Edisi Akhir April 2013

Page 1


2

tajuk

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Borok Ujian Nasional

Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) 2013 ini, nampaknya jadi cerminan pendidikan kita yang kacau. Dari awal pemberlakuaanya, kebijakan ini telah mendapat protes keras dari berbagai kalangan. Ada banyak pertimbangan utuk menerapkan UN lagi tahun depan. Selain beberapa kekacauan yang terjadi pada penyelenggaraan ujian barsama tahun ini. Pertama, dalam praktik UN di tiap tahunnya, selalu dekat dengan kecurangan. Praktik ini merata di mana-mana. UN menciptakan sistem yang memaksa siswa, guru dan bahkan sekolah tuk melakukan kecurangan. Walau telah terbukti melahirkan bibit-bibit ketidakjujuran sistemik, pemerintah tetap ngotot melaksanakan UN. Dan menjadikan siswa dan guru yang ketahuan melakukan kecurangan sebagai tumbal. Padahal pemerintahlah yang paling bertanggungjawab telah menciptakan sistem ini. Kecurangan ini sebab desakan politik pencitraan daerah dan sekolah. Belum lagi bagi para pemilik kepentingan yang posisinya dipertaruhkan dalam UN. Misalnya kepala sekolah, guru dan kepala dinas akan sangat kawatir pada keberlanjutan karirnya. Jika ternyata banyak murid yang tak lulus, jelas akan sulit mendapat promosi kenaikan jabatan. Atau bahkan berpeluang tuk diturunkan pangkatnya. Walau demikian pemerintah betul-betul sangat berani menerapkan ujian bersama di semua tempat. Padahal negara belum mampu melakukan pemerataan kualitas pendidikan. Sekolah di desa tentu mendapat aksesibilas pendidikan yang kurang ketimbang di kota. Faktor trasportasi, komunikasi, dan ketersediaan guru berkualitas sangat mempengaruhi. Hingga jelaslah, siswa di daerah pinggiran akan lebih sulit menjawab soal yang sama dengan siswa di kota. Dalam UN, kejujuran tidaklah penting. Kelulusan jadi segalanya buat siswa dan guru. Sikap tidak jujur itulah yang diajarkan sistem pendidikan kita pada penerus bangsa. Menjelang UN, siswa tak lagi dibimbing mengerjakan soal UN. Melainkan dilatih untuk kerja sama menyelesaikan semua soal. Bahkan guru membimbing siswanya tuk tahu cara membagi kertas jawaban kepada teman agar tak ketahuan. Kedua, pelaksanaan UN telah jadi teror bagi mental peserta didik. Terlebih bagi mereka siswa sekolah daerah yang jauh dari akses pendidikan yang memadahi. Serta siswa dengan keterbatasan ekonomi yang sebab ketidakmampuannya, sehingga tak mampu mengikuti kelas-kelas tambahan layaknya siswa dengan kelebihan ekonomi. Teror ini makin terasa menyiksa siswa tiap kali mengikuti try out atau simulasi UN. Sejumlah siswa mengalami penurunan mental tiap mendapati hasil simulasi yang buruk. Bahkan beberapa siswa yang tak mampu menahan beban mental, memilih mengakhiri hidup setelah menerima kabar ketidak lulusa. UN menjadi beban yang sangat berat bagi siswa, mereka terasa mengahadapi musuh berat dalam perang. Dan selalu ada resiko dalam perang. Jika tak lulus dalam ujian, maka siswa harus mengulang lagi di tahun berikut dan siap memikul rasa malu. Ketiga, besarnya biaya yang harus dikeluarkan tuk penyelenggaraan UN. Mengakhiri tahun 2012, DPR telah mengesahkan anggaran untuk ujian massal ini sebesar 600 miliar. Jumlah yang sangat besar, apalagi hanya untuk tujuan evaluasi tingkat pemahaman siswa pada pelajaran yang harus mereka dapatkan. Jumlah itu jika digunakan untuk perbaikan gedung sekolah yang rusak dan pembangunan gedung baru, tentu dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Itu jika tak dikorup. Dalam buku Manipulasi Kebijakan Pendidikan, “Bila tujuan evaluasi melalui UN adalah betul-betul untuk pemetaan mutu pendidikan nasional, maka hal itu dapat dilakukan melalui model tes Diagnostik seperti yang pernah diperkenalkan oleh mentri pendidikan dan kebudayaan (1978-1983) Daoed Joesoep dulu.” Dalam pembahasan ini, justru lebih baik jika menggunakan sistim diagnosis kemampuan murid menyerap pelajaran, ketimbang melalui UN. Tes Diagnostik ini tak berdampak pada kelulusan. Hasilnya lebih kongrit dan tetap memberi ruang bagi guru untuk meluluskan muridnya. Cara ini lebih hemat, sebab dapat dilakukan tiga tahun sekali. Tuk siswa atau sekolah dengan nilai tes terburuk justru harus mendapat perhatian lebih. Diberi tambahan fasilitas dan perbaikan kualitas guru. Bukan malah disoroti atau diberi sanksi dan teguran. Jika itu berjalan baik, perbaikan kualitas pendidikan kita akan merata dari desa hingga kota.n

twitter

karikatur

Kabar Unhas @identitasonline Unhas punya 13 pasal buat Pete2 Kampus, sebut sja aturan kecepatan 25 km per jam yg tdk boleh dilanggar, Tanggapan Anda? #ta­nya civitas dedy dermawan armadi @DedyArmadi @identitasonline klo 25 km/jam, butuh sparepart mbil tu pete2 nantinya + waktu tmpuh pete2 disekitaran kampus akan makin lama.....

Karikatur/batara

dari redaksi

Andi Ardi Mansyur @Ardimnsyr21 jam @identitasonline tp krna Unhas adlh kaw.pendidikan, sah-sah sj kalau ditetapkan peraturan pete-pete tdk blh lbh dr 25km/jam #tanyacivitas

Kunjungi Grup ‘Identitasonline’ dan Follow Twitter @identitasonline Untuk Berbagi Informasi, dan Diskusi.

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Opini dan Cerpen dapat memenuhi syarat p­enulisan: identitAS/siti atirah

Rapat Evaluasi : Beberapa Kru, Magang, dan senior identitas menghadiri rapat evalua­si edisi pertama (Januari-April) di Perumahan Bantimurung Maros dan salah satu senior identitas sedang memberikan masukan dan saran mengenai identitas ke depannya (21-22/4).

Evaluasi

Pembaca setia identitas, kembali lagi kami bersua dengan anda. “Terlahir kembali” yah, inilah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keberadaan identitas saat ini. Tak terasa delapan edisi telah berlalu, tentunya evaluasi pertama pun telah usai, kini segenap keluarga kecil kembali akan menata identitas agar tetap eksis. Evaluasi yang diadakan di Taman Wisata Alam Bantimurung pekan lalu tepatnya Sabtu-Minggu (20-21/4) ini, membahas tentang keredaksian, kekeluargaan dan bagaimana identitas kedepannya. Belajar dari kesalahan-kesalahan yang terungkap dalam evaluasi inilah kami mencoba untuk mening­katkan kualitas identitas kedepannya. Silaturahmi dengan keluarga kecil, baik senior, kru, dan calon kru identitas terjalin layaknya sebuah

keluarga saat menikmati rangkaian dari evaluasi kinerja selama tiga bulan pertama ini. Tidak hanya itu, sekalipun kondisi alam dengan derai air terjun yang kurang mendukung, namun keindahan dari taman wisata ini tetap terpancar dan memberi kesejukan. Kerasnya kesibukan kampus dan redaksi, sejenak dapat terlupakan dengan menikmati keindahan alam dan suguhan ikan bakar saat itu. Kegiatan evaluasi yang terasa sangat singkat namun bergelimang kebahagiaan. Pada edisi kali ini, kami hadir dengan menyuguhkan kepada pembaca setia identitas berita tentang Unhas memperketat aturan, mahasiswa dibawa bayang-bayang skorsing, B3M yang diterima ganda, dan penipuan yang menimpa mahasiswa berprestasi. Selamat membaca!!n

Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran Font 12

Font tipe: Times New Roman

Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas

Alamat:

LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Email : bukuidentitas@gmail. com

sms inbox 08991781xxxx Assalamualaikum, saya mahasiswa fkm 2011 ingin bertanya kepada bapak WR III mengenai dana bidik misi. Apakah rincian dana yang dialokasikan untuk praktikum dan buku itu akan disalurkan kemahasiswa atau dikelola oleh PT?? dan untuk biaya softskill kenapa terdapat perbedaan antara exact (450 rb) dan non exact (600 rb)? Sedangkan jenis kegiatannya sama!! Trimakasiih… Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan kirim sms ke 082393645164

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:08518136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Idrus A. Paturusi nAnggota Pengarah: Dadang Ahmad Suriamiharja, A. Wardihan Sinrang, Nasaruddin Salam, Dwia Aries Tina Pulubuhu n Penasehat Ahli : Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Husain Abdullah nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Mustafa nKoordinator Liputan: Abdul Rahman, Ernawati nLitbang: A. Sulastri, Muh. Iswandi Baadillah, Khairil Anwar nStaf Penyun­ ting: Rasdiana Sinala nReporter: Nur Alfianita N, Alfiah Alif, Akhmad Dani, Risky Wulandari, Ermi Ulia Utami, Cita Surya Elisa, Muammar Qhadafi nFotografer: Esa Ramadana (Koordinator), Muhammad Arafat, Siti Atirah nArtistik dan Tata Letak: Sita Nurazmi M (Koordinator), Novianto Dwiputra Addi nIklan/Promosi: Waode Asnini Rahayoe nTim Supervisor: Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Jupriadi, Dahlan, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum). Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul edisi akhir April 2013 Foto: Esa Ramadhana Desain: Novianto DP Addi


dari pembaca

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

3

wall facebook Pete-pete kampus dan Unhas tak kunjung akur. Sudah soal aturan pengalihan rute di dalam kampus yang dibuatkan buat supir pete-pete, hingga 13 pasal untuk menertibkan pete-pete di dalam kampus, misalnya pasal ke 13 Tiga yang menyatakan bahwa mobil yang tidak lengkap surat-surat dan pengemudi yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) lalu melakukan pelanggaran tata tertib kampus, maka stiker kampus di cabut dan mobil tersebut tidak diperkenankan lagi beroperasi di dalam kampus Unhas. Lantas, bagaimana tanggapan Anda? Imam Ghazali M secara niat memang baik, tapi solusi yang birokrasi tawarkan serba salah, mau menghentikan operasi pete2 di kampus. Namun prasarana yang lain belumlah tercukupi, (jalanan berlubang, stok speda dan bus kurang). Intinya, ballassi mahasiswa yg tak brkendara selain pete2. identitAS/esa ramadana

Tuntut Transparansi: Sejumlah lembaga kemahasiswaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas menggelar demostrasi menuntut transparasi kejelasan alokasi dana Beasiswa Bidik Misi Unhas, Jumat (12/4). Aksi bertempat di Tugu 50 Tahun Unhas.

Mempertanyakan Info Pendaftaran KKN

Terima kasih identitas sudah memuat surat ini. Saya ingin mempertanyakan tentang KKN. Kapan pendaftarannya dan dimana lokasi penempatannya? Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Angkatan 2009 Tanggapan Untuk KKN Unhas gelombang 85 pendaftarannya akan dimulai awal bulan depan, Mei. Pada gelombang ini ditargetkan mahasiswa yang mengikuti KKN sekitar tiga ribuan. Lokasinya akan berada di Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Luwu Utara dan Timur, kota Padang Sumatera Barat. Selain itu, adapula penempatan KKN di Miangas. Hasrullah Kepala Unit Pelaksana Teknis KKN

KKN di Luar Sulawesi, Bagaimana Caranya?

Sebelumnya, terima kasih kepada identitas yang telah memuat surat ini. Perta­ nyaan saya, berapa kuota yang diberikan dan di mana lokasi untuk KKN Unhas luar Sulawesi? Apa-apa saja syaratnya? Mahasiswa Fakultas MIPA Angkatan 2010 Tanggapan Untuk lokasi penempatan KKN di luar Sulawesi ditempatkan di Padang, Sumatera Barat. Universitas Utara Malaysia dan Pulau Sebatik Kalimantan Timur. Adapun kuota yang diberikan untuk KKN luar sulawesi terbatas jumlahnya. Kouta untuk Padang dan Universitas Utara Malaysia sekira 50 orang. Sedangkan untuk Pulau Sebatik sekira 60 orang. Syarat yang harus dicapai yaitu Sistem Kredit Semester 110, mendapat rekomendasi dari fakultas, sehat jasmani, rohani dan membayar biaya pendaftaran. Hasrullah Kepala Unit Pelaksana Teknis KKN

Upah Cleaning Service Menuai Tanya

Terima kasih telah memuat surat saya. Saya mewakili teman-teman ingin memperta­ nyakan mengenai kesejahteraan kami. Me­ nganpa masih ada cleaning service di Unhas yang mendapatkan gaji 600? Gaji tersebut masih di bawah Upah Minimum Regional (UMP) Provinsi Sulawesi Selatan. Cleaning cervice Unhas Tanggapan Gaji yang diterima cleaning service tidak sesuai dengan upah minimum karena gaji itu bervariasi. Hal ini tergantung dari masa kerja cleaning service tersebut. Jika masih

baru, maka gaji yang diberikan rendah. Hamzah Koordinator Cleaning Service

Air di Ramsis Tidak Mengalir

Assalamualaikum. Terima kasih telah memuat. Saya mau bertanya mengenai air yang ada di Ramsis. Kadang di pagi hari, air di ramsis tidak mengalir dan itu membuat saya terlambat untuk ke kampus. Perta­ nyaan saya mengapa air di Rasmsis kadang tidak mengalir? Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2011 Tanggapan Terkadang air di ramsis tidak mengalir karena pasokan air terbatas. Air di Ramsis berasal dari Workshop. Jika air disana tidak mengalir, secara otomatis air di Ramsis pun tidak mengalir. Yunus Staf Pengelolah Ramsis

Pengumuman Beasiswa B3M dan PPA

Assalamualaikum. Terima kasih telah memuat. Saya mau bertanya mengenai informasi beasiswa. Dimana informasi pengumuman kelulusan beasiswa PPA dan B3M dapat dilihat? Kapan akan cair? Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Angkatan 2011 Tanggapan Informasi pengumuman kelulusan beasiswa PPA dan B3M dapat dilihat langsung di kemahasiswa lantai 1 perpustakaan. Beasiswa ini belum pasti kapan akan cair. Sampai saat ini masih ada berkas yang belum dikumpul. Dra Hj Nur Azzah Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa

Beasiswa Terlambat Cair Lagi

Assalamualaikum. Saya mau bertanya mengenai informasi keterlabatan pencairan beasiswa di Unhas. Tidak hanya beasiswa B3M dan PPA, beasiswa lainnya pun begitu. Ada apa dengan beasiswa? Kenapa pencairan dananya selalu tidak tepat waktu? Mahasiswa Fakultas Sastra Angkatan 2011 Tanggapan Setiap beasiswa yang lambat cair di­ sebabkan mahasiswa tidak mengumpulkan berkasnya. Setiap mahasiswa harus me­ ngumpulkan berkas. Karena setiap semester data nilai-nilai mahasiswa yang baru harus ter-update. Ini digunakan untuk membandi­ngkan nilai yang tinggi dan rendah pada setiap mahasiswa. Dra. Hj. Nur Azzah

Kepala Bagian Kesejahteraan

Mengurus KTM yang Hilang

Sebelumnya, terima kasih kepada identitas yang telah memuat. Kartu mahasiswa saya hilang. Sekarang saya harus mengumpulkan kopian KTM itu dan KTP dikemahasiswaan. Pengumpulan ini saya maksudkan untuk mengurus beasiswa. Pertanyaan saya, apakah bisa membuat KTM kembali dan bagaimana prosedur peembuatannya? Mahasiswa Jurusan Kimia Angkatan 2010 Tangggapan Untuk mahasiswa yang kehilangan kartu mahasiswaan dapat dibuatkan kembali. Caranya dapat langsung mengurus di Bank BTN Cabang Unhas, dengan menyetorkan buku tabungan, fotokopi KTP, foto 3x4 dan membayar biaya administrasi. Risna Teller BTN Cabang Unhas

Tindakan Pencurian Motor di Unhas

Assalamualaikum. Terima kasih telah memuat. Saya baru saja kehilangan motor di parkiran kampus. Bagaimana sebenarnya tindakan pihak Unhas dalam menanggapi kasus ini? Karena kehilangan motor kerap kali terjadi dim Unhas. Mahasiswa FKM Angkatan 2011 Tangggapan Sebaiknya mahasiswa yang sering bermalam di kampus, tidak memarkir motor­ nya di area parkiran. Ada baiknya langsung saja memarkir di depan lembaganya sendiri. Jika terjadi kehilangan, segera melapor pada pihak security. Kami akan segera mencari pencurinya. Jika tidak didapatkan, akan segera dilaporkan di Kapolsek terdekat. Mulyadi Anggota Security Unhas

Bila Anda mempunyai pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 082393645164. email: bukuidentitas@gmail.com

Ahmad Masri Ini sebenarnya persoalan teknis, dimana Pihak kampus mencoba meningkatkan sarana dan prasana kampus. Terkait dgn alih trayek pete-pete yang oleh sebagian mahasiswa/pihak dianggap sbg wujud diskriminasi dan berujung pada penurunan pendapatan supir pete-pete, sy ingin mengajak untuk melihat kasus ini lebih luas. Bahwa siapa & kenapa kehidupan supir petepete (bahkan termasuk kita) semakin sempit, ini tidak lepas dari kehidupan sosial ekonomi dinegeri ini yang memang tidak manusiawi yg pd akhirnya menjadikan seperti ini. Hal ini diluar pembahasan tentang fasilitas halte & armada yg belum memadai, maka tugas kampuslah untuk menyegerakan itu. Indrawirawan Mursalin Penertipan pete-pete memang langkah awal yang diopinikan sebagai alasan memenuhi standar World Class University, tetapi bagaimana pun juga rute baru yang dibuat pihak Unhas untuk sopir pete-pete menurut saya malah membuat semrawut akses transportasi. SIM yang dipermasalahkan, memang itu sudah ketentuan umum walaupun tanpa di atur lagi oleh pihak Unhas. World Class University hanya bisa diwujudkan jika kualitas pendidikan yang ditonjolkan dan tidak itu saja, tetapi pendidikan yang bisa mengjangkau dan merangkul bagi siapa saja tanpa kecuali apalagi dengan dalih latar belakang ekonomi. Dalam Islam, pendidikan termasuk kebutuhan masyarakat yang seyogyanya di gratiskan. Pendidikan gratis, berkarakter luhur (ISLAM), the real World Class University. Fuad Nasir Menurut saya, kalau memang unhas mengatur masalah pete2 ini dengan alasan ingin menjadikan unhas sebagai World Class University dgn sistem transport yg Unhas mau, harusnya ditinjau dulu, mengapa tidak dimulai dengan membenahi fasilitas belajar terlebih dulu ? Ruangan di MKU sastra banyak yg ber-AC tapi tetap pengap, kursi yg rusak, serta toilet yg tidak layak. Selain itu keberadaan tempat sampah pun minim sehingga brpotensi membuat mahasiswa membuang sampah sembarangan, srta masalah2 lain yg lbh penting. Kalau konsisten mw mengatur2 pete2, tunjukkan dong mana bus yg siap mengakomodasi kami, mana sepeda yg katanya banyak dan layak, dan sebagainya.


4

opini

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Main Hakim Sendiri, Ironi Sebuah Negara Hukum

Oleh: Sudarwin

iLuStraSi/nOViantO dP addi

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 dengan tegas menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Eksistensi sebuah negara hukum Indonesia mengharuskan setiap aspek tindakan baik pemerintah ataupun warga negara harus berdasar pada hukum. Artinya, siapa saja tidak dapat melakukan sekehendaknya melawan hukum negara, mengedepankan ego pribadi, ataupun kelompok hanya untuk mencapai tujuan-tujuannya, yang berimbas terhadap lahirnya pelanggaran. Bahkan, kejahatan di dalam masyarakat. Beberapa tahun terakhir, hukum di negeri ini seolah diuji. Satu persatu konflik horizontal lahir yang berujung pada aksi main hakim sendiri. Belum tuntas kasus penyerangan jemaat Ahmadiyah di beberapa daerah dan penyerangan kelompok Syiah di Sampang. Kini, kasus main hakim sendiri (eigenrichting) kembali terjadi melalui penyerangan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Cebongan, oleh beberapa anggota Korps Pasukan Khusus (Kopassus). Empat tahanan tewas dalam penyerangan tersebut. Terlibatnya, anggota Kopassus dalam kasus Cebongan disebabkan terbunuhnya bintara Kopassus yang diduga dilakukan oleh sekelompok preman yang kemudian ditahan polisi di Lapas Cebongan. Penyerangan ke Lapas yang menewaskan keempat tahanan

itu, dilatarbelakangi semangat jiwa Korps Kesatuan (Korsa) yang salah diterapkan. Kesalahan penerapan ini, ditunjukkan dari tidak ksatrianya cara-cara yang dilakukan Kopassus dengan menghukum preman dengan cara preman pula. Korsa sendiri merupakan gerakan yang dilakukan korps Tentara Nasional Indonesia, untuk membela kehormatan kesatuannya. Apapun alasannya, Indonesia sebagai negara hukum sama sekali tidak dapat membenarkan tindakan anggota Kopassus tersebut. Memalukan! kata yang tepat dalam merefleksikan penegakan hukum di indonesia yang mudahnya dilumpuhkan oleh aparat negara itu sendiri. Lapas yang merupakan tempat netral, tempat berlindung bagi warga negara yang terpaut masalah hukum, tiba-tiba berubah menjadi tempat yang berbahaya. Keempat tahanan tidak dapat melakukan apa-apa karena dibatasi tembok-tembok pengaman yang sempit. Bukan maksud memihak terhadap keempat tahanan tersebut, tetapi dalam hukum pidana Indonesia bukankah kita telah mengenal adanya asas praduga tak bersalah Presumption of Innocent yang tercantum dalam Penjelasan Umum Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana butir ke 3 huruf C. Bunyi asasnya ini bahwa; “Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.� Tidak ada yang sungguh-sungguh menjamin bahwa keempat tahanan tersebut bersalah dan harus bertanggungjawab penuh atas meninggalnya bintara Kopassus. Hanya putusan pengadilanlah yang berhak memutuskan itu. Sehingga segala tin-

dakan main hakim, yang diterapkan kepada keempat tahanan tersebut sebelum adanya putusan pengadilan yang in kracht van gewijsde, adalah tidak benar bahkan tergolong kejahatan.

Melangkahi Pengadilan

Seolah melangkahi kewenangan pengadilan, tindakan beberapa anggota Kopassus menghukum mati keempat tahanan Lapas Cebongan, salah besar. Anggota Kopassus yang seyogyanya bertugas menyelesaikan permasalahan yang mengancam kedaulatan negara, kini turut dalam aksi main hakim sendiri.

Wibawa Hukum

Terjadinya kasus cebongan menambah deretan panjang kasus main hakim sendiri di Indonesia, mengakibatkan wibawa hukum di mata publik kini berada pada titik nadir. Asumsi penulis tersebut senada survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut bahwa 56,0 persen publik menyatakan tidak puas dengan penegakan hukum di Indonesia, hanya 29,8 persen menyatakan puas, sedangkan sisanya 14,2 persen tidak menjawab. Minimnya kepercayaan publik atas proses penegakkan hukum ini berkorelasi pada cukup tingginya masyarakat yang setuju main hakim sendiri. Hal ini juga dibuktikan oleh survei LSI lainnya yang menunjukkan ada sebanyak 30,6 persen responden setuju menghukum sendiri pelaku kejahatan karena tak percaya proses hukum yang adil. Hukum kini tidak lagi dipandang sebagai a tool of social control yang dapat mengatur kehidupan masyarakat. Publik memilih menyelesaikan sendiri masalahnya. Indonesia sebagai negara hukum akan kehilangan wibawa hukumnya ketika penegakan hukum tidak berjalan secara sehat bahkan mengabaikan rasa keadilan.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum unhas Angkatan 2010

Tingkatkan Kualitas Pendidikan dengan Sister School Oleh: Sujardin Syarifuddin SeBAGAI wadah dimana sepuluh negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), termasuk Indonesia. Komunitas ASEAN telah menjadi inovasi yang mempermudah setiap anggotanya untuk bekerja sama di berbagai bidang. Selain itu, menjadi solusi dalam menghilangkan jurang pemisah antara sesama anggota ASEAN. Pendidikan sebagai pondasi utama regenerasi pemimpin muda telah menjadi aspek yang sangat penting. Elemen yang bisa dibuat sebagai titik kerja sama antara negara anggota ASEAN untuk meningkatkan kualitas pemuda yang tentunya akan menangani keberlanjutan pengembangan negara di masa mendatang. Mengapa pendidikan? Tanpa harus memperhatikan data statistik nasional mengenai berapa banyak anak Indonesia yang bisa merasakan pendidikan di institusi dan sekolah berstandar internasional, berapa banyak anak Indonesia yang orang tuanya masih dengan susah payah menyekolahkan anak-anaknya, atau berapa banyak anak Indonesia yang tidak ke sekolah dan hanya bisa menengadahkan tangan di jalan-jalan kota besar demi sekeping koin. Selain dari itu, pendidikan di Indonesia sudah dilanda berbagai kasus yang memperburuk citra pendidikan negara kita. Sebut saja, pungutan liar oleh oknum tenaga pengajar, sontek massal, hingga korupsi pun ikut andil dalam mencorengkan nama pendidikan kita. Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan ini, kerja sama negara Indonesia di bidang pendidikan sangatlah krusial adanya. Meskipun, butuh waktu untuk

merealisasikannya. Untuk memulai memperbaikinya, ditandai dengan hadir beragam pernyataan bersama (joint statement) dengan pemuda Perhimpunan BangsaBangsa Asia Tenggara (Perbara). Misalnya, melalui kegiatan ASEAN Youth Forum and Festival 2011, 3 sampai 8 Mei 2011. Kemudian, dilanjutkan dengan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 18 di Jakarta, yang menghasilkan joint statement dari 46 pemuda yang mewakili 10 anggota Perbara. Isu yang dibahas dalam pernyataan bersama ini dibagi menjadi tiga unsur pokok. Joint statement tersebut berisikan ide, gagasan, atau impian yang ingin dicapai oleh ASEAN demi mewujudkan community-nya pada 2015 mendatang. Yang dibagi atas education, leadership, dan entrepreneurship. Pendidikan tampak berada di posisi pertama menyusul kepemimpinan dan kewirausahaan. Oleh sebab, a great leader dan successful entrepreneur berawal dari pendidikan yang baik dan benar. Lalu mengapa Indonesia perlu menggali lebih dalam lagi dalam melakukan kerja sama di bidang pendidikan dengan negara anggota ASEAN lainnya? Dengan adanya komunitas ASEAN ini semakin mempermudah pemuda-pemuda Indonesia untuk menuntut ilmu di salah satu negara ASEAN. Seperti yang kita ketahui, Universitas Chulalongkorn Thailand, Universiti Kebangsaan Malaysia, Nanyang Technological University Singapura, dan institusi terkenal

lainnya merupakan salah satu tujuan favorit siswa atau mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi. Hal ini akan sangat mudah dicapai, sebab terdapat berbagai macam beasiswa yang bisa memberikan peluang yang lebih besar. Sebab, umumnya beasiswa diberikan kepada mereka yang tidak mampu secara finansial namun berprestasi secara akademik. Kerjasama lain yang dapat dibentuk pun misalnya, dengan membuka cabang universitas atau yang lebih dikenal dengan sister school. Dari adanya cabang ini, bisa menjadi cara dalam memperkuat sisi pendidikan Indonesia. Sebab, ini didukung oleh adanya kolaborasi institusi pendidikan di Indonesia dengan negara ASEAN. Contohnya saja, Monash University Australia memiliki cabang di Malaysia dengan sertifikasi yang setara dengan di Australia.n Penulis adalah Alumni Sastra Inggris unhas Delegasi Indonesia untuk ASeAN Youth Forum 2011

iLuStraSi/nOViantO dP addi


civitas

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013 ­

5

bundel n Edisi Kamis , 24 April 1986

Jumlah dosen Unhas “4 Digit”

IDENTITAS/Esa ramadana

Aksi sastra:Dengan wajah ditutupi dengan topeng beberapa mahasiswa melakukan aksi tuntutan di depan gedung rektorat terkait masalah skorsing yang terjadi di Fakultas Sastra (22/4).

Perseteruan yang Tak Kunjung Usai

Lembaga mahasiswa dan Birokrat Fakultas Sastra bagaikan dua kutub berseberangan. Buntut komunikasi yang buntu.

H

ari itu, semilir angin malam di Benteng Somba Opu menjadi saksi bisu berlangsungnya pengaderan mahasiswa baru, sekaligus sebagai puncak perseteruan antara mahasiswa dan dekanat Fakultas Sastra, (1/12). Kabarnya, masalah ini berawal dari Penerimaan dan Pembinaan Anggota Baru (P2MB). Mereka saling berebut simpati dari mahasiswa baru. Berlanjut, hingga pada kegiatan pengaderan yang dirangkaikan dengan acara “Tudang Sipulung”. Ketika itu, tidak hanya mahasiswa saja yang hadir, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Prof Dr Noer Jihad Saleh MA pun Turut hadir dalam kegiatan itu. Namun, ketika acara “Tudang Sipulung” hendak dimulai, tiba-tiba terdengar teriakan “Anjing” dari mulut sala satu mahasiswa. Tak disangka, ternyata teriakan dari Muhammad Juzmail selaku Koordinator Lapangan Acara saat itu, menuai konflik yang berimbas skorsing untuk dirinya. Menurutnya, “Itu teriakan spontanitas dari kekecewaan kami selama ini terhadap birokrasi kampus,” ungkapnya, Selasa (16/4). Sama halnya dengan Muhammad Arsyad Irawan selaku Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) ketika itu. Berselang beberapa lama, ketika tiba gilirannya berbicara dan berbagi pengalaman. Disela itu terselip kata ambigu yang cukup membuat Noer Jihad Saleh tersinggung. “Saya lebih sepakat disebut sebagai fungsionaris lembaga atau pengurus lembaga dari pada pejabat lembaga karena saya ke sini dengan modal sendiri. Beda dengan yang di belakang sana. Mereka adalah pejabat Negara, yang dalam menghadiri undangan acara se­ perti ini mereka ada SPPD-nya (Surat Perintah Perjalanan Dinas, red), jadi

kalau panitia kekurangan dana bisa meminta sedikit racci-raccinya untuk menutupi kekurangan dana kegiatan”. Namun, menurut Arsyad, pernyataan tersebut bukanlah ditujukan pada WD III yang hadir saat itu. Melainkan, untuk pejabat Negara secara keseluruhan. “saya hanya ingin memberitahukan kepada mahasiswa baru bahwa ada system seperti ini yang sedang berlaku,” ung­ kapnya. Rabu (17/4). Usai dari kegiatan itu, 14 Desember 2012. Jusmail dan Arsyad dipanggil oleh Komisi Disiplin (Komdis) Fakultas. Dalam pemanggilan itu dikatakan bahwa, mereka telah melanggar Surat Keputusan Rektor Unhas nomor 1128/ J04/P/2006, pasal 6 ayat (5) yakni me­ lakukan tindakan yang tidak sepantas­ nya terhadap atribut universitas baik di dalam maupun diluar kampus. Adanya tindakan komdis ini karena pengaduan dari Noer Jihad Saleh ke Dekan Fakultas Sastra Prof Drs Burhanuddin Arafah MHum PhD. Dalam laporannya, ia merasa tidak dihargai sedari awal kedatangannya. Sebab, tak diberi kesempatan untuk berbicara hingga ia bersama enam dosen pemantau pulang dari acara itu. “Laporan ini untuk memberikan efek jera, karena kata-kata seperti anjing, babi dan sebagainya sangat tidak pantas di­ucapkan oleh anak kepada orang tuanya,” tutur Noer Jihad. Menurutnya, masalah malam itu tidak ingin diperpanjang ke Komdis andaikata ada mahasiswa pada saat itu juga yang datang meminta maaf. Namun, di sisi lain, mahasiswa merasa ia tidak melakukan kesalahan, hingga permintaan maaf yang dinanti tak kunjung hadir. Layaknya sebuah keluarga, lembaga kemahasiswaan adalah anak. Birokrasi dekanat diperumpamakan sebagai bapak. Walau, sapaan kekeluargaan ini kerap terdengar. Namun, realitanya, is-

tilah ini tak seharmoni dengan yang terdengar. Anak yang meminta ketegasan kepada bapak soal kasus banding yang diajukan sejak tanggal 1 April. Namun, dekan yang tetap belum bisa mengeluarkan jawaban yang diminta. Alur komunikasi antara kedua belah pihak tidak mulus. Resah akan hal itu, Mahasiswa-mahasiswa di kelembagaan sastra mulai membentuk solidaritas bernama Alinasi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK). Hal ini dibentuk untuk menghambat laju skorsing yang dikeluarkan tertanggal 27 dan 28 Maret. Dengan aksi duduki dekanat, ia menuntut dicabutnya segala sanksi skorsing tersebut. Selama sepekan aksi ini berlangsung hingga Wakil Rektor III Unhas Ir Nasaruddin Salam MT menengahi. Menurut Muchlis Abduh, ketua BEM Sastra, “Seharusnya mereka turun dan melihat apa maunya mahasiwa,” Tuturnya. Ia berharap Wakil Dekan III atau dari pihak birokrat turun ke mahasiswa menggelar dialog terbuka dan membuka ruang kritik dan refleksi sehingga akarakar masalah diantaranya bisa tercabut. Perjuangan aksi mereka mengklaim adanya kesalahan alur dalam proses penjatuhan skorsing. Sebab, dalam dua kali mengikuti persidangan tidak pernah diberikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Bahkan, dalam tenggat waktu 14 hari yang diberikan untuk menjawab surat banding telah melewati batas hari. Menanggapi hal ini Ketua Komdis Fakultas Sastra Prof Dr Hamzah A Machmoed MA angkat bicara. Menurutnya, tidak ada aturan yang mengharuskan pemberian BAP selama proses persidangan, Senin (15/4). Walau demikian, AMUK tetap beraksi menunggu putusan akhir hasil ban­ding. “Kami akan terus memperjuangkan keadilan untuk teman-teman,” tegas Muchlis Abduh. Nan/Eha

Dalam acara apel pagi itu dilakukan penyerahan 90 surat keputusan (SK) pengangkatan dosen baru Unhas. SK di­ serahakan oleh Rektor Unhas, Prof Dr Ir Fachrudin, Kamis lalu. A Rivai Muslang SH, Kepala Bagian Kepegawaian Unhas mengatakan, itu merupakan tahap pertama. Dari 130 orang formasi jatah Unhas tahun ini, 40 orang akan menyusul. Seluruh dosen tersebut berasal dari Fakultas Sastra, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Peternakan yang masing-masing 7 orang. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Kedokteran masing-masing 6 orang. FKM 10 orang dan Pertanian memperoleh jatah dosen terbanyak yaitu 12 orang. Bersamaan dengan penyerahan SK, Rektor juga menyerahkan SK Kenaikan Pangkat kepada enam orang staf admi­ nistrasi Unhas. “Saya berharap ini sebagi panutan anak didik,” ungkap Fahrudin. Jumlah dosen Unhas sekarang ini mencapai sekira 1.000 orang, hampir sama dengan jumlah staf administrasi dan mahasiswa yang berjumlah 15.000 orang lebih, tidak termasuk yang selesai pendidikannya belum lama ini. Selama menjadi rektor, setiap apel tujuh belas bulan berjalan, Fachruddin menyerahkan SK bagi dosen dan karyawan administrasi yang naik pangkat. Terma­ suk mereka yang baru diangkat menjadi dosen.n

n Edisi Akhir April 1978

Penataan Kehidupan Kampus Suasana belajar mengajar di Unhas kini tidak kondusif. Bahkan dapat menghentikan kegiatan-kegiatan kampus. Keadaan ini pun mulai ditindaki serius. Pada 12 April 1978, Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (PangkopKamptib), Laksamana Sudomo menulis surat kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K). Isinya menyangkut Departemen P dan K akan menangani normalitas kampus. Lantas pada 14 hingga 15 April 1978, berlangsunglah rapat kerja Rektor Perguruan Tinggi se Indonesia di Jakarta. Wakil Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Prof Doddy Tisna Amiddjaja mem­ bagi hasil dari rapat tersebut. Keadaan ini perlu dirisaukan dengan gejal-gejal sampai ke dasarnya. “Mengingat feno­ mena yang timbul merupakan suatu proses psikologis yang terjadi pada anak didik kita dan tercetus oleh rangsangan yang datang dari dalam maupun luar kampus,” tuturnya. Rapat yang diadakan di Hotel Syahid itu pun menyimpulkan pengarahan menteri sebagai pokok “redefinisi” penataan kembali keadaan kampus. Lalu rektor di setiap universitas diberikan waktu sebulan untuk membuat laporan. De­ngan mencakupi periodik perkembangan persiapan normalisasi kehidupan kampus kepada Dikti.n


6

wansus

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Mari Perangi Narkoba! Permasalahan narkoba selalu menjadi kasus yang istemewa dan unik. Sosialisasi bahaya narkoba yang sudah sering dilakukan nampaknya tak terlalu berdampak dalam penurunan kasus narkoba di Indonesia terutama di Makassar. Keunikan kasus terletak pada jumlah pemakai yang semakin meningkat. Kalangan remaja dengan karakter khas ingin tahu serta sering mencoba-coba menjadikannya rentan terhadap godaan narkoba. Generasi muda terancam. Upaya penyadaran akan bahaya narkoba perlu terus dilakukan. Berikut wawancara khusus reporter identitas Novianto Dwi Putra dengan Drs Richard M Nainggolan MM MBA selaku Kepala Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, usai memberikan materi pada penyuluhan narkoba di Gedung Rektorat Unhas Lantai I, Rabu (24/4). melihat begitu banyaknya slogan yang menolak narkoba, sebenarnya apa yang dimaksud dengan narkoba? Narkoba adalah narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba selalu digunakan di dunia medis. Ini berbahaya apabila disalahgunakan. Dampaknya sangat besar, seperti pada kesehatan misalnya nafsu makan menurun, tertular HIV/AIDS dan kematian. Ini juga sangat berurusan dengan ekonomi, karena apabila pengguna narkoba sudah sakit maka negara dan keluarga harus mengeluarkan uang yang banyak dan dalam tahap penyembuhan karena tidak murah. menurut data bnnP Sulawesi Selatan, di kalangan pelajar paling banyak penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa, mengapa hal ini bisa terjadi? Biasanya itu para mahasiswa mencari jati dirinya, dan tidak mau dikatakan ketinggalan atau kurang pergaulan apabila tidak mengonsumsi narkoba. Juga, banyaknya permasalahan yang mereka hadapi yang tidak mudah terselesaikan, bisa juga menyebabkan mahasiswa ini memilih jalan pintas dengan menggunakan narkoba. Mahasiswa ini pula merupakan modal yang bagus oleh pengedar narkoba untuk meraup keuntungan karena karakternya yang masih labil mencari jati dirinya.

Dari bnn sendiri upaya apa yang telah dilakukan dalam mengurangi penyalahgunaan narkoba? Penyuluhan untuk membentuk sikap memerangi dan menolak narkoba, dengan cara memberikan pemahaman bahaya dari narkoba. Pertama, kita nanti membuat kader anti narkoba agar kader membentuk organisasi di lingkungannya. Dalam Unhas sendiri dengan organisasi mahasiswa dapat membuat kegiatan yang dapat menolak penyalahgunaan narkoba. Tentunya didukung oleh BNN termasuk pendanaan. Kedua, memperdayakan masyarakat misalnya LSM dengan cara mengaktifkan

masyarakat menyediakan dan menyiapkan dirinya dengan cara merehabilitasi pengguna narkoba, sehingga bukan hanya pemerintah, masyarakat pun ikut berpartisipasi. Ketiga, ada pasca rehabilitasi, harapnya mereka siap kembali ke masyarakat dan produktif. Keempat, pengembangan program alternatif yang memperdayakan masyarakat untuk tidak mendapatkan uang dari narkoba. Ini dilakukan dengan cara memberikan pembinaan agar keluar dari pekerjaan pengedar. Terakhir, melakukan pemberian hukum dengan cara memberantas dan memotong tali rantai si pengedar narkoba. Kita akan bersinergi terus dengan bekerja sama dengan kampus-kampus untuk menyosialisasikan bahaya narkoba.

Upaya-upaya apa saja yang bisa dilakukan mahasiswa agar terhindar dari narkoba? Paling baik adalah meningkatkan iman, memperbanyak kegiatan-kegiatan positif, ada harmonis di keluarga dan teman serta lingkungannya, ada rasa peduli dan mengetahui dampak narkoba.

apabila ada yang tertangkap sebagai pecandu misalnya pelajar, bagaimana bnn mengatasi itu? Mereka akan ditangani polisi terus ke Polda, kemudian diproses ke pengadilan. Dan kita tahu orang yang tertangkap. Dari pihak kami pun, ketika ada yang kami dapati, akan kami tangkap dan rehabilitasi.

bagaimana dengan dosen, apakah mereka juga turut berperan dalam mencegah penggunaan narkoba di kalangan mahasiswa? Dosen yang jelas berperan dan harus jadi panutan. Dengan cara tidak menggunakan narkoba dan memberikan pengetahuan dan pemahaman yg baik serta mendorong mahasiswa dan berupaya peduli tentang bahaya narkoba.

apakah ada perbedaan perlakuan bagi mereka yang tertangkap menggunakan narkoba dengan yang melaporkan dirinya sendiri? Ada perbedaan perlakuan, dalam arti berbeda tempat dalam persidangan. Sehingga mereka yang tertangkap harus dijaga lebih ketat. Tetapi tahapan-tahapan penanganan itu berbeda dan hanya penetapan yang berbeda. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35, kalau wajib lapor itu orang tua wajib melaporkan anaknya yang menggunakan narkoba dan sebenarnya semua itu wajib lapor bagi yang menggunakan narkoba.

apa yang seharusnya dilakukan pihak kampus agar mahasiswa terjaga dari penggunaan narkoba ? Pihak kampus itu harus peduli. Seperti di Unhas yang sudah membuka diri dengan cara memberikan kuliah- kuliah umum mengenai bahaya narkoba. Hal ini tidak bisa terhenti, jadi harus ada sosialisasi bahaya narkoba secara terus-menerus.

menurut anda, program apa yang bisa dilakukan Unhas untuk menekan penggunaan narkoba di kalangan mahasiswa ? Kegiatan rutin misalnya penyuluhan mengenai bahaya narkoba dan tes urin secara berkala, misalnya sekali dalam dua bulan dengan secara acak. Selalu memberikan peringatan kepada mahasiswa sebagai antisipasi. bagaimana harapan anda sendiri terhadap mahasiswa untuk menjauhi penyalahgunaan narkoba? Mari kita sama-sama merapatkan barisan untuk memerangi narkoba, dengan cara membentuk organisasi untuk memerangi narkoba. Ikut dalam organisasi yang bergelut dalam penyalahgunaan narkoba. Jadi pemikiran untuk menggunakan narkoba tidak ada dipikirannya.n

Data diri: Nama: Drs Richard M Nainggolan MM MBA Pangkat: Komisaris Besar Polisi Jabatan: Kepala BNN Provinsi Sulawesi Selatan Pendidikan: S2 Alamat : Jl Racing Center Perum Gardenia Blok A No 2 Makassar Riwayat Jabatan: - Kasat Serse Poltabes Yogyakarta - Kasat Narkoba Polda DI Yogyakarta - Kasat Reskrim Polwiltabes Makassar - Kapolres Luwu Timur Polda Sulsel


lipsus

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Aturan Keluar, Pete-Pete Perlu Berbenah Sosialisasi tata tertib mobil angkutan mahasiswa dan umum (Kakmu) dalam lingkungan kampus UH telah diberlakukan. Tingkat kecelakaan yang sering terjadi menjadi salah satu penyebab.

S

iang itu, lalu lintas kampus Universitas Hasanuddin (UH) yang biasanya lancar dijeboli kemacetan. Beberapa angkutan umum melanggar rambu jalan kampus. Satuan Pengaman (Satpam) UH pun mengamankan surat-surat kendaraan se­perti Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) para pengemudi ini. kabarnya, banyak supir pete-pete kampus merah ini kerap melanggar peraturan dasar lalu lintas tersebut. Angkutan umum kampus yang biasa disebut pete-pete kampus merupakan ang­ kutan yang memiliki akses untuk keluar masuk kampus merah. Demi menjaga ke­ amanan kampus, keluarlah aturan lalu lintas pete-pete kampus dengan nomor SK 5529/UN4/UM.08/2013 yang tertanggal dikeluarkan 26 Februari 2013. Pengeluaran aturan yang memuat 13 pasal ini pun bukan menjadi tahun pertama. Kepala Satpam, Said mengatakan “Ini aturan 2012 yang sudah diberlakukan dan tahun ini kembali direvisi.” Aturan ini me­ rupakan hasil dari diskusi bersama Kepala Biro Umum, Kepala Bagian Hukum dan Tata Laksana UH serta Satpam. Dari diskusi tersebut Lahirlah dua poin baru yaitu, aturan tanda pengenal dan jumlah pengemudi yang harus dua orang saja. Menurut Kepala Biro dan Administrasi Umum UH (Kabiro Umum) Halim Doko, pengeluaran aturan lalu lintas pete-pete ini didasarkan pada alasan penertiban. Seperti kasus yang sebelumnya terjadi, tindakan pelecehan yang dilakukan pengemudi terhadap mahasiswa kampus, tabrakan antara pete-pete dengan kendaraan sivitas akademika Unhas. “sebenarnya inilah salah satu upaya pencegahan bagaimana menghindari hal-hal yang kita tidak inginkan,” tuturnya.

7

kronik

­

Hati-Hati Hipnotis Hipnotis, Mendengar kata ini mengingatkan kita pada salah satu acara yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta dengan judul yang sama. Dalam acara tersebut seseorang dibuat dalam keadaan tidak sadar dan diperintah semau orang yang menghipnotisnya. Siapa sangka, hal ini juga terjadi pada beberapa orang di Unhas. salah satu korbannya adalah Wati, bendahara Fakultas ekonomi ini mengaku telah terhipnotis lewat telephone yang menghubungi ponselnya, Maret lalu. Saat itulah ia me­ rasa tak sadar dan mengikuti perintah orang tersebut. Ia baru sadar setelah dirinya sudah berdiri di depan ATM hendak mentransfer uangnya. Tak hanya Wati, Hendri pun mengalami hal yang sama. Menurut penuturan Agus, pengelola Ramsis, Hendri diajak berbincang-bincang de­ ngan seseorang. Sesaat kemudian mereka lalu pergi. Tujuannya ke Pengayoman. Hendri baru sadar setelah ponsel dan dompetnya raib dibawa kabur pelaku. “saya lihat hendri bicara-bicara baru pergi sama orang itu, ternyata orang itu tukang hipnotis,” Tuturnya, Senin (15/4).n

Si Panjang Tangan Terus Beraksi IDENTITAS/Esa ramadana

Senada dengan Kabiro Umum, menurut Kepala Satpam UH dengan hadirnya aturan ini, kecelakaan lalu lintas dan pe­ negasan sanksi yang selama menemui jalan buntu sudah menemukan titik terang, “Pernah ketika pete-pete menabrak mahasiswa di pintu satu seharusnya sudah harus dicabut izin trayeknya, namun karena belum ada aturan jadi kita tidak bisa mencabut stikernya.” Tuturnya. Abdul Gaffar selaku salah satu supir pete-pete kampus mengakui, bahwa aturan yang disosialisasikan ini serupa sudah ada sejak lama. Supir yang selalu bergantian mengemudikan pete-pete miliknya de­ngan anaknya ini menganggap aturan yang dikeluarkan tahun ini tidak ada bedanya

“percuma ji, tidak ada realisasinya seperti sebelumnya”. Mahasiswa selaku salah satu pihak yang sering bersentuhan dengan pete-pete ini juga mengangap pentingnya aturan dan penegakan aturan terhadap pete-pete yang biasa membawa mobil dengan kondisi ugal-ugalan. Mahasiswa angkatan 2012 jurusan Sastra Inggris ini mengatakan supir pete-pete.. “Supaya ada peraturan yang ditaati supaya penumpang juga merasa nya­ man kalau naik pete-pete,” imbuh Indriani Aswan, Rabu ( 18/4). Satpam berharap “dengan adanya aturan ini supaya para sopir itu sadar betul dan mematuhi aturan yang kita buat, supaya tercipta keamanan dan ketertiban didalam kampus,” seringnya terjadi kasus kecelakaan, diakibatkan pengemudi yang tidak terdaftar di unhas. Biasanya satu mobil itu ada empat, bahkan sampai lima orang itu. “ hal inilah yang kita mau ter­ tibkan, nah itulah yang kita mau pertegas dalam aturan ini, kalo dalam satu mobil cukup dua saja yang mengemudi, juga menggunakan id card, dan poin ke terakhir ini. Lalu sewaktu-waktu pihak kakmu dan pihak kepolisian yang melakukan pemeriksanaan untuk izin trayek,” tambahnya.n Tim Lipsus ­

Tim Lipsus Koord. Lipsus: Waode Asnini Rahayoe Anggota: Novianto Dwiputra Addi Risky Wulandari

IDENTITAS/Esa ramadana

Pencurian kembali terjadi di Unhas. Kali ini menimpa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pantun. Sabtu dini hari, sekitar pukul 01.30 Wita, pintu sekretariat UKM Pantun dibuka paksa saat semua penghuninya sedang pergi. Empat buah komputer jinjing, satu tablet dan dua dompet raib dicuri. Para pencuri tampaknya sudah lama mengamati kegiatan para penghuni sekretariat. Sebab selang waktu pencurian hanya sekitar 30 menit. Dengan kata lain si pencuri sudah tahu kapan para anggota pantun itu pergi. Dugaan ini diperkuat dengan keterangan Satpam Unhas yang berjaga tak jauh dari lokasi kejadian. “Memang ada orang yang mencurigakan memakai tas hitam tadi lewat di sekitar sini,” kata seorang Satpam. Pencurian ini tercatat yang ketiga kalinya pada bulan April. Di awal bulan, sekretariat Radio Kampus EBS FM juga mengalami hal yang serupa, satu buah laptop yang diletakkan di dalam sekretariat lenyap digondol maling. Sehari sebelumnya Penerbitan Kampus identitas juga mengalami hal yang sama, sebuah Blackberry Gemini milik seorang kru juga raib.n

IDENTITAS/Esa ramadana

Bentrok: Satuan Pengamanan (Satpam) Unhas bentrok dengan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK) di Gedung Dekanat Fakultas Sastra, Selasa (23/4). Tiga hari berlalu, satpam dan massa AMUK kembali bentrok di Gedung Rektorat Unhas.


8

lipsus

identitas

NO 791 | TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Pasalnya Masih Menuai Tanya Tiga belas pasal termuat dalam aturan tata tertib angkutan umum kampus. Beberapa pasal diantaranya menuai tanya.

S

ebuah kebijakan dibuat selalu berdasarkan landasan. Dengan menimbang beberapa dampak positif dan negatif yang akan diakibatkan oleh kebijakan baru tersebut. Termasuk dengan tata tertib angkutan umum dalam lingkungan kampus Unhas ini. Pihak Kepala Biro Administrasi Umum, Satpam, Kakmu beserta Hukum Tata Laksana Unhas berembuk bersama menciptakan beberapa pasal yang dimuat dalam aturan. Walaupun alasan revisi aturan sebelumnya yang menandakan keberadaan aturan ini sebelum Tahun 2013. Namun, beberapa pasal tetap menuai tanya. Seperti pada pasal yang memuat aturan kecepatan pete-pete maksimal 25 km per jam. Pertimbangan yang diberikan supaya supir tidak balap-balap di kampus. Namun, dengan kecepatan sebesar itu, bagaimana dengan mahasiswa atau dosen yang menjadi penumpang dalam kondisi terburu-buru mengejar waktu perkuliahan. Ini seperti buah simalakama bagi sang supir. Pada kondisi-kondisi seperti apa mereka dibolehkan melebihi kecepatan yang sudah ditentukan tidak diatur dalam pasal yang menyangkut kecepatan jalan mobil tersebut. Pasal yang berikutnya yakni pete-pete harus mengutamakan memuat penumpang mahasiswa dari pada masyarakat

umum. Menurut pihak Kabiro Umum “Ideal begitu, kan awal keberadaan mereka itu untuk kepentingan kampus.” Namun, dalam perjalanan kampus mulai berkembang ada rumah sakit, yang di belakang ada banyak penduduk. Hal itu adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Kemudian untuk aturan berikutnya dengan melibatkan satpam. Kabiro menanggapi fungsi seharusnya Kakmu dan Satpam itu bersinergi. Karena bila dibayangkan Kakmu mengurus 300 pete-pete. Minimal tiga saja berarti harus dikendalikan tiga kali tiga, pada supir pertama mungkin dia bisa kendalikan. Namun, pada supir berikutnya itu tidak. Boleh jadi pesan supir ke supir selanjutnya mungkin terputus sehingga apa yang disampaikan juga tidak diperhatikan. Pelibatan satpam membuat tugasnya menumpuk. Belum menjaga sepeda, menjaga keamanan dan ketertiban, menjaga danau Unhas, dan sekarang dibebankan dengan juga menjaga pete-pete. Aturan lain adalah pembatasan supir. Pertimbangannya penetapan aturan ingin menekan tingkat kejahatan yang selama ini terjadi diakibatkan banyaknya jumlah supir. Kalau banyak supir, itu susah ditindak, dan susah dilacak. Tetapi bila dibatasi, itu akan mudah dikendalikan. Aturan berikutnya yakni rencana pemasangan tanda pengenal dan pemakaian seragam bagi supir. Penerapan aturan ini tidak diberikan deadline karena

identitaS/eSa raMadana

menurut Halim Doko ini sebatas pemakaian. Tanggapan berbeda datang dari Kakmu menurutnya, penyelenggaraannya terhalang karena dana. Ini lah yang biasa membuat sebuah kebijakan dikeluarkan tetapi kurang diimplementasikan. Namun, sebenarnya ini harus tetap ada. Jadi penghargaan tersendiri bagi ketua Kakmu yang sudah berusaha menggodok proporsal ke rektor, untuk pengadaan baju seragam. Apalagi jumlah pete-pete di Unhas sebanyak 420 pete-pete. Belum lagi adanya aturan jumlah supir untuk satu pete-pete adalah dua orang jadi keseluruhan jumlah supir 420 dikali dua sama dengan 840 orang. Bayangkan bila mereka semua harus dibuatkan seragam. Dana yang dibutuhkan juga lebih besar. Namun Wakil Rektor II UH terdengar sudah berjanji

untuk menyediakan. Pasal berikutnya adalah mengenai Pencabutan Izin Trayek bila melanggar. Alasan dari pihak birokrat sendiri sudah merupakan bentuk teguran terberat dalam pelanggaran yang mereka lakukan. Namun, yang perlu diketahui juga sebenarnya kenapa mereka melakukan pelanggaran. Karena izin trayek ini ibarat kesempatan bagi pemilik pete-pete untuk medapatkan penghidupan melalui kampus. Pasal-pasal tersebut adalah pasal-pasal yang masih mengundang tanya mengenai pengaplikasiannya di lapangan nantinya. Namun, terlepas dari itu, keinginan UH untuk menciptakan keamanan dan ketertiban kampus juga perlu mendapat dukungan dari segenap sivitas akademika UH.n Tim lipsus

Kakmu Kekurangan, Satpam Menambal

Kakmu menjadi bagian dari Unhas yang sebelumnya diberikan wewenang untuk mengatur angkutan umum kampus. Tata tertib lalu lintas kampus tahun ini juga turut melibatkan Satpam UH.

P

identitaS/eSa raMadana

eredaraan pete-pete di kampus merah selama ini dikelola oleh Koperasi Angkutan Mahasiswa dan Umum (Kakmu). Bentuk koperasi dengan anggota yang sudah jelas. Kakmu mempunyai dua fungsi, yakni fungsi unit transportasi dan unit simpan pinjam.

Dalam hal ini, Kakmu melayani anggota dalam pengurusan surat-suratnya bila sudah tidak berlaku lagi. Menurut Arifuddin, Ketua Kakmu periode 2013 bahwa dulu ada unit pertokoan dan ganti oli, tetapi ke kedepannya Kakmu mencari orang-orang yang bisa membantu karena tidak pernah mendapat bantuan dana. Dalam menjalankan fungsi unit tranportasinya, Kakmu juga sudah berusaha memberikan beberapa ketentuan. Ketentuan-ketentuan yang diberikan pada Kakmu sendiri terlihat hanya bersifat layaknya himbauan. Dengan sifat, dapat atau tidak dapat diikuti tergantung yang bersangkutan. Ini terlihat dari banyaknya kejadian yang berkaitan dengan pete-pete kampus. Ke-

celakaan bahkan pelecehan seksual yang terjadi. Akhirnya Universitas Hasanuddin pun harus turun tangan dengan ikut mengeluarkan peraturan tata tertib angkutan umum di lingkungan kampus UH. Kontribusi Unhas dalam aturan ini lagi-lagi terlihat dengan salah satu pasal yakni pelibatan satpam untuk melakukan pemeriksaan surat-surat dan kelengkapannya seperti yang dilakukan polisi sesekali yang dikenal dengan sweeping. Satpam berharap, “dengan adanya aturan ini supaya para sopir itu sadar betul dan mematuhi aturan yang kita buat, supaya tercipta keamanan dan ketertiban di dalam kampus,” Menanggapi keterlibatan UH dengan pengadaan aturan ini, Arifuddin menganggap bahwa rektor sudah betul-betul ingin menertibkan kampus dan menciptakan keamanan di kampus. “dalam rangka pemberlakuan aturan, yang pertama mau dibenahi adalah kelengkapannya, seperti nomor urut, pencabutan stiker yang tidak ada hubungannya dengan Unhas,” tambahnya. Arifuddin juga ikut memberikan gambaran mengenai karakteristik dari para supir pete-pete kampus. Menurutnya, sekarang supir itu mulai dari yang tidak ada

pensilnya (sekolahnya rendah, red) sampai yang bagus pensilnya (pendidikannya bagus). Penanaman nilai-nilai saling menghargai sesama dan cara berpakain yang baik dalam lingkungan kampus sudah juga dilakukan ketua Kakmu yang menjabat dua periode ini. Sejak peraturan tata tertib yang diterbitkan 26 Februari 2013 pihak Kakmu mengakui hingga saat ini belum ada koordinasi lebih lanjut tentang keamanan. Arifuddin menganggap lebih baik melakukan pembenahan dulu sendiri lalu bila sudah bagus baru turun. “Logikanya kan sekarang mau sweeping, tapi kelengkapannya belum ada jadi belum mungkin. Jadi sekarang sebenarnya belum ada koordinasi lebih lanjut”. Menurut Kabiro Umum, mengenai pelibatan Unhas dengan kerjasama Satpam dan Kakmu dalam pengaturan pete-pete ini merupakan sebuah fungsi yang sinergis dan saling mendukung. “Makanya kan kita bahasakan kemarin untuk urusan pete-pete mestinya kan Kakmu, tapi Kakmunya kan tidak berdaya juga dengan jumlah pete-pete yang begitu banyak,” tambah Halim.n Tim lipsus


identitas

potret

NO 791 | TAHUN XXXIX| EDISI AKHIR APRIL 2013

Wajah Pendidikan Makassar

Foto: Esa Ramadana Naskah: Esa Ramadana

S

etiap tahunnya kita memeringati hari pendidikan nasional. Hal yang menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidikan itu di Indonesia. Bahkan, untuk mendukung keberlangsungannya, Presiden Republik INdonesia Susilo Bambang Yudhoyono tahun ini merencanakan anggaran pendidikan di Indonesia sebesar Rp331,8 triliun. Nominal yang cukup besar.Untuk pencapaian peningkatan kualitas sumber daya manusia dan jangkauan pemerataan pendidikan di seluruh kawasan Indonesia.Selain itu,dalam runutan anggaran dinas pendidikan Kota Makassar 2013 yang dianalisa oleh Komite Pemantau Legislatif Indonesia dinyatakan bahwa dana yang dialokasikan untuk pendidikan gratis sebesar Rp 92,8 miliar. Tak hanya itu, bahkan pemerintah kota Makassar di tahun 2012 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengalokasikan anggaran pendidikan bersubsidi sebesar 52,7 miliar. Jumlah yang fantastis untuk alokasi anggaran pendidikan. Ironisnya, dana yang sedianya sebagian besar dipakai untuk merehabilitasi ruang-ruang kelas. Tampaknya, belum mampu mengatasi permasalahan pendidikan. Khususnya, di kota Makassar. Masih ada saja beberapa gedung sekolah yang luput dari pengalokasi dana ini. Dengan fasilitas seadanya, mereka yang tergolong rakyat menengah ke bawah atau miskin tetap terus bersemangat dan berjuangan melawan keterbatasan tanpa perlu menunggu bantuan pendidikan itu untuk akhirnya ada di sekolah mereka.Sebab, pendidikan mereka bisa dilakukan dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun. Kelak, mereka tetap berharap akan ada uluran bantuan dari siapapun.Demi terwujudnya pemerataan pendidikan di kota Makassar.n

Menulis Impian

Saling Berbagi di Bawah Tol

Tanpa Atap Perman

en

9


10

civitas

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Pahlawan Kebersihan

kolom

Negeri yang Selalu Ribut Oleh: Kaila ilona Meira

identitas/Siti Atirah

Perjuangan Cleaning Servis: salah satu cleaning servis sedang menyapu dan mengumpulkan sampah di depan halte Fakultas Ekonomi Unhas (22/4).Beberapa cleaning servis dengan umur yang begitu tua terpaksa bekerja untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

Walau mendapat upah tak seberapa, cleaning cervice tetap bekerja demi kebersihan bersama.

S

aat itu menjelang senja. Lantai I gedung perpustakaan pusat Unhas tampak puluhan cleaning service sedang mengantre untuk absen. Tepat di bawah tangga, terlihat sesosok paruh baya yang sedang bersandar. Sembari menunggu namanya disebut ia berbincang bersama rekannya. Sosoknya terlihat sangat tua. Kulitnya keriput, dipenuhi bintik-bintik merah, beberapa giginya telah tanggal. Ia memakai baju batik dan celana panjang, lengkap dengan kopiah di kepalanya. Kegigihan­ nya untuk menjadi cleaning service de­ngan usia setua itu membuat orang yang melihat merinding. Ia berumur 61 tahun, biasa dipanggil Daeng Sangkala. Menurut beberapa rekannya, Daeng Sangkala tidak pernah terlambat masuk kerja. Sosoknya yang ramah dan sangat giat bekerja membuatnya disenangi. Begitu pula dengan mahasiswa yang tinggal di ramsis, tempatnya bekerja. Pria asli Makassar ini sebenarnya telah dipensiunkan. Namun, karena kerja keras dan ke­ gigihannya ia tetap dipertahankan untuk dipekerjakan. Pria yang tinggal di Pampang ini harus membiayai kebutuhan hidup lima orang anak dan seorang istri. Setiap hari ia selalu terbangun pukul 04.00 dini hari, kemudian bergegas kemesjid yang tak jauh dari rumahnya, untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah salat subuh biasanya ia langsung bersiap untuk bekerja. Rutinitas inilah yang ia lakukan tiap harinya. Ketika hendak berangkat ketempat kerjanya, Daeng Sangkala harus berjalanan kaki dari lorong rumah sekira setengah kilometer menuju jalan poros jalur angkutan umum. Agar ia mendapatkan kendaraan yang mengantarkannya ke tempat kerja, pete-pete 05. Baginya, jalan kaki dipagi hari tersebut merupakan olahra­ ganya. Menurut pria yang bertubuh tinggi ini hal itulah yang membuatnya tetap kuat bekerja hingga diusia saat ini.

Setelah melakukan perjalanan sekira satu jam, pria berkulit sawo matang ini tiba di kampus, pukul 06.30. Segera ia menyetor absen di lantai I perpustakaan pusat. Absen yang dimiliki dimasukkan ke dalam mesin yang bernama mesin absen ceklok. Saat itu, ditandai pula jam kedatangan oleh koordinator cleaning service, Hamzah. Setiap kali berangkat kerja, sang istri pun tak lupa membuat bekal untuknya. Bekal tersebut untuk makan siangnya. Agar pada siang hari suaminya tidak lagi mengeluarkan biaya untuk membeli makan. Kebutuhan hidup yang banyak membuatnya tidak ingin mengurangi penghasilannya sedikit pun meski untuk makan siang. “Biaya makan di Unhas sa­ ngat mahal, uangnya sayang, masih ba­ nyak keperluan lain yang lebih penting,” ungkapnya. Ketakutannya akan terlambat, membuat ia harus berangkat bekerja pukul 05.30. Pria berwajah tirus ini mulai bekerja pukul 07.00 tepat. Namun, sebelum pukul 07.00 ia sudah harus mengisi absen. Jika tidak, maka ia akan dikenakan denda sebesar 15 ribu tiap kali terlambat. Setelah itu, segera ia malakukan tugas­ nya hingga pukul 11.30. kemudian beristirahat hingga pukul 13.00 lalu me­ lanjutkan kembali pekerjaannya. Pekerjaan yang tadinya telah diselesaikan, terkadang harus dikerjakan kembali karena beberapa mahasiswa tidak menjaga kebersihan. Setiap kali telah dibersihkan, selalu saja ada mahasiswa yang kembali mengotori. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Daeng Sangkala. Karena membersihkan telah menjadi tugasnya. Lagi pula jam kerjanya baru akan berakhir pukul 16.00. Setelah pekerjaannya berakhir, pria yang gemar merokok ini bergegas ke lantai I perpustakaan untuk mengabsen. Sebelum pulang, absen merupakan rutinitas yang harus dilakukan para cleaning service. Setelah mengabsen, suami dari Hasnah ini biasanya bergegas pulang. Namun, disore

hari ketika ia pulang, biasanya ia tak sanggup lagi berjalan kaki seperti dipagi hari akibat kelelahan bekerja. Oleh karena itu, pria berhidung mancung ini harus membayar becak untuk mengantar menyusuri lorong hingga sampai di rumahnya. “Kalau sudah sore saya kecapean, tidak kuat jalan lagi, jadi naik becak,” tukasnya. Sebelum menjadi cleaning cervice, pria yang sering menderita sakit perut ini be­ kerja sebagai kuli bangunan. Sejak lima tahun terakhir, pria tamatan SD ini beralih pekerjaan. Kondisinya semakin tua dan renta. Hal itu menuntutnya untuk berhenti dari pekerjaan yang telah digeluti­ nya puluhan tahun itu. “Saya sudah tidak kuat lagi menjadi buruh karena sudah tua, saya lebih nyaman jadi cleaning service,” tuturnya. Tuntutan sebagai satu-satunya tulang punggung dalam keluarga membuatnya kekeh mempertahankan pekerjaan sebagai cleaning service. Meskipun semua orang pesimis akan dirinya yang semakin tua dan renta. Gaji yang diterimanya sebagai cleaning service sebanyak 655 ribu per bulan. Itu lebih baik daripada menjadi kuli. Namun, tak jarang gaji tersebut tidak dapat memenuhi segala kebutuhannya. Bukan hanya sosok Daeng Sangkala yang membanting tulang untuk mencari sesuap nasi sebagai cleaning cervice. HS dan AR (inisial) pun menjadikan pekerjaan cleaning service sebagai pengharapannya. Namun, gaji yang ia terima belum cukup memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Belum lagi terkadang mereka harus menerima potongan gaji sebesar 15 ribu, karena menghadiri acara keluarga. “Mudah-mudahan gaji dapat naik,” harap AR. Hamzah, selaku koordinator mengaku gaji yang diterima oleh cleaning service bearasal dari tender PT Lindar Mutiara. Gaji mereka bervariasi. Mulai dari 600 ribu hingga 800 ribu. Penentuan gaji bergantung dari masa kerja mereka. Clea­ning service tidak diberikan asuransi. Hal ini karena penawaran tendernya sangat rendah. “Sejak awal tidak ada asuransi yang diberikan oleh cleaning service,” tuturnya.n (Hya/Ian)

Negeri ini, yang milik diri sendiri , selalu saja ribut. Ribut dalam banyak perkara. Mulai dari perkara korupsi, penyelewengan, politik, kekerasan bersenjata hingga pendidikan. Ribut-ribut seperti ini berlangsung secara musiman, dari awal tahun hingga ujung tahun. Saking ributnya, bangsa yang besar ini, dalam hal jumlah penduduk dan keanekaragaman, mirip bangsa yang mengalami krisis utopia. Atau, kalau mau pakai bahasa Orwell, penulis novel Animal Farm, masyarakat seperti ini dibilangkan sebagai masyarakat distopia. Utopia serupa tapi tak sama dengan ideologi. Utopia dibilangkan sebagai cita-cita tentang masa depan tapi tidak didasarkan pada pengalaman. Sementara ideologi disebutkan sebagai cita-cita tentang masa depan berdasarkan pada pengalaman. Masyarakat tanpa utopia atau tanpa ideologi adalah masyarakat yang terhambur, tak terikat oleh cita-cita kolektif sebagai bangsa, dan berkecenderungan kuat saling memangsa. Kisah Bugis masa lalu membilangkannya sebagai sianrebalé. Siapakah sekarang memangsa siapa? Tak usah mencari jawabannya secara spesifik. Gejalanya dapat terlihat dengan benderang. Ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik-praktik penyelenggaraan kepentingan publik oleh negara semakin meluas. Masyarakat tampak geram dan tersengat, meminjam istilah Anthony Giddens, menyaksikan terjadinya moral hazard di hampir semua lingkaran kekuasaan. Tapi perkaranya tidak sampai di situ. Moral hazard menimbulkan efek berantai terhadap bangunan moral sosial. Masyarakat tak lagi paham mana yang utopis dan mana yang ideologis. Hampir semua aspek kehidupan, proses transaksi yang begitu keras semakin menjadi-jadi. Tak bisa selalu disalahkan, jika masyarakat mulai terjerumus pada cara menggunakan kekerasan di dalam menyelesaikan masalah. Dalam perkara pendidikan, bangsa ini memang belum berpengalaman mengelola utopia. Tapi jangan tanya soal ideologi pendidikan. Sejak awal, para pemula dan perintis pendidikan dalam bangsa ini telah meletakkan ideologi yang jelas. Praktik pendidikan pun, pada mulanya, dijalankan dengan mengutamakan kebajikan sosial. Ideologi ini telah dicantumkan dalam konstitusi. Pesan ideologinya gampang dihafal, salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Membaca laporan media, dua minggu terakhir, sungguh mencemaskan. Modus ujian nasional, mi­ salnya, menjadi muara dari segenap terjadinya suasana kegelapan. Manajemen penyelenggaraan yang berantakan, kebocoran soal, bisnis kunci jawaban, adalah sedikit contoh betapa pendidikan memang semestinya dipersoalkan dengan seksama. Perkara pendidikan memang perkara mematikan. Pasalnya, pendidikan menyangkut generasi muda yang di manapun diyakini sebagai bagian dari masa depan bangsa. Menyimpan dan mengukur manusia di depan alat-alat ukur yang seragam, rasanya tak bijak. Manusia, dalam takdirnya, dilengkapi talenta yang berbeda. Pun, manusia adalah makhluk yang rajin berimajinasi melalui batin yang telah terbawa secara imanen. Semestinya, pendidikan mengajarkan “dunia yang senyap” dan “dunia yang reflektif”. Dunia yang senyap dan reflektif akan menuntun manusia untuk paham bahwa ia hadir untuk menjalankan sebuah risalah peradaban yang di dalamnya sarat moral dan kaya etika. Agak muskil rasanya mengharapkan datangnya generasi baru yang senyap dan reflektif, jika cara-cara mempersiapkannya penuh dengan keributan serta kekacauan dalam hal pengaturan. Manusia memang makhluk ideologis dan utopis. Ideologis dalam pengertian kemampuan mengelola masa lalu yang direfleksikan ke masa depan. Sementara, utopis adalah kemampuan mengelola masa depan yang bukan bagian dari pengalaman. Dunia pendidikan hampir tak bisa mengelak dari dua citacita ini. Jika ingin mengelak, dunia pendidikan tidak lebih dari berhala.n


civitas

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

11

koridor

­

Catatan Seminar Nasional Geothermal Mechanical Expo 2013, “Potensi Energi Panas Bumi Sebagai Energi Alternatif di Indonesia”. Yang digelar Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Unhas. Hadir sebagai pemateri, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM RI Trisnaldi, Manajer Geofisika PT. Pertamina Geothermal Energy Imam B. Raharjo PhD, Kepala BPPT Dr Ir Marzan A Iskandar, dan Manager Senior Energi Panas Bumi PT. PLN Ir Anang Yahmadi MENG Sc. Di Gedung Ipteks Unhas, (17/4).

Atasi Ketenagalistrikan dengan Geothermal

IDENTITAS/Esa ramadana

SMS penipuan: Seorang mahasiswa menerima sms penipuan untuk menghadiri seminar nasional yang mengatas namakan Dekan Fakultas kehutanan dan rektor. Saat ini marak terjadi modus penipuan lewat sms yang mengatas namakan pejabat birokrasi tapi yang menjadi korban adalah mahasiswa yang berprestasi yang kurang berhati-hati.

Yang Berprestasi yang Ditipu

Nama Dekan dan Rektor menjadi modus penipuan via SMS dengan motif mengikuti seminar bagi yang berprestasi.

S

ore itu, Jumat,(5/4), Fadilah Ayu Hapsari, mahasiswi Fakultas Kehutanan (FHut) tengah sibuk mengikuti rapat organisasinya di Mall Ratu Indah. Tiba-tiba sebuah SMS mencengangkan masuk ke dalam ponselnya. “Saya Prof Moh Restu (Dekan FHut). Yang terhormat Fadila Ayu Hapsari, diminta segera menghubungi sekarang Bapak Prof Dr Idrus A Paturusi dengan nomor 08161492274. Anda ditunjuk hadir dalam seminar nasional pengembangan karakter dan kewirausahaan dari pendidikan tinggi tanggal 13April di Hotel Nusa Dua Bali.Terimakasih”. Inilah isi SMS membanggakan hati itu. Mahasiswi yang pernah menjadi “Indonesian Delegates of Short Film” di Jerman ini pun mengecek kebenarannya.Ia menghubungi nomor ponsel dekan yang tertera pada SMS. Dengan lihai, penipu meyakinkan. “Ia, tadi ada undanganmu masuk ke fakultas, cuma kamu tidak ke kampus jadi kami tidak berikan.Besok pagi bisa kamu ambil di fakultas,” tutur Dila saat mempraktekkan perkataan pe­ nipu itu. Dila pun percaya karena seharian itu ia memang tak ke kampus. Ponselnya pun tidak aktif. Tak puas, finalis Bayer Young Environmental Envoy 2012 ini menghubungi nomor rektor yang juga tertera pada SMS. Setelah memberitahu dan memastikan kelulusan Dila, penipu itu pun me­ mintanya mengirimkan nomor rekening milik Dila yang diturutinya. Selanjutnya ia disuruh pergi ke ATM. Tanpa memberitahukan temannya yang ada saat itu, ia pun menuju ATM. Sesampainya, rektor gadungan memastikan berapa uang yang ada di reke­ ning Dila. Pasca mendapatkan jawaban, penipu itu pun menyuruh Dila menekan nomor rekening yang disebutkan. Tahu uang akan ditransfer, Dila pun mempertanyakan. Namun penipu tetap meyakinkannya dengan alasan meka­nisme. Dana kemahasiswaan belum turun menjadi

alasan. Katanya nanti juga akan dikembalikan setelah ikuti seminar. “Entah kenapa tangan saya memencet transfer dan saya mentrasfer 4,05 juta rupiah. Padahal uang itu adalah milik organisasi,” akunya. Setelah itu keluarlah bukti transfer, penipu menyuruhnya untuk merobeknya. Kecurigaannya pun membesar sehingga ia tidak menyobek­ nya namun mengatakan telah melakukannya. Terakhir penipu pun menutup perbincangan dengan mengatakan, “Belajar yang lebih baik lagi”. “Saya harap data pribadi kita itu dapat lebih disembunyikan lagi dan tidak mudah diakses oleh orang lain,” harap Dila, Sabtu (13/4). Kejadian serupa dialami mahasiswi Fakultas Pertanian, sebut saja Rita (samaran). Saat itu, Kamis (4/4). Ia tengah asyik bersantai di rumahnya ketika mendapatkan SMS yang serupa yang diterima Dila. Tanpa berfikir panjang ia segera menuju ATM mengikuti kemauan penipu. Namun karena dalam rekeningnya hanya terdapat 28 ribu rupiah, ia pun menabung dahulu sebesar 200 ribu. Setelahnya ia pun mentransfernya ke rekening sesuai dengan perintah penipu. “Setelah uang saya tertransfer, saya baru sadar bahwa saya ketipu,” tuturnya, Selasa (16/4). Keesokannya di kampus ia melapor ke bagian tata usaha karena dekan sedang keluar. Ternyata ini sudah diketahui pihak birokrat sebelumnya. Pencegahan pun dilakukan dengan penempelan pamflet di fakultas. Juga surat pemberitahuan ke himpunan-himpunan. “Bagaimana tidak percaya kalau ia (pe­ nipu, red) tahu identitas kita secara detail dan tahu nama rektor dan dekan secara lengkap,” keluhnya. SMS penipuan yang sama diterima pula oleh Musawwir, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2010. Untungnya mahasiswa yang memiliki banyak prestasi ini seperti menjadi Indonesian Delegate of Make a Difference, tidak mempercayainya. Ia telah mengetahui cara pe­nyam­­paian seharusnya dan juga ia

Dihimbau agar yang menerima SMS seperti ini jangan cepat percaya. Sebelum mengirim, cek dulu ke pihak yang disebutkan dalam SMS tersebut.

Ir Nasaruddin Salam MT (Wakil Rektor III)

mengetahui nomor rektor dan dekannya. Tajrim, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mendapatkan SMS yang sama. Awalnya ia percaya karena merasa baru-baru mendaftar sebagai mahasiswa berprestasi. Tapi setelah menelfon temannya, ia pun dapat mengetahui ternyata ini adalah penipuan. Dekan FEB, Prof Dr Muhammad Ali SE MS pun telah mengetahui kejadian ini. “Saya harap mahasiswa lebih berhatihati dan peka dalam melihat sesuatu,” tutur­ nya, Kamis (18/4). Ia mempertegas bahwa pihak birokratnya tak pernah menyampaikan sesuatu melalui SMS maupun telpon. “Saat mengajar pun kami menyampaikan pada mahasiswa agar berhati-hati menegenai hal tersebut,” lanjutnya. Ia juga menuturkan, tidak hanya mahasiswa, penipuam modus lama ini juga dialami pula para dosen. Senada, dekan FHut juga berusaha melakukan pencegahan kasus penipuan yang kerap terjadi ini. Ia akan memasukkan pemberitahuan ini ke website FHuta dan menekankan bahwa pemberitahuan seputar lomba, kita itu umumkan di website atau di papan pengumuman. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (WR III), Ir Nasaruddin Salam MT angkat bicara mengenai permasalahan ini. Prosedur dari rektorat untuk meminta mahasiswa mengikuti kegiatan atau lomba dari Dikti itu yaitu WR III mendesposisi terlebih dahulu ke Kepala Biro Kemahasiswaan Unhas. Lalu disampaikan ke pihak yang bersangkutan atau melalui surat formal. Tidak melalui SMS atau telpon. “Dihimbau agar yang menerima SMS seperti ini jangan cepat percaya. Sebelum mengirim, cek dulu ke pihak yang disebutkan dalam SMS tersebut,” harap Nas, Kamis (18/4).n Eta/ Amm

Geothermal merupakan salah satu energi alami di dalam bumi, hasil interaksi antara panas batuan dan air yang mengalir di sekitarnya. Energi yang diekstrak dari panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi. Energi dari fluida yang terkandung di dalamnya ini sangat berpotensi me­ nunjang sumber energi listrik dunia. Dalam sejarah, geothermal telah di manfaatkan sejak dulu oleh bangsa Romawi untuk pemanas ruangan dan keperluan mandi. Di Italia tahun 1904, terkenal salah satu kawasan yang memproduksi panas bumi. Sebut saja kawanan itu bernama Landerello. Dusun kota Pomarance di Italia tengah ini, untuk pertama kalinya menghasilkan listrik melalui sumur uap. Selang sembilan tahun, listrik dari geothermal pun mulai di pasarkan di dunia. Energi yang telah diproduksi dan dimanfaatkan secara langsung oleh sekitar 72 Negara dan secara tidak langsung oleh 27 Negara. Indonesia penting untuk mengembangkan energi panas bumi ini, seperti di beberapa negara tersebut khususnya dalam ketenagalistrikan di Indonesia. Ene­rgi ini termasuk salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan. Sebab, memiliki emisi kabon dioksida yang paling rendah dibanding dengan energi pembangkit listrik yang memerlukan gas, minyak dan batu bara. Selain itu, panas bumi juga lebih unggul karena termasuk energi lokal yang potensial untuk pemenuhan tambahan energi di Indonesia. Tingkat Energi Panas Bumi Indonesia sekitar 29.000 Mega Watt (MW) atau 40 persen dari cada­ ngan pasokan di dunia. Namun, yang dimanfaatkan Indonesia baru sekitar 1.281 MW untuk membangkitkan listrik. Tak sebanding dengan Amerika Serikat yang memiliki tingkat energi panas bumi yang lebih rendah dari Indonesia yaitu pemakaiannya sekitar 3093 MW. Begitupun Filipina sekitar 1094 MW Di lain sisi, hasil studi analisa substitusip Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) oleh Badan Penerapan dan Pengkajian dan Teknologi (BPPT) dan Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) tahun 2009 menyatakan potensi sumber energi panas bumi banyak tersebar di Indonesia bagian Timur seperti Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi. Namun, di daerah tersebut jenis pembangkit listriknya masih didominasi dan masih sangat bergantung dengan PLTD seperti turbin, generator, condenser, cooling tower, gas ekstractor, transformer dan electrical, ins­ trumentation dan control system, dan civil dan structure yang semuanya berasal dari teknologi asing. Alat yang mengkomsumsi bahan bakar minyak yang boros dan tidak ramah lingkungan. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014, BPPT mendapat tugas dari pemerintah untuk mengembangkan teknologi Pembangkit Listrik Teknologi Panas Bumi (PLTP) skala kecil dengan bantuan engineering design. Darinya, nantinya akan memberikan pembinaan. Selain itu, tentunya perlu ada kerjasama dengan industri dalam negeri untuk memanufaktur peralatan- peralatan dalam memuluskan rencana-rencana strategi kemandirian nasional di bidang industri ketenagalistrikan dengan energi panas bumi. Pengembangan PLTP yang dikuasai oleh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam negeri saat ini telah dibuktikan. Sebab, akan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) PLTD dari 40,5 persen menjadi 63,8 persen. Selain itu, mensubstitusi PLTD menjadi PLTP yang akan berkontribusi dalam penghematan BBM.n Sitti Atirah


12

civitas

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Terima Ganda Namun Tak Mujur A

Sejumlah mahasiswa penerima beasiswa PPA dan B3M terima uang dua kali lipat. Bukti carut marut masalah administrasikah?

langkah terkejutnya Nurzidah Natsir, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) tatkala mendapat pesan singkat berupa sms-banking di ponselnya. Pesan dari Bank BNI itu memberitahukan bahwa uang beasiswa yang masuk ke rekeningnya lebih dari seharusnya. Sebelumnya ia telah mengetahui bahwa Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBBM) yang sebelumnya sangat ia harapkan telah terkabul. Tak ketinggalan, ia pun telah mendapat informasi akan menerima uang beasiswa sebesar 1,05 juta rupiah setiap tiga bulannya. Namun saat mengecek rekeningnya pada Maret 2012 ternyata ia menerima dua kali lipat dari informasi yang ia ketahui. Uang sebesar 2,1 juta rupiah yang tak jelas sumbernya itupun tak berani ia gunakan. Sayangnya antisipasi ini tak mengurangi keterkejutannya mendapatkan pesan singkat yang baru diterimanya. Mahasiswa yang akrab disapa Cida tersebut pun mendapatkan info dari Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa, Dra Nur Azzah bahwa telah terjadi kesalahan. Uang sebesar 1,05 juta yang diterima harus segera dikembalikan. “Setelah itu saya bertemu langsung dengan Azzah dan mengembalikan uang tersebut secara tunai,” Ungkapnya, Rabu (3/4).

iLuStraSi/nOViantO dP addi

Berbagai perbincangan sebab terjadinya kesalahan ini membuat Cida juga mengingat awal ia mengurus beasiswa B3M tersebut. Setahun yang lalu, ia mengurus berkas untuk keperluan agar memperoleh beasiswa. Setelah rampung memasukkan seluruh berkas ke bagian kemahasiswaan FKM, salah seorang seniornya memberinya saran lebih. Ia disarankan dan dibantu memasukkan lagi berkasnya ke bagian kemahasiswaan universitas. Alasan sebagai antisipasi jika berkas di fakultas tidak diterima membuat Cida mengikutinya. Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan ini tak tahu menahu kalau jadinya akan masuk uang dua kali lipat. Kekeliruan penerimaan dana beasiswa yang masuk di rekening mahasiswa dibenarkan Bagian Kemahasiswaan Unhas. Dua kali memasukkan berkas ditengarai menjadi salah satu penyebab penerimaan beasiswa dobel tersebut. Perihal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Biro Kemahasiswaan Unhas, Ali Mantung. Mahasiswa yang khawatir berkasnya tidak diterima di fakultas, acap kali mengirim berkas beasiswa di fakultas. Sehingga pemasukan uang beasiswa pun jadi dua kali lipat. Tak sepaham, Hasan Bakaring, Staf Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa menampik alasan tersebut. Menurutnya jika ada mahasiswa yang mengirim berkas di kemahasiswaan universitas, maka berkasnya akan dikirim ke fakultas yang bersangkutan. Sesuai dengan alur kepengurusan beasiswa untuk menghindari berkas dobel. Namun ada pula jenis beasiswa yang berkasnya bisa dibawa lansung ke kemahasiswaan universitas. Pernyataan Hasan pun didukung dengan kejadian yang dialami Ayu Musfirah, mahasiswa Jurusan Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi (FE). Awalnya, setelah beasiswa dari Diknas yang sebelumnya ia terima telah jatuh tempo, segera ia mendaftar untuk menerima beasiswa lainnya. Dengan menyerahkan berkas di bagian kemahasiswaan fakultas, ia pun berharap dapat memeroleh salah satu jenis beasiswa. Harapannya pun disambut, ia dinyatakan sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik

(PPA). “Saya hanya mengajukan berkas beasiswa di fakultas, tidak pernah sekalipun saya mendaftar di bagian kemahasiswaan universitas,” tegasnya. Namun kebahagiannya harus dicoreng, namanya tercantum sebagai penerima beasiswa PPA yang double pada sesuai yang tercantum pada informasi yang tersebar di Facebook.Mahasiswa angkatan 2009 ini mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengetahui di rekeningnya masuk beasiswa dobel. Pasalnya jumlah dana yang masuk di rekeningnya tergabung dengan dana yang ditransfer dari orang tuanya. “Saya tidak pernah mengecek jumlah dana yang masuk di rekening,” tuturnya saat ditemui didepan halte FE, Rabu (3/4). Mahasiswa yang tengah menyusun skripsi ini pun mengaku tak pernah mengetahui namanya terdaftar pada penerima beasiswa dobel. Menurutnya ini menjadi salah satu hal yang keliru. Baginya tidak adil bila mahasiswa dituntut untuk mengembalikan dana tersebut. “Biasanya kan orang tidak mengecek jumlah uang yang masuk di rekening, ini bukan kesalahan kita,” anggapnya. Bagian Kemahasiswaan Unhas pun telah berusaha memberitahukan kepada mahasiswa penerima beasiswa dobel untuk menghadap. Seperti dengan cara penyebaran informasi melalui media social dan menghubungi mahasiswa bersangkutan via telvon. Namun usaha ini tak menyentuh seluruh mahasiswa yang bersangkutan. Tak heran bila hingga saat ini masih ada saja mahasiswa belum menyetorkan dana beasiswa dobel tersebut. Mahasiswa yang mengetahuinya pun masih saja ada yang menunda untuk menyetorkannya kembali. Kesalahan dana yang masuk di rekening penerima beasiswa itu menjadi salah satu pembahasan Badan Pemeriksa Keuangan saat mendatangi Unhas. Olehnya, untuk mengatasi segala kekeliruan tersebut tidak terulang kembali, saat ini ditetapkan sistem pendaftaran beasiswa secara online. Hal ini sebagai jalan untuk memperbaiki sistem manejemen beasiswa di Unhas.n

terima kasih sebelumnya. Selamat berjuang.” Segera Sari menyelinap masuk ke rumah sakit yang masih tampak ramai pada awal malam-malam begini. Dia menuju lantai operasi bedah yang terletak di lantai delapan rumah sakit besar ini. Rumah sakit universitas ini sesungguhnya bukan saja merupakan rumah sakit klinik, tetapi juga merupakan rumah sakit riset, dan satu-satunya pusat riset yang ada di Indonesia Timur. Berbagai macam riset dikembangkan di sini, mulai dari seluruh jenis penyakit, eksperimen laboratorium tentang pentelian dan pendidikan patologis sampai pada percobaan bayi tabung. Dengan cepatnya Sari sudah berada di lantai delapan. Segera dia menuju ke kantin rumah sakit yang tidak sulit mencarinya. Kantin di lantai delapan ini cukup romantis karena berada di dekat taman yang dapat jadi tempat melempar pandangan ke seputar kota. Kebanyakan yang berada di kantin ini adalah petugas-petugas rumah sakit. Para dokter dan para medis lainnya berbaur di dalam kantin rumah sakit ini. Serta merta Sari menemukan Rian sedang duduk di bawah gasebo taman sendirian. Sari menuju ke dekatnya dan duduk. Tampaknya Rian sudah memesan berbagai macam menu kesukaan Sari. “Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam.” Rian menyambut Sari dengan berjabat tangan sambil senyum. “Tumben Sari ingin menemui saya. Biasanya saya yang memelas-melas meminta ketemu tetapi ditolak. Termasuk cinta saya diputus tengah jalan. Mau rujuk kembali?” canda Rian dengan senyumnya yang

masih mengambang. “Bukan soal cinta picisan kita berdua. Yang ingin aku bicarakan dengan kamu sekarang ini adalah soal akademik!” kata Sari bernada tegas dan serius. “Akademik? Serius amat Sari. Kok, soal akademik dibawa-bawa dalam pembicaraan kita berdua yang kiranya cukup romantik malam ini?” “Rian, saya serius!” “Maaf. Kamu mematikan nilai-nilai teman seperjuangan akademik saya. Kamu menahan mereka sehingga mereka tidak memenuhi segala persyaratan untuk ikut sebagai peserta koas bedah.” “Maksudmu, saya ini killer buat mereka?” “Iya, kamu pembunuh!” tegas kata-kata Sari sambil memandang tajam Rian. “Sari. Jangan memandangku dengan melotot seperti itu. Saya tidak sanggup!” “Aku akan melototimu sampai kamu berubah. Kenapa sih kewibawaanmu kamu tegakkan dengan cara-cara menjadi pembunuh seperti itu? Kamu kira kamu akan mendapatkan kehormatan dengan cara itu dikalangan mahasiswa? Ingat kalau kamu menonjolkan kehormatan seperti cara-cara fasis seperti ini sebentar lagi rumah sakit ini akan diserbu para demonstran mahasiswa.” Mata Rian tiba-tiba menyala. Dia menatap Sari dalam-dalam. Guyonannya menghilang seketika. “Sari. Kamu mengancam!?” “Ya. Atas nama mahasiswa kedokteran yang masih punya integritas sosial, saya mengancam!”n

(Sun,nan/amm)

cerbung

BarugaNo. 17 Oleh: SM NOOR

SeteLAH selesai salat magrib di sudut Baruga, Sari serta merta menelepon Rian. Agaknya dia galau dengan semua yang dikatakan Arman padanya. Dia terdorong untuk menyelesaikannya segera. Rian menyambut suara di telepon tersebut dengan suara selembut sutera. “Rian, ada yang penting untuk kita bicarakan!” “Apa lagi Sari. Bukankah semua persoalan kita sudah selesai? Maaf Sari, saya masih dalam tekanan berat setelah kamu memutuskan cinta kita. Baik, kita bicarakan besok, saya ada operasi mendadak malam ini.” “Tidak Rian, malam ini juga masalah ini harus diselesaikan. Besok aku tidak punya waktu lagi. Saya harus menyelesaikan laporan penelitian saya, apalagi sudah tertunda selama satu semester akibat aksi.” “Baik, saya ada waktu satu jam dari sekarang. Saya tunggu kamu di kantin rumah sakit lantai delapan, sekalian kita makan malam. Kalau boleh aku pilihkan menu kesukaanmu.” “Terserah kamu sajalah.” “Saya berangkat sekarang.” “Baik, saya tunggu.”

Sari segera mencari Arman untuk memintanya mengantar kerumah sakit. Arman meminjam motor salah seorang kawan yang parkirnya dekat Baruga. “Secepat ini Sari. Apa tidak bisa besok-besok saja? Tidak terlalu mendesak kok, apa lagi koas bedah baru mulai awal bulan depan dan tergantung hasil penilaian Rian.” “Lebih cepat lebih baik. Bukannya kamu yang mendesak saya.” Arman memacu motornya dengan cepat ke arah rumah sakit pendidikan universitas. “Saya tunggu Sari?” “Tidak usah. Kembalilah, kawan-kawan menunggumu. Saya bisa pulang sendiri nanti. Apalagi nanti diketahui Rian, bahwa kamu yang membuat laporan hitam ini atas dirinya.” “Baik Sari. Atas nama kawan-kawan saya ber-


cerpen

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Payung Merah Jambu Oleh : Nur Ainun Bahri

Lilin-lilin kecil itu diam dalam gelap di sebuah penginapan di kota Bunga, Malino. Apinya meliuk-meliuk mengikuti arah angin saat itu. Dingin, semua bisa merasakannya. Malam itu kami membentuk sebuah lingkaran. Memainkan permainan yang sering kami mainkan saat bisa berkumpul seperti ini. Jumlah kami tak begitu banyak, tapi cukup untuk memainkannya. Jujur berani, kami menamakannya. Tidak ada yang tahu bagaimana asal mula permainan ini. Sebuah botol diputarkan, dan ketika botol itu berhenti berputar, seseorang yang berada tepat di depan tutup botol harus rela menerima tantangan. Pertanyaan apapun itu. Pilihannya hanya dua, apakah dia ingin jujur, atau memilih untuk berani. Tidak banyak yang memilih untuk berani. Lagi pula, siapa yang berani menginap di luar penginapan saat tengah malam seperti ini? Semua memilih untuk jujur. Dan malam itu terjadi. Malam dimana aku pun berani mengungkapkan tentang sesuatu yang selama ini ku pilih untuk menyimpannya pada diri sendiri. “Putarkan botolnya,” kata Vivi sambil terus terse­ nyum. Penasaran, siapa kira-kira yang akan naik arisan. Istilah kami seperti itu. Dandy memutar botol itu. Kira-kira 20 detik saja botol itu terputar, kemudian terhenti dengan sendirinya. “Sarah…!” Dug, dadaku seketika terhenti beberapa saat. Kenapa harus aku? Apa yang akan ditanyakan jika aku memilih jujur saat itu? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus saja membuatku tak bisa berkata apaapa selain diam. “Jujur atau berani?” Fira tiba-tiba mengagetkanku. Sekarang apa? Kenapa aku takut? Bukankah hal ini biasa terjadi? Kualihkan pandangan ke luar jendela. Gelap. Aku tentu tidak memilih untuk berani. Mana berani aku? “Oke, aku jujur.” jawabku pasrah. Yah, apalagi yang mesti ku katakan. Hanya itu. Dan selebihnya ada yang harus ku pikirkan lagi setelah ini. “Aku yang bertanya!” Fahri menatapku. “Ya?” tambahnya lagi. Aku menatapnya sambil menganggukkan kepala, tampaknya orang ini akan menanyakan sesuatu hal yang akan memperburuk suasana saja. Ya, dia memang selalu penasaran dengan banyak hal. Dan tebakanku benar. Fahri tersenyum. “Begini, seperti yang kita ketahui bersama bahwa semenjak kamu masuk kuliah sampai sekarang, belum pernah aku ngeliat kamu pacaran atau dekat sama cowok manapun. Sebenarnya, kamu itu punya pacar apa ngga sih? Kamu tertutup banget sama kita-kita.” pertanyaan yang sangat panjang. Aku

bias ­

Seru menggema memecah langit. Suara lantang lagu kemerdekaan menggema seantero negeri, memberi Oleh: Surachman B kabar suka cita penuh gembira, bahwa hari lalu telah berlalu. Dialektika sejarah mengantar pada lembaran baru dengan lakon berbeda namun dengan jiwa dan watak sama. Lagu kemerdekaan tak lebih dari nyanyian kemenangan borjuasi dalam negeri yang merdeka. Menjilatkan diri kepada pantat-pantat setan sejarah yang hanya pergi karena yakin telah memiliki anak dalam negeri yang siap berkhianat, dari darah dan sejarah negerinya demi kemewahan dan perhiasan. Tak ubahnya kolonial yang tak jua henti menghisab setiap darah dan keringat rakyat. Sementara hasil keringat rakyat digunakan menginfus kemajuan bangsa penjajah, lalu membeli peluru untuk memberedel, menembaki dan membunuh insan maju yang meluncur ke medan laga karena isi perutnya terampas. Cerita tentang kemerdekaan tak ubahnya sebuah lelucon di panggung komedi. Sebab, kemerdekaan hanya untuk segelintir orang saja. Merdeka dengan melakukan segalanya, merampas tanah, memangkas upah, mengorup uang rakyat yang dititip padanya, memecat dan mem-PHK, menjual aset dan kekayaan negara. Bahkan merdeka untuk menghakimi, menembak, dan membunuh mereka yang melawan.

kembali berpikir. Aku membuka mulut, bermaksud mengatakan sesuatu. Namun, tak satu pun kata keluar dari mulutku. Aku menunduk. Apa ada yang salah dari diriku? Ya, aku memang tidak pernah dekat sama siapapun. Menutup hati? Mungkin itu. Akhirnya ingatanku kembali ke dua tahun yang lalu. Sore itu hujan mengguyur SMA Bakti pada jam pulang sekolah. Ketika semua orang memilih untuk berteduh di koridor kelas, aku memilih untuk pulang. Tidak, aku tidak mungkin berbasah-basahan. Aku membawa payung. Payung merah jambu yang ku bawa tiap hari. Aku ingin melangkah keluar ketika tiba-tiba. “Sarah !” suara itu, sepertinya aku mengenalnya. Aku menoleh dan mendapati kak Izul sudah berdiri tepat di sampingku. Aku sedikit terkejut. Detik berikutnya kami telah berjalan bersama-sama. Rumah kak Izul memang searah denganku. Saat itu di tengah hujan, di bawah payung merah jambu, aku merasa telah jatuh cinta. Kak Izul, dia seniorku. Aku mengenalnya setelah masuk Organisasi Paskibraka di sekolahku. Awalnya aku kagum, tapi ku pikir bukan itu. Ini bukan perasaan yang terbangun begitu saja, tapi sesuatu yang tumbuh sedikit demi sedikit dan ini yang disebut cinta. Kurasa aku telah jatuh cinta. Senyumnya, tawanya, semua hal tentang dirinya. Tidak ada alasan khusus. Haruskah punya alasan untuk menyukai seseorang? Ku pikir tidak. Aku suka ketika hari Senin saat melipat ben­ dera sehabis pengibaran, topiku jatuh. Saat hendak mengambil topi itu, sebuah tangan lembut menyentuh tanganku mengambil topi itu. “Kak Izul,” batinku. Dia bukan hanya mengambilkannya, dia juga memakaikan topi itu kembali ke kepalaku sambil tersenyum. Aku tersenyum malu. Aku ingat ketika acara pengukuhan pemuda Indonesia di Balai Kota. Saat itu sudah jam satu malam, aku menunggu jemputan. Tak tampak apa-apa. Aku mendengar langkah kaki ke arahku. “Sarah belum pulang? Penjemputmu mana? Lama amat.” Suara itu, berat tapi lembut. Kak Izul tiba-tiba muncul di belakangku dan langsung mengambil posisi duduk di sebelahku. “Belum datang Kak, ngga tau nih,” jawabku sedikit gugup. “Ya udah, aku anterin kamu pulang ya,” tambahnya lagi. Aku langsung saja mengiyakan ajakannya. Kapan lagi ku dapat kesempatan seperti ini. Aku senyum-senyum dalam hati. Perasaan ini. Aku seperti ingin memiliki laki-laki di ha-

dapanku ini. Satu yang aku tanamkan, aku tidak ingin kehilangan dia. Sepanjang perjalanan pulang kami hanya diam. Tapi aku suka saat seperti ini. Berbicara dalam diam. Sejak saat itu, aku sering membuntutinya. Aku mengikutinya ketika dia berjalan ke kantin, aku se­ring melihatnya saat dia melatih anggota paskibraka, aku menunggunya depan sekolah ketika hujan turun, agar setiap kali aku bisa pulang bareng dengannya. De­ ngan payung merah jambu, aku jadi sering membawa payung itu. Aku sering memikirkannya. Dengan memikirkannya saja aku merasa kuat. Hari-hariku lebih berwarna. Akhirnya tiba saat itu. Saat dimana dia harus berpisah denganku. Ya, mau tidak mau dia pasti tidak selamanya akan di sini. Dia punya masa depan. Mungkin kisahku sad ending. Semenjak dia lulus, tidak pernah lagi ku mendengar kabarnya. Malam itu, se­perti tamparan angin. Aku hilang kontak. Rasanya sakit jika harus mengingatnya lagi. Kenangan-kenangan itu, rasanya mataku mulai memanas. Tidak terasa, air mataku mulai menggenang di bawah pelupuk mata. Kemudian tertumpah. Tanpa sadar tanganku mulai menuliskan sesuatu. “apabila ada suatu hari dimana ku menangis, itu karena kau. Saat ini gerimis dan tubuhku kaku. Bagaikan hujan saat malam, hari ini tumpah bersama gelap. Malam yang tak sempurna. Mungkin hari itu tak bersahabat, seperti hati ini. Kau tahu apa yang ku inginkan? Dirimu. Haruskah aku menantimu?” Aku kehabisan kata-kata. Tiba-tiba tersungging senyuman dari wajahku. Ya, aku akan menantinya. Ini alasanku menutup hati sampai saat ini. Karena ada kamu, karena masih ada hari esok, karena payung merah jambuku masih ada. Hanya itu. *** “Sarah? Kamu kenapa?” suara itu menyadarkanku. Apa yang terjadi? Aku melihat lilin masih menyala dan teman-temanku masih membentuk lingkaran. Apa tadi aku masuk ke alam mimpiku? “Sarah, kenapa kamu menangis? Kamu belum sempat cerita apa-apa Sarah.” Fahri berkata dengan panik melihatku yang masih berlinang air mata. Aku diam, bibirku kaku. Aku merasa penglihatanku kabur, tiba-tiba suasana menjadi gelap.n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Angkatan 2011

13

puisi n

Kamaluddin Khaedar

Aku Nama Akulah sebuah nama yang mewakilimu dari sebuah tanda tanya dan aku berkutat pada ujung kepalamu meski kamu sebenarnya tak pernah paham seutuhnya tentang keberadaanku. Akulah sebuah nama yang dicipta untuk menciptakan dan aku membuatmu tercengang terkagum meski kamu sebenarnya tak paham mengapa keberadaanku adalah sebuah keutuhan. Akulah sebuah nama yang berhamburan dari sepasang bibir cerdas sesamamu dan aku menjadi dasar kesempurnaanmu meski kamu sebenarnya tak paham bahwasanya aku sebenarnya keutuhan dari sebuah keberadaan Akulah sebuah nama yang tertanda untuk menggerakkanmu dan aku berniat sebagai aktor hidupmu meski kamu sebenarnya tak paham bilamana keberadaanku ialah keutuhanmu Aku adalah nama dari sebuah awal untuk awal lainnya Ditempatmu membaca kini dipagi bertengger angka enambelas pisces tahun tigabelas millenium kedua masehi

Bagi Pembaca identitas yang ingin memasukkan cerpen dan puisi, tulisan anda bisa dikirim melalui e-mail resmi identitas, bukuidentitas@gmail.com atau di antar langsung ke Sekretariat PK identitas LT 1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

SiuLan Fajar Jingga Senandung lagu kemerdekaan pagi ini ibarat nada tak berjiwa, hanya baitan lagu yang membual pada lembaran sejarah. Sinaran mentari indah namun faktanya dunia tetap menulis sebuah cerita yang sama pada fajar jingga. Semua cerita tentang narasi kemerdekaan masih menjadi buritan mimpi di bawah sinaran mentari. Serupa terlihat dalam harian Universitas Ayam Jantan yang elegan dengan serangkai nama besar dan prestasinya. Membuat mereka menjadi angkuh ternyata bukan sebuah jaminan akan lahirnya perbedaan. Faktanya, kampus yang sedemikian megah ini tak ubahnya sebuah pabrik yang memerah sekian puluh ribu orang yang menjadi keluarga besarnya. Seru kebanggaan diri dengan slogan “kampus dunia” membuat mereka merasa agung dalam keberadaannya. Namun, lembaga ini tak lebih dari organisasi yang carut marut dengan administrasi yang bobrok. Walau hanya sekedar mengurus WC saja tak becus. Dharma perguruan tinggi hanya menjadi sebuah cerita kumal di lembaran narasi yang siap tampil di panggung komedi. Kampus sepatutnya menjadi ruang proses dialektika pengetahuan, malah menjadi sebuah penjara, pusat doktrinasi kolonialisme, harus patuh pada sabda pengajar. Tak ada kritik bagi “tuhan” kelas tersebut, sebab penanya mampu lebih tajam dari belati. Goresannya memang tidak mengalirkan darah, namun mampu memporandakan sejuta impian pemuda dan orang tuanya

(membanting tulang demi memanusiakan anaknya, bukan menjadikan budak) dengan nilai E dan intimidasi lainnya. Subjektifitas mereka mampu melebihi kuasa Sang Absolut. “Tuhan tak akan memberi cobaan yang melebihi kekampuan hamba-Nya”, petikan dari kitab suci peninggalan para Nabi, namun dosen mampu membuat kesusahan hingga mahasiswanya frustasi bahkan gila. Ringisan tangis para intelekual muda semakin menjadi di fajar jingga ini. Kemerdekaan organisasi mereka dipermak tak bersisa. Mereka diintimidasi, direpresif. Watak anti kritik kampus mereka merupakan ruang doktrinasi untuk menciptakan budak-budak baru bagi kepentingan kolonial. Organisasi harus mampu ditundukkan oleh birokrat kampus, yang tak henti berfikir untuk mencari cara menghancurkan penghambat. Ancaman skorsing, pemecatan, intimidasi di kelas, pencemaran nama baik organisasi, dan lainnya menjadi praktek penghancuran spirit berorganisasi. Menjadi sebuah fakta bahwa kampus dan negara ini tak membutuhkan orang cerdas, mereka hanya membutuhkan budak! Dunia bergejolak, siulan fajar jingga hanya bercerita kisah duka pilu sebab semua hanya balutan mimpi semalam. Ketika bangun kembali masuk ke dalam sebuah realitas dimana kemerdekaan adalah hukum haram bagi rakyat. Negara telah menjadi alat penguasa menghisab dan memenjarahkan. Merah putih berkibar megah di atas tanah yang

bau amis darah rakyatnya yang mati tertembak. Berjuang demi hidup layak di tanah sendiri. Mimpi hidup layak berbalas moncong senjata. Namun kata mereka, “lebih baik saya mati berjuang untuk mendapat hak saya, daripada mati kelaparan dan terhisab.” Akhirnya, bagi para intelektual, jika ketakutan masih menjadi raja bagimu, ketakutan terhadap skorsing, pemecatan, intimidasi, maka terbuktilah kalian tak layak mengaku agen perubahan. Itu bukan hak kalian, sebab kalian tak lebih dari manusia bimbang sok tahu, sok keren, sok berani, sementara menuntut isi perut kalian saja kalian takut! Bergurulah pada rakyat, pada kaum tani, klas buruh, miskin kota, si pemilik keteguhan sejati yang urung mundur walau senjata melolong di kening. Keluarlah dari rumah nyamanmu. Tak ada kemenangan bagi yang takut dan enggan berkorban. Tak kasihan kah kau pada dirimu yang kehilangan masa depan? Pada ayah bundamu yang memeras keringat untuk tak mejadikanmu manusia terjajah dengan mentalitas budak? Pada akhirnya fajar jingga akan memerah dan melahirkan dunia baru. Kemenangan bagi yang memiliki keteguhan hati. Kekalahan bagi yang serakah dan tak tahu diri. Kemaluan bagi yang bimbang dan tak percaya kekuatan rakyat. Hukum alam memutlakkan perubahan. Sekarang silahkan kalian pilih, hendak menjadi pelaku perubahan atau penonton perubahan?n


14

kampusiana

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

menjadi keluarga mahasiswa, (17/4). Acara yang berlangsung di Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas ini, dibuka secara resmi oleh Drs Muhammad Zakir Msi selaku Wakil Dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bertemakan “Eksistensi Berlembaga Menuju Mahasiswa Berkapasitas dalam Bingkai KeMIPAan”, Inagurasi ini mengukuhkan sebanyak 223 orang mahasiswa. Prosesi ini merupakan proses akhir setelah mengikuti prosesi pembinaan secara formal dari Lembaga Kemahasiswaan FMIPA UH dan bertujuan sebagai langkah awal bagi angkatan 2012 FMIPA untuk menjadi penerus lembaga. ’’Semoga ke depannya kegiatan ini tidak hanya sebagai euforia saja, namun bisa membangun komunikasi seluruh civitas akademika FMIPA,’’ harap Muhammad Maknum, Ketua BEM FMIPA.

Dialog Hukum Sprindik Anas Urbaningrum

identitaS/eSa raMadana

Diskusi UU PT: Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi memberi respon terhadap berbagai pertanyaan dari mahasiswanya terkait Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU-PT) di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian Unhas, Kamis (18/4). Hadir mendampangi sebagai pemateri dari Sekjen Dikti Kemendikbud Patdono Suwigmjo. Diskusi ini digelar oleh Kantor Berita Radio 68 H bekerjasama dengan lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas se-Unhas.

Ramah Tamah UKMPA Equilibrium

DenGan mengangkat tema “Berkarya, Berprestasi Untuk Sebuah Identitas”, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam Equilibrium Fakultas Ekonomi dan Bisnis UH menyelenggarakan ramah tamah perayaan Ulang Tahun Equilibrium yang ke-8, Selasa (16/4). Kegiatan ini dihadiri oleh UKM Pecinta Alam se-Unhas dan se-Sulsel, UKM seUnhas. Beberapa rangkaian kegiatan juga mengisi perayaan ulang tahun equilibrium ini, seperti diskusi publik dengan tema “Aktivitas Sosial Ekonomi”, pameran foto, bazar buku, lomba karya tulis lingkungan hidup dan Economic Team Building. “Semoga Equilibrium tetap menjadi organisasi yang mewadahi teman-teman di Fakultas Ekonomi dalam bidang kepetualangan dan tetap membentuk generasi yang punya jiwa kepemimpinan dan kepribadian Equilibriumers,” tutur Salman Samir selaku Ketua UKMPA Equilibrium. (ant, cita)

Confucius Institute in Unhas

berTemPaT di Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani, Senin,( 15/4). Pusat Bahasa Mandarin Unhas menggelar Confucius Institute Permormance Tour antara Universitas Hasanuddin dengan Universitas Nanchang China. Kegiatan yang dimulai pukul 13.30 hingga 17.00 Wita ini dihadiri oleh Rektor Unhas Prof. DR. Dr Andi Paturusi SpB SpBo, Wakil Rektor III Ir Nasaruddin Salam MT, Wakil Rektor IV Dr Dwia A, dan segenap civitas akademika Unhas. Kegiatan ini bertujuan untuk saling memperkenalkan kebudayaan antara China dan Indonesia serta memperkenalkan beasiswa Kong Zi Xue Yuan ke China. Turut ditampilkan per-

agenda Festival Sastra Indonesia III

Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia dan IMSI KMFS Universitas Hasanuddin “ Sastra Hegemoni dan Mentalitas” Lombah tingkat SMP/ sederajat dan SMA / sederajat Cipta Puisi, Baca Puisi, Visualisasi Puisi, Pidato, Olimpiade Bahasa Item acara lainnya seminar Satra dan budaya (Rabu, 8 Mei 2013), Pameran budaya (selama kegiatan berlangsung), teropong (Kamis,9 Mei 2013)

tunjukan-pertunjukan seni yang ada di Indonesia dan di China diantaranya Kungfu, Tari Asal China, Tari Paduppa dan Chong Yang, Bengawan Solo dan masih banyak lagi.’’Semoga dengan adanya kegiatan ini Indonesia dan China dapat saling bekerjasama baik dalam pertukaran pelajar maupun dalam saling memperkenalkan kebudayaan,’’ harap Fang Qiang selaku direktur Pusat Bahasa Mandarin. (ant)

Gema Gelar Dialog Balada Krisis Pangan

Gema Pembebasan Komisariat Universitas Hasanuddin melangsungkan dialog, Rabu (17/4). Bertempat di pelataran Baruga AP Pettarani, kegiatan dihadiri sekira 20 mahasiswa UH. Mengusung tema “Balada Krisis Pangan di Negeri Mapan”, bentuk dialog seperti ini merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh gema pembebasan setiap bulannya. Hadir sebagai pemateri David Syamjaya dari BEM Pertanian, Irfan dari BEM Perikanan dan Indra Wirawan aktivis dari Gema Pembebasan. “Semoga dengan kegiatan ini teman-teman bisa mengetahui bahwa masalah Indonesia bukan hanya masalah pangan namun sistem pemerintahan Indonesia adalah penyebabnya,” tutur Ahmad Masri selaku ketua GEMA Pembebasan Komisariat Unhas. (ant)

Anniversary UKM KPI

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran dan Penulisan Ilmiah (KPI) menggelar kegiatan Anniversary, Kamis dan Minggu (18/4 dan 20/4). Tema yang diusung yakni “Eksistensi 4 tahun UKM KPI UH Sebagai Rumah bagi Generasi Ilmiah.” Ada tiga rangkaian kegiatan yang diselenggarakan, yakni Pengibaran Bendera Bawah Laut di Pulau Badi’ Sulawesi Selatan, Kamis(18 /4). Sekaligus sebagai acara pembukaan. Kemudian, dilanjutkan dengan Temu Akademisi Nasional dan KPI Award, yang berlangsung di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran UH, Minggu (20/4). Rangkaian kegiatan tersebut merupakan forum silaturahmi bagi seluruh sivitas akademika, baik dekan dan wakil dekan, guru besar, dosen, asisten laboratorium dan mahasiswa. Terakhir, akan disusul dengan acara penganugrahan bagi seluruh alumni, pengurus dan anggota UKM ini dengan berbagai kategori. (riry, ara)

Inagurasi FMIPA

FakUlTaS Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menggelar kegiatan Inagurasi bagi mahasiswa baru yang akan

DUGaan pembocoran Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) atas nama Anas Urbaningrum yang diperlihatkan oleh Sekretaris Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Wiwin Suwandi dibahas di Fakultas Hukum Unhas. Acara yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) ini mempersoalkan landasan dokumen apakah Sprindik termasuk pelanggaran pidana atau bukan. Hadir Pakar Hukum Pidana dan Kriminologi Fakultas Hukum UH Prof Dr A Sofyan SH MH, Sekretaris Anti Corruption Committee Nursyam SH MH. Kegiatan dilaksanakan di Ruangan Moot Court Harifin A Tumpa, Selasa (16/4). Dalam akhir pembahasan, pemateri sepakat bahwa Sprindik yang diperlihatkan Wiwin kepada wartawan adalah surat yang bukan dokumen rahasia negara. “Sprindik bukan rahasia negara sehingga dapat diakses siapa saja. Namun, tidak boleh diberikan lembarannya kepada khalayak sebab merupakan surat kewenangan penyidikan bagi penyidik terhadap suatu kasus yang ditangani,” kata Nursyam yang juga Penasehat Hukum Wiwin. (ahd, Hya)

Peduli Lingkungan Melalui Ajang Debat

UniT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hasanuddin English Debating of Society (HEDS) menyelenggarakan Hasanuddin School Debating Campionship di ruang Multimedia Perpustakaan Pusat UH, Jumat-Sabtu (1213/4). Dengan mengusung tema The Spirit of Generation, kegiatan ini diselenggarakan sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan meningkatkan kepedulian siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tentang lingkungan hidup dalam konteks yang lebih edukatif. Salah satu program kerja tahunan UKM ini, diikuti sekira 16 tim yang merupakan perwakilan dari sembilan SMA se-Sulawesi Selatan. “Kami berharap kegiatan menjadi bentuk kontribusi para generasi penerus untuk lebih mencintai lingkungan ataupun bahkan ke depannya sebagai awal dalam menyelamatkan bumi,” harap Zhafran, salah satu panitia. (Sun)

Dialog Interaktif pecinta alam

baDan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum mengadakan dialog interaktif sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Hasanuddin Law Fair yang berlangsung selama tiga hari . “Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Kecelakaan dalam Kegiatan Kepecintaalaman” menjadi tema dialog, Jumat (5/4). Kegiatan diadakan di Laboratorium Moot Court Harifin A Tumpa dmulai pukul 14.30 Wita hingga 16.45 WITA, dengan menghadirkan pemateri Abdul Azis SH MH, Sirul Haq SH dan Nevy James. “Semoga temanteman pecinta alam bisa menggagas terbentuknya sebuah himpunan pencinta alam terkhusus di Sul-Sel dan Indonesia pada umumnya,” harap Muh Ansyar S selaku ketua panitia. (nan)

cermin

Penulis adalah Redaktur Pelaksana PK identitas 2013 Oleh : Mustafa

Azimat Foto

BeLANJA kain, telah menjadi hal biasa buat anak seorang pedagang pakaian sepertiku. Bahkan, hampir tiap bulan kudapati perintah tuk belanja sejumlah gulung kain via telpon genggam. Walau biasanya bapakku atau ibukku datang sendiri ke Makassar tuk berbelanja. Namun, itu jika lagi banyak modal. Pesanan tak selalu banyak, dan kehadiranku di kota jadi solusi tepat. Ketimbang harus mengeluarkan duit lebih untuk trasportasi yang bisa mencapai tiga ratus ribu rupiah. Saya telah ada langganan tuk belanja kain, cukup membawa catatan yang menjelaskan jenis kain pesanan. Toko kain itu berada di kompleks Pasar Butung. Khusus menjual segala jenis kain. Pemiliknya seorang tionghoa yang ramah. Bahkan, walau tak sering bertemu, Tauke Cina yang tak ku tahu namanya itu dapat mengenaliku dan langsung menyebut nama bapakku tiap kali berkunjung di tokonya. “Haji Layong, mau pesan apa?” cepat ia menyapa sebelum sempat kukeluarkan satu kata pun dari mulutku. Saat kuberi daftar pesanan, dengan cepat ia instruksikan anak buahnya menyiapkan barang yang kucari. Namun, bukan tentang Tauke Cina itu yang ini kucerita. Tulisan ini tentang rasa penasaranku terhadap dua foto ukuran sepuluh R yang terpasang pada dinding ruang depan. Yang menarik, pada foto pertama, gambar laki-laki gagah berseragam anggota TNI dengan beberapa aksesoris di bagian dada tak kuhitung jumlahnya. Laki-laki itu nampak telah berumur, beberapa garis kerutan di wajahnya. Matanya bulat. Dan foto kedua terlihat sorang lakilaki yang sama. Namun, kali ini didampingi seorang perempuan. Mereka berpose layaknya suami dan istri. Laki-laki berdiri dengan tegap dan si perempuan agak bersandar pada pasangannya. Awalnya ku aganggap kehadiran kedua foto itu biasa saja. Namun, tiap kali belanja di sana, benda itu selalu menarik pandangku. Pikiranku kadang menerawang. Alasan apa yang menjadikan foto itu dipasang di dinding toko kain? Mungkin sebagai wujud kebanggaan semata. Di kesempatan lain, saya pernah melihat satu perkelahian. Terlihat dua orang dengan jaket kulit berwarna hitam memukuli seorang laki-laki yang disertai makian. Korbanya, belakangan kutahu merupakan petugas parkir di salah satu tempat penyewaan lapangan futsal. Pelaku pemukulan itu nampaknya anggota tentara, itu terlihat dari baju kemeja loreng yang kulihat dari sela-sela jaket yang tersingkap. Tak hanya puas memukuli, bahkan seorang pelaku juga sempat melepas baju korbannya dengan paksa. Kedua pelaku pun terus memaki, tanpa dapat dibalas. Kejadian itu berlangsung kurang dari sepuluh menit. Namun, tak satu pun orang yang mau ambil risiko dalam konflik itu. semua memilih jadi penonton yang baik. Setelah kedua pelaku pergi, orang-orang pun kemudian ramai melihat korban dengan makin dekat. Termasuk saya. Tak ada luka serius pada korban. Ternyata, penyebab pertikaian itu berawal saat si juru parkir tak membanyar setelah makan di sebuah warung. Dan pemilik warung tak terima, kemudian melapor ke kerabatnya, seorang tentara. Berdasarkan pengakuan si tukang parkir, ia tak tahu telah bikin masalah dengan kerabat tentara. Pertanyaanya kemudian, jika tak ada kedekatan dengan militer, apakah perbuatan tukang parkir itu dapat dibenarkan? Tentu jawabannya tidak. Terlepas dari itu semua, hampir semua aspek kehidupan kita ada militerisme. Pendidikan pun tak lepas dari itu, sejak memasuki sekolah dasar, siswa langsung diajarkan kebiasaan militer. Harus melakukan upacara bendera ala militer. Seragam sekolah pun diatur. Parahnya lagi, hingga potongan rambut pun diatur seperti tentara. Bisa jadi itu pula alasan pemilik toko menganggap penting memasang foto laki-laki dengan pakaian militer di dinding tokonya. Semacam azimat yang terbukti ampuh menangkal niat jahat preman atau siapa saja yang dapat mengganggu keberadaan usahanya. Azimat yang menjadikan toko manapun kebal dari ganguan penjahat atau bahkan ganguan petugas. Dalam negara hukum seharusnya semua orang berhak merasa aman, bukan saja bagi mereka yang memiliki kedekatan militer. Tak perlu dengan memasang azimat berupa foto sebagai bentuk peringatan bagi siapa saja.n


iptek

identitas

NO 791| TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

15

Menulis dengan Inframerah Kapur dan spidol yang kerap digunakan pada papan tulis kini dapat digantikan dengan inframerah .

P

ada zaman modern ini, penggunaan papan tulis mulai ditinggalkan. Ini terjadi tentunya karena metode ini masih memiliki banyak kekurangan. Seperti kebersihan yang tak terjaga akibat penggunaan kapur atau spidol pada papan tulis. Para peserta didik pun terkadang ke­ tinggalan mencatat pelajaran yang ditulis di papan, ditambah ketika pengajar aktif menghapus materi yang baru diajarkan. Selain itu, karena memiliki ukuran yang besar, papan tulis umumnya dipasang permanen di dinding kelas sehingga tak fleksibel. Karena kekurangan-kekurangan tersebut, fungsi komputer pun mulai mengambil peran papan tulis. Komputer dan proyektor menjadi alat pengganti persentasi atau sebagai sarana metode belajar mengajar lain-

resensi

Judul: Republik Jancukers No. ISBN: 9789797096779 Penulis: Sujiwo Tedjo Penerbit: Kompas Jumlah Halaman: 400 Dimensi (mm): 14 cm x 21 cm

nya. Sayangnya komputer tidak mampu memberikan kebebasan menulis seperti saat menggunakan tangan pada papan tulis. Sehingga di ruang belajar mengajar masih ditemukan penggunaan dua komponen ini secara bersamaan. Kekurangan kedua alat tersebut pun mampu dihapuskan papan tulis interaktif. Papan tersebut merupakan papan tulis digital yang memiliki layar sensitif bila di­ sentuh. Sistem kerja papan ini mirip de­ngan komputer, yaitu menyimpan informasi yang pernah ditulis di atasnya. Alat ini ba­ nyak digunakan sebagai media presentasi. Perekaman presentasi dan pengoreksian apabila terjadi kesalahan juga dapat dilakukan. Presentasi pun dapat berlangsung bersamaan di dua lokasi atau lebih.

Namun, di pasaran harga sebuah papan tulis interaktif tidaklah murah. Berkisar antara belasan sampai puluhan juta rupiah hanya untuk sebuah papan tulis. Sehingga papan tulis interaktif masih menjadi barang “mewah” bagi dunia pendidikan Melihat dan mengalami keadaan ini, Nur Rezha R dan rekannya dari Fakultas Teknik Jurusan Elektro konsentrasi Teknik Kendali, Komputar dan Elektronika melakukan terobosan. Sejak tiga bulan terakhir, mereka melakukan penelitian berjudul “Desain dan Implemtasi Papan Tulis Interaktif Menggunakan Sensor Optik Inframerah Via Bluetooth”. Mahasiswa yang akrab disapa Eca itu membuat aplikasi agar pengguna seolaholah dapat menggambar pada layar proyektor atau monitor. Didukung dengan penggunaan pena inframerah dan sensor optik inframerah. Aplikasi ini juga mampu menggambar grafik-grafik yang sederhana, rumus dan gambar sederhana lainnya. Penelitian ini dibagi atas dua pembuatan komponen yaitu perangkat keras dan lunak. Sensor optik inframerah monokrom resolusi 1024x768 piksel dengan built-in ima­ge processing digunakan pada perangkat keras. Sensor ini mampu mendeteksi empat titik inframerah secara bersamaan. Lalu dihubungkan dengan komputer via bluetooth. Pada perangkat keras digunakan pula pena inframerah yang memancarkan sinar. Pantulan sinarnya itu dapat dideteksi oleh sensor. Sedangkan pada perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak penghubung dan papan tulis. Perangkat lunak penghubung berfungsi layaknya “driver” untuk mengatur kondisi sensor. Mulai dari titik kalibrasi, tingkat kehalusan, sampai kondisi daya pada sensor. Pada papan tulis, programnya berfungsi menulis pada papan tulis virtual. Seperti fungsi tulis, hapus, bersih, dan me-

Sujiwo Tejo, Presiden dalam Buku

“Jika dengan Jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu”. Begitulah kalimat yang tercantum pada halaman pertama buku berjudul Republik #Jancukers. Sesuai dengan namanya, Republik #Jancukers merupakan imajinasi tata pergaulan yang dibangun oleh kehendak dasar untuk berakrab ria satu sama lain. Laki-pe­ rempuan, tua-muda, terdidik secara formal maupun tidak. Diceritakan pula sebuah negeri yang setiap rakyatnya tampil apa adanya. Tanpa ada sopan santun, bahkan sedikit urakan serta tak butuh pencitraan. Namun keadaan negeri Jancukers itu selalu aman dan tentram. Buku yang merupakan hasil pemikiran Sujiwo Tejo, penulis sekaligus budayawan ini menulisnya dalam bentuk komedi dan serba campur sari. Buku ini mempertahankan karakterisitik Tejo yang memberikan pemahaman lain kepada pembaca, bahwa urakan bukan yang lebih buruk daripada kesantunan. Buku ini merupakan buku ke enam penulis yang dikenal sebagai dalang edan. Tejo pun menjadikan dirinya sebagai presiden di Republik #Jancukers. Jancuk sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa. Sebanarnya Jancuk mengandung arti yang sangat kasar. Namun dalam buku ini, Jancuk menandakan

keakraban, kebersamaan, dan dapat memulai serta mengakhiri percakapan. Diterangkan pula bahwa Jancuk yang biasa disingkat “Cuk” seperti pisau yang serba guna. Tergantung pada penggunanya. Dengan niat tak tulus, ia dapat menyakiti. Tapi dengan kehendak untuk akrab, hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, Jancuk menjadi laksana pisau bagi orang yang sedang memasak, dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi dimeja makan. Diciptakan pula sebuah miniatur negara yaitu Jancukers. Di dalamnya tidak mengenal kesantunan, karena ideologi dari negeri Jancukers ini adalah “ngawurisme” dengan gaya urakan. Menurut buku, urakan berbeda dengan kurang ajar. Urakan adalah pelanggaran peraturan termasuk dalam pikiran karena tidak sesuai dengan hati nurani. Sedangkan kurang ajar dilakukan de­ ngan dorongan nafsu sesaat. Diceritakan Negeri Jancukers mampu mendapat banyak apresiasi dari masyarakat. Pasalnya selama ini masyarakat lebih ba­ nyak terkekang oleh kesantunan. Mereka tidak bebas mengekspresikan jiwanya karena takut melanggar tata nilai yang ada. Presidennya, Tejo pun yang merupakan budayawan mampu hadir sebagai presiden yang sanggup memberikan pemahaman

nyimpan tulisan. Seluruhnya dibuat de­ngan pemrograman berbasis objek Microsoft Vi­

sual Studio.

Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan penghitungan jarak optimal sensor pada sistem. Jarak optimal didapatkan dari perbandingan antara teori atau rumus dan akusisi data pengujian. Hasilnya sensor bekerja optimal pada sudut 45 derajat dari garis tengah papan dan diletakkan satu hingga dua meter dari lapisan padat, seperti dinding, lantai, dan papan kayu. Yang perlu diperhatikan, alat ini hanya boleh digunakan dalam ruangan saja. Tujuannya agar sensor tidak mendeteksi terlalu banyak inframerah, seperti yang ada pada cahaya matahari. Karena ini dapat mengganggu proses deteksi inframerah dari laptop. Tidak semulus yang dibayangkan, pada pembuatan alatnya, Eca kesulitan mendapatkan buku literatur khusus membahas sensor yang digunakan. Walau ada, sebagian besar menggunakan bahasa asing. Selain itu Eca juga sulit mendapatkan komponen data sheet dan Led inframerah Vishay TSAL 6400. Kedua barang itu terbatas karena menjadi salah satu andalan Nintendo dan harus dipesan di luar negeri. “Sampai saat ini alat yang saya pesan tersebut belum sampai, jadi terpaksa kami menggunakan alat lain yang kualitasnya lebih rendah,” tutur Eca saat diwawancarai Rabu (17/4). Kekecewaan tersebut pun terobati dengan dihasilkannya papan tulis interaktif yang murah. Biaya produksinya hanya memakan biaya sekitar seratus ribu rupiah. Jauh di bawah harga papan tulis interaktif yang harganya belasan sampai puluhan juta rupiah. Kualitasnya pun tidak kalah dengan yang asli.n Cita Surya Elisa

berbeda tersebut bagi masyarakat. Pada buku yang terdiri dari 85 tulisan pendek ini tanpa disadari real terjadi di sekitar kita. Misalnya, dari dulu selalu di­ berantas buta huruf, sedangkan buta cinta tidak. Contoh lain setiap makan ikan, kita selalu disarankan memakan kepalanya agar bisa jadi raja. Tapi dalam biologi pembusukan pertama pada ikan itu di kepalanya. Sehingga sekarang banyak pemimpin korupsi dikarenkan isi kepalanya sudah busuk. Pada beberapa bagian, buku ini mampu membuat pembaca tertawa, bingung, mengernyitkan dahi, dan juga akan berkata ‘oh benar juga ya’. Contohnya pada halaman 13 bab III, Jomblo. Di negeri #Jancukers setiap jomblo diberi pasangan part-timer, Negara ini tak hanya memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar. Kaum jomblo pun dimasukkan pada golongan yang pa­ ling sah untuk diperhatikan. Kelebihan buku ini juga terdapat pada penyajiannya. Seperti percakapan melalui akun Twitter dari Presiden Republik #Jancukers yang merupakan diskusi kesehariannya. Akun @sudjiwotedjo mampu menarik simpatik pengguna Twitter lain untuk membalas postingan yang ia update. Pembaca buku pun mudah memahami maksud persoalan yang disampaikan. Selain itu, dilampirkan tujuh lirik lagu dari penulis. Namun terkadang maksud dari buku setebal 400 halaman ini sulit dipahami. Misalnya pada halaman 262 bab LIV yang menyatakan menteri dilantik oleh presiden. Tapi wakil menteri tidak dilantik oleh wakil presiden.n Alfiah Alif


lintas

identitas

NO 791 | TAHUN XXXIX | EDISI AKHIR APRIL 2013

Melalui KKN Internasional UH, Jelajahi Negeri Sakura

Setelah dinyatakan lulus menjadi peserta KKN Internasional II Jepang pada 4 April 2012, saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) dan juga dua kawan lain yakni, Fridollyn Hendriyani Suardi dari Fakultas Kehutanan, dan Irda Yusnidar dari jurusan Agribisnis Sosial Ekonomi Pertanian menemani mahasiswa Jepang KKN di Makassar. Kabupaten Takalar, Bantaeng, Kepulauan Spermonde dan Kabupaten Palopo menjadi pilhan tempat KKN Internasional II Universitas Hasanuddin de­ ngan mahasiswa Universitas Ehime Jepang. Sembari menemani para mahasiswa ini, kami juga belajar bahasa Jepang selama tiga bulan. Hingga pada keberangkatan kami menuju negeri Sakura pada bulan Oktober-Desember 2012. Penerbangan tiba di Kansai, Osaka. Bandara besar yang dibangun di pulau buatan. Lalu menuju kota Matsuyama dimana Universitas Ehime terletak disana. Kedatangan kami pertama kali memberikan kesan begitu mendalam bagi saya dan teman-teman. Jepang, yang terkenal sebagai Kota Sakura menyangkut ba­ ngunan raksasa, teknologi, disiplin, bersih dan teratur. Welcoming Party dengan masakan makan khas Jepang, tinggal di share house dekat kampus dan berbaur dengan mahasiswa Jepang juga sensei (dosen) yang selalu menemani selaku supervisor. Ke kampus dengan bersepeda dan selama dua minggu kuliah mengenai bahasa dan budaya Jepang. Suhu yang sangat berbeda dengan Indonesia, pada awal musim dingin memaksa kami untuk selalu mengenakan jaket walaupun dingin itu tetap terasa. Kunjungan ke tempat ibadah Shinto, museum arkeologi, Dogo Park dan Tobe Zoo juga termasuk dalam agenda kami.

Pelajaran paling awal adalah bagaimana membuang sampah. Bila di Indonesia kita mengenal dua jenis sampah yakni organik dan anorganik, di Jepang kita harus mempelajari sebelas jenis sampah. Jadi terkadang bingung membagi dalam sebelas kotak sampah. Selain itu, kami juga belajar mengenai kondisi jepang yang memiliki jumlah generasi muda yang kurang dan tingkat bunuh diri yang tinggi. Peserta KKN Internasional ini berjumlah sekira delapan orang yakni, Unhas, IPB, UGM. Di sana saya menemui Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam atau Adventure Club. Alhamdulillah saya sangat dekat de­ngan mereka. Waktu luang yang saya miliki diisi dengan diskusi, memanjat tebing buatan dan jogging bersama. Tak hanya itu dengan izin sensei, saya berkesempatan mendaki gunung bersama mereka. Kami senang menjalin persahabatan dengan orang Jepang. Kebun bambu menjadi lokasi kegiatan. Di sana kami sebagai relawan karena bambu dianggap sebagai hama. Olehnya, bambu dikelola sebagai perabot tradisional dan arang. Selain itu, kami bersama mahasiswa Universitas Ehime juga melaksanakan KKN dalam bentuk student service di desa Zenitsubo Jepang se­ perti yang kami lakukan sebelumnya di Indonesia. Di desa ini, rombongan KKN dipanggil oleh pe­ ngusaha besar, yang terlahir di desa, yang sekarang memiliki perusahaan besar di kota Osaka. Kami termotivasi oleh beliau yang tetap kembali ke desanya untuk membangun. Pengelolaan lahan di sini memakai peralatan serba mesin canggih seperti bulldo­

16

zer dan gerobak mesin, sangat berbeda dengan Indonesia yang masih manual. Berikutnya adalah kota Uwajima. Sebuah kota kecil yang memiliki komoditas utama hasil laut seperti berlian, ikan, garam, rumput laut, kerang dan masih banyak lainnya. Tempat ini terkenal dengan berliannya yang memiliki kualitas tinggi. Kunjungan ke perusahaan pakan ikan Dainichi juga tak terlewatkan, melihat secara langsung proses mereka membudidayakan ikan tuna di laut. Kegiatan KKN selanjutnya di Ikata Peninsula. Tempat ini merupakan pusat jeruk terbaik di Jepang. Berbeda dengan di Indonesia, rata-rata semua petani adalah orang tua. Ini akibat angka kelahiran di Jepang sangatlah kurang dengan rata umur di usia yang tua. Akhirnya para orang tua ini harus bekerja di kebun. Bahkan sangat sulit untuk menemukan pemuda seusia kami. Kondisi geografis yang curam membuat kami sempat berdecak akan proses pemetikannya. Karena ini Jepang, untuk mengakses kebun tidak perlu berjalan kaki, namun menaiki semacam Roller Coaster Mini, tentunya cukup memacu adrenalin dengan kemiri­ ngan yang sangat curam. Kami juga belajar membuat kue-kue berbahan dasar jeruk dan membuat jus jeruk dan berkunjung ke sekolah SMP untuk bersosialisasi me­ngenai jeruk, generasi muda dan tentunya juga Budaya Indonesia. Selain itu kami juga pergi ke beberapa universitas lainnya seperti Universitas Kochi, yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik. Juga ke Universitas Kagawa di bagian Utara Pulau Shikoku. Di universitas tersebut kami mengunjungi Marine Station, pusat pembuatan udon (masakan khas Jepang), kebun hid­ roponik, mengikuti penelitian di laut. KKN International di Jepang sangat terasa manfaat dan pengalamannya. Saya sangat berterima kasih kepada sensei yang tergabung dalam Six University Inisiative Japan–Indonesia (SUIJI) terutama pihak Universitas Hasanuddin yang telah membukakan pintu ilmu ini.n Baso Hamdani Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.