daring juga memaksa mahasiswa harus duduk berlamalama menatap layar laptop atau smartphone-nya. Bukan tidak mungkin, dengan seperti itu peluang mahasiswa mengalami penyakit CVS (Computer Vision Syndrome) akan lebih besar. Tugas Kuliah Ada yang mengancam kesehatan mahasiswa, tapi bukan Corona,
Oleh: Nur Azizah jawabannya adalah tugas kuliah. Selama metode daring diterapkan, dosen-dosen tanpa ampun memberi tugas setiap hari. Ada yang selalu ada tapi bukan Doi. Yah itulah tugas kuliah! Tugas-tugas ini diberikan oleh pengajar dengan maksud agar mahasiswa tetap produktif dan aktif selama perkuliahan berlangsung #DiRumaAja. Namun, tidak banyak yang sadar bahwa sebenaranya tugas-tugas tersebut lebih mengancam dibanding corona. Jumlah tugas yang banyak ditambah deadline yang dekat membuat mahasiswa seperti habis lari maraton padahal hanya duduk di depan laptop. Belum
lagi perkuliahan kadang dmulai tidak sesuai jadwal. Dosen semaumaunya mengatur jadwal. Ada beberapa dosen yang biasa memilih perkuliahan malam, padahal ini jelas melanggar jadwal yang sudah ditetapkan. Penerapan metode daring merupakan solusi yang paling baik untuk mengatasi situasi saat ini. Namun dibutuhkan pengertian dari berbagai pihak untuk kelancaran pelaksanaannya. Semisal menggunakan Video Conference sesekali saja lalu kemudian dilanjutkan penjelasan di telegram atau whatsApp yang lebih bersahabat, juga pemberian tugas yang tidak berpotensi membunuh psikis mahasiswa karena merasa tertekan. Mahasiswa tidak menolak adanya tugas apalagi kuliah dengan metode daring, mahasiswa hanya berharap tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan mereka, tidak berlebihan dan membebani mahasiswa dengan tenggat waktu pengumpulan tugas. Semoga wabah Covid-19 segera berakhir. Tetaplah #dirumahaja. Stay safe, stay health. Penulis merupakan mahasiswan Jurusan Ilmu Keperawatan, Angkatan 2018.
Peran Pemuda Kala Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Agriculture Oleh: Nirwan
P
enyebaran virus SARSCoV-2 sebagai penyebab pandemi Covid-19 menjadi kegelisahan dan kekhawatiran banyak negara, termasuk Indonesia. Meski pemerintah sudah mengambil berbagai langkah strategis, bila kaum muda tak aktif memastikan advokasi kesehatan masyarakat dirasa tidak strategis. Dikarenakan menjadi kelompok masyarakat sipil yang memiliki jangkauan luas dan sumber daya potensial untuk mendorong kebijakan yang efektif dalam memastikan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia. Mantan Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara, pernah mengatakan bahwa pemuda memiliki peran besar dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Betapa tidak, anak muda memiliki persentase sebagai penular terbesar. “Yang menyebarkan virus adalah kita semua. Kita harus aware untuk
mencegah penularan virus, kita harus jaga jarak. Mulai dari diri sendiri karena kita bukan berperang dengan siapa pun tapi sedang berperang dengan diri sendiri,” ujar Belva dalam konferensi pers di BNPB Jakarta pada Senin, 23 Maret 2020. Pernyataan Belva bukan tanpa alasan. Bila dilihat dari 250 hingga 300 orang di Korea Selatan yang dites, sebanyak 30 persen yang terjangkit Covid-19 adalah anak muda usia 20 sampai 29 tahun. Angka ini tiga kali lebih besar dari generasi berusia 30-39, dan dua kali lebih besar dari generasi yang berumur 40 tahun ke atas. Peran penting menjadi tanggung jawab pemuda adalah memberikan sebuah solusi yang kongkrit dan solutif dalam masa paceklik seperti saat ini, tentu pemuda memiliki keahlian dan kemahiran masingmasing. Hal inilah yang perlu diasah agar tajam dalam situasi apapun. Yang pandai dalam dunia teknologi, ahli dalam kesehatan, mahir dalam media informasi, maka inilah yang perlu kita berdayakan dan terus dukung agar berperan dalam bidangnya masing-masing, tentu dibarengi dengan sistem yang mengedepankan konsep kolaborasi. Kondisi yang semakin mencekam seperti saat ini, tentu memiliki
dampak bagi seluruh elememen, tak terkecuali sejumlah sektor usaha di Tanah Air. Kondisi ini tentu akan berdampak pada beberapa sektor usaha seperti pariwisata dan perdagangan. Namun tidak dengan sektor pertanian. Sektor pertanian justru menjadi pengaman dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Produksi pertanian di masa pandemi ini harus tetap berjalan. Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar untuk sektor pertanian. Adanya wabah ini justru pertanian harus digenjot karena masyarakat sangat membutuhkan pangan yang sehat. Namun ditengah penyebaran virus ini, masyarakat diminta untuk tetap tinggal dirumah, melakukan sosial distancing, selalu cuci tangan dan tetap menjaga lingkungan sehat dan bersih. Ditambah lagi di beberapa daerah telah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, itu artinya pergerakan masyarakat akan dibatasi untuk keluar rumah. Dengan adanya imbauan untuk tetap di rumah, maka secara otomatis berdampak pada masyarakat luas, seperti banyak pengangguran karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), banyak warga kelaparan karena kurangnya pengahasilan dan masih
banyak lagi. Dengan adanya permasalahan yang kompleks diatas, maka yang paling penting yang dilakukan pemuda dari sekarang adalah tetap produktif walau dirumah. Program WFH (Work Farm Home) merupakan konsep bertani di rumah. Tidak sulit dibayangkan, hanya memanfaatkan lahan yang sempit serta media yang serba terbatas maka dapat menghasilkan pangan rumah tangga yang sehat serta terjangkau. Pemilihan jenis tanaman menjadi kunci dalam program ini, karena umur tanaman berbeda-beda, maka kita harus mentaktisinya dengan tanaman yang dapat tumbuh dan panen cepat, seperti sayur kangkung atau bayam yang hanya 2-3 pekan saja. Bertani dirumah adalah alternatif untuk mendukung pemerintah dalam ketahanan pangan nasional. Namun perlunya gerakan dalam mensosialisasikan dan mengajak masyarakat terdampak Covid-19 untuk bersama-sama bertani di rumah, dalam artian gerakan ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat untuk tetap produktif walau di rumah. Adanya program ini akan semakin banyak melahirkan petani muda yang mandiri dari
segi kebutuhan primer. Program ini tentunya tidak hanya berhenti setelah corona ini berakhir, namun sifatnya berkelanjutan. Selain itu, jika pemuda mampu melihat peluang yang ada maka akan lahirlah sebuah konsep yang sangat sederhana, namun memiliki hasil yang luas dan tentunya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Secara tidak sadar kita telah merdeka memenuhi kebutuhan pangan kita dengan cara Work Farm Home dan juga Pemuda Sosial Berskala Besar, dan akan mejadi sumber penghasilan jika pemuda mampu memanfaatkan peluang dan kondisi yang ada, salah satunya adalah menghasilkan profit atau keuntungan finansial dari bertani dari rumah. Harapan dari program ini adalah, adanya sinergitas dan kolaborasi lintas sektor atau stakeholder yang ada untuk bersama-sama membangun negeri, walau dalam situasi mencekik perekonomian bangsa indonesia saat ini. Karena langkah kecil adalah awal dari sebuah keberhasilan. Penulis merupakan Mahasiswa Sosek Pertanian Fakultas Pertanian, Unhas, Angkatan 2015.
5
RESENSI
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Data Film Judul
: The Bajau
Sutradara : Dandy Laksono Produksi. : WatchdoC Durasi
: 80 menit
ISTIMEWA
S
The Bajau : Problematika Suku Pengembara Lautan
ejak dulu, Indonesia telah dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki tradisi maritim. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penduduk Indonesia yang menjadi pelaut ulung. Bahkan ada suku yang tinggal dan menetap di laut, mengapung di atas perahu, dan menjelajah bentangan laut, seperti suku Bajo. Hal inilah yang diperlihatkan Dandhy Laksono dalam film yang berjudul The Bajau. Film dokumenter yang berdurasi 80 menit ini mencoba menceritakan kisah suku Bajo yang hidup di perairan Torosiaje, Gorontalo dan perairan Marombo, Konawe Utara. Suku Bajo terkenal sebagai kelompok masyarakat yang berani mengembarai lautan dengan perahu tradisional. Film ini diproduksi oleh WatchdoC, sebuah rumah produksi yang telah ada sejak tahun 2009. Hadir dengan misi utama memproduksi film-film dokumenter yang bertemakan keadilan sosial serta hak asasi manusia. Bagi WatchdoC dokumenter
merupakan audio visual yang sangat strategis yang menggabungkan kemudahan media, di tengah makin ditinggalkannya sumber informasi lama, seperti buku dan jurnal. Di awal film dinarasikan penangkapan 500 keluarga suku Bajo karena dianggap sebagai nelayan asing oleh pemerintah Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina pun tidak mengakui mereka sebagai warga negaranya. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak memiliki identitas resmi. Lalu dengan dalih memberikan kehidupan yang lebih baik, pada tahun 2014 melalui Dinas Sosial, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk memukimkan mereka di daratan agar memiliki identitas sebagai warga negara. Dalam film ini kita disajikan keseharian suku Bajo pada masa sekarang. Seperti yang diperlihatkan pada permulaan film, sebuah ritual penolak bala di laut dengan menjadikan penyu dan nasi sebagai sesajen. Sebelum meneggelamkan sesajen ke laut, para tetuah suku Bajo tak henti-hentinya berdoa
menggunakan bahasa suku Bajo maupun Arab. Berdasarkan ilustrasi tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa identitas suku Bajo sebagai orang laut. Selain itu, film tersebut juga mencoba membandingkan kehidupan antara masyarakat Bajo yang ada di Torosiaje dan Marombo. Suku Bajo yang ada di perairan Torosiaje relatif lebih baik dibandingkan yang ada di Marombo. Di Torosiaje mereka masih bisa melaut di perairan yang jernih. Habitat ikan yang masih terawat, sehingga hasil tangkapan melimpah. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan suku Bajo yang ada di Marombo. Kondisinya sangat memperihatinkan. Mereka harus melaut di perairan yang dangkal dan keruh akibat dari limbah tambang nikel. Sejak pemeritah Indonesia mengambil kebijakan untuk memukimkan mereka, identitasnya sebagai suku pelaut kian sirna. Dalam film tersebut seorang Bajo yang ada di Marombo menuturkan, Dinas Sosial meminta mereka
tinggal di rumah agar lebih aman, dan anak-anak mereka bisa bersekolah. Justru hal ini sangat dilematis karena bertentangan dengan kebiasaan orang Bajo. Selama berabad-abad mereka hidup mengembarai lautan, kemudian mereka dipaksa untuk menjalani kehidupan darat. Selama mengikuti program pemerintah, masyarakat Bajo yang ada di perairan Marombo, Konawe Utara terus menghadapi masalah baru. Di darat mereka pernah menggarap lahan pertanian, akan tetapi lahan tersebut kemudian digusur. Bahkan, selama penggusuran, mereka tidak diberikan ganti rugi sepeserpun. Mereka merasa dibohongi, tutur seorang Bajo dalam film tersebut. Kehidupan mereka menjadi serba salah. Di darat mereka harus terampil sebagaimana mestinya orang darat. Sementara di laut tempat mereka menggantungkan hidup selama berabad abad sudah tercemari akibat adanya aktivitas tambang nikel. Di akhir film dinarasikan maraknya eksploitasi alam di
AGENDA Catat tanggal pentinya, yaa! Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2020 Pendaftaran UTBK dan SBMPTN: 2-20 Juni Tes UTBK: 5-12 Juli Pengumuman: 25 Juli Registrasi Online: 26-31 Juli
Verifikasi UKT Online: 1-7 Agustus Pembayaran UKT: 2-10 Agustus P2KMB: 12-15 Agustus Kuliah Perdana: 18 Agustus
Sulawesi Tenggara, berupa tambang dan perkebunan sawit. Tercatat, ada 141 izin usaha tambang dan 400 ribu hektar perkebunan sawit. Akibat eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup parah, sehingga merugikan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Bajo. Air laut yang semakin keruh, serta hutan yang mulai hilang daya serapnya akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit. Selain itu diakhir film diilustrasikan Banjir yang melanda Konawe Utara akibat rusaknya lingkungan. Lewat Film dokumentasi The Bajau ini, Dandhy Laksono memberikan serangkaian kritik sosial terhadap pihak-pihak yang berwenang. Di mana pemerintah terlalu gampang memberikan izin bagi para perusahaan tambang, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap manusia di sekelilingnya. Muh. Alif
SASTRA
6
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Memento Mori Oleh: Risman Amala Fitra
A
ku sudah menjadi hantu sekarang. Besar inginku untuk datang menemuinya yang jauh di sana. Kira-kira apa yang akan dia katakan padaku? Pasti dia akan terkejut setengah mati. Aku sudah mati, jelas-jelas sudah mati. Apalagi yang bisa kuharapkan sekarang? Aku akan mencoba mengunjunginya. Sekarang aku sedang berjalan di tepi jalanan kota, di mana orang-orang sibuk berlalulalang dan tidak satupun memerhatikanku. Aku benar-benar sudah mati. Satu-satunya yang ingin kulakukan adalah menemuinya. Aku ingat ada hal yang harus kusampaikan padanya, tapi aku lupa. Yang penting adalah aku harus menemuinya. Mungkin setelah aku melihatnya, aku akan ingat semuanya.
Aku benar-benar sudah mati. Tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa mati. Aku tidak ingat banyak hal, yang pasti aku harus menemuinya. Aku berjalan dengan setelan jas menempel di badanku. Terik matahari harusnya panas, tapi aku tidak merasakannya sedikit pun. Apa yang terjadi sebelum aku mati? Apakah aku baru saja menghadiri acara resmi, atau bagaimana? Aku tidak ingat. Aku berjalan di trotoar sebelah kanan. Gedung-gedung tinggi melindungiku dari terik matahari, meskipun itu tidak ada gunanya lagi. Aku teringat akan dirinya. Aku teringat bahwa aku punya seorang kekasih yang selalu ceria. Namun, sekarang bahkan aku lupa wajahnya. Aku hanya perlu mencarinya. Berharap ketika aku menemuinya aku akan ingat semua jawaban dari ssegala
pertanyaanku. Aku rindu momen ketika kami duduk berdua di sebuah undakan di tepi pantai. Dibisiknya kalimat, “ Aku ingin sehidup dan semati denganmu.” Bagaimana sekarang? Aku berharap ia tidak menyusulku. Tunggu saja aku di sana, aku akan datang membawa pesan terakhirku. Tapi pesan apa? Aku harus menemuimu. Aku benar-benar harus menemuimu. Aku berjalan di atas aspal basah di bawah terik mentari. Tapi itu bukanlah air, fatamorgana membuat aspalnya terlihat basah. Aku berjalan tanpa alas kaki. Tapi tidak perlu khawatir, tidak kurasakan rasa panas sedikitpun. Sudah berjam-jam aku berjalan, kakiku sudah mulai lelah berjalan. Tapi aku bahkan ragu apakah aku masih punya kaki. Kurasa masih ada, tapi rasanya tidak lagi sama dengan saat aku masih hidup. Aku bahkan lupa bagaimana rasanya berjalan di atas trotoar panas tanpa alas kaki. Aku berjalan sangat lama, benarbenar sudah sangat jauh. Kakiku mulai lelah berjalan, tapi tetap kupaksakan berjalan. Mungkin tidak ada salahnya istirahat. Hantu juga dibolehkan istirahat kan? Aku duduk di sebuah halte yang dicat merah. Enam bocah berlarian di depanku, salah satunya menembusku. Empat laki-laki dan dua perempuan. Dipimpin oleh seorang bocah laki-laki bertopi merah, penuh semangat ingin menunjukkan sesuatu pada temannya. Salah seorang yang paling kecil di antara mereka memandangku. Apakah ia bisa melihatku? Ia berlalu tanpa mengalihkan pandangannya dariku dengan wajah heran. Hingga di ujung halte, ia harus lari, menyusul teman-temannya yang lain. Aku pernah kecil seperti mereka. Aku juga pernah punya teman-teman seperti mereka. Tapi aku lupa semuanya. Aku memandang langit biru yang indah, awan mengambang menurut arah angin. Aku sadar betapa indahnya pemandangan itu. Kuharap ia juga melihatnya. Aku harus menemuinya! Aku melanjutkan perjalanku, perjalanan yang sudah sangat panjang. Telah kuhabiskan entah berapa siang dan malam
untuk terus berjalan. Aku bahkan tidak tahu belokan mana yang benar, jalan mana yang benar, dan masih berapa jauh lagi. Bahkan aku tidak punya peta yang bisa menuntunku. Aku hanya mengikuti kemana kakiku melangkah. Aku pun ragu apakah kakiku masih bisa disebut kaki. Semua kendaraan sibuk berlalu-lalang. Tidak ada satupun yang menghiraukanku, mereka tetap melaju. Mereka punya kendaraan, mereka punya arah dan tujuan. Sampai tanda tanya besar muncul di benakku, kenapa aku berjalan? Aku ingat pernah punya mobil favoritku. Mobil berwarna biru seperti langit, yang sering aku pakai untuk menjemputnya. Kami sering bernyanyi di dalam mobil, aku sangat ingat momen itu. Tapi lagu apa yang kami nyanyikan? Aku benar-benar harus menemuinya. Terlalu banyak pertanyaan yang harus kuajukan padanya. Aku tetap berjalan meskipun sudah lama sekali tidak makan atau minum. Hantu tidak lagi butuh itu. Aku ingat pernah makan malam romantis bersamanya, kami bercerita tentang kehidupan di masa depan. Tapi aku tidak ingat apa yang kami makan saat itu, masa depan apa yang kami bahas saat itu. Memandang setelan jas dengan dasi hitamku, apakah aku mati di hari pernikahanku dengannya? Aku berjalan sendirian, benar-benar sendirian. Tidak ada seorangpun yang menyapaku, bahkan tidak ada yang bisa melihatku. Aku ingat ada orangorang yang sangat gemar menyapaku, meskipun aku tidak ingat siapa orangorang itu. Tepat di bawah sebuah pohon trambesi di depanku, berlindung dari terik mentari, seorang gadis cantik berusia 17 tahun dengan kostum onepiece melekat di tubuhnya. Ia bisa melihatku, bisa kupastikan itu. Kudekati ia yang mulai malu-malu, bertanya ada apa gerangan. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Aku sedang menunggu kekasihku, dia bilang akan menjemputku di sini. Tapi sudah hampir satu tahun aku menunggu di sini, ia tidak pernah datang. Akupun tidak tahu jalan pulang.” jelasnya. Ia sama sepertiku, sudah mati. Benar-benar sudah mati. Aku tidak bisa membantunya, jadi kulanjutkan saja perjalananku. “Aku pergi dulu!” dibalasnya dengan
anggukan. Aku sudah hampir sampai. Benarbenar hampir sampai, firasatku berkata demikian. Aku mempercepat langkahku, mengubahnya menjadi larian kecil. Aku mulai ingat jalan yang ini, jalanan yang selalu kulalui ketika pulang ke rumah. Ingatanku perlahan mulai kembali. Aku berhenti di sebuah pemakaman yang nampak sangat sepi. Tidak ada orang kecuali seorang gadis berambut panjang yang berdiri di sisi sebuah nisan. Betapa senangnya diriku. Itu dia, benar-benar dia. Tidak salah lagi, dialah kekasihku yang selama ini kucari. Dia berdiri di sana, menatap sebuah nisan dengan wajah kosong. Aku berlari ke arahnya, kebahagiaanku benar-benar meluap. Aku ingat semua pertanyaan yang harus kuajukan padanya, aku ingat semua hal tentangnya. Aku ingat betapa ia mencintaiku, dan betapa aku mencintainya. Pesan terakhirku adalah, aku ingin meminta maaf karena meninggalkannya sendirian, aku harus mengucapkan kata cinta terakhir beserta selamat tinggal. Aku berhenti tepat di sampingnya. Air matanya jatuh tak terhitung, menimpa gundukan tanah yang bertabur bunga warna-warni. Tertulis namaku di nisan itu, aku benarbenar sudah mati. Aku tersenyum padanya, air mataku sudah tidak tertahankan lagi. Kubayangkan hariku tanpanya, dan harinya tanpaku. Kami akan sangat merindu satu sama lain. Tapi ia harus tetap hidup. Ia harus bangkit dari kesedihan atas kehilangan diriku. Kudekatkan bibirku ke telinganya, kubisikkan pesan terakhir yang harus kusampaikan padanya dengan sangatsangat lembut. “Maaf, aku harus pergi meninggalkanmu sendirian. Terima kasih sudah menemaniku selama ini, tetaplah hidup. Tolong jangan lupakan aku, “ tangisku pecah, hatiku benarbenar sakit. Ku kuatkan diriku untuk mengucapkan kalimat terkhir, “... Aku mencintaimu, Hana.” Ia terkesiap, seakan menyadari perkataanku. Aku merasa lega, perjuanganku akhirnya membuahkan hasil. Aku berhasil menemukannya. Tapi jawaban yang kuperoleh dari banyaknya pertanyaanku itu, semua sama. Dia tidak bisa melihatku.
Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Angkatan 2019
ILUSTRASI/ RISMAN AMALA FITRA
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
SASTRA
7
Kepergian Sang Kekasih
Sekelebat Cerita Pendek
Oleh : Fika Saputri
Oleh : Iswatun Khazanah
Kala itu kau selalu menjadi bayang-bayang
Ini cerita lelucon tentang anak muda Selalu cinta yang menenggelamkan nalar Menggebu, membabi buta asbab pelik Menangis lalu menyalahkan tuhan
Seperti bintang menghiasi langit Dan lautan yang menyatukan belahan benua Diri ini tak kau lepaskan dengan mudahnya Aku menerima nasibku di tanganmu
Bangsat pula ini anak muda Larangan dikerjakan, dikenyan lantas ditelan Merajut kasih tanpa tahu sebab akibat Merasuk raga yang luput ilmu agama
Hingga datang suatu hari Ku ingin menjadi bebas juga Seperti burung yang tak punya sangkar
Lucu pula ini anak muda Kabarnya ia ditinggalkan Dengan badan berisi insan Merangkak ke kubah-kubah berlambang bulan dan bintang Meraung dalam kegelapan mendalam Kendati sakit hati
Seperti kupu-kupu yang berkeliling dunia Dan angin yang berembus mengarungi samudra Aku berseru padamu Nantikanlah aku, aku akan kembali
Persetan ini anak muda Dia pikir dia siapa? Sekonyong-konyong garam kecap belum disantap Merasa diri hamba tuhan setelah kotor Sudah itu, ingin mati dengan identitas lenyap Lalu dikabulkan
Kembali memelukmu Berbaring di pangkuanmu Dan makan dari suapanmu Tak kusangka! Cerita indah kini menjadi lebur
Sependek itu kisah anak muda Dirongrong kejam Lalu padam
Seperti besi terkoyak api Ketangguhan hati terkhianat Oleh dirimu yang beranjak pergi
Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan GeoďŹ sika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2018
Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Angkatan 2018 ILUSTRASI/WANDI JANWAR
Balas
Ratapan Kerinduan
Oleh : Iswatun Khazanah
Oleh : Ratmanda
Membatu serbuk kelopak raga Bius mati bak hilang tanpa aral
Tak kala ia duduk di depan rumah
Ia masih bertahan
Krakatau amuk, hatiku lebih
Rerumputan kian tumbuh
Enggan untuk beranjak
Redam sahaja harap pulih
Pagar bambu berjejer bak serdadu
Bertahan dalam keyakinan
Ia hanya memandang dengan mata sayu
Rambut putihnya semakin banyak
Sesenggukan berlari selebihnya terjatuh
Pakaiannya kian usang
Ia tahu
Meraung pada hampa berdinding asih
Kursi tak lagi menopang
Waktu akan membawa jawaban
Terbasuh rasuk relung hati
Kulitnya tak lagi indah
Ia tahu
Menyender asing wujud rentetan ancai
Kini, ia menua
Sebab penantiannya berakhir penyambutan
Mengabdi bodoh pada ciptaan tuhan
Hujan kala itu tak menyapa
Serasa abid terpikir untuk menetap
Terikpun tak memberi petanda
Penulis merupakan Mahasiswa
Bak peribahasa seperti pinang pulang ke tampuknya
Nyanyian angin tak lagi merdu
Antropologi, Fakultas Ilmu
Malah Status quo nya raga dicampakkan
Kicauan burung juga kian sendu
Berlaku ricuh tanpa pamrih
Sosial dan Ilmu Politik, Angkatan 2017
Pergilah bersama luka rasa Sungguh inginku berkesudahan Tak puaskah sudah memporak porandakan? Mencaci harga diri lalu membatin senang? Perih Rasanya dicekam dengan ringkas Kendati sakit harus kuraih Semua kan terbalas Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan GeoďŹ sika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2018
ILUSTRASI/WANDI JANWAR
RAMPAI
8
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Bangun Kejayaan Maritim Melalui Organisasi Maritim Muda Nusantara Bangun kejayaan maritim dengan aksi nyata. Berbagi dan membangun negeri dengan bergerak karena kesadaran dan berbuat karena dibutuhkan.
I
ndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Tak heran jika Indonesia memiliki gelar sebagai negara maritim. Berbicara soal maritim, Indonesia perlu mengembangkan sumber daya manusia, ilmu pengetahun, dan teknologi untuk mengelolah negaranya. Hal ini dapat dimulai dari hal kecil, misalnya dari tingkat komunitas. Seperti yang dilakukan oleh Kaisar Akhir SIK MSc, alumnus World Maritime University. Ia membentuk sebuah organisasi kepemudaan nasional Maritim Muda Nusantara yang bergerak di bidang kemaritiman. Pada awalnya, organisasi yang diresmikan sejak 13 Desember 2018 ini berbentuk komunitas bernama Maritim Muda Indonesia. Berjalannya waktu, proses legalisasi
komunitas menjadi organisasi masyarakat berbentuk perkumpulan pun dilakukan. Akhirnya pada tanggal 14 Februari 2019, organisasi ini telah mendapatkan pengesahan sebagai Badan Hukum Perkumpulan Maritim Muda Nusantara, melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0001244.AH.01.07.Tahun 2019. Ketua Umum Maritim Muda Nusantara, Kaisar Akhir SIK MSc menjelaskan alasan pemilihan nama organisasi tersebut. Menurutnya, nama maritim mewakili organisasi yang bergerak di bidang maritim. Kata muda dikarenakan anggota dan sasaran utama kegiatan adalah para pemuda. Sedangkan, nusantara dipilih karena tanggal pembentukan organisasi ini yaitu 13
Desember 2018 bertepatan dengan Hari Nusantara. “Kami ingin organisasi ini juga bisa menggelorakan Wawasan Nusantara bahwa wilayah laut, udara, dan daratan Indonesia merupakan satu kesatuan negara kepulauan. Baik dari Aceh hingga Papua, dan Miangas hingga Rote dengan laut sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia,” jelas Kaisar, Sabtu (23/5). Hingga saat ini, organisasi tersebut telah melebarkan sayap ke berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan (Sulsel). Terhitung lebih dari 1300 pemuda seluruh Indonesia telah tergabung dalam organisasi ini. Di Sulsel, Maritim Muda Nusantara didirikan oleh Syafriman Ali, alumnus Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas.
Fokus utama dari organisasi ini, yakni pengembangan sumber daya manusia, pengembangan Iptek, dan penguatan budaya maritim. Pada Agustus 2019 lalu, Maritim Muda Nusantara berhasil membuat terobosan dan rekor rapat kerja digital nasional 34 provinsi pertama di Indonesia. Rakernas digital ini didukung oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dengan disediakannya Ruang Rapat di Lt. 21 Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman sebagai Pusat Penyelenggaraan Rakernas Digital tersebut. Tak hanya itu, Mei 2020, Maritim Muda Nusantara mendapatkan penghargaan Indonesia Most Trusted Company 2020 dari Majalah Penghargaan Indonesia. Bahkan, saat ini Maritim Muda Nusantara juga telah menghasilkan dua karya yang dimanfaatkan bersama Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, yaitu website peradabannusantara. id untuk meningkatkan literasi kemaritiman, sejarah peradaban nusantara, dan jalur rempah Indonesia, dan website pakarlaut. id untuk menghubungkan dan mendata pakar kelautan/
kemaritiman di Indonesia. Syafri berharap agar program maupun target yang ia miliki dapat menghasilkan terobosan di bidang kemaritiman, khususnya Sulsel. “Kami berharap agar target kita bisa menghasilkan terobosan di bidang kemaritiman, khususnya untuk Sulsel. Mulai dari regulasi hingga aksi nyata di sektor maritim yang bisa menjadikan Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur”, harapnya. Oleh karena itu, kita harus terus berbuat, bergerak, dan mengabdi tanpa berharap hasil yang lebih. Syafri mengatakan bahwa negeri ini telah banyak memberikan kehidupan. Laut masih terlihat biru, tetapi tak akan selalu tetap terlihat biru. “Kita tak pernah tahu, segala sesuatu yang terkandung dalam laut tersebut, apakah laut tersebut akan memberi kita manfaat atau mendatangkan kita musibah. Dengan demikian, kita harus menjaga dan memeliharanya agar ia tetap terlihat biru sehingga ia dapat memberi kehidupan bagi lingkungan sekitarnya,” ajaknya. Melika Nurjihan
SANTAI
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
TTS
Tema: Pandemi Covid-19
9
Mendatar 3. Mengunci akses masuk dan keluar pada suatu wilayah atau negara disertai sanksi tegas 4. Agen infeksi berukuran kecil yang bereproduksi di dalam sel inang yang hidup 6. Peningkatan mendadak dalam jumlah kasus penyakit 9. Metode pemeriksaan cepat untuk mendeteksi virus corona 11.Tindakan memisahkan orang yang tidak dan sudah sakit COVID-19 13. Penularan atau infeksi penyakit dalam skala yang lebih luas 15. Memisahkan atau membatasi pergerakan seseorang yang sempat terpapar penyakit namun tidak mengalami gejala Menurun 1. Pemeriksaan medis untuk mengetahui adanya virus corona di dalam tubuh 2. Satu kelompok dengan satu kejadian kesehatan yang sama 5. Corona Virus Disease (singkatan) 7. Orang yang masuk dalam kategori ini sudah dirawat oleh tenaga kesehatan (menjadi pasien) dan menunjukkan gejala sakit seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas 8. Sampel dari organisme yang diambil untuk mengetes ada tidaknya virus di dalamnya 10. Pembatasan Sosial Berskala Besar yang diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia 12. Teknologi Polymerase Chain Reaction yang digunakan dalam metode pemeriksaan swab test 14. Istilah yang berarti penyakit sudah menyebar ke seluruh dunia hingga sulit dikendalikan
Cari Kata Identitas Redaktur Reporter Magang Korlip SDM Kampusiana Civitas Kronik
Rampai Potret Lintas Bundel SDR Wansus Laput Ipteks Resensi
Ketentuan Penebak 1. Civitas akademika Unhas 2. Tulis jawaban di kolom yang telah disediakan 3. Foto jawaban Anda dan Posting di instagram, jangan lupa tag @identitas_unhas dan mention lima orang temanmu untuk ikut kuis ini
4. Pastikan akun Anda tidak privat 5. Pemenang terpilih akan dikonďŹ rmasi melalui Dirrect Messanges (DM) instagram 6. Pemenang terpilih akan mendapatkan hadiah menarik dari pihak redaksi PK identitas Unhas
10
identitas
POTRET
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Membantu sesama
Berbagi Masker di Tengah Keterbatasan
S
Foto dann naskah: Santi Kartini
ore itu, sekitar pukul 16.00 Wita saya berkesempatan mengunjungi Posko Gorila Search and Rescue (UKM SAR) Unhas, Selasa (28/4). Setibanya di sana, anggota SAR masih disibukkan dengan lembaran kain perca. Ada yang sedang menggunting kain, melipat, dan menjahit. Kain tersebut dikumpulkan dari anggota SAR untuk dijahit menjadi masker. Katua Umum SAR, Fajar Bakti mengatakan, kegitan tersebut sebagai respon dari kurangnya Alat Perlindung
Diri(APD) yang menjadi salah satu kebutuhan dalam pencegahan virus corona. Masker kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Kurang Lebih 30 menit, 100 masker kain yang dibuat selama tiga hari siap dibagikan. Kami menaiki mobil dinas SAR menuju lampu merah di Jalan Urip Sumoharjo. Ini adalah pembagian pertama yang akan terus dilakukan selama pandemi. Lebih jelasnya berikut kami sajikan beberapa potret pembuatan masker kain dan proses pendistribusiannya.
Menggunting kain
Menuju Lokasi
Menjahit Kain
Membagikan Masker
identitas NO.identitas 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
LAPORAN UTAMA
11
IDENTITAS/MUSTHAIN
Sengkarut Kuliah Online
A
stika berjalan kaki berkilokilo meter untuk bisa mencapai ketinggian Desa Balleanging, Kecamatan Ujungloe, Bulukumba. Sesampainya di ketinggian, ia menggantungkan gawai miliknya ke sebuah pohon. Sambil berdiri, ia menunggu jaringan beberapa saat, lalu memulai menatap layar gawainya untuk mengikuti perkuliahan daring. “Di rumah koneksinya buruk, terus saya cari ketinggian agar dapat jaringan yang bagus,” ujar mahasiswi Agroteknologi ini. Kegiatan belajar mengajar di Unhas memang terpaksa berubah menyesuaikan protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19 dengan mewajibkan aktivitas perkuliahan dilakukan secara daring. Nyatanya, tidak semua mahasiswa dimudahkan akan hal itu. Kuliah daring justru menuai keluhan dari mahasiswa. Permasalahannya beragam, mulai dari masalah koneksi, kuota, hingga kualitas perkuliahan. Buktinya, mahasiswa angkatan 2017 ini juga mengeluh, karena virus corona, semua mata kuliah kini memakai sistem daring. Masalah terbesarnya, yaitu kualitas jaringan di kampung halaman. Ketika koneksi kembali buruk, dampaknya ia juga susah menangkap apa yang disampaikan oleh dosen. “Susah nangkap ki’ juga. Absen pun terlambat karena handphone
saya gantung. Ada pi’ teman yang menelpon baru ka’ buka handphone lagi,” tuturnya. Selain itu, menurutnya, tugas tak ada henti-hentinya diberikan oleh dosen. Hal ini membuatnya harus keluar rumah saat malam tiba. “Saya harus keluar saat malam hari supaya bisa kerja tugas. Biasanya, sampai larut malam,” keluhnya. Keuangan yang menipis di tengah pandemi membuat Astika juga kesulitan membeli kuota. Alhasil, ia kadang tidak bisa aktif mengikuti perkuliahan. ‘’Saya mengeluarkan 10 GB sampai 15 GB kuota dengan harga sebesar Rp 75.000 perminggu. Tentunya di masa pandemi ini keuangan tidak stabil untuk membeli kouta terus menerus sehingga terkadang saya tidak bisa ikut aktif kuliah,” jelasnya. Dihubungi PK identitas, Selasa (16/5/2020), A.Erasiah Bugi Amandari, mahasiswi Departemen Sosiologi mengatakan aman terkait koneksi karena tinggal di sekitar Kota Makassar. Namun, ia juga menuturkan sejumlah kendalanya saat mengikuti perkuliahan secara daring. “Tugas menumpuk, belum selesai yang satu tugas yang baru sudah muncul. Saya juga sering ketinggalan absen diakibatkan perubahan jadwal kuliah yang tidak tentu dari dosen. Jika sudah telat dikira alasan, jadi dianggap tidak hadir,” keluhnya.
Di samping tugas yang diberikan terlalu banyak, ia juga mengeluhkan dosen yang tidak memberikan penjelasan terkait materi perkuliahan. Hal ini membuatnya kesulitan saat belajar sendiri dari rumah. “Masih ada dosen yang tidak pernah menjelaskan materi dan mengevaluasi materi yang diberikan. Ya, sekadar kirim dan suruh baca. Tahu-tahu langsung final,” terangnya. Kuliah daring pun nyatanya membutuhkan paket data seluler dengan jumlah besar, yang berarti subsidi pulsa sebesar 150 ribu dari pihak kampus tidak mengcover perkuliahan yang ada selama dua bulan berjalan. Dalam seminggu, Manda, panggilan akrabnya, menghabiskan uang lebih dari Rp 150 ribu untuk membeli paket data. “Saya habis 150 ribu lebih perminggu. Aplikasi Zoom saja bisa habis berapa MB satu kali pakai. Biasanya saya beli kuota, 60 ribu hanya dapat beberapa GB saja. Tidak cukup beberapa hari habis mi’,” kesalnya. Mahasiswi angkatan 2019 ini mengatakan, kebanyakan dari teman-temannya juga mempertanyakan terkait pengalihan uang UKT karena mereka tidak menikmati fasilitas kampus selama pandemi corona. “Saran saya terhadap pihak
birokrat perlu adanya kebijakan bagi para dosen terhadap mahasiswa dalam meringankan pemberian tugas daring,’’ tutupnya. Ali Sakir, Mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2019 mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya kuliah tatap muka sangat berbeda dengan pertemuan daring. “Saya menilai, perbandingan beban tugas itu sangat intens pada saat perkuliahan daring. Menjadi problem juga ketika dosen tidak menjelaskan materi tapi hanya memberikan tugas saja,” jelasnya. Sakir juga menyesalkan sikap dosen yang masih memberi banyak tugas saat menjelang final. “Saya pikir tugas-tugas sudah tidak ada lagi, tetapi faktanya tidak demikian, justru tugas semakin padat dan deadline yang dekat. Di sisi lain saya mau siap-siap menghadapi final,” jelasnya. Ia pun berharap agar setiap dosen diberikan panduan dalam pelaksanaan kuliah daring. Terkendala Koneksi Internet, Mahasiswa Unhas Meninggal Dilansir dari laman kompas. com, mahasiswa Unhas bernama Rudi Salam, Departemen Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian yang berasal dari Tana Ejaya, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai terpaksa harus naik ke lantai
dua masjid pada Rabu malam (6/5/2020). Mahasiswa angkatan 2013 ini melakukannya demi mendapatkan internet karena di kampung halamannya masih sulit dijangkau jaringan internet seluler. Sayangnya, niat untuk mendapatkan ilmu sekaligus nilai itu justru membuatnya terjatuh. Nyawanya pun tak bisa diselamatkan akibat peristiwa itu. Informasi ini pun sudah sampai ke telinga Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu. “Innallillahi wa inna ilaihi roji’un. Ya Allah, semoga almarhum husnul khatimah karena wafat sedang ikhtiar untuk kebaikan,” bunyi ucapan bela sungkawa dari rektor dalam sebuah grup Whatsapp. Kejadian semacam ini bukan yang pertama kali terjadi di tengah kegiatan belajar mengajar saat pandemi COVID-19. Sebelumnya, dilansir dari news.detik.com, awal April 2020 lalu, mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Makassar juga meninggal. Ia meninggal dalam kecelakaan lalu lintas ketika sedang mencari lokasi yang jaringan internetnya bagus untuk kuliah daring di kampung halamannya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Tim Laput
12
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
LAPORAN UTAMA
DOKUMENTASI HUMAS
Langkah Sigap Unhas Tangani Covid-19 di Sulsel
P
enyebaran virus corona atau Covid-19 tidak mengenal batas wilayah. Virus jenis baru ini sudah menyebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Termasuk juga di Sulawesi Selatan (Sulsel). Melansir laman resmi Pemerintah Sulsel, covid19. sulselprov.go.id, tercatat 506 kasus positif Covid-19. Sementara orang dalam pemantauan (ODP) tercatat 916 serta 286 yang merupakan pasien dalam pengawasan (PDP). Data tersebut tercatat per Sabtu, 16 Mei 2020. Sulsel yang menjadi provinsi dengan kasus positif Covid-19 terbanyak di luar Pulau Jawa tentunya mengundang perhatian khusus. Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang berada di Kota Makassar mengambil langkah sigap. Kampus yang dipimpin Rektor Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA ini membentuk Tim Satgas Covid-19 Unhas sebagai upaya menangani pandemi Covid-19
yang penyebarannya terjadi begitu cepat. Setelah dibentuk, Pemerintah Kota Makassar menggandeng Tim Satgas Covid-19 Unhas untuk melakukan intervensi terhadap wilayah yang dinilai berisiko tinggi penularan virus. Rapat koordinasi pun dilangsungkan pada, Sabtu (14/4/2020) di Posko Induk Info Covid-19 Makassar di Balai Mutiara, Jalan. Nikel Makassar. “Kalau kita lihat data, Kota Makassar ini adalah episentrum di Sulawesi Selatan. Kita perlu mengidentifikasi, di Kota Makassar ini episentrumnya ada dimana saja. Nah, kita perlu merumuskan strategi intervensi di situ,” kata Dwia dalam rapat tersebut. Setelah rapat koordinasi dilakukan, Tim Satgas Covid-19 Unhas mulai melakukan upaya pencegahan penyebaran virus corona. Tim kemudian membagikan ribuan masker kepada warga Makassar, Sabtu (14/4/2020). Prof Dr dr Nurpudji Astuti Daud MPH
SpGK (K) turun tangan sebagai koordinator. Pembagian masker ini dilakukan sebagaimana imbauan pemerintah untuk menggunakan masker kain ketika hendak keluar rumah. “Kami menerima bantuan masker kain yang cukup banyak dari donatur. Olehnya itu, bantuan ini kami selaraskan dengan imbauan pemerintah yang menganjurkan agar seluruh masyarakat yang sehat agar menggunakan masker,” katanya sebagaimana dalam keterangan tertulis Humas Unhas. Berbagai pihak pun turut andil dalam mendukung upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 yang dilakukan Tim Satgas Covid-19 Unhas. Tim Satgas Covid-19 Unhas menerima Rp 30 juta bantuan dari PT. Astra Honda Motor (AHM). Serah terima bantuan dilangsungkan di Aula RS Unhas, Kamis (23/4/2020). Ketua Tim Satgas Covid-19 Unhas, Prof dr Budu menyampaikan berbagai kegiatan yang telah
dilakukan tim yang dipimpinnya. “Hingga saat ini, kami telah menerima lebih dari 1,7 miliar dana dan ribuan bantuan dalam bentuk barang,” kata Budu yang juga sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unhas. Sebagian besar donasi yang diterima Tim Satgas Covid-19 Unhas ini digunakan untuk pengadaan alat pelindung diri (APD). Alat tersebut kemudian didistribusikan kepada rumah sakit yang membutuhkan. Melalui Tim Satgas Covid-19 Unhas, berbagai lembaga turut menyalurkan bantuan sebagai upaya menekan penyebaran virus. Tim Satgas Covid-19 Unhas juga menerima bantuan dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulselbar, PT Mars Indonesia, Komunitas Sister dari Alumni SMP 12, serta dari PDI Perjuangan Sulsel. Bantuan-bantuan tersebut disalurkan untuk membantu mendukung kinerja paramedis menangani pasien Covid-19. Penanggungjawab Posko Induk Satgas Covid-19 Unhas, dr Priady
Wira Prasetia menyampaikan terima kasih kepada para donatur. Priady menjelaskan, bantuan yang diterima Tim Satgas Covid-19 Unhas disalurkan ke sejumlah rumah sakit sesuai data kebutuhan berdasarkan permintaan tenaga kerja medis. “Kami juga memaksimalkan dalam hal koordinasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis. Donasi yang diterima disalurkan langsung ke rumah sakit atau instansi terkait yang membutuhkan,” katanya sebagaimana dalam keterangan tertulis Humas Unhas, Kamis(14/5/2020). Adapun upaya Tim Satgas Covid-19 Unhas dalam meningkatkan kepedulian serta kepercayaan berdonasi dilakukan dengan cara mempublikasikan secara rutin perkembangan bantuan. Publikasi tersebut berupa sumber donasi yang diperoleh, serta manfaat dari penyaluran donasi. Tim Laput
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
13 9
IDENTITAS/ARISAL
Pandemi, Skripsi pun tak Selesai
S
eluruh dunia sedang dilanda pandemi. Semua aktivitas termasuk perkuliahan dirumahkan. Tak ada lagi pertemuan tatap muka seperti biasanya. Juga bimbingan, seminar, dan ujian, semuanya terlaksana secara online. Ada yang mulai terbiasa dengan sistem online, tetapi tak sedikit pula yang mengalami kesulitan dan terhalang akibat situasi pandemi saat ini, terkhusus mahasiswa tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsi. identitas mengumpulkan cerita suka duka dan kekhawatiran mahasiswa tersebut dalam menyelesaikan tugas akhir di tengah gempuran wabah covid-19. Lomo, mahasiswa perikanan Unhas yang akan melakukan penelitian terkait partisipasi masyarakat di Jeneponto terpaksa menunda penelitiannya hingga wabah covid-19 berakhir. Padahal ia telah berencana turun lapangan pada bulan Maret kemarin. Apa daya, segala aktivitas di luar rumah mesti dihentikan. “Sebenarnya pertengahan bulan tiga saya sudah siap ke lapangan ambil data. Sementara saya urus surat izin, minggu depannya kampus sudah tertutup,” katanya kepada
identitas, Sabtu (16/5). Untungnya, mahasiswa angkatan 2014 ini masih memiliki batas waktu hingga akhir tahun depan. Lalu, bagaimana dengan mahasiswa angkatan 2013 yang sudah harus menyelesaikan studinya tahun ini? Nursakinah, mahasiswa sastra inggris angkatan 2013 menyampaikan bahwa ia tidak menemukan kendala berarti dalam menyelesaikan skripsinya. Sebab ia telah menyelesaikan penelitian jauh sebelum pandemi terjadi. Saat ini, ia sedang sibuk memperbaiki bab empat skripsi miliknya. Selain itu, berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, nomor 36962/MPK.A/ HK/2020 tanggal 17 Maret 2020, mahasiswa yang terancam DO tahun ini memperoleh tambahan satu semester. Sedangkan penerapan peraturan itu dikembalikan ke pihak universitas. “Sekretaris jurusan sudah menginformasikan hal tersebut,” ucapnya saat dihubungi identitas via WhatsApp, Minggu (17/5). Bagi yang bernasib sama dengan Nursakinah tentu boleh bernapas lega. Namun, peraturan itu tidak berlaku bagi mahasiswa angkatan
2013 yang masih memiliki mata kuliah di semester ganjil ini. Hal tersebut disampaikan Dewi Ananda, mahasiswa sastra inggris angkatan 2013. “Yang dapat kebijakan hanya mahasiswa yang sisa skripsi. Yang masih ada sangkut pautnya sama matakuliah tidak mendapatkan perpanjangan satu semester,” ucapnya. Cerita suka duka ini tidak hanya datang dari mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 saja. Ada juga cerita dari mahasiswa angkatan 2016 terkait bimbingan online dan seminar online. Misalnya saja, Ridwan, mahasiswa teknik pertanian yang telah melaksanakan seminar hasil secara online. Dia mengaku, seminar hasil online ini justru lebih mudah dibanding jika seminarnya dilaksanakan secara langsung. “Saya merasa ini jauh lebih mudah karena masalah surat, undangan ke semua dosen, tanda tangan ini itu, semuanya tidak ada. Seminar saya pun lancar. Sebenarnya, cuma butuh laptop dan jaringan yang kuat dan syukur keduanya memadai,” katanya, Sabtu (16/5). Ridwan juga menyampaikan bahwa alur pelaksanaan seminar hasilnya pun cukup sederhana.
Ia hanya melaporkan ke panitia seminar yang merupakan dosen di jurusannya bahwa dia telah diizinkan oleh dosen pembimbing untuk seminar hasil. Selebihnya diatur oleh pihak panitia seperti bentuk penilaian, perizinan, dan pelaporan ke atasan. “Yang saya kumpulkan itu hanya draf hasil dan power point saya,” imbuhnya. Beda Ridwan, beda pula Sinar Indriani. Mahasiswa geofisika yang telah melaksanakan seminar proposal online ini mengalami kendala saat mengurus administrasi. Tak seperti Jurusan Teknik Pertanian, Jurusan Geofisika mewajibkan peserta seminar proposal mengurus beberapa persuratan. “Di departemen geofisika itu belum pernah diadakan seminar secara daring, jadi masih merabaraba mekanisme seminarnya bagaimana nanti, persuratannya juga. Karena saya hubungi bagian akademik lewat WhatsApp jadi kadang lambat respon,” keluhnya. Untungnya, draf proposal telah ia selesaikan sebelum ada imbauan untuk tetap di rumah saja. Sedangkan mahasiswa sastra inggris, Madeline Yudith, sejak SK Pembimbing terbit tanggal 21
Februari, ia belum pernah sekali pun mendapatkan bimbingan online. Ia telah beberapa kali menghubungi kedua pembimbingnya melalui WhatsApp dan mengirimkan draf proposal ke email masing-masing pembimbing, tetapi hingga kini tak ada respon sama sekali. “Berbeda dengan teman-teman yang beruntung mendapat dosen pembimbing yang aktif memberikan bimbingan. Saya merasa dirugikan dengan sistem bimbingan online seperti ini,” keluhnya, Sabtu (16/5). Tak hanya Medi, begitu ia disapa, yang merasakan hal itu. Sejumlah teman dengan pembimbing yang sama dengan dirinya juga mengalami hal serupa. “Saya memiliki grup bimbingan di bawah dosen yang sama, berjumlah sembilan orang. Belum lagi ada beberapa teman dekat saya yang curhat secara personal. Kira-kira belasan orang yang mengalami hal yang sama,” pungkasnya. Begitulah sekelumit kisah perjuangan mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang demi memperoleh gelar sarjana di tengah terpaan pandemi covid-19. Tim Laput
14
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
LAPORAN UTAMA
DOKUMENTASI HUMAS
Menimbang Kebijakan Unhas, Respon Pandemi Tidak Seimbang Pemerintah Indonesia mengumumkan kasus pertama pasien positif Covid-19 pada 2 Maret 2020. Hingga kini, wabah virus corona sudah berdampak di berbagai sektor. Termasuk di dunia pendidikan.
H
ampir tiga bulan virus corona merebak di Tanah Air. Situasi ini membuat kehidupan berubah secara mendadak. Mulai dari sistem perkuliahan hingga pengurusan tugas akhir mahasiswa berubah drastis. Hal inilah yang dialami Harni Rarak, seorang mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas MIPA yang sudah memasuki semester akhir. Apa daya, proses pengerjaan tugas akhir menjadi terhambat. Harni terkendala pengambilan data penelitian. Mula-mula kebijakan Unhas meliburkan aktivitas kampus hanya sampai dua minggu. Namun seiring bertambahnya kasus positif Covid-19 khususnya di Sulsel, sistem perkuliahan daring terus diperpanjang. Selain memperpanjang masa belajar di rumah, Unhas juga mengeluarkan kebijakan baru. Yakni subsidi internet, uang saku, dan bebas bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Rektor Unhas Nomor
8695/UN4.1/KP.11.03/2020 tertanggal 13 April 2020 tentang Bantuan Penyelenggaraan dan Pelayanan di Rumah Sakit Bagi Mahasiswa Unhas Selama Masa Darurat Pandemi Covid-19 di Lingkungan Universitas Hasanuddin. Isi surat edaran memuat lima poin penting. Pertama, mahasiswa S1 yang terdaftar dan aktif mengikuti perkuliahan dengan sistem pembelajaran daring pada Semester Akhir 2019/2020 diberikan bantuan biaya akses internet Rp 150 ribu. Kedua, penyediaan layanan internet (Telkomsel dan Indosat) bekerja sama dengan Unhas untuk paket data internet murah bagi mahasiswa dan dosen Unhas. Ketiga, Unhas juga bekerja sama dengan Telkomsel dan Indosat menyediakan paket data edukasi gratis 30 GB. Paket data ini untuk mengakses sikola.unhas.ac.id dan aplikasi e-learning lainnya. Keempat, Unhas memfasilitasi uang transportasi, uang saku, serta Alat Pelindung Diri (APD) bagi
mahasiswa kedokteran serta Tim Satgas Covid-19. Kelima, mahasiswa yang terkendala ujian skripsi ujian akhir profesi, ujian akhir spesialis, ujian tesis dan ujian disertasi pada semester akhir 2019/2020 akan dilakukan pada semester awal 2020/2021 dengan bebas pembayaran UKT. Adapun implementasi kebijakan ini melibatkan Biro Administrasi Keuangan, Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, Fakultas Kedokteran Unhas, dan Biro Administrasi Akademik. Direktur Komunikasi Unhas, Ir Suharman Hamzah mengatakan, kebijakan ini dikoordinasikan dengan fakultas masing-masing. “Jadi, kami silakan mahasiswa menunggu arahan dari pihak fakultas terkait subsidi pulsa dan pembebasan UKT untuk mahasiswa tahap akhir ini,” kata Suharman sebagaimana dalam keterangan resmi Humas Unhas, Selasa (14/4/2020). Kebijakan tersebut nyatanya tidak berpihak pada seluruh jajaran mahasiswa. Harni sendiri
menyayangkan kebijakan tersebut hanya berlaku khusus. Ia merasa kecewa dengan kebijakan tersebut yang tidak pro terhadap seluruh mahasiswa di tingkat akhir. “Saya sudah seminar proposal. Tapi syarat dari kampus yang dibebaskan hanya yang tinggal ujian sidang,” keluhnya kepada identitas, Selasa (19/5/2020). Keluhan Harni bukan tanpa alasan. Niat hati ingin menyelesaikan tugas akhir namun terhambat situasi di tengah pandemi. “Bagaimana bisa kita memaksakan keadaan sekarang untuk ambil data dan uji lab,” cetusnya. “Jujur saya pribadi merasa sedih dan kecewa saat orang tuaku harus bayar UKT 4,5 juta dengan kondisi ekonomi sekarang,” tambahnya. Mahasiswa protes UKT di tengah pandemi juga terjadi di kampus lain. Hal ini dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Para mahasiswa bahkan menggaungkan tagar #UNYBERGERAK hingga menjadi trending topic di Twitter Indonesia
pada Senin (18/5/2020) malam. Aksi tersebut sebagai bentuk protes mahasiswa yang menyuarakan keprihatinan mereka soal pembayaran UKT. Di tengah pandemi, para mahasiswa meminta transparansi UKT. Bukan tanpa alasan, segala aktivitas perkuliahan hanya dilakukan secara online selama pandemi Covid-19. Mahasiswa beranggapan, aktivitas akademik tidak melibatkan fasilitas kampus. Wajarlah mahasiswa menuntut pembebasan UKT di tengah pandemi. Tim Laput
Tim Laput Koordinator: Khintan
Anggota: Widya Rosalina BST Fatyan Aulivia Wandi Janwar
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
RAMPAI
15
DOKUMENTASI PRIBADI
the Lectors,
Hidupkan Seni Musik di Kampus Merah “Dulu, kesenian di kampus itu sangat hidup. Ketika jalan kebeberpa fakultas akan dijumpai orang bermain musik, berpantun ataupu yang lainnya. Suasana itulah yang kami rindukan,” ucap salah satu member The Lectors.
J
reng…! Bunyi petikkan gitar mengawali penampilan. Suasana Gedung Olahraga Unhas tiba-tiba meriah saat grup musik itu tampil. Dengan mengenakan jas merah, ribuan penonton dari kalangan mahasiswa ikut bernyanyi dan mendekati panggung hiburan. “Merah putihku teruslah kau berkibar,” begitulah potongan lirik lagu yang mereka nyanyikan, seraya berjoget seolah merayakan kemenangan. Yup, memang hari itu salah satu acara pengenalan kampus kepada mahasiswa baru angkatan 2019, bertepatan dengan “Hari Kemerdekaan Indonesia”. Selain sebagai perayaan hari kemerdekaan dan pengenalan kampus. Ternyata hari itu merupakan momen pertama The Lectors menampakkan diri kepada masyarat. The Lectors adalah nama grup musik dimana anggotanya sebagian besar berprofesi sebagai dosen. Mereka adalah Muh. Ashry Sallatu SIP M Si (Dosen Hubungan Internasional FISIP Unhas) dan Hanna Mariani Singgih ST MT (Dosen Teknik, UKIP) sebagai Vocalist, Andi Ali Armunanto SIP MA (Dosen Politik, FISIP Unhas) dan Terry (Pengajar Bahasa Indonesia Foreigner) sebagai
Guitarist. Selain itu, juga ada Bassist yang dipegang oleh Dosen MIPA Unhas, Andi Arfan Sabran SSi M Kes, dan seorang Drummer, Muh. Yamin SIP (Alumni Unhas yang bekerja sebagai pegawai BUMN). Band ini terbentuk dari masingmasing member yang memiliki hobi yang sama. Awalnya, Gego, begitulah sapaan Muh. Ashry Sallatu bersama seorang dosen yang berada di fakultas yang sama, Anto suka bermain musik. Maka mereka berpikirlah mencari teman di kalangan dosen Unhas untuk membantuk sebuah grup musik. “Tujuan kami bentuk band ini sebenarnya adalah menyalurkan hobi. Meski susah sekali megumpulkan dosen-dosen yang senang bermusik. Padahal, seni itu tidak boleh mati, bahkan harus terus hidup walaupun itu di kampus,” ucap Gego. Lebih lanjut, vocalist sekaligus guitarist ini menuturkan, The Lectors tak hanya sekadar media bermusik, melainkan media untuk menyampaikan pesan dan harapanharapan kepada khalayak. Seperti halnya di masa pandemi ini, The Lectors meng-cover sebuah lagu sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat dan tenaga medis. “Bukan sekadar media bermusik
tapi media kami menyampaikan pesan-pesan apapun yang kamu sampaikan, entah itu yang berhubungan dengan dunia kampus dan sosial,” tutur Gego. Di sisi lain, musik menurut Yamin juga dapat diartikan sebagai obat untuk menyegarkan otak dari perkerjaan. “Bagi saya musik itu obat, makanan untuk batin” katanya. Pendapat yang berbeda juga muncul dari Anto. Ia mengatakan, musik baginya adalah dunia lain dari kegiatan keseharian. Dunia yang bisa mengajak dan mendengarkan orang-orang untuk menikmatinya. “Musik itu seperti dunia saya yang lain, dunia di luar produktivitas pekerjaan dan segala macam. Melalui musik, kita bisa mempersembahkan gabungan dari alat-alat yang dimainkan untuk dinikmati banyak orang. Jadi semua orang bisa menikmatinya walaupun mereka tidak bisa memainkannya,” jelas Anto. Sebelum menjadi The Lectors, band ini di sebut Lectors Weekand Projek. Bermula ketika latihan dan kumpul bersama dilakukan setiap akhir pekan, antara Sabtu dan Minggu. Namun, karena dinilai terlalu kepanjangan dan sulit untuk di ingat maka disepakatilah dengan
nama The Lectors. Kata Lectors sendiri berasa dari salah satu jabatan fungsional akademisi atau dosen. Layaknya organisasi pada umumnya, setelah kurang lebih satu tahun terbentuk, para member The Lectors mengakui agak kesulitan mengatur waktu pertemuan, mengingat ini bukanlah pekerjaan utama mereka. Tetapi kendala tersebut tidak menghalagi mereka untuk terus berkarya dan menyapaikan nasehat. Dikeadaan seperti ini, The Lectors tetap latihan secara daring dan mengikuti berbagai kegiatan
yang menampilkan musik dengan webinar yang dilakukan oleh sejumlah lembaga kampus. Bahkan, The Lectors sudah menyiapakan lagu pertamanya. Lagu tersebut mengisahkan perjuangan seorang tenaga medis di suatu daerah terbatas. “Liriknya dan musiknya sudah ada tinggal di take saja videonya,” terang Gego. Mereka berharap, para dosen tidak terbatas pada kemampuan mengajar dan riset melainkan bisa mengaktifkan otak kanannya untuk berkerja walaupun itu di lingkungan kampus. Santi Kartini
CIVITAS
16
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
IDENTITAS/MUSTHAIN
Mengenal Logo Asli Unhas Coba ketik di google logo Unhas. Maka, akan banyak sekali logo yang bermunculan. Lalu, logo Unhas manakah yang asli?
S
iang itu, Dosen Ilmu Sejarah, Drs Dias Pradadimara MA bertemu dengan salah satu reporter PK identitas. Sambil berjalan menyusuri koridor Fakultas Ilmu Budaya Lantai 3, Dias mencari logo Unhas yang tercantum di pamflet atau sejenisnya yang tertempel di mading. Setelah menemukan dua logo Unhas yang berbeda bentuknya, Dias mulai bertanya tentang perbedaan keduanya. Dias menjelaskan tentang betapa banyaknya orang yang tidak menyadari akan beragam bentuk logo Unhas yang beredar. Hal tersebut memang terbukti, beberapa dosen dan mahasiswa diminta pendapatnya dan diperlihatkan enam versi logo Unhas. Mereka pun menyadari bahwa semua logo itu berbeda. “Ada begitu banyak logo Unhas yang beredar. Ketika buka google akan tampil banyak logo. Banyak orang yang masih tidak menyadari hal itu. Saya terkadang mendapati Skripsi mahasiswa
yang menggunakan logo salah,” ujar Dias. Melihat fenomena banyaknya versi logo Unhas, reporter identitas mendatangi Razak Djalle, adik almarhum Mustafa Djalle, pembuat logo Unhas. Menanggapi fenemona ini, Razak Djalle mengatakan, harus ada standar logo. Ia menceritakan bahwa hal yang paling ditekankan pada logo Unhas ialah bagian pohon lontarnya. Mengenai permasalahan warnanya, Razak Djalle sebagai orang yang turut berkontribusi dalam pembuatan logo Unhas, mengaku tidak terlalu mempersoalkannya. Ia menganalogikan logo Unhas dengan Indonesia yang dilambangkan dengan burung Garuda. Lambang Indonesia ditonjolkan dengan burung Garuda. Namun bagian yang mengandung makna mendalam yakni pada bagian dadanya. Sama halnya dengan logo Unhas, bagian yang mengandung makna mendalam ada di bagian
tengahnya. Kendati demikian, sebagian besar orang hanya memperhatikan bagian ayam jantannya saja. Bagian tengah logo Unhas ialah pohon Lontar. Lontar merupakan pohon beribu manfaat. Buahnya dapat dimakan, daunnya dapat dijadikan atap, batangnya bisa menjadi bahan untuk membuat rumah. Sebelum ada kertas, daun lontar dijadikan sebagai media mencatat. Pohon Lontar dapat menjadi lambang ilmu pengetahuan tentang keserbagunaan manfaat yang diberikannya kepada umat manusia untuk kesejahteraan lahir batin. Sehingga diharapkan, orang– orang yang ada di dalam lingkup Unhas dapat menjadi manusia layaknya pohon lontar. “Filosofinya, lontar itu tempat menyimpan catatan orang dulu. Itulah kenapa lontar diambil,” jelas Razak Djalle. Mengetahui logo asli dari Razak Djalle, reporter
Logo Unhas Berbagai Versi
identitas mencoba mendatangi bagian Hubungan Masyarakat Unhas, Ishaq Rahman. Hal tersebut dikarenakan, logo yang dimaksudkan oleh Razak Djalle berbeda dengan logo yang digunakan pihak Unhas sendiri. Saat diwawancarai, Ishaq Rahman tidak tahu menahu persoalan logo Unhas yang digunakan saat ini dengan logo Unhas yang sebelumnya dibuat oleh almarhum Mustafa Djalle. Ia mengatakan, logo Unhas yang sah telah terdaftar dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 53 tahun 2015 tentang statuta Universitas Hasanuddin. Dalam aturan tersebut, ada dua versi logo Unhas. Satu logo yang digunakan untuk bendera dan satu logonya lagi digunakan sebagai lambang. “Jadi kita mengacu pada logo yang telah terdaftar di PP RI No 53 tahun 2015 tentang statuta Unhas,” ucapnya. M18, Uwt/Tan
(a)
(b)
(c)
Keterangan : (a). Logo asli (b). Logo yang digunakan untuk bendera Unhas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin. (c). Logo yang digunakan untuk lambang Unhas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin.
“Ke depannya, Ishaq berencana membuat
surat edaran atau Surat Keputusan (SK) tentang penggunaan logo Unhas. “Nanti kita akan buatkan surat edaran atau supaya lebih mengikat kita buatkan SK nya, ” ujarnya.
17
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
JEKLANG
M
Menulis adalah Meditasi
enekuni dunia jurnalistik dan sastra adalah hal yang menyenangkan bagi Erni Aladjai. Semasa kecil ia sudah menenggelamkan diri dalam berbagai buku cerita rakyat Jawa yang ada di perpustakaan sekolahnya. Wanita yang merupakan alumni Sastra Perancis Unhas ini pun mengaku telah memulai karier menulisnya sejak duduk di bangku sekolah dasar. “Saya mulai belajar menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, saya iseng menuliskan cerita pendek berjudul ‘Harimau yang Sedih di Dalam Hutan’ untuk mengikuti lomba mengarang mewakili sekolah. Untungnya, ceritaku lolos ke tingkat kecamatan, dari sana lah awal mula saya ingin menulis lagi,” kenangnya. Nyatanya, perjalanan karier manulis Erni sempat terputus tatkala dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Ketika berseragam putih biru, gadis kelahiran Banggai Kepulauan ini memutuskan untuk berdagang. Alhasil, ia tidak lagi fokus di dunia tulis menulis. Ketika beranjak ke bangku sekolah menengah atas (SMA), Erni kembali ke hobi lamanya. Ia menuliskan beberapa opini di koran lokal perihal banyak hal, seperti
RESENSI
dunia persahabatan antar remaja dan lain sebagainya. Wanita yang lahir pada 7 Juni 1985 tersebut menulis karena merasa terpanggil untuk menceritakan hal-hal yang membuatnya gelisah. “Saya merasa harus menceritakan hal-hal yang menjadi kegelisahan saya. Ketika SMA, ada teman saya pakai narkoba, di kelas dia ngantuk. Saya menulis, karena hal itu adalah kegelisahan di sekitarku,” tuturnya. Kegelisahan juga menjadi alasan mengapa Erni masih terus menulis hingga kini. Namun, dalam hal menuangkan kegelisahannya dalam suatu tulisan, wanita yang pernah diundang di Makassar International Writers Festival pada 2011 ini lebih tertarik untuk memilih fiksi sebagai mediumnya. Menurutnya, beberapa peristiwa sensitif akan lebih beresiko jika ditulis di medium jurnalistik. “Biasanya ada beberapa peristiwa sensitif yang beresiko jika ditulis di dunia jurnalistik. Oleh karena itu, saya memilih berbicara di medium fiksi meski nyatanya kita sedang membicarakan persoalan yang nyata. Melalui medium fiksi, orang akan lebih mudah menerima dikarenakan mediumnya yang lebih nyaman,” ujar Erni. Tumbuh di keluarga yang memeluk agama berbeda, yaitu Islam dan Kristen, membuatnya
Data Film Sutradara: Angga Dwimas Sasongko Produser: Anggia Kharisma Sinematografi: Yadi Sugandi Penyunting: Hendra Adhi Susanto Durasi: 121 menit
M
emasuki tahun 2020, tak ada salahnya kita memanjakan diri untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta. Salah satu kegiatan favorit keluarga yang bisa kita lakukan adalah nonton bareng. Bercerita tentang nonton bersama, sebuah film bergenre keluarga patut untuk dicoba. Film tersebut berjudul “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. Film yang terinspirasi dari novel karya Marcella FP ini rupanya telah digadang-gadang oleh para fansnya. Disutradarai oleh Dimas Dwi Sasongko, film tersebut berhasil menyita perhatian publik. Berkisah tentang sebuah keluarga kecil dan sederhana. Diawali dengan narasi sosok ayah muda yang diperankan oleh Oka Antara dan ibu muda oleh
Niken Anjani, tengah menantikan kelahiran anak ketiganya. Didampingi oleh anak pertamanya, Angkasa kecil yang diperankan oleh Muhammad Adhiyat. Dan anak kedua mereka Aurora kecil yang diperankan oleh Syaqilla. Dilanjutkan dengan adegan maju di mana Angkasa, Aurora dan Awan sudah berada di sekolah dasar. Tanpa sadar, Awan kecil yang diperankan oleh Alleyra tertabrak sebuah motor yang melintas sepulang sekolah. Hal ini yang juga merupakan mimpi buruk bagi Angkasa, Aurora, dan ibu mereka. Kemudian, kilas balik sesaat setelah Ibu melahirkan Awan. Terlihat scene di mana Angkasa sedang berbicara dengan Ayah. Ayah membuat Angkasa berjanji untuk selalu menjaga adik-adiknya. Angkasa kecil yang saat itu masih berusia sekitar 6 tahun tidak
belajar banyak hal. Ia mengaku sedih melihat tingginya intoleransi agama di daerah sehingga antara kedua agama tampak tidak berbaur. Fenomena inilah penyebab awal mula konflik terjadi. Atas kegelisahan wanita pemenang ungulan dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012 ini bahkan sempat menuliskan sebuah cerita pendek yang menceritakan tentang seekor Anjing yang menyaksikan kematian seorang pengurus masjid. “Cukup disedihkan bahwa kedua agama yang tidak berbaur itu adalah akar dari konflik yang ada. Kala itu di bawah hujan deras, saya menceritakan bahwa anjing itu menggonggong meminta bala bantuan. Metaforanya itu kita tidak bisa mengatakan bahwa anjing adalah simbol orang Kristen, tapi kita harus menolong sesama,” pungkasnya. Kegelisahan yang sering jadikan sebagai bahan tulisan itu tidak berarti membuatnya terbebas dari riset. Seorang pengarang tentu melakukan riset, termasuk penulis fiksi. Seorang pembaca itu tidak diibaratkan sebagai kotak kosong, baginya menulis fiksi tidak hanya mengandalkan imajinasi belaka. Ketika disinggung perihal kegiatannya sebagai peneliti, wanita yang pernah berpartisipasi dalam
World Culture Forum di Bali ini mengaku bahwa penelitian adalah hal independen. Ia terbiasa meneliti sesuatu karena ditugaskan oleh lembaga kebudayaan, perusahaan, lembaga pemerintah, dan lembaga lainnya yang tidak bisa ia sebutkan untuk menjaga rahasianya. Meneliti bagi wanita yang dikenal berkat karyanya yang berjudul “Pesan Cinta dari Hujan” ini ibarat bertandang ke suatu tempat dan dituntut untuk mengosongkan pengetahuan. Dengan adanya penelitian, ia belajar perihal nilainilai dan strategi yang dimiliki daerah tersebut. Baginya, penelitian bukan berarti kegiatan berkunjung untuk memberikan saran. Penelitian yang terakhir ia lakukan adalah persoalan literasi kebudayaan masyarakat pesisir. Seiring dengan penelitian yang dilakukan, ia mengaku menjelajahi banyak tempat, yaitu ke Papua, Aceh, Mataram, Pontianak. Berbicara tentang jurnalistik, Erni mengatakan bahwa ia
tidak lagi menyentuh ranah jurnalistik sejak tahun 2010. Seusai terlepasnya ia dari dunia jurnalistik, wanita yang pernah bekerja di Luwuk Pos ini bahkan sempat mencicipi pekerjaan sebagai editor di penerbitan buku di Jakarta. Kegiatan yang beragam itu membawa Eni pada satu titik bahwa menulis adalah meditasi. “Menulis bagi saya berperan sebagai meditasi. Berhenti berbicara sejenak dan berbicara dengan kepala sendiri. Sementara goals dari tulisan saya sendiri adalah hal-hal yang manusiawi. Saya menempatkan tokoh-tokoh dalam cerita saya dalam posisi yang setara. Entah itu hewan, manusia, dan lain sebagainya. Itulah nilai yang saya bawa,” tegasnya. Nadhira Sidiki
NKCTHI Permainan
Emosi di Balik Konflik Keluarga mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Di sanalah konflik awal muncul. Angkasa kecil yang saat itu belum mengerti apapun dipaksa untuk menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui siapapun bahkan olehnya sendiri. Cerita kembali melompat, di mana Angkasa dewasa yang diperankan oleh Rio Dewantoro, Aurora dewasa diperankan oleh Sheilla Dara, serta Awan dewasa yang diperankan oleh Rachel Aurora Amanda. Angkasa dewasa bekerja di suatu perusahaan event organizer, sedangkan Aurora dewasa fokus dengan dunia seninya di studio kecil di belakang rumah mereka. Lain halnya dengan Awan dewasa. Ia kini magang di sebuah perusahaan arsitektur. Awan termotivasi oleh sosok arsitek terkenal Anton yang diperankan oleh Chiko Jericho. Konflik Awan muncul pertama kali ketika ia mengetahui bahwa dirinya kembali bekerja di bawah naungan Anton. Ternyata hal ini disebabkan semata-mata oleh permintaan Ayahnya, yang belakangan mengetahui bahwa
Awan baru saja dipecat. Awan melampiaskan semua amarahnya di rumah. Perang dingin di keluarga pun mulai tercipta. Lain halnya dengan Aurora, konfliknya sendiri telah muncul sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Aurora sangat mencintai ayahnya, namun di sisi lain juga mulai merasakan bahwa ayahnya mungkin lebih menyayangi Awan yang merupakan anak bungsu. Sejak saat peristiwa Aurora tenggelam di kolam renang, hubungannya dengan ayah kian merenggang. Pertemuan Awan dengan sosok Kale yang diperankan oleh Ardhito Pramono sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Kale merupakan Manager Band Arah yang kebetulan sangat disukai Awan, membuat perkenalan mereka menjadi lebih mudah akrab. Sosok Kale yang easy going dengan mudahnya membuat Awan jatuh hati. Perubahan sifat Awan yang terkesan bebas setelah mengenal Kale mengakibatkan kemarahan besar ayahnya. Puncak kemarahan
ayah terjadi ketika Awan terlambat menghadiri acara pameran seni Aurora. Sontak hal tersebut membuat Ayahnya naik pitam, sehingga keributan tak dapat dihindarkan. Konflik demi konflik yang terjadi di dalam film ini sungguh membuat para penggemarnya dipenuhi dengan emosi yang meletup-letup. Disajikan dalam nuansa kekeluargaan kental yang sempurna membuat siapa pun tak menyangka terdapat problem sengit di dalamnya. Dwi Sasongko sendiri mengemasnya dengan apik dari latar suasana yang ditampilkan hingga lagu-lagu khas band indie yang sedang tren dikalangan remaja saat ini sebagai suatu ‘sihir’ yang menghipnotias para penonton. Dengan ending yang mengharukan, membongkar sisi lain dari sosok ayah yang membuat para penonton dipenuhi rasa haru. Bahkan saya pun saat itu dipenuhi oleh rasa yang akan sulit saya gambarkan. Selamat menonton. Isabella Annelise
18
KAMPUSIANA
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
IKA Unhas Bagikan Sembako ke Mahasiswa dan Masyarakat Jabodetabek
DOKUMENTASI PRIBADI
Proposal Kajian: Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Unhas, Fatir Kasim menyerahkan proposan kajian kepada Wakil Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin Mkes di Lantai dua Gedung Rektorat Unhas, Kamis (17/4).
Proyeksikan KKN Daring, P2KKN Fokus Tangani Covid-19 PENDAFTARAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) gelombang 104 tahun 2020 Universitas Hasanuddin (Unhas) diperpanjang hingga Kamis, (30/4). Kepala Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) Unhas, Muhammad Kurnia MSc PhD mengucapkan, hal tersebut disesuaikan dengan keadaan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. “Karena kasus Covid-19 kita perpanjang sampai 30 April 2020. Surat terkait perpanjangan akan segera disampaikan ke fakultasfakultas,” ucap Kurnia. Selain terjadi perubahan jadwal, Kurnia juga menjelaskan, pelaksanaan KKN mulai dari pendaftaran sampai dengan penarikan mahasiswa akan dilakukan secara dalam jaringan
(daring). Namun, kebijakan ini masih menunggu persetujuan dari Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas. “KKN daring, proses seluruh tahapan akan berlangsung secara daring, ini kemudian akan diusulkan ke WR1 selaku penanggung jawab bidang akademik Unhas,” katanya, Selasa (14/4). Adapun gambaran teknis pelaksanaan KKN daring akan dilakukan dari kampung halaman masing-masing mahasiswa, dengan bimbingan Dosen Pengampu KKN (DPK) atau Supervisor yang ditentukan oleh P2KKN. Sementara untuk program kerja, mahasiswa melakukan sosialisai dan edukasi terkait penanganan dan pencegahan pandemi Covid-19.
“Program-program KKN tentang bagaimana memberikan edukasi dan sosialisasi, bagaimana membantu atau memfasilitasi program bantuan ke masyarakat dan bagaimana menghasilkan dokumen pemetaan Orang dalam Pantauan (ODP) atau Pasien dalam Pengawasan (PDP) Covid-19. Juga memberikan edukasi ke masyarakat, bahwa orang yang sudah sembuh dari Covid-19 tetap harus diterima secara sosial di masyarakat,” pungkas Kurnia, Selasa (14/4). Hingga saat ini, 1.221 mahasiswa yang berasal dari enam fakultas telah terdaftar untuk mengikuti KKN Unhas gelombang 104 tahun 2020. Syahrir Muliawan
Grup Musik Dosen Unhas Kampanye Gerakan #dirumahaja MEWABAHNYA Covid-19 menjadi ancaman masyarakat dunia. Pemeritah Indonesia sendiri mengambil langkah melakukan Social distancing, salah satunya dengan meliburkan sekolah dan perguruan tinggi. Tak dapat dipungkiri, kondisi tersebut nyatanya dapat menimbulkan kejenuhan. Oleh karena itu, The Lectors, grup musik dosen Unhas mengambil langkah untuk tetap menghibur penggemarnya melalui gabungan video musik yang dilakukan dari rumah masing-masing anggota. “The Lectors itu terbiasa berkumpul untuk jamming di basecamp. Namun mengingat adanya gerakan #dirumahaja, kami latihan di rumah masing-
masing. Lalu, salah satu anggota punya ide untuk merekam kegiatan bermusik di rumah dan digabungkan,” ucap salah satu anggota The Lectors, Muh. Ashry Sallatu SIP MSi. Grup musik yang terbentuk sejak tahun 2019 ini beranggotakan enam orang. Mereka adalah Muh. Ashry Sallatu SIP Msi (Dosen FISIP) sebagai vokalis dan gitaris, Andi Ali Armunanto SIP MA (Dosen FISIP) dan Terry (pengajar Bahasa Indonesia), yang juga berperan sebagai gitaris. Selanjutnya, Andi Arfan Sabran SSi MKes (Dosen FMIPA) sebagai bassist, Muh. Yamin SIP (Alumnus Unhas), selaku drummer, serta Hanna Mariani Singgih ST MT (Dosen Teknik Universitas Kristen Indonesia
Paulus Makassar) sebagai vokalis. Dalam video yang diunggah pada Minggu (23/03) di akun youtubenya, The Lectors menyanyikan “Onel Live dari Bob Marley” dengan harapan memberikan semangat untuk menyatukan hati dan cinta ketika menghadapi situasi yang sulit. “Kami (Red: The Lectors) ingin menyosialisasikan gerakan tinggal di rumah sebagai sebuah antisipasi sekaligus mengisi waktu luang dan mengatasi kejenuhan. Lagu yang dibawakan ini berisi harapan perihal satu hati dan cinta ketika menghadapi situasi sulit, yang mungkin saja bisa menghindari akhir dunia (kiamat),” lanjut Gego, sapaan akrab Muh. Ashry Sallatu. M19
IKATAN Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur (Jabodetabek) menyalurkan sembako kepada mahasiswa, alumni Unhas, perantau, dan warga kurang mampu yang terdampak Covid-19. Dalam rilis yang diterima, Ketua IKA Unhas Jabodetabek, Muhammad Ismak mengatakan, aksi ini muncul dari banyaknya kegelisahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Masyarakat yang terdampak pertama kali adalah mereka yang mengandalkan penghasilan harian. “Terlebih jika kebijakan untuk menghindarkan pandemi dengan adanya Pembatasan Sosisal Berskala Besar, maka dampak tersebut akan semakin dalam bagi masyarakat,” jelas Ismak, Selasa (21/4).
Oleh karena itu, sebagai wujud keprihatinan akan dampak Covid-19, Ismak mengajak IKA Unhas Jabodetabek untuk mengumpulkan donasi, baik berupa barang maupun dana. Selain itu, IKA Unhas Jabodetabek bekerja sama dengan Koperasi IKA Unhas Cendekia untuk membuka Posko Kemanusiaan di kawasan Tebet, Jakarta Selatan yang diketuai oleh Awaluddin. Awaluddin mengatakan, pembagian akan dilakukan beberapa tahap. Pada tahap pertama akan dibagikan 100 paket sembako. “Kegiatan ini berjalan dengan agenda tahap pertama, saat ini jelang Ramadan. Diharapkan gerakan kemanusiaan ini terus berjalan seiring dengan kondisi wabah Covid-19 yang berimbas pada pergerakan perekonomian negeri ini,” harap Awaluddin. Santi Kartini
Fakultas Teknik Buat Inovasi Smart Chamber Disinfektan SALAH satu langkah yang diambil sivitas akademika Fakultas Teknik (FT) Unhas, dalam membantu masyarakat melawan Covid-19 adalah mengembangkan alat sterilisasi berupa Smart Chamber Disinfektan. Instrumen ini diyakini dapat membersihkan mikroorganisme baik bakteri maupun virus yang melekat pada tubuh manusia, dan memiliki standar kesehatan yang lebih baik. Seperangkat alat tersebut telah diserahkan kepada Unhas untuk digunakan pada Rumah Sakit (RS) Unhas yang saat ini menjadi salah satu RS rujukan Covid-19. Prosesi penyerahan alat berlangsung di pelataran Gedung Rektorat Unhas, Rabu (1/4). Dalam pelaksanaannya, acara serah terima ini dilakukan Dekan FT Unhas, Prof Dr Ir Muhammad Arsyad MT, dan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Infrastruktur, Prof Dr Ir Sumbangan Baja MPhil, yang mewakili Rektor Unhas. Lewat rilis yang diterima, Prof Arsyad menjelaskan bahwa alat ini merupakan inisiatif FT Unhas untuk menindaklanjuti seruan Plt. Dirjen Dikti dan Rektor Unhas, agar dalam situasi ini seluruh unsur sivitas akademika ikut terlibat dalam upaya menghentikan penyebaran Covid-19. “Tujuan jangka pendek adalah untuk membunuh virus yang melekat di kulit, baju, dan permukaan benda lainnya di badan kita. Adapun tujuan jangka panjang akan dikembangkan menjadi chamber
berbasis IT untuk rumah sakit pusat infeksi,” jelasnya. Lebih lanjut, Prof Arsyad menambahkan, produk chamber FT Unhas memiliki keunggulan dimana hasil semprotan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan splinker semprotan. Alat ini mampu menjangkau bagian tubuh luar, serta semprotan yang lebih halus sekaligus hemat dalam penggunaan cairan disinfektan. “Sementara ini kita produksi terbatas untuk internal Unhas, beberapa rumah sakit dan pasar tradisional. Langkah berikutnya akan kami kerjasamakan dengan industri agar bisa di produksi secara massal,” tambah Prof Arsyad. Untuk diketahui, Smart Chamber Disinfektan tersebut menggunakan kompressor listrik, pipa besi, selang kecil, nozel/splinker, besi hollow, kabel dan plastik. Adapun mekanisme kerjanya adalah pengguna masuk ke bilik dan secara otomatis sistem akan bekerja melakukan penyemprotan dengan splinker berputar. Kemudian alat ini akan berhenti jika pengguna keluar dari bilik penyemprotan. Sementara itu, Prof Sumbangan merespon baik hal tersebut. Beliau berharap inovasi ini dapat berlanjut, meskipun nanti wabah Covid-19 telah selesai. “Saya berharap, inovasinya terus dikembangkan. Karena alat seperti ini tetap dibutuhkan terutama di RS yang melayani pasien infeksi,” katanya. Wandi Janwar
identitas
BEM FH Unhas Bahas PSBB sebagai Penanganan Covid-19 BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (BEM FH-UH) mengadakan Diskusi Publik (DIKSI) melalui aplikasi Zoom, Kamis (9/4). Kegiatan ini mengusung tema “Menyoal Pembatasan Sosial Berskala Besar antara Solusi dan Ilusi dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)”. Dalam pelaksanaannya, diskusi tersebut menghadirkan dua pemateri yaitu Abdullah Fatih SH (Wakil Presiden BEM FH-UH Periode 2017/2018) dan Muh. Alif Zafran (Demisioner Ketua HMI Komisariat Hukum Unhas Periode 2018/2019). Tak hanya itu, diskusi ini juga dipandu langsung oleh Nur Fadliansyah Abubakar selaku Staf Kementerian Keilmuan BEM FHUH Periode 2020. Selama diskusi, pemateri menjelaskan definisi dan sebabsebab dikeluarkannya Pembatasan
19
KAMPUSIANA
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Sosial Berskala Besar (PSBB), bagaimana ketentuan penetapan dan pelaksanaan PSBB, serta apakah PSBB ini merupakan solusi atau hanya ilusi dalam penanganan Covid-19. Mereka juga menjelaskan isi dari UU No. 6 Tahun 2018, PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Menurutnya, pelaksanaan teknis PSBB tersebut dibahas di pasal 13 dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES) No. 9 Tahun 2020, tentang Pedoman PSBB dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.
Bersama Lawan Corona, 32 UKM Buka Donasi FORUM Bersama Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Forbes UKM Unhas) membuka donasi untuk memerangi virus Corona, Senin (6/4). Sekretaris Forbes mengatakan, gerakan ini lahir dari kepedulian mahasiswa selingkup UKM terhadap minimnya kebutuhan tim medis yang sedang berjuang di gardan terdepan. “Mahasiswa selingkup UKM tingkat universitas berinisiatif membuka donasi untuk mengurangi tekanan atau membantu kebutuhan teman-teman sejawat yang sedang berjuang di garda terdepan,” ujar Asriani. Kegiatan ini melibatkan 32 UKM tingkat universitas, antara lain; UKM Fotografi, Panahan, Lembaga
Dakwah Kampus Mahasiswa Pecinta Musala, Bulutangkis, Pers Mahasiswa, Sepak Bola, Shorinji Kempo, Korps Pecinta Alam, Search and Rescue, Keilmuan dan Penalaran Ilmiah, Persatuan Penembak Indonesia, Karate-Do, Hockey, Paduan Suara Mahasiswa. Koperasi Mahasiswa, Seni Tari, Tenis Meja, Pramuka,TaeKwonDo, Pencak Silat, Korps Sukarela Palang Merah Indonesia, Debat Bahasa Inggris, Softball & Baseball, Tenis Lapangan, Bola Voli, Resimen Mahasiswa, Bola Basket, Teater Kampus, Persatuan Catur, Renang, Radio EBS FM, dan Liga Film. Hingga saat ini, Jumat (10/4) donasi yang terkumpul mencapai Rp450.000,-. Kegiatan yang diberi
nama “Aksi melawan corona” ini, Asriani berharap, sivitas akademika Unhas dapat bekerja sama dalam memerangi wabah dan membantu kebutuhan para medis. “Dari pelaksanaan donasi ini, diharapkan masyarakat sivitas akademika Unhas saling kooperatif berdonasi sebanyak mungkin dalam mengurangi beban temanteman sejawat yang berada di garda terdepan,” harap Asriani. Bagi yang berminat berdonasi bisa disalurkan melalui Bank Negara Indonesia: 0843950191 (a.n Nana Melina Sudarni), untuk konfirmasi transfer bisa menghubungi: 082239851116 (Sandi). Santi Kartini
Citizen Reporter, Nur Fadliansyah Abubakar.
FKG Unhas Konversi Kegiatan Mahasiswa Relawan Covid-19 Jadi Mata Kuliah FAKULTAS Kedokteran Gigi (FKG) Unhas mengambil kebijakan terkait proses pembelajaran bagi mahasiswa Kepaniteraan Klinik pada Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM). Bagi mahasiswa yang mendaftarkan diri sebagai relawan Covid-19 maka akan disetarakan dengan kegiatan kepaniteraan klinik. Hal ini diungkapkan oleh Dekan FKG Unhas, drg Muhammad Ruslin MKes PhD Sp BM(K), Jumat (3/4). Menurutnya, kebijakan itu merupakan tindaklanjut dari seruan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi terkait mobilisasi relawan mahasiswa untuk penanganan Covid-19 dan terkait pembelajaran selama masa darurat Covid-19. Selain itu, juga ada imbauan dari Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) agar penyelenggara Program Pendidikan Kedokteran Gigi dapat menggerakkan mahasiswa secara sukarela dan gotong royong, sebagai relawan kemanusiaan guna mendukung pencegahan meluasnya Covid-19 di Indonesia. “Jadi kami merespon kebijakan pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan juga kebijakan pimpinan Unhas. Ini adalah bentuk apresiasi kami terhadap mahasiswa yang terlibat sebagai relawan,” kata Ruslin. Sekretaris Departemen IKGM FKG Unhas, drg Nur Syamsi MKes, menjelaskan bahwa kegiatan relawan Covid-19 memiliki keterkaitan yang erat dengan mata kuliah Kepaniteraan Klinik. Hal ini sesuai dengan domain yang diharapkan dalam kompetensi dokter gigi, yakni mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang prima. “Pada mata kuliah ini terdapat kompetensi terkait kemampuan menilai kesehatan gigi dan mulut masyarakat dengan menggunakan data hasil survei, data epidemiologis, dan evidence base, mengidentifikasi faktor risiko yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut masyarakat, serta merencanakan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat,” kata Nur Syamsi. Untuk merealisasikan kebijakan ini, Ketua Departemen IKGM, Prof Dr drg Burhanuddin Dg. Pasiga MS, telah menyusun suatu konsep konversi sehingga kegiatan mahasiswa sebagai relawan dapat dinilai sebagai proses pembelajaran pada mata kuliah Kepaniteraan Klinik. Bahkan Prof Burhanuddin menjelaskan, kebijakan mengkonversi kegiatan mahasiswa relawan Covid-19 ini telah memperoleh persetujuan Senat Akademik FKG Unhas. Dengan demikian, Departemen IKGM FKG Unhas memiliki landasan hukum yang kuat untuk terlibat sebagai relawan tanpa mengganggu proses pembelajaran. “Saya berharap kegiatan mahasiswa kami sebagai relawan Covid-19 dapat memberi kontribusi bagi upaya bersama menghentikan penyebaran virus. Kami mengharapkan dukungan berbagai pihak, terutama dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Semoga wabah ini dapat kita atasi dalam waktu secepatnya,” tutup Ruslin. Wandi Janwar
DOKUMENTASI PRIBADI
Galang Dana: Himpunan Mahasiswa Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin (Himika FKep UH) menggalang dana dalam rangka membantu kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis, Senin (6/4).
RSGM Unhas Terima Bantuan Madu dan Minuman Herbal Di tengah pandemi Covid-19, tantangan tenaga medis yang bekerja di lapangan relatif besar. Selain tenaga medis yang langsung menangani pasien terkait Covid-19, mereka juga menangani masyarakat yang memiliki risiko keselamatan diri. Untuk menjalankan semua tugas itu, mereka juga membutuhkan dukungan nutrisi dan stamina saat bertugas. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Hasanuddin menerima bantuan 100 botol madu dan 50 minuman sachet herbal sarabba, yang diberikan langsung oleh Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) dan Ikatan Peternak Lebah Madu Indonesia Regio Sulsel. Dalam pelaksanaannya, acara serah terima tersebut dilakukan oleh Prof Dr drg Ardo Sapir Sp KG, mewakili API dan Ikatan
Peternak Lebah Madu Indonesia Regio Sulsel. Bantuan diterima langsung oleh Direktur RSGM Unhas, drg A. Tajrin MKes Sp BM, di RSGM Unhas, Jln. Kandea, Makassar, Rabu (01/04). Tajrin mengatakan bantuan yang diberikan sangat bermanfaat untuk tenaga kesehatan di RSGM Unhas. “Masih ada tenaga medis kami yang harus bertugas pada kondisi saat ini, bantuan yang diberikan berupa madu dan minuman herbal tersebut sangat bermanfaat dalam peningkatan kesehatan tenaga medis RSGM Unhas,” jelasnya. Lebih lanjut, Tajrin juga mengingatkan kepada seluruh unsur masyarakat untuk tetap berada di rumah dan tetap berhati-hati dalam menjalankan tugas untuk menghindari risiko gangguan kesehatan gigi. “Apabila kami tidak lagi
mempunyai APD di masa pandemi ini, maka kami juga akan sulit melakukan pemeriksaan untuk evaluasi keamanan tenaga kesehatan. Tetap jaga diri dalam masa wabah ini, tinggallah di rumah,” imbau Tajrin. Dalm rilis yang sama, Prof drg Dr Ardo Sapir Sp KG menyampaikan, penyerahan 100 botol madu dan minuman sarabba sachet tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap tenaga kesehatan yang masih terus bertugas di tengah kondisi pandemi Covid-19. “Kami berharap, bantuan ini setidaknya bisa bermanfaat bagi tenaga medis untuk tetap menjaga stamina selama proses pelayanan kesehatan pada masyarakat,” katanya. Wandi Janwar
IPTEKS
20
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Anticovid, Suplemen Herbal Penangkal Corona
D
unia kedatangan tamu kecil dan mematikan. Ia bernama Corona. Kehadirannya di Indonesia, diketahui pada 2 Maret 2020 dan ditetapkan sebagai kasus pertama. Virus ini menular dengan sangat cepat, dari satu orang ke orang lain. Ganasnya, ia menyerang kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Namun, kita mampu mengalahkan SARS-CoV-2 dengan menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh. Salah satunya dengan mengonsumsi suplemen herbal alami yang disebut Anticovid. Penciptaan Anticovid bermula dari rasa prihatin dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas, Dr Sulfahri, terhadap virus Corona yang belum ditemukan agen terapi spesifik yang mampu melawan virus tersebut. “Saya prihatin dengan adanya virus corona ini karena belum ada obat terapinya, padahal Indonesia merupakan surganya herbal yang berkhasiat antivirus,” katanya. Dalam penelitian, Sulfahri
dibantu oleh asistennya dari Biologi Unhas dan bekerja sama dengan pendiri Indonesia Green Innovation (Indonegeri), Siti Mushlihah, juga beberapa peneliti di Australia. Awal penelitian dimulai sejak Covid-19 menjangkit Wuhan, China. Sebelumnya, Anticovid tidak berbentuk kapsul. Karena mereka membuatnya hanya untuk konsumsi pribadi dan belum menemukan jurnal-jurnal ilmiah bereputasi yang menjelaskan karakteristik SARSCoV-2. Seiring dengan merebaknya, beberapa peneliti dunia telah mempublikasikan berbagai judul terkait SARS COV-2 dan virus ini sudah masuk daftar protein data bank sehingga kami bisa mengembangkan penelitian lebih lanjut. “Saya hanya mempublikasikan senyawa kandidat yang dapat dijadikan obat corona,” ungkapnya. Ia menyebutkan kandungan Anticovid terdiri tujuh herbal terbaik untuk melawan virus Corona. Adapun senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu
Kaempferol, Quercetin, Digalactosyl diglyceride, Purpurin 18 Methyl Ester, dan Trigalactosyl diglyceride. Menurut penelitian, Anticovid memiliki kandungan Purpurin yang efektif hingga dua kali lebih kuat dari Chloroquine. “Senyawa-senyawa tersebut mampu mencegah replikasi dan proliferasi virus sehingga dapat mencegah perkembangan virus SARS-CoV-2,” jelasnya. Tak hanya sebagai antivirus Covid-19, kandungan Anticovid yang kaya akan antioksidan dan zat gizi, misalnya vitamin dan mineral sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkuat sistem imun dan suplemen harian untuk mencukupi nutrisi harian. “Ini (Anticovid) juga berfungsi sebagai antivirus lainnya, misalnya virus Flu dan Herpes. Dan sebagai antikanker, antidiabetic, dan antikolesterol,” terangnya. Terkait peredarannya, Ia menegaskan tidak memasarkan produknya. Alasannya, beberapa kalangan menyayangkan adanya
ILUSTRASI/WANDI JANWAR
“Tingkatkan imunitas tubuh dengan herbal alami, Anticovid”
produk yang seharusnya tidak boleh keluar karena belum melalui tahap uji coba yang sangat panjang dan mengantongi berbagai izin. Suplemen yang dibanderol seharga 40 ribu ini hanya untuk konsumsi pribadi dan untuk kalangannya sendiri. “Kami tidak mengambil keuntungan. Konsumen hanya mengganti biaya produksi. Kadang
kala kami juga berikan secara gratis karena tujuannya bukan untuk komersialisasi, tetapi untuk kemanusiaan,” tuturnya. Dalam membuat inovasi ini, Ia berprinsip bahwa Anticovid bisa bermanfaat untuk yang membutuhkan tanpa memandang ras, golongan, tingkat sosial. sehingga harus ada jaminan bahwa obat ini bisa dijangkau semua lapisan.Ia tak ingin jika ada kelangkaan bahan baku, hanya orang-orang berstatus tinggi saja yang bisa mendapatkan obat ini. “Sudah saatnya hasil penelitian tidak hanya berakhir pada laporan di jurnal ilmiah saja, hasilhasil penelitian itu harus bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bersama tanpa prosedur panjang, rumit, dan mahal”, ujarnya. Menutup wawancara Sulfahri berharap, “Semoga pihak-pihak yang lebih berkompeten bisa mengembangkan hasil penelitian ini lebih lanjut,” katanya. Melika Nurjihan
Seni Pembuatan Kapal Phinisi sebagai Warisan Budaya Dunia
P
engetahuan dan praktik seni pembuatan kapal pinisi adalah warisan budaya leluhur yang perlu dijaga kelestariannya. Pengetahuan ini tidak diwariskan secara tertulis, melainkan secara lisan dan praktik dari generasi ke genarasi. Pada tanggal 7 Desember 2017, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan seni pembuatan kapal phinisi sebagai salah satu warisan budaya duni tak benda “Intangible cultural heritage”. Sayangnya, generasi muda saat ini tak banyak lagi yang terarik untuk menjadi pembuat kapal phinisi. Hal ini menjadi keresahan bagi Muslimin, mahasiswa jurusan antropologi angkatan 2016, akankah eksistensi pembuatan kapal phinisi ini bisa diwariskan kepada generasi muda? Berangkat dari keresahan itu, Muslimin bersama dua orang temannya, Si Kembar Jelita Septiani Aprisal dan Jelita Septiana Aprisal, Mahasiswa Ilmu Hukum, masingmasing angkatan 2017 dan 2018 mencoba melakukan penelitian terkait seni pembuatan kapal phinisi. Menurut Muslimin, hal ini penting dan menarik untuk diteliti untuk mempertahankan eksistensi pembuatan kapal phinisi. “Jika generasi baru pembuat kapal pinisi tidak ada maka di khawatirkan pengetahuan seni pembuatan kapal
pinisi akan hilang dan tentu ini juga akan berdampak pada statusnya sebagai warisan budaya dunia,” terang Muslimin saat diwawancarai melalui Whatsapp, Rabu (27/3). Lebih lanjut muslimin menegaskan, yang perlu dingat bahwa yang ditetapkan oleh UNESCO bukanlah “kapal pinisi” melainkan “seni pembuatannya” sehingga regenrasi begitu sangat penting mengingat pengetahuan seni pembuatan kapal pinisi diwariskan secara lisan. Ketiganya melakukan penelitian di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Kabupeten Bulukumba dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan sentra pembuatan kapal pinisi di Provinsi Sulawesi Selatan. “Bulukumba, khususnya kecamatan Bontobahari adalah sentra, di sanalah para ahli pembuat kapal pinisi tinggal, yang saat ini pengetahuan seni pembuatan kapal pinisinya telah
ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda,” ujar Muslimin. Selama satu bulan, Muslimin beserta dua rekannya melakukan penelitian di lapangan. Setidaknya ada dua hal yang menjadi fokus penelitian mereka, yaitu yang pertama menganalisis tantangan yang dihadapi para pembuat kapal phinisi di lokasi setempat dalam proses pembuatan kapal phinisi. Yang kedua, menganalisis upaya yang akan atau sedang dilakukan
pemerintah dalam upaya pelestarian pengetahuan seni pembuatan kapal phinisi. Selama melakukan penelitian, Muslimin sempat mengalami kendala ketika pengolahan data, hal itu dikarenakan sebagian besar informan/penduduk setempat menggunakan bahasa konjo. “Mereka rata-rata menggunakan bahasa konjo, sehingga untuk ditranslate ke bahasa indonesia harus hati-hati untuk menyampaikan makna yang sebenarnya dari informasi setiap informan,” ujarnya. Meskipun begitu, informan penelitian cukup ramah dan terbuka sehingga tidak menyulitkan mereka dalam proses wawancara. Penelitian yang berlangsung selama satu bulan itu bertepatan dengan bulan
Ramadhan, sehingga mereka memerlukan tenaga ekstra karena sedang berpuasa. Bahkan menurut Muslimin, penelitian itu baru selesai 2 hari sebelum Idul fitri. Meskipun begitu, muslimin dan rekannya pantang menyerah. Kesulitan yang mereka alami tak ada apaapanya, mereka bahkan merasa beruntung karena bisa melihat dan menyaksikan secara langsung pembuatan kapal pinisi yang masih ada hingga hari ini. Melalui penelitian ini muslimin berharap dapat menjadi sumber informasi bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memaksimalkan upaya pelestarian seni pembuatan kapal phinisi. “Kami berharap hal ini dapat mendorong berbagai pihak untuk ikut serta dalam upaya membantu pelestarian seni pembuatan kapal pinisi” Selain itu, melalui artikel ilmiah yang menjadi output penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan membangkitkan semangat generasi muda untuk menjaga warisan leluhur, “Tentu kami mengharapkan ini dapat menjadi dorongan untuk menigkatkan partisipasi generasi muda sehingga tertarik memperlajari seni pembuatan kapal pinisi sehingga seni pembuatan kapal pinisi dapat terus ada kini hingga nanti.” tutupnya. Urwatul Wutsqaa
ILUSTRASI/WANDI JANWAR
21
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
CERMIN
Trauma Perempuan yang Disembunyikan
A
wal tahun 2020 lalu, berita mengalami trauma dan sulit membuka pelecehan seksual Reynhard diri. Hal itulah yang pernah dialami Tambos Maruli Tua Sinaga, seorang kenalan saya di kampung. Ia warga Negara Indonesia yang adalah senior saya di sekolah menengah berkuliah di Inggris sempat trending. atas. Senior saya tersebut dilecehkan Reynhard dijatuhi hukuman penjara ketika menumpang hidup untuk seumur hidup atas kejahatan yang bersekolah di rumah saudara ibunya. dilakukannya di Inggris. Ia dipenjara Saya tak tahu persis bagaimana awalnya setelah melakukan tindak pemerkosaan ia dilecehkan. Namun ancaman yang dan serangan seksual terhadap 48 tiap kali dilontarkan pamannya saat korban pria dalam 159 kasus di meminta berhubungan badan, cukup Manchester, Inggris. membuat korban tak berkutik selama Tak sampai di situ, kasus serupa lima tahun. kembali menjadi sorotan media, kali Hingga suatu hari di tahun ke lima ia ini menyeret nama Ibrahim Malik. mendapat pelecehan, entah dorongan Alumnus Universitas Muslim Indonesia dari mana ia berani menyuarakannya. Yogyakarta, ia dikenal banyak orang Senior saya membeberkan semua sebagai motivator, ustaz muda, hafiz kebejatan pamannya. Rasa bersalah dan dan penyandang mahasiswa berprestasi hina sempat mengacaukan hidupnya. tahun 2015 Universitas Islam Indonesia. Awalnya ia ingin menceritakan kepada Ia kerap diundang mengisi berbagai orang tuanya, tapi kemudian ia ragu. kegiatan sebagai pemateri. Ketakutan mulai menguasainya, dan Ibrahim Malik saat ini ia pun hanya bertanya pada dirinya melanjutlan studi magistersendiri, bagaimana jika ia nya di Universitas cerita lantas orang tuanya Melbourne dengan tak percaya? Atau bantuan beasiswa orang tuanya percaya Australia Awards dan langsung Scholarship. mengamuk hingga Saya pun sebagai membunuh pelaku? mahasiswa Lalu apa yang sempat akan dikatakan mengidolakannya, orang-orang di namun saya merasa kampungnya? ditipu oleh segudang Bagaimana ia bisa prestasi dan sosoknya bertahan hidup dari yang terlihat jauh dari belas kasihan karena perbuatan tercela. Namun menjadi korban pelecehan? Oleh : Badaria apa gunanya bila ia pun Atau bagaimana jika ia dapat ditundukkan oleh dan keluarga menerima nafsu? hujatan mengerikan di lingkungan Kedua kasus tersebut menjadi bukti, sosialnya? Pertanyaan itu cukup pelecehan seksual dapat menimpa siapa membuatnya bimbang dan takut. saja, tidak memandang perempuan Ngeri rasanya mengetahui atau laki-laki. Pelecehan dapat kebenarannya. Saya tak mampu dilakukan siapa pun dari berbagai membayangkan bagaimana berada latar belakang. Pelecehan seksual di posisinya. Bagaimana ia melalui bukan hanya berbentuk pemerkosaan hari-hari mengerikan lima tahun itu semata, tapi banyak bentuk-bentuk dan menerima perlakuan layaknya lainnya. Misalnya saja jika seseorang binatang dari pamannya. Perlakuan tak dipaksa berhubungan badan dengan pantas diterimanya, sampai-sampai dipeluk, dicium atau bentuk tindakan ia berpikir apakah kini telah menjadi menyentuh fisik lainnya. Pelecehan pun seorang pelacur. dapat berupa ucapan yang membuat Untuk itu, penanganan kasus seseorang merasa tak nyaman. pelecehan seksual harus dilakukan Seseorang pun dapat dilecehkan dimana secara hati-hati dan seadil-adilnya. pun termasuk melalui obrolan di media Pemerintah Indonesia harus belajar sosial, seperti yang dialami para korban banyak dari cara Inggris menangani Ibrahim Malik. kasus Reynhard. Dilansir dari Tempo. Bersuara bagi korban pelecehan co Pengadilan Inggris membuktikan seksual tidaklah semudah membalikkan kesetiannya dalam menegakkan prinsip telapak tangan. Dibutuhkan keberanian, peradilan yang jujur, penegakan kemampuan berdamai dengan diri hukum, dan perlindungan privasi. sendiri, ketabahan dan mental yang Mulai aturan tersebut diberlakukan, tangguh. Pasalnya korban tahu media pun patuh sampai larangan konsekuensi dari niatnya jika berani tersebut dicabut pengadilan. Berbeda di berbicara. Mereka takut disalahkan Inggris, sistem peradilan Inggris dapat balik, didiskriminasi, masa depannya menjadi contoh ideal penerapan asas terancam, bahkan takut menjadi aib praduga tak bersalah. bagi keluarga. Penulis adalah Rata-rata korban yang mendapat Reporter PK identitas, pelecehan seksual kebanyakan hidup Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik tidak tenang karena diancam pelaku. Angkatan 2018. Mereka bahkan merasa terisolasi, juga
KRONIK Mahasiswa Bidikmisi Unhas Dapat Subsidi Kuota Demi kelancaran pelaksanaan kuliah daring, Universitas Hasanuddin memberikan subsidi kuota internet untuk mahasiswanya. Hal ini sebagai salah satu bukti kepedulian Unhas di tengah mewabahnya Covid-19 di Indonesia, terutama Makassar. Bahkan salah satu media nasional memuat bahwa Unhas akan memberikan subsidi selama tiga bulan lamanya. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA menjelaskan, subsidi pulsa belajar akan diberikan selama tiga bulan, mulai Maret hingga Mei mendatang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan belajar dengan sistem e-Learning. Menurutnya, subsidi tersebut hanya diberikan kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. “Karena mahasiswa di
Unhas itu kan berasal dari berbagai golongan, sehingga yang kami subsidi hanya mahasiswa Bidikmisi. Bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas tidak diberikan,” tuturnya yang dilansir dari m.mediaindonesia. com, Senin (30/3). Saat dikonfirmasi kepada Kasubdit Humas Unhas, Ishaq Rahman membenarkan hal tersebut. Terkait perpanjangan masa belajar dari rumah, Ishaq mengatakan belum ada regulasi terkait. “Ia betul, memang ada bantuan subsidi. Untuk perpanjangan waktu belajar secara daring belum diputuskan. Kan yang sekarang masih sampai tanggal 5 April. Kita tunggu saja,” jelasnya. Wjn
Mahasiswa Pertanian Meninggal di Rusunawa SIVITAS akademika Unhas baru-baru ini dihebohkan dengan kasus kematian seorang mahasiswa di Rusunawa Unhas, Selasa (31/3). Korban diketahui adalah Mahasiswa Fakultas Pertanian Unhas. Menurut keterangan yang disampaikan pihak pengelola Rusunawa, Thomas, kejadian itu bermula sejak pukul 2 dini hari. “Saya menerima telepon dari tetangga kamarnya sekitar jam 2 dini hari, katanya almarhumah itu sudah teriak-teriak kesakitan sejak sejam lalu” terangnya. Saat sampai di depan kamarnya yang terletak di lantai 2, Thomas mendapati Sulfitri di depan kamar dalam keadaan meringis kesakitan. Thomas lalu berinisiatif membawanya ke rumah sakit, namun korban menolak dan meminta untuk menghubungi temannya. Sekitar pukul 4.30 Wita, korban kembali berteriak kesakitan, teman yang dihubungi tiba tidak lama setelah itu. Thomas lalu pamit turun untuk beristirahat dan salat subuh. Kemudian pada pukul 08.00 Wita, akhirnya korban mengalah untuk dibawa ke Rumah sakit. “Setelah lama dibujuk akhirnya dia mau ke
Rumah Sakit. Saya belikan bubur, sempat ji dia makan tapi sedikit sekali,” ungkap Thomas, Selasa (31/3). Beberapa taksi online yang dipesan untuk mengantarkan korban menolak rute dengan tujuan Rumah Sakit Unhas. Akhirnya Thomas berinisiatif menelpon pihak kampus dan menjelaskan peristiwa yang dialami. Tak lama kemudian, sopir Unhas bernama Jamal, datang dengan ambulans untuk mengantarkan korban ke Rumah Sakit. Menurut pengakuan Thomas, diduga korban sudah tidak bernyawa saat dibawa ke rumah sakit. “Ada penghuni rusunawa yang berada di lokasi juga, tidak usah saya sebut siapa, dia bilang dia sudah tidak ada. Tapi saya bilang bawa ke Rumah Sakit saja,” jelasnya. Sesampainya di Rumah Sakit, korban langsung dibawa ke Kamar Jenazah untuk dilakukan pemeriksaan. “Setelah dibawa ke Rumah sakit, saya langsung pamit pulang, saya tidak tahu lagi setelah itu. Di sana sudah ada sepupu dan temannya,” terang Thomas. Uwt
IDENTITAS/USMAN
Akses Tutup: Spanduk berisikan imbauan untuk tetap menggunakan masker saat melakukan aktivitas di luar rumah terpasang di pagar Pintu Satu Universitas Hasanuddin, Kamis (28/5).
22
identitas
TIPS
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
Tetap Produktif di Rumah Aja, Lakukan 5 Hal Ini
M
ewabahnya virus corona ke berbagai negara termaksuk Indonesia mendatangkan tatanan kehidupan baru. Perkuliahan yang lazimnya dilakukan bersama teman-teman di kampus kini dilakukan dari rumah masing-masing via daring. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memutus rantai penyebaran virus. Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, dalam menghentikan penyebaran virus melalui kontak ďŹ sik. Hal ini memaksa kita harus bekerja dari
rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Tagar #DiRumahAja pun ramai digaungkan sejak Maret 2020. Selama karantina, mungkin ada di antara kita yang belum bisa beradaptasi. Dosen Psikologi Unhas, Andi Juwita Amal SPsi MPsi Psikolog mengatakan situasi ini terjadi tanpa persiapan, sehingga akan berpengaruh terhadap prodiktivitas seseorang yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Oleh karena itu, untuk tetap produktif dan tidak bosan selama di rumah, kalian bisa mencoba lima tips berikut:
1. Melakukan rutinitas seperti biasanya Walaupun hanya di rumah, kamu perlu menjaga rutinitasmu seperti bangun pagi, sarapan dan mandi di waktu yang sama. Hal ini bisa membantu pikiran kamu tetap produktif karena rutinitas yang tidak berubah. Tips ini juga akan membantu kamu dalam memanajemen waktu ketika keadaan membaik pasca pandemi.
4. Seminar dan kelas online
2. Membaca buku Sebagai pelajar, buku menjadi salah satu hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan membaca buku dapat menambah wawasan atau pengetahuan yang pastinya akan berguna untuk ke depannya. Bagi kamu yang masih malas membaca, usahakan untuk munculkan minat baca dalam diri sebagai kewajiban seorang mahasiswa. Kamu bisa memulainya dengan membaca buku-buku novel, komik atau cerpen. Di samping itu ada banyak media menawarkan buku elektronik gratis yang bisa diakses melalui smartphone, sehingga bisa diakses dari rumah tanpa keluar ke toko buku.
Di situasi seperti ini, banyak lembaga formal maupun informal yang menyediakan seminar dan kelas online. Bahkan ada yang tidak berbayar alias gratis, sangat pas dengan sifat mahasiswa yang suka gratisan. Di samping itu, kamu juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru serta sertiďŹ kat. ILUSTRASI/WANDI JANWAR
3. Olahraga Nah kalau membaca buku tadi untuk kebutuhan ilmu pengetahuan, jasmani juga punya kebutuhannya sendiri agar tetap sehat dan vit. Yup, berolahraga dapat meningkatkan kekebelan tubuh, sehingga kita bisa melawan virus yang masuk ke tubuh. Adapun olahraga yang bisa dilakukan dari rumah yaitu senam lantai, yoga, atau aerobic.
5. Berkarya Selain seminar banyak juga lomba online. Kamu bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menghasilkan karya seperti menulis puisi, esai, cerpen, poster dan potret yang disesuaikan dengan kontes perlombaan. Selain itu, mudahnya mengakses informasi kamu bisa membuat kerajinan tangan seperti bros atau gantungan kunci melalui tutorial dari youtube atau sumber informasi lainya. Selamat mencoba, semoga tipsnya bermanfaat. ď Ž Santi Kartini
23
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
BUNDEL
AKADEMIKA Dr Syafri Guricci, Alumni FK Unhas Penerima Satyalencana ISTIMEWA
BUNDEL EDIS AKHIR APRIL 2009
Cerita Hilangnya Dua Jalur Masuk di Kampus Merah
P
enerimaan mahasiswa baru semakin dekat, berbagai upaya dilakukan perguruan tinggi untuk menjaring siswa siswi terbaik bangsa. Salah satunya adalah membuat jalur masuk yang beragam. Unhas sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia tak mau ketinggalan. Sejak tahun 2008, universitas yang memiliki julukan Kampus Merah ini menyediakan enam jalur masuk bagi para siswa. Misalnya, Ujian Masuk Bersama (UMB) dan Penerimaan Mahasiswa Susulan (PMS). Namun, setahun setelahnya pihak Unhas meniadakan kedua jalur tersebut. Berbagai alasan disampaikan pihak Unhas terkait pemutusan dua jalur ini. Seperti yang dikemukanan Pembantu Rektor I kala itu, Prof Dr Dadang Suriamiharja bahwa Unhas tidak ingin lagi mengadakan seleksi selain jalur resmi yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Selain itu, Panitia Unhas juga mengaku kelelahan dalam sistem pengelolaan UMB. “Bayangkan saja pendaftaran UMB membutuhkan waktu sepuluh hari, kemudian dilanjutkan lagi
dengan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang juga terhitung sepuluh hari,” ujar Dadang. Sedangkan jalur PMS, Dadang mengaku tidak dapat lagi melanjutkannya lantaran tak mendapat izin. “Unhas tidak akan lagi membuka jalur ini, karena sebenarnya kelas non regular itu adalah permintanan setiap fakultas. Jika dipaksakan, maka kampus ini akan menjadi sesak, sekarang saja yang terdaftar sebagai mahasiswa strata satu itu sudah 24 ribu mahasiswa,” keluhnya. Lain Unhas, lain pula Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar. Pada tahun tersebut, mereka menggantikan Unhas untuk membuka jalur UMB. Menurut Kepala Biro Akademik UIN Makassar, Drs H M. Yusuf Rahim, hanya secara kebetulan UIN ikut, bukan mewakili Indonesia Timur. “Tahun kemarin sebenarnya kita juga diajak panitia pusat akan tetapi belum siap. Tahun ini sudah siap dan Unhas mengundurkan diri. Kita tidak enak juga kalau mundur,” ungkapnya. Tak hanya UIN Makassar, universitas lain yang tergabung dalam UMB tahun 2009 adalah
Universitas Indonesia (UI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Jambi, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Syiah Kuala Aceh. Saat dimintai komentar dari pihak mahasiswa soal hengkangnya Unhas dari jalur ini, Solihin Bone yang kala itu menjabat sebagai Menteri Eksternal BEM Hukum Unhas menuturkan sepakat dengan keputusan tersebut. Ia menilai jika UMB hanyalah ego universitas semata. “Peserta UMB cenderung berdiri sendiri dan tidak tunduk pada Dikti. Dikti sudah membuat jalur masuk yang resmi, kenapa muncul perkumpulan baru,” ungkap mahasiswa angkatan 2005 tersebut yang dilansir dari bundel identitas edisi Akhir April 2009. Usai memangkas dua jalur masuknya, Unhas kini hanya menyiapkan empat jalan selain Jalur Kerjasama. (JKS) . Bagi para mahasiswa yang berminat untuk bergabung di kampus merah dapat mengikuti Jalur Penelusuran Potensi Belajar (JPPB), Jalur Non- Subsidi (JNS), Jalur Prestasi Olahraga dan Seni (POSK), dan SNMPTN. Wandi Janwar
Dr Syafri Guricci, Lahir di Makassar 14 juni 1943. Lahir dari keluarga besar La Barubu yang merupakan keluarga besar dari salah satu tokoh pejuang Sulawesi Selatan, La Bangki – La Guricci, yang berasal dari Pinrang. Ia adalah salah satu mahasiswa angkatan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas). Syafri berkuliah di Unhas sejak tahun 1966-1970. Saat itu, Unhas masih menetap di Kampus Baraya. Selama berkuliah di unhas, Syafri menjadi salah satu aktivis dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Ia bahkan memegang jabatan sebagai Ketua Dewan Mahasiswa (Dema), setelah Jusuf Kalla. Selama memimpin Dewan Mahasiswa, Syafri dikenal sebagai pemimpin yang selalu memberikan perhatian kepada teman-temannya. Ia sangat dihargai oleh teman-teman dan juniornya. Di samping itu, Syafri yang menjabat sebagai ketua Dema juga berperan dalam lahirnya PK identitas Unhas. Setelah menyelesaikan kuliah di Unhas, Syafri menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Ia juga pernah menjabat sebagai Senat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Pada tahun 1998, ia pensiun dari UI dan diangkat menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Meskipun demikian, syafri tetap aktif mengajar di Program Pascasarjana Kedokteran UI hingga tahun 2012. Di UMJ, ia diangkat menjadi Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat tahun 2004-2012. Di luar kesibukannya sebagai seorang pengajar, Syafri juga aktif dalam beberapa organisasi. Salah satunya menjadi Dewan Penasihat IKA Alumni Universitas Hasanuddin Jabodetabek periode 20152019. Sebagai seorang alumnus Unhas, ia sering kali memberikan bimbingan kepada alumni Unhas lain yang melanjutkan pendidikan di pulau Jawa. Ia juga menjadi staf ahli Menteri Negara dan Pangan
Bidang Gizi periode 1999-2000. Pribadi yang dikenal sederhana, disiplin dan religius itu juga pernah menjadi Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) selama empat periode, sejak tahun 1998-2007. Syafri juga banyak menulis jurnal yang berkaitan dengan dunia kesehatan. Salah satunya Pelatihan Survei Kesehatan Untuk Dokter Gigi dan Perawat Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2005. Bersama J G Hautvast, Yayuk Hatrianti, dan Paul Deurenberg, Syafri menulis artikel yang berjudul Prediction of Extracellular Water and Total Body Water By Multifrecquency bio-electrical Impedance in A Southeast Asian Population, yang dimuat dalam Asia Pacific Journal Of Clinical Nutrition. Ia juga terlibat sebagai salah satu kontributor dalam penyusunan Standar Kompetensi Dokter, oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006. Serta terlibat pula dalam Project Management Unit (PMU), yang menjadi badan kerjasama dengan FKMI yang menjadi awal terbentuknya Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPKMI). Menilik rekam jejak dan dedikasi Syafri Guricci, tidak mengerankan jika berbagai penghargaan berhasil diraihnya. Pada tahun 2006 ia menerima penghargaan Satyalencana 30 Tahun pada Kongres Organisasi Profesi Kesehatan Masyarakat IAKMI, penghargaan Public Healt Education Achievement Award secara khusus diberikan kepada Dr Syafri Guricci. Dr Syafri Guricci wafat dalam usia 77 tahun, Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 6 Januari 2020 pukul 09.35 WIB di ruang ICU VIP Rumah Sakit Islam Jakarta. Jenazah almarhum disemayamkan di kampus Universitas Muhammdadiyah Jakarta sebelum dikebumikan di Pekuburan Umum Karet Biva, Pejompongan Tanah Abang, Jakarta. Risman Amala Fitra
24
LINTAS
Menjadi Relawan, Membangun Empati
S
ering kali pengabdian di daerah pelosok memainkan narasi keterbelakangan, bahkan paling kejam memandang orang di sana kurang maju dan perlu diperkenalkan kemodernan. Namun perlu diingat, masyarakat yang jauh dari kota kadang kala dapat menjadi guru bagi kita akan nilai-nilai kemanusiaan. Pertengahan Februari 2020, aku bersama 15 anak muda Majene mengikuti kegiatan mengajar selama tiga hari di Rattetarring, Majene. Sebuah program mengabdi di bidang pendidikan untuk daerah pelosok oleh komunitas gerakan sosial bernama Tho Mandar Institute (TMI). Kami yang menjadi relawan dikenal dengan istilah pesulo. Pesulo berarti penerang layaknya sebuah pelita. Pelita yang akan memberi cahaya kehidupan bagi adik-adik yang membutuhkan bantuan untuk masa depan lebih cerah. Sebuah istilah yang diadopsi dari bahasa Mandar.
Perjalanan menuju Rattetarring cukup melelahkan namun begitu mengesankan. Kami berangkat dari pusat Kota Majene mengendarai mobil pick up selama satu jam. Setelah tiba di Desa Manyamba, kami istirahat sejenak dan menyiapkan perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tiga jam kemudian, di bawah derasnya hujan, kami menelusuri jalan menuju lokasi pengabdian. Kami berjalan menuju lokasi pukul setengah tiga sore. Pukul setengah enam, kami akhirnya tiba di lokasi. Suara mengaji dari surau menjadi penanda magrib akan segera tiba. Kami seluruh pesulo segera masuk ke rumah penduduk lokal, yang menjadi tempat menginap sementara. Setelah mengganti pakaian basah, kami bertemu dengan beberapa warga Saat kami tiba di Rattetarring, senyuman penduduk menyambut kami dengan hangat. Kami turut diantar pada sebuah tradisi mambaca pateha sebelum
beraktivitas lebih banyak. Apalagi kami berencana akan mendirikan tenda di lapangan dekat pekuburan. Menurut kepercayaan setempat, kami mesti izin terlebih dahulu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, warga setempat menyebutnya peta’gorang. Mambaca pateha dipimpin oleh tetua kampung di tempat kami tinggal malam itu. Prosesinya terbilang sederhana, nasi dihidangkan dalam piring lengkap dengan lauk pauknya. Sebenarnya membaca pateha ini adalah sebuah doa. Kata yang orang yang dituakan, tradisi mambaca pateha adalah sebuah bentuk doa memohon keselamatan kepada Tuhan. Menjadi pesulo mengantar diri menjemput senyum, melepas resah, membangun persaudaraan, mengenali diri, dan tentunya menguatkan rasa untuk belajar dan terus belajar. Membuka mata bahwa di luar sana, masih banyak pengetahuan, walaupun menganggap berbeda dengan diri. Sebab tidak percaya bukan berarti
identitas
NO. 911, TAHUN XLVI, EDISI APRIL 2020
DOKUMENTASI PRIBADI
berhak untuk tidak menghormati. Menyambut hari kedua, kami seluruh pesulo dimenangkan hatinya dengan sambutan hangat pihak sekolah dan tawa ceria dari siswa SDN No 49 Inpres Rattetarring. Segala rasa lelah perjalanan kemarin sirna sudah, yang ada hanya kagum dan syukur atas segala kesempatan bisa menyaksikan kondisi penduduk di pelosok. Turut merasakan semangat belajar dari adik-adik. Bahkan ingin kusampaikan hari itu, kami tidak hanya mengajar tapi justru sebaliknya, kami banyak belajar dari mereka. Sebab semua orang adalah guru. Upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin menjadi pembuka interaksi langsung kami dengan sekolah. Sebagai pesulo juga turut serta, ikut berdiri di barisan belakang para peserta didik. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi perkenalan dari TMI yang diwakili oleh Kak Asdin sekaligus penyerahan cenderamata. Setelah penyambutan, kami
dipersilahkan masuk ke ruang guru, menerima jamuan sederhana dari pihak sekolah. Sekitar jam setengah sembilan pagi proses pengenalan, mengajarkan tentang literasi, budaya, pahlawan, profesi dan monitoring kepada peserta didik dalam kelas pun dimulai. Kegiatan Majene Mengajar dalam tiga hari menyadarkan saya, perjalanan kali ini bukan sekedar menguras tenaga, tapi juga perjalanan melibatkan rasa. Aku sadar, niat baik saja tak cukup, mesti berani mengambil inisiatif lebih untuk bertindak guna melahirkan manfaat yang lebih luas. Majene Mengajar dari TMI mewujudkan hal itu, mengumpulkan puluhan energi anak muda dalam kolaborasi, kemudian menebar benih kebermanfaatan bagi sesama. ď Ž Penulis: Abdul Masli, Mahasiswa Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas, Angkatan 2015.