Akhir november

Page 1


2

wall fb

identitas

NO. 870| TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

karikatur

tajuk

Berdasarkan aturan DIKTI, perban­ dingan ideal antara dosen dan ma­ hasiswa dalam satu kelas di lingkup eksakta yaitu 1 : 50 dan di lingkup non eksakta 1 : 45. Namun nyatanya, di Unhas aturan tersebut seringkali masih tak dipatuhi. Misalnya di Fakul­ tas Kesehatan Masyarakat terdapat kelas yang jumlah maahasiswanya mencapai 100 orang, di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan masih ada mencapai 90 orang dan Fakultas Ilmu Budaya ada yang mencapai 70 orang. Bagaimana tanggapan Anda ?

Jangan Biasakan Hidup Dengan Calo

Fachri Firmansyah Belum lagi mengingat fasilitas kelas yang tidak memenuhi kuota 1:90an mahasiswa trsebut. Sudah panas, pngap lagi .. bagus kalo ac nya jga mnyala Khairil Anwar Pertanyaannya kemudian, apakah dengan kondisi kelas yang tidak ideal ini masih bisa menghasilkan pro­ses transfer ilmu yang bagus? Jika tidak, tentunya dilakukan kajian terkait kondisi tersebut. Misalnya penambahan tenaga pendidik. Ada ba­ nyak lulusan Unhas yang siap jadi dosen. Kena­ pa tidak memberdayakan mereka? Atau dengan memberdayakan kelas di luar ruang-ruang kuliah, jika memang menghendaki terjadinya transfer pen­ getahuan yang lebih optimal.

KARIKATUR/SRI HADRIANA

dari redaksi

IDENTITAS/RIYAMI

Sekarang bukan target kelulusan 100% lagi, tapi kejujuran 100% PESAN di atas ditujukan untuk kita semua dari Anies Baswedan. Apakah dunia pendidikan begitu menargetkan nilai tanpa memperhatikan moral? Hal ini tak dapat dipungkiri seiring banyaknya calo yang hadir di sekeliling kita. Masuk Sekolah Dasar, ada calonya. Ujian lulus SD, butuh calo juga. Masuk SMP pakai calo, lulus ada calo lagi. SMA pun demikian hingga ke univer­ sitas dan cari kerja. Bisa dibilang setiap hembusan napas kita dikelilingi calo. Desember ini, ada lagi tamparan keras yang ditujukan untuk semua orang terdidik di Indonesia. Kali ini berhasil terbongkar kasus percaloan yang dilakukan oleh salah satu pegawai bidang kear­ sipan Unhas. Dengan memalsukan tanda tangan Rektor Unhas, ia dengan mudah menipu 19 orang tua siswa yang ingin diluluskan anaknya di Fakul­ tas Kedokteran Unhas. Mendengar kabar di atas, miris rasanya saat makin banyak orang berupaya sekuat tenaga dan mengha­ lalkan segala cara untuk lulus dalam sebuah jenjang pendidikan. Apa yang terjadi dengan moral kaumkaum terdidik? Mengapa harus memakai calo? Jika tak mampu bersaing, mengapa dipaksa? Kebiasaan menggunakan jasa calo yang me­ ngakar dalam dunia pendidikan, ini karena kita tidak percaya diri. Seseorang yang harusnya menjadi pejuang tidak percaya bahwa ia mampu melewati jenjang pendidikan ini dengan ke­ mampuannya. Saat rasa pesimis ada, kita ingin menyandarkan segala sesuatu pada orang lain. Apalagi jika orang itu menjanjikan sesuatu yang menggiurkan. Tanpa kita sadari kehidupan kita dikelilingi dengan perbuatan calo. Secara tidak sadar, saat sudah memasuki bangku perkuliahan, kita yang awalnya lulus dengan kemampuan sendiri malah terjerumus dalam dunia calo juga. Idealisme mahasiswa sejatinya diuji saat di­ hadapkan dengan sebuah permasalahan. Contoh kasus saat dosen mata kuliah memberikan ujian final. Perilaku memberi jawaban kepada orang lain sudah bisa dikatakan menjadi calo. Mengapa dika­ takan sebagai calo? Yah, kita jadi calo agar teman lain lulus mata kuliah tersebut. Lantas, apakah institusi pendidikan pernah memberi efek jera terhadap pelaku perbuatan calo ini? Jika iya, mengapa setiap tahun selalu ada calo? Kejujuran harus benar-benar kita terapkan dalam dunia pendidikan. Sang pendidik janganlah berpatokan pada nilai saat melihat kemampuan seseorang. Saat ada anak yang dibandingkan nilainya dengan kawannya yang unggul di depan banyak orang, ini akan menimbulkan trauma dalam di­ rinya. Pandangannya pun berubah, bahwa orang yang pintar ialah yang memiliki nilai tinggi. Siapa yang nilainya tinggi, ia yang pintar, ia dihargai. Setiap insan memiliki nilainya masing-masing, janganlah disamakan. Berantas calo dari dirimu sendiri. Ayo Jujur!n

Pertemuan Singkat: Seusai mengisi acara Indonesia NEXT 2016. Barry Kusuma, Travel Journalist berkunjung ke rumah kecil identitas, Senin (28/11). Dalam kunjungan, ia banyak berbagi ilmu dan pengalaman terkait konten tulisan dan foto perjalanan.

Menuju Penghujung Tahun Dalam kekuasaan kita, waktu tak pernah jadi milik kita. Karena kita milik waktu, dipermainkan waktu (Sajak Akhir Tahun, Yus R Ismail). APA yang menjadi resolusi di awal ta­ hun, barangkali sudah tercapai ataupun belum. Tinggal menghitung waktu, tahun akan berganti. Sekali lagi, karena waktu tak pernah jadi milik kita. Sudah saat­ nya merefleksi apa yang telah dikerjakan selama setahun ini. Mengevaluasi apa yang masih kurang, dan merencanakan langkah untuk memperbaikinya. Kami percaya bersamaan dengan waktu, selalu

ada perubahan yang mengiringinya. Yang menjadi tanda ada tindakan yang telah dilakukan. Di bulan terakhir tahun ini, identitas te­ pat akan memasuki usianya ke-42 tahun. Jika diibaratkan manusia, itu adalah usia yang sudah tua. Sebuah tantangan, apa­ kah kedepannya masih dapat mera­yakan pertambahan umurnya lagi, de­ ngan membawa perubahan yang lebih baik bagi sivitas akademika dan almamater. Menuju penghujung tahun, kali ini kami hadir menyapa pembaca setia identitas dengan sajian pemberitaaan terkait geliat mahasiswa berwirausaha di era ekonomi digital. Selain itu, kami pun mengajak pembaca untuk merasai rasanya hidup di luar tempurung ala Ben Anderson dalam rubrik resensi. Selamat membaca!n

AmMar Cihui Waah sdh sepatutnya jadi perhatian, perbandingan antara 1 dosen dan 50 siswa saja klo max belum tentu semua akan paham dan mengerti, belum lagi mis­ al duduk bagian blkang, dan bisa jadi salah satu faktor siswa malas masuk kls krn terlalu padat se­ hingga lebih memilih u nongkrong d kantin sambil diskusi2

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082348047258 085342579343

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Akhir November 2016 Desain: Sita Nurazmi Layouter: Sri Hadriana


surat dari pembaca Antisipasi Unhas Menghadapi Musim Hujan

SALAM hangat, buat kru identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Sekarang sudah bulan Desember, bagaimana antisipasi Unhas dalam menghadapi terjadinya pohon tumbang dan ban­ jir di sekitar danau Unhas selama musim hujan? Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2015 Tanggapan : UNTUK antisipasi pohon tumbang di musim penghujan, kami adakan pemangkasan pohon di sepanjang jalan lingkar Unhas. Sedangkan dalam persiapan menghadapi kemungkinan ter­ jadinya banjir, kita sudah buka akses untuk me­ ngalirkan air limpahan dari danau yang ada di seberangnya. Dulu terjadi banjir sebab tidak ada saluran air akibat tertutupi pembatas jalan. Morex Rein Kepala Sub Bagian Rumah Tangga

Informasi Sertifikat Pelatihan Public Speaking

ASSALAMUALAIKUM, terima kasih telah me­ muat pertanyaan saya. Begini, saya salah satu peserta pelatihan public speaking yang diadakan Biro Kemahasiswaan. Setelah pelatihan hingga sekarang, saya belum mendapat sertifikat. Pada­ hal, pada penyebaran pamfletnya gratis sertifi­ kat. Dimanakah saya bisa memperoleh sertifika pelatihan tersebut? Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2014 Tanggapan : JADI, Irwani Pane selaku pihak penyelenggara belum memberikan sertifikat peserta kepada Biro Kemahasiswaan. Namun, kami akan segera menghubungi pihak yang bersangkutan, agar sertifikat yang dibutuhkan bisa diberikan ke ma­ hasiswa. Esan Lamban, SSos Kepala Biro Kemahasiswaan

Asuransi Buat Penerima Bidikmisi

TERIMA Kasih buat identitas yang telah me­ muat pertanyaan saya. Saya penerima bidikmisi angkatan 2014, mendapat undangan sosialisasi Asuran­si Tugu Hasanah. Apakah penerima bidik­ misi angkatan 2014 juga bisa mengikuti program

asuransi itu? Ataukah hanya diperuntukkan bagi penerima bidikmisi angkatan 2015 dan 2016? Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2014 Tanggapan : Program Asuransi Tugu Hasanah juga bisa dii­ kuti penerima bidikmisi angkatan 2014. Kepada yang bersedia ikut, bisa ambil formulirnya di kemahasiswaan. Asuransi ini juga bebas untuk semua rumah sakit, dengan syarat bidikmisinya dipotong senilai Rp 125.000,00 per bulan. Infor­ masi lebih lanjut, bisa dilihat di website kemaha­ siswaan Unhas. Saya juga sudah sebar informa­ sinya di facebook. Esan lamban,S.sos Kepala Biro Kemahasiswaan

Sisa Dana Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2015

ASSALAMUALAIKUM, saya mau bertanya, ka­ pan lagi dicairkan dana penelitian mahasiswa yang 30%, sebab baru 70% dicairkan dananya. Terimakasih Mahasiswa Fakultas Peternakan Angkatan 2013 Tanggapan : SEBENARNYA dana PKM yang sudah dicairkan sebesar 80% bukan 70%. Untuk pencairan sisa dana PKM, mahasiswa harus memasukkan lapo­ ran kegiatan terlebih dahulu. H Sira Bendahara Kemahasiswaan

Uang Tunjangan Fotokopi PKM

TERIMA Kasih untuk identitas yang telah me­ muat pertanyaan saya. Yang mau saya tanyakan, kapan bisa diambil uang tunjangan fotokopi PKM senilai Rp 200.000,-? Mahasiswa Fakultas Teknik Angkatan 2012 Tanggapan : KEPADA seluruh mahasiswa yang belum men­ dapat uang tunjangan fotocopy PKM, senilai Rp. 200.000,- bisa langsung datang ke Gedung Rek­ torat lantai II. H Sira Bendahara Kemahasiswaan

agenda Kerja Sosial Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Kedokteran Gigi Waktu : Kamis- Minggu, 22 – 25 Desember 2016 Tempat : Kabupaten Pinrang CP : 082188450988m (Ichang) Talkshow Kewirausahaan “Young Enterpreneur, Get The Chance, Get The Knowlwdge and Be The Succes Enterpreneur” Mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 Waktu : Sabtu, 10 Desember 2016 Tempat : Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Website : www.fkm.unhas.ac.id Makassar Cultur Day and Festival Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas Waktu :Minggu 11 Desember 2016 Tempat : Gedung Olahraga (GOR) Unhas CP : 085299529988 (Zek) Tes TOEFL Try Out Hasanuddin English Community Tempat : Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedok- teran Unhas Waktu : Sabtu 17 Desember 2016 CP : 082187208067 (Dedy)

Wisuda Akbar Alqumi 1 Komunitas Pencinta Alqur’an Tempat : Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas Waktu : Minggu 11 Desember 2016 CP: 085342923880 (laki-laki) 082290316779 (perempuan) Seminar Islam Nasional “Intelektual Muslim dan Keutuhan NKRI” Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Masjid (UKM LDK MPM) Unhas Waktu : Minggu 11 Desember 2016 Tempat : Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani unhas CP : 0895600050423 (Muslim) 089691057858 (Muslimah) Mining Engineering Student Parade and Competition II Persatuan Mahasiswa Tambang (PERMATA) Fakultas Teknik Waktu : Kamis 15 – 17 Desember 2016 Tempat : Fakultas Teknik Unhas Gowa, Hotel Grand Clarion Makassar, Bendungan Bili-Bili, Kabupaten Gowa, Taman Wisata Malino/Maros E-mail : Offcialminespace@gmail.com

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

3

kronik Jadi Calo, Pegawai Unhas Diamankan Pihak Kepolisian DUA oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilaporkan ke kepolisian terkait kasus penipuan. Mereka menjadi calo saat penerimaan mahasiswa baru 2016 Jalur Non Subsidi (JNS) di Unhas. Terduga bernama Rahmatia (36) dan Nurjannah (53). Salah satu dari oknum tersebut adalah pegawai Unhas. Berdasarkan kronologis dari surat kepolisian bernomor LP/1619/XII/2016/Tamalanrea tanggal 5 Desember 2016, telah diamankan dua perempuan yang merupakan pegawai Unhas. Informasi penipuan ini diterima oleh Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Tamalanrea. Setelah menerima informasi, Kanit Reskrim memerintahkan Panit II Inspektur Polisi Dua (Ipda) untuk menurunkan Alimuddin ke Unhas dengan tujuan membawa kedua oknum tersebut ke Polsek Tamalanrea. Hal ini bermula karena adanya laporan korban Aqila terhadap Rahmatia. Aqila merasa dirugikan karena pada saat penerimaan mahasiswa baru, anaknya Ananda dijanjikan masuk ke Fakultas Kedokteran Unhas dengan membayar biaya 325 juta rupiah. Namun, setelah membayar, ternyata anaknya tidak terdata sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas. . Kejadian ini membuat Aqila merasa tertipu. Ia meminta uangnya dikembalikan karena Ananda juga sudah berkuliah di Fakultas Kedokteran UMI. Ia pun melaporkan Rahmatia ke kepolisian. Menanggapi hal ini, M Dahlan Abubakar selaku Kepala Humas Unhas membenarkan kasus tersebut. Namun, Dahlan membantah bahwa kedua oknum tersebut adalah pegawai Unhas “Kedua oknum tersebut, hanya salah satunya pegawai Unhas yakni Rahmatia dan untuk Nurjannah bukanlah pegawai Unhas, “ jelasnya, Selasa (6/12). Dahlan menjelaskan jumlah korban atas penipuan tersebut ada 19 korban. Para korban menyetor uang ke Rahmatia yang merupakan pegawai yang bekerja di bidang kearsipan Unhas. Berkat penipuan ini, pelaku berhasil mengantongi uang sebanyak satu milyar sembilan puluh juta rupiah. Humas menambahkan bahwa Rahmatia menipu korban dengan memalsukan dokumen. Dokumen palsu ini berisi Surat Keputusan penetapan mahasiswa baru untuk ke-19 korban yang berisi tanda tangan rektor secara palsu. Sedangkan Nurjannah menurut Humas Unhas hanya mengaku sebagai korban dari Rahmatia. Jannah memiliki anak yang ingin dimasukkan ke Fakultas Kedokteran. Selain itu, Jannah juga diminta untuk mencari calon mahasiswa lain yang juga ingin memasuki fakultas tersebut. Untuk saat ini, oknum Nurjannah masih belum jelas statusnya, tersangka ataukah korban. Unhas sendiri tidak tahu menahu terkait adanya pegawai yang melakukan penipuan dengan menjadi calo. Pihak Unhas baru mengetahui setelah adanya laporan masuk dari pihak kepolisian. “Unhas menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti,” ungkapnya.n

Bila Anda mempunyai pertan­­­­­­­­­­­­ya­an yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 085242409140 atau lewat email: bukuidentitas@gmail.com


4

opini

identitas

NO. 870| TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Revolusi Mental Menuju Revolusi Ilmu Pengetahuan Rezim Jokowi-JK mengusung revolusi mental sebagai basis kinerja pemerintahannya. Gagasan itu merupakan sebuah upaya revitalisasi terhadap karakter dasar dari manusia Indonesia yang peramah, toleran, punya rasa kekeluargaan dan gotong royong.

Oleh: Supratman

C

ara mewujudkan revitalisasi itu melalui institusi pendidikan. Jokowi menekankan untuk tingkat SD, perbandingan materi pendidikan karakter dan ilmu pengetahuan lainnya itu 80:20 persen. Sedangkan pada jenjang SMP dan SMA, perbandingannya masing-masing ialah 60:40 dan 20:80 persen. Alur pembagian porsi antara budi pekerti dan sains hingga SMA, menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan, penekanan pada aspek budi pekerti semakin berkurang. Apakah ini berarti penekanan aspek itu level Perguruan Tinggi (PT) diabaikan? Bila mengacu pada jargon revolusi mental maka dengan tegas bisa dinyatakan; tidak! Sebaliknya di PT, puncak implementasi dari karakter dan akhlak semakin luas dan mendalam. Maksudnya, kedua hal itu di ranah PT tidak lagi dibicarakan pada domain personal. Harapannya sudah dipastikan selesai pada level pendidikan SMA. Sebab, sudah seharusnya telah menjadi bagian yang menyatu dengan semua cabang keilmuan. Dapat dirasakan kehadiran dan sentuhannya ditengahtengah masyarakat. Karakter dan akhlak menjadi budaya dan basis gerakan dari kebijakan sebuah PT, sekaligus membuat PT semakin kreatif dan produktif untuk melahirkan gagasan baru, pikiran baru dan karyakarya terbaru. Masalah karakter, mental, sikap dan kepribadian dalam ranah keilmuan adalah cakupan dari ilmu humaniora. Sehingga dengan mudah bisa dipahami bahwa revolusi mental yang digagas oleh rezim Jokowi-JK merupakan obyek kajian ilmu budaya. Realitas tersebut, jelas menjadi tantangan bagi para insan akademik yang bergelut dengan ilmu-ilmu budaya. Tantangannya adalah mereka dituntut untuk bisa meyakinkan semua pihak di negeri ini bahwa betapa Ilmu Budaya atau Humaniora sangat penting dan mendasar bagi kelangsungan sebuah bangsa. Semua orang harus melihat dan memahami bahwa bahasa, sastra, budaya, sejarah, filsafat, psikologi, seni sesuatu yang sangat mendasar dan penting bagi kehidupan manusia dan suatu bangsa. Ilmu Budaya membentuk pola pikir yang bisa menuntun dan mengatur masyarakat, guna mewujudkan sebuah budaya. Mampu mengantarkan semua orang untuk punya kesempatan mendapatkan tugas atau jabatan, atau menjalankan fungsi teknologi

ditangannya menjadi sesuatu yang berguna bagi kemanusian dan kemajuan bangsa. Menuntut manusia punya pertimbangan yang arif dan kosmopolit, guna melihat keuntungan dan kegunaan sesuatu secara komprehensif. Menegaskan sebuah pikiran yang konstruktif, pergerakan dan tujuan dari sebuah masyarakat. Semua pemimpin dan penentu kebijakan yang baik dan bertanggung jawab di seluruh dunia. Setiap hari disibukkan untuk memikirkan bagaimana cara menentukan dan mengambil langkah, agar bisa membawa masyarakat sampai pada tujuan yang dicita-citakan. Kebijakan, kerja politik serta urusan administrasi, sejatinya ditentukan berdasarkan petunjuk dari Ilmu Budaya. Harus ada gerakan revolusi ilmu budaya. Untuk menyadarkan kita semua bahwa ilmu pengetahuan kita selama ini, tidak berhasil memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber pengetahuan dan khazanah kebijakan dari budaya kita sendiri. Pengalaman itu menunjukkan bahwa sampai saat ini, selama 71 tahun merdeka, bangsa dan negara kita belum mencapai kemajuan yang signifikan bila melihat kekayaan sumber daya alam di Indonesia. Atas semua itu kita seharusnya mau melakukan perubahan. Penekanan pada kebudayaan sebagai fondasi pembangunan suatu bangsa jelas memiliki arti yang sangat penting. Kebudayaan adalah nuansa yang meliputi ruang pandangan hidup, ruang rasa dan ruang spiritual. Bukan sekadar sebuah bentuk warisan masa lalu. Namun, sebuah gerakan kesinambungan sejarah dan nilai yang dilestarikan. Sehingga sebuah bangsa dan komunitas selalu bisa mengenal jati diri dan identitasnya sebagai sebuah komunitas yang bermartabat dan berperadaban tinggi. Pengakuan, kesadaran dan kecintaan kepada kebudayaan sendiri adalah sebuah manifesto langsung maupun tidak langsung terkait keberadaan dan kebesaran kebudayaan suatu bangsa dan negara lain. Manusia yang berbudaya dan sebuah bangsa yang memiliki kebudayaan, memiliki karakter dan sikap toleransi, serta rendah hati yang mau menghormati dan menghargai keberadaan manusia dan bangsa yang beda dengan dirinya sendiri. Penekanan pada spirit dan nilai kebudayaan diharapkan punya warna yang kental. Tidak saja pada ranah kepemimpinan, tetapi juga kebijakan dan

“

Harus ada gerakan revolusi ilmu budaya.

Untuk menyadarkan kita semua bahwa ilmu pengetahuan kita selama ini, tidak berhasil memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber pengetahuan dan khazanah kebijakan dari budaya kita sendiri. Pengalaman itu menunjukkan bahwa sampai saat ini, selama 71 tahun merdeka, bangsa dan negara kita belum mencapai kemajuan yang signifikan bila melihat kekayaan sumber daya alam di Indonesia.

strategi pembangunan. Kepemimpinan yang menyerap dan terserap dengan nilai budaya. Akan dipandang sebagai perwujudan dari jati diri masyarakat dan simbol anugerah dari Tuhan. Tokoh besar seperti Mao Zedong, Mahatma Gandhi dan Ir Soekarno,

disebut sebagai pemimpin cemerlang dan kharismatik. Sebab, mereka sedikit dari sekian banyak pemimpin di dunia yang menempatkan kebudayaan tidak hanya menjadi dasar dan penggerak pembangunan . Namun, jauh lebih penting dari itu kebudayaan ditempatkan sebagai soko guru yang mengajarkan manusia akan kehadiran, dan keberadaanya pada sebuah tempat dan zaman. Mengajarkan, menyadarkan manusia bagaimana ia hidup dan memperlakukan apa saja yang ada disekitar dirinya sendiri secara manusiawi. Juga mengajarkan pergaulan dengan masyarakat internasional, tanpa harus melepaskan diri dari karakter diri dan bangsanya. Gerakan kebudayaan semakin menemukan signifikasinya di era globalisasi. Bukan sekadar berlaku untuk pertumbuhan ekonomi transnasional, tetapi juga meliputi sebuah deretan yang luas melampaui ekonomi dan atau teknologi itu sendiri. Juga merupakan sebuah seruan untuk mengadopsi paradigma tertentu, yang telah menjadi sebuah gerakan hegemoni terhadap dunia. Sehingga, bila kita tidak peka untuk menjaga warisan kebudayaan sendiri. Maka identitas kewarganegaraan, suatu saat nanti akan tergerus bersama arus deras globalisasi. Bangsa ini harus disadarkan kembali bahwa budaya bangsa sendiri bukanlah budaya yang terbelakang, melainkan sebuah budaya yang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai hidup kita sendiri. Memelihara dan mengembangkannya, akan punya dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan dan kemajuan, baik secara material maupun spiritual. Juga akan mengokohkan diri sebagai manusia dan bangsa yang bermartabat. Bukan bangsa ‘beo’ yang hanya bisa mengekor dari budaya bangsa lain. Dan semua itu, sekali lagi, bisa efektif terjadi jika dimulai dan dicontohkan oleh para pemimpin. Karena masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang taat kepada pemimpin. Oleh karena itu semua kaum intelektual, akademisi, budayawan, seniman harus bekerja sama dan bersatu padu untuk menggali dan menemukan akar keilmuan dari tradisi dan budaya bangsa kita sendiri. Dengan begitu, pengetahuan kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.n Penulis adalah Dosen pada Departemen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas


wansus

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER2016

Percaya akan Kekuatan Tulisan Selalu ingat, apa pun yang kau lakukan, buatlah orang-orang di sekitarmu merasa kehadiranmu berarti (Fiersa Besari) Manusia yang hidupnya berarti adalah mereka yang menyisakan sejarah bagi orang disekitarnya. Lantas bagaimana agar kita dikenang sejarah? Kata Pramoedya Anantatoer, hanya dengan menulis kita takkan hilang dalam masyarakat, juga sejarah. Hal itulah yang dipegang oleh Fiersa Besari. Berawal dari perjalanan keliling Indonesianya, penyanyi indie asal Kota Kembang Bandung ini, mencatatkan dirinya dalam dunia kepenulisan. Berikut petikan wawancara penulis buku Garis Waktu ini sesaat setelah berbagi kisah di Sekretariat PK identitas bersama reporter identitas Devika Saputri, Kamis (24/11). Setelah lebih dulu dikenal sebagai penyanyi indie kini Anda beralih ke dunia penulisan, bisa diceritakan alasannya? Banyak sekali penulis termasuk saya sendiri memang tidak pernah meniatkan diri untuk menjadi penulis. Menulis itu biasanya karena kita kebanyakan menyerap sesuatu. Berawal dari perjalanan saya keliling Indonesia saat itu menggunakan kapal laut, selama di kapal cuma dua yang bisa dikerjakan, ngobrol atau membaca. Dari situ saya merasa, kok sayang kalau cuma mengandalkan ingatan, akhirnya saya coba buat tulisan. Tahun 2013 lalu, saya menulis tentang perjalanan keliling Indonesia namun masih ditolak beberapa penerbit. Jadi, bisa dibilang terjunnya Anda ke dunia penulisan karena ketidaksengajaan? Yah bisa dibilang begitu. Hanya, bagi saya menulis itu bukan keinginan tapi kebutuhan, terlebih saat kita terlalu banyak mencerna sesuatu. Ketika itu kebutuhan menulis saya makin menguat saat harus terpaksa membaca dan mengobrol dengan orang lain dalam perjalanan keliling Indonesia. Anda mengatakan kalau menulis itu berbanding lurus dengan bahan yang diserap, lantas bagaimana jika minat baca justru malah berkurang? Nah itu dia, membaca kan bukan hanya membaca buku, melihat keadaan dan mengobrol dengan orang disekitar pun termasuk membaca dan itu bisa menjadi bahan tulisan. Lagipula dari dulu saya bukan tipikal orang yang mempermasalahkan orang-orang yang aktif didepan gadget.

I S T I M E WA

Permasalahannya di depan gadget itu dia lagi baca apa? Mungkin baca PDF, Ebook atau artikel. Tergantung cara mereka memanfaatkannya sih. Lantas, bagi Anda sendiri apakah ada misi khusus yang dibawa dalam karya Anda? Bukan misi khusus sih. Saya merasa sedikit kesal dengan anak muda jaman sekarang. Misalnya dia jarang membaca, atau main media sosial cuman buat nge-bully atau ngehatespeech orang. Nah, saya buatlah sentilan di media sosial. Jadinya saya menulis sesuatu yang menggelitik dan kalau orang lain baca, mereka setuju denganku. Jadi, karya Anda bentuk perjuangan atau bukan? Iya, namanya perjuangan kan

tergantung apa yang diperjuangkan. Kalau Garis Waktu sendiri hanya menerjemahkan perasaanku atas sepasang anak manusia, petualangan dan impian yang harus digapai. Anda sering mengajak orang untuk menulis, kenyataanya tidak semua orang bisa mengeluarkan isi hatinya seperti Anda. Lantas, apa tips yang anda tawarkan? Pertama yah, hilangkan keinginan untuk terus mau terlihat baik, bagiku itu satu kekeliruan. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang jujur, karena tulisan seperti itulah yang sampai ke hati pembacanya. Ini juga pesan bagi mahasiswa sih, perjuangan itu bukan hanya sekedar turun ke jalan, cobalah mengekspresikannya lewat tulisan. n

Data Diri Nama : Fiersa Besari TTL : Bandung, 3 Maret Pendidikan : STBA YAPARI ABA Bandung Karya : - Album 11:11 - Album Tempat Aku Pulang - Album Konspirasi Alam Semesta - Buku, Garis Waktu

5

akademika Pejuang Pendidikan untuk Kaum Perempuan DEWI Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884. Ia terlahir di keluarga berdarah biru. Bapaknya seorang patih di Bandung, bernama Raden Somanagara. Sedang ibunya bernama Raden Ayu Rajapermas. Namun, Raden Somanagara cepat meninggalkan Dewi, karena sering menentang Belanda, ia dibuang ke Ternate dan menghembuskan nafas terakhir disana. Setelah bapaknya meninggal, Dewi diasuh oleh pamannya yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Pendidikan dan pengetahuan tentang kebudayaan Sunda pun ia peroleh. Selain itu, dari seorang asisten residen Belanda, ia menyerap pengetahuan kebudayaan barat. Dewi Sartika kecil merupakan perempuan yang sangat beruntung, sebab ia salah satu perempuan pribumi yang bisa bersekolah waktu itu. Berkat kedua orangtuanya, ia dapat bersekolah di sekolah Belanda. Sejak kecil ia sudah menunjukkan minat besar terhadap dunia pendidikan. Saat berumur sepuluh tahun, hobinya ialah berperan menjadi guru. Dari mulai papan kandang kereta, arang sampai genting pun dijadikan alat bantu mengajar. Dan berkat hal ini, anak-anak dari pembantu kepatihan mampu membaca, berhitung, dan berbahasa belanda. Warga Cicalengka pun gempar, karena dua alasan. Pertama, karena gurunya adalah perempuan berumur masih muda. Kedua, saat itu anak-anak dari golongan rakyat jelata belum ada yang bersekolah. Ketika usia Dewi Sartika sudah remaja, ia kembali ke ibunya di Bandung. Dalam usia yang beranjak dewasa, mimpi-mimpinya mulai tumbuh dan keinginan untuk mewujudkannya semakin besar. Terlebih ketika pamannya memiliki mimpi yang sama yakni mendirikan sekolah. Namun, untuk mewujudkan mimpi tersebut bukan tanpa halangan. Pandangan masyarakat yang kolot dan aturan-aturan pemerintah Hindia Belanda harus ia hadapi. Dewi pun menghadapi rintangan itu, dibantu pamannya, ia berhasil memperoleh izin pendirian sekolah khusus perempuan. Tahun 1902, Dewi telah membuka sebuah tempat pendidikan untuk kaum perempuan. Sebuah ruangan kecil di belakang rumah ibunya digunakan sebagai ruang kelas. Mulai dari menjahit, merenda, membaca, menulis, hingga memasak menjadi mata pelajarannya saat itu. Pada tahun 1904, Sekolah Kautamaan istri yang didirikan Dewi dianggap sebagai sekolah untuk perempuan pertama yang berdiri di Hindia Belanda. Di sekolah ini, Dewi dibantu dua pengajar, Nyi Owied dan Ny Poerwo untuk mengajari 20 siswa angkatan pertamanya. Tahun 1905, Dewi menggunakan uang pribadinya untuk menambah jumlah kelas dan berpindah lokasi dari tempat lama ke daerah Kebon Cau, Bandung. Proses pindah lokasi ini juga di bantu Bupati Bandung saat itu. Satu tahun berlalu, ia pun menikah dengan seorang bernama Raden Kanduruan Agah Suriadinata. Dari pernikahan ini lahir seorang buah hati dari rahimnya, yang di beri nama Raden Atot. Pada 16 Februari 1939, pemerintah Hindia Belanda memberikan bintang jasa kepadanya atas jasa di bidang pendidikan. Penghargaan ini menunjukan perjuangan Dewi berada di jalur kooperatif, bukannya agresif. Setelah dua tahun Indonesia merdeka, Belanda melancarkan agresinya. Akibat agresi ini pejuang pendidikan ini, Dewi ikut mengungsi bersama pejuang lainnya untuk bisa mempertahankan kemerdekaan. Namun, karena usia yang telah senja, ia wafat di Cinean Jawa Barat, 11 September 1947. Dewi Sartika telah berjuang mengangkat hak dan kesetaraan kaum perempuan. Lewat pendidikan ia berupaya memajukan perempuan Indonesia. Berkat usahanya itu ia diangkat sebagai pahlawan nasional tahun 1966. Semoga semangat perjungan Dewi Sartika untuk mencerdaskan bangsa bisa diteruskan oleh perempuan-perempuan masa kini.n Dikutip dari berbagai sumber Musthain Asbar H


6

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Abadikan Kisah Lewat Lensa

rampai

“Fotografi membantu orang untuk melihat” Berenice Abbott.

UKM yang sudah berusia 25 tahun ini mampu menjadi wadah peningkatan pengetahuan yang praktis dan teknis. Untuk mewujudkan cita-citanya, mahasiswa angkatan 2014 ini ingin membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang punya kemampuan dan penguasaan fotografi sehingga organisasi pun mampu berkembang. Mengenai potensi yang dimiliki oleh SDMnya, UKM ini memiliki banyak prestasi. Diantaranya, Juara Harapan III Lomba Foto Peksiminas Sulawesi Selatan 2002, Juara I dan II Lomba Foto Jurnalistik Kompas 2007, Juara I dan II omba MDGs 2008, Juara I Lomba Foto Pelabuhan 2008, Juara I Lomba Foto Green Urban Design 2010, Juara II Lomba Foto Our Respobility for Our Ear 2009, Juara II Lomba Foto Indosat Touring Photography 2010 dan masih banyak lainnya. Melihat banyaknya prestasi yang diraih, rasanya tidak ada kerugian yang didapatkan saat bergabung menjadi anggota UKM ini. Bermula dari hobi, lanjut ke organisasi kemudian menjadi pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, banyak anggota organisasi yang

keluar berkarya menjadi fotografer profesional.

“Mengambil foto itu tidak mudah karena harus menyampaikan pesan. Namun jika kita paham dimana cahaya ada disitulah foto tercipta,” kata Dalvin, sapaan akrabnya. Jika ingin bergabung dengan organisasi ini, anggota baru akan mengikuti Diklat Dasar terlebih dahulu. Dalam diklat ini, teman-teman akan diajarkan untuk mengetahui sejarah fotografi, teknik pengambilan gambar, komposisi, fotografi, dan foto jurnalis. Setelah itu akan ada pameran pojok, dimana karya-karya dari anggota baru akan dipajang dan dibuatkan pameran. Tujuan dari pameran ini ialah bentuk evaluasi bagi anggota baru yang

nantinya akan menjadi anggota penuh. Bentuk penilaian karya ini melalui hasil penilaian pengunjung yang diberi kesempatan untuk memilih satu foto terbaik. Selama aktif di UKM Foto, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini merasa memiliki tantangan berupa keaktifan anggota. Meskipun begitu ia tetap berkomitmen untuk semangat berkarya dalam kepengurusannya. “Saya ingin melihat orang yang gabung dengan UKM ini sukses di bidang fotografi,” ucapnya menutup perbincangan. n Sri Hadriana

FOTO-FOTO:DOKUMENTASI PRIBADI

K

utipan dari seorang fotografer hitam putih ini menjadi pegangan teguh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fotografi. Bagaimana tidak, UKM yang didirikan oleh MD Akbar ini bertujuan untuk menyebarluaskan foto baik secara visual maupun tekniknya. Berdiri pada 16 Desember 1994, UKM ini mulanya dibentuk karena kerisauan para pendiri. Kala itu, terbentuk UKM Foto di kalangan siswa SMA di Jawa Barat. Karenanya, mahasiswa Fakultas Sastra ini mengajak Luhur Hertato, kawannya dari Jurusan Komunikasi untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Unhas yang gemar fotografi. Di awal terbentuknya, organisasi ini belum berstruktur UKM, hanya komunitas saja. Perekrutan anggota pun dilakukan pada mereka yang memiliki kamera eksklusif. Namun ini bukan hal yang mudah. Banyak yang beranggapan bergabung dengan organisasi ini hanya sekadar mengambil foto saja. “Foto itu bukan sekadar menjepret saja. Fotografi itu seni,” ujar Achmad Dalvin, Ketua UKM Fotografi, Jumat (11/11). Untungnya, pandangan tersebut tak menghambat eksistensi UKM yang berdomisili di Lantai 1 Gedung PKM Unhas ini. Memiliki 35 anggota, perkumpulan mahasiswa tukang jepret ini rutin mengadakan hunting foto, pameran foto, diskusi, dan lainnya. Di masa kepemimpinannya, mahasiswa Jurusan Sosiologi ini ingin memasyarakatkan fotografi baik untuk masyarakat Unhas maupun secara umum. Dengan harapan,


kolom

Oleh : Khusnul Yaqin

M

odernisasi kehidupan manusia selain memberikan keuntungan berupa efektifitas dan kemudahan hidup, juga menyisakan problem sampah yang hampir jarang mendapat perhatian serius, terutama di negara berkembang. Pembangunan suatu kota jarang memberikan porsi besar terhadap kepentingan ekologi yang tepat. Padahal diketahui, kepentingan ekologi adalah kepentingan bersama agar bumi tetap bisa dihuni secara berkelanjutan. Oleh karenanya seringkali suatu kota mirip diibaratkan dengan satu rumah tanpa WC, akibatnya kotoran atau limbah tercecer di mana-mana. Manajemen sampah atau limbah yang dirancang hanya untuk memenuhi kepentingan ekonomi semata sangat potensial menjadi ‘bom waktu’ bagi munculnya persoalan-persoalan yang lebih serius pada ekosistem kota. Dorongan kepentingan ekonomi yang berlebihan pada suatu konsep pembangunan menjadi pokok masalah terjadinya kekacauan suatu ekosistem di mana konsep pembangunan itu diterapkan. Dikesampingkannya manajemen persampahan atau pengolahan limbah yang tepat menjadi contoh pengabaian kepentingan ekologi itu. Akibatnya, kota menjadi tidak nyaman dan sehat untuk dihuni. Menyubordinasi kepentingan ekologi dibawah kepentingan ekonomi dalam pengambilan kebijakan pembangunan adalah sesuatu yang menyesatkan. Pertama, secara terminologi ekologi mesti berdiri di atas ekonomi. Warwich Fox dalam bukunya Transpersonal Ecology menyebutkan bahwa asal kata ekonomi yang berarti pengaturan suatu rumah tangga memiliki peringkat yang lebih rendah dibandingkan dengan asal kata ekologi yang berarti ilmu tentang rumah tangga. Tanpa ilmu tentang rumah tangga tidak dimungkinkan untuk mengatur rumah tangga. Maka, kepentingan ekologi harus menjadi dasar dari kepentingan ekonomi. Kedua, pengesampingan kepentingan ekologi adalah buah dari cara berpikir ekonomi jangka pendek yang meninggalkan kepentingan ekonomi jangka panjang. Akibatnya, kita malas mencari strategi alternatif sebagai solusi bagi ‘limbah’ kepentingan ekonomi sesaat, karena kepentingan ekologi dianggap sebagai beban ekonomi yang mahal harganya. Padahal ekosistem kita menyediakan banyak pelajaran tentang bagaimana mengelola ekosistem dengan baik, tanpa mengesampingkan kepentingan ekologi.

Ekologi industri membangun tanpa merusak

Ekologi industri, sebagai ilmu yang berpeluang memberikan solusi

identitas

NO. NO. 870 870 || TAHUN TAHUN XLII XLII || EDISI EDISI AKHIR AKHIR NOVEMBER NOVEMBER 2016 2016

Cacing Tanah, TPA dan Ekologi Industri dalam masalah yang ditimbulkan oleh pembangunan yang tidak ekologis. Ini adalah bidang ilmu baru yang dikembangkan secara ‘tidak sengaja’ dari kawasan industri di kota Kalundborg, Denmark. Di kawasan industri ini limbah dari suatu pabrik digunakan sebagai bahan produksi untuk unit pabrik yang lainnya. Sebagai contoh gypsum yang merupakan limbah pembangkit tenaga listrik digunakan oleh BPB Gyproc A/S untuk memproduksi plasterboard. Robert White mantan presiden US National Academy of Enginering mendefinisikan ekologi industri sebagai pengkajian tentang aliran materi dan energi pada aktivitas industri dan konsumen, yang berpengaruh pada aliran tersebut pada lingkungan, dan pengaruh ekonomi, politik, kebijakan dan faktor-faktor sosial pada aliran energi dan materi, penggunaan dan transformasi sumberdaya. Dengan demikian bidang ilmu ekologi industri merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu mulai dari biologi, teknik, ekologi, toksikologi hingga sosial, ekonomi dan politik. Lifset dan Graedel dalam bukunya Handbook of industrial ecology menyebutkan bahwa dalam ekologi industri ada dua prinsip yang mesti diperhatikan. Pertama, ekologi industri melihat dan menempatkan ekosistem nir-manusia sebagai model dari aktivitas industri. Mereka berargumen bahwa ekosistem biologis terlalu banyak memberikan kita contoh dalam mendaur-ulang limbah dengan efektif, contohnya melalui pemanfaatan cacing tanah. Kedua, ekologi industri meletakkan aktivitas industri pada konteks ekosistem yang lebih besar memanfaatkan sisa limbah tadi untuk dijadikan barang produksi. Maka, pembangunan dalam konsep ekologi industri bukan saja meminimalisir ‘limbah’, tetapi juga ia tidak memberi ruang adanya dampak negatif yang merusak.

Ekologi industri yang berbasis pada cacing tanah

Cacing hewan tak bertulang belakang dari kelompok oligochaeta ini mampu mendaurulang sampah organik menjadi bahan bernutrien tinggi yang sangat cocok sebagai pupuk organik. Enzim-enzim yang ada di dalam perut cacing tidak sekedar mampu mendegradasi bahan organik, tetapi dapat memperkaya bahan organik itu dengan berbagai hormon pertumbuhan dan mememcah dan mengikat bahan pencemar seperti logam, pestisida dan limbah minyak seperti poliaromatik hidrokarbon yang terikut dalam bahan organik. Bersamaan dengan keluarnya feces dari perut cacing, keluar pula berabagai material organik dan beberapa bakteri probiotik yang dapat menyuburkan tanah. Menurut Dr. Rajiv Sinha peneliti

dari Griffith University perut cacing tanah mengandung jutaan mikroba yang dapat menyuburkan tanah dan mendaurulang limbah. Charles Darwin menyebut cacing sebagai prajurit yang bergerak tanpa suara yang bekerja siang malam di dalam tanah dan mempunyai pengalaman lebih dari 600 juta tahun dalam manajemen tanah. Oleh karena itu cacing tanah tidak saja menjadi organisme pendaurulang limbah tetapi juga dapat mengahasilkan material organik yang sangat berguna dalam memproduksi bahan-bahan pangan. Penggunaan cacing dalam eokologi industri dapat digunakan pada skala besar seperti yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) atau dapat diterapkan pada skala kecil seperti pada persampahan di tingkat RT atau RW. Mengingat bahwa cacing tidak menyukai sampah organik yang masih mengandung gas-gas seperti metan dan CO2, maka pengolahan sampah berbasis cacing ini akan lebih baik bila diintegrasikan dengan reaktor biogas untuk menangkap gas-gas pencemar seperti metan menjadi bahan bakar. Setelah itu hasil sampingan reaktor biogas yang berupa zat padat maupun cair dapat diaplikasikan sebagai sumberdaya yang dapat diperkaya oleh cacing menjadi pupuk organik dengan kandungan unsur hara yang tinggi. TPA-TPA yang ada di Indonesia sudah semestinya menerapkan konsep ekologi industri yang berbasis cacing tanah. Dalam konsep ekologi industri kawasan TPA perlu dibangun paling tidak empat pabrik; pengolah sampah non-organik, reaktor biogas, reaktor cacing dan industri obat berbasis cacing. Reaktor biogas akan menjadi bagian vital di mana sampah organik yang masih mengandung beberapa gas pencemar seperti metan dan CO2 diperangkap dan digunakan sebagai sumber energi kawasan TPA. Selanjutnya buangan dari reaktor biogas berupa bahan organik cair dan padat dapat dialirkan ke tempat budidaya cacing. Setelah itu reaktor cacing akan menghasilkan dua jenis produk yaitu daging cacing dan pupuk organik plus yang dikenal dengan kascing. Daging cacing bisa langsung disalurkan ke pengolahan cacing sebagai bahan obat, sedangkan kascingnya dapat digunakan sebagai pupuk organik atau bahan remediasi limbah. Sementara itu, sampah non-organik seperti plastik dan material logam dapat didaurulang menjadi bahan pendukung untuk kepentingan reaktor cacing atau bahan-bahan lain yang diperlukan di kawasan ekologi industri berbasis cacing. Dengan demikian konsep ekologi industri berbasis cacing merupakan cara revolusioner mengubah beban sampah perkotaan menjadi sumberdaya yang dalam prosesnya dapat mengubah bahan pencemar menjadi bahan produktif.n Penulis adalah Dosen Jurusan Perikanan Unhas

7

bundel • Bundel Edisi Akhir November 1992

Mempercepat Pembangunan, Perlu Revolusi Komunikasi MELAKUKAN terobosan dari masyarakat agraris ke masyarakat informasi, tanpa melewati masyarakat industri. Telah muncul sebagai salah satu alternatif strategi yang dapat dipilih oleh bangsa Indonesia, dalam mempercepat pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh rakyat. Prof Dr Anwar Arifin mengemukakan, para pemikir pembangunan di Indonesia telah membuat prediksi dan antisipasi terhadap masalah yang akan terjadi dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Salah satu problematika yang dimaksud, mengenai sistem komunikasi dan informasi bangsa kita yang masih amat lambat. Padahal telah lama memiliki Satelit Palapa. Kata Anwar, salah seorang pemikir pembangunan seperti Servan Schreiber mengusulkan. Bahwa percepatan pembangunan di dunia ketiga membutuhkan adanya revolusi komunikasi. Yang akan bermuara pada terbentuknya masyarakat informasi, dengan ditunjangnya sarana yang lebih produktif. Keadaan masyarakat indonesia memang penuh dilema dan kesulitan. Saat negara maju kini telah memasuki era masyarakat informasi. Masyarakat indonesia sebagian besar masih menjadi masyarakat agraris. Hanya sebagian kecil yang tersentuh oleh industri dan terpercik revolusi komunikasi. Namun demikian, mempercepat senjatah dengan melompat ke masyarakat informasi mungkin masih lebih baik daripada harus menunggu. “Kini yang menjadi masalah mendasar, ialah bagaimana masyarakat informasi dengan menggunakan teknologi canggih dapat dicapai dalam keadaan masyarakat yang masih miskin? Hal ini akan menjadi tantangan bagi kita dalam PJPT II,” ujarnya saat menutup presentasi makalahnya.n

• Bundel Edisi Akhir November 2002

MLM dan Mimpi Jadi Makmur UNTUK menjadi makmur di jaman ini, sepertinya orang tak perlu lagi memelihara tuyul atau ilmu hitam lainnya. Sebab sudah emikian banyak yang jalan yang membentang untuk itu. Dari cara biasa sampai yang tak masuk akal. Diantara sekian jalan, Multi Level Marketing (MLM) salah satunya. Sebutlah beberapa perusahaan MLM seperti Amway, CNI, Genesis world, Daxxon, Aha-Net, Oriflame, atau Avon. Perusahaan yang umumnya berasal dari luar negeri itu, mencoba menjangkau anggota sebanyak-banyaknya dengan bergepok impian. “Sebenarnya bisnis ini sama seperti yang lain, cuma perusahaan tidak lagi mengeluarkan biaya iklan dan fungsinya diganti dengan orang-orang tertentu melalui ‘omongan-omongan’,” ujar Prof Halide Guru Besar Fakultas Ekonomi Unhas mengenai bisnis ini. Mengutip pendapat Robert Radfield seorang pakar antropologi, yang terkait dengan bisnis MLM dan mental umumnya masyarakat yang ‘terpinggirkan’, “salah satu cirinya mental orang-orang marjinal (terpinggirkan) adalah; selalu berangan-angan menjadi orang kaya. Dan mentalisasi tersebut yang dimanipulasi oleh para kaum marketing— dengan membuat berbagai macam usaha yang menawarkan harapan untuk menjadi kaya.” Tak sepenuhnya sependapat dengan teori itu. Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Ssosial dan Politik, Rahmat Muhammad MSi menambahkan, praktek MLM ini adalah salah satu keberhasilan kaum marketing dalam membentuk pola pemasaran baru, meski kemungkinan menyebabkan terjadinya eksploi-ztasi terhadap konsumen. “Ini bersifat mutualisme (saling menguntungkan), tentu jika tujuannya tidak diselewengkan,” tandasnya. n


8

8

liputan khusus

identitas NO. 870| TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016 identitas NO. 870| TAHUN XLII| EDISI AKHIR NOVEMBVER 2016

Beragam Program Wirausaha Banyak wirausahawan yang lahir dari mahasiswa Unhas. Program wirausaha di kampus mampu mendorong munculnya bibit-bibit pengusaha.

S

ebuah penelitian dari Ernst dan Young menyatakan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia. Hal ini terlihat dari pertumbuhan pemasaran usaha melalui internet yang meningkat 40 persen setiap tahunnya. Peningkatan ini tidak lepas dari setiap wirausaha yang dimiliki Indonesia. Salah satunya yang ada di kalangan mahasiswa. Unhas sendiri memiliki beberapa program wirausaha untuk menumbuhkan jiwa-jiwa bisnis. Diantaranya Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) dan Pusat Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis (P2KB). PMW merupakan program kucuran dana hibah dari Pendidikan Tinggi (Dikti). Program ini telah ada sejak tahun 2010. Dikti ini memberi modal usaha kepada mahasiswa tergantung dari jenis usahanya. Enam tahun terlaksana, PMW mampu menunjukkan minat mahasiswa Unhas dalam berwirausaha. Untuk dapat menjadi salah satu penerima dana program ini, berbagai tahap harus dilewati. Pihak PMW juga

menyediakan beberapa pelatihan bagi calon wirausahawan. “Kami beri mahasiswa pelatihan dasar kewirausahaan kepada tim mahasiswa yang memasukkan proposal usaha,” ujar Ilham Jaya selaku ketua PMW saat ditemui, Senin (5/12). Program wirausaha lainnya datang dari Fakultas Pertanian yang bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Mendapat modal dari BRI, mahasiswa dituntut untuk membuat usaha di bidang pertanian. Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) ini termasuk baru diadakan Unhas. Dalam Bimbingan Teknik PWMP yang diadakan Aula Pascasarjana Unhas Agustus kemarin, sebanyak 30 kelompok dipersiapkan untuk menerima bantuan ini. Menurut keterangan dari Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Kaimuddin MSi, mahasiswa yang akan menerima bantuan ini dibimbing selama tiga tahun. “Tahun pertama kami menumbuhkan minat berwirausaha mahasiswa, selanjutnya mengembangkan rencana bisnis mahasiswa di tahun berikutnya dan tahun terakhir baru mahasiswa disiapkan

untuk berwirausaha secara mandiri,” tuturnya saat diwawancara, Selasa (2/12). Sedangkan Pusat Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis (P2KB) ini bertugas untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam membangun bisnis. Serta sumberdaya dosen kewirausahaan di semua fakultas untuk menjadi pendamping mahasiswa peminat program PMW. Banyaknya program wirausaha jangan sampai memunculkan pengusaha yang tidak menyelesaikan studinya. Segala hal yang dilakukan di kampus harus sinkron. “Mahasiswa berwirausaha ini jangan sampai menganggu kegiatan akademik,” pesan Ilham. Munculnya wirausaha kampus, tak lepas dari adanya pembimbing yang senantiasa mengarahkan mahasiswa untuk mewujudkan target usahanya. Salah satu pembimbing wirausaha mahasiswa adalah Dosen Kehutanan, Dr Risma Illa Maulany, S Hut MnatRest. Ia memiliki beberapa cara untuk mengarahkan mahasiswa. Misalnya

membagi penanggungjawab mahasiswa, yang membuat tulisan, mencari data dan menyebarkan kuisioner usaha hingga mendampingi proses produksi usaha mahasiswa. Baginya, untuk memulai suatu usaha, sangat dibutuhkan sebuah komitmen. Risma menambahkan, untuk kedepannya mahasiswa yang dibimbingnya haruslah membuat surat pernyataan komitmen. “Karena saya rasakan, bukan masalah uang semata yah, kalau uang tidak dipakai bisa dikembalikan, tapi kita kan targetnya mencetak wirausahawan, jadi kalau mereka tidak komitmen itu sangat sulit. untuk dicapai,” tuturnya, Senin (5/12). n

Bisnis Mahasiswa Berbuah Manis “Setinggi apapun pangkat yang Anda miliki, Anda tetap pegawai. Sekecil apapun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya”

U

ngkapan Bob Sadino di atas layaknya bisa menjadi inspirasi untuk memulai berwirausaha. Tanpa terkecuali bagi mahasiswa yang masih sibuk dengan perkuliahan. Beragam bisnis yang bisa dirintis tanpa mengorbankan kuliah. Karena yang menentukan jam kerja seorang wirausahawan adalah dirinya sendiri. Seperti Jailani, Alumni Jurusan Sastra Inggris Unhas. Ia memulai usaha yang berbasis pendidikan yakni bimbingan belajar saat masih berstatus mahasiswa semester enam. “Demi itu, saya gadaikan BPKB motorku dan ajak teman-temanku bergabung. Saya sempat juga dapat bantuan dana Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 18 juta dan itu saya gunakan untuk modal usaha,” jelasnya, Senin (5/12).

Tim Lipsus: Koord. Lipsus: Fransiska Sabu Wolor Anggota: Riyami, Asmaul Husna Y Devika Saputri Khusnul Fadilah Andi Ningsi

Jay sapaan akrabnya memilih berwirausaha selama mahasiswa karena merasa kuliahnya tidak terganggu dengan itu. Buktinya ia lulus dengan nilai memuaskan. Menurutnya jika lulus kuliah, belum tentu bisa mendapat pekerjaan, sehingga ia berpikir untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri. Meskipun sempat terkendala modal dan Sumber Daya Manusia (SDM), saat ini usahanya berbuah manis. Peserta didiknya sudah berjumlah sekitar 300 orang. Omsetnya mencapai 15 juta perbulan. “Sebenarnya penghasilan berdasar event. Misalnya yang waktu SBMPTN kemarin, kami dapat bersihnya 100 juta,” ujar lelaki pendiri Hasanuddin Private School ini. Jika Jailani mulai merintis usaha ketika semester enam, lain halnya dengan Bakti Jayadi. Mahasiswa angkatan 2011 ini memulai usaha saat berstatus mahasiswa baru. Saat itu, ia memanfaatkan kayu bekas untuk dibuat produk bermanfaat. Pada tahun 2013 mencoba memasukkan proposal usahanya pada program PMW , namun tidak lolos. Tak menyerah, kemudian mencoba lagi pada PMW tahun 2014 dan akhirnya berhasil. Keputusannya untuk memulai usaha karena ingin melatih kemampuannya berbisnis sejak dini. Selain itu, untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. “Jadi saya pribadi bisa tahu kesulitan saat memulai usaha dan tantangan-tantangan yang dijalani saat berbisnis. Prinsip saya, bisnis adalah kerja-kerja sunah, seperti Nabi Muhammad yang sejak muda sudah menjadi pebisnis,” terangnya, Senin (5/12). Meskipun awalnya sering diejek pabbalu oleh teman-temannya, namun ia tak menyerah. Sulit mengatur waktu dalam menjalankan usaha sembari kuliah dan berorganisasi tak membuatnya berhenti. Saat ini ia sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti membeli makanan, sewa mobil, bayar listrik dan kebutuhan lainnya. “Penghasilan saya tergantung orderan, jika saya taksirkan keuntungan saya per bulannya mencapai satu juta ke atas,” tuturnya, Senin (5/12). Cerita lainnya datang dari Nurul Hidayah Nur. Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris angkatan 2013 ini awal mula merintis usaha doodle pada tahun 2015. “Saya coba dan beberapa ada yang berminat, seperti buat cover buku. Jadi banyak saran dari teman untuk terima orderan,” paparnya, Minggu (4/12). Ia bercerita bahwa usaha doodle itu agak susah karena membutuhkan inspirasi. Sebuah doodle proses pengerjaannya bisa hingga lima jam. Kendala lain yang ia hadapi yaitu kesehatannya sering terganggu. Namun pesanan tidak pernah berhenti.

Alasan ia mau berwirausaha selama kuliah karena ingin punya perpustakaan pribadi. “Motivasinya produktif buat doodle, keuntungannya bisa buat beli buku. Saya juga mau buka ruang kreatif di kampung halaman saya di Mandar. Sebenarnya saya cari kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain,” ujarnya, Minggu (4/12). Saat ini usaha sudah memiliki peminat dari luar Makassar. Setiap bulan itu ia bisa menerima 10 pesanan, kadang juga lebih dari itu. Saat ini, Nurul tak hanya merambah usaha doodle, ia juga mulai untuk membuat lettering sebagai media dakwah. Adapun usaha Nurul yang lain yaitu jadi dropship buku dan designer sampul buku. Penghasilan yang didapatkan Nurul per bulannya sekarang bisa sampai 700 ribu keatas. Menurutnya, ia bisa memenuhi perlengkapan usahanya dan bisa memenuhi perpustakaan pribadinya. Dr Risma Illa Maulany, S Hut, M NatRest, pembimbing mahasiswa dalam Program Wirausaha memandang usaha mahasiswa ini terbilang cukup positif karena tidak dapat dipungkiri jumlah lulusan saat ini, tak sebanding dengan lapangan kerja. “Harus memang dari awal jiwa kewirausahaan ditumbuhkan. Harus ada perubahan mindset, bekerja sebagai wirausahawan derajatnya tidak lebih rendah dibanding yang kerja kantoran, pegawai negeri,” ujarnya, Senin (5/12). n


liputan liputan khusus khusus

identitas identitas identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

NO. 842| TAHUN XLI| EDISI AKHIR AGUSTUS 2015 NO. 870| TAHUN XLI| EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Berwirausaha di Era Digital

9

9

Menurut data dari Ernst &amp Young, Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia. Hal ini terlihat dari pertumbuhan usaha melalui internet yang meningkat 40% setiap tahun. Peningkatan usaha ini, juga tidak lepas dari peran mahasiswa dan kampus. Bisa kita lihat, sekarang sudah banyak muncul kreativitas mahasiswa dalam bentuk wirausaha secara digital. Lantas, bagaimanakah potensi dan tips agar langgeng berwirausaha di era ekonomi digital? Berikut petikan wawancara Reporter identitas, Riyami bersama Dr A M Nur Bau Massepe,SE, MM, selaku Pakar Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas, Minggu (4/12).

Bagaimana Anda melihat antusias mahasiswa berwirausaha sekarang ini ? Mahasiswa sangat antusias dalam berwirausaha saat ini. Hal ini sangat positif, apalagi memang sekarang kampus sedang giat-giatnya membuat program kewirausahaan. Kedepannya, mahasiswa tidak perlu lagi berpikir mencari pekerjaan, tetapi justru menciptakan lapangan pekerjaan minimal untuk skala mikro dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Sekarang sedang ramai dengan ekonomi digital, banyak juga mahasiswa yang menggunakan konsep ini dalam berwirausaha. Bagaimana potensi dari ekonomi digital jika digunakan dalam berwirausaha? Kalau dari potensi ekonomi digital sangat besar. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, bisnis digital rata-rata tumbuh 40 persen per tahun. Pada akhir tahun lalu, sektor ini membukukan nilai ekonomi US$ 18 miliar naik dari tahun sebelumnya yakni US$ 12 miliar. Pemerintah memproyeksikan nilai ekonomi bisnis ini, mencapai US$ 130 miliar pada 2020 mendatang.

up, menciptakan produk-produk yang menjawab solusi masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat indonesia, tetapi pasar kita juga bisa menyentuh pasar ASEAN atau internasional. Sebagai pakar manajemen pemasaran, menurut Anda modal apa yang harus dimiliki mahasiswa dalam berwirausaha di era ekonomi digital? Dalam ekonomi digital, yang pertama harus dimiliki adalah kemampuan berpikir kreatif dan melakuan inovasiinovasi yang jitu. Kemampuan itu yang terpenting menurut saya, dibanding sumber daya alam yang kita miliki. Untuk itu, mahasiswa yang berwirausaha dituntut untuk memiliki kemampuan belajar yang cepat pada dua hal itu.

Lalu, apa yang harus dilakukan mahasiswa dengan potensi sebesar itu? Dalam hal ini, mahasiswa dituntut cerdas dalam membidik pasar sasaran yang potensial dan menguntungkan. Contoh dengan aplikasi berbasis android, kita bisa membangun perusahaan start

Data Diri Nama : Andi M Nur Bau Massepe Pendidikan : - S3 Manajemen Pemasaran, Universitas Hasanudin (2007 –2013) - S2 Prodi Manajemen, Universitas Gajah Mada (2002 – 2004) - S1 Manajemen, STIE YKPN (1997 – 2001) - SMA Negeri 1 Makassar (1990 – 1996) Jabatan : - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Hasanuddin (2009 sekarang) - Founder UMKM Marketing and Innovation Centre (MIC) Makassar (2016) - Dewan Direktur Indonesia Marketing Association (IMA) Sulawesi Selatan (2008-sekarang) - President Club of Anging Mammiri, Rotary International district 3420 (mulai Juli 2016)

Unhas memiliki Program Mahasiswa Wirausaha, sejauh mana program ini meningkatkan jiwa wirausaha mahasiswa? Program ini sangat bagus, mahasiswa dibentuk agar tak hanya jadi pencari kerja saja. Tapi juga digadang menjadi pelaku usaha, penyedia lapangan kerja setelah selesai kuliah. Apalagi dikampus kita sekarang, sudah ditunjang juga dengan adanya Unit Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis (UPKB). Tahun ini mulai berjalan dan telah menelurkan mahasiswa yang bisnisnya sudah bisa mencetak profit. Bagaimana tips bagi mahasiswa yang ingin merintis usahanya lewat media digital?

Pertama, mahasiswa harus paham bahwa media digital itu sebagai perluasan pasar, yang skalanya potensinya bukan hanya pasar lokal. Tapi bisa ke tingkat nasional dan internasional. Produk yang diciptakan dan ditawarkan pun harus dibuat lebih kreatif dan punya nilai diferensiasi, tidak harus berbentuk komoditi, tetapi bisa ide, software atau pun produk-produk ekonomi kreatif lainnya. Mahasiswa juga harus tau perubahan perilaku konsumen. Konsumen saat ini sudah terbiasa menghabiskan uang untuk belanja fashion, game dan aksesoris di internet. Setelah paham, buatlah model bisnis yang tepat. Mahasiswa yang akan terjun ke usaha di media digital dituntut untuk mengelola bisnis dengan sarana online. Jangan lupa untuk membangun kepercayaan konsumen agar usaha bisa langgeng. Kepercayaan dalam bisnis online jauh lebih sulit. Setelah semua tercapai, bangun kolaborasi dan aliansi strategis dengan pelaku-pelaku bisnis online yang lain. n


10

ragam

identitas

NO. 870| TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Relawan, Bagian Bentuk Pengabdian TIDAK semua mahasiswa rela mengorbankan waktu, tenaga dan biaya untuk menjadi relawan. Namun sebagian lagi rela melakukan semua itu karena sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Seperti yang tertuang dalam tridarma perguruan tinggi. Salah satunya, pengabdian kepada masyarakat. Biasanya, hal ini diwujudkan dengan diwajibkannya mahasiswa mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun, ada juga mahasiwa yang menganggap hal tersebut tidak cukup dan memutuskan untuk menjadi relawan. Seperti mendirikan komunitas yang fokus memberikan pendidikan pada anak-anak yang kurang beruntung. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ika Mudrika. Bersama beberapa temannya, mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah ini mendirikan Komunitas Skolakita pada September 2015 lalu. Sebuah komunitas yang menjadikan kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Antang, sebagai tempat berbagi ilmu. Aroma tak sedap, sudah tentu. Namun kepeduliannya terhadap anak-anak yang kurang beruntung untuk bisa mengenyam pendidikan yang layak, ternyata lebih besar. Ditambah lagi sarana dan prasarana seperti tempat mengajar mereka kurang memadai. Seperti atap bocor, lantai tanah

dan dinding yang tak layak sehingga aktivitas mengajar pun harus ditiadakan saat hujan. Namun berkat sumbangan dari para anggota dan bantuan dari warga sekitar, tempat tersebut telah lebih layak ditempati sejak pertengahan tahun 2016 ini. Tak hanya itu, pensil, buku tulis baru, maupun buku bacaan bekas pun mereka berikan demi menunjang pendidikan anak-anak disana. “Biasanya kalau ada rezeki, kita kumpul-kumpul uang beli buku tulis, pensil, permainan puzzle, permainan bongkar pasang dan poster edukatif. Ada juga teman yang sering menyumbang buku-bukunya,” kata Ika, Jumat (25/11). Kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk dinikmati semua orang pun dirasakan juga oleh Rusni, Mahasiswa Pascasarjana, Jurusan Sastra Inggris Unhas. Untuk itu ia bergabung di Komunitas Sikola Inspirasi Alam (SIA). Komunitas ini memilih Dusun Lappara, Desa Kompang, Sinjai Tengah. sebagai tempat mengajar mereka. Tak seperti Skolakita yang mengajar seminggu sekali, SIA mengajar selama empat hari berturut-turut yang dijadwalkan sebulan sekali. Kendati lokasinya di daerah pedalaman yang sulit dijangkau, ia tetap semangat. Justru karena hal tesebut ia sangat menggebu-gebu. Ia ingin mencerdaskan

anak bangsa yang berada di daerah pedalaman. “Selain ingin mencerdaskan anak bangsa di daerah pedalaman, saya merasa bebagi itu tidak mesti kaya. Berbagi waktu dan tenaga itu lebih dari cukup karena tidak semua orang mampu melakukannya,” ujarnya, Senin (21/11). Banyak manfaat pun dirasakannya selama bergabung di SIA, seperti memiliki saudara baru sesama relawan dengan latar belakang berbeda-beda. Ia juga sangat bersyukur karena bisa mengenyam pendidikan dengan mudah serta bisa memilih tempat belajar yang ia inginkan. Tak seperti anak-anak di Lappara. Tak jauh beda dengan dua komunitas sebelumnya, aktivitas A Utari Artika Sari di Komunitas Pecinta Anak Jalanan (KPAJ) kurang lebih sama, yakni mengajar anak-anak baik yang sekolah maupun tidak. Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, angkatan 2011 ini bergabung di KPAJ karena ia memang suka mengajar anakanak. Oleh sebab itu, sampai saat ini Tari sapaannya, masih betah di KPAJ sejak awal ia bergabung tahun 2012 lalu. Semangat mengajarnya pun berbanding lurus dengan semangat adikadik binaannya. “Mereka semangat sekali untuk belajar, dilihat dari rajinnya mreka datang tiap pekan untuk sekolah ahad,” kata Ketua

KPAJ ini, Senin (5/12). Sekolah Ahad yang diadakan di depan Gedung Pertemuan Alumni Unhas ini dimulai pukul 09.00 – 11.00 WITA. Sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh Nurlaela Burhanuddin di Komunitas Aksi Indonesia Muda (AIM). Tak hanya aktivitas mengajar anak-anak di Rumah Baca, ia juga melakukan pemberdayaan masyarakat eks kusta bersama temanteman se-komunitasnya. Kegiatan yang berpusat di Jalan Dangko, Kecamatan Tamalate, Makassar ini, memberdayakan masyarakat dengan membuat semacam tim pengrajin untuk menghasilkan produk seperti keset kaki dan bros, yang kemudian akan dipasarkan oleh anggota dari AIM sendiri. Mahasiswa angkatan 2014 ini pun sangat berharap agar temanteman mahasiswa yang lain tidak hanya mengetahui teori tapi bisa mewujudkannya dengan aksi nyata. “Semoga mereka dengan label mahasiswa bisa tergugah hatinya untuk lebih peka dengan keadaan sekitar. Masih banyak yang perlu kita benahi untuk negeri. Tidak hanya dengan mengisi kepala dengan teori tapi juga harus dituangkan ilmunya melalui aksi dengan dampak nyata,” harap mahasiswa Fakultas Kehutanan ini, Sabtu (3/12).n Irmayana


advertorial

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

T

elkomsel menyelenggarakan IndonesiaNEXT ke-5 di Kota Makassar, tepatnya di Auditorium Prof. Dr. A. Amiruddin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, Senin (28/11). Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 600 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Makassar. Acara ini dibuka oleh Heri Supriadi, Direktur Keuangan Telkomsel yang didampingi oleh Prof Dr Supratman S Hut MP, Direktur Minat, Bakat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin, serta Ismail Hajiali selaku Pelaksana Tugas (plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar. Sebelumnya Telkomsel menggelar rangkaian IndonesiaNEXT di lima perguruan tinggi ternama di Indonesia, yakni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (25 Oktober), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan (14 November), Universitas Indonesia (UI) Depok (17 November), Institut Teknologi Bandung (ITB) (21 November), dan puncak acara akan digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (8 Desember). Telkomsel menggelar IndonesiaNEXT sebagai bentuk mendukung generasi muda dalam mempersiapkan diri bersaing secara global di tingkat internasional. Program ini

mengangkat tema “Get Inspired, Be The Next�, untuk meningkatkan kapasitas dan mempersiapkan keahlian profesi mahasiswa dalam menghadapi persaingan global yang lebih kompetitif. Direktur keuangan Telkomsel Heri Supriadi mengatakan, “sebagai perusahaan yang turut bertanggung jawab dalam memajukan generasi muda Indonesia, kami berupaya untuk mendukung pengembangan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa dalam rangka meningkatkan daya saing di tingkat internasional. Melalui IndonesiaNEXT, kami berharap generasi muda kita semakin cakap dan kompeten untuk bersaing secara global.� Mahasiswa dari berbagai jurusan dan jenjang pendidikan perguruan tinggi berpartisipasi dalam seminar inspiratif dan sesi kreatif. Seminar inspiratif menghadirkan para pembicara dari praktisi bisnis yang telah sukses di bidangnya. Hal ini diharapkan akan membuka wawasan peserta untuk memahami pentingnya peningkatan mutu dan kompetensi sumber daya manusia agar dapat berkompetisi

dengan tenaga kerja berkelas dalam skala global. Sementara itu, sesi kreatif mengulas bidang peminatan yang dipilih oleh peserta pada saat registrasi dilakukan. Sesi ini terbagi atas kategori musik dan film, kuliner dan pariwisata, fotografi, serta teknologi informasi (IT). Materi pada sesi kreatif ini disampaikan oleh para pelaku bisnis di industri kreatif yang relevan dengan masing-masing bidang peminatan.

S

eiring kemajuan teknologi dan perkembangan dunia yang semakin cepat, dibutuhkan generasi muda yang mampu dan handal dalam menghadapi berbagai tantangan yang terus berubah. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat generasi muda harus memiliki kualitas yang dibutuhkan baik secara akademis maupun profesional untuk dapat bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.

18 Mahasiswa Terbaik akan Diberangkatkan ke Amerika

Seminar inspiratif ini juga dirangkaikan dengan kegiatan sertifikasi kompetensi di bidang IT di masing-masing kota. Sekitar 500 mahasiswa di setiap kota berkesempatan mengikuti pelatihan dan ujian sertifikasi nasional

maupun internasional. Peserta yang lulus dari ujian sertifikasi tersebut akan mendapatkan sertifikat keahlian yang dapat digunakan oleh para mahasiswa sebagai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Program sertifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan mempersiapkan keahlian profesi mahasiswa dalam menghadapi persaingan global yang lebih kompetitif. Selanjutnya, peserta dari kota Jakarta, Medan, Bogor, Surabaya, Makassar, dan Yogyakarta yang telah melalui tahap seleksi akan memperoleh semakin banyak kesempatan dari berbagai jenis sertifikasi yang telah disediakan sesuai bidang peminatan. Pada tahap akhir, akan dipilih 18 peserta terbaik yang berkesempatan untuk mengikuti short course di perusahaan digital ternama kelas dunia.

11


12

ipteks

identitas

NO. 870| TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Kearifan dalam Warisan Megalitikum

Tapi manusia bukan cetakan tunggal mumi adam diatas bumi, yang ditaruh dalam gelas, tanpa sejarah, tanpa keterlanjutan kebudayaan. Goenawan Mohamad. KISAH manusia terus berlanjut, riwayat kebudayaannya pun tiada henti meninggalkan jejak. Salah satunya budaya Megalitikum. Babak zaman prasejarah yang hingga kini masih nampak dan terasa warisannya. Berupa bangunan dan adat istiadat megalitik yang punya pengaruh kuat dalam hal pemujaan arwah leluhur. Kebudayaan ini hampir terdapat pada setiap daerah di seluruh dunia, salah satunya di Sulawesi Selatan. Telah mengungkapkan banyak makna yang berkaitan dengan kepercayaan, sosial ekonomi dan persebaran budaya itu sendiri. Penelitian terkait budaya megalitik inilah, yang mendorong Prof Dr Akin Duli MA, meraih gelar guru besarnya di bidang Arkeologi. Sejak masih menyandang status mahasiswa, ia telah tertarik meneliti

kebudayaan megalitik. “Jika ditanyakan tujuan dari penelitian ini. Saya kira saya seorang akademisi, tentu saja tujuannya juga untuk akademik,” ujarnya. Sudah sekitar 20 tahun, ia menelusuri kearifan dalam warisan zaman batu besar ini. Menurutnya, kebudayaan apapun itu yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap animisme. Baik menggunakan batu besar, tanah, kayu maupun monumen, pun termasuk dalam kebudayaan megalitik. Di Sulawesi Selatan sendiri, kebanyakan masyarakat menggunakan budaya batu besar. Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang masih menonjolkan warisan khas kebudayaan megalitik, yaitu Tana Toraja. Tak hanya di Tana Matari’ saja. Dosen Jurusan Arkeologi Unhas ini, juga meneliti Kabupaten Soppeng, Wajo, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu dan beberapa daerah lainnya di Sulawesi selatan. Bahkan hingga ke Malaysia, Filiphina selatan, Thailand Selatan dan Vietnam. Kebudayaan itu, telah dikenal sejak ratusan tahun sebelum masehi. Sampai masyarakat menganut agama, bahkan

hingga masa moderen saat ini. Duli sapaan akrabnya, menjelaskan ciri dari kebudayaan megalitik itu dapat dilihat dari adanya hubungan timbal balik antara arwah leluhur dengan orang yang masih hidup. Berbagai wujud kebudayaan yang masih tetap hidup dalam masyarakat, biasanya berkaitan dengan ritual. Yang berhubungan dengan kematian seperti ritual rambu solo’ dalam budaya Toraja, keselamatan, tolak bala, syukuran atau biasa disebut maccera’ dalam bahasa Bugis, Namun seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan orientasi. Kepercayaan masyarakat terhadap ritual adat istiadat, lebih mengarah kepada legitimasi sosial. “Misalnya, jika ada orang dalam Suku Toraja meninggal. Mungkin tak banyak orang yang tahu pasti kesesuaian ajaran leluhurnya. Di sinilah terjadi perubahan orientasi, yang lebih kepada legitimasi sosial. Untuk bisa melaksanakan upacara kematian besar-besaran,” tutur Duli. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya, kebudayaan megalitik di provinsi ini telah tersebar luas dan menjadi dasar dari kebudayaan Bugis, Mandar, Makassar, dan Toraja. Banyak

nilai-nilai budaya megalitik, yang masih hidup dalam berbagai aspek kehidupan kita masa kini. Pondasi itulah yang digunakan untuk pembangunan jati diri dan karakter bangsa. Sebab karakter itu telah berakar panjang dan bertumbuh di masa lampau, sebagai nilai kehidupan yang diturunkan dari satu ke lain generasi. Maka menurutnya, untuk membangun karakter mau tidak mau berangkat dari karakter budaya yang diciptakan para pendahulu kita. Tidak cukup dari perspektif kekinian, tapi lebih mendasar pada perspektif masa lampau. Melalui penelusuran nilainilai budaya yang mewarnai perjalanan kehidupan yang sangat panjang. Itulah harus digali dan disosialisasikan. “Peninggalan budaya yang mempunyai nilai penting, sudah seharusnya menjadi tanggungjawab kita semua. Ikut berperan serta melestarikannya, demi tujuan pembangunan ideologi bangsa, ilmu pengetahuan, agama, ekonomi dan sebagai warisan kepada anak cucu kita,” harap Ahli Etnoarkeologi ini, Selasa (22/10).n Ayu Lestari

resensi Jangan mau jadi orang yang tidak memiliki pengetahuan luas. BEGITU kira-kira pesan inti buku ini. Benedict Anderson menuliskan pengalaman hidupnya dalam buku setebal 202 halaman. Buku ini pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 2009, dengan judul “Yashigarawan No Soto E”. Kemudian pada tahun 2016 penerbit Marjin Kiri menerjemahkan naskah buku ini, dengan judul Hidup di Luar Tempurung. Ben Anderson begitu sosok ini akrab di sapa. Ia merupakan seorang peneliti sosial yang khusus mempelajari wilayah di Asia Tenggara. Seperti Indonesia, Siam (Thailand), dan Filipina. Sebelum memulai bab awal buku ini, Ben menuliskan prakata yang memperingatkan isinya rada melebar ke mana-mana. Namun, dasarnya ada dua tema pokok yang ingin disampaikan Ben. Pertama, pentingnya terjemahan bagi perorangan dan masyarakat. Kedua, bahaya sifat kedaerahan yang arogan, atau lupa bahwa nasionalisme harus bertaut dengan internasionalisme. Bagian pembuka buku ini, mengisahkan Ben kecil yang lahir di Tiongkok lalu berpindah ke Amerika Serikat. Namun tak lama setelah Nazi Jerman kalah, orangtua Ben memilih berangkat ke Irlandia dan menetap disana. Di sini ia juga bercerita panjang lebar. Mulai dari silsilah keluarga hingga petualangannya di saat masih bersekolah. Tak cukup sampai di situ, narasi masa kecilnya yang diliputi suasana perang dingin dan perkembangan teknologi kala itu pun dituturkannya dalam buku ini. Peringatan Ben terbukti benar. Buku ini rada melebar ke mana-mana. Bab dua membahas awal mula Ben menjadi akademisi di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Tak hanya itu, bab

ini juga membahas perubahan politik, perekonomian, lembaga-lembaga dan struktur kebijakan pendidikan terkait program kajian wilayah Asia Tenggara. Ketertarikan Ben Anderson pada kajian wilayah Asia Tenggara bermula dari kuliah-kuliah yang dibawakan George Kahin. Seorang profesor dengan minat besar terhadap Asia Tenggara khususnya Indonesia. Ben Anderson bahkan mengakui peran besar Kahin dalam karirnya. Ia mengatakan dalam tahun pertama di Universitas Cornell bahwa “Saya telah memutuskan apa yang hendak saya perbuat dalam hidup : menjadi profesor, menggarap riset, menulis dan mengajar. Dan mengikuti jejak Kahin dalam orientasi akademik maupun politik,” ujarnya pada halaman 31. Beralih dari studi klasik bahasa dan sastra ke bidang kajian wilayah. Membuatnya harus mengakrabi sebuah dunia baru. Ditambah lagi, saat itu belum banyak literatur yang membahas daerahdaerah di Asia Tenggara. Selain itu, sebagai peneliti baru, di bidang studi baru, Ben pun harus turun ke lapangan. Ia tiba di Jakarta akhir Desember 1961. Gegar budaya sontak dirasakan Ben kala melakukan kerja lapangan. Mulai dari penampilan segerombolan anak yang bermain bola tanpa celana hingga perempuan gila yang dikasihi masyarakat, membuatnya takjub. Ia lantas membandingkan kondisi sosial Indonesia dengan Amerika. Menurutnya betapa berbedanya kedua negara ini. Orang gila di Amerika dikurung dalam rumah sakit jiwa. Sedangkan di Indonesia orang gila bisa bepergian dan masyarakat dengan sukarela memberi makan. Ben Anderson banyak menemukan hal-hal baru dari kerja lapangannya di

Hidup di Luar Tempurung Ala Ben Anderson Indonesia, Siam, dan Filipina. Bahasa, relasi, hingga anak angkat berhasil ia peroleh dari kerja lapangan. Ketika ia dicekal rezim Soeharto, anak angkatnya Abel, Beni dan Yudi menjadi penjaga keterikatanya dengan Indonesia. Selain itu, ia mampu memecahkan ‘tempurung’ yang kerap hinggap di kepala penelitipeneliti Eropa. ‘Tempurung’ itu ialah sifat etnosentrisme yang selalu tidak mengakui kelebihan bangsa lain. Buku ini cukup menarik. Mengetahui kisah hidup seorang peneliti yang bisa meruntuhkan batasan-batasan sifat etnosentirsme dan bahasa yang membelenggu kebanyakan peneliti (khususnya barat). Sangat bermanfaat bagi peneliti atau calon peneliti untuk belajar ‘hidup di luar tempurung’. Seperti pesan Ben pada halaman 185 ini, “Para peneliti muda harus berpikir serius tentang dampak-dampak dari proses interaktif antara nasionalisme dan globalisasi, yang keduanya punya cara untuk membatasi cakrawala dan menyederhanakan permasalahan.” Selain keberhasilan Ben mengisahkan hidupnya. Apresiasi juga perlu diberikan kepada Rony Agustinus sebagai penerjemah buku ini. Terjemahan yang mengalir dan tidak kaku berhasil ia lakukan. Walaupun buku ini rada melebar ke mana-mana, namun memorial Benedict Anderson ini patut untuk di baca kalangan akademisi. Selamat Membaca! Musthain Asbar H

Judul : Hidup di Luar Tempurung Penulis : Benedict Anderson Penerbit : Marjin Kiri Cetakan : Pertama, Juli 2016 Tebal : x + 205 halaman


cerpen

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER2016

Surat Cinta Korupsi bukan malah menjadi surga. Sebab koruptor menjadi napi, menyulap fasilitas bui hanya soal transaksi.” Jawab Salim sambil memegang kepalanya. “Rez, mungkin surat kemarin dan sekarang itu kebetulan saja.” Ucap Reza tak tertarik. Sambil menyerahkan kertas kecil itu kepada Salim. “Tidak, kalau kamu tidak percaya, besok pagi kita berangkat bersamasama. Saya akan tunjukkan di mana saya dapatkan surat kecil itu dan mungkin kita bisa menemukan surat yang lain besok pagi.” Jawab Salim dengan meyakinkan. “Baik. Saya sepakat.” Pagi-pagi Salim dan Reza berangkat bersama-sama dengan berjalan kaki, menuju ke kampus mereka yang tidak begitu jauh dari rumah. Sambil berjalan, keduanya mencari-cari surat yang Salim ceritakan. “Mana suratnya? dari tadi kita disini suratnya belum ketemu.” Reza mulai tidak sabar. “Saya juga tidak tahu. Tapi biasanya saya menemukannya disini.” Jawab Salim

ILUSTRASI/MUHAMMAD ABDUL

SALIM tertegun memandangi sebuah kertas kecil dalam genggamannya yang ia temukan di pinggir jalan raya. Kertas itu terlihat kusam, namun tulisan yang tertera di dalamnya masih bisa dibaca. Berulang kali dibacanya isi surat itu, mencoba menerawang maksud surat dan kepada siapa gerangan surat itu ditujukan. Entah mengapa sudah lima hari belakangan, ia mendapatkan tulisan yang sama. Tulisan yang begitu mengusik pikirannya. “Aku harus menemukan orang ini. Penasaran dengan ide kreatifnya menyebar informasi tentang korupsi melalui secarik kertas. Selama ini saya hanya mendengar berita korupsi melalui koran dan layar kaca.” Ucap Salim sambil memasukkan surat kecil tersebut dan kembali melangkah menuju kampus. Sejak hari itu, sikap dan tingkah laku Salim berbeda dari biasanya. Salim yang selalu menyapa dan mengucapkan salam kepada mahasiswa lainnya, tidak melakukannya lagi. Ia terlihat cuek dan hanya menunduk. Pikirannya dipenuhi teka-teki surat kecil itu. Duduk, diam, dan melamun. Hanya itu yang Salim lakukan di dalam ruangan. Tak sedikitpun ia memperhatikan sekelilingnya. Tak berapa lama, pandangannya terarah pada sebuah surat kecil yang ia keluarkan dari kantong celananya. Ia kembali memandangi dengan seksama isi surat itu. Lama ia termenung membolak-balikkan kertas kecil tersebut, dan tanpa ia sadari di belakangnya ada beberapa mahasiswa yang sedang memandanginya dengan heran. “Salim...” Teriak Reza dari belakang, membuat Salim terkejut dari lamunannya. Brukkkkk. Karena kaget, ia terjatuh dari kursinya. “Aduh sakit,”rintih Salim. Semua mahasiswa di ruangan tertawa. Wajahnya kini serta merta berubah menjadi merah. “Maaf-maaf, Lim. Aku kira kamu tidak akan jatuh,” ucap Reza sambil membantu Salim bangkit. “Ok, tapi jangan ulangi lagi ya,” jawab Salim yang masih merasa kesakitan. “Ya, Lim. Tapi hari ini kamu beda sekali? Seperti kurang semangat. Ada masalah?” Selidik Reza dengan wajah serius. Salim terdiam mendengar kata-kata temannya. Ia tidak langsung menjawab. Tangannya merogoh kantong celananya dan menunjukkan selembar surat kecil kepada Reza. “Apa ini?” Tanya Reza heran. “Coba baca isinya, entah mengapa sudah lima hari saya menemukan kertas ini di pinggir jalan, meskipun bunyi suratnya berbeda namun temanya sama, tentang korupsi.” Jawab Salim sambil berdiri. “Apa isi suratnya kemarin? Tanya Reza menatap Salim. “Isinya kemarin seperti ini. Rakyat begitu menderita gara-gara korupsi, koruptor harusnya menyesal dan sadar, bukan malah kembali melanggar. Penjara semestinya nestapa dunia,

meyakinkan. Lama mereka mencari surat itu. Tibatiba Salim dan Reza terperanjat melihat sebuah botol aneh. Salim kemudian meraihnya dan mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya. Belum sempat ia membacanya, Reza tiba-tiba menarik bajunya dengan keras. “Ada apa sih?”Teriak Salim agak kesal. “Coba lihat di ujung sana.” Bisik Reza sambil menunjuk sosok paruh baya di seberang jalan. Di pinggir jalan itu, Salim melihat seorang laki-laki tua, duduk sambil memegang kertas. Karena didorong rasa penasaran yang sangat tinggi, mereka langsung menghampiri orang tua itu “Permisi Pak,” Kata Salim menyapa orang tua itu. Orang tua itu tidak langsung menegok ke arah Salim, tetapi ia terus menulis dan berfikir, tanpa memedulikan kehadiran Salim dan Reza. Tak sengaja Salim melirik tulisan lakilaki tua tersebut. Salim heran karena

tulisannya sangat mirip dengan tulisan yang ia temukan di dalam surat misterius itu. “Permisi Pak.” Sapa Salim sekali lagi. Orang tua itu mendongak ke arah Salim dan Reza. “Ada apa?” Tanyanya kemudian setelah menatap Salim dan Reza secara bergantian. “Tidak, saya hanya ingin bertanya, mengapa Bapak selalu menulis surat tentang korupsi dan mengapa Bapak selalu menulisnya di jalan ini?” Selidik Salim Lama ia merenung dan memandangi kedua anak muda yang berstatus mahasiswa tersebut. Dengan suara yang parau, orang tua itu berkata, “Saya sengaja menulis surat tentang korupsi karena negara kita ini merupakan negara yang dikenal dengan sebutan negara korup, dan alasan saya menulisnya disini, karena jalan ini menuju jalan ke kampus dan pasti ada mahasiswa yang selalu lewat disini dan memunguti surat yang saya tulis lalu membacanya.” Jawab orang itu. “Mengapa mesti mahasiswa?” Tanya Salim sekali lagi. “Karena saya yakin mahasiswa yang berada di kampus ini, nantinya merekalah yang akan menjadi pemimpin negara kita ini. Nah! Jika mereka melihat surat ini, mungkin dapat mengubah pola pikir mereka untuk tidak korupsi, jika mereka menduduki jabatan suatu hari nanti. Saya sangat menaruh harapan besar pada generasi muda.” Orang tua itu menjelaskan panjang lebar. Mendengar kata-kata dari orang itu, Salim dan Reza terdiam dan saling berpandangan. Mereka tak menyangka ada orang yang rela meluangkan waktunya untuk melakukan langkah kecil mencegah korupsi yang mungkin orang lain tidak tahu. “Jika suatu saat nanti kami jadi pemimpin, kami akan berusaha untuk tidak menjadi pemimpin yang selalu korupsi dan membuat masyarakat sengsara.” “Terima kasih atas pesan yang telah Bapak berikan kepada kami.” Ucap keduanya. Akhirnya, Salim dan Reza pun meninggalkan orang tua itu dan menuju ke kampusnya. Senyum cerah menghiasi bibir keduanya. Wajah mereka nampak sumringah. pelajaran berharga telah didapatkannya hari ini.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Administrasi Negara, Angkatan 2016 dan merupakan Anggota dari FLP ranting Unhas Catatan : Cerpen ini dibuat dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember nanti

13

puisi Rohingya Rahim-Nya Oleh : Muliana Mursalim

(Anggota Forum Lingkar Pena Unhas) MEREKA bersedih Mereka terusir Pergi, tak mendapat tempat untuk kembali Lalu aku dan beberapa lainnya bertanya-tanya Dimana belas kasihan yang dulu digembar-gemborkan Kala negeri lain diguncang bom Orang-orang bersedih Sedih yang mereka buat sendiri Kini saudaraku tertatih-tatih Diusir di negeri sendiri, dianggap bukan pribumi Pelayaran maut tak lagi kau hiraukan Menuju negeri antah-berantah Bertahan dalam kelelahan dan kelemahan Dijadikan budak dan tak diberi makan Saudaraku yang malang Kami menyayangimu Kau adalah tubuh kami Yang sedang terluka Oh Rohingya... Sesungguhnya kau adalah rahim-Nya

Pantai Tuan? Pantaiku Oleh: Mimin Anak – anak mulai ketakutan Nyaris tak ada satu pun berani mendekat Pasir putih dan air jernihnya menjadi darah Tertumpah bersama ribuan tetes air mata Tak mampu mengubahnya Ada apa dengan pantaiku? Tempat bermainku Tempat leluhurku Tempat Ayah menggali kehidupan Rupanya deretan lambang di dada Bedil perkasa pada bokong Membubung lebih dari kepala Bola mata penuh kebencian Tak kenal siapa Mata (hati) tuan hilang? Ayah hanya melaut Pulang pun peluh Pergi mati, tak pergi mati Tuan? Berpesta Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2013

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Orang Pilihan “Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat sedang bersamaku.�

K

Oleh: Sri Hadriana

utipan ini terdapat dalam novel kisah nyata karya Risa Saraswati, Danur. Buku setebal 216 halaman ini mengisahkan seorang gadis bernama Risa yang diberikan kelebihan oleh Tuhan. Ia mampu berdialog dengan orangorang dari dunia gaib. Mereka adalah Hans, Hendrick, Wiliiam dan Johnsen. Teman hantunya itu, dijadikan tempat curhat. Tak jarang, kawannya ini melontarkan nasihat-nasihat polos. Agama mengajarkan kita untuk percaya hal-hal yang gaib. Iman kepada Allah SWT dan malaikat. Rukun iman pertama dan kedua ini sebagai bukti bahwa kita diwajibkan yakin pada makhluk gaib.

Lantas bagaimana dengan makhluk lainnya? Beberapa orang meyakini keberadaan hantu, jin, iblis, setan, kuntilanak, pocong, vampir dan semacamnya. Lalu, apakah makhluk ini benar ada? Menurut ajaran agama saya, Tuhan menciptakan dua makhluk gaib lagi. Iblis, ciptaan Tuhan yang selalu menganggu manusia dan menghasut untuk berbuat hal yang buruk. Kedua, makhluk yang terbuat dari api, namanya jin. Setan, bisa diartikan sifat karena dapat ada dalam diri manusia ataupun makhluk gaib. Sedangkan, makhluk gaib ciptaan manusia yaitu hantu, kuntilanak, pocong dan vampir. Saat membaca novel Danur, anganku terlintas kepada seorang kawan. Ia pun memiliki kemampuan yang sama dengan Risa. Bedanya, Risa sering bercakap dengan teman gaibnya layaknya manusia, sedangkan teman saya hanya mampu melihat dan merasakan keberadaan makhluk gaib. Jika Risa sudah terbiasa dengan keberadaan makhluk lain, temanku belum mampu menyesuaikan diri. Anganku pun terputar kembali pada kenangan masa Bulan Ramadhan tahun

ini. Saat itu, teman saya pergi bersama seseorang untuk melaksanakan ibadah malam di Masjid Kampus. Saya hanya menunggu di kamarnya. Tiba-tiba, lamunanku terpecah oleh suara teriakan. Temanku muncul dengan tangisan di wajahnya. Saya merasa bingung, entah apa yang terjadi dalam perjalanan menuju ke kediaman ini. Saya pun dibantu seorang kawan lainnya untuk membaringkan teman ini di kasur. Tangannya mengenggam begitu keras. Tak ada yang mampu membuka gengamannya. Sesekali teman saya ini berdiri dan ingin keluar dari kamar. Ketika dicegah, kami didorong. Kata orang-orang ini namanya kerasukan. Tapi, sepengamatan saya, temanku ini tak seperti orang kerasukan yang sering kulihat di sekolahku dulu. Biasanya orang kerasukan berteriak keras serta hiperaktif. Kejadian ini juga berlangsung lama. Tapi, temanku tak seperti itu. Ia hanya banyak diam, badannya kaku dan lemas. Peristiwa ini pun hanya sebentar saja. Setelah sadar, ia malah bercerita apa yang dialami. “Aku merasa dalam diriku itu ada dua orang.� Kalimat ini sering terlontar dari bibir tipisnya. Ia

cermin mengatakan melihat seberkas cahaya yang tiba-tiba merasukinya saat di Masjid Kampus. Namun, temanku ini tak bisa melawan, ia hanya menangis. Tak hanya itu saja, ia juga pernah mengalaminya saat kami bersama di sekretariat organisasi kampus. Sepulang dari mengantar senior ke pondokannya, ia berlari dan tiba-tiba memanggilku. Saat ku hampiri, badannya sudah dingin. Tangannya kembali mengenggam keras dan terdengar rintihan dari mulutnya, tatapannya kosong. Kadang, saya berpikir ia bisa saja langsung memukul, menendang ataupun mencekek. Tapi, ia adalah temanku, saya harus berada di sampingnya. Toh, bukan inginnya ada dalam kondisi seperti ini. Kali ini, ia bercerita lagi tentang pengalamannya melihat sosok penampakan makhluk gaib yang seram sepanjang jalan menuju sekretariat. Hantu-hantu yang biasanya hanya ada di film horor ia jumpai. Konon katanya, seseorang yang mampu melihat makhluk lain itu dibuka mata batinnya. Bagaimana proses mata batin terbuka atau siapa yang dipilih untuk dibukakan mata batinnya, saya tak tau. Saya bingung karena tak pernah mengalami kejadiaan yang dialami temanku ini. Hanya satu yang saya yakini, orang-orang yang memiliki kemampuan ini adalah orang pilihan. Saya bukan salah satu dari orang terpilih itu. n Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Kelautan Angkatan 2015 Reporter PK identitas


kampusiana

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER2016

15

Dialog Hukum LPMH Bahas Hak Kesendirian Perempuan

LEMBAGA Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) Unhas mengadakan Dialog Hukum dengan tema “ The Right Privacy (Hak Kesendirian) Perempuan dalam Pemberitaan” di Aula Harifin A Tumpa Fakultas Hukum, Rabu (30/11). Dialog ini merupakan rangkaian kegiatan dari anniversary LPMH yang ke-21. Menghadirkan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, Ancha Hardiansya dan Asisten Koordinator Liputan Koran Sindo Makassar, Suwarni sebagai pemateri. Selain itu, turut hadir pula Wakil Dekan Bidang Kemahasiswan Fakultas Hukum, Dewan Pembina LPMH, Dewan Pers LPMH dan perwakilan lembaga kemahasiswaan serta UKM lingkup Unhas serta perwakilan Lembaga Pers Mahasisiwa se-Makassar. Anita Damayanti selaku Ketua Panitia mengatakan saat ini media memanfaatkan perempuan sebagai komoditas pemberitaan. Oleh karenanya perlu ada inisiasi terkait hal tersebut. Ia menambahkan bahwa semoga dengan terlaksananya acara ini semua yang hadir bisa tercerahkan, mengetahui bagaimana media dan idealnya seperti apa. Sehingga kita menjadi konsumen media yang berkualitas. Pemimpin Umum LPMH, Muhammad Ibnu Maulana dalam sambutannya berharap agar apa yang dibicarakan dalam dialog ini dapat diamalkan.“Jika diamalkan, semoga wanita tidak mendapat kesewenang-wenangan lagi,” ujar Ibnu, Rabu (30/11). (Kfd)

Bakti Sosial Siaga Ners Unhas

DALAM rangka milad 26 Desember nanti, Squad of Disaster and Emergency Assistance (Siaga) Ners Himpunan Mahasiswa Keperawatan (Himika) Fakultas Kedokteran Unhas mengadakan pra-milad dengan bakti sosial. Kegiatan dengan tujuan sebagai wadah pengaplikasian ilmu organisasi kepada masyarakat ini dilakukan di Jalan Kandea, Kelurahan Baraya, Kecamatan Bontoala Makassar, Sabtu-Minggu(26-27/11). Adapun rangkaian kegiatan baksos antara lain, pemberian materi Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) kepada anak Sekolah Dasar Anak Indonesia Baznas. Selain itu, pemeriksaan kesehatan di Kantor Kelurahan Baraya dan khitanan massal. “Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat mampu menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Iftitah Faradhilah selaku Koordinator Acara, Sabtu (26/11). (Irn)

Aksi Damai Peringati Hari AIDS Sedunia

BERTEPATAN dengan Hari AIDS sedunia yang jatuh 1 Desember, sejumlah mahasiswa melakukan aksi damai. Aksi ini dimulai dari bundaran volcom menuju Pintu I untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat, Kamis (1/12). Adapun bentuk aksi dengan orasi dan memberikan brosur dan bunga mawar kepada masyarakat yang melintasi lokasi aksi. Dengan mengangkat tema “Stop Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHA, Mari Rangkul dan Berperilaku Hidup Sehat Bersama ODHA”, aksi ini diikuti dari beberapa elemen lembaga seperti Stikes Nani Hasanuddin, KSR Unhas, STIK Tamalate, KSR Sandi Karsa, KSR Yapma, KSR Unismuh, KSR Unifa dan KSR Stimik Dipa. Muhammad Naufal selaku Koordinator Aksi dari KSR PMI Unhas mengatakan kepada pengguna jalan agar sekiranya

Aksi Damai : Beberapa institusi Korps Sukarelawan (KSR) di Makassar mengadakan aksi damai peringati Hari AIDS Sedunia di Pintu 1 Unhas, Kamis (1/12). Aksi damai berupaorasi dan membagi brosusr kepada pengguna jalan yang melintas. IDENTITAS/ST. NURHALIZAH

tidak menjauhi orang yang mengidap penyakit AIDS yang hanya dihindari hanya virusnya bukan penderitanya. Senada dengan Naufal, koordinator aksi damai Gazali berpendapat yang sama. “Kita perlu mengubah stigma masyarakat, karena biasanya masyarakat menjauhi penderita AIDS,” harap mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin ini. (M50)

Kukuhkan Calon Anggota dengan Pakarena Delapan

UNIT Kegiatan Mahasiswa Seni Tari (UST) menggelar Pakarena untuk yang ke delapan kalinya. Bertempat di Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas, Sabtu (3/12). Pakarena atau singkatan dari Pagelaran Karya Seni Mahasiswa juga adalah tahap akhir dari alur penerimaan anggota baru UST. Kali ini UST kukuhkan 47 anggota baru yang berasal dari berbagai fakultas se-Unhas. Acara pakarena delapan ini, UST menampilkan 14 tarian tradisional, diantaranya tari tari Pakkuru Sumange, tari Pajjaga Luwu, tari Soya-soya, tari Towaine, tari Pakkarena dan beberapa tarian tradisional lainnya. Dengan mengusung tema “Asal Mula Perahu Pinisi” sebagai alur cerita yang ditampilkan dalam Pakarena delapan itu. Diwarnai dengan tarian tradisional yang dibawakan menjadi pelaras dalam membentuk cerita asal mula perahu pinisi. Acara ini dihadiri Dewan Penasehat Organisasi UST, Prof Dr Ir Laode Asrul MP dan Dewan Pertimbangan Organisasi UST, Ilham Aqsa. Tak hanya itu, senior UST dan orang tua calon anggota pun ikut meramaikan pakarena delapan itu. UST juga mengundang beberapa sanggar seni tari yang ada di Makassar, seperti Sanggar Seni Karampuang, Kremas, Talas, Sang DIPA dan beberapa sanggar seni Makassar lainnya. Bahkan berbagai mahasiswa se-Makassar juga ikut menghadiri kegiatan itu. “Semoga semua anggota yang dikukuhkan bisa melanjutkan prosesnya di UST, dan bisa mengharumkan nama Unhas dengan prestasi,” ungkap Fauziah, ketua UST Unhas, Jum’at (2/12). (Yus)

Senat Mahasiswa Teknik Adakan Pelatihan Kewirausahaan

BERTEMPAT di

LT

II

CSA

Building

Fakultas Teknik Gowa, Senat Mahasiswa Fakultas Teknik mengadakan pelatihan kewirausahaan. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Kamis-Ahad (1-4/11). Hari pertama pelatihan, sebanyak 150 peserta yang berasal dari Fakultas Teknik Unhas diberi brainstorming oleh Sidik Permana ST. Founder dan CEO dari caripondokan.com. Sidik mengajak mahasiswa untuk mengeluarkan ide-ide kreatif yang berbasis teknologi. Selain brainstorming, juga ada Seminar Kewirausahaan yang dibawakan oleh Asisten Deputi Peningkatan Kreativitas Pemuda Kemenpora RI, Dr Ir Eny Budi Sri Haryani, MSi. Ada juga Khalid Abdul Rahman sebagai CEO Topjer, pendiri Sushi Bizkid Ashari Ramadhan dan creativepreneur superdj_mks. Seminar yang mengangkat tema “Mengubah Pola Pikir Pemuda untuk Lebih Kreatif dan Inovatif dalam Berwirausaha” ini bertujuan untuk mengubah pola pikir mahasiswa agar mampu membuat usaha di bidang disiplin ilmunya sendiri. Hari terakhir, akan ada pelatihan yang mengajarkan cara merancang, mengelola serta memasarkan produk. Peserta juga diajarkan cara penyusunan proposal Program Mahasiswa Wirausaha yang nanti dikumpulkan pada Februari tahun depan. Irmayani selaku Menteri Keuangan dan Kewirausahaan Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas berharap semoga lewat kegiatan ini pengetahuan Mahasiswa Teknik tentang dunia wirausaha semakin bertambah. “Saya harap setelah kegiatan ini muncul inovasi baru dalam mengembangkan usaha mandiri yang berkarakter technopreneur,” ujarnya saat diwawancarai, Jumat (2/12). (Ask)

Peringati Hari AIDS Se-Dunia dengan Aksi Donor Darah

BERTEMPAT di Lantai Dasar Perpustakaan Pusat, Unit Kegiatan Kemahasiswaan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) menggelar donor darah. Salah satu rangkaian dari kegiatan Hari AIDS Se-Dunia ini bertujuan untuk membantu pasien yang membutuhkan darah. Darah yang berhasil terkumpul yakni 21 kantong dari kurang lebih 40 peserta pendonor. Darah yang terkumpul ini kemudian akan disalurkan ke Unit

Tranfusi Darah Provinsi (UTPD). Muhammad Hamiri salah satu anggota UKM KSR PMI berharap dengan diadakannya kegiatan sosial seperti ini, bisa mengatasi kekurangan ketersediaan darah di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia dan Unit Pelaksana Teknis Daerah. “Semoga kita bisa memenuhi kebutuhan darah dan dapat membantu pasien yang membutuhkan,” ujarnya, Sabtu (3/12). (Sih)

Himti Peringati Hari Tanah Sedunia

HARI Tanah Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Desember dirayakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (Himti). Perayaan yang mulai dideklarasikan tahun 2014 ini memiliki beberapa item kegiatan seperti gerakan sejuta tangan, tulisan cita-cita ke depan tentang tanah, dan pembuatan infografis tentang tanah dan diskusi, Senin (5/12). Bertempat di Pelataran Himti, diskusi yang mengangkat tema tentang “Tanah Bukan Komoditas, Melainkan Sebuah Kehidupan” dibawakan oleh Ir Syamsul Arifin Aras M Si ini terlaksana dengan lancar. Diskusi ini bertujuan untuk memahamkan masyarakat bahwa tanah bukan hanya sebuah benda mati yang dimanfaatkan dalam hal ekonomis dan diperjualbelikan. Namun tanah juga sebagai habitat beberapa mikroorganisme. Selain itu, jika melihat makanan yang dikonsumsi oleh manusia sekarang itu berasal dari tanah. Pemateri memaparkan ada sepuluh fungsi tanah dalam kehidupan makhluk hidup. Pertama, lahan pertanian, bahan baku produksi, bahan baku kesenian, peralatan rumah tangga, habitat bagi mikroorganisme yang hidup di dalamnya, penyeimbang ekologi, sumber mata air, bendungan, bahan reklamasi, dan pembentukan bahan tambang. Sebagai bentuk dari kegiatan ini, pengurus Himti akan membuat sebuah rangkuman dari hasil diskusi, kemudian disebar ke mahasiswa khususnya. Menteri eksternal Himti, Rifaldi berharap orang-orang akan lebih mengetahui bahwa kehidupan kita tidak bisa lepas dari tanah. “Jadikan tanah dirimu, rawat dirimu seperti tanah,” Senin (5/12). (Sih)


16

lintas

identitas

NO. 870 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR NOVEMBER 2016

Menapaki Sisi Lain Negeri Sakura Isti Purnama

i

Khaeran

PUJI syukur kepada Allah karena rahmat-Nya, saya dapat mengikuti program Six University Initiative Japan Indonesia Service Learning Programme (SUIJI-SLP) 2016. SUIJI-SLP. Ini merupakan program antara universitas di Jepang dan Indonesia, yakni Ehime University, Kochi University, Kagawa University, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, dan Unhas. Program ini membuat saya mempelajari banyak hal. Mengetahui bahwa Jepang merupakan salah satu negera yang maju dalam bidang ekonomi dan teknologi. Saya sangat tertarik dengan kehidupan orang-orang disana. Khususnya melihat bagaimana kehidupan masyarakat yang tinggal di rural area (red, desa terpencil). Peserta ditempatkan di daerah pedesaan di Ogawa Hamlet yang berada di Yasuda Town, Kochi Prefecture, Pulau Shikoku. Industri lokal utama dari kota Yasuda adalah pertanian khususnya yuzu dan okura, kehutanan, dan perikanan. Banyak sungai yang bersih

dan alam yang indah. Kota Yasuda terdiri dari dua area: “Yasuda” dan “Nakayama”. Semua peserta SUIJI Yasuda akan tinggal di Ogawa, dusun kecil yang berada di Nakayama. Hanya terdapat sekitar tiga puluh rumah di sana. Kami sebagai member Yasuda menghabiskan waktu selama sepuluh hari (22-31/8 dan 1/9) di Ogawa tepatnya di penginapan Seseragi No Sato. Banyak aktivitas yang kami lakukan bersama-sama. Hari pertama yakni 22 Agustus 2016, kami mengadakan Nakayama’s Party. Kami mendapat pesta makan malam dan bercakap-cakap dengan dengan penduduk lokal yang telah berumur lanjut namun masih lincah. Dengan dibantu teman-teman Jepang kami menikmati percakapan mereka bercerita tentang masa lalu dan kehidupan mereka. Kami disuguhkan makanan spesial dari koki Takeuchi San seperti somen, sunamono, kakimigohan, urukawa, konyaku, tempura dan masih banyak lagi. Keesokan harinya, kami bersiap untuk menuju lokasi penginapan di Ogawa. Perjalanan ke Ogawa kami tempuh dengan berjalan kaki sembari bercerita tentang Nakayama dan Ogawa bersama

Yamashita San, salah satu warga lokal. Banyak hal menarik yang dapat saya lihat ketika diperjalanan. Seperti terowongan kereta, Noriwakukoho yang merupakan jenis kontruksi bangunan yang ada di hutan untuk memproteksi dari tanah longsor dan sawah berdinding yang ternyata berguna untuk mencegah banjir datang. Setelah tiba di Ogawa, kami diajak untuk bermain di sungai yang airnya sangat jernih. Melihat mettaka (ikan kecil) dan bermain mizukiri (permainan tradisonal Jepang di sungai dan menggunakan batu yang pipih). Sangat menarik melihat sungai yang bersih dan airnya mengalir menghasilkan suara yang khas. Saat tanggal 24 Agustus 2016, kami mulai untuk observasi di Ogawa. Selama perjalanan kami fokus memperhatikan jalanan yang dilewati. Pada malam harinya, kami mendiskusikan hal yang telah dilewati selama seharian penuh itu, kemudian membuat peta Ogawa. Keseruan lainnya saat berada di Ogawa yakni ketika kegiatan Culture Share. Setiap bulannya orang-orang lokal akan datang di Seseragi No Sato. Disana, mereka berbicara dan berbagi masalah satu sama lain. Saya sebagai perwakilan mahasiswa Indonesia memperkenalkan diri saya yang kemudian diterjemahkan oleh Yanagi chan, teman jepang saya dalam Bahasa Jepang. Tidak hanya itu kami dari Indonesia juga menunjukkan tarian tradisional dari Sulawesi Selatan dalam acara pada malam itu. Mereka sangat terhibur dan ikut bergoyang bersama kami. Masih banyak program yang kami lakukan hingga hari kesepuluh.

Seperti menerima kunjungan dari siswa Sekolah Dasar Yasuda Town di penginapan kami. Belajar budaya serta wawancara masyarakat sekitar. Mempelajari masyarakat di sana memanen okura, belajar dan berlatih budaya tarian shisimai dan membuat makanan tradisional Inaka Manju. Kegiatan terakhir yang kami lakukan di Ogawa adalah presentasi dan farewell party bersama masyarakat setempat. Kami memasak masakan khas Indonesia untuk disajikan kepada masyarakat. Seperti nasi goreng, barongko, bubur kacang ijo, dan sop. Respon mereka sangat menyukai makanan tradisional Indonesia. Setelah itu, kami presentasi tentang Indonesia kepada warga lokal dan tentang Ogawa selama disana. Setelah itu kami juga mengadakan lomba foto tentang gambar di Ogawa. Banyak warga lokal memilih foto yang bertemakan anak-anak bermain nagashisomen. Mengikuti program SUIJI-SLP di Jepang saya mendapatkan banyak sekali pelajaran yang mengubah visi dan kebiasaan diri. Meneladani sifat-sifat serius dari warga Jepang. Belajar untuk menyesuaikan dan menempatkan diri dimanapun kita berada. Paling penting dari cerita ini yakni belajar menghargai budaya orang lain dan membentuk karakter diri untuk tetap bangga sebagai warga negara Indonesia.n Penulis adalah Fakultas Peternakan Unhas Salah satu member KKN SUIJI-SLP 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.