Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Omnibus Law,
RUU Cilaka atau Celaka? Resensi
B
Memaknai Peristiwa
eragam peristiwa berkelindan sepanjang sejarah manusia. Tapi apakah kita dapat memaknai setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita?......(lanjut hal 5)
Laput Pasal Kontroversial dalam Draf RUU Omnibus Law
D
i tengah pandemi Covid-19, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terus melanjutkan pembahasan RUU Omnibus Law yang kabarnya akan rampung pada awal Oktober 2020 dan akan diserahkan kepada Badan Musyawarah DPR RI untuk disahkan. ......(lanjut hal 13)
Lintas
S
Belajar dari Negeri Paman Sam
ebagai penerima Beasiswa Fulbright-Badan Bahasa FLTA, saya mendapat kesempatan ditugaskan menjadi pengajar Bahasa Indonesia dan mempromosikan Budaya Indonesia di University of Colorado di Boulder, Amerika Serikat pada Agustus 2019.......(lanjut hal 24)
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
SOSIAL MEDIA
Wisuda Daring, Hambar Bercampur Kecewa WABAH Covid-19 hingga kini masih menjadi momok di tengah masyarakat. Sejak awal munculnya, virus ini telah banyak berdampak pada kehidupan termasuk sektor pendidikan. Bahkah di Indonesia, khususnya Universitas Hasanuddin mengambil langkah untuk menunda menyelenggarakan wisuda periode III, demi memutuskan rantai penyebaran Covid-19 tersebut. Hal ini sesuai dengan surat edaran Nomor 7522/UN4.1/PK.03.03/2/2020, tentang Kesiapsiagaan dan Upaya Pencegahan Penyebaran Infeksi Covid-19 di Lingkungan Unhas. Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah PhD mengatakan, penundaan ini merupakan langkah antisipatif setelah menerima berbagai masukan dan melihat perkembangan. “Badan Kesehatan Dunia telah menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. Kita perlu mengambil langkah untuk mencegah penyebaran. Keputusan penundaan wisuda ini cukup berat, namun kami perlu memikirkan kepentingan yang lebih besar,” kata Suharman, Minggu (15/3). Keputusan tersebut tentu membuat banyak pihak kecewa, khususnya calon wisudawan. Misalnya saja, Naufal Asyiri Banuarli, alumnus program studi Ilmu Politik Unhas. Saat ditanya mengenai penundaan wisuda, Naufal merasa kecewa karena pemberitahuannya bersifat mendadak. Terlebih lagi, kedua orang tuanya telah datang dari Garut, Jawa Barat untuk menghadiri acara wisuda. “Secara pribadi ada rasa kecewa, sebab pemberitahuan terkait penundaan wisuda bersifat mendadak. Apalagi kita tahu, banyak orang tua calon wisudawan yang berasal dari luar kota dan telah ada di Makassar,” tuturnya, Rabu (18/03). Namun, seiring berjalannya waktu, Unhas kembali mengambil langkah untuk tetap melaksanakan proses wisuda tetapi beralih secara virtual. Pada Senin (08/06), Unhas menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan wisuda tersebut. Rapat ini berlangsung di Ruang Senat Akademik Unhas, Lt 2 Gedung Rektorat Unhas. Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP, menyampaikan pelaksanaan wisuda daring untuk bulan Juni 2020 akan dirangkaikan dengan wisuda periode Maret yang tertunda. Hal ini dilakukan mengingat situasi wabah pandemi Covid-19, sekaligus bentuk penghargaan atas pencapaian para wisudawan yang telah menyelesaikan studi di Unhas. “Maret lalu ada 2.092 orang calon wisudawan. Untuk periode Juni, sampai hari ini ada 216 orang dan jumlah ini mungkin akan bertambah mengingat proses ujian masih sementara berjalan hingga tanggal 12 Juni,” jelas Prof Restu, Senin (8/6). Meski demikian, pelaksanaan wisuda daring ini begitu hambar. Seperti yang diungkapkan Juminah, mahasiswa magister Ilmu Komunikasi Unhas. “Rasaaanyaaa hambaar, sumpahhh,” ungkapnya dikutip dari Indonesiainside.id. Terlebih lagi saat menjelang hari wisuda, keluarga besarnya telah siap untuk menghadiri acara. Namun karena keputusan ini, mereka akhirnya kecewa. “Keluarga pada kecewa. Nenek, tante kecewa semua, ibu, bapak juga kecewa karena ini momen besar dan saya itu sudah nunggu sampai dua periode wisuda karena sempat ditunda periode Maret,” ungkap Juminah.
KARIKATUR/FINSENSIUS
SURAT DARI REDAKSI
TANGKAPAN LAYAR
Let’s Talk: PK identitas Unhas mengadakan acara bincang-bincang inspiratif bersama Imam Hidayat, seorang Multimedia Designer at VNG Corp Vietnam, di instagram, Minggu (28/6).
R
Momen
amadan tahun ini mungkin terasa berbeda dengan tahuntahun sebelumnya. Bagaimana tidak, pandemi corona yang tak kunjung mereda membuat umat muslim hampir di seluruh dunia harus melaksanakan rutinitas ramadan di rumah. Tidak ada tarawih berjamaah di masjid, tidak ada sahur on the road yang biasanya ramai dilaksanakan pada bulan ramadan, dan tentunya kegiatan berbuka puasa juga dilakukan #dirumahAja. Pemberlakuan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 membuat sejumlah sektor tidak diizinkan beroperasi, termasuk rumah-rumah makan yang biasanya ramai dikunjungi menjelang waktu berbuka puasa. Kini keramaian itu tak lagi terlihat. Momen ramadhan
juga hal yang sangat di nanti-nanti oleh kru dan segenap keluarga kecil identitas. Di tahun-tahun sebelumnya, sepanjang ramadhan kami rutin melaksanakan buka puasa bersama yang dihadiri oleh para senior-senior pendahulu. Di tahun ini, kami terpaksa melewatinya di rumah masing-masing. Meski harus melewati momen ramadan dalam situasi yang berbeda, hal itu tidak menyurutkan semangat kami tetap berupaya menerbitkan identitas untuk para pembaca. Di edisi kali ini kami menyajikan berita utama tentang Kajian Unhas terhadap Omnibus Law dan ulasan mengenai Aktifitas Lembaga Mahasiswa di masa pandemi. Jangan lewatkan pula rubrik jejak langkah kami, serta berbagai rubrik menarik lainnya. Selamat membaca!
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando (tidak aktif) Staf Penyunting: Ayu Lestari, Andi Ningsi, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina (tidak aktif), Badaria (tidak aktif) Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif)Reporter: Melika Nur Jihan (tidak aktif), Muh. Syahrir M. E. Cahyadi (tidak aktif) Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Mukhlis Amans Hady, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/ Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Mei 2020 Ilustrasi: Finsensius T. Sesa Layouter: Wandi Janwar
3
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
AGENDA Kalender Akademik Semester Awal Universitas Hasanuddin Juni-Agustus 2020: Pendaftaran dan seleksi mahasiswa baru S1 jalur mandiri (jalur lainnya) 29 Juni-15 Juli 2020: Kelas Internasional 13 Juli-5 Agustus 2020: Kelas Kerjasama, Jalur Nonsubsidi, dan POSK 1Juli-6 Agustus 2020: Kelas vokasi Juni-Agustus 2020: Penyelenggaraan KKN 8-19 Juni 2020: Penginputan jadwa kuliah semester awal TA 2020/2021 ke SIM 30 Juni 2020: Evaluasi masa studi mahasiswa S1 angkatan 2013, S2 angkatan 2016, dan S3 angkatan 2015 Evaluasi kelanjutan studi mahasiswa S1 angkatan 2018, S2 angkatan 2019, dan S3 angkatan 2019 24 Juli 2002: Batas akhir permohonan cuti akademik semester awal TA 2020/2021 20 Juli-10 Agustus 2020: Pembayaran UKT dan pengisian KRS online semester awal TA 2020/2021 Juli-November 2020: Pendaftaran dan seleksi mahasiswa baru S3, S2, Profesi dan Spesialis untuk perkuliahan semester akhir TA 2020/2021 12 Agustus 2020: Prosesi penerimaan mahasiswa baru S1 TA 2020/2021 13 Agustus 2020: Prosesi penerimaan mahasiswa baru S3, S2, Profesi dan Spesialis semester ganjil TA 2020/2021 oleh Fakultas/ Pascasarjana 14 Agustus 2020: Batas akhir studi mahasiswa S1 angkatan 2013, S2 angkatan 2016, dan S3 angkatan 2015 14 Agustus 2020: Batas lulus ujian dan memiliki nomor alumni tidak dikenakan pembayaran UKT semester awal TA 2020/2021 semua jenjang pendidikan Batas akhir pendaftaran online Fakultas dan Sekolah Pascasarjana wisuda periode 1 18 Agustus 2020: Kuliah perdana semester awal TA 2020/2021untuk semua jenjang pendidikan
4
OPINI
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Konsep Lockdown dan Government Social Responsibility
B
erita wabah Corona Virus Disease tahun 2019 (Covid-19) tersebar dengan cepat, dan terus menjadi buah bibir dalam setiap kalangan usia di setiap pelosok nusantara. Mungkin hanya yang tinggal di tengah hutan tanpa jaringan dan media komunikasi yang tidak mengetahuinya. Penyebaran virus ini seakan telah menjadi aksioma karena begitu masifnya menyebar ke berbagai penjuru. Data terbaru per 29 Maret 2020 dari laman Worldometers.info menyebutkan sebanyak 202 negara telah terinfeksi, dengan jumlah keseluruhan korban terinfeksi yang tercatat sebanyak 663.748 orang, dengan angka kematian mencapai 30.880 orang. Di Indonesia sendiri, terdapat penambahan 130 orang yang terinfeksi, sehingga total kasus menjadi 1.285 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 114 orang. Khususnya di Sulawesi Selatan jumlah yang positif terinfeksi mencapai 33 orang per 28 Maret 2020. Jumlah ini secara kuantitas terus meningkat. Pemerintah Indonesia sebenarnya telah banyak mengambil langkah penanggulangan dan pencegahan penyebaran Covid-19, mulai dari imbauan Work From Home, sampai
surat ederan instansi-instansi terkait. Kampanye-kampanye sosial pun banyak diserukan. Donasidonasi bantuan alat kesehatan dan kebutuhan sosial juga banyak diedarkan. Namun, di sisi lain tampaknya pemerintah memiliki strategi khusus dalam penanganan wabah ini. Dari kebijakan yang dikeluarkan belum sepenuhnya merupakan bentuk baku dan representasi pelaksanaan dari konsep lockdown di dalam UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekerantinaan Kesehatan. Jika merujuk kepada ketentuan di dalam UU tersebut, Indonesia telah mencapai tingkat “kedaruratan Kesehatan Masyarakat”, yaitu kejadian luar biasa berupa penyebaran penyakit menular yang disebabkan oleh hal tertentu dan menimbulkan bahaya kesehatan. Sehingga perlu melakukan lockdown, yang di dalam konsep UU Kekarantinaan Kesehatan disebut sebagai Kekarantinaan Kesehatan. Konsep lockdown di dalam UU ini, dijelaskan pada pasal 15 ayat 2 berupa, (a) karantina, isolasi, pemberian vaksinasi, rujukan, disinfeksi, dan atau dekontaminasi sesuai indikasi, (b) pembatasan sosial berskala besar, (c) disinfeksi, dekontaminasi, dan atau deratisasi
terhadap alat angkut dan barang, dan (d) penyehatan, pengamatan, dan pengendalian terhadap media lingkungan. Jika diamati, pemerintah kurang cepat memberlakukan karantina berupa pembatasan aktivitas sosial penduduk dalam suatu wilayah sebagai bentuk pencegahan. Oleh karena itu, sehingga masih banyak penduduk yang lalu-lalang melakukan perjalanan antar kota yang memungkinkan persebaran infeksi meningkat. Di lain sisi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun masih belum maksimal. Di samping itu, prosedur pelaksanaannya pun terbilang terburu-buru sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Misalkan saja penutupan pasar-pasar tradisional yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Beberapa pedagang kecil pun mengeluh ketika niatnya dalam meraup pundi-pundi rupiah harus tandas melihat penjagaan ketat oleh polisi di depan pasar, yang mengultimatum agar tidak dilangsungkannya transaksi jualbeli seperti biasanya. Inilah yang menjadi problem dalam pelaksanaan lockdown di Indonesia. Jika kita merujuk pada UU Kekarantinaan Kesehatan,
seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar masyarakat selama pelaksanaan lockdown wilayah (pasal 55). Dan untuk hal ini belum ada mekanisme jelas yang disampaikan oleh pemerintah. Jika kita menilik model penerapan lockdown di negara lain seperti Turki, dengan jumlah korban meninggal akibat covid-19 mencapai 92 orang. Turki dengan sigap menerapkan “karatina rumah”, dan seluruh kebutuhan hidup dasar masyarakatnya dipenuhi oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri, hal ini telah diatur di dalam Pasal 52 UU Kekarantinaan Kesehatan, tetapi mungkin saat ini pemerintah memiliki strategi dan langkah lain dalam proses pencegahan wabah ini. Secara yuridis, memang di dalam UU ini disebutkan secara ekspresive verbise tentang beberapa ketentuan yang memerlukan peraturan pelaksanaan, baik berupa peraturan menteri juga peraturan pemerintah. Tetapi bagimana pun UU ini tetap harus dilaksanakan, karena telah berlaku sejak diundangkan dalam staatbald (lembaran negara). Apakah dengan segera mengeluarkan peraturan pelaksanaan terkait, atau tetap melaksanakannya dengan asas
Oleh: Asdar Nor oportunitas yang mementingkan kepentingan umum? Dan sudah sangat jelas ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, dengan segera melakukan langkah pencegahan jitu sesuai ketentuan di dalam UU Kekarantinaan Kesehatan. Hal ini harus jadi prioritas utama, masalah ekonomi dapat dijadikan prioritas kedua. Mengingat, Pemerintah pasti tahu cara menghidupkan kembali perekonomian. Terakhir, semua kalangan harus bertindak tenang, tidak tergesagesa, tidak panik, sabar, cerdas, dan cermat agar dapat secara bersama-sama mengambil peran memutus rantai penyebaran virus corona. Karena, “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan” (Ibnu Sina). Penulis merupakan Mahasiswa Falultas Hukum
Menuju New Normal, ‘Berdamai’ dengan Corona
P
andemi Covid-19 memasuki babak baru, strategi pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran menuai kekecewaan. Sejak pertama kali Indonesia mengumumkan secara resmi infeksi Covid-19, hingga hari ini telah terkonfirmasi lebih dari 25 ribu kasus positif. Walaupun, disertai kabar gembira bahwa tingkat kesembuhan lebih tinggi dibanding kematian. Namun, jumlah kasus tersebut membuktikan bahwa kegagalan kita semua dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini. Secara umum kegagalan ini, disebabkan oleh banyak hal seperti ketidak seriusan pemerintah dalam mencegah masuknya Covid-19 hingga, kurang patuhnya masyarakat terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Nasi sudah menjadi bubur, kita tidak bisa lagi menafikkan realitas yang menakutkan ini. Kini, pemerintah telah mewacanakan sebuah langkah baru menghadapi pandemi ini. Langkah yang diprediksi akan menghilangkan virus itu secara alamiah. Dengan wacana bersahabat pada Covid-19 melalui penerapan
tatanan kehidupan baru, sudah menjadi trending topic di sosial media. Tatanan kehidupan baru berarti sebuah pola hidup baru yang dirancang untuk beradaptasi sebagai upaya merespon perubahan yang merupakan keniscayaan. Pada hakekatnya manusia diilhami kemampuan untuk beradaptasi namun, beradaptasi di tengah kondisi yang menakutkan seperti sekarang akan sulit untuk bisa bertahan. Kehidupan tatanan yang baru atau new normal siap untuk dilaksanakan dengan membawa sebuah protokol kesehatan yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Kita akan memulai pola hidup baru seperti menggunakan masker saat keluar rumah membawa hand sanitizer, menjaga jarak sosial, rajin mencuci tangan, hingga mandi setelah sampai di rumah. Kebiasaan tersebut akan menjadi strategi teknis untuk bersahabat dengan Covid-19. Wacana berdamai dengan virus ini merupakan strategi yang dilatarbelakangi oleh pemulihan ekonomi negara. Pembatasan sosial berskala besar telah menuai kegagalan, ekonomi merosot karena banyaknya perusahaan yang
Oleh : Ratmanda gulung tikar dan berdampak pada meningkatnya jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu, angka terkonfirmasi covid-19 juga tidak menurun. Pemerintah dalam hal ini, kementerian ekonomi telah menyusun dan melakukan kajian awal untuk memulihkan perekonomian bangsa. Terdapat lima fase yang akan dilaksanakan hingga akhir bulan Juli 2020. Pembukaan fasilitas umum seperti mall, pasar, toko-toko, tempat ibadah, sekolah hingga tempat salon akan dibuka secara berskala. Saya teringat sewaktu mengikuti diskusi tentang Covid-19, perdebatan antara ekonomi atau kesehatan,
diakhir terjawab. Pemerintah lebih memilih menyelamatkan perekonomian bangsa, dengan dalih menyelamatkan ekonomi akan menjaga stabilitas negara dan menyelamatkan masyarakat dari persoalan ekonomi sehingga bisa bertahan hidup. Tidak ada lagi kasus mati kelaparan. Namun disisi lain, harus kita akui bahwa strategi sebelumnya menuai kegagalan dan masyarakat menjadi aktor yang penting atas kegagalan tersebut. Masyarakat dianggap tidak patuh dan seringkali melanggar aturan, sehingga akhirakhir ini hastag Indonesia terserah menjadi trending. Hastag tersebut mengandung makna dan sarat akan sindiran terhadap masyarakat yang enggan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas seharihari Terlepas dari polemik masa kemarin, kita harus menghadapi perubahan dan beradaptasi dengan kondisi sekarang, itulah capaian yang diharapkan dari tatanan kehidupan yang baru. Penting untuk kita bahas adalah pemerintah telah memberikan kemandirian dan tanggung jawab penuh kepada masyarakat dalam menjaga pola hidup sehat agar bisa bertahan di tengah penyebaran wabah.
Covid-19. Bersahabat dengan Covid-19 akan membuat potensi untuk tertular makin besar, sehingga sistem imun berperan dalam menentukan nasib kita kedepannya. Protokoler kesehatan bukan untuk menghentikan penyebaran, tapi substansinya meminimalisir potensi kita untuk tertular. Contohnya saja tenaga medis dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap tapi, masih bisa tertular. Masyarakat harus bisa menjaga pola hidup sehat, seperti rajin olah raga, makan makanan bergizi dan minum vitamin. Itupun bagi orang mampu, yang memiliki ekonomi yang masih terjaga selama Covid-19. Bagi saya dan kita semua yang masih terbayang garis kemiskinan, cukup dengan makan seadanya akan membuat kita bahagia, kebahagiaan akan membuat kita menghadapi kenyataan, sehingga kita bisa kuat dan tetap bertahan di tengah wabah ini. Tetap jaga kesehatan agar bisa mencari nafkah untuk keluarga agar bisa makan dan berbahagia. Mahasiswa Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Angkatan 2017.
RESENSI
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Memaknai Peristiwa
B
eragam peristiwa berkelindan sepanjang sejarah manusia. Tapi apakah kita dapat memaknai setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita? atau yang terjadi di lingkungan sekitar kita? Yah, kebanyakan memang berlalu begitu saja, tanpa ada dokumentasi atau pemaknaan pada peristiwa masa lalu. Padahal setiap persitiwa adalah sejarah. Dan sejarah akan menghilang begitu saja bila tak direkam dan didokumentasikan, entah menjadi video, gambar, atau sebuah tulisan. Dari dokumentasi tersebutlah, orang-orang di masa depan dapat belajar, tentang apa yang telah berlalu dan bagaimana memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup. Saya memikiran hal ini setelah membaca buku kumpulan esai berjudul ‘Gerundelan Peristiwa’ yang ditulis Idham Malik. Idham Malik, sosok yang tekun memaknai setiap peristiwa yang terjadi pada dirinya, atau di lingkungan sekitarnya, dengan cara menuliskan perenungannya menjadi esai. Hasilnya, pikiran-pikiran yang ia tuliskan sejak tahun 2010 hingga 2019, mengabadi menjadi sebuah buku setebal 256 halaman. Di arena esai, Idham begitu lihai
bermain-main. Ia bisa membawa pembaca menyusuri lorong waktu dan menemui kisah-kisah yang relevan dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Sebagaimana ilustrasi jam dan lautan di sampul bukunya. Idham bisa membentangkan peristiwa masa lalu dalam ruang terbatas penulisan esai. Kemampuan Idham memang sesuai dengan penjelasan Muhidin Dahlan, dalam buku Inilah Esai, yang mengatakan bahwa seorang esais senantiasa bersiasat dengan ruang terbatas agar dapat memberikan pencerahan, gugatan, informasi baru, atau bahkan mencairkan sesuatu yang dianggap baku. Dalam esai berjudul ‘Rakyat’, misalnya, Idham memulainya dengan deskripsi keadaan kaum muda di masa kini yang berjarak dengan persoalan-persoalan rakyat. Lalu, perlahan, Idham membuat pembaca menengok kembali model pengorganisasian rakyat oleh mahasiswa angkatan 80-an, pergerakan mahasiswa 90-an, hingga penjelasan tentang adanya rekayasa rezim untuk membuat rakyat dan mahasiswa menjadi massa ‘mengambang’. “Di tahun 2000-an, di kampus sendiri, mahasiswa semakin disibukkan dengan urusan akademik, dengan bertambahnya
Data Film Narrative By: Christime Hakim, dkk Producers: Tasya Anindita, dkk Creative Department: Fikri, dkk Sound Engineer and Sfx: Hari Kurnia Created By: Mahatma Putra
M
engisolasi diri di rumah menjadi sebuah keharusan di tengah pandemi saat ini. Namun, bagi sebagian orang kebiasaan tersebut bukan hal mudah, apalagi jika mereka menyukai aktivitas di luar rumah dan keramaian. Bukan hal yang mustahil jika kegiatan ini menjadikan orang jenuh dan bosan. Agar terhindar dari kejenuhan ada banyak hal yang dapat kita lakukan, seperti menonton film dokumenter. Sebuah film berjudul “Diam dan Dengarkan” menjadi salah satu film dokumenter yang sangat direkomendasikan untuk ditonton di masa pandemi sekarang. Diam dan Dengarkan adalah sebuah film dokumenter yang
lahir dari perenungan di masa pandemi Corona virus Disease 2019 (Covid-19). Ceritanya dimulai saat bumi terbentuk hingga hari ini dan bagaimana bumi menyikapi setiap kondisi yang terjadi. Film garapan rumah produksi Anatman Pictures ini dirilis pada 27 Juni 2020 lalu, dan bisa ditonton secara gratis di YouTube. Pengerjaan film dokumenter tersebut dilakukan saat masa pandemi sehingga tidak dapat syuting ke mana-mana. Ini membuat Anatman Pictures harus menyiasatinya dengan memakai footage public domain, creative common, dan asas fair use, dengan tetap memperhatikan hak cipta karya. Untuk pemilihan narasumber,
tugas-tugas kuliah. Di Makassar, mulai diterapkan jam malam, mahasiswa yang biasa berdiskusi pada malam hari akhirnya dibatasi ruang geraknya untuk membicarakan persoalan rakyat.” tulis Idham, di halaman 135. Dalam esai-esai Idham, pembaca juga dapat melihat pertautan dari beragam tema besar. Mulai dari soal kebangsaan, agama, politik, sains, hingga filsafat. Serupa dengan tema-tema yang biasa ditampilkan Goenawan Mohamad dalam Catatan nya. Namun, menurut saya, esai-esai Idham dalam buku Gerundelan Peristiwa lebih mudah untuk dimengerti oleh orang awam, dibanding esai yang ada di Catatan Pinggir. Esai Idham lebih ringan dengan bahasa sederhana, tapi tetap mendalam. Selain itu, sebagai orang yang aktif bergelut di dunia konservasi dan pendampingan masyarakat, tulisan Idham juga kerap kali membahas persoalan lingkungan hidup. Seperti esai berjudul ‘Islam dan Ekologi’, ‘Perempuan dan Lingkungan’. ‘Sungai-sungai’, ‘Sampah’ dan ‘Hari Bumi’. Dari lima puluh esai dalam buku ini, saya paling menyukai tulisan yang berjudul ‘Tarian, Batu-batu, dan Apa yang Ada Dalam Diri Manusia’. Dalam esai itu, Idham
5
Data Buku Judul: Gerundelan Peristiwa Penulis : Idhma Malik Tebal : 256 halaman Penerbit : Akasia begitu pandai mengolah peristiwa yang biasa saja, menjadi lebih bermakna. Yah, bagi kebanyakan orang, melihat tari-tarian dan pameran pada perayaan hari ulang tahun kabupaten adalah hal yang biasa. Tetapi, di mata seorang esais seperti Idham, peristiwa itu bisa menjadi bahan tulisan. Idham mampu melihat sisi lain dari peristiwa tersebut, dan menghubungkannya dengan hal yang sedang hangat di masyarakat. “Mungkin batu-batu ini menyihir jiwa mereka, seperti tarian menyihir jiwa saya. Batu-batu itu menjadi pelengkap, menjadi sajian jiwa, dengan dasar keindahan dan diselimuti kepercayaan berlatar kisah. Entah kisah itu betul adanya atau sekadar dibuat-buat. Tapi manusia memang butuh kisah,
mungkinkah manusia modern saat ini, mengalami kehausan kisah, hingga batu-batu berkisah tiba-tiba menghidupkan hasrat purba mereka?” tulis Idham di halaman 183. Begitulah pembacaan saya atas buku Gerundelan Peristiwa yang diterbitkan Penerbit Akasia. Buku ini memang tak bisa dibaca sekali duduk, tetapi buku ini dapat menjadi bacaan segar bagi kita di kala senggang. Anda dapat membacanya secara acak, tidak harus mendarasnya secara berurut. Karena setiap peristiwa yang dituliskan Idham, punya kisah-kisah dan pemaknaan yang menggugah dan mencerahkan. Selamat membaca! Musthain Asbar Hamsah
Diam dan Dengarkan: Menyadari Keterpautan Diri dengan Alam Semesta Anatman Pictures meminta bantuan praktisi kesehatan holistik Reza Gunawan dan pendiri Burgreens, Max Mandians. Mereka diwawancara secara daring melalui via Zoom. Film yang juga disebut sebagai serial “Heal The World” ini terdiri dari enam segmen dan berdurasi 1 jam 26 menit 14 detik. Dengan menonton film tersebut akan membuat kita memutar ulang memori dan menyadari apa saja yang telah manusia lakukan terhadap bumi, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan dan kepunahan spesies lainnya. Pada segmen pertama, menyajikan sepenggal video berjudul “Kiamat yang Tak Terhindarkan” dengan narator aktris Christine Hakim. Bagian tersebut diceritakan perjalanan kehidupan manusia yang mengeksploitasi bumi sejak 12.000 tahun yang lalu. Di segmen kedua, Dennis Adhiswara menjadi narator pada video berjudul “Mens Sana In Corpore Sano”. Segmen ini dijelaskan korelasi antara kesehatan mental dan kesehatan raga yang sesungguhnya sangat erat kaitannya. Kemudian dilanjutkan dengan
segmen ketiga berjudul “Kerajaan Plastik” dengan narator Arifin Putra. Di bagian ini, narator mengajak kita untuk memikirkan tentang dampak yang ditimbulkan oleh sampah plastik dan cara mengatasinya. Cerita terus bergulir hingga segmen keempat yang dinaratori oleh Eva Celia. Segmen yang berjudul “Air, Sumber (Gaya) Hidup” ini, menjelaskan tentang fungsi air yang identik dengan sumber kehidupan, bergeser menjadi sumber gaya hidup. Tanpa orang sadari, mereka telah mencemari air sebagai sebuah elemen penting kehidupan. Untuk bagian kelima berjudul “Kehutanan yang Maha Esa”, dinaratori oleh Nadine Alexandra. Pada bagian ini dipaparkan tentang urgensi keanekaragaman hayati dalam kehidupan. Selain itu, juga banyak disinggung mengenai dampak ulah tangan manusia terhadap rusaknya hutan. Terakhir, segmen keenam berjudul “Samudera Cinta” yang dinaratori oleh Andien Aisyah. Pada segmen ini banyak disinggung tentang hubungan antara tingkat kebahagiaan manusia dengan keberadaan uang. Melalui segmen
terakhir tersebut, kita diajak untuk bersyukur atas segala sesuatu yang dimiliki dan diberikan oleh tuhan. Dari segi visual, film ini menggunakan motion graphic dan infografis untuk membantu penonton agar lebih mudah mencerna informasi. Namun, dari sisi audionya masih perlu ditingkatkan agar production valuenya tetap terjaga. Sound design dan scoring music juga harus tetap diolah sebaik mungkin. Selain itu, pemilihan gambarnya pun perlu diperbaiki. Misalnya pada segmen tertentu terdapat gambar berbau pornografi, sehingga mereka yang di bawah umur tidak direkomendasikan menonton, padahal tujuan awalnya untuk film edukatif. Meski demikian, secara umum film ini sangat bagus untuk ditonton. Selain menghibur, juga memberikan kita pengetahuan baru mengenai kehidupan di dunia ini. Film tersebut juga menampilkan fenomena yang ada dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia, sehingga berhasil merangkum suara orang-orang yang memperjuangkan lingkungan. Muh. Fajrul
6
SANTAI
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Tema: Omnibus Law
Mendatar 2. Undang-Undang (singkatan) 3. Orang yang melakukan investasi 6. Kepala negara 8. Penduduk suatu negara 9. Lembaga yang mengesahkan undang-undang 10. UU Cipta lapangan kerja (singkatan) 13. Penanaman modal dalam suatu perusahaan 14. Istilah lain omnibus law 16. Regulasi atau undang-undang yang mencakup berbagai isu atau topik
ISTIMEWA
Menurun 1. Meninggalkan pekerjaan dalam beberapa waktu secara resmi 4. Omnibus law (bahasa latin) 5. Bulan penyerahan draf RUU omnibus law ke DPR 6. Penguasa suatu negara 7. Pengusul konsep omnibus law pertama kai di Indonesia 11. Artikel dalam undang-undang 12. Hukum (bahasa Inggris) 15. Negara pencetus omnibus law
Cari Kata MIPA KEHUTANAN PERTANIAN FIKP HUKUM FKG PETERNAKAN FKM
KEDOKTERAN FARMASI KEPERAWATAN FISIP FIB FEB TEKNIK PASCASARJANA
Ketentuan Penebak 1. Civitas akademika Unhas 2. Tulis jawaban di kolom yang telah disediakan 3. Foto jawaban Anda dan Posting di instagram, jangan lupa tag @identitas_unhas dan mention lima orang temanmu untuk ikut kuis ini
4. Pastikan akun Anda tidak privat 5. Pemenang terpilih akan dikonďŹ rmasi melalui Dirrect Messanges (DM) instagram 6. Pemenang terpilih akan mendapatkan hadiah menarik dari pihak redaksi PK identitas Unhas
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
SASTRA
7 PUISI Marsinah Oleh: Fika Saputri
Gemuruh perebutan hak atas nama buruh Dengan perkasa kau memegang cempurit Bersuara lantang “Marsinah Menggugat” Rapuh sudah hukum di negerimu Huru-hara pembantaian membabi buta Kau diperkosa atas nama keadilan Ditembaki atas nama perjuangan Menyeret kematianmu dalam remang-remang Hari berganti minggu, bulan berganti tahun ILUSTRASI/AZZAHRA NABILAH
S
Sebuah Kado
ore itu, awan mendung menjadi saksi dari kebisuan hati Asma. Gadis cantik berdarah Toraja dengan kulit sawo matang tampak berdiri di depan kantin kampus. Bukan tanpa alasan, Asma sedang menunggu kedatangan seseorang yang sedari tadi membuat hatinya gelisah tak karuan. Tidak berselang lama, sosok lelaki berbadan kekar perlahan melangkah ke arahnya. “Halo Asma,” sapa lelaki itu. “Hai Atha,” jawabnya sedikit menunduk malu. Hanya sebuah sapaan namun mampu membuat jantung Asma berdetak kencang dan sesegera mungkin menyembunyikan wajahnya dari lelaki tampan bernama Atha. Asma khawatir jika kegelisahan itu terbaca di raut wajahnya. Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah sekian lama tidak bertemu. Atha bukan mahasiswa yang sekampus dengan Asma tetapi pertemanan mereka sudah terjalin setahun lamanya. Pertemanan itu bermula ketika mereka akan mengikuti kursus bahasa Inggris di Kediri. Waktu itu Atha dan rombongannya bertemu dengan Asma yang ternyata memiliki tujuan sama yaitu ke kampung Inggris. Atha tidak sungkan menawarkan Asma untuk berangkat bersama dengan dia dan rombongannya. Awalnya menolak tetapi akhirnya mengiyakan tawaran Atha dan percakapan pun berlanjut hingga mereka tiba, Kediri. Atha adalah sosok sederhana yang mampu mengalihkan perhatikan perempuan ini dari deretan lelaki yang mendekatinya. Asma tidak tahu kapan dan mengapa rasa itu bisa tumbuh dalam dirinya. “Sudah lama menunggu di sini?” tanya Atha. “Belum lama kok, aku baru saja keluar kelas,” jawabnya. Asma dan Atha pun masuk dan memesan makanan. Kebiasaan, Asma
selalu memesan bakso dan segelas teh manis. Atha pun memesan hal serupa dengan Asma. “Mengapa kamu mengajak bertemu?” tanyanya. “Penasaran ya?” ucap Atha. “Nggak, cuman nanya doang. Kalau tidak mau beri tahu ya tidak apa-apa kok” ucap Asma sedikit cuek. “Makan saja dulu, nanti juga tahu alasan ke sini,” kata Atha Percakapan pun terhenti dan mereka menyantap bakso yang telah disajikan. Kedatangan Atha ke kampus Asma bukan tanpa sebab tetapi dia ingin memberikan Asma sebuah kado. Seminggu yang lalu Asma berulang tahun dan Atha tidak sempat menemui Asma. Asma tidak pernah meminta kado di hari ulang tahunnya tetapi karena merasa bersalah tak menghadiri pesta ulang tahun perempuan ini, Atha pun menyiapkan sebuah kado. Makanan di atas meja telah habis dan mereka segera membayar makanan yang mereka santap. Asma dan Atha tidak langsung meninggalkan kantin karena hujan yang tadinya hanya rintikrintik kini semakin deras. “Asma!” “Iya, ada apa?” jawabnya “Sebenarnya aku ke sini untuk memberikan ini, “ ucap Atha seraya menyerahkan kado itu. “Ini apa Atha?” tanyanya sedikit heran. “Itu kado untukmu. Maaf tidak menghadiri pestamu kemarin” jawab Atha. Atha pun meminta agar Asma jangan membukanya sekarang. Asma kemudian menyimpannya di dalam tas ransel. Ternyata di balik kesederhanaan seorang Atha juga tersimpan ketulusan yang teramat sangat. “Asma, kemarin aku tidak bisa hadir karena sedang mengikuti lomba di Bali” “Tidak apa-apa kok Atha. Santai saja!” ucap Asma Kesederhanaan dan kedewasaan Atha membuat Asma semakin menyukainya. Percakapan yang begitu panjang hingga
terlampau lama mereka menyadari bahwa hujan telah reda. “Alhamdulillah hujannya sudah reda. Kalau begitu aku pamit dulu ya, Asma. Jangan lupa nanti kadonya di buka ya!. Kuharap kamu menyukainya,” ucap Atha Atha pun pergi dan seketika hilang dari pandangan Asma. [Iya, aku pasti sangat menyukainya] kata Asma dalam hati Asma segera kembali ke pondokannya. Malam menyambut, Asma hampir lupa dengan kado tadi siang. Dengan rasa penasaran, Asma membuka kado itu secara perlahan. Betapa senangnya melihat medali emas milik Atha yang diperoleh dari kejuaraan di Bali diberikan kepadanya. Tak hanya medali, juga sebuah gantungan kunci berwarna merah begitu indah dan sebuah surat terselip di dalam kado itu. Asma tidak menyangka Atha akan memberikan ini kepadanya dan berucaplah selembar kertas kepadanya. “Kado ini kuberikan untuk orang yang istimewa sepertimu. Ini adalah sebuah medali yang kudapatkan beberapa hari yang lalu saat mengikuti kejuaraan di Bali dan kuharap kamu menyukainya. Medali ini sama berharganya dengan dirimu dan tolong dijaga dengan baik. Oh yaa untuk gantungan kuncinya juga sengaja kucari yang warna merah karena kutahu kau sangat menyukainya warna itu. Tolong, jangan berubah. Kau sahabatku dan akan selamanya menjadi sahabat terbaikku.” Sebuah pesan singkat dalam surat membuat dada Asma seakan sesak dan air mata tiba-tiba jatuh membasahi pipinya. Kedekatan mereka begitu lama ternyata hanya sebatas persahabatan, tidak lebih. Bagaimana Asma akan melupakan kejadian hari ini. Sakit, lalu apa lagi, namun gadis ini harus menerima kenyataan bahwa dia hanya seorang sahabat. Penulis : Armila Ansarullah Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Unhas, angkatan 2018.
Hasil gugatan yang kau suguhi kematian Tak lekas jua menemukan titik terang Para predator berpesta riang di gubuk persembunyian Hingga detik ini, tak satupun mampu menampakkan dan merobek kebengisan yang menghadirkan titik terang Mungkin dikubur di bawah lapisan inti bumi? Lalu di gembok dengan kekuasaan! Marsinah, meski ragamu telah lebur Namun, sisa-sisa perjuanganmu tetap abadi Potretmu tak luntur, tersebar dimana-mana Tetap menjadi rantai dalam ingatan. Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Angkatan 2018.
Sampai Jumpa Oleh: Widya Sari Asis
Semilir angin mendengar sabdaku Diam membungkam dalam keheningan malam Kutanggalkan semua persepsi Kukubur rapat bunga tanpa kumbang Kau selalu datang tanpa permisi Dan kegemaranmu hanya sebentar Setelah itu kau lari, takut kukejar Sekali menengok dan tetap berlari Kau lempar dadu, memintaku bermain Kujalankan pion-pion dan air berlinang di wajahku Engkau menikmati permainan ini Sudah berkali kali memenangkannya Kau hanya menunggu waktu untuk mengucap Sampai di sini, permainan kita telah usai Sampai jumpa. Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Angkatan 2018.
RAMPAI
8
SIA, Dorong Pemerataan Pendidikan Hingga ke Pelosok
D
i era digital sekarang ini, akses pendidikan di berbagai wilayah semakin mudah ditemui. Dari sekolah negeri hingga swasta bahkan menjamur seiring bertambahnya populasi di suatu wilayah. Namun, di tengah kemudahan akses pendidikan yang sekarang dirasakan anak-anak, ternyata masih terdapat beberapa wilayah yang belum bisa menikmati kemudahan dalam memperoleh pendidikan. Jangankan untuk memperoleh pendidikan dengan fasilitas yang mumpuni, untuk sekadar merasakan pendidikan yang layak pun masih sulit. Keprihatinan inilah yang menjadi pemicu terbentuknya Sikola Inspirasi Alam (SIA). Berawal dari obrolan Andi Irwansyah bersama ketiga rekannya, Ahzan Muzri S, Wismaul Fajriah, M Faisal LutďŹ mengenai pendidikan
di pelosok, melahirkan sebuah ide untuk membentuk komunitas yang dapat membantu memfasilitasi pendidikan di pelosok daerah. Mereka yang sama-sama memiliki latar belakang yang berfokus di bidang pendidikan kemudian menggagaskan komunitas SIA yang akhirnya diresmikan pada 2 Mei 2016, tepat di Hari Pendidikan Nasional. SIA adalah komunitas kesukarelawanan di bidang pendidikan dengan tujuan membangun pendidikan di daerah pegunungan dan pedalaman. Dengan visi “terbentuknya generasi terdidik yang religius dan peduli terhadap kehidupan masyarakat serta alam sekitar�, SIA membantu pendidikan siswa sekolah dasar di daerah-daerah pelosok Sulawesi Selatan, terutama daerah yang jauh dari kota dan kekurangan tenaga pengajar. Selain membantu
mengajarkan pendidikan formal di kelas, SIA juga memberi kesempatan kepada mereka untuk merasakan pengalaman belajar dengan konsep yang menyenangkan. Tidak hanya belajar di kelas, para siswa diajak untuk mempelajari hal-hal yang ada di alam sekitar mereka. Selama masa pengabdian yang berdurasi empat hari dalam sebulan. Ada lima kelas yang diajarkan oleh para relawan. Di antaranya, kelas formal, kelas kreatif, kelas agama, kelas inspirasi alam, dan Outbond. Pada kelas formal, para siswa diajarkan pelajaran umum di kelas, tetapi dengan metode yang lebih menyenangkan. Di kelas agama, siswa diajarkan ilmu agama seperti tata cara salat dan berwudu. Sedangkan di kelas kreatif, siswa diajarkan untuk mengolah hasil alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, menjadi barang
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
DOKUMENTASI PRIBADI
yang memiliki nilai guna dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tempat pulpen dari bilah bambu, layanglayang dari daun, mading dari ranting-ranting pohon, dan masih banyak lagi. Hampir mirip dengan kelas kreatif, di kelas inspirasi alam para siswa diajarkan untuk lebih memanfaatkan tumbuhan yang ada di alam. Di kelas ini, siswa diperkenalkan tumbuhan yang dapat di tanam sebagai obat keluarga. Pada hari terakhir, relawan akan mengajak para siswa untuk Outbond dengan memainkan permainan seru agar lebih dekat bersama siswa. Dalam pelaksanaannya, semua media serta indikator pembelajaran dilaksanakan sesuai kurikulum yang telah dirancang oleh Divisi Kurikulum SIA. Setelah empat tahun berdiri, SIA telah melaksanakan pengabdian di empat wilayah berbeda. Tahun pertama berlokasi
di Kampung Lappara, Sinjai Tengah, tahun kedua di Cindakko, Maros, tahun Ketiga Cenrana, Maros, dan tahun ini di Bukkere, Sidrap. Masyarakat serta tenaga pendidik di lokasi pun merasa sangat terbantu, dan mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan SIA di desa mereka. Untuk bergabung menjadi relawan SIA, ada beberapa tahap yang perlu dilewati. Di antaranya, tahap registrasi secara online, serta tiga kali pertemuan. Relawan yang dinyatakan lulus akan diberikan pendampingan dari relawan senior untuk meningkatkan kemampuan mereka sebelum diberangkatkan menuju lokasi pengabdian. Hingga saat ini, relawan yang telah bergabung dengan SIA berjumlah lebih dari 200 orang, dari 24 kali proses perekrutan. Mulai dari siswa SMA, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, hingga masyarakat umum dari berbagai daerah khususnya Sulawesi Selatan. Setiap bulannya, SIA memberangkatkan relawan yang berbeda. Jika ingin mengenal lebih dekat tentang komunitas ini, SIA juga aktif berbagi kisah di media sosial seperti Instagram di @sia_volunteers, Facebook di Sikola Inspirasi Alam, Twitter di @relawansia, serta di Youtube Sikola Inspirasi Alam. Andi Irwansyah sebagai salah satu founder dari SIA berharap dengan adanya komunitas ini, dapat membantu membangun Indonesia dari pelosok. Ia juga berharap dengan adanya komunitas seperti SIA, dapat membantu pemerataan fasilitas pendidikan di Indonesia.ď Ž Risman Amala Fitra
WANSUS
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
9
Junjung Keberagaman, Aksi Nyata Berantas Rasisme
B DOKUMENTASI PRIBADI
Data diri: Nama: Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si Tempat tanggal lahir: Makassar, 9 Januari 1971 Alamat: Jl. Maccini Raya 2 , Makassar Riwayat pendidikan: S1. Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, S2. Kajian Wilayah Amerika, Universitas Indonesia, S3 (sedang menempuh pendidikan Doktor Ilmu Hubungan Internasional pada Universitas Padjadjaran Bandung) Pekerjaan: Dosen Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin
Apa sebenarnya yang menjadi akar munculnya rasisme, khususnya kasus di Amerika? Rasisme yang terjadi di Amerika seperti kita lihat baru-baru ini, sebenarnya berkaitan dengan persoalan perbudakan yang terjadi di Amerika. Ketika baru dibentuk, sekitar 400 tahun yang lalu orang kulit putih di Eropa pindah ke Amerika. Perekonomiannya saat itu ditopang oleh perbudakan, mereka membangun perkebunan besar, ekonomi berbasis pertanian. Orang kulit hitam datang karena dijual sebagai budak dan itulah yang terbawa sampai sekarang. Jadi kalau dibilang apa sih akar rasisme di Amerika? Ya, akarnya adalah perbudakan. Mengapa permasalahan atau isu tentang rasisme selalu saja muncul di tengah masyarakat Amerika? Sebenarnya, di Amerika pernah terjadi perang saudara tahun 1840. Ada kubuh yang menentang perbudakan dan ada pula yang yang masih Pro. Tetapi, dalam perjalanannya, kelompok yang menentang perbudakan itu kalah dalam perang, sehingga Amerika sulit meluncurkan undang-undang penghapusan perbudakan. Sejak 1860an penghapusan perbudakan sudah ada aturannya. Secara institusi, perbudakan mungkin hilang, tapi kultural budaya sudah terlanjur mengakar di masyarakat itu butuh waktu lama agar bisa terhapuskan. Karena prejudice rasialis itu tetap ada sampai sekarang. Hukum bisa berubah, tapi dalam masyarakat yang sudah menjadi budaya dan menjadi kebiasaan, prasangka ini sulit untuk
diubah meskipun bahkan sudah ada presiden Amerika yang berkulit hitam. Bagaimana pendapat Anda tentang kasus George Floyd yang sempat menggemparkan dunia? Orang protes itu kan sebenarnya karena perlakuan polisi. Mulai dari bagaimana George Floyd itu ditangkap dan diperlakukan dengan cara yang tidak manusiawi. Itu yang menyebabkan kemarahan luar biasa sehingga terjadi demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat. Orang ramai-ramai memasang tulisan I can’t breathe. Jadi di Amerika, polisinya ketika menangani orang kulit hitam, ada kekerasan berlebihan dibandingkan saat menangani orang kulit putih. Sebenarnya kalau di Amerika Serikat, sejarah kekerasan polisi terhadap orang berkulit hitam itu cukup panjang. Banyak kejadian sebelumnya yang berkaitan dengan perlakuan berlebihan terhadap orang kulit hitam. Makanya, tuntutan massa sekarang adalah agar polisi itu melakukan perubahan terhadap prosedur penanganan persoalan kejahatan dalam masyarakat. Adanya persoalan rasisme, membuat kasus ini semakin mengemuka. Rasio orang dipenjara dengan jumlah penduduk, di seluruh dunia itu Amerika Serikat yang paling tinggi, dan kalau tidak salah hampir 30% dari orang itu adalah orang kulit hitam. Seberapa parahkah masalah rasisme yang terjadi di Amerika jika dibandingkan dengan di Indonesia atau di negara lainnya? Saya kurang mengikuti bagaimana
elakangan ini, orang-orang sedang hangat membicarakan tentang rasisme yang terjadi di Amerika Serikat. Penyebabnya adalah kematian George Floyd akibat diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh oknum kepolisian Minneapolis Amerika Serikat (25/5). Peristiwa yang terekam dalam video yang berdurasi sekitar sepuluh menit itu memicu kegeraman dunia. Massa memprotes perlakuan oknum kepolisian yang dengan negara lain, tapi di Amerika rasisme itu cukup tinggi. Saya tidak bisa membandingkan dengan negara lain. Gerakan yang terjadi sekarang akhirnya menyebar kemana-mana. Rasisme di Amerika Serikat itu memang luar biasa. Rasisme sebenarnya adalah prasangka terhadap satu kelompok masyarakat, biasanya minoritas yang dianggap memiliki citra buruk. Jika masih pada tatanan sosial, maka hanya mengatur permasalahan sosial. Kemudian menjadi masalah ketika prasangka itu masuk ke ranah hukum, sehingga mulai dibuat aturan secara terselubung yang berisi rasisme. Hal tersebut disebut rasisme struktural dan saat ini sedang diprotes. Rasisme di Amerika Serikat itu kelihatan di berbagai persoalan-persoalan sosial. Jadi dia menyebar ke persoalanpersoalan lain, seperti akses terhadap jaminan kesehatan, akses terhadap sekolah, aktivitas politik, mendapatkan pekerjaan. Itu yang membuat rasisme di Amerika Serikat tinggi. Jika melihat kasus di Indonesia, bagaimana seharusnya mahasiswa menyikapi masalah rasisme yang kerap dirasakan masyarakat Papua, bahkan terjadi di kampus sendiri? Jika orang Papua sendiri sudah merasa diperlakukan berbeda seperti itu, maka mereka bisa menganggap bahwa apa yang dialami adalah persoalan rasisme. Mahasiswa harus sadar, dalam hubungan-hubungan sosial ada kelompok yang merasa sudah diperlakukan tidak setara seperti itu. Jadi sudah saatnya orang harus belajar mengenai sensitivitas dalam berhubungan sosial. Dulu Mungkin kita bisa menyepelekan tentang pendidikan karakter, kita
dianggap rasis terhadap orang berkulit hitam. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab rasisme terjadi khususnya di Amerika? Mengapa masalah ini sangat sulit untuk diberantas? Berikut wawancara khusus salah satu Reporter PK identitas, Risman Amala Fitra bersama Pusparida Syahdan SSos MSi, salah satu Dosen Hubungan Internasional yang mengikuti kasus rasisme yang terjadi di Amerika.
mudah menghafalkan Pancasila sebagai lambang perbedaan, menghafalkan Bhinneka Tunggal Ika, itu mudah saja kita lakukan apabila berada di sebuah lingkungan yang segolongan dengan kita. Tapi karena lingkungan kampus itu sudah menjadi sangat beragam, maka kita harus mulai sadar makna dari Bhineka Tunggal Ika. Slogan ini belum memiliki makna ketika kita berada di lingkungan yang homogen. Tetapi ketika berada di lingkungan yang ada dosen dari luar negeri, ada teman dari Papua, ada teman dari Nusa Tenggara, ada orang dari Jawa, justru di situlah orang bisa memaknai Bhinneka Tunggal Ika sebagai sensitivitas sosial. Sekaranglah Saatnya untuk kita bicara dan sadar bahwa banyak orang yang beragam dan berbeda dari kita. Perbedaan itu bukanlah ancaman bagi kita. Kampus lah tempat di mana terpaan terhadap perbedaan itu menjadi sangat tinggi. Ketika perbedaan itu mulai diajarkan dari kampus sebagai sesuatu yang biasa, maka itu bisa membuat kita terlatih dengan orang yang berbeda karakter. Apa saja upaya yang perlu dilakukan untuk memberantas rasisme? Kalau dalam pikiran saya yang simpel-simpel saja. Mungkin kegiatan-kegiatan yang isinya dibuat seberagam mungkin pesertanya, sehingga kita bisa belajar budaya masingmasing. Kalau di hubungan internasional kita belajar mengenai diplomasi kuliner. Diplomasi kuliner itu ketika satu negara memperkenalkan dirinya melalui makanan. Tingkat resistensi orang ketiga diperkenalkan melalui makanan itu lebih rendah dibandingkan ketika orang berbicara mengenai militer. Memperkenalkan budaya yang berbeda melalui makanan
merupakan salah satu pembuka pintu dialog yang cukup bagus. Contoh lainnya misalnya, Kpop. Awalnya dari musik, sekarang orang mulai mengonsumsi baju, makanan, tapi kita tidak merasa dijajah oleh Korea. Kalau sensitivitas seperti itu bisa terbuka, orang tidak akan terlalu merasa berbeda dengan orang lain. Jadi ketika tingkat resistensinya rendah, situasi sosial pun menjadi sangat cair. Di Indonesia, sejarah sudah dibangun dengan pernyataan bahwa kita memang beragam. Ketika sudah menyatakan bahwa membangun negara yang isinya tidak sama, bagaimana mengelola perbedaan itu agar yang berbeda itu hidupnya tidak ekspresif dalam bentuk kekerasan, tapi lebih ke bentuk penerimaan dan sebaliknya. Bahkan dikelola dalam bentuk yang sederhana di levellevel biasa dan tidak perlu dipaksakan oleh negara. Apa yang harus dilakukan seseorang ketika menjadi korban rasisme dan menerima perlakuan yang kurang menyenangkan? Sebaiknya kita harus menjaga agar orang tidak diperlakukan dengan tidak baik karena persoalan rasisme. Harus ditanamkan dalam diri bahwa kita hidup di masyarakat yang beragam, itu yang perlu! Pendidikan yang berbasis keberagaman sangat penting. Ketika seseorang mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, dia bisa komplain ketika merasa tidak nyaman. Ketika ia merasa tertekan, ia tidak akan bisa bercerita. Mungkin bagi kita itu adalah hal yang biasa, tapi bagi mereka hal yang tidak menyenangkan. Kemudian ketika merasa tidak nyaman, ia punya social save atau tempat untuk meminta tolong saat merasa mendapatkan perlakuan rasis. ď Ž
10
identitas
POTRET
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Mencatat Peserta Rapid Test
Suasana Rapid Test
Akses Layanan Rapid Test di Fakultas Pertanian
F
Anteran Rapid Test
Naskah dan Foto : Arisal
akultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Faperta Unhas) menggelar rapid test yang juga diikuti oleh para pegawai dan tenaga pendidik dari Fakultas Peternakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, dan Fakultas Kehutanan, Rabu (17/06). Pelaksanaan rapid test tersebut rencananya hanya akan digelar sehari saja. Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Sumberdaya Faperta Unhas, Dr rer nat Zainal STP MFoodTech, menyampaikan hal ini tergantung dari
kecepatan tenaga medis menyelesaikan pengerjaannya. “Namun yang pasti tenaga pendidik sudah di rapid test hari ini,” jelas Zainal. Lebih lanjut, ia berharap semua tenaga pendidik yang menjalani rapid tes hari ini, hasilnya negatif. Namun, jika memang ada yang reaktif, kita harap yang bersangkutan untuk mengisolasi diri. “Sampai pemeriksaan hari ini, saya mengamati. Alhamdulillah belum ada yang reaktif,” paparnya.
Pengambilan sampel darah
Test Darah
Berbincang
Persiapan Rapid Test
identitas NO.identitas 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
LAPORAN UTAMA
11
Kuliah Umum: Dalam rangka Dies Natalis ke-68, Fakultas Hukum menggelar kuliah umum bertajuk “Kupas Tuntas Polemik RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja” di Baruga Baharuddin Lopa, Jumat (21/2). DOKUMENTASI PRIBADI
Mengenal Konsep Baru Penyederhanaan Sistem Hukum Indonesia Omnibus Law menjadi perbincangan yang tiada henti pada tujuh bulan terakhir. Lantas apa sebenarnya Omnibus Law itu?
O
mnibus law pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo pada pidato pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia 2019-2014, Minggu (20/10/2019). Dilansir pada katadata.co.id, Jokowi menjelaskan omnibus law terdiri dari Undang-undang (UU) besar yakni UU Perpajakan dan UU Cipta Lapangan Kerja. UU ini akan meyederhanakan kendala regional yang dianggap berbelit-belit. Senada dengan presidan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengatakan, disahkannya omnibus law akan mempermudah masuknya investor lantaran selama ini banyak aturan yang tumpah tindih. “Hukum itu memuat banyak hal tapi efisien, memang tujuanya ke satu pasar yang sama,” kata Mahfud dikutip dari cnnindonesia.com. Ia melanjutkan, istilah omnibus berawal dari sebuah bus di Kota Parid, Prancis. Bus tersebut dapat mengangkut barang dan orang sekaligus ke satu tujuan, saat itu tahun 1830 bus barang dan penumpang dipisah. Omnibus kemudiaan dipakai di Negaranegara Amerika Latin untuk sebuah istilah hukum yang bisa mengatur banyak hal melalui UU.
“Pada tahun 1839 belum ada bus yang dipakai untuk mengangkut orang dan barang sekaligus. Bus itu disebut dengan Omnibus,” lanjut Mahfud, Rabu (22/1). Kisah yang sama juga diceritkan oleh Dosen Fakultas Hukum, Fajlurrahman Jurdi SH MH. Kata Fajlur, Omnibus Law atau Omnibus bill adalah sistem hukum yang dikenal di negara-negara Anglo Saxon. Bus besar yang mengangkut semuanya, untuk tujuan tertentu di satu tempat. Ini berkembang menjadi istilah hukum di Amerika Latin. “Sekitar tahun 1800-an yang semula tidak berhubungan dengan hukum, tetapi menyangkut kendaraan, yakni bus. Bus besar yang mengangkut semuanya, untuk tujuan tertentu di satu tempat,” kara Fajlur. Beberapa sumber menuliskan pada tahun 1840, UU Omnibus Law berisi aturan perbudakkan dan berhubungan dengan disharmoni dan nasionalisme Amerika dan mengatur jalur kereta api. “Artinya ini berkembang di Amerika sudah lama,” lanjutnya. Konseptual Omnibus Law Omnibus Law sebenarnya berkaitan dengan penyatuan
berbagai peraturan ke dalam satu jenis UU. Artinya pengaturan ini bersifat kompleks, mengatur berbagai segmen dan berbagai hal, tetapi dalam satu jenis UU. Namun, menurut Fajlur, dualisme sistem hukum dengan pendekatann vis a vis sudah tidak bisa lagi digunakan saat ini. Karena antara sistem hukum Anglo Saxon, Civil Law dan Socialist Legality sebagai tiga sistem besar sudah kurang relevan, meskipun secara teoritis dan akademis selalu dipelajari. “Indonesia sejak dulu teridentifikasi sebagai bagian dari sistem Eropa Kontinental yang dikenal dengan Civil Law System. Karena secara historis, kita pernah dijajah oleh Belanda dan sistem hukum itulah yang kita gunakan,” paparnya, Minggu 2/8/2020. Civil Law adalah ketaatan pada norma. Ketaatan pada norma hukum sebagai perintah tertinggi kekuasaan. Namun dalam konteks Omnibus Law, memang ini secara keseluruhan menggunakan gagasan dasar dari sistem hukum Anglo Saxon. Ketaatan itu yang banyak ditemukan persoalan. “Akibatnya, Banyak hal yang diatur, tetapi malah bertentangan putusan MK, bertentangan dengan prinsip-prisip penyusunan
peraturan perundang-undangan, dan lain-lain,” tutur pria 36 tahun itu. Hal ini memang tidak sederhana kalau dikaitkan dengan sistem hukum, karena sebenarnya UUD kita sudah tidak lagi menganut tunggal paham Civil Law. Misalnya istilah Rechstaat yang dulu ada di penjelasan UUD 1945, dihapus dan tidak lagi ditemukan di dalam UUD NRI tahun 1945 yang telah diamandemen. Saat ditanya mengenai sistem Omnibus Law yang akan di terapkan di Indonesia, Fajlur mengatakan ada empat kerugian yang akan dirasakan para pekerja. Pertama, jika merujuk ke naskah lama, maka tenaga kerja tidak punya banyak harapan. Mereka akan menjadi tenaga kerja kontrak seumur hidupnya. Kedua, tidak ada lagi jaminan kualitas tenaga kerja. “Pokoknya siapa saja yang kerja, sepakat dengan aturan perusahaan, maka dilaksanakan kerja. Kalau sudah tidak diperlukan, mereka seenaknya ditendang keluar,” tegasnya. Ketiga, skema pengupahan tidak lagi perbulan, tetapi dihitung perjam. Apa ini tidak melanggar konstitusi? Tidak ada jaminan upah yang pasti serta mereka mencabut pasal-pasal pengupahan
dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, terutama pengaturan soal pengupahan. “Bayangkan, tidak ada pesangon, tidak ada upah minimum, jaminan sosial terancam hilang, dan celakanya tidak ada sanksi pidana bagi perusahaan,” seru Fajlur. Keempat, ada 79 UU terdampak pada saat klaster awal, tetapi perkembangannya sudah lebih dari 79 UU terdampak. Ini merumitkan banyak pihak di tahap impelementasi. Fajlur menjelaskan, jika hal-hal ini masih terus dipertahankan hingga pengambilan keputusan di tahap dua di paripurna, maka kita bisa pastikan, rakyat harus gigit jari. “DPR dan presiden tidak melindungi rakyat dan para pencari kerja. Kasian para sarjana, terutama yang sekarang tidak tergerak hatinya untuk melakukan aksi demonstrasi dan penolakan terhadap RUU ini. Nanti saat disahkan, saat anda selesai, dan mau cari kerja, anda hanya buruh yang tak punya masa depan dan tak punya jaminan,” tutup pria kelahiran Bima itu. Tim Laput
12
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 020
LAPORAN UTAMA
IDENTITAS/ARISAL.
Tolak Omnibus Law: Aliansi Mahasiswa Unhas menggelar aksi dan panggung bebas ekspresi menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja, di depan pintu 1, Selasa (10/4).
S
Respon Kampus Merah Terkait RUU Omnibus Law
ejak diperkenalkan presiden Jokowi pada Oktober 2019, Omnibus Law mendapat berbagai respon dari sejumlah kalangan. Pro dan kontra turut mewarnai proses perumusan RUU yang disebut-sebut menyederhanakan Undang-Undang ini. Riak protes dari kalangan mahasiswa dan buruh pun tak luput disaksikan di berbagai media, maupun secara langsung. Lantas, bagaimana Unhas merespon rancangan Omnibus Law ini? Ketika diwawancarai melalui Whatsapp, Selasa (22/6) Dekan Fakultas Hukum, Prof Dr Farida Patittingi menyatakan pihaknya belum melakukan kajian kelembagaan terkait isu ini, “Kalau dari lembaga, yaitu Fakultas Hukum, kami belum ada kajian khusus,” ujarnya. Lebih lanjut Farida menjelaskan, dalam menanggapi RUU Omnibus law, sempat dilakukan diskusi di awal, namun tidak berlanjut hingga saat ini dikarenakan situasi pandemi. Selain itu, Farida juga mnyatakan dirinya secara pribadi sudah terlibat sejak awal dengan Kemenkum HAM. Berbeda dengan Fakultas Hukum, rupanya sejumlah lembaga kemahasiswaan di Unhas telah melakukan kajian dalam merespon omnibus law ini. Ketika diwawancarai via WhatsApp, Senin (22/6), Javier Maramba Pandin, ketua Insersium Unhas menyatakan
pihaknya telah melakukan konsolidasi dan kajian bersama beberapa lembaga BEM Fakultas di Unhas. “Kami beberapa kali melakukan konsolidasi bersama beberapa lembaga mahasiswa lainnya seperti BEM FH, dan beberapa BEM fakultas membahas RUU Omnibus cipta kerja ini,” tuturnya. Vier, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa konsolidasi yang pertama kali dilakukan pada bulan Maret membahas lembagalembaga apa saja yang akan terlibat dalam kajian merespon RUU Omnibus law. Ada dari Insersium, BEM Hukum, ada juga beberapa BEM Fakultas, inilah yang kemudian tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu (AUB). Seiring berjalannya waktu, pembahasan kajian RUU Omnibus Law ini dibagi ke dalam beberapa klaster. Misalnya dari fakultas pertanian, mereka mengkaji tentang apa yang menyangkut tentang pertanian di omnibus law RUU Cipta Kerja. Vier menjelaskan, dalam pembentukan undang-undang sendiri ada unsur formil dan unsur materil, dalam hal ini BEM Hukum mengkaji tentang asas pembentukan Undang-Undangnya secara formil, sedangkan unsur materilnya dikaji oleh BEM yang lain. “Kami sendiri dari Insersium membahas terkait ketenagakerjaan,
karena disitu banyak menyangkut yang disebut dengan hak Ekosob (Ekonomi, Sosial dan Budaya), itu juga termasuk dalam HAM. Klaster kajiannya dibagi berdasarkan disiplin ilmu masing-masing,” ujarnya. Selanjutnya, hasil kajian AUB ini kemudian diterbitkan dalam bentuk Academic Paper dengan judul “ Tergerus Omnibus” yang pertama kali dipublikasikan pada 21 Maret 2020 pada laman website insersium.or.id. Selain beberapa kali melakukan konsolidasi dan kajian terkait RUU Omnibus Cipta Kerja, sejumlah lembaga mahasiswa yang tergabung dalam AUB juga beberapa kali melakukan aksi menyuarakan penolakan terhadap RUU Omnibus Law ini, yaitu pada tanggal 10 dan 13 Februari 2020. Menurut Vier, upaya yang dilakukan pihaknya saat ini masih menempuh tahap advokasi nonlitigasi, seperti gerakan sosial masyarakat seperti demonstrasi. Hal ini dikarenakan omnibus law saat bisa dikatakan produk belum jadi. Sehingga, jika ingin menempuh jalur hukum, harus disahkan dulu, baru kemudian bisa dilakukan judicial review. “Untuk saat ini, kita menekan paling tidak DPR provinsi agar aspirasi masyarakat Sulawesi ini bisa tersampaikan bahwa kami menolak omnibus law ini. Itu yang paling bisa dilakukan
sekarang, harapannya kami tunda pembahasan atau sekalian batalkan pembahasan ini,” harapnya. Lebih lanjut Vier menjelaskan, saat ini RUU Omnibus Law sudah masuk tahap pembahasan. Jika memang ini disahkan, maka masyarakat akan tetap berdemonstrasi. Selain itu harus dipersiapkan kajian tertentu yang bisa patahkan bahwa omnibus law tidak semuai dengan konstitusi, tidak sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara, oleh karena itu harus disiapkan kajiannya untuk judicial review nantinya dan itu butuh waktu. Dengan diterbitkannya academic paper ini, vier mengungkapkan harapannya agar awareness nya teman-teman di Unhas bisa lebih besar tentang omnibus law ini. Karena, menurut Vier, RUU ini dari asas pembentukannya saja sudah menyalahi karena terkesan ditutuptutupi dan dipercepat. Vier menerangkan, RUU ini ancamannya bisa kena siapapun, bukan hanya buruh kasar yang kerja di pabrik, melainkan semuanya. Pengaturan tentang TKA diatur, tentang hubungan kerja diatur ulang, tentang outsourcing diatur ulang, tentang PHK, dan tentang pengupahan semuanya diatur ulang dan lebih memudahkan investor untuk bias berinvestasi di Indonesia, itu sebenarnya yang dikejar dengan dalih Ekonomi bisa naik, lapangan kerja semakin
terbuka. “Menurut survei yang pernah saya baca, perbandingan 2010 dan 2017, ekonomi memang naik pada tahun 2017, tetapi serapan tenaga kerja itu berkurang 10-20%,” ungkapnya. Selain Insersium dan beberapa lembaga BEM Fakultas yang tergabung dalam AUB, BEM Unhas juga telah menerbitkan hasil kajian serta pernyataan sikap. Ketika diwawancarai via WhatasApp, wakil presiden BEM U, Zuhud menyatakan sikap penolakan terhadap RUU Omnibus Law Ciptaker ini. “Kami dari BEM U sudah keluarkan hasil kajian serta pernyataan sikap.” Adapun pernyataan sikapnya yaitu, pertama menolak keseluruhan RUU ciptaker. Kedua, mengecam pemerintah yang tidak patuh terhadap UU NO 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Ketiga, mengecam tindakan pemerintah yang dinilai telah mengkhianati semangat otonomi daerah yang menjadi cita-cita reformasi. Keempat, mengecam pemerintah yang tidak mematuhi putusan MK yang bersifat final dan mengikat. Hasil kajian dan pernyataan sikap yang berjumlah 56 halaman tersebut dipublikasikan oleh Kabinet Perubahan BEM U pada 31 Mret 2020 dengan judul “Sebuah Sikap dan Kajian, Catatan Merah Omnibus Law Cipta Kerja”. Tim Laput
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, MEI 2020
13 9
Pasal Kontroversial dalam Draf RUU Omnibus Law Pro dan kontra Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja hingga kini masih terus berlanjut.
IDENTITAS/ DHIRGA ERLANGGA
Hak Pekerja: Seorang Cleaning Service memegang baliho bertulis aspirasinya, Senin (5/2). Pekerja menuntut penambahan gaji hingga jaminan kerja dan kesehatan dari perusahaan. ISTIMEWA
D
i tengah pandemi Covid-19, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terus melanjutkan pembahasan RUU Omnibus Law yang kabarnya akan rampung pada awal Oktober 2020 dan akan diserahkan kepada Badan Musyawarah DPR RI untuk disahkan. Namun, langkah ini mendapat kecaman dari para buruh lantaran dinilai banyak merenggut hak-hak mereka dan menjadi ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman mengklaim Undang-Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja bisa meningkatkan perekonomian hingga 5,7 sampai 6 persen dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia hingga 2,7 hingga 3 juta orang per tahun. Disamping itu, pada pembacaan Nota Keuangan 2021 di Gedung DPR, Jumat (14/8), Presiden Joko Widodo berharap, omnibus law bisa mendorong investasi dan memulihkan ekonomi nasional setelah pandemi Covid-19. “Omnibus law, perpajakan dan pemberian berbagai insentif perpajakan yang tepat dan terukur diharapkan mampu mendorong peningkatan investasi dan daya saing nasional, mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, serta memacu transformasi ekonomi,” kata Jokowi dikutip dari cnnindonesia. Tetapi, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Perhimpunan Studi Advikasi Demokrasi, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Isersium)
Unhas, terdapat beberapa pasal yang dinilai merugikan tenaga kerja Indonesia. Pertama, ketentuan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam Pasal 42, 45, 47 dan 49 UUK 1/2003. “Pasal tersebut dinilai dapat memudahkan TKA untuk mendapat pekerjaan, memegang saham dan berinvestasi di Indonesia melalui peringkasan proses administrasi yang awalnya memerlukan perizinan dan pengesahan menjadi cukup pengesahan saja,” tulis Insersuim dalam draf hasil kajiannya. Ayat pertama, pengupahan yang terdapat pada pasal 88C draft RUU berbunyi, gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman. Ayat dua dijelaskan lebih lanjut bahwa upah minimum sebagaimana disebut di atas merupakan Upah Minimum Provinsi (UMP). Aturan tersebut dinilai akan menjadi alasan perusahaan menerapkan gaji per jam dan menghilangkan upah minimum kabupaten dan UMKM. Kedua, perjanjian kerja. Dalam RUU Cipta Kerja, tak ada lagi batasan terhadap jangka waktu dan jenis pekerjaan yang dapat menjadi objek Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). PKWT dapat berakhir saat pekerjaan selesai juga membuat pekerja rentan diPHK karena pengusaha dapat memutuskan secara sepihak kapan pekerjaan berakhir. Ketiga, pengupahan. Pasal 93 mengenai hak upah pekerja akan dihapuskan bagi pekerja yang melakukan izin sakit, keperluan menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran, meninggalnya anggota keluarga hingga cuti haid hari pertama bagi perempuan. Selain itu, menurut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas yang diketuai oleh Abdul Fatir Kasim, omnibus law juga berdampak pada bidang pendidikan. Pada pasal 53 ayat 1,2 dan 3 UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Analisis BEM Unhas menyatakan bahwa penyederhanaan perizinan investor dapat memudahkan siapa saja mendirikan sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia. “Dapat dikatakan bahwa pendidikan dalam perspektif RUU dikualifikasikan sebagai bahan investasi,” dikutip dari draf kajian BEM Unhas. Lebih lanjut, politik hukum dalam penyusunan RUU Cipta Kerja mengharuskan kewenangan menteri/ pimpinan lembaga, gubernur dan bupati atau walikota perlu ditata kembali berdasarkan perizinan dan menerapkan penggunaan teknologi informasi dalam pemberian. “Mempertegas orientasi pendidikan hanya pada profit. Pendidikan hanya bisa digerakkan oleh pelaku usaha, dimana mereka dapat berorientasi pada keuntunggan,” lanjutnya lagi. Di sisi lain, Emil Salim yang disebut-sebut sebagai senior ekonomi menghawatirkan dampak omnibus law terhadap lingkungan dan pembangunan. Dikutip dari terbitan nasional.kompas.co, Ia menilai Indonesia akan mengalami
ketertinggalan dengan negaranegara yang sudah menerapkan pembangunan berkelanjutan. Kata Emil, dalam pembangunan tidak boleh lagi memprioritaskan antara ekonomi, sosial atau lingkungan tetapi harus dikembangkan secara bersama-sama. Emil menjelaskan, pembangunan berkelanjutan muncul akibat kerusakan lingkungan. Sedangkan, izin lingkungan dihapus dalam omnibus law, padahal perubahan iklim dan banjir banyak terjadi akibat pembangunan ekonomi. Permasalahan lingkungan ini passtinya akan berdampak pada perekonomian. “Penggunaan sumber daya energi, batubara dan segara macam berpengaruh terhadap lingkungan. Masalah lingkungan seperti perubahan iklim, naiknya permukaan laut, banjir dapat
memukul ekonomi,” lanjutnya. Kecaman ini terus digaungkan terutama oleh para buruh sebagai aktor pertama yang akan dirugikan, ditambah lagi akibat pandemi Covid-19 banyak pekerja yang mengalami PHK. Hingga pada 24 September nanti Gerakan Buruh Besama Rakyat (Gebrak) akan melakukan aksi lanjutan yang bertepatan dengan hari Tani Nasional. “Kita berhak menyampaikan aspirasi dan opini dan pemerintah harus mendengar. Katanya pemerintah mau mendengar aspirasi rakyat, kenapa kita dilarang demo?” kata Ketua Federasi Buruh Lintas Pabrik, Jumisih, dikutip dari nasional.kompas.co.
Tim Laput Koordinator: Santi Kartini Anggota: Urwatul Wutsqaa Nadhira Risman Amala Fitra
Tim Laput
14
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
LAPORAN UTAMA
Omnibus Law dalam Pandangan Civitas Akademika Unhas
K
ehadiran omnibus law sebagai sebuah terobosan hukum baru di Indonesia berhasil merebut perhatian rakyat dan menjadi isu hangat dalam beberapa bulan terakhir. Rancangan UndangUndang (UU) ini pun menimbulkan berbagai reaksi dari sejumlah kalangan. Melihat fakta
di lapangan, RUU Omnibus Law menuai pro dan kontra. Berbagai kajian pun dilakukan dalam merespon hal ini. Lantas, bagaimana tanggapan civitas akadenika Unhas terhadap omnibus law? Berikut kami sajikan rangkumannya:
M. Rama Herdiansyah, Ketua Senat FEB Unhas
Dr. Romi Librayanto SH MH, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Unhas
menyebabkan terjadinya penciptaan usaha atau pengembangan usaha. Hal tersebut menyebabkan pencipataan lapangan pekerjaan atau peningkatan kesejateraan pekerja, kemudian meningkatkan pendapatan masyarakat. Selanjutnya meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga tingkat konsumsi masyarakat menigkat. Dengan meningkatnya investasi dan konsumsi di suatu negara, akan meningkatkan produksi barang dan
Sebuah RUU yang keliru. RUU Cipta Kerja bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi itu berarti terjadi kenaikan pada investasi, produksi barang dan jasa, dan konsumsi. Dalam hal ini tidak ada yg perlu dipertanyakan. Jadi, RUU Cipta Kerja ini menggenjot Produk Domestik Bruto dengan cara meningkatkan masuknya investasi, kemudian itu akan
jasa pula. Hal ini dapat menggenjot peningkatan pertumbuhan ekonomi. Nah yang patah dari alur pikir itu terletak di fakta yang terjadi karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. RUU Cipta kerja ini hanya akan menjadi mitos sebuah pertumbuhan ekonomi, mitos akan keuntungan penanaman modal. Karena point utama dari RUU Cipta Kerja ingin menggenjot penanaman modal.
Pola yang digunakan dalam menyusun RUU ciptaker tidak dikenal dalam tata cara pembentukan Undang-Undang kita. Kalau untuk diterapkan di Indonesia, apakah cocok atau tidak, itu subjektif, apalagi kita belum coba, jadi belum bisa diketahui. Jika ditanyakan apakah sesuai atau tidak dengan format, ini tidak sesuai. Omnibus law ini dikatakan bentuk penyederhanaan sistem hukum, sedangkan dalam draf banyak yang diatur dalam ketentuan lanjutan. Jelas itu bertentangan, dia mengajukan kurang lebih 300 peraturan pelaksanaan. Jika dikatakan menyederhanakan, jelas tidak. Menurut saya RUU Omnibus Law ini tidak sesuai dengan tata pembentukan Undang-Undang, jadi mau bicara apa lagi, ini benda saya anggap tidak ada.
Zuhud, Wakil Presiden BEM Unhas Saya pribadi, dengan lantang mengatakan saya kontra terhadap omnibus law. Dengan alasan, dalam omnibus law ada kegagalan konsep. Kegagalan yang saya maksudkan adalah salah satu alasan pemerintah untuk membentuk omnibus
law ini adalah kerampingan regulasi. Sementara, jika omnibus law disahkan, minimal 300 peraturan lain akan lahir. Seperti peraturan tambahan yang diatur oleh peraturan pemerintah atau peraturan presiden. Di sisi lain,
UU pemerintah yang lain dipaksa untuk mengikuti omnibus law. Ada kecacatan formil yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR dalam pembuatan peraturan yang baik, dalam hal ini disharmonisasi peraturan.
Fajlurrahman Jurdi, Dosen Fakultas Hukum Unhas Saat ini kita tidak memiliki pengaturan yang mengatur payung hukum. Itulah yang menyebabkan prinsip dan tata cara penyusunan peraturan perundang-undangan dilanggar. Zaman dulu, kita punya UU induk, seperti; UU Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, juga UU Nomor 1 Tahun 1957 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. UU ini merupakan induk dari UU di sektor tertentu, tetapi tidak mewakili semua sektor. Nah, UU Omnibus Law ini menyisir semua sektor dan mencabut pasal-pasal tertentu di UU organiknya. Ini menurut saya agak aneh dan saya belum dapat argumentasi ilmiah dan yuridisnya. Sehingga sampai saat ini, posisi saya masih menolak RUU ini.
Javier Maramba Pandin, Ketua Perhimpunan Studi dan Advokasi Demokrasi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, FH Unhas Kami semua menolak. Alasannya karena omnibus law ini merupakan sebuah terobosan produk hukum baru dari Amerika dan Inggris yang diadopsi dan coba diterapkan di Indonesia. Kebijakan ini dalam rangka perampingan Undang-
Undang agar tidak terlalu banyak. Omnibus law tersebut rencananya akan merevisi 79 UU yang disatukan revisinya dalam satu Omnibus Law Ciptaker. Dari sisi hukum, ini menjadi suatu terobosan yang sangat besar. Kalau dari sisi
materilnya, substansi yang mau direvisi di dalam itu menyinggung HAM. Berdasarkan hasil kajian kami, kami tolak mentah-mentah omnibus law. Tim Laput
WANSUS
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
15
PSBB Berkepanjangan, Krisis Ekonomi Mengancam Negara
S
eperti yang kita ketahui, wabah penyakit Covid-19 telah berlangsung kurang lebih selama enam bulan dan menyerang hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Berbagai kebijakan diterapkan untuk memitigasi penyebaran virus tersebut dan juga menjaga perekonomian negara. Konsekuensi atas kebijakan lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah lesunya perekonomian yang merugikan baik produsen maupun konsumen. Menurut International Monetary Fund (IMF) 2020, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan mencapai negatif
Bagaimana menjelaskan konsep new normal secara sederhana? Sebenarnya kondisi saat ini bisa kita analogikan ketika sedang duduk bersama teman-teman, kemudian ada yang kentut. Maka yang akan kita lakukan adalah mencegah, salah satu caranya menutup hidung/tahan napas. Ini sama kondisinya dengan lockdown/PSBB, dengan adanya kondisi berbahaya di luar sana kita sebenarnya sedang menahan napas. Yang jadi pertanyaan, berapa lama menahan napasnya? Kalau kelamaan kan bisa mati juga. Kalau PSBB kelamaan, maka akan berdampak pada ekonomi. Karena kita tidak tahu kapan corona ini akan berakhir, maka pemerintah harus mengambil langkah dengan menimbang risikonya. Untuk itu diperkenalkanlah konsep kenormalan baru atau biasa disebut new normal. Jika dianalogikan dengan menahan napas tadi, kondisi new normal menggambarkan bernapas secara pelan-pelan dengan tetap menghindari bau yang tadi. Jika dilihat secara realitas, new normal itu artinya upaya untuk kembali seperti sebelum corona. Beberapa negara dengan kasus Covid-19 yang sudah menurun telah menerapkan new normal. Bagaimana tanggapan Anda terkait kebijakan pemerintah yang akan menerapkan new normal di Indonesia dengan penambahan kasus yang masih sangat banyak? Berdasarkan analogi tadi, kita bisa melihat berapa lama orang dapat menahan napas? Tentu itu beda-beda. Negara pun juga begitu. Indonesia, Thailand, Malaysia tentu beda-beda. Sekarang Indonesia, berapa lama bisa bertahan supaya tidak tepar?
tiga persen akibat pandemi Covid-19. Akibat keadaan ini, beberapa negara mulai menerapkan new normal yang dianggap sebagai upaya memulihkan perokonomian pasca pandemi. Lantas bagaimanakah sebenarnya konsep new normal? Akankah ini menjadi solusi atas masalah ekonomi yang terdampak adanya pandemi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Reporter PK identitas, Urwatul Wutsqaa mencoba melakukan Wawancara khusus dengan seorang Pakar Ekonomi, Dr. Sanusi Fattah melalui WhatsApp, Jumat (12/6), berikut kutipan wawancaranya:
Kita tidak tahu kapan corona ini akan berakhir, maka pemerintah harus mengambil langkah dengan menimbang risikonya. Maka ditetapkanlah new normal ini sebagai upaya pemulihan ekonomi. Meskipun konsep tersebut bukan untuk diterapkan dalam skala nasional. Jadi keadaan yang dijalani sekarang ini belum bisa disebut new normal, tetapi kita sedang mempersiapkan keadaan untuk menuju new normal. Bagaimana kondisi ideal suatu negara agar bisa menerapkan new normal? Jika ditanyakan bagaimana kondisi ideal, suatu negara baiknya melakukan New Normal jika sudah terjadi penurunan jumlah kasus dan tidak ada lagi penambahan kasus dalam kurun waktu tertentu. Namun beda halnya dengan Indonesia, karena kondisi tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Maka pemerintah mengambil langkah untuk mempebaiki kondisi ekonomi negara. Ada beberapa indikator suatu negara bisa menerapkan New Normal, setidaknya terjadi penurunan jumlah kasus positif selama dua minggu sejak puncak pandemi sebesar 50 persen serta ketika angka reproduksi efektif virus kurang dari satu. Seberapa signifikan, penerapan new normal ini dapat memulihkan kondisi perekonomian? Jika skenario penerapannya berjalan dengan baik, maka new normal bisa memulihkan perekonomian hingga 85 persen. Seperti yang diketahui bersama, penerapan PSBB di Indonesia telah berimbas pada banyak pedagang kecil dan pelaku UMKM, apa langkah yang seharusnya
dilakukan masyarakat menyusul kebijakan new normal tersebut? Adanya PSBB membatasi orang untuk bergerak, pekerja sektor informal, penarik ojek hanya bisa mendapatkan pendapatan kalau bekerja, tidak bisa bekerja dari rumah. PSBB ini tentu mempengaruhi pekerja sektor informal. Adanya wabah ini setidaknya menimbulkan dua ancaman, yang pertama yaitu ancaman kesehatan, ancaman pendapatan, dan tentunya menurunkan daya beli. UMKM juga berpengaruh, pastinya akan berpengaruh kemampuannya jika dia punya kredit. Kalau usaha mandek, dia tidak bisa membayar kewajibannya, dan mengakibatkan macet kredit. Maka dari itu pemerintah harus turun tangan dalam hal ini. APBN bisa direlokasi untuk membantu para pekerja sektor informal yang terdampak. Lantas bagimana dampak ekonomi yang akan timbul jika pmerintah tidak mengambil kebijakan penerapan new normal ini? Indonesia hanya punya tiga skenario untuk menghadapi pandemi ini. Pertama, jika bisa diatasi pada Juni, maka kita sudah bisa melakukan recovery ekonomi pada 2021. Jika berlanjut sampai Agustus, kuartal ketiga, maka akhir 2020 sudah ada resesi ekonomi. Kalau berlanjut sampai November, maka pada 2021 akan terjadi resesi ekonomi. Resesi ekonomi (pelemahan ekonomi yang drastis) adalah keadaan dimana kondisi ekonomi terus mengalami penurunan, banyak pengangguran, pertumbuhan ekonomi rendah, serta inflasi tinggi. Jika kondisi ini tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang terparah adalah akan terjadi krisis ekonomi.
ISTIMEWA
Data Diri: Nama Lengkap: Dr. Sanusi Fattah, SE., M.Si. Tempat/tgl lahir: Mendahara, 13 April 1969 Pendidikan: Sarjana, FE-Universitas Hasanuddin, Makassar, 1993 Master, PPS-Universitas Hasanuddin, Makassar, 1997 Doktor, PPS-Universitas Padjadjaran, Bandung, 2005 Post-Doctoral, Melbourne University, Australia, 2008 Academic Recharging, Georgia State University, USA, 2010 Pengalaman Kerja: Konsultan pada Center for Empowering for Commercial Law and Economics (CCLE) Bali, 2000-2002; Konsultan pada Center for Empowering Legislative Drafting (CELD) Makassar, 2000-2002; Konsultan pada Center for Local Government Innovation (CLGI), Jakarta, 2001-2002; Konsultan pada Center of Regional Economic Research (CoRNER), Makassar, 2005-sekarang; Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEB-UNHAS, 2018-sekarang
CIVITAS
16
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Eksistensi Lema di Tengah Pandemi
DOKUMENTASI PRIBADI
Membuat Masker: Pengurus UKM Search and Rescue sedang menjahit kain untuk dijadikan masker, Kamis (26/3). Masker yang diproduksi akan dibagikan gratis kepada masyarakat sebagai APD dari virus korona.
Apa jadinya jika agenda tahunan yang menjadi rutinitas Lembaga Kemahasiswaan (Lema) serentak tidak bisa dilaksanakan karena kehadiran ‘mahluk kecil tak kasat mata’? Lantas, bagaimanakah tindakan dari para Petinggi Lema?
A
khir Februari 2020, wilayah kampus Unhas tampak sepi. Ribuan kendaraan yang biasanya terparkir di sejumlah area, kini berkurang drastis. Akses masuk kampus pun sempat ditutup. Hal ini berkaitan dengan kehadiran mahluk kecil yang telah menggemparkan dunia. Bagaimana tidak, mahluk yang dikenal sebagai virus corona tersebut dapat mengganggu kesehatan hingga menyebabkan kematian. Virus corona atau yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Karena penyebaranya bisa menular dari manusia ke manusia, maka virus ini merambat cepat ke sejumlah wilayah di dunia, termaksud Indonesia. Berbagai kebijakan pun dibuat oleh pemerintah demi menekan penyebaran virus tersebut, salah satunya Work From Home (WFH) yang mewajibkan masyarakat untuk melakukan pekerjaan dari rumah. Dampak dari peristiwa ini tentunya menghambat gerak bebas masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tak ubahnya juga berdampak pada mahasiswa yang merujuk pada surat edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan, dan
Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang mengharuskan mahasiswa melakukan kegiatan dari rumah. Tak hanya perkuliahan, seluruh kegiatan yang bisa mengundang keramaian terpaksa ditunda. Peristiwa ini pun menyebabkan sepinya pengurus dan terhambatnya program kerja (Proker) dari berbagai Lema. Baik dari tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas dan universitas, himpunan, hingga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas dan universitas. Seperti yang diutarakan Ketua Keluarga Mahasiswa Perikanan Budidaya Perikanan, Keluarga Mahasiswa Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas (KMP BDP KEMAPI FIKP UH), Khaikal Rahman. Ia mengatakan, di situasi pademi ini banyak kegiatan lapangan yang tidak bisa diselenggarakan. Misalnya saja, Bina Desa, Aquafest, pelatihan dasar akuakultur, dan akuakultur tawar, dan budidaya berkelanjutan. Meski demikian, Khaikal tetap optimis bersama pengurus lembaga KMP BDP KEMAPI FIKP UH untuk berusaha mengaktifkan lembaga dengan berbagai kegiatan virtual. “Yang bisa kita lakukan secara daring kita lakukan. Memang sekarang masa pandemi tapi himpunan tetap kami usahakan hidup,” ucapnya, Kamis (11/6). Pengakuan yang sama datang dari
Ketua BEM Farmasi, Dhandy Kashar Pratama. Ia menuturkan pembinaan mahasiswa angkatan 2019 tidak bisa dilakukan dan beberapa perlombaan sempat tertunda. Namun, menurut Dhandy, ini bukan berarti mahasiswa tidak bisa berkegiatan. “Banyak kegiatan produktif yang bisa dilakukan, seperti menjadi relawan Covid-19, buka donasi bagi yang kurang mampu dalam hal ekonomi, dan selalu mengingatkan sanak saudara terutama keluarga untuk selalu menerapkan protokol kesehatan,” tuturnya. Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2017 ini mengatakan, banyak cara untuk berkegiatan walaupun sangat terbatas. Seperti mengubah konsep Kemafar Care, yang awalnya melakukan pembimbingan anak-anak sekolah di suatu desa, dialihkan dengan membuka donasi bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. “Meskipun konsep awal Kemafar Care itu pengabdian masyarakat di sebuah desa untuk membimbing anak-anak sekolah. Namun dengan pandemi sekarang dialihkan menjadi pembukaan donasi bagi mace-mace yang tidak bisa berdagang. Karena menurut kami poin sebenarnya dari Kemafar care adalah kebermanfaatan serta pengabdian kepada masyarakat,” lanjutnya. Cerita aktivitas Lema berikutnya
berasal dari Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Search and Rescue (UKM SAR) Unhas, Fajar Bakti Tandi Datu. Pria ini bercerita bahwa kondisi pandemi mempengaruhi jumlah personal yang berjaga di Posko Gorila, Pusat Kegiatan Mahasiswa Unhas. Sedangkan kegiatan utama tetap terlaksanakan, yaitu bina jasmani dan berjaga di posko untuk memantau berita operasi yang masuk. “Sekarang ini yang tidak bisa dilaksanakan adalah penerimaan anggota baru. Tapi untuk kegiatan utama kami tetap siaga dan berjaga di posko. Kami juga terlibat sebagai relawan Covid-19 dengan membuat dan membagikan masker kain secara gratis,” kata Fajar. Sebagai Lema tertinggi, Presiden BEM Universitas, Abd. Fatir Kasim turut berkomentar. Menurutnya, membandingkan kesehatan dengan program kerja tentu jauh berbeda. Sebagai pengurus Lema harus memikirkan alternatif lain yang mampu mencapai substansi berorganisasi, salah satunya mengalihkan proker sebelumnya ke kegiatan sosial. “Sebagai mahasiswa, kita harus tetap jadi contoh dan peduli melihat kondisi mulai dari sektor kesehatan, perekonomian, terlebih pendidikan,” pesan Fatir. Melihat situasi tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes turut memberikan apresiasi dan dukungan. Pria yang kerap disapa Prof Cunank ini mengatakan tetap memberikan dukungan, termasuk dukungan finansial. “Kita sangat mengapresiasi sejumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan kemanusiaan. Kemarin, 35 UKM, beberapa himpunan dan BEM lain membuka donasi untuk masyarakat terdampak. Oleh karenanya, Bidang Kemahasiswaan tetap melakukan dukungan dalam bentuk finansial, yang peting berkaitan dengan Covid-19,” ungkap Prof Cunank. Rupanya aksi kemahasiswaan ini juga mendapat respon yang positif dari Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu MA. Saat memberikan sambutan di acara wisuda daring, Selasa (23/6) lalu, dengan lantang Dwia menyampaikan rasa bangganya kepada mahasiswa yang turut adil membantu masyarakat dan tenaga medis. “Di masa pandemi ini, saya sangat bangga kepada mahasiswa kita yang ikut menjadi relawan kemanusiaan. Kreativitas juga semakin meningkat dengan terciptanya berbagai alat dalam melakukan pencegahan virus,” tutur Dwia. San/Wjn
JEKLANG
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Kisah Sukses Mawapres Unhas 2020 Sejak duduk di bangku SD, Efendi telah aktif di berbagai organisasi. Berkat kegigihannya, kini Ia dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi Unhas 2020.
N
ur Efendi Darming telah aktif di kegiatankegiatan sosial sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia bahkan menjadi Duta Anak tahun 2013 sampai 2014 di tingkat Kabupaten Sidrap. Naik ke bangku sekolah menengah atas (SMA) Efendi lebih akrab di bidang akademik, dia terlibat di komunitas bahasa inggris di SMA Negeri 5 Makassar, kala itu, Pria yang hobi traveler ini mendapat beberapa penghargaan dan apresiasi, salah satunya sebagai peserta termuda President Youth Leadership camp 2016. Kini, Pria kelahiran Sidrap, 22 Juli 1999 ini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 2017. Di tengah kesibukan kuliahnya, Ia juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Internasional Law Students Association (ILSA) Local Chapter fakultas Hukum Unhas. Dalam organisasi tersebut, Efendi menjabat sebagai Minister of Public
Relation ILSA, dia mengatakan salah satu tugasnya sebagai Menteri PR di ILSA adalah membuka jaringan untuk program magang anggota ILSA Unhas di kedutaan besar negara. Putra pasangan Darming dan Munirah ini juga beberapa kali menjadi delegasi dalam konferensi Nasional maupun Internasional, diantaranya perwakilan Sulawesi Selatan dalam Indonesia Culture Nationalism Conference 2020 serta Perwakilan Indonesia dalam Asia Students Leadership Conference di Singapura Tahun 2019. Berbagai pengalaman dan prestasi yang diraihnya berhasil mengantarkan Efendi menjadi Mahasiswa Berprestasi Unhas 2020. Prestasinya menterengnya yang terbaru diraih bersama timnya; Ika ratih Yuli Purnama dari Fakultas Pertanian Unhas, Andi Wijaya Fakultas Teknik Unhas, dan Junianto Sesa, alumnus S2 fakultas Mipa Unhas. Mereka berhasil menjadi juara pertama Ideas For
Action Incubator Competition Indonesia yang diadakan oleh World Bank bekerja sama dengan Tanoto Fondation, tempat Efendi bernaung dan menjadi Ketua Peneriman Beasiswa Tanoto Unhas. Dalam kompetisi tingkat nasional itu Efendi dan timnya menggagas aplikasi yang diberi nama Wehelp Online Consultant APP : consultation for psychology and legal assistance for women and children. Efendi menjelaskan aplikasi ini nantinya bertujuan untuk mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Tujuan kita adalah bagaimana untuk mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ada di kota Makassar khususnya dan pada umunya di Indonesia melalui aplikasi ini, karena masalah yang kita peroleh di lapangan bahwa mereka sebagian korban sangat sulit untuk terbuka terkait masalah apa yang mereka hadapi,” jelas Efendi, Kamis (27/2). Sebagai juara pertama Ideas For Action Incubator Competition
Indonesia, Efendi bersama timnya berkesempatan mengunjungi Amerika Serikat dengan dibiayai oleh Tanoto Foundation. Hal yang paling berkesan bagi Efendi adalah ketika berkunjung ke World Bank, Washington DC. Di sana mereka disambut baik, salah satunya oleh lead Private Sector Specialist World Bank, Prof Steven R Dimitriyef yang mendengarkan secara cermat penjelasan Efendi mengenai Aplikasi Wehelp mereka, Steven kemudian mengatakan “Ini solusi yang baik untuk perempuan dan anak, tapi tetap mementingkan privasi mereka,” ucap Efendi pada identitas menirukan Steven di Perpusatakaan Pusat Unhas, Kamis (27/2). Saat ini, Ia sedang mempersiapkan Wehelp Online Consultant APP : consultation for psychology and legal assistance for women and children untuk diikutkan pada Ideas For Action
17
ISTIMEWA
Incubator Global Competition yang diselenggarakan oleh World Bank Juli nanti. Terakhir Efendi berpesan kepada mahasiswa Unhas, agar selalu memberi dampak positif kepada masyarakat sekitar atas apa yang kita kerjakan. “Tujuan saya selalu mengikuti kegiatan agar dampaknya bukan untuk diri saya pribadi tetapi untuk keluarga dan untuk masyarakat sekitar saya, teman dekat saya, dan tentunya kedepannya bagi negara kita tercinta Indonesia,” tutupnya. Muh. Syahrir M. E. Cahyadi
Nirwan Anwar, Hafidz Al-Qur’an di Kampus Merah
“
“
DOKUMENTASI PRIBADI
Awalnya saya mengira sedang berusaha menjaga hafalan. Pada akhirnya saya sadar bahwa hafalan tersebut yang menjaga saya dari berbagai perbuatan negatif.
K
egiatan menghafal AlQur’an bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih menjaga hafalan tersebut. Namun di tengah hiruk-pikuk kegiatan, Nirwan Anwar sebagai mahasiswa akhir selalu meluangkan waktu. Baru-baru ini, dirinya didaulat sebagai juara satu lomba Musabaqah Hafalan Qur’an (MHQ) yang diadakan oleh Kemahasiswaan Unhas pada Selasa (12/5). Kemenangan Ketua Umum Himab KMFIB-UH periode 2018-2019 itu tentu bukan tanpa persiapan. Ia mengaku bahwa yang dilakukannya adalah muroja’ah harian dan menonton berbagai serial MHQ di televisi. “Sebetulnya saya tidak begitu mempersiapkan diri untuk
mengikuti MHQ ini, muroja’ah hariannya sama saja. Namun yang sedikit membedakan, sebelum lomba saya sering menonton MHQ Internasional dan hafidz-hafidz cilik yang hafalannya mutqin sebagai bahan latihan dan penambah motivasi,” ujar Nirwan. Perjalanan Nirwan Anwar sebagai penghafal Qur’an bisa dikatakan sungguh berliku. Pria yang kini menjabat sebagai Dewan Syuro Himab KMFIB-UH menyatakan bahwa jauh sebelum terdaftar sebagai mahasiswa Unhas, ia menjalani studi di suatu pondok tahfidz. Nirwan memulai perjalanannya sebagai hafizh AlQur’an sejak kelas satu Madrasah Tsanawiyah (MTs). “Seusai mondok, saya sudah hafal tiga juz. Lalu sekitar dua tahunan
di kampus merah, saya mampu menghafalkan 15 juz. Alhamdulillah tahun lalu sudah khatam, tepatnya Juni 2019,” ungkapnya. Selain itu, mahasiswa Unhas angkatan 2015 ini juga selalu mengikuti MPQ (Mahasiswa Penghafal Qur’an), RTQ (Rektor Tahfizh Qur’an), dan daurah hafal Qur’an selama Ramadhan demi meningkatkan kemampuan hafalannya. Kebiasaan itu dimulai sejak semester dua. Nirwan bahkan rela melewati Ramadhan tanpa bersama keluarga dan memilih pulang kampung ketika H-3 lebaran. Ia pribadi mengaku bersedih karena tidak bisa merasakan sahur dan berbuka bersama keluarga. Namun hatinya cukup senang bisa berada di tengah orang-orang yang berjuang menjadi keluarga Allah. Proses menghafal yang melelahkan itu bahkan sempat membuatnya jatuh sakit. “Selain itu, sewaktu menghafal kadang tidak bisa masuk-masuk hafalannya. Pernah suatau ketika suara saya hampir habis karena selalu mengulanginya dan akhirnya saya pun jatuh sakit,” kenangnya. Demi memudahkannya menghafal, pria kelahiran Pangaparang, 27 Maret 1997
ini menggunakan Qur’an yang memiliki terjemahan per-kata. Ia juga menitikberatkan bahwa dengan mengerti arti dari ayat surat yang akan dihafal tentu lebih memudahkan proses hafalan. Seiring berjalannya waktu, Nirwan tersadar bahwa tidak hanya mendapatkan banyak pahala, kegiatan menghafal Qur’an bahkan membawa seseorang menjadi ahlullah. “Kian kemari, saya semakin mengerti keistimewaan para penghafal Qur’an. Salah satu dari sekian bnyak keistimewaannya adalah menjadi ahlullah atau keluarga Allah. Menjadi keluarga orang nomor satu di Indonesia saja pasti bangga, terlebih menjadi keluarga dari Dzat yg menciptakan orang nomor satu tersebut,” tegas Nirwan. Selain keinginannya menjadi ahlullah, pun didukung oleh citacita Nirwan untuk memberikan mahkota kemuliaan bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. “Saya pun ingin memberikan mahkota kemuliaan bagi kedua orang tua di akhirat kelak. Sebelum bapak meninggal di usia keempat saya, beliau berpesan ke Ibu agar menyekolahkan saya di pondok
pesantren. Atas berkat perantara dari usaha Ibu dan pesan Bapak lah, saat ini saya bisa hafal Qur’an,” tuturnya. Ketika disinggung perihal kiat menghafal, pria yang berasal dari Pinrang ini mengaku bahwa yang terpenting bukan terletak pada senjatanya, melainkan siapa yg berada dibalik senjata itu, yakni penggunanya. Maksud Nirwan bahwa bagian terpenting dari proses menghafal adalah semangat juang besar untuk menghafalkan kalamullah yang mulia, yaitu faktor mental. Selain itu, perlu juga mendengarkan kajian dan ceramah yang bertemakan Quran. Di samping itu, Nirwan menyatakan bahwa motivasi secara langsung sering ia dapatkan dari orang tua, teman terdekat, senior, hingga Asatidz pembimbingnya. Dirinya pun mengaku bersyukur bisa dekat dengan temanteman religius yang selalu mengingatkannya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hafalan. “Saya bersyukur bisa dekat dengan religius yang selalu mengingatkannya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hafalan,” tutup Nirwan. Nadhira Sidiki
18
KAMPUSIANA Fakultas Kehutanan Bagikan Sembako ke Mahasiswa dan Masyarakat
FAKULTAS Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) membagikan 75 paket sembako kepada mahasiswa dan masyarakat yang terdampak Covid-19. Pembagian sembako berlangsung di halaman Fakultas Kehutanan Unhas dan dibagikan langsung ke rumah masyarakat yang ada di sekitar kampus, Selasa (12/5). Dalam penyelenggaraannya, kegiatan ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes sebagai pembuka acara sekaligus melakukan penyerahan sembako secara simbolis. Turut hadir Wakil Dekan Bidang Kemahasiswan dan Alumni Fakultas Kehutanan Unhas, Dr Astuti S Hut M Si,
Ketua Pelaksana Program Bina Desa Mahasiswa Tematik Covid-19 Fakultas Kehutanan Unhas, Ir Nurdin Dalya S Hut M Hut IPP, dan beberapa dosen Fakultas Kehutanan Unhas. Saat memberikan sambutan, Astuti mengatakan, kegiatan bertemakan “Meningkatkan kepedulian sosial bagi masyarakat terdampak wabah pandemi Covid-19 sebagai perwujudan nilai korsa rimbawan” ini, merupakan bentuk tanggung jawab sosial Fakultas Kehutanan untuk ikut mendukung program pemerintah dalam memutus mata rantai penularan virus. “Kegiatan Bina Desa tahun ini berbeda dari sebelumnya, rangkaian kegiatan kali ini lebih
MWA Unhas Gelar Rapat Paripurna Terbatas Lewat Daring
sederhana, meliputi pendataan, persiapan, dan pelaksanaan. Tentu saja kegiatan diawali dengan verifikasi data, khususnya data masyarakat yang mengajukan permohonan bantuan dan mahasiswa yang masih menetap di kost. Hal ini dilakukan untuk memastikan bantuan tidak salah sasaran,” ujar Astuti dalam rilis yang diterima. Lebih lanjut, Astuti berharap, kesadaran untuk peka dan peduli terhadap masalah yang dihadapi masyarakat semakin meningkat. Sehingga secara langsung maupun tidak membentuk kepribadian diri menjadi lebih empati terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain. Santi Kartini
DOKUMENTASI PRIBADI
Pelantikan: Rektor melantik lima pejabat tugas tambahan dan pejabat struktural di lounge Lantai 8 Gedung Rektorat, Rabu (20/05).
Bahas Kebijakan Pelonggaran PSBB, BEM FH-UH Gelar DIKSI BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas (BEM FHUH) kembali mengadakan Diskusi Publik (DIKSI) melalui aplikasi Zoom, Kamis (21/5). DIKSI tersebut mengangkat tema “Ikhtiar perspektif seputar kebijakan pelonggaran PSBB di Indonesia: Dari Aspek Hukum, SosialEkonomi hingga Kesehatan.” Dalam pelaksanaanya, diskusi dihadiri oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar, Rusianto Lallo S.H, Wakil Ketua Tim Nasional PandemiCovid-19 PB Perdosri, dr Rumaisah Hasan Sp KFR, dan Managing Patner Law Office FERDIANSYAH dan Co, Andi Ryza Fardiansyah SM. Turut hadir Kabid Hukum dan HAM HMI Cabang Makassar Timur, Daniel Akhyari SH, Presiden BEM FH-UH Periode
2017/2018, Didi Muslim Sekutu SH, serta Pengurus DPD KNPI Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Reski Ismail SH. Pada kesempatannya, Rumaisah mengatakan, di masa pandemi ini harus menerapkan pola hidup sehat yang dimulai dari diri sendiri. Karena dari diri sendiri dapat menimbulkan rasa empati untuk saling membantu sesama. “Pada masa sekarang yang tepat dilakukan adalah melakukan edukasi terhadap pola hidup sehat yang dimulai dari diri sendiri. Menjaga kesehatan diri adalah kunci timbulnya kesadaran bersama untuk mengambil peran saling membantu,” ucap Rumaisah. Di kesempatan yang sama, Andi menilai terjadi disparitas pengetahuan antara pemerintah, masyarakat dan tenaga medis.
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Kebijakan harusnya memisahkan antara keinginan dan kebutuhan. “Kebijakan yang seharusnya diambil ialah pemisahan antara keinginan dan kebutuhan. Keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi, sehingga kebutuhanya harus terpenuhi mulai dari sandang, pangan, papan hingga kebutuhan yang sifatnya holistik, serta diperlukan kebijakan yang berasal dari analisis pemangku jabatan terkait,” pungkas Andi. Citizen Reporter: Nur Fadliansyah Abu Bakar, Mahasiswa Ilmu Hukum Unhas, angkatan 2018. Juga merupakan Staf Kementerian Keilmuan BEM FH-UH Periode 2020.
MAJELIS Wali Amanat (MWA) Unhas menggelar Rapat Paripurna Terbatas untuk membahas beberapa anggota strategis melalui fasilitas daring, Kamis (14/5). Rapat yang berlangsung pada pukul 10.30 Wita ini, dibuka dan dipimpin oleh Ketua MWA Unhas, Komjen Pol (purn) Syafruddin. Dalam pelaksanaannya, Rapat Paripurna Terbatas tersebut juga dihadiri Wakil Ketua MWA, Sekretaris MWA, Ketua Komite Audit, Rektor Unhas, Ketua Senat Akademik, serta Anggota MWA lainnya, termasuk anggota MWA wakil mahasiswa, Ketua BEM Unhas. Selain itu, turut hadir Wakil Rektor Bidang Akademik (Prof Dr Ir Muh Restu MP), Dekan Fakultas Kedokteran (Prof dr Budu SpM(K) MMed Ed PhD), beberapa dosen dan ketua prodi lingkup Fakultas Kedokteran, serta anggota Senat Akademik, Prof Dr dr Nurpudji Astuti MPH SpGK(K). Adapun agenda utama rapat ini adalah membahas persetujuan/ pertimbangan Pengalihan Pendidikan Subspesialis Berbasis Kolegium ke Pendidikan Subspesialis berbasis Universitas. Adapun sub spesialis yang diusulkan untuk pengalihan tersebut adalah: Subspesialis Penyakit Dalam, Subspesialis Ilmu Bedah, dan Subspesialis Anestesiologi. Ketiganya merupakan sub spesialis pada Fakultas Kedokteran Unhas. Selain itu, Rapat Paripurna Terbatas itu juga membahas beberapa agenda penting lainnya, terutama berkaitan dengan perkembangan Unhas dalam masa pandemi Covid-19. Secara umum, MWA menyetujui
pengalihan ketiga subspesialis tersebut menjadi program studi subspesialis berbasis universitas. Dengan perubahan ini, maka terdapat beberapa langkah yang akan diambil oleh bagian akademik Unhas dan Fakultas Kedokteran untuk menyesuaikan dengan status baru tersebut. Ketua MWA Unhas, Syafruddin, mengharakan agar program studi yang baru disahkan peralihan bentuknya ini dapat berorientasi pada output, sebagaimana yang telah dipresentasikan pada rapat. “Saya juga berharap agar program studi subspesialis yang baru serta Fakultas Kedokteran secara umum selalu memperhatikan keberlanjutan program, seperti perkembangan peminatan, kebutuhan masyarakat, kesiapan infratruktur seperti rumah sakit dan laboratoium, serta ketersediaan dosen,” kata Syafruddin. Sementara itu, Rektor Unhas, Prof Dwia mengatakan, perubahan status subspesialis tersebut merupakan aspirasi yang berasal dari fakultas, dan telah melewati proses di Senat Akademik. Dengan status PTNBH, Unhas memiliki keleluasaan membuka, menutup, atau mengubah status program studi. “Namun demikian, kita perlu melibatkan pertimbangan yang matang pada setiap keputusan terkait program studi. Kita tidak ingin pembukaan atau pengalihan status program studi itu menjadi beban bagi universitas, bahkan kalau perlu dapat menjadi berkontribusi untuk revenue generating,” kata Prof Dwia. Wandi Janwar
Di Tengah Keterbatasan, LDK MPM Unhas Tetap Berbagi Rezeki UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pecinta Musholla Universitas Hasanuddin (LDK MPM Unhas), menyelenggarakan kegiatan sosial pembagian paket bahan pokok dan makanan buka puasa bagi kaum muslimin yang membutuhkan, Ahad (10/5). Kegiatan yang menjadi bagian dari program Gema Ramadhan Kampus UKM LDK MPM tersebut telah dimulai sejak awal Ramadan. Dalam menyelanggarakan kegiatan ini, LDK MPM bekerja sama dengan Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ), yang merupakan salah satu organisasi nonpemerintah pengelola zakat, infak, dan sedekah. Penyaluran donasi berlangsung pada beberapa daerah di Sulawesi
Selatan, dan Kota Palu. Pemilihan lokasi ini disesuaikan dengan domisili kader UKM LDK MPM Unhas, antara lain di Barru, Bone, Jeneponto, Palu, dan Luwu Timur. Dalam rilis yang diterima, Rizal sebagai Bendahara MPM Unhas periode 1441-1442 H/ 2020 M menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian umat yang diharapkan mampu meningkatkan kembali jiwa sosial sekaligus ladang amal. “Kegiatan ini juga kita harapkan dapat memberikan dukungan morel dan materil bagi masyarakat ditengah wabah Covid-19 yang masih belum berakhir. Sehingga, meringankan beban masyarakat yang paling merasakan dampak wabah Covid-19,” jelas Rizal. Wandi Janwar
identitas
19
KAMPUSIANA
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Peduli Masyarakat Pesisir, FIKP Bagi Sembako Gratis FAKULTAS Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (FIKP Unhas) menggelar Program Bina Desa Mahasiswa Tematik Covid-19. Program Bina Desa kali ini, mahasiswa fokus menangani dampak dari Covid-19 dengan membagikan paket sembako kepada mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkan, Selasa (04/05). Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FIKP Unhas, Dr Ir Muhammad Farid Samawi MSi mengatakan, Kegiatan ini merupakan agenda tahunan bidang kemahasiswaan yang melibatkan mahasiswa untuk melakukan pengabdian. “Ini adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa dan bidang kemahasiswaan Unhas untuk mengedukasi masyarakat,” ucap Farid. Farid melajutkan, sembako yang dibagikan sebanyak 70 paket, ber-
isi beras, mie instan, ikan kaleng, sirup, masker, dan pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembagian sembako menyasar mahasiswa FIKP yang tidak pulang kampung dan masyarakat pesisir Lantebung. “Mengingat kegiatan ini dilakukan oleh setiap fakultas, maka sembako diberikan kepada mahasiswa FIKP. Sedangkan untuk masyarakat, kita membagikanya ke nelayan di Lantebung, karena aktivitas penangkapan yang menjadi mata pencaharian utama ditutup sementara waktu selama pandemi,” jelas Dosen Ilmu Kelautan itu. Di akhir wawancara, Farid mengungkapkan harapannya terhadap kegiatan ini. “Semoga dapat meringankan beban, mengedukasi masyarakat terhadap Covid 19, dan penerapan PSBB,” ucapnya. Santi Kartini
Bina Desa Tematik Covid-19, FISIP Bagikan Ratusan Paket Sembako FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Program Bina Desa Tematik Covid-19, Selasa (12/05). Bina desa merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh bidang kemahasiswaan Unhas. Melihat kondisi di tengah pademi Covid-19, program Bina Desa tahun ini difokuskan pada upaya merespon dampak yang ditimbulkan pandemi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan MKes, Dekan Fisip Unhas, Prof Dr Armin Arsyad, beserta jajarannya. Lewat sambutanya, Prof Arsunan mengapresiasi kegiatan Bina Desa Fisip Unhas ini. Ia mengatakan, dengan keterlibatan aktif seluruh fakultas di Unhas, diharapkan Peran Unhas sebagai kampus Humaniversity semaksimal maksimal. “Ini gerakan kita bersama untuk menguatkan Unhas sebagai Humaniversity, kampus berbasis kemanusian. Kegiatan kemanusiaan ini ke depan kita harapkan terus berlanjut, sehingga keterlibatan Unhas di tengah masyarakat semakin terasa,” jelasnya. Pada kesempatan yang sama, Dekan Fisip Unhas, Prof Armin juga menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk dari solidaritas dan kepedulian bersama untuk berperan aktif membantu masyarakat terdampak wabah. “Fisip Unhas mengupayakan secara maksimal untuk mengaktifkan rasa kemanusiaan
dan inisiatif seluruh unsur yang ada. Kami memilih bulan suci Ramadan, sebab di samping kebutuhan bahan pokok meningkat, juga dari sisi pahala lebih tinggi. Sehingga, mengapa kami baru melakukannya sekarang, sementara fakultas lain terlebih dahulu telah melakukannya,” jelas Prof Armin. Ketua Tim Satgas Covid-19 Fisip Unhas, Dr Hasrullah MA, melaporkan kegiatan penyaluran telah dipersiapkan sejak tanggal 24 April melalui rapat panitia. Tim Satgas Covid-19 FISIP Unhas kemudian membuka penggalangan dana. “Kami sangat apresiasi bagi para alumni dan donatur lain yang ikut terlibat bersama mengumpulkan dana untuk memenuhi kebutuhan pokok mahasiswa kita sekaligus masyarakat yang membutuhkan,” jelas Hasrullah. Dalam program ini, Tim Satgas Covid-19 FISIP Unhas menyalurkan 450 paket bahan pokok. Paket bahan pokok tersebut kemudian disaluran secara bertahap. Pada tahap pertama, paket bantuan disalurkan pada mahasiswa Fisip Unhas, kemudian akan menyusul penyaluran bahan pokok kepada sejumlah panti asuhan dan petugas keamanan kampus. “Kami berusaha memaksimalkan penyaluran paket bantuan kepada pihak yang benar-benar membutuhkan. Selain bahan pokok, kita akan menyalurkan 30 APD ke Satgas Covid-19 Unhas untuk selanjutnya disalurkan kepada para medis,” tutup Hasrullah. Wandi Janwar
DOKUMENTASI PRIBADI
Berbagi: Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik Unhas (HMG FT-UH) membagikan paket sembako kepada masyarakat yang terdampak Covid-19 di Kota Makasssar, Jumat (22/05).
Rektor Unhas Bahas Kebijakan Kuliah Daring dalam Dialog Virtual Forum Dosen REKTOR Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, hadir menjadi narasumber dalam diskusi bersama Forum Dosen Tribun Timur, Selasa (12/5). Diskusi yang berlangsung secara daring ini juga menghadirkan Dr Fadjroel Rachman sebagai Juru Bicara Presiden Republik Indonesia. Dialog Virtual Seri 2 Forum Dosen ini mengambil tema: “Proyeksi Covid-19 dan Arah Kebijakan Belajar Daring”. Dalam pelaksanaanya, acara tersebut dipandu Dr Adi Suryadi Culla MA. Tak hanya itu, dialog ini juga dihadiri beberapa tokoh pendidikan dan dosen dari berbagai perguruan tinggi, antara lain Prof Dr Irawan Yusuf (Universitas Hasanuddin), Prof Dr Ir Rahman Rahim (Rektor Unismuh Makassar), dan lebih lima puluh dosen. Pada kesempatannya, Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman, mengawali diskusi dengan memaparkan kebijakan umum pemerintah sesuai hasil koordinasi terbaru kabinet. Pemerintah secara serius terus memperhatikan perkembangan situasi. “Bapak Presiden menyampaikan
bahwa vaksin belum akan ditemukan dalam waktu singkat, sehingga kita harus siap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 untuk waktu yang lama, sampai vaksi ditemukan,” kata Fadjroel. Sementara itu, dalam kaitannya dengan kebijakan untuk relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Fadjroel mengatakan bahwa presiden sangat menekankan agar keputusan itu lakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan keselamatan rakyat sebagai utama. Sementara itu, Rektor Unhas, Prof Dwia mengatakan bahwa dalam suasana wabah Covid-19, Unhas memang melakukan pembatasan-pembatasan, namun tidak berhenti sama sekali. Bahkan, pada beberapa aspek, terdapat fenomena positif baru yang lahir karena justru adanya Covid-19. “Saya mengambil strategi agar tidak menghentikan secara total. Kita tetap melaksanakan hal-hal yang bisa dilakukan, mencoba berdamai dengan situasi. Misalnya, proses belajar jarak jauh, bimbingan dan ujian tugas akhir,
bahkan kegiatan kemahasiswaan seperti MTQ dan lomba-lomba kita gelar secara daring,” kata Prof Dwia. Bahkan, Prof Dwia mencontohkan tentang pembelajaran daring yang telah didorong oleh Unhas sejak 2006, meski sangat lambat progresnya. Namun begitu wabah melanda, justru semua dosen bahkan dapat bertransformasi ke pembelajaran daring. “Saya melihat bahwa Covid-19 ini merupakan momen penting bagi transformasi pengelolaan Unhas. Jadi ini semacam petir yang membawa kejutan dan mengandung energi. Kami melihat perubahan dalam hal mutu, e-learning, produktif, efisien, kolaboratif, lahirnya saling kepercayaan, transparan, dan debirokratisasi,” kata Prof Dwia. Dalam waktu sekitar dua jam, para peserta yang hadir menyampaikan berbagai pandangan dan gagasannya terkait fenomena Covid-19 dan kaitannya dengan kebijakan pendidikan daring. Wandi Janwar
HMG FT-UH Sambut Hari Raya Idul Fitri dengan Bagi Sembako HIMPUNAN Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik Unhas (HMG FT-UH) membagikan puluhan paket sembako bagi masyarakat yang terdampak Covid-19 di Kota Makassar. Kegiatan yang mengusung tema “Geologi Berjuang Peduli Sesama” diselenggarakan pada Jumat (22/5). Ketua HMG FT-UH, Muh. Nur Awallul Syaban mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dan sebagai salah satu tridarma perguruan tinggi. Dampak pandemi terhadap perekonomian masyarakat pun menjadi perhatian HMG FT-UH.
“Ini merupakan program kegiatan himpunan dalam mewujudkan salah satu tridharma perguruan tinggi yakni pengabdian masyarakat dan bentuk perhatian kami dalam melihat dampak pandemi covid-19 terhadap perekenomian masyarakat,” tutur Awal. Awal melanjutkan, sebelum melakukan pembagian sembako HMG FT-UH menggalang dana yang dibuka untuk masyarakat umum. Adapun dana yang berhasil dikumpulkan selama tiga minggu mencapai Rp 1.130.000,-. “Sembako berjumlah 20 paket yang berisi kebutuhan sehari-hari berupa beras, minyak goreng,
teh celup, gula pasir dan mie instan. Dananya bersumber dari para donatur, alumni, dan dari seminar kebencanaan online yang dilaksanakan oleh HMG FT-UH,” jelas Awal. Di akhir wawancara, Awal berharap, sembako yang dibagikan bisa membantu masyarakat yang mengalami kesulitan bahan pangan. “Dalam rangka menyambut hari raya idul fitri, kami membagikan sembako ini agar dapat membantu masyarakat yang kesulitan dalam bahan pangan ditengah masa pandemi,” tutup Awal. Santi Kartini
IPTEKS
20
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Lip Balm Biji Kakao, Solusi Atasi Bibir Pecah-Pecah Antioksidan dalam biji kakao dapat melembutkan dan melembabkan bibir mulia yang menghasilkan biji dengan mutu terbaik. Untuk jenis kedua yaitu forastero merupakan kakao dengan mutu sedang. Biasanya, kakao jenis ini memiliki daging buah yang tebal dan berwarna hijau. Sedangkan yang ketiga yakni trinitario, jenis kakao hybrid dari criolo dan forotero sehingga sangat heterogen. Menurut Sri, begitulah sapaaan akrabnya, kandungan yang terdapat dalam biji kakao berupa senyawa bioaktif dapat dijadikan bahan lip balm. Sri selaku ketua tim mengatakan, proses pembuatan lip balm dari biji kakao dimulai dengan menformulasikan polifenol dan lemak kakao yang merupakan bahan utama. Bahan tersebut ternyata memilki fungsi sebagai pelembut dan pelembab bibir. Dalam proses pembuatannya, Sri mengambil sampel penelitian di daerah Sulawesi Selatan, khususnya Belopa dan beberapa wilayah penghasil kakao lainnya. Mereka menggunakan refluks dengan melarutkan volatile untuk menguap bahan dasar. Pada suhu tinggi,
kakao akan terekstraksi dengan bantuan sonikasi. Bahan yang berhasil larut, kemudian diekstraksi kembali dengan bantuan sonikasi menggunakan pelarut etanol 70 persen. Dari proses ini akan didapatkan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan. Namun dalam proses pembuatannya, Sri bersama rekannya juga memiliki beberapa kendala. Misalnya saja ketersediaan alat yang digunakan di laboraturium, sehingga dalam proses penelitiannya memakan waktu dua bulan. “Adapun kendala yang kami alami selama proses peneliti yakni alat di laboratorium kurang memadai dan beberapa tidak dapat digunakan sehingga proses pembuatannya jadi lama. Padahal dalam penelitian ini bisa kurang dari dua bulan dengan menggunakan alat yang sederhana, “ ungkapnya. Berkat kesabaran dan keuletan tim tersebut, mereka berhasil
membuat lip balm yang menjadi tujuan awalnya. Lip balm tersebut dapat membantu mengatasi bibir pecah-pecah karena antioksidan yang terdapat dalam lemak biji kakao. “Biji kakao sendiri memiliki manfaat mengatasi bibir pecah-pecah,” jelas Sri. Dengan adanya penelitian ini, Sri berharap produk
ciptaannya bisa mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga dapat dijual secara komersial.”Kami berharap produk kami mendapat izin dari BPOM sehingga dapat dijual secara komersial dan dapat membantu penghasilan daerah terkhusus Provinsi Sulawesi Selatan sebagai penghasil biji kakao,” harapnya. Badaria
ILUSTRASI/ WANDI JANWAR
I
ndonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia, bahkan berada pada urutan ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian tahun 2019, daerah penghasil biji kakao terbesar adalah Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Adapun tujuh kabupaten penghasil kakao terbanyak di Sulawesi Selatan yaitu kabupaten Luwu utara, Bone, Bulukumba, Soppeng, Sinjai, Luwu dan Bantaeng. Tanaman yang bernama latin Theobrom cacao L tersebut bukan hanya memiliki rasa yang enak, tetapi juga kaya akan manfaat. Misalnya saja untuk kesehatan dan olahan pangan. Melihat potensi yang ada, Sri Wahyuni, mahasiswa Farmasi Unhas menyulap kakao menjadi bahan kosmetik lewat penelitiannya pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Secara umum, kakao memiliki tiga jenis berdasarkan tingkat kemutuannya. Jenis pertama yaitu crillo atau dikenal sebagai kakao
21
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
CERMIN
Begadang Sumber Penyakit Tubuh Kita “Apa yang terjadi bila kerja keras yang kita pupuk di usia muda tak dapat kita tuai di hari mendatang?”
K
isah kematian mahasiswi asal Negara Tirai Bambu, Xiao Jia, 23 tahun dapat menjadi cerminan kita. Ketika saya melihat informasi mengenai dirinya di sebuah postingan instagram, saya begitu terkejut. Saya tak menyangka, Xiao Jia kehilangan nyawa karena keseringan begadang. Aktivitas umum itu teramat sering kita lakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang terbilang mendesak. Singkatnya, akibat begadang Xiao Jia, terkena kanker hati stadium akhir. Awalnya saya meragukan informasi itu. Saya kemudian mengecek kebenarannya di google. Rupanya, kabar itu benar adanya, saya melihat berita kematiannya di portal berita Tribunnews. Semuannya berawal saat Xiao Jia berhasil berkuliah di universitas impiannya di China, dengan bantuan beasiswa. Xiao Jia memang berasal dari keluarga kurang berada, sehingga ia belajar begitu giat bahkan hingga tengah malam, ia masih terduduk di temani cahaya lampu kamar. Sayang, Ia tak menyadari, pola belajar yang dilakukannya terlalu membebani tubuhnya. Hingga akhirnya efek begadang memberi sinyal pada tubuhnya berupa rasa sakit, nyeri hebat di bagian perut dan dibarengi
KRONIK
gangguan siklus menstruasi. Kian hari, perut Xiao Jia mengalami pembengkakan layaknya wanita hamil. Awalnya, ia berpikir dirinya tengah hamil. Saat mendapat diagnosa dokter, ia terkejut dokter menyimpulkan pembengkakan berasal dari penumpukan cairan yang tidak normal di bagian perut. Cairan itu bukanlah penyebab utama dia merasakan sakit, melainkan adanya kanker hati yang tak dapat ditolong lagi. Seketika saya termenung, apa jadinya bila nasib serupa menimpa saya? Saya pun teramat sering begadang. Beberapa kali saya pernah jatuh sakit karena kurang tidur. Beruntung saya masih diberi kesempatan memperbaiki pola tidur saya yang terbilang kacau. Seperti saran Dr. Lawrence J. Epstein, direktur medis dari Pusat Kesehatan Tidur yang berafiliasi dengan Harvard University, ia menyatakan jika utang tidur sudah telanjur menumpuk, kita perlu melunasi utang jangka pendeknya terlebih dulu. Kita yang belum merasakan efek langsung dari begadang, mungkin masih akan menyepelekannya. Merasa jika nasib malang seperti dialami Xiao Jia, hanya akan dirasakan sebagian kecil orang yang sering begadang saja. Tapi
Oleh : Melika Nurjihan itu pemikiran yang menipu, beberapa referensi medis telah memberikan penjelasan lebih jauh mengenai efek buruk dari begadang. Kebiasaan begadang hanya akan terus membawa efek-efek negatif, menumpuknya dan menciptakannya jadi penyakit. Tubuh pun perlahan akan memperlihatkan efek negatif saat kehilangan jam tidur. Efek jangka pendeknya seperti otak akan bekerja lambat menyimpan informasi sehingga sulit berpikir juga mengingat, melemahkan sistem pertahanan tubuh sehingga tubuh rentan sakit, penglihatan pun akan memburuk. Efek jangka pendek ini masih
dapat diatasi dengan tidur cukup. Berbeda dengan efek jangka panjang yang ditimbulkan. Membuat hormon Ghrelin dan Leptin (pengatur nafsu makan) bekerja tidak teratur hingga mengakibatkan obesitas. Begadang juga membuat pankreas memproduksi hormon insulin secara terus menerus. Insulin berfungsi mengatur penggunaan glukosa dalam tubuh sehingga glukosa dapat terurai menjadi energi. Jika pankreas bekerja secara terus-menerus, fungsi pankreas akan mengalami penurunan hingga kadar glukosa dalam tubuh tak dapat dikendalikan dan akan memicu penyakit diabetes. Bagi orang yang terbiasa begadang, mengubah waktu tidur menjadi normal akan terasa sulit dan butuh proses yang tak instan. Hal ini karena tubuh perlu menyesuaikan peralihan jadwal. Tapi kesulitan ini perlahan dapat diatasi, bila seseorang dapat disiplin dan terus berusaha tidur lebih awal, hingga jam tidur yang dibuat dapat menjadi kebiasaan tidur kita. Kita pun perlu memperhatikan agar jadwal tidur normal yang kita rencanakan tidak menjadi berantakan. Lakukanlah beberapa tips yang dapat membantu kita agar dapat cepat tertidur pulas. Tips saya sendiri yaitu tidak mengonsumsi
minuman berkafein, membaca buku sebelum tidur, minum air hangat, serta mematikan handphone dan lampu kamar. Terakhir memastikan suhu kamar bersahabat. Suhu yang terlalu panas dan dingin tak bisa membuat seseorang tidur dengan lelap. Semoga Kisah Xiao Jia menyadarkan kita, pentingnya menjaga kesehatan tubuh karena seyogyanya kesehatan adalah hadiah yang sangat bernilai yang diberikan sang kuasa untuk dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Jangan sampai, kita kehilangan kesempatan menikmati kerja keras di usia muda karena terlalu membebani tubuh. Olehnya aktivitas harus dibarengi dengan istirahat yang cukup, agar fisik dapat sehat dan bugar. Mari tetap menjaga tubuh agar tetap sehat selain mengonsumsi makanan bergizi, olahraga secukupnya, juga tidak membebani tubuh dengan melakukan pekerjaan di luar batas waktu dan kemampuan kita. Pekerjaan memang penting, tetapi jangan sampai tenaga kita terkuras sampai habis hingga jatuh sakit. Penulis adalah Reporter identitas Mahasiswa Jurusan Antropologi Angkatan 2018.
Wabah Covid-19, Unhas Akan Gelar Wisuda Daring
DI TENGAH wabah Covid-19 yang sempat membuat lumpuh kegiatan tatap muka di kampus Unhas, termasuk juga pelaksanaan wisuda periode III yang ikut ditunda. Melihat kondisi ketidakpastian kapan berakhirnya Corona, Unhas mengambil inisiatif menggelar prosesi wisuda secara daring untuk wisudawan periode III dan IV. Awalnya kabar ini diterima sejumlah calon wisudawan Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas pada Rabu (20/5). Sebuah pesan singkat beredar di grup WhatsApp bertuliskan “Wisuda Maret ditiadakan dan Ramah Tamahnya”. Pesan tersebut dibagikan langsung Kepala Sub Bagian Akademik FMIPA, Firlianti SE di Grup WhatsApp Wisudawan Periode III FMIPA. Sontak para mahasiswa kaget dengan keputusan tersebut. Misalnya saja, Nurafni Julianti, alumnus Departemen Fisika mengungkapkan rasa kecewannya. Ia sangat berharap bisa mengikuti prosesi wisuda tersebut. “Waduh, saya merasa kecewa. Meski di sisi lain kita tahu kalau kondisi yang tidak memungkinkan. Tapi, saya juga ingin merasakan wisuda, memakai toga dan berfoto
bersama keluarga, serta berjabat tangan langsung dengan Rektor Unhas,” ungkapnya, Rabu (20/05). Saat dikonfirmasi mengenai hal ini, Firlianti menyampaikan, pihaknya sedang melakukan koordinasi dan sementara membicarakannya bersama Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas. “Rektor nanti akan mengumumkan, kalau ada surat resminya. Jika wisudawan periode Juni mendatang sedikit, maka akan disatukan dan dibuka pendaftaran siapa-siapa yang mau ikut,” tulis Firli. Saat dikonfimasi mengenai kebenaran kabar tersebut, Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Ir Muh. Restu MP membenarkan akan diadakannya wisuda daring. “Pelaksanaan wisuda bulan Juni tetap ada dan direncanakan dengan wisuda daring. Jika memungkinkan maka wisuda tersebut juga akan digabung dengan wisuda Maret lalu," komentarnya saat dihubungi via WhatsApp. Mengenai prosesi teknis pelaksanaan wisuda daring tersebut, Prof Restu mengatakan pihaknya masih menyusun mekanisme pelaksanaannya. Wjn
FOTO: IDENTITAS/ARISAL
Wisuda daring: Satpam sedang menyemprotkan hand sanitizer kepada wisudawati di pintu masuk Baruga Andi Pangerang Pettarani, Selasa (23/6).
TIPS
22
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
Kiat Bimbingan Online di Masa Pandemi
K
ondisi pandemi yang sudah berlangsung selama 6 bulan ini memaksa kita untuk menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari biasanya. Pemberlakuan phisical distancing demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 membuat beberapa kegiatan terhambat. Namun, meskipun dalam kondisi yang sulit ini, proses perkuliahan harus tetap berjalan. Solusinya tidak lain adalah melalui media daring. Bimbingan proposal dan
1. Koreksi secara teliti terlebih dahulu
skripsi pun dilakuan secara online. Mengingat dalam kondisi sekarang ini, bimbingan proposal atau skirpsi dengan metode tatap muka secara langsung tidak memungkinkan untuk dilakukan. Mau tidak mau, para mahasiswa perlu menggunakan metode daring agar bimbingan tetap berjalan. Berikut ini kiat-kiat yang dapat membantu melancarkan bimbingan Online.
4. Persiapkan media penunjang Sebelum melakukan bimbingan daring, persiapkan alat yang dapat menunjang proses bimbingan kamu seperti smartphone atau laptop. Pastikan daya baterai smartphone atau laptop tidak dalam kondisi lemah. Jangan lupa untuk mengecek sambungan internet seperti kondisi jaringan selular, wi-ďŹ , atau kuota internet agar bimbingan tidak terputus di tengah sesi. Gunakanlah aplikasi yang telah disepakati di awal ketika membuat janji.
Sama seperti ketika melakukan bimbingan secara tatap muka langsung, ada baiknya kita mengoreksi tulisan kita terlebih dahulu. Koreksilah hingga tidak ada kesalahan seperti tanda baca, kesalahan pengetikan, pemborosan kata, serta kesalahan-kesalahan lainnya. Bahkan terkadang meski sudah diperiksa berulang kali, ada-ada saja kesalahan yang ditemukan oleh dosen pembimbing. Maka dari itu ada baiknya koreksi berkalikali sebelum bimbingan, agar sesi bimbingan berlangsung lebih eďŹ sien meskipun dilakukan secara daring.
2. Buat janji di jauh hari Tips selanjutnya adalah buat janji dengan dosen pembimbing beberapa hari sebelumnya. Adanya instruksi untuk bekerja di rumah tentu saja membuat dosen pembimbing juga akan melaksanakan segala kesibukannya melalui media daring. Seperti mengajar, kegiatan akademik lain, bahkan bimbingan untuk mahasiswa. Membuat janji jauh hari sebelumnya akan membantu dosen pembimbing untuk mengatur jadwal. Ini juga mengantisipasi mahasiswa lain yang juga ingin melakukan bimbingan. Ketika hendak membuat janji, hubungilah dosen pembimbing di jam-jam istirahat atau ketika sedang tidak sibuk. Jangan menghubungi di atas pukul delapan malam karena sudah di luar jam kerja. Jangan lupa untuk mengingatkan dosen beberapa jam sebelum melakukan bimbingan, agar apabila tidak dapat dilaksanakan karena ada halangan, sesi bimbingan dapat dijadwalkan ulang. Jangan lupa juga untuk tetap online pada waktu yang telah disepakati.
3. Gunakan bahasa yang baik Gunakanlah bahasa yang baik ketika hendak membuat janji, ataupun sedang dalam sesi bimbingan. Jangan pernah lupa mengucapkan salam ketika memulai pembicaraan. Perbaiki bahasa ketika sedang berkomunikasi via daring, terutama apabila menggunakan pesan teks. Ada baiknya menggunakan aplikasi video call atau video convrence agar komunikasi bisa berjalan lebih lancar.
5. Manfaatkan waktu semaksimal mungkin Saat sesi bimbingan, cobalah untuk memaksimalkan waktu yang ada dengan menanyakan segala kendala yang dihadapi selama pengerjaan skripsi atau proposal. Tanyakan hingga benar-benar dipahami. Mengingat via daring cukup terbatas dan menjadi satu-satunya cara yang dapat ditempuh pada masa pandemi sekarang ini. Ada baiknya mencatat semua hal-hal yang ingin ditanyakan beberapa saat sebelum melakukan bimbingan. ILUSTRASI/BADARIA
6. Jangan mengandalkan deadline Tips yang terakhir adalah jangan mengandalkan deadline. Apabila sesi bimbingan telah selesai, segeralah perbaiki kesalahan yang telah ditemukan dan lanjutkan progres pengerjaan agar ada lebih banyak waktu untuk mengoreksi sebelum sesi bimbingan selanjutnya. Jangan lupa untuk menjadwalkan sesi bimbingan selanjutnya dengan dosen pembimbing. Itulah tips-tips yang dapat membantu kelancaran bimbingan online. Semoga bisa bermanfaat bagi para pejuang skripsi di tengah wabah Covid-19. Tetap jaga dan terapkan protokol kesehatan sesuai imbauan pemerintah, dan tetap produktif meskipun hanya di rumah saja.ď Ž Risman Amala Fitra
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
23
BUNDEL AKADEMIKA Shaifuddin Bahrum,
Pahlawan Keberagaman Tionghoa, Sang Sutradara Film Ati Raja
T BUNDEL IDENTITAS TAHUN 1998
Cerita Unhas, dari Kampus Merah Hingga Humaniversity
U
niversitas Hasanuddin merupakan salah satu dari sebelas perguruan tinggi negeri yang berbadan hukum di Indonesia. Universitas yang berdiri sejak 10 September 1956 ini, awalnya adalah pengembangan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ketika Bung Hatta masih menjabat Wakil Presiden. Terhitung sejak awal berdiri hingga saat ini, universitas yang dikenal dengan julukan Kampus Merah tersebut telah dinahkodai 12 Rektor. Tahukah Anda, selain julukan Kampus Merah, rupanya Unhas memiliki banyak julukan lain. Hal tersebut merupakan representasi dari visi yang dibawa oleh para rektor di masa jabatannya. Berikut kami rangkum beberapa julukan Unhas tersebut. Comuniversity Julukan ini merupakan salah satu dari empat program kerja prioritas yang dicanangkan Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, pasca dirinya dilantik sebagai Rektor Unhas Periode Masa Jabatan 2018-2022. Peran Unhas sebagai comuniversity ditingkatkan melalui inovasi dan kebermanfaatan Ipteks yang berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI). Target capaiannya yaitu lebih dari tiga Pusat Unggulan Inovasi (PUI) unggulan, Akreditasi Paripurna, Rumah Sakit dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unhas. Selain itu, juga memiliki lebih dari sepuluh inkubator bisnis berbasis riset, program strategi nasional dan pencapaian Sustainable and Development Gaols (SDG’s) lainnya, serta memiliki kabupaten dan desa binaan sebagai percontohan. Humaniversity Julukan Unhas sebagai humaniversity atau kampus berbasis humanisme juga dinobatkan pada masa jabatan Prof Dwia, tepatnya menjelang perayaan Dies Natalis Unhas yang ke-63. Perayaan Dies Natalis Unhas yang dihelat pada September 2019 lalu tersebut mengusung tema “Menguatkan Kolaborasi, Mendukung Unhas humaniversity”. Humaniversity sendiri merupakan konsep keseimbangan dalam kemanusiaan dan ilmu pengetahuan pada pendidikan tinggi. Konsep
humaniversity merupakan wujud sumbangsih bagi sivitas akademika Unhas dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat. Universitas Riset (Research University) Saat pertama kali terpilih sebagai rektor pada tahun 2014, Dwia berjanji untuk mengarahkan ke visi pengembangan Unhas 2030. Ia berjanji untuk menjadikan 100 persen kurikulum pembelajaran riset keunggulan Berbasis Maritim Indonesia. Julukan Unhas sebagai Research University sebelumnya juga telah diusung pada masa kepemimpinan Prof Dr dr Idrus A. Paturusi Sp BO sebagai rektor terdahulu. Dikutip dari bundel identitas tahun 2013 edisi November, Unhas dinilai belum maksimal dalam mewujudkan dirinya sebagai Research University. Hal itu dikarenakan budaya meneliti yang masih sangat kurang di kampus, hal ini jelas terlihat dengan sedikitnya jumlah proposal mahasiswa yang lolos ke Pimnas serta jumlah penelitian dosen juga masih rendah. Prof Dwia yang kala itu menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kerjasama, menuturkan bahwa penelitian tidak dapat berkembang apabila prasarana lab tidak memadai. Oleh karena itu, untuk menunjang penelitian, perlu ada pembaruan untuk menciptakan laboratorium unggulan. Selain itu perlu kerjasama dengan instansi, perusahaan dan pemerintah. Universitas Maritim Dikutip dari bundel identitas edisi Mei 2010, setelah terpilih di periode keduanya sebagai rektor, Prof Dr dr Idrus A. Paturusi SpBO mencanangkan pegeseran visi Unhas. Dimana, sebelumnya merupakan Pusat Pengembangan Budaya Bahari menjadi Pusat Unggulan dalam Pengembangan Sumber Daya Insani dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni dan Budaya Berbasis Budaya Maritim Indonesia. Hal itu dilakukan setelah proses evaluasi perjalanan Unhas hingga tahun 2010 yang menunjukkan bahwa secara empirik, Unhas kurang selaras dengan rumusan visinya. Menurtut Prof Idrus, kelebihan visi Benua Maritim dapat menangkap peluang-peluang yang lebih luas sesuai
perubahan zaman. Maritim sendiri diartikan sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan dirgantara di atasnya, tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan sosial budayanya yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Good University Governance (GUG) Setelah dilantik menjadi rektor, pada periode pertama masa jabatannya, Prof Idrus bertekad menerapkan konsep Good University Governance (GUG) dalam kepemimpinannya. Kala itu konsep GUG merupakan hal yang benar-benar baru dalam lingkup universitas di Indonesia. Meskipun begitu, konsep GUG ini sebenarnya diadopsi dari konsep Good Corporance Governance (GCG) yang banyak diterapkan di lingkungan bisnis. Hal yang terkadung dalam GCG ini juga menjadi karakteristik utama dalam pelaksanaan GUG tersebut. Termasuk di dalamnya nilai akuntabilitas , transparansi, inklusivitas, efisiensi dan efektivitas. Kampus Orde Otonomi Dikutip dari bundel identitas edisi Juli 1998, julukan ini merupakan bentuk momentum reformasi untuk kembali menyuarakan otonomi daerah. Bahkan sebuah papan bertuliskan “Kampus Orde Otonomi” di tengah taman terpampang jelas, dan tak lepas dari jangkauan setiap pasang mata yang melintas di depan Kampus Merah. Pemancangannya bahkan dilakukan tepat tengah malam pada 17 Agustus kala itu. Hal ini dimaksudkan sebagai semangat untuk membangkitkan Indonesia Timur. Sayangnya, konsep ini tidak begitu populer karena Kampus Orde Otonomi sendiri masih kurang tersosialisasikan di kalangan mahasiswa. Itulah beberapa julukan yang menjadi ciri khas dari Unhas. Julukan yang diberi tentunya mengandung makna tersediri dan menjadi target capaiaan sang nahkoda. Semoga ke depannya dapat membawa nama Unhas lebih baik. Urwatul Wutsqaa
ISTIMEWA
erhitung sejak Kamis, 7 November 2020, Film Ati Raja berhasil menggaet penonton setelah hari pertama peluncurannya. Film Ati Raja adalah sebuah film biografi yang menceritakan seorang seniman bernama Ho Eng Dji. Ia adalah seorang penyair dan musisi Makassar yang lahir di Kassi Kebo, Kabupaten Maros, tahun 1906, dan wafat 1960 di Makassar. Menggunakan latar budaya kehidupan kaum Tionghoa, keturunan Ho Eng Dji hidup bergaul dengan harmonis bersama masyarakat Makassar. Baginya, tidak ada istilah orang pribumi dan non-pribumi. Yang ada hanyalah masyarakat multietnik yang melebur dalam satu yakni masyarakat Makassar. Lagu ciptaannya yang populer hingga saat ini antara lain Ati Raja, Sailong, Dendang-dendang, dan Amma Ciang. Film Ati Raja juga menyuguhkan cerita tentang hubungan antar budaya dan kisah cintanya yang sendu. Para pemain yang bergabung di antaranya Fajar Baharuddin, Jennifer Tungka, Stephani Andries, Chesya Tjoputra, Goenawan Monoharto, Zulkifli Gani otto, Noufah A Patajangi, Saenab Hasmar, Agung Iskandar, dan Gregorius. Sebagai pelengkap dalam film berdurasi 84 menit ini, juga dikisahkan perjalanan hidup Ho Eng Dji mulai dari ketika ia mengenyam pendidikan lalu sampai kecintaannya terhadap dunia sastra. Bahkan film yang berada dalam naungan produksi Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM) tersebut menampilakn beberapa scene karyanya, serta kisah cintanya. Lika liku kehidupan yang penuh perjuangan itulah yang mengantarkan Ho Eng Dji pada titik dimana karyanya terus dikenang terutama oleh masyarakat Makassar. Keberhasilan film ini tiada lain dan tiada bukan karena hasil kerja keras dari seorang sosok di balik layar film. Ia adalah Shaifuddin Bahrum, seorang sutradara yang juga merupakan penulis naskah dari Film Ati Aji. Lelaki yang lahir di Rappang Kabupaten Sidrap, 11 Oktober 1963 ini merupakan sosok yang sangat dikagumi dalam dunia sastra. Bukan hanya sebagai seorang sutrada teater, tetapi juga sebagai penulis cerpen dan puisi yang andal. Tak hanya itu, pria yang pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi Makassar Terkini ini juga adalah seorang penelitian budaya. Salah satunya mengenai kebudayaan Tionghoa di Sulawesi Selatan (Sulsel). Namanya mulai debut dalam dunia keberagaman sejak masa orde baru. Shaifuddin, begitula ia disapa, berhasil masuk ke komunitas etnis Tionghoa yang masih sangat tertutup pada masa itu di Sulsel. Ia juga membuka pintu pertemanan dengan Giok, salah satu pemusik andalan etnis Tionghoa kala itu. Menurut alumnus Magister Program studi Antropologi Unhas tersebut, trauma masa lalu adalah alasan utama adanya tembok pemisah antara pribumi dan non-pribumi. Ia mempercayai bahwa pada tahun 1960-an, sebuah klaim mengenai etnis Tionghoa adalah golongan komunis, membuat hilangnya rasa pertemanan. Kejadian pembunuhan dan pemburuan etnis Tionghoa tahun 1960-an itu, kemudian terbawa-bawa. Berkat keakraban Shaifuddin dengan etnis Tionghoa inilah yang membuatnya kemudian benar-benar tertanam lebih dalam mengenai dunia tersebut. Terlebih lagi ketika dirinya bertemu dengan Arwan Tjahyadi dan kakak iparnya, Farida Tjahyadi. Kedekatan yang dibangunnya sejak dulu, membuat Pendiri Yayasan Budaya Baruga Nusantara ini berhasil membuka mata dunia tentang kehidupan keberagaman masyarakat Tionghoa di Sulsel. Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulawesi Selatan, Akbar Nugraha. “Ia merupakan bagian yang tidak terlepas dari keberadaan etnis Tionghoa di Sulsel. Salah satunya lewat Film Ati Raja yang telah menggugah perbedaan itu indah,” katanya. Namun, di awal tahun ini, tepatnya Rabu, 22 Januari 2020 pukul 14.43 WIB, Makassar harus kehilangan salah satu sosok pahlawannya. Shaifuddin dikabarkan meninggal dunia di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Meninggalnya pendiri kelompok musik Spasi Fakultas Sastra Unhas ini disebabkan sakit yang dideritanya selama ini. Wandi Janwar
24
S
LINTAS
Belajar dari Negeri Paman Sam
ebagai penerima Beasiswa Fulbright-Badan Bahasa FLTA, saya mendapat kesempatan ditugaskan menjadi pengajar Bahasa Indonesia dan mempromosikan Budaya Indonesia di University of Colorado di Boulder, Amerika Serikat pada Agustus 2019. Ada banyak cerita mengasikkan yang saya alami selama lebih sepuluh bulan berada di Negeri Paman Sam. Apalagi berkaitan dengan culture shock yang sepanjang hari itu saya alami. Seperti toilet-toilet di Amerika kebanyakan water closet kering, artinya membersihkan diri dengan tisu. Sebagai seorang yang terbiasa menggunakan air untuk bersuci, maka saya harus selalu ingat menyediakan botol kosong kemanapun saya pergi. Anehnya, ketika sering membawa botol kosong, seorang warga lokal pernah menegur dengan tingkah saya mengambil air dari keran.
Maklum, air atau pancuran air di Amerika biasanya bisa langsung diminum. “Oh bukan, air ini untuk saya pakai di toilet,” kataku. Ada juga cerita ketika saya meminta kepada teman untuk dibelikan sepuluh biji bawang merah, Kebetulan teman asramaku ini bekerja di toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Singkat cerita ketika tiba di rumah, saya heran, entah kecewa dan mau ketawa tapi juga kasihan. “Mengapa bawang merah ini begitu besar?” Ucapku. “Saya sebenarnya ingin bawang merah kecil makanya saya minta dibelikan sepuluh biji". Dengan merasa bersalah, teman saya buruburu minta maaf. “Bukan salah kamu, ini juga salahku,” ujarku kembali. Yah begitulah terkadang kelupaan kalau sedang di Amerika, dimana mereka selalu sangat spesifik dalam produk-produk makanan. Terlebih lagi dengan sepuluh bijih
bawah merah ini, tidak mungkin saya habiskan sendiri. Bahkan setelah dibagi-bagikan ke teman asrama, itu pun belum habis. Sebab di Amerika, orang tidak banyak menggunakan bawang merah, mereka lebih banyak mengonsumsi bawang bombay putih. Demikian juga dengan soal makanan, perbedaan Amerika dan Indonesia dalam perilaku mengonsumsi makanan juga sangat berbeda. Sering kita jumpai dalam acara makan-makan di restoran ada banyak sisa makanan bertebaran. Kalau kita makan di restoran atau warung makan di Indonesia, kebanyakan orang enggan meminta wadah atau kardus untuk bungkus sisa makanan yang tidak dihabiskan. Sementara disini, meminta wadah untuk membawa sisa makanan pulang adalah sesuatu yang lumrah. Bukan hanya kita yang bisa minta kardus tapi justru pelayanlah yang akan bertanya "do you need a box
identitas
NO. 912, TAHUN XLVI, EDISI MEI 2020
DOKUMENTASI PRIBADI
for the food?" Itu karena orang Amerika sadar negara mereka tingkat membuang makanan sangat tinggi maka mereka mencoba berubah dan mengatasi masalah itu. Selain itu, di sini juga sangat menghargai privasi. Ketika saya menghadiri Konfrensi FLTA di Washington DC oleh panitia saya diberi stiker merah untuk kartu nama. Saya bingung, lah ini apa? Ternyata itu consent sticker yang berarti saya menolak didokumentasikan atau perlu izin saya untuk mengambil dan menggunakan gambar/video saya, sebelum diunggah di media. Bayangkan saja, bahkan untuk mengunggah foto/ video perlu persetujuan orang yang bersangkutan. Kalau kita mengunggah tanpa izin, bisa jadi perkara ini dibawa ke pengadilan, bila merasa keberatan atas gambar/ video yang diunggah. Apalagi untuk gambar anak-anak, harus sangat
berhati-hati. Maka jangan heran kalau orang Amerika jarang mengambil gambar/ video, apalagi mengunggahnya di media sosial. Dan sebaliknya, mereka pasti akan kaget melihat saya misalnya yang selalu mengambil gambar, lebih kaget lagi kalau mereka ke Indonesia, iya kan? Kebiasaan orang Indonesia suka sekali ambil gambar selfie, wefie. Tapi pernah tidak kita berpikir apakah kita sudah dapat izin mereka sebelum mengunggahnya di media sosial kita? Saya harap dari tulisan ini kita bisa bersama-sama mengambil manfaat dan pembaca budiman yang sedang dalam persiapan ingin ke Amerika semoga prosesnya berjalan lancar dan dimudahkan urusan-urusannya. Penulis: Irma Zafitri Alumni Sastra Inggris, pengajar MKU Bahasa Inggris, Unhas.