Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
UKT Tak Diturunkan, Mahasiswa Asal Palu Merana “Kalau memang Unhas tidak bisa seratus persen membantu, paling tidak Unhas bisa mengurangi beban UKT yang harus saya bayar,� harap salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas asal Palu, Annisa Mardhatilah. Lanjut Hal 16
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
DARI REDAKSI
2 TAJUK
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
KARIKATUR
NO. 897, TAHUN XLV EDISI JANUARI 2019
M
araknya wisatawan Islam berkunjung ke Indonesia, membuat pemerintah mengambil andil dalam hal pariwisata, khususnya dalam bidang kuliner. Saat ini, pemerintah tengah melaksanakan program wisata halal. Istilah ini mulai dikenal sejak tahun 2015 lalu, ketika sebuah event World Halal Tourism Summit (WHTS) digelar di Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE). Melihat situs http://disbudpar.acehprov. go.id diprediksi pada tahun 2019 nanti tidak kurang dari 238 milyar USD berputar di dunia wisata halal (di luar haji dan umrah). Artinya pertumbuhan dunia wisata halal melejit hampir mendekati 90% lebih cepat dibanding wisata umum dari tahun ke tahun. Lebih hebatnya,
ILUSTRASI/FITRATUL AQIDAN
SURAT DARI REDAKSI Selengkapnya kunjungi www.identitasunhas.com #identitasunhas #identitasonline #kampusunhas #unhastawwa View all comments
IDENTITAS/ARISAL
Program kerja : Penyampaian arahan oleh senior identitas kepada pengurus baru identitas Unhas periode 2019-2020, Minggu (06/01).
A
Wajah Baru Identitas
da yang baru dari Identitas di tahun 2019. Wajah baru, tanggung jawab baru. Di kepengurusan baru Identitas tahun ini, tentunya kru memiliki tantangan terbaru untuk semakin kritis dalam melihat dinamika kampus merah. Selain itu, kami berharap semoga koran Identitas selalu menghasilkan tulisan yang berkualitas. Penerbitan Kampus Identitas yang berdiri sejak 1974, semoga menjadi media yang kredibel didukung oleh SDM yang berkualitas. Identitas juga diharapakan sebagai tren media online agar dapat memenuhi kebutuhan pembaca dengan inovasi konten dan
metode penyampaian yang unik. Namun, tetap memegang teguh prinsipprinsip jurnalistik. Kami seluruh kru Identitas juga berharap dengan adanya koran Identitas dapat membangkitkan semangat literasi sivitas akademika. Pada edisi kali ini, Identitas menghadirkan berita seputar berlakunya Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) di Unhas dan nasib mahasiswa asal Palu yang terdampak bencana. Selain itu, jangan lewatkan beritaberita menarik lainnya, seperti figur mahasiswa dan dosen, tips, opini, dan sastra.
ibhjr Tidak termasuk kabupaten luwu min? muhnasrullah1100 membuat laboratorium kepemimpinan adalah salah satu ide atau gagasan paling brilian. Tanpa mengurangi rasa hormat saya mungkin ini adalah jalan terakhir yang ada dalam gudang gagasan beliau... arif_akbar07 @immimputra garsonpat prbanyak kuota sbmptn radiatuljannah9821 Pinrang gak ada min? ri.zal_ Menurut saya sekolah terbaik di setiap kabupaten tdk menjamin mutu dari Ketua osisnya, saya rasa perlu juga dilakukan seleksi lebih khusus terhadap ketua osis pada setiap kabupaten friendzan Perlu dikaji nih @_dewim @ alfianiridhaa harhy_antho30 Cuma sulsel yaa?? Sulbar tdk msuk kriteria?? fikrang_barru @misnaenihamka @lin_smart info terbaru masuk UNHAS pak dan mis. irchalirchal @ri.zal_ sangat setuju aku boss andihendraer Bibit pemimpin yg seperti apa?. Yang kekanak-kanakan?. Yang berorientasi pada modal dan eksploitasi?. Jika paradigma SMA kita adalah paradigma konservatif. Dan kita memilih ketua osis untuk sengaja dibuatkan jalur khusus untuk masuk perkuliahan dengan asumsi kepemimpinannya. Maka kita mengaminkan sosok pemimpin yg eksploitatif. rivadfirdaus Apakah hanya SMA, MA tidak? arsunan_arsin @rivadfirdaus prinsipnya adalah, sekolah lanjutan atas terbaik di setiap kabupaten/kota di Sul Sel
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan:Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Sri Hadriana Koordinator Liputan: Ayu Lestari Litbang SDM: Andi Ningsi Litbang Online: Musthain Asbar Hamsah (tidak aktif) Litbang Data: Fitri Ramadhani, Fatyan Aulivia Staf Penyunting: Norhafizah, Nur Mala, Muh. Nawir (tidak aktif) Fotografer: Dhirga Erlangga (tidak aktif), Mutmainnah (tidak aktif) Artistik dan Tata Letak: Renita Pausi Ardila, Wandi Janwar Iklan/Promosi: Khintan Reporter: Rezky Ida Suryadi (tidak aktif), Urwatul Wutsqaa Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan wwMashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/ Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Januari 2019 Desain : Muh. Nawir dan A.Suci Islameini H. Layouter : A. Suci Islameini H.
3
Makassar Galakkan Wisata Halal
SOSIAL MEDIA
Media dan Berita Bohong MEDIA tentu memiliki peranan penting pada setiap sendi kehidupan. Media bukan hanya sekedar pemberi informasi kepada publik tetapi juga sebagai pengawas dan pemegang kontrol terhadap kebijakan pemerintahan. Lebih dari itu, pemberitaan oleh media bahkan mampu membongkar sebuah kebohongan. Misalnya saja, terkuaknya kasus Pentagon Papers oleh The New York Times dan The Washington Post tahun 1971. Dilansir dari laman tirto.id, kala itu salah seorang peneliti senior di MIT, Daniel Ellsberg mempercayakan seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Harvard untuk menyampaikan kepada Alperovitz, Profesor Sejarah Universitas Harvard terkait dokumen rahasia milik Amerika. Dokumen-dokumen itu menghimpun beberapa kebohongan yang dilakukan Amerika terkait peran Amerika di Vietnam. Ellsberg mengaku pernah mengajak para anggota Kongres untuk menyebarkan dokumen itu. Tapi, keinginannya ditolak mentah-mentah. Dengan begitu, ia mempercayakan misi tersebut kepada media. Reporter New York Times kala itu, Neil Sheehan segera menganalisis dokumen yang terdiri dari 47 bundel dokumen, terbagi atas 3000 halaman makalah naratif dan 4000 halaman lampiran. Nama kedua media itu menjadi makin besar dan punya tempat spesial di mata masyarakat dunia. Begitulah seharusnya suatu media memainkan perannya. Ia terus berpihak pada kebenaran. Bukan kepada oknum yang memiliki kepentingan ini dan itu. Sayangnya, perubahan zaman turut merubah pola kerja beberapa media. Di zaman yang menuntut kecepatan ini menyebabkan banyaknya media yang menyajikan berita tanpa data akurat, penyajian berita yang tak menyeluruh, dan tak jarang memproduksi berita bohong alias hoaks. Pergeseran medium berita dari cetak ke online, pun membuat berita-berita bohong dapat tersebar dengan cepat. Selain itu, mudahnya membuat portal berita online sendiri dapat menjadi salah satu alasan maraknya berita hoaks yang beredar. Mirisnya, masih saja ada yang membagikan berita tersebut. Oleh sebab itu, seharusnya jari-jari ini jangan dengan mudah digunakan untuk menyebarkan berita yang tidak jelas sumber dan datanya. Terlebih, jika nama medianya saja sudah terasa aneh sejak awal. Di tahun politik ini, kita harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap pemberitaan yang disajikan oleh media. Sudah sepatutnya kita menelaah kebenaran informasi yang kita terima sebelum menyebarkannya. Sebab peran media yang dahulu membongkar sebuah kebohongan telah jarang didapati di masa sekarang ini. Media yang seharusnya membongkar kebohongan malah menyebarkan kebohongan itu sendiri.
WANSUS
identitas
Bagaimana peluang Makassar menjadi wilayah wisata halal? Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa wisata halal itu banyak hal yang terkait di dalamnya, mulai dari pangan, tempat wisata hingga sarana dan prasarananya. Untuk Makassar sendiri wisata kulinernya sangat banyak. Misalnya saja coto, konro, pallubasa dan seafood. Kita perlu perhatikan proses sertifikasi dagingnya terlebih dahulu, sebagai sumber pangan utama. Di Makassar sudah ada Rumah Potong Hewan (RPH) yang bersertifikat halal. Kita wajib mendorong agar RPH yang ada di Makassar, seluruhnya bisa bersertifikat halal. Ketika makanannya sudah terjamin halal maka rumah makan, restaurant dan dapur hotelnya juga mengikut. Ada dua hotel di Makassar yang bersertifikasi, Aston dan Pesona. Jadi, peluang Makassar untuk menjadi destinasi wisata halal itu sangat besar.
kita verifikasi dulu prosesnya, jadi halal atau tidak. Saat ini UMKM semakin banyak, Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim mengatakan kalau masih sangat banyak yang belum bersertifikat halal, bagaimana pendapat Anda terkait hal tersebut? Sertifikasi tidak ada paksaan. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah perusahaan kecil yang dibuat dalam rumah tangga. Selama ini, belum banyak
jumlah itu terus tumbuh dari waktu ke waktu. Lalu, bagaimana dengan Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia? Bagaimana peluang Kota Daeng ini menjadi tempat wisata halal? Untuk menjawab hal itu, reporter PK Identitas Unhas, Wandi Janwar mewawancarai salah satu anggota Lembaga Pengkaji Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Nurmayani saat membawakan materi di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Unhas.
UMKM yang bersertifikat halal. Bantuan koperasi Kementerian UMKM, setiap tahun pasti ada yang diberikan. Walaupun sudah ada bantuan dari pemerintah, proses sertifikasi membutuhkan dana yang cukup besar.
undang-undang sudah benarbenar jalan maka seluruh UMKM akan bersertifikasi halal. Semua yang dijual di Indonesia itu harus bersertifikasi halal dan itu yang harus betul-betul dipegang oleh pemerintah.
Bagaimana langkah LPPOM MUI dalam mengawal UMKM yang masih banyak belum bersertifikat halal? Sekarang ada namanya Undang-Undang Jaminan Produk Halal tahun 2014. Nantinya, tahun 2019 harus dilaksanakan, tetapi sampai hari ini Peraturan Pemerintahnya belum ditentukan. Ke depannya kalau
Perguruan tinggi, khususnya Unhas saat ini telah gencar menggenjot mahasiswa dalam bidang wirausaha. Apa yang harus diperhatikan Unhas agar bisa menghasilkan wirausaha muda dengan produk yang bersertifikat halal ini? Lihat produknya dulu apakah harusnya diperbaiki atau tidak. Kemudian proses sertifikasinya dan memang ketika ingin mencapai pasar yang lebih besar. Halal sekarang sudah menjadi isu yang mendunia, apapun yang kita buat terpenting sudah halal.Itu yang menjadi nilai jualnya. Halal ini penunjang besar untuk proses ekspor ke beberapa negara. Barang diimpor ke Indonesia bersyarat harus halal. Negara lain juga bisa memberlakukan hal seperti itu.Nah, ketika ada halalnya insya Allah negara lain bisa menerimanya. Kuncinya, kalau ada sertifikat halal nilai jualnya lebih tinggi lagi. Dalam hal ini perguruan tinggi mempunyai peranan penting karena sebagai tempat pengembangan berbagai bidang ilmu. Saya berharap ke depannya tidak hanya ilmu dasar saja yang di peroleh mahasiswa tetapi juga sebuah produk.
Bagaimana prosedur pengajuan sertifikasi melalui online? Jadi, proses sertifikasi kami di LPPOM itu online semenjak 2014 lalu. Cuma kembali lagi ke UMKMnya, kan ada juga yang tidak paham teknologi. Kami pun tetap online-kan dan dibantu oleh staf di kantor untuk proses registrasinya. Adapun prosedurnya sama saja dengan offline, cuma ini bisa dibuka di website. Untuk syarat umum yang harus dipenuhi dalam sertifikasi halal; pertama, harus membuat jaminan halal, kemudian upload semua dokumen yang diperlukan. Kemudian nantinya kita pra audit, diperiksa kelayakan sertifikasi atau belum. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses sertifikasi tersebut? Sebenarnya kendala utamanya, saya melihat ada image masyarakat bahwa komunitas di Sulawesi Selatan rata-rata muslim. Misal, pemiliknya sudah haji, produk sudah dinyatakan halal, ya padahal kan belum tentu. Proses sertifikasi dilakukan untuk memverifikasi benar tidaknya suatu olahan makanan halal. Jika kita sudah masuk pada bahan olahan berarti sudah banyak campuran, kecuali kalau bahan alami masih di posisi boleh. Dalam proses teknologi atau segala macamnya maka itu berarti subhat. Nah, subhat inilah yang
Apakah mahasiswa yang baru saja membuat usaha sudah harus mengajukan sertifikasi MUI ini? Perlu karena nilai jualnya akan semakin tinggi.
IDENTITAS/ARISAL
Data Diri
Nama TTL Jabatan Kantor
:Nurmayani :Bantaeng, 13 April 1971 :Wadir Auditing dan SJH :Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan Dan Kosmetik MUI
Bagaimana perkembangan produk halal di Sulawesi Selatan sendiri, selama LPPOM MUI melakukan pemeriksaan? Sekarang sih hampir semua UMKM ada bantuannya dan semua sudah difasilitasi ke daerah masingmasing dan setiap tahun ada. Bahkan daerah Toraja saja setiap tahun itu produknya disertifikasi. Jadi, UMKM itu dibantu oleh dinas koperasi dan hampir semua kabupaten sudah melakukan proses sertifikasi.
4
OPINI
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
identitas
NO. 897, TAHUN XLV EDISI JANUARI 2019
5
LIPUTAN KHUSUS
Rendahnya Modal Manusia Indonesia
M
engawali tahun 2019 ini kita patut nyatakan syukur kepada Tuhan YME, karena Pemerintah dan DPR menaikkan anggaran pendidikan dari Rp444,131 trilun (2018) menjadi Rp487,9 triliun (2019). Kenaikan 9,85%, itu sangat penting, karena dalam ‘Indeks Negara Baik’, Indonesia dibidang IPTEK berada diposisi ke-160 dari 163 negara. Hingga kini APK pendidikan tinggi, masih 31,5%, jauh dibawah Korsel (92%). Singapura (81%), dan Thailand (51%). Tak satupun juga perguruan tinggi kita yang masuk 50 terbaik ASIA. Indonesia juga juga masih kekurangan: guru, dosen, peneliti, profesor, insinyur, buku, dan penulis. Hanya sekitar 10% satuan pendidikan kita yang bermutu. Indeks Modal Manusia Kenaikan anggaran pendidikan itu sangat diharapkan menaikan kualitas Modal Manusia (Human Capital) untuk kemajuan bangsa. Presiden Bank Dunia Jim, Yong Kim telah mengingatkan (2018) bahwa ‘modal manusia’ sangat penting karena perkembangan teknologi yang pesat, dipastikan akan menggantikan pekerjaan manusia yang berketerampilan rendah. “Pemerintah Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengoptimalkan anggaran kesehatan dan pendidikan,”ujar Kim.
ILUSTRASI/A.SUCI ISLAMEINI H.
Pernyataan Kim itu, sangat penting mendapat perhatian pemerintah, karena Modal Manusia’ Indonesia memang masih rendah. Pembangunan manusia belum pernah diprioritasutamakan dibanding pembangunan infrastrukur. Pemerintah hanya punya program sederhana dengan Kartu Indonesia Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sehat, sebagai “obat penenang” bagi rakyat yang masih MBS (Miskin, Bodoh, dan Sakit-sakitan). Sangat diperlukan program komprehensif dan terpadu. Bank Dunia memosisikan IMM (Indeks Modal Mnusia) Indonesia diperingkat ke-87 dari 188 negara. Meskipun nilai indeksnya telah meningkat dari 0,50 tahun 2012 menjadi 0,53 tahun 2017, namun masih berada dibawah rata-rata dunia, (0,57). Bahkan IMM Indonesia berada di bawah IMM negara tetangga, seperti: Filipina (0,55), Thailand (0,60), Malaysia (0,62), Vietnam (0,67), dan Singapura (0,88). Dengan IMM, 053 itu, Indonesia hanya dapat menikmati 53% dari seluruh potensi ekonomi yang ada. Bank dunia mengukur IMM itu berdasarkan lima indikator, yaitu: (1) peluang hidup hingga lima tahun, (2) lama sekolah, (3) nilai ujian sekolah yang diharmonisasi untuk pengukuran (4) tingkat harapan hidup pada usia 15-60 tahun, dan (5) jumlah ‘anakpendek’. Semuanya merupakan
daging, susu, ikan dan telur. Data statistik menunjukkan kenaikan konsumsi daging rakyat Indonesia dari 7 kg menjadi 10,3 kg/kapita/tahun,. Artinya target pemerintah, 35 kg belum tercapai, sehingga masih jauh di bawah Malaysia, 48 kg dan Filipina, 37 kg. Tanpa konsumsi daging yang cukup bagi setiap orang, tentu ia bisa kekurangan gizi. Apalagi sekitar 90% rakyat Indonesia, juga tidak minum susu. Sebaliknya 90% penduduk India minum susu. Konsumsi susu kita perkapita pertahun hanya 6,50
modal utama manusia sampai usia 18 tahun, kemampuan beradaptasi pada lapangan pekerjaan dan menentukan tingkat pendapatannya. Hal itu relevan dengan amanat pembukaan UUD-1945, yang mewajibkan pemerintah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mencakup kesehatan dan pendidikan, sebagai pengamalan Pancasila (sila kemanusiaan yang adil dan beradab). Pendidikan dan Kesehatan Kini lama sekolah anak Indonesia masih ratarata 7,9 tahun. Masih jauh dari standar UNESCO, 12,3 tahun. Bahkan masih ada sekitar 8% anak Indonesia yang belum menikmati pendidikan dasar. Demikian juga kemapuan membaca atau budaya literasi rakyat Indonesia juga masih rendah, yaitu rata-rata hanya 2-4 jam perhari. Sedangkan penduduk di negara maju rata-rata mampu membaca 6-8 jam perhari. Tak salah jika Indonesia berada para peringkat ke-60 dari 51 negara. Demikian juga daya saing digital
IDENTITAS/ARISAL IDENTITAS/ARISAL
Indonesia juga berada di posisi 62 dari 63 negara. Untuk lingkup ASEAN, Indonesia berada di bawah Singapura (peringkat 2), Malaysia (27), Thailand dan Filipina (56). Kondisi kesehatan mayoritas rakyat Indonesia juga masih rendah. Data statistik menjukkan bahwa masih ada 37,3% anak balita Indonesia bertubuh pendek (stunting) akibat kurang gizi kronis atau gagal tumbuh yang berdampak buruk juga pada kecerdasan anak. Angka (37,3%) itu jauh di atas prevalensi rata-rata dunia 27% (RKD 2013). Bahkan jumlah anak balita pendek Indonesia di ASEAN melampaui Singapura (5%), Thailand (16%), Filipina (34%) dan Vietnam (31%). Posisi Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Myanmar (41%) dan Kamboja (42%). Hal itu tercermin dari Global Nutrition Report, tentang capaian pembangunan gizi di setiap negara. Tak salah jika kualitas Modal Manusia Indonesia masih terhidung rendah, yang menghambat kecerdasan dan pertumbuhan fisik. Hal itu antara lain disebabkan oleh kurangnya mengonsumsi
liter, jauh lebih rendah dari India, 60 liter, Benggalades, 31,55 liter, dan Kamboja, 12,97 liter. Demikian juga rakyat Indonesia kurang mengkonsumsi ikan, yaitu hanya 35 kg perkapita pertahun, meskipun pemerintah menargetkan 40 kg. Berarti Indonesia masih jauh juga di bawah Jepang (70 kg), dan Malaysia (45 kg). Hal itu sangat paradoksal, karena Indonesia terdiri atas 16.056 pulau bernama, dengan panjang garis pantai 95.181 km dan wilayah lautan sekitar 580 juta hektar (75,32 persen). Demikian juga rakyat Indonesia, hanya mengonsumsi 11 kg telur perkapita pertahun, meskipun pemerintah menargetkan 40 kg. Potret buram yang menunjukkan rendahnya Modal Manusia Indonesia tersebut, akan merupakan ancaman dalam kemajuan bangsa pada berbagai bidang, terutama dalam menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan tampilnya kecerdasan buatan (robotisasi), akan menggantikan manusia dalam banyak pekerjaan. Penulis adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi Unhas, dan salah satu pendiri Penerbitan Kampus Identitas Unhas
Peringkat Webometrics Turun, Kinerja Humas Perlu Dievaluasi Dalam pemeringkatan Webometrics tahun lalu, Unhas mengalami penurunan peringkat dari posisi tujuh menjadi 13. Lantas apa saja penyebabnya?
D
i dunia pendidikan, setiap lembaga tentunya ingin menempati posisi terbaik. Seperti halnya Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (Unhas) dan perguruan tinggi lainnya. Perguruan tinggi tersebut saling memperebutkan posisi terbaiknya dalam klaster Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Sejumlah lembaga duniapun turut andil dalam penentuan pemeringkatan universitas yang ada di Indonesia. Salah satunya, Cybermetrics Lab yang melakukan perangkingan universitas ala Webomertics. Lembaga yang merupakan grup penelitian dari Centro de Informacion Documentacion (Cindoc) ini, melakukan perangkingan universitas dengan menilai web perguruan tinggi. Pemeringkatan tersebut dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, yakni periode Januari dan Juli. Adapun yang menjadi poin penilaian antara lain; (1) presence yang menilai jumlah halaman website
(html) dan halaman dinamik yang tertangkap oleh mesin pencari Google, (2) impact yang dilihat dari jumlah external link unik (backlink) yang diterima oleh domain web universitas, (3) opennes dinilai dari jumlah file dokumen (pdf, ps, eps, doc, docx, ppt, pptx) yang online atau dibawah domain website universitas, dan (4) excellence dinilai dari jumlah artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang terindeks di Scimago Institution Ranking dan Google Scholar. Pada periode Januari tahun 2018 lalu, Unhas berhasil menduduki peringkat ketujuh nasional. Namun periode Juli, Unhas mengalami kemerosotan yang hanya menduduki peringkat 13. Menanggapi hal tersebut, Kepala Sub Bagian Humas Unhas, Ishaq Rahman mengatakan bahwa penurunan peringkat tersebut diakibatkan dari perubahan bobot penilaian setiap periode. “Saya pernah bertemu langsung dan berdiskusi dengan Isidro F. Aguillo, Direktur Cybermetrics Labs. Hal ini saya tanyakan kepadanya, karena perubahan itu membuat kita sering
keteteran,” jelasnya, Kamis (10/1). Penilaian Webometrics tersebut memang selalu melakukan penyesuaian dari waktu ke waktu, baik definisi operasional maupun bobot untuk setiap variabel penilaiannya. Misalnya saja untuk periode ini variabel excellence berbobot 25%, sedang periode berikutnya ternyata diubah menjadi 10%. Menurunnya peringkat Unhas tentu akan memberikan dampak
kepada reputasi perguruan tinggi tersebut. Namun untuk mengetahui dampak secara signifikan, maka kita perlu melakukan kajian secara khusus. Seperti yang telah diketahui, sistem Webometrics ini menilai kualitas dari suatu Institusi Pendidikan. Sebagaimana halnya bentuk-bentuk pemeringkatan lainnya, hal ini tentu saja menjadi bahan evaluasi Unhas untuk melihat sudah sejauh mana mereka bekerja. “Pemeringkatan webometrics
itu adalah bahan evaluasi untuk capaian-capaian sesuai dengan variabel penilaian. Untuk mengetahui dampak penurunan ini, maka perlu dikaji secara khusus,” jelas Ishaq, Senin (14/1). Saat ini, Website yang berdomain Unhas sebanyak 74, dengan rincian satu domain utama (http://www. unhas.ac.id) dan 73 sub domain. Untuk pengelolaannya sendiri, Ishaq mengatakan bahwa domaindomain tersebut diwakilkan kepada unit yang menggunakannya. Jadi, website fakultas dikelola oleh fakultas itu sendiri. Sementara untuk website utama dikelola bersama oleh Tim Website dibawah Humas untuk konten, dan Direktorat Teknologi Informasi (DTI) untuk teknis programming dan coding. Lebih lanjut Ishaq menjelaskan bahwa untuk mengejar ketertinggalan, pihak Unhas perlu mengembangankan tiga hal. Ketiga poin tersebut yaitu, (1) seluruh dosen harus mengambil bagian dalam proses update conten website, (2) setiap unit perlu mengoptimalkan pemanfaatan website untuk media penyampaian informasi, dan yang ketiga, sivitas akademika Unhas harus memperbanyak artikel yang termuat di jurnal-jurnal bereputasi terindeks. “Menurut saya, ada tiga hal yang perlu dikembangkan. Yakni, literasi kepada seluruh dosen, mengoptimalkan pemanfaatan website dan meningkatkan publikasi jurnal yang dapat terindeks,” ujarnya. Tim Lipsus
Tim Lipsus
Grafik peringkat webometrics Unhas, Periode Januari 2015 s.d. Juli 2018 Sumber: Dikompilasi dari Cybermetrics Labs
Koordinator : Wandi Janwar Anggota: Arisal
6
LIPUTAN KHUSUS
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
Sebuah penghargaan dalam berbagai kategori diberikan oleh Kemenristekdikti kepada perguruan tinggi di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk memberi apresiasi kepada Hubungan Masyarakat (Humas) Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
S
Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Na’im menyampaikan harapannya kepada Humas PTN yang berhasil menang. “Saya berharap Humas PTN dan LLDikti semakin berkualitas. Bagi mereka yang terpilih semoga dapat memotivasi Humas lainnya untuk berkiprah lebih baik,” harapnya, (3/1). Jauh sebelum ini, sekitar bulan April 2018, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menginstruksikan kepada Humas Kementerian dan lembaga nonkementerian, serta BUMN untuk transparan dan cekatan dalam pelayanan informasi. Adapun beberapa kategori penghargaan ini antara lain, Kategori Pelayanan Informasi melalui Internet (Website), Kategori Hubungan Media, Kategori Media Sosial, dan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik (Lapor). Namun dari semua kategori tersebut, nama Unhas belum juga tercatat sebagai salah satu penerima penghargaan. Lantas, apa yang membuat Unhas tak mendapatkannya? Menganggapi hal tersebut, Kepala Sub Bagian Humas Unhas, Ishaq Rahman mengatakan bahwa memang saat ini SDM Humas Unhas sangat
terbatas. Hanya beranggotakan empat orang honorer dan sembilan orang dalam tim pembantu. Selain itu, memang tahun lalu Unhas baru bisa berkontribusi dalam ajang penghargaan tersebut.
“Terus terang saja kita masih terbatas dalam hal SDM, di Unhas ini kita belum punya tenaga fungsional kehumasan. Itulah yang menjadi salah satu kelemahan kita,” ujarnya, Senin (14/1).
IDENTITAS/ARISAL
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
SASTRA
Penjara Orang-Orang Diam U
Sumber Daya Manusia adalah Kunci ekitar dua minggu lalu, Kemenristekdikti kembali memberikan Anugrah Humas Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti). Penghargaan ini diberikan atas kinerja Humas dan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik (Lapor) kepada seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik (KSKP) Kemenristekdikti ini berlangsung di Universitas Diponegoro. Juri dalam penilaian tersebut adalah Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Lembaga, Adita Irawati, Digital Strategis, Nukman Luthfie dan Anggota Persatuan Humas serta Founder Nagaru Communication, Dian Agustine Nuriman. Pemberian anugrah ini dinilai dari beberapa aspek. Di antaranya adalah kualitas pelayanan informasi melalui internet (website), media sosial, dan hubungan media. Sedangkan untuk Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik, dinilai dari aspek kuantitas pengaduan, penyelesaian, dan rata-rata tindak lanjut. Berdasarkan informasi yang dilansir dari laman resmi kemenristekdikti.go.id, Sekretaris
identitas
Dalam kriteria penilaian website, Unhas memang membatasi jumlah berita yang diunggah di website utamanya. Padahal pihak Kemenristekdikiti menilai dari jumlah konten berita yang terhimpun selama periode penilaian. Hal tersebut dilakukan agar website Unhas tidak mengalami kerusakan. Selain itu untuk penilaian Medsos, Unhas masih mengejar ketertinggalannya. Menurut Ishaq, Medsos Unhas sebenarnya sudah ada sejak dulu namun untuk akun nya belum jelas. Sehingga setahun belakang ini, Unhas baru mengaktifkan Medsosnya. Untuk hubungan media, Unhas sangat kewalahan dalam penilaian tersebut. Lantaran penilaian ini melihat dari seberapa aktif Unhas diliput oleh media di tingkat internasional, nasional dan lokal. Berbeda dengan UI dan UGM yang letaknya dekat dengan ibu kota, membuat Unhas harus bekerja ekstra. Lebih lanjut Ishaq mengatakan bahwa ke depannya Unhas akan lebih mengoptimalkan lagi websitenya. Dengan membuat website yang akan digunakan khusus untuk memuat berita-berita terkait Unhas. Website yang berdomain www.Unhas.id, membuat pihak Unhas siap berjuang di tahun ini. “Ke depannya kita akan mengoptimalkan website Unhas dengan membuat domain baru. Di website ini, kita akan memuat semua berita yang berhubungan dengan Unhas,” jelasnya, Senin (14/1).
sai menunaikan shalat ashar, aku bergegas menuju ruang kuliah. Jadwal kuliah yang tertera di KRS adalah Pukul 15:20, bertepatan dengan jadwal shalat ashar. Langkah ku kupercepat. Mengingat dosen yang mengajar di kelasku adalah seorang profesor lulusan Prancis, terkenal disiplin dan tegas. Prof. Bada, begitu aku biasa mendengar mahasiswa menyebutnya. Dari luar kelas samar-samar terdengar suara Prof. Bada telah memulai perkuliahan. Aku tertegun, sesaat niatku terhenti, meyakinkan diri bahwa Prof. Bada akan memaklumi keterlambatanku ini. “Assalamualaikum” Tidak ada jawaban. Beberapa mahasiswa melirikku, memberi isyarat agar tidak ribut. Prof. Bada tetap fokus menjelaskan, seolah tak menyadari kehadiranku. Aku segera menuju bangku terdekat, berharap Prof. Bada tidak melihatku. “Keluar!”tiba-tiba terdengar suara membentak ketika aku hendak duduk. Kuurungkan niatku begitu aku sadar itu adalah suara Prof Bada. Aku berdiri. Terpaku. “Saya...” “Keluar!” Katanya sebelum sempat kuselesaikan katakataku “Tapi Prof.....” “Jika sebelah kaki saya lebih dulu melalui pintu, tak ada lagi yang boleh masuk! Mutlak.” Ucapnya dengan suara lantang “Tidak ada alasan untuk terlambat, apapun itu...!” katanya lagi membuat seisi kelas terdiam. “...Termasuk ibadah.” lanjutnya tanpa beban. Suasana menjadi hening, hanya terdengar desau
Tim Lipsus ILUSTRASI/A.SUCI ISLAMEINI H.
udara yang keluar dari AC. Aku melirik ke beberapa mahasiswa, terutama yang beridentitas muslim, semua diam, seolah tak ada masalah. “Sekarang keluar!” Katanya lagi. “Mohon maaf sebelumnya Prof. Ini kuliah perdana, belum ada kontrak kuliah apa pun, termasuk toleransi keterlambatan.” Kataku dengan dada berdebar. Ia berdiri, menatapku dengan sorot mata menjatuhkan. Seketika mentalku luluh lantah. Kurasakan keringat mulai bercucuran. “Sekarang kita buat kontraknya. Tidak boleh terlambat se-detik-pun. Tak ada alasan yang bisa ditolerir. Termasuk ibadah.” Katanya tegas, menatapku, lalu pandangannya dialihkan menyapu seisi ruangan seolah ingin memastikan tak ada yang membantahnya. Lalu pandangannya kembali padaku. Aku melirik sekali lagi ke peserta kuliah. Bukan saja pada mereka yang beridentitas muslim. Aku berharap ada yang protes ketidakadilan ini. Semua bergeming. Bahkan beberapa mahasiswa menatapku, dari tatapannya aku paham, mereka menyuruhku untuk menerima keputusan ini. Apakah hanya aku yang merasa kalau perlakuan ini tidak adil? Atau hanya aku yang merasa tertindas dengan keputusan sepihak ini? Tetap tidak ada yang buka mulut. Semua bungkam. Aku ciut. “Maaf Prof. Saya bisa terima keputusan ini dengan syarat izinkan saya terlambat sebab jadwal mata kuliah ini bertepatan dengan waktu shalat.” Kataku dengan suara parau. “Kamu mau ikut kuliah saya. Aturannya tidak boleh terlambat!”. Aku diam, suasana kembali hening. Sekali lagi, kutarik nafas
panjang, kulepaskan tas dari punggungku, berharap dengan itu aku lebih rileks. Aku meyakinkan diri bahwa yang aku perjuangkan adalah hal yang benar. Bukan hanya untuk ku, tapi semua orang yang ada di dalam ruangan ini. Aku menatap sekilas seluruh peserta kuliah, dari wajah mereka aku tahu, mereka terbebani. “Saya minta maaf Prof. jadwal shalat saya tidak bisa ditawar, ditetapkan jauh sebelum mata kuliah ini dijadwalkan, bahkan jauh sebelum mata kuliah ini ada.” “Siapa namamu?.” “Fahri.” Ia mengambil daftar hadir, membaca sekilas lalu dengan pulpen ia membuat sebuah lingkaran kecil di atas daftar hadir itu. “Kamu keluar sekarang!” Katanya kemudian. Aku sudah siap dengan keputusan ini. Aku tak membantah lagi, setidaknya semuanya sudah jelas, antara shalat dan kuliah, semua sudah dijadwalkan, itu pilihan. Aku melangkah meninggalkan kursi yang belum sempat aku duduki itu. Sekilas aku menangkap seluruh mata menuju padaku. Tak terkecuali Prof. Bada. “Fahri....!” Prof. Bada memanggilku ketika Aku sudah berada di depan pintu. Aku menoleh. “Namamu sudah ada dalam catatanku, hati-hati!.” Katanya sambil dengan nada ancaman sembari mengacungkan daftar hadir yang sudah dilingkarinya tadi. Di kantin, Aku merenungkan semua yang baru saja terjadi. Pekan depan hingga satu semester selesai, masalah ini akan terulang. Aku juga heran mengapa aku begitu nekat membantah Prof. Bada yang begitu disegani di kampus ini. Sesekali aku tersenyum memikirkan kenekatan itu. “Fahri....!” Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku. Dari jauh aku melihat Meldi berlari ke arahku. “Gawat bro, Prof. Bada memanggilmu untuk menghadap di ruangannya.” Katanya dengan napas tersengal-sengal. Aku sedikit kaget, tapi Aku mencoba untuk tetap tenang, stay cool. Ku perbaiki letak dudukku. “Sekarang?” “Iya secepatnya.” Aku bingung, memenuhi panggilan
itu atau tidak. Tapi sebenarnya rasa takutlah yang menindihku. Bagaimana kalau Aku diskors, atau mungkin saja di-DO. Pertanyaan itu memenuhi kepalaku sepanjang jalan menuju ke ruangan Prof. Bada. “Duduk” perintah Prof. Bada. Aku menurut. Ku siapkan mental terbaikku untuk menerima segala kemungkinan yang akan dilakukan oleh dosen yang sangat disegani ini. “Apa masalah mu?” tanya Prof. Bada tanpa basa-basi. Matanya fokus pada laptop di depannya. “Saya hanya ingin diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat tanpa tergesa-gesa sebelum masuk kuliah, Prof.” Kataku se-sopan mungkin. Seketika wajahnya beralih menatapku. “Silakan, lakukan ibadahmu. Tidak ada hak saya untuk melarang. Termasuk keterlambatan masuk kelas.” Katanya dengan raut wajah bersahabat. Aku diam. “Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksi dari mahasiswa terhadap aturan itu. Dan kau lihat sendiri, apa yang terjadi. Seolah-olah tidak ada masalah.” lanjutnya. “ Kampus butuh orang seperti kamu yang berani melawan ketidakadilan. Berani ambil risiko. Apa jadinya ketika di tengah masyarakat nantinya banyak ketidakadilan yang terjadi tapi orang-orang di sekitarnya hanya diam?”. Jeda, “Jangan pernah diam ketika melihat ketidaadilan. Perhitungkan dan ambil risiko.” katanya sebelum mempersilakan Aku meninggalkan ruangannya. Setelah bertemu dengan Prof. Bada di ruangannya, aku selalu melaksanakan sholat sebelum masuk kuliah. Tak ada teguran. Walau begitu, aku menangkap tatapan heran dari teman kuliah ketika masuk terlambat dengan sangat tenang seolah tak pernah terjadi sesuatu. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Kujelaskan yang sebenarnya. Satu persatu temanku mulai melaksanakan shalat sebelum kuliah. Bahkan menjelang akhir perkuliahan, aku pernah mendapati Prof. Bada duduk sendiri di dalam ruangan menunggu mahasiswa yang terlambat karena shalat. Lalu melaksanakan perkuliahan seperti biasanya. Penulis : Ahmad Alfarid, Mahasiswa Biologi, Fakultas MIPA Unhas, Angkatan 2015
7 PUISI Botak Oleh : Hasnan Sutadi Hari ini, mahkotaku ditanggalkan Bukti bahwa aku hanya representasi orang kebanyakan Yang mampu membawa perubahan besar untuk hari depan Hari ini, mahkotaku ditanggalkan Bukan berarti kuasa ditinggalkan Sebab amanah telah diikrarkan Hari ini, mahkotaku ditanggalkan Untuk merenda kebersamaan Merasa kesederhanaan Hari ini, mahkotaku ditanggalkan Bertualang lintas pengetahuan Meniti jalan agen perubahan
Anggota Forum Lingkar Pena Ranting Unhas, Mahasiswa Jurusan Geofisika, FMIPA Unhas Angkatan 2018
Mimpiku Tercapai Oleh : Andriansyah Lembar-lembar kiasan Tak apa, tak ada apa-apa Meski tulisku ada, namun dia tak bernyawa Abu-abu, sejawat rayap dan debu yang setia Mengapa senjalah yang mengisi ruang-ruang yang kumimpikan? Hujan menjadi titik yang kau rindukan Mereka yang datang sesaat menitip kenangan Aku? Hanya menitip impian Senja mengalahkanku yang ada di setiap perputaran waktu Hujan lebih pandai meresap ke dalam hatimu Dapatkah aku terpatri di matamu menggantikan senja itu? Menggantikan titik-titik hujan di hatimu? Mimpiku tercapai Di dalam pengandaianku Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Unhas Angkatan 2018
RAMPAI
8
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
CIVITAS
9
Sekolah Kolong Project, Berawal dari Keprihatinan Pendidikan Anak Desa “Cukuplah saya yang tidak tahu membaca dan menulis, anak-anak di sini harus lebih dari saya,” kata Den Raga, salah satu warga yang menghibahkan tanahnya untuk membantu proyek Sekolah Kolong.
D
i sebuah desa Kabupaten Maros, tepatnya di Kampung BaraBaraya, Kecamatan Tompo Bulu, sejumlah siswa harus mengenyam pendidikan dengan fasilitas yang sangat terbatas. Lokasinya yang cukup terpencil membuat desa ini belum sepenuhnya mendapatkan layanan listrik dari pemerintah. Ditambah, akses sinyal yang hampir tidak ada membuat desa ini sulit dijangkau oleh masyarakat luar. Akses jalan yang cukup ekstrim dan jauh dari kota, menuntut anak di desa ini lebih memilih menimba ilmu di bawah kolong rumah panggung salah satu warga. Anak-anak tersebut merupakan siswa kelas jauh Madrasah Ibtidaiyah (MI) DDI Hidayatullah Tanete Bulu. Tidak seperti sekolah pada umumnya yang memiliki dinding dan fasilitas yang menunjang, sekolah ini masih jauh dari kata layak. Sekolah yang berdiri sejak tahun 2013 itu memiliki jumlah siswa sekitar 20-30 orang, sedangkan tenaga pengajar hanya dua orang saja. Sulitnya akses menuju desa, menuntut mereka belajar dengan waktu terbatas yakni hanya pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Melihat kondisi
tersebut, sekelompok anak muda asal Makassar dan beberapa di antaranya mahasiswa Universitas Hasanuddin mendirikan Sekolah Kolong Project. Salah satu penggagasnya yang berasal dari Unhas ialah Istya Magfirah Mahasiswa Fisioterapi angkatan 2012. Ide tersebut digagas agar anak-anak Kampung BaraBaraya bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak. “Kami ingin agar anak-anak di desa tersebut tetap bersekolah, karena untuk membuat suatu perubahan hal yang dibutuhkan adalah pendidikan,” kata Bagus salah satu relawan, kepada reporter identitas. Selain itu, kemauan untuk mendirikan Sekolah Kolong Project juga didorong oleh semangat belajar anak-anak desa yang sangat tinggi meski fasilitas yang terbatas. Sejak berdiri 2017 lalu, hingga kini sekitar 100 lebih relawan telah bergabung dalam proyek mengajar tersebut, termasuk Bagus, alumni Fakultas Teknik Unhas. Menurutnya, sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk membantu sesama. “Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi relawan di sini, yang dibutuhkan hanyalah
sebuah kemauan dari diri sendiri dan cukup menghubungi admin instagramnya. Sebelum berangkat untuk mengajar akan diadakan meet team terlebih dahulu untuk membahas tentang hal yang perlu dipersiapkan,” jelasnya. Tak hanya bergerak di bidang pendidikan, komunitas ini juga bergerak di bidang sosial dan kesehatan. Ada beberapa program yang diselenggarakan, di antaranya dokter cilik, sunatan massal, serta pengobatan gratis kepada warga desa. Hal ini juga didukung dengan adanya relawan yang berasal dari latar belakang ilmu kedokteran dan kesehatan yang turut berpartisipasi. Sedangkan untuk memperoleh dana, beberapa relawan biasanya menggalang dana dengan menjual baju dan gantungan kunci. Adapun sumber dana terbesar berasal dari para donator. Kini Sekolah Kolong Project telah dibangun dan diresmikan pada bulan Oktober 2018 lalu dan dilengkapi dengan perpustakaan dan taman baca. Meski dibangun di tanah warga bernama Den Raga, namun ia secara suka rela menghibahkan
tanahnya demi peningkatan pendidikan anak-anak di
DOKUMENTASI PRIBACI
kampungnya. “Cukuplah saya yang tidak tahu baca dan menulis, anak-anak di sini harus lebih dari saya”, ucapnya, dikutip oleh Bagus. Membangun sekolah Kolong Project bukanlah hal yang mudah. Banyak kendala yang harus dihadapi. Medan yang ekstrim, mengakibatkan sulitnya mengangkut material menuju ke lokasi. Selain itu, pasang surut relawan menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi. “Harapannya, sekolah ini dapat bertahan dan memiliki jumlah relawan pengajar yang terus bertambah dan memberikan motivasi kepada anak-anak yang bersekolah di sana,” tutupnya. Nelpiansi
IDENTITAS/ARISAL
Presentasi: Salah satu tim lomba sedang mempresentasikan hasil penelitiannya. Sayangnya, angan-angan untuk ke Taiwan pupus sudah, lantaran pihak birokrasi kehabisan dana. Senin (16/7/18).
Mimpi Tersandung Kuota Dua tim dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam batal mengikuti lomba Taiwan International Expo (TIE). Sebab dana yang mereka butuhkan tak cukup, pun pihak rektorat tak memberikan bantuan karena kuota untuk anggaran lomba internasional telah cukup.
P
upus sudah harapan dua Tim Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berkompetisi di kancah internasional. Tim yang diketuai Syahdan bersama dua anggotanya, Hasmirawati Basir dan Ummu Faizah serta tim yang dipimpin oleh Arbaina Syahdinnur dan beranggotakan Anfauziah Eka, batal berangkat ke Taiwan. Setelah dinyatakan lolos, rencananya, mereka akan mengikuti lomba Taiwan International Expo (TIE) yang diselenggarakan TIATRAorganisasi yang bergerak di bidang inovasi dan teknologi- pada KamisSabtu (27-29/9/2018) lalu. Gayung tak bersambut, dana yang mereka butuhkan tak kunjung terkumpul. “Dana yang kami butuhkan itu sebanyak Rp.42,8 juta. Biaya itu sudah termasuk registrasi, penginapan, dan transportasi,”kata Muh. Syahdan, Sabtu (8/9). Kami pulang balik ke rektorat, lanjutnya, tapi dari pihak birokrasi mengatakan bahwa kuota untuk kegiatan internasional dibatasi, yaitu sekitar 70%. “Selain masalah kuota yang sudah penuh, alasan lainnya itu kegiatan ini dianggap bukan kegiatan yang kompetitif. Saya juga kurang paham dengan alasan tersebut, padahal ada
penilaian terhadap karya yang kami punya,”ucap mahasiswa jurusan biologi itu. Adapun produk yang mereka buat yaitu Bioetanol dari Alga Laut Kappaphycus Alvarezii dan Teknologi Menambang Emas Nano Menggunakan Alga Spirogyra Peipingensis. Demi menampilkan produknya tersebut, mereka juga mencoba mencari peruntungan dengan memasukkan proposal ke beberapa lembaga dan menyebar pamflet bantuan dana. “Dana yang kami dapat dari memasukkan proposal di FMIPA itu Rp 6 juta. Kemudian, kami juga sudah memasukkan proposal ke beberapa lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Kalla Group, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kehutanan,”ucap Syahdan. Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil. “Karena mendengar ada masalah dari pihak rektorat jadi kami batal masukkan ke Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kehutanan, di Baznas itu katanya memang tidak bisa karena ada syarat yang tidak bisa kami penuhi. Sedangkan untuk Kalla Group terlambat konfirmasinya,”jelasnya. Syahdan pun berharap adanya transparansi dari pihak rektorat sehingga tidak ada lagi kasus
seperti mereka. Serupa tapi tak sama, kejadian yang dialami Syahdan dan teman-temannya, juga pernah dirasakan Erwin Gunawan dan timnya. Erwin, Mahasiswa Kedokteran Gigi, bersama tiga temannya, Ahmad Setiawan Jarigau, Mahasiswa Kedokteran Gigi, Ariansyah dan Fadhil Adam Dzaky, Mahasiswa Fakultas Farmasi, berhasil lolos untuk memamerkan produk mereka di ajang International Invention & Technology Exhibition (ITEX 2018), Kuala Lumpur, Malaysia, (10-12/5). Akan tetapi, dengan alasan kuota yang sudah cukup, pihak birokrat menolak proposal permohonan bantuan dana dari mereka. Meski begitu, mereka berusaha mencari bantuan dana di tempat lain. Semisal, door to door ke beberapa klinik dosen dokter gigi yang mereka kenal. “Iya proposal kami ditolak dengan alasan tiap fakultas jatahnya hanya satu tim yang diberikan tiket, itupun cuma maksimal dua orang,”tulis Erwin saat diwawancara via WhatsApp, Sabtu (17/11). Lebih lanjut, ia menceritakan, mereka hanya memperoleh sedikit bantuan dari perusahaanperusahaan “yang banyak itu didapat dananya dari kenalan klinik-klinik dosen dokter gigi”.
Selain itu, pihak fakultas sendiri memberikan dana Rp 250 ribu bagi tim yang menamakan diri mereka Ewako Gel tersebut. Saat itu memang ada dua tim yang akan ikut bertanding. Selain tim Ewako Gel, tim Si Manggis Celebes juga berhasil lolos ke ajang serupa. Untungnya, tim yang terdiri atas Mixelia Ade Novianty, Nurfaisya Riandani, Muhammad Shaad Isra, Alwi, dan Julian Marchel Nuruwael dibiayai penuh oleh pihak fakultas. “Kalau tim dari farmasi (Si Manggis Celebes) mereka dibiayai oleh dekannya jadi aman mereka kalau masalah dana. Kalau saya beda, harus berjuang cari dana di luar,”lanjut mahasiswa angkatan 2015 itu. Meski begitu, berkat tekad dan usaha yang gigih, tim Ewako Gel tetap berhasil memamerkan produk inovasi mereka: gel pendeteksi plak pada gigi menggunakan kulit rambutan. Pun mereka berhasil meraih medali perak dari ratusan innovator dan inventor dari beberapa negara yang berlaga. Saat dikonfirmasi, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan saat ini, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin mengatakan, permasalahan tersebut terjadi di masa pengurusan Wakil Rektor
Bidang Alumni dan Kemahasiswaan, Dr Abdul Rasyid Djalil. Sehingga ia belum bisa berkomentar banyak terhadap hal itu. “Sebetulnya memang ada (anggaran dana), tapi tidak tahu berapa karena belum saya bicarakan. Jadi selama ini masih programnya pak Cido,”ucap Arsunan, Jumat (30/11). Ia juga mengatakan, sebenarnya kalau mahasiswa ingin mengetahui jumlah anggarannya, lebih bagus jika ada yang masuk Majelis Wali Amanah, “karena di MWA mi itu dibicarakan semua anggaran”. Kalau ada perwakilan mahasiswa di MWA, lanjutnya, mereka bisa memberikan argumen. Apakah anggaran tersebut kurang, lebih atau bagaimana. Atas semua yang terjadi, Sofyan mengaku pesimis untuk kembali berkarya,”menyuratkan semangat sudah pasti, karena persiapan sudah dilakukan tapi ujung-ujungnya tidak bisa mewakili Unhas karena terkendala biaya,”keluhnya, Kamis (3/1). Lebih lanjut, ia mengatakn pikiran yang membuat pesimis selalu menghantuinya. Tan/May/Cii/M03
10
identitas
POTRET
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
identitas NO.identitas 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
11
LAPORAN UTAMA
Proses Penjernihan Air di Unhas Foto dan Naskah: Santi Kartini
T
ahukah Anda jika Unhas memiliki tempat penjernihan air dan Unit Pelaksana Teknis Utilitas Kampus (UPT UT)? Tempat penjernihan air itu berada di samping Gedung Registrasi Unhas. Air yang dikelola di tempat tersebut dialirkan ke Rumah Sakit (RS) Unhas, RS Wahidin, Rektorat, Perpustakaan Pusat dan Ramsis. Kemudian ke sejumlah fakultas, mulai dari Fakultas Ilmu Budaya hingga Fakultas Kedokteran. Sedangkan air yang diproses di UPT UT dialirkan di sekitar MKU dan Workshop. Hal itu disebabkan karena letak UPT UT yang memang berada di Workshop. Adapun sumber air yang dimanfaatkan yaitu dari danau dan air sumur (air galian). Mengingat warnanya yang hijau dan berbau, air dari danau
harus melalui beberapa tahap sebelum dialirkan. Pertama, air ditampung pada enam tangki yang salah satunya berisi batu tawas untuk menghilangkan warna air (proses penjernihan). Kedua, tahap menyaring air keruh serta dilakukannya pembuangan ampas air yang tersisa. Selanjutnya tahap menghilangkan bau dengan menambah kaporit ke dalam air. Akan tetapi, air yang bersumber dari sumur tidak perlu dibersihkan dengan batu tawas, tinggal diberi kaporit lalu dialirkan. “Kalau air dari sumur kan airnya bersih, alami, jadi tidak usah dibersihkan lagi dengan batu tawas tinggal diberi kaporit,” ucap Anwar, salah satu pegawai di tempat Penjernihan Air Unhas, Jumat (21/12).
Memantau Mesin
Jalan Panjang Pengesahan SKPI
Memantau daya mesin
Memeriksa Persediaan Air
Membersihkan Genangan Air
Menyalakan Mesin
Membersihkan Keruh Air
IDENTITAS/ARISAL
Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA telah resmi memberlakukan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) bagi wisudawan Unhas, Selasa (18/12/2018). Namun, tahukah Anda jika aturan SKPI telah ada sejak 2014?
R
atusan mahasiswa Unhas memenuhi Gedung Baruga AP Pettarani dengan kostum yang sama. Mereka mengenakan toga dan baju wisuda. Sama seperti acara-acara wisuda pada umumnya. Namun ada yang berbeda dengan prosesi wisuda periode kedua tahun 2018/2019. Kala itu, SKPI diresmikan oleh Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, melalui pidato pembukaannya. “Tahun ini mahasiswa tidak hanya lulus dengan kertas ijazah tapi juga sudah dengan SKPI sebagai bukti kerja, wawasan pengetahuan, prestasi dan kompetensi mahasiswa,” kata Dwia, Selasa (18/12). Sebenarnya, SKPI bukanlah hal baru dalam bidang pendidikan di Perguruan Tinggi. Aturan penerapan SKPI bagi Perguruan Tinggi telah ada sejak tahun 2014. Hal itu tercantum dalam aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 81 tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa ijazah diberikan kepada lulusan Perguruan Tinggi disertai paling sedikit dengan transkrip akademik dan SKPI. Setelah aturan itu ditetapkan, Unhas sebagai salah satu universitas terbaik
di Indonesia Timur, tidak langsung menerapkannya di lingkungan kampus. Berbeda dengan Unhas, beberapa universitas telah menerapkan lebih dulu seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Makassar, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Diponegoro, dan Politeknik Negeri Bandung. Saat universitas tersebut telah menerapkan SKPI, Unhas masih mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti yang dilansir dari bundel identitas edisi awal Juni 2016, Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas masa itu, Prof Dr Ir Junaedi Muhidong, MSc mengatakan, Unhas sedang mempersiapkan diri untuk menerapkan aturan terkait SKPI itu. “Formatnya secara umum akan mengikuti aturan yang ditentukan dalam Permendikbud. Persiapannya tidak ada tim khusus, tapi diserahkan kepada Program Studi masingmasing,”ucapnya. Tak hanya itu, di tahun yang sama, terjadi perbedaan informasi yang diterima beberapa pimpinan di fakultas. Misalnya, Ketua Jurusan Keperawatan, Dr Aryanti Saleh SKp MKes menyampaikan, SKPI sudah pernah dibicarakan di
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners se-Indonesia tingkat nasional. Ia menjadi salah satu pembicaranya masa itu. Juga telah disosialisasikan dan didiskusikan bentuknya. Sementara itu, Wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam waktu itu, Dr M Eng Amiruddin mengatakan, para wakil dekan I se-Unhas telah melakukan pembicaraan mengenai SKPI. Di sisi lain, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya kala itu, Prof Dr Tadjuddin Maknun SU, mengutarakan bahwa ia belum mengetahui soal penerapan SKPI. “Saya kira itu hanya wacana. Biasanya jika ada yang menyangkut akademik maka diadakan pertemuan antar pimpinan Unhas. Namun, ini belum ada sosialisasi jadi kami belum melakukan persiapan,”ujarnya. Setelah itu, kabar terkait pemberlakuan SKPI tak lagi terdengar. Hingga di tahun 2018 lalu, Prof Dwia dengan mantap meresmikan pengadaan SKPI bagi para wisudawan Unhas. Jika di tahun 2016, SKPI merupakan program yang ditangani Wakil Rektor I, maka kali ini Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin yang mengambil alih program itu. Arsunan mengatakan, SKPI
baru diberlakukan karena beberapa perangkatnya memang perlu dipersiapkan termasuk capaian pembelajaran mahasiswa dan mempersiapkan kategori aktivitas mahasiswa yang akan dimasukkan dalam SKPI. “Kenapa baru sekarang diberlakukan karena memang sudah siap perangkat terbitnya SKPI ini dan Unhas baru tahun ini (2018) siap,”kata Arsunan saat ditemui di ruangannya, Jumat (4/1). Pihak WR III sendiri telah melakukan sosialisasi terkait SKPI ke beberapa fakultas diantaranya Fakultas Keperawatan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Pertanian, dan fakultas lainnya. Mereka turun untuk melakukan sosialisasi terkait cara mengisi borang SKPI melalui laman website sso.unhas.ac.id. Selain itu, juga menerangkan pencapaian akademik dan kualifikasi mahasiswa yang bisa dimasukkan yakni berupa penalaran, olahraga, seni, budaya, kemampuan bahasa asing, pengabdian masyarakat, dan kepemimpinan. Menurut Arsunan, salah satu manfaat diberlakukannya SKPI ialah jejak langkah mahasiswa selama kuliah dan menjalani dunia kemahasiswaan bisa terekam dengan baik. Dan diharapkan melalui SKPI,
aktivitas yang dilakukan mahasiswa bisa menunjang karirnya di masa depan. “Jadi SKPI ini betul-betul nanti berguna bukan cuma sebagai pendamping ijazah, tapi juga bisa menjadi alat nilai tukar yang menandakan bahwa adik-adik kita ini yang mau selesai, memiliki kompetensi di bidang akademik maupun non akademik dan lainlainnya,”ujarnya. Setelah melalui proses panjang, pemberlakuan SKPI tersebut. Wisudawan periode kedua tahun 2018/2019 menjadi alumni pertama yang tidak hanya menerima ijazah tetapi juga dilengkapi dengan SKPI. Lantas, manfaat apa yang telah dirasakan mahasiswa setelah SKPI ini diberlakukan?
Tim Laput Koordinator Khintan Anggota Urwatul Wutsqaa Wandi Janwar Muh. Arwinsyah Mayang Sari
12
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
LAPORAN UTAMA
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
13 9
IDENTITAS/ARISAL
U
niversitas Negeri Makassar (UNM) lebih dulu menerapkan SKPI. Salah seorang alumni mahasiswa Jurusan Matematika UNM, Muhammad Yusran mengaku belum merasakan manfaat dari SKPI tersebut. Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keperawatan Unhas, Rini Rachmawaty Skep Ns MN PhD terlihat memasuki ruang Kelas Internasional, lantai 5 Fakultas Keperawatan Unhas. Kali ini bukan untuk mengajar, namun membuka acara tentang sosialisasi pengadaan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) untuk lulusan mahasiswa Unhas. Ia tak sendirian di ruangan itu, para civitas akademika Fakultas Keperawatan Unhas turut hadir dalam acara sosialisasi. Mereka tak sabar mendengar fungsi, kegunaan, dan cara memperoleh SKPI. Kepala Sub Direktorat Pengembangan Sistem Informasi Unhas, Dr Hendra S Si M Kom pun mencoba menjawab rasa penasaran para peserta sosialisasi itu. Selain kegunaan, ia menjelaskan cara mengisi borang SKPI melalui laman website sso.unhas.ac.id. Hendra juga menerangkan,
SKPI (Tak) Penting pencapaian akademik dan kualifikasi mahasiswa yang bisa dimasukkan berupa penalaran, olahraga, seni, budaya, kemampuan bahasa asing, pengabdian masyarakat, dan kepemimpinan. Selain di keperawatan, sosialisasi SKPI juga telah berlangsung di beberapa fakultas, misal Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Fakultas Pertanian, dan fakultas lainnya. Lantas, pentingkah SKPI bagi para alumni mahasiswa? Untuk mengetahui itu, reporter identitas mencoba mengevaluasi pengadaan SKPI di Universitas Negeri Makassar yang telah lama diberlakukan di sana. Ia mencoba memperoleh jawaban itu dengan mewawancara salah seorang alumni mahasiswa Jurusan Matematika UNM, Muhammad Yusran. Ia mengaku, belum merasakan manfaat dari SKPI tersebut. Sejak kelulusannya pada tahun 2016 lalu, hingga saat ini, ia tidak pernah dimintai SKPI saat melamar kerja. “Sejauh ini belum saya rasakan manfaatnya (SKPI, red), karena yang bermanfaat itu di dunia kerja adalah pengalaman yang didapat saat berkegiatan,” jelas Yusran yang saat ini bekerja sebagai
tenaga pengajar di salah satu SMP Swasta di Gowa, Sabtu (6/10). Di sisi lain, meski tidak memperoleh SKPI, alumni mahasiswa Unhas, Cristina Duo Padang mengakui, selama dirinya melamar pekerjaan, belum ada perusahaan yang meminta SKPI tersebut. “Selama ini saya belum pernah dimintai SKPI saat melamar kerja, tapi menurut pribadi saya SKPI itu bisa dibilang penting,” ungkapnya, Kamis (1/11). Argumen berbeda dilontarkan oleh mahasiswa aktif di Program Studi Sastra Asia Barat Unhas, Nirwan Anwar. Ia melihat hal positif dari pengadaan surat ini. “Saya mendukung pemberlakuan SKPI ini, supaya mahasiswa mau betul-betul serius kuliah dan aktif berlembaga, tidak sekedar kuliah pulang (Kupukupu),” paparnya, Jumat (12/10). Kendati begitu, kehadiran SKPI ini mendapat respon yang cukup positif dari Manager Corporate Affairs di salah satu perusahaan di Makassar, Muhammad Khomeiny. Menurutnya, SKPI ini cukup bermanfaat karena perusahaan bisa mendapatkan gambaran lebih banyak tentang calon tenaga kerja. Selain itu, dapat menjelaskan
kesesuaian pendidikan dan pengalaman, prestasi, dan attitude. “Biasanya yang aktif berlembaga selama kuliah itu mereka lebih lugas, tidak mudah menyerah dan kreatif menyelesaikan tugas atau tantangan. Leadership-nya juga karena sudah terbiasa bekerja degan orang lain” tambahnya. Hal serupa juga diutarakan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof A. Arsunan Arsin, “jadi nanti untuk melamar pekerjaan ke perusahaan-perusahaan yang dilihat itu SKPI nya untuk mempermudah selain IP yang bagus”. Akan tetapi, Human Resources Departement (HRD) Semen Bosowa Makassar, Faisal, menyampaikan jika perusahaan mereka tidak menjadikan SKPI sebagai salah satu syarat pelamar pekerjaan di sana. Ia mengatakan, hal yang menjadi pertimbangan bagi mereka ialah sertifikat magang atau praktek lapangan yang pernah dilakukan. “Kami belum menerapkan SKPI. Kalau kompetensi pelamar itu kita lihat dari sertifikat magang atau praktek sebelumnya untuk mempertimbangkan ke seleksi berikutnya. Karena seleksinya kami, bukan pada saat mereka melamar pekerjaan saja, tapi ada juga
seleksi internal, ada seleksi berkas, psikotes, wawancara, dan beberapa tes keterampilan khusus yang memang sudah kita desain untuk melihat kompetensi dari masingmasing calon,”jelasnya, Senin (7/1). Ia juga mengaku bahwa informasi terkait SKPI belum pernah ia dengar sebelumnya. “Kami juga berusaha untuk ikut terhadap aturan pemerintah. Kalau misalnya ada aturan-aturan tentang ketenagakerjaan kami juga akan ikuti di sana. Tapi kalau sekarang aturan tentang SKPI, belum ada infonya,”lanjutnya. Lalu, pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana keabsahan dan dana untuk mengadakan SKPI ini? Arsunan menjelaskan, surat itu akan dicetak menggunakan kertas hologram yang tidak dapat dipalsukan. Adapun soal biaya, tambahnya, mahasiswa tak perlu risau akan hal itu. “Tenang saja, WR 3 bisa jamin biayanya tidak akan memberatkan, itu akan diusahakan, kalau perlu gratis, tidak dibebankan pembayaran,” ungkapnya sambil tertawa kecil, Rabu (10/10). Tim Laput ILUSTRASI/HAFIS DWI FERNANDO
14
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
LAPORAN UTAMA
Persaingan Makin Ketat, Kemampuan Perlu Ditingkatkan
P
ersiapan merupakan salah satu hal yang harus ada dalam melakukan suatu kegiatan apalagi mengambil suatu kebijakan. Diberlakukannya SKPI bagi mahasiswa pun perlu memiliki persiapan yang matang. Mulai dari kesiapan mahasiswa hingga pembuat kebijakan. Lalu, hal
Apa saja yang perlu mahasiswa persiapkan untuk mendapatkan SKPI? Yang pertama kita sudah tahu fungsinya SKPI yaitu sebagai surat pendamping ijazah. Kalau ijazah itu yang menunjukkan bahwa alumni tersebut pendidikannya di tingkat universitas selesai dan transkrip menunjukkan capaian akademiknya. Maka SKPI itu menjadi pegangan tentang kemampuan dan pengetahuan seseorang seperti softskill dan segala macam. Jadi dia sebagai penjelasan yang objektif dari prestasi dan kompetensinya. Oleh karena itu, hal yang harus mahasiswa persiapkan ialah memperbanyak kegiatan dalam bidang kelembagaan, organisasi, olahraga, seni dan juga penalaran. Semua itu harus mahasiswa persiapkan dari awal. Selain itu, kita sudah tanya bagaimana SKPI, apa yang perlu ditulis dalam SKPI dan dikuatkan dan juga bagaimana adik-adik mahasiswa bisa dapatkan semua skill yang dibutuhkan, kita minta masukan dari perusahaan mitra. Perusahaan yang bekerjasama seperti BUMN dalam program mahasiswa magang dan itu bisa dimasukkan ke SKPI, Bank Mandiri, Semen Indonesia, Semen Tonasa, Pupuk Indonesia, Asabri, Jamkrindo, PP Pembangunan Perumahan. Bukan cuman perusahaan BUMN saja tetapi semua. Kemudian, SKPI kita buat dalam bilingual jadi siapa saja bisa level Indonesia maupun luar Indonesia. Apa saja jenis kegiatan yang dapat diunggah untuk mendapatkan SKPI? Ada enam item seperti penalaran misalnya karya tulis ilmiah, Pimnas, ikut debat dan lain sebagainya. Bidang olahraga ikut Pomnas yang levelnya nasional, regional atau International. Dan bidang seni
apa saja yang perlu mahasiswa persiapkan dan apa yang sudah pihak pembuat kebijakan siapkan dalam menjalankan atau menerapkan SKPI? Berikut kutipan wawancara reporter identitas, Muh.Arwinsyah bersama Direktur Alumni dan Penyiapan Karir Unhas, Dr Abdullah Sanusi, MBA, Jumat (4/1).
ikut lomba seni dll. Lalu bagian kepemimpinan seperti, pengurus senat, pengurus himpunan, dll. Pengabdian masyarakat misal Baksos, kemampuan bahasa asing, dan lain-lainnya itu kalau dia menjabat sebagai duta entah itu duta bahasa, duta narkoba dll, itu bisa dimasukkan yang jelas mereka memilih untuk bisa memberi nilai tambah untuk mereka nantinya. Lalu, bagaimana alur pengurusan SKPI tersebut? Mahasiswa log in ke laman Sign On (SSO) Unhas. Kemudian mahasiswa menginput kegiatan dan prestasinya yang pernah mereka capai termasuk mengunggah dokumen pendukung. Semisal, juara menulis harus ada dokumentasi pendukungnya paling lambat tiga bulan setelah kegiatan
selesai. Jadi kalau sudah lewat ya tidak diterima lagi. Kemudian harus 14 kegiatan yang dimasukkan jadi harus dipilih yang terbaik di antara yang baik. Setelah itu, mahasiswa melakukan finalisasi. Wakil Dekan III masingmasing fakultas melakukan verifikasi yang telah mahasiswa unggah apakah berkasnya lengkap, sesuai, dll. Lalu Kasubag akademik menverifikasi mahasiswa itu masuk kurikulum apa, karena ada perubahan kurikulum beberapa waktu lalu, kemudian gugus penjaminan mutu mengecek apakah bahasa Inggris di SKPI sudah benar. Hal ini karena SKPI dibuat bilingual. Terakhir ditanda tangani oleh dekan. Lalu bidang kemahasiswaan akan melakukan proses pencetakan SKPI tersebut.
Lantas, sudahkah prosedur SKPI ini disosialisasikan? Di 2018 kemarin ada program PPKPS yang dilaksanakan oleh LPMPP, salah satu itemnya itu adalah terbitnya SKPI. Dan kita juga telah sosialisasikan ke semua
prodi dan juga beberapa fakultas kita sudah lakukan sosialisasi lebih dari sekali. Pertama dalam level pengurus lembaga kemahasiswaan dan sosialisasi dalam level kasubag, staff, tenaga kependidikan, juga sosialisasi dalam level kepala jurusan, mahasiswanya sendiri termasuk ada beberapa fakultas walaupun belum menyeluruh. Sosialisasi akan terus dilaksanakan. Berapa anggaran yang disiapkan untuk pencetakan SKPI nantinya? Anggaran dari bidang kemahasiswaan dan alumni soal totalnya kita masih belum tahu sebab yang dibutuhkan itu cuma pengadaan kertas dan print kertasnya saja. Lebih lanjut, hal itu harus berpedoman khusus jika kertas SKPI tersebut dikeluarkan. Apa harapan Anda untuk mahasiswa terkait adanya SKPI ini? Harapan saya agar mahasiswa itu bukan hanya fokus dalam bidang akademik semata tetapi juga tantangan kedepan itu juga semakin ketat persaingan dan yang dibutuhkan itu kemampuan. Jadi mahasiswa tidak sekedar menyelesaikan studi saja. Kita juga butuhkan lulusan dengan kemampuan-kemampuan milenial yang salah satunya itu critical thinking. Skill itu bisa diasah di kegiatan ekstra di luar kelas. Mahasiswa sekarang itu membutuhkan skill tersebut untuk mengahadapi era 4.0 ini.
IDENTITAS/ARISAL
Data Diri
Nama : Dr Abdullah Sanusi, MBA Tanggal Lahir : 8 Mei 1980 Jabatan : Direktur Alumni dan Penyiapan Karir Unhas Riwayat Pendidikan : -Fakultas Ekonomi Unhas, Indonesia (Sarjana/bachelor), 2003 -University of Birmingham, United Kingdom (MBA), 2008 -Curtin University, Australia (PhD), 2017.
identitas
NO. 897, TAHUN XLV EDISI JANUARI 2019
WANSUS
15
Endah Lismartini
Kala Pelecehan Terjadi, Cukup Dengarkan Korban
K
onstruksi sosial membentuk berbagai macam sterotip masyarakat pada umumnya terhadap perempuan. Semisal, perempuan cantik diidentikkan dengan kulit putih atau sawo matang, tinggi semampai, rambut panjang, dsb. Maka, perempuan dengan penampilan yang bersebelahan dengan sterotip tadi ialah perempuan yang kurang cantik atau tidak cantik sama sekali. Selanjutnya, citra perempuan tak jarang dikait-kaitkan dengan kasur, sumur, dan dapur. Seakan perempuan ada hanya untuk menjadi bawahan laki-laki.
Bagaimana tanggapan Anda terkait penerapan konsep kesetaran gender dalam dunia pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi? Yang harus diingat adalah bahwa perempuan juga punya hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan belajar dan perempuan juga punya hak yang sama untuk berkiprah di dunia pendidikan. Jadi jangan lagi karena dia perempuan dia tidak boleh mengambil jurusan ini atau jurusan itu. Disinilah dilihat bahwa walaupun identik dengan laki-laki, seorang perempuan pun boleh mengambil jurusan tersebut. Karena setiap makhluk itu mempunyai hak yang sama. Jadi, meskipun dia perempuan jika ia memiliki keinginan atau ketertarikan di dunia-dunia maskulin, itu perempuan punya hak yang sama. Tidak boleh ada diskriminasi. Kebetulan di Unhas itu, rektornya adalah perempuan, bagaimana pandangan Mbak terhadap itu? Senang banget. Karena memang di dunia pendidikan itu, banyak juga yang masih maskulin, terutama pendidikan tinggi. Kepala sekolah perempuan di SD, SMP, dan SMA sekarang sudah mulai banyak. Namun jabatan rektor masih banyak diduduki oleh kaum laki-laki. Jadi kalau di Unhas rektornya perempuan keren banget. Berarti kesetaraan mulai bermain di Unhas. Artinya, Unhas sudah memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk mengaktualisasikan potensinya. Namun, bagaimana dengan tanggapan beberapa pihak yang masih memandang itu sebelah mata dengan mengatakan kenapa rektor Unhas itu perempuan? Orang-orang yang mengatakan dan berpandangan seperti itu perlu diajak berdiskusi tentang kesetaraan gender. Tidak boleh terjadi diskriminasi hanya karena dia perempuan. Dia tidak boleh jadi rektor padahal secara kompetensi dia sangat layak atau dari segi keilmuan dia layak untuk jadi
rektor. Jangan karena merasa laki-laki, si perempuan ini menjadi tidak berhak, tidak boleh seperti itu juga kalau dia berkompeten, kenapa tidak. Waktunya perempuan, waktunya maju, dan bukan berarti tidak layak, ini hanya berkaitan dengan tidak adanya kesempatan. Mengenai kasus pelecehan di UGM, bagaimana pandangan Mbak terkait dengan hal itu? Kenapa justru korban seakan disalahkan oleh publik? Jadi begini, jika terjadi kasus pelecehan, kekerasan, dll. Hal pertama yang mesti kita lakukan adalah berpihak kepada korban. Jadi, cukup dengarkan korban. Karenakan itu terjadi di tempat yang sulit untuk mendapatkan saksi sehingga yang perlu kita percaya adalah korban. Karena dia yang merasa dirugikan, dia yang merasa dilecehkan dan dia juga yang merasa mengalami hal itu.
Akan tetapi, lambat laun, perempuan mulai bangkit dan berusaha mendapatkan tempat dan citra yang lebih baik. Hal itu sekarang kita kenal dengan sebutan kesetaraan gender. Para perempuan mulai menyuarakan kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Lalu, bagaimana kesetaraan gender selayaknya diterapkan? Berikut kutipan wawancara Reporter identitas, Ervina, bersama Endah Lismartini atau yang kerap disapa Mbak Endah saat memberikan materi di acara Kelas Sekolah Jurnalistik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, Minggu (2/11).
masuk pada ranah pengadilan, baru setelah itu kampus mengikuti apa yang telah divoniskan oleh pengadilan. Jadi jangan mengambil tindakan sendiri. Perlukah ada regulasi dari pihak kampus terkait dengan penanggulangan dari kasus tersebut? Perlu, ucap Mbak Endah. Itu dikarenakan sekarang kasuskasus seperti itu, banyak terjadi. Jadi kampus yang progresif, harusnya juga cepat
mengadopsi ini. Apalagi di jaman sekarang orang-orang tidak takut lagi bicara saat ia menganggap itu adalah pelecehan. Regulasi yang pantas untuk dibentuk ? ranahnya kampus untuk membentuk perwakilan-perwakilan mahasiswa dan meminta saran untuk mencegah hal tersebut terjadi. Sebagai agen perubahan, ketika terjadi pikiran-pikiran yang memerdekalan seseorang, mahasiswa punya peran di situ. Untuk menyebarkan bahwa setiap perempuan setiap manusia punya hak yang
sama untuk hidup, beraktivitas dan untuk mengaktualisasikan dirinya serta untuk meluangkan potensinya perempuan punya hak yang sama. Laki-laki dan perempuan, tidak hanya untuk salah satunya. Jadilah mahasiswa yang pengambil peran sebagai agen of change, jangan hanya kuliah pulang kuliah pulang. Semoga perempuan dari Sabang sampai Marauke akan bisa berdiri setara dengan laki-laki, bisa sama-sama mendapatkan hak yang sama. Semua perempuan bisa mendapatkan hak yang sama untuk menjadi pejabat publik, serta untuk mengaktualisasikan diri dan potensinya. Sehingga ke depannya perempuan dapat mengatakan “Saya mau ini, Saya akan melakukan ini, dan Saya akan mewujudkan mimpi Saya”.
Apa yang melatarbelakangi sehingga kasus-kasus pelecehan masih terjadi di lingkungan pendidikan? Karena tidak semua orang mau menerima perubahan atas pola berpikir. Selama ini orang sudah terlalu nyaman dengan posisi bahwa laki-laki adalah yang paling utama dibanding perempuan, laki-laki lebih super power, laki-laki adalah ordinat dan perempuan adalah subordinat. Sehingga meski di kampus, hal tersebut masih terjadi karena memang butuh jiwa besar untuk menerima hal itu, karena sekarang eranya kesetaraan. Bagaimana sih sebenarnya perguruan tinggi melihat kasus seperti yang terjadi di UGM ? Sebaiknya hal pertama adalah tidak menghakimi, tidak langsung memutuskan siapa salah dan siapa yang benar. Karena penghakiman itu tetap ranahnya penghakiman. Harusnya perguruan tinggi, melihat kasus dengan mencari solusi tetapi tidak langsung menghakimi bahwa tidak ada pelecehan seksual, itu terjadi karena suka sama suka, tidak bisa seperti itu. Tapi pihak kampus wajib mendengarkan semua pihak. Saat korban telah melapor, itu telah
Data Diri
Nama : Endah Lismartini TTL : Jakarta, 2 November 1973 Pendidikan : Sarjana Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta
FOTO ISTIMEWA
Jenjang Karir : - 2015 - sekarang : Editor berita di @viva.co.id - 2014 - 2015 : Editor berita di @rimanews.com - 2013 - 2014 : Editor berita di @kabar3.com - 2011 - 2013 : co editor, Tabloid Prioritas - 2004 - 2011 : free lance editor - 2002 - 2004 : Editor Majalah Ummi dan Aisha - 1999 - 2002 : Reporter Majalah Pilar - 1997 - 1999 : Reporter Tabloid PARON
CIVITAS
16
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
identitas
NO. 897, TAHUN XLV EDISI JANUARI 2019
JEJAK LANGKAH
17
Hambatan Menjadi Tantangan yang Harus Dihadapi “Bantulah orang lain, mudahkan urusannya dan doakan mereka, maka Allah Swt akan memudahkan urusanmu”
S IDENTITAS/ARISAL
Keinginan mengurangi UKT : Mahasiswi Fakultas Kedokteraan asal Palu berdiri di depan fakultasnya. Ia sedang menunggu uluran tangan dari pihak birokrasi untuk meringankan beban UKT, Senin (15/01).
UKT Tak Diturunkan, Mahasiswa Asal Palu Merana “Kalau memang Unhas tidak bisa seratus persen membantu, paling tidak Unhas bisa mengurangi beban UKT yang harus saya bayar,” harap salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas asal Palu, Annisa Mardhatilah.
D
engan mata berkacakaca, Annisa Mardhatilah menceritakan beberapa kehilangan yang telah ia alami pasca gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, 28 September 2018 lalu. Termasuk Ibu yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dan mendukungnya untuk kuliah di Makassar. Selain kehilangan ibu, Nissam, begitu ia disapa, pun mesti merelakan rumah, mobil, dan properti lainnya tersapu tsunami. Seiring berjalannya waktu, Nissam mulai menerima keadaannya sekarang. Namun, rasa khawatir masih terus menghantuinya. Takut-takut jika ia tidak bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Selama ini, sang ibu yang berprofesi sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) di Kota Palu lah yang menjadi sumber utama UKT nya sejumlah 20 juta rupiah itu. “Saya bersama teman Palu lainnya sekarang jadi kesulitan bayar UKT, jangankan untuk bayar uang kuliah, untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak tahu harus bagaimana,” ucapnya dengan nada terisak, Jumat (26/10). Ayah Nissam yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil itu mengaku angkat tangan dengan urusan UKT anaknya. Gaji per bulan yang ia terima hanya cukup menghidupi dirinya, Nissam dan seorang adik laki-laki Nissam.
Meski begitu, mahasiswi yang kini tinggal bersama tantenya itu tak menyerah. Saat ini ia sedang mengusahakan segala cara untuk tetap lanjut kuliah. Selain berusaha mendapatkan beasiswa, ia juga mengajukan permohonan keringanan UKT. Awalnya, Nissam melaporkan hal itu kepada pihak dekanat Fakultas Kedokteran. Lama tak mendapat tanggapan, ia kemudian menghadap ke Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg Andi Arsunan Arsin. Akhirnya sedikit harapan ia peroleh. Pihak kemahasiswaan bersedia mengusahakan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), meski uang yang akan ia peroleh tidak mampu menutupi biaya UKT-nya. Berkas dan namanya telah tercantum dalam daftar penerima beasiswa, tapi sampai saat ini belum ada panggilan untuknya. Terakhir, ia mengirim surat kepada Rektor Unhas agar UKT-nya diturunkan. Selanjutnya, surat itu didisposisi ke Wakil Rektor II, Prof Sumbangan Baja. Lalu, WR II menugaskan Yohanis Sattu, Kepala Bidang Keuangan Masyarakat Unhas untuk mempelajari surat itu. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah mengatur penurunan UKT dalam aturan nomor 22 tahun 2015, pasal 6. Pasal 6 ayat 1 menyatakan, Pemimpin PTN dapat melakukan penetapan ulang pemberlakuan
UKT terhadap mahasiswa apabila terdapat: a.ketidaksesuaian kemampuan ekonomi mahasiswa yang diajukan oleh mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya; dan/atau b. pemutakhiran data kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Kemudian pada pasal 6 ayat 2 disebutkan, “ketentuan mengenai penetapan ulang pemberlakuan UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Pemimpin PTN.” Saat dikonfirmasi, Yohanis mengatakan, saat ini Unhas belum memiliki aturan terkait penurunan UKT. “Belum ada kebijakan dari pimpinan tentang penurunan UKT, sebab untuk melakukan itu, diperlukan data yang lengkap dari pemohon untuk meyakinkan bahwa mereka benar-benar terkena dampak bencana,” terangnya, Rabu (9/1). Lebih lanjut, ia menyampaikan, setelah semua data telah lengkap, barulah hal tersebut dirapatkan bersama pimpinan untuk selanjutnya dibuat kebijakan. Hingga berita ini diturunkan, Nissam hanya diberi surat penundaan untuk membayar UKT. “Terkait apakah dia (Nissam) dibolehkan mengikuti kuliah atau tidak, itu tergantung kebijakan bagian akademik. Jika misalnya dibolehkan, maka UKT yang belum dibayarkan itu akan dicatat sebagai piutang,” lanjutnya saat ditemui di
ruangannya. Ternyata, Nissam bukanlah satusatunya mahasiswa asal Palu yang mengirimkan surat permohonan penurunan UKT. Berdasarkan data dari Yohannes, terdapat delapan surat mahasiswa Unhas yang harus ia pelajari dengan rincian dua mahasiswa S1, satu mahasiswa S2, dan lima mahasiswa S3. Hingga saat ini, nasib mereka masih menggantung. Simpang Siur Beasiswa Bagi Mahasiswa Asal Palu Beberapa waktu lalu isu beasiswa sempat beredar di telinga mahasiswa asal Sulteng. Bahkan beberapa fakultas dan Prodi telah mendata mahasiswa Sulteng yang terkena dampak bencana. Hendrawan Tumakaka, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat mengaku mendapat informasi beasiswa dari pihak Prodi dan namanya telah didaftarkan. Kabar tersebut diamini Kepala Humas Unhas, Ishaq Rahman. Ia mengatakan, Unhas akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Sulteng yang terkena dampak bencana. Namun pihak birokrat masih memikirkan beasiswa apa yang paling tepat untuk diberikan. “Yang jelas kami akan berikan beasiswa, namun jenis beasiswa apa itu kami belum update, apakah beasiswa afirmasi kedaruratan, atau beasiswa yang langsung diberikan oleh Unhas sendiri,” kata Ishaq saat ditemui reporter Identitas, Kamis
(11/10). Berdasarkan data dari Humas Unhas, tercatat 394 mahasiswa asal Sulteng yang aktif kuliah. Dari jumlah tersebut terdapat 181 mahasiswa yang berasal dari Palu dan Donggala. Ishaq menambahkan, saat ini Wakil Rektor Bidang Akademik masih sementara melakukan pendataan. Rencananya, pemberian beasiswa akan disesuaikan berdasarkan level atau tingkatan dampak yang diterima oleh mahasiswa. Mahasiswa yang kehilangan kedua orang tua atau salah satunya akibat gempa akan mendapatkan perhatian lebih. Sayangnya, informasi mengenai jumlah kuota atau persyaratan untuk beasiswa ini belum bisa diberikan oleh Ishaq. Hal tersebut lantaran, penetapan beasiswa ini masih menunggu keputusan dari Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu dan menunggu rekapitulasi data mahasiswa. Setelah dikonfirmasi, hal berbeda datang dari Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Muhammad Restu MP. Ia menjelaskan, Unhas hanya membantu Kemenristekdikti dalam melakukan pendataan mahasiswa asal Palu. Selanjutnya pemerintahlah yang akan memberikan beasiswa. Nml/Tan
uatu prinsip yang dipegang teguh Prof Dr H Muhammad Asdar SE MSi, Guru Besar FEB Unhas. Ibarat petarung yang tidak takut menghadapi siapapun musuh-musuhnya. Tidaklah mengherankan jika Prof Asdar, begitu sering dipanggil, kini dianggap sebagai orang yang paling sukses menjadikan Universitas Cokroaminoto Makassar (UCM) sejajar dengan universitas swasta lainnya di Makassar. Asdar memang dipercaya menjadi orang nomor satu di UCM periode 2017-2021. “Menjadi seorang rektor, suatu tanggung jawab yang besar dan harus dilaksanakan sebaikbaiknya. Posisi saya sekarang ini, merupakan amanah yang diberikan Rektor Unhas. Saya diutus untuk memperbaiki kampus ini,” ungkapnya kepada identitas Unhas, baru-baru ini. Mencapai tujuan tersebut, Asdar menerapkan strategi yang ia sebut “panca darma”, yaitu: memperbaiki akreditasi kampus, menambah
prodi baru, menambah mahasiswa baru, meningkatkan kerjasama dan penelitian, serta meningkatkan kesejahteraan pegawai maupun dosen. Dia pun mengakui UCM yang telah berusia 50 tahun itu, yang dulunya tidak direken, kini mulai meraih peningkatan rangking. Setahun UCM di bawah kepemimpinannya, berada pada urutan ke-3.200, kini rangking UCM menduduki urutan 947 dari 4.700 Perguruan Tinggi seIndonesia. “Target saya, tahun depan bisa menempati urutan 500-an dan pada saat tugasnya saya berakhir nanti, UCM bisa menempati urutan 100 besar,” katanya optimis. Pencapaian tersebut bukan hal yang mudah. Selama menduduki kursi Rektor UCM, Asdar menghadapi berbagai hambatan. Utamanya kampus itu terancam likuiditas, memperbaiki mental, serta transparansi anggaran. “Laporan keuangan harus
transparan dan setiap orang bisa tahu,” ujarnya. Bagi Asdar, hambatan-hambatan harus dijadikan tantangan untuk terus memperbaiki diri agar ke depannya bisa semakin maju. “Jaga hubungan dengan orang lain, belajar untuk menghargai, dan terus berbuat baik agar kita senantiasa berada dalam lingkaran kebajikan,” pesannya penuh inspiratif. Diakui dirinya dari kalangan keluarga kurang mampu, namun dia mampu menyelesaikan studi Magister Ekonomi Koperasi di Unpad (1996). Kepribadian yang dimiliki, tekun dan pantang menyerah, gelar Doktor Ekonomi pun diraihnya. Malahan hanya enam bulan setelah meraih Doktoralnya, dia pun dinobatkan sebagai yang terpelajar atau Guru Besar di FEB Unhas. Dan tambahan gelar Profesor atau Prof di depan namanya mulai terpampang. Merupakan salah seorang pemrakarsa Ikatan Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) FEB Unhas,
dia memiliki pengaruh baik di Unhas maupun tingkat provinsi. Tercatat, ada lebih dari sepuluh jabatan yang diembannya. Di antanya; Ketua Senat Fakultas Ekonomi Unhas, Ketua Majelis Profesor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas, Ketua Presidium Nasional Ikatan Cendekiawan Kraton Nusantara (ICKN), Ketua Dewan Pakar Forum Bela Negara Sulawesi Selatan, Wakil Ketua Syarikat Islam Provinsi Sulawesi Selatan, serta sejumlah jabatan yang tertulis dalam daftar riwayat hidupnya. Kendati aktif berkegiatan di luar, Tenaga Ahli Gubernur Bidang Ekonomi yang baru saja dilantik, September 2018 lalu, tetap mampu membagi waktu dengan baik.
IDENTITAS/MUH.ARWINSYAH
“Kesibukan itu harus diatur dengan baik, disiplin dan tepat waktu itulah yang penting. Saya itu paling tidak suka ditunggu dan menunggu,” terangnya. Dalam lingkup keluarga pun ia tidak abaikan. Saat berada di rumah, ayah lima orang anak ini tak pernah melewatkan quality time bersama keluarga. “Kalau sudah sampai di rumah itu, ponsel genggam ditutup supaya tenang, karena di rumah itu waktu untuk keluarga,” ujarnya Urwatul Wutsqaa
Raih Prestasi di Tengah Kesibukan Berorganisasi Jangan tanya apa yang bisa diraih Tri Puspita Roska, mahasiswi Fakultas Farmasi Unhas yang akrab dipanggil Tita ini, di tengah kesibukannya berorganisasi. Dia pasti membeberkan beragam prestasi yang telah diraihnya, mulai tingkat regional, nasional, bahkan tingkat internasional.
K
ini dia terdaftrar di bidang kemahasiswaan Unhas sebagai salah seorang mahasiswa penyumbang emas dalam bidang ilmiah. Hal itu terlihat pada ajang Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx 2018). Juga pada perlombaan Japan Design, Idea, and Invention Expo (JDIE) di Tokyo. Menariknya, ketika ditanya keikutsertaannya mengikuti lomba di Bangkok, justru jawabnya sekadar coba-coba saja namun justru menjadi pemenang. Dia pun mengaku kaget ketika pengumuman, karya penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)-nya, keluar sebagai pemenang.
“Kami tidak menyangka sebagai pemenang. Makanya, saat memperoleh medali emas, saya merasa bahagia. Saya dan tim bersyukur atas penghargaan yang telah diberikan, dan sangat senang tentunya memperoleh medali emas dan penghargaan spesial itu,” sebut Tita. Siapa nyana, Mawapres Farmasi 2018 ini, ternyata sejumlah prestasi yang diraihnya itu bermula pada kesukaannya menulis sejak duduk di bangku SMA. Anak ke-3 dari lima bersaudara ini mengakui mempermantap menulisnya saat memasuki bangku kuliah. Dia pun menyatakan inspirasi atau ide-ide yang dituliskannya itu dengan
1996 lalu. Dia juga mengakui, sering mengalami kesulitan dalam memulai tulisan. “Namun, tuangkan saja apa yang ada di dalam pikiran kita dulu. Selanjutnya ide akan mengalir dengan sendirinya. Bahkan tanpa dirasa, tulisan itu telah memenuhi lembar demi lembar,” bebernya via WhatsApp. Kecintaan menulis putri pasangan Abd Karim-Roslinda ini, mampu meningkatkan displin ilmu yang ditekuninya sekarang. Tak hanya itu, Tita terpacu berpikir kritis, inovatif, dan kreatif. Di tengah kecintaannya menulis itu, ternyata dia aktif berorganisasi. “Saya akui banyak organisasi yang saya IDENTITAS/MUH.ARWINSYAH geluti. Tetapi, itu bukan berarti menggunakan penghalang bagi saya untuk meraih banyak cara. prestasi,” ujarnya. Lihat saja dalam “Pertama, membaca artikel Curriculum Vitae (CV)-nya. atau hasil penelitian orang lain. Saat ini, ia diamanahkan Kemudian, saya manfaatkan panca sebagai ketua UKM Critis Fakultas indera atau peka dengan hal-hal Farmasi, bahkan di skala nasional, yang ada di sekitar kita. Juga, ia menjabat Dewan Redaksi diskusi dan belajar dari pengalaman Berkala Ilmiah Mahasiswa orang,” ungkap dara asal Farmasi Indonesia. Dia tercatat Bulukumba yang lahir 16 September
sebagai guru ekstrakulikuler KIR di SMA Islam Atira Bulukumba. Awalnya ia merasa kesulitan dalam membagi waktu, namun karena sudah terbiasa, akhirnya ia bisa mengetahui hal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Hasilnya, seluruh kegiatannya akan berjalan dengan baik. “Untuk membagi waktu harus memperhatikan yang mana prioritas atau membagi segala prioritas, yang mana pekerjaan penting dan mendesak, serta pekerjaan yang masih bisa ditunda,” tuturnya. Sebelum mengakhiri wawancara, Tita memberikan kalimat inspiratif; “Setiap orang dilahirkan berbeda dan sangat istimewa. Masingmasing mempunyai kemampuan dan peminatan berbeda. Namun saat ini ada sebagian orang masih mencari kemampuan dan minatnya sendiri. Hal yang perlu dilakukan sekarang, terus mencari dan menggali kemampuan yang ada dalam diri kita dan tetap berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik.” Kurnia Salsabila
18
KAMPUSIANA
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
HME Kembali Gelar Hasanuddin Techno Fest
IDENTITAS/ARISAL
Renovasi Ruangan Teknik : Nantinya diperuntunkkan untuk aktivitas dekanat teknik di Tamalanrea, Unhas, Selasa
Musyawarah Besar Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Ikab) Unhas kembali mengadakan Musyawarah Besar (Mubes) kedelapan di LT 3 Unhas. Kegiatan itu bertema Rekonstruksi Lembaga dalam Ruang Dialektis Bersinergi dalam Keberagaman dan Kekeluargaan Menuju Ikab Unhas yang Lebih Progresif. Acara tersebut dilaksanakan selama enam hari, mulai 20 hingga 25 Desember di Leang-leang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Selain dihadiri oleh anggota Ikab, pembukaan Mubes ini juga dihadiri Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa Unhas, Abdul Kadir, perwakilan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Politeknik Negeri Ujung Pandang (KMBM PNUP), Unit
Kegiatan Mahasiswa Pramuka (UKM Pramuka) Unhas, Unit Kegiatan Mahasiswa Search and Rescue (UKM SAR) Unhas dan Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa (UKM PSM) Unhas. Saat membuka acara tersebut, Abdul Kadir mengaku sangat mengapresiasi segala kegiatan Ikab karena dapat menjadi wadah bagi para penerima Bidikmisi dalam menggapai prestasi. “Saya sangat mengapresiasi segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Ikab, karena kegiatannya bisa melatih penerima Bidikmisi dalam menggapai prestasi. Jadi, kalian para penerima Bidikmisi harus mensyukuri nikmat ini, dengan membuktikan bahwa program
Bidikmisi bukan hanya program yang memberikan bantuan dana kepada mahasiswa, tapi kita harus membuktikan bahwa Bidikmisi juga mampu melahirkan mahasiswa yang berprestasi,” tegasnya. Dia juga berharap agar ketua yang akan terpilih nanti bisa lebih merespon informasi yang diberikan, dan mampu memperluas jaringan dengan organisasi lain. Selain itu, dalam sambutannya, Ketua Panitia Pelaksana Mubes, Muh. Nawir Aswin Fajar berharap kegiatan ini mampu membuat kita memuliakan diri kita sendiri dan juga mampu memberikan manfaat kepada orang lain. M24
Kenalkan Perusahaan kepada Alumni DIREKTORAT Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin menggelar Unhas Career Expo di Gor Unhas. Kegiatan yang digelar Kamis-Jumat (20-21/12) itu mengangkat tema Unhas Career Enterpreneururship Scholarship EXPO 2018. Acara ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg Andi Arsunan Arsin, M Kes, Sub Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir, Dr Amida Amrawati, S Pt M Si dan Ketua PMW Unhas, Dr dr Masita Muhis, M Sc serta berbagai pimpinan perusahaan dan tim dari PMW. Saat menyampaikan sambutannya, Prof Arsunan mengatakan, kegiatan ini bertujuan memfasilitasi alumni dan calon
alumni dalam mengakses lowongan kerja di perusahaan mitra Unhas dengan mudah. “Saya berharap, mahasiswa mendapatkan tambahan informasi lowongan kerja dan memperluas kesempatan kerja khususnya bagi alumni Unhas,” ucapnya, Kamis (20/12). Kemudian, Ketua Panitia, Dr Amida Amrawati, S Pt M Si berharap agar dengan adanya kegiatan ini dapat mengurangi masa tunggu lulusan Unhas. “Semoga dengan pameran dari beberapa perusahaan yang akan melakukan perekrutan dan hiring tenaga kerja dapat berkolaborasi dengan semua kalangan alumni untuk menuju karier yang lebih gemilang dan dapat memajukan kesejahteraan bangsa,”katanya. Selain itu, ada pula talkshow
bertema “Setelah Kuliah Lalu Apa”. Adapun pematerinya yaitu Section Head Human Capital Bank Mandiri, Yuli Agus Setyono, Awardee LPDP, Laen Sugi SE, M Entrp, dan CEO Gen Oil, Achmad Fauzy Azhari. Mereka membahas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencari pekerjaan. Misalnya, apa yang kita dapatkan dari suatu perusahaan ketika kita bekerja di dalamnya dan kita harus memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Agenda selanjutnya adalah presentasi dari sejumlah perusahaan. Perusahhan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini sebanyak 16 perusahaan seperti PT Bank Mandiri Tbk, OTO Group, Wings Group, dan lainnya. M40
HIMPUNAN Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (HME FT-UH) kembali melaksanakan Hasanuddin Techno Fest 4.0 (HTF) Nasional. Acara tersebut digelar selama tiga hari, Kamis-Sabtu (20-22/12) di Fakultas Teknik Unhas Gowa. Kegiatan yang telah empat kali dilaksanakan itu mengusung tema “Manifestasi Industri 4.0 Menuju Indonesia Berdaya Saing Global”. Adapun rangkaian kegiatannya adalah Seminar Nasional bertema “Upaya Strategis Menyiapkan Sumber Daya di Era industry 4.0”, Celebes Robot Contest dengan tema “Smart Transporter Robot Challenge”. Kemudian, ada pula Lomba Esai Nasional bertema “Kontestasi Bangsa Menuju Industri 4.0 yang Inklusif dan Berkelanjutan” dan pameran teknologi yang mengusung tema “Karya Bangsa untuk Teknologi Bangsa Indonesia”. Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pembukaan acara yang
dilaksanakan di gedung CSA Lecture Theater 1 itu dirangkaikan dengan Seminar Nasional, Kamis (20/12). Pembukaan tersebut dihadiri Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik, Mukti Ali, ST, MT, Ph D, Ketua Departemen Elektro, Prof Dr Ir H. Salama Manjang, MT, IPM dan juga ketua lembaga seFakultas Teknik Unhas. Dalam sambutannya, Ketua Panitia, Dwi Hartiani Nur menyampaikan bahwa perkembangan informasi dan teknologi telah berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan perdagangan jasa yang diistilahkan dengan revolusi 4.0. “Untuk menjawab tantangan global menurut kami sangat penting bagi mahasiswa untuk melihat peluang dan menciptakan inovasi dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini, dan kami berharap dengan kegiatan ini mahasiswa menciptakan inovasi yang sesuai tuntutan dan tantangan global,” pungkasnya. M37
Unhas Sapa Alumni UNIVERSITAS Hasanuddin melalui Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK) menyapa alumninya di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat (21/12). Kegiatan tersebut diselenggarakan di Golden Prawn, Batam pukul 19.00-21.30 WIB. Pertemuan bertajuk “Aga Kareba Alumni Unhas” ini dihadiri Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA dan melibatkan pengurus Ikatan Alumni Unhas pusat. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg Arsunan Arsin MKes mengatakan, pertemuan ini tak hanya menyapa alumni di Batam, tetapi semua alumni di seluruh Indonesia. “Setelah Batam, ada beberapa kota lagi yang akan
dikunjungi untuk menyapa alumni,” kata Arsunan, Rabu (19/12). Kegiatan silaturahmi tersebut berupa ramah tamah dan dialog, termasuk membagikan informasi kepada alumni tentang pencapaian Kampus Merah sampai saat ini. Direktur Alumni dan Penyiapan Karir Unhas, Abdullah Sanusi SE MBA PhD mengatakan, dalam pertemuan ini juga ada sesi membangun networking sesama alumni dari berbagai fakultas. “Harapannya agar alumni bisa berkontribusi terhadap kemajuan Unhas menjadi World Class University,” kata Abdullah Sanusi. Khintan
empat hari di Rumah Adat Soppeng, Benteng Somba Opu, Jumat (21/12) hingga Senin (24/12). Anggota Badan Pengawas Organisasi (BPO) KSR PMI Unhas, Hamiri mengatakan bahwa setiap organisasi perlu regenerasi. Sehingga saat ini, KSR PMI juga akan kembali memilih pemimpin barunya. Di akhir sambutannya, ia berharap ketika anggota KSR PMI Unhas mengikuti forum musyawarah, sepatutnya mereka harus punya gagasan dan ide yang lebih kreatif. “Saya berharap ke depannya teman-teman bisa punya ide yang kreatif agar organisasi kita lebih eksis lagi,” harapnya. Wandi Janwar
19
KAMPUSIANA
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
Unhas Buka Jalur Masuk Khusus Tuk Ketua Osis UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) akan kembali menerima mahasiswa baru di tahun 2019 mendatang. Seperti biasa, ada beberapa jalur yang dapat ditempuh untuk masuk di Unhas. Di antaranya jalur SNMPTN, SBMPTN dan Mandiri. Untuk jalur mandiri sendiri, terbagi lagi menjadi beberapa jalur, yakni jalur Penelusuran Prestasi Olahraga, Seni, dan Keilmuan (POSK) dan Non Subsidi. Untuk pertama kalinya, universitas yang memiliki julukan kampus merah tersebut akan membuka jalur baru bernama Jalur Bakat dan Kepemimpinan. Ini merupakan jalur khusus bagi Ketua Osis (Ketos) dari sekolah terbaik di setiap kabupaten se-Sulawesi Selatan (Sulsel). Menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg Andi Arsunan Arsin M Kes, jalur ini dibuka untuk mencari bibit pemimpin di Unhas. Sebab mereka (Ketos) tentunya telah memiliki jiwa kepemimpinan, tinggal diasah sedikit dan akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. “Ketua-ketua Osis ini minimal memiliki jiwa kepemimpinan. Ketika masuk di Unhas maka akan diasah akademiknya serta keorganisasian kemahasiswaannya. Maka dapat menciptakan alumni yang bisa bersaing di luar dalam hal kepemimpinan,” ucapnya, Senin (24/12). Jalur ini juga merupakan salah satu program kerja WR III Unhas. Rencananya seleksi masuk untuk jalur tersebut akan disosialisasikan bulan Januari mendatang. Lebih lanjut, Prof Cunank, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa untuk saat ini, Unhas hanya
menyediakan kuota sebanyak 24 calon mahasiswa saja. Hal tersebut didasarkan pada jumlah kabupaten di Sulsel. Unhas akan memilih satu Ketos di sekolah terbaik di setiap kabupaten. Pihak Unhas telah menyediakan empat tim sosialisasi untuk setiap sektor wilayah. Adapun sektor tersebut di antaranya wilayah Toraja dan Palopo, sektor Bone, Wajo dan Soppeng, sektor Bulukumba dan Selayar, serta sektor Makassar dan sekitarnya. Tak hanya itu, Prof Cunank juga menyebutkan jika jalur khusus ini berjalan baik, maka Unhas akan kembali membuka jalur serupa. Selain itu, jika Ketos dari sekolah terbaik di kabupaten tertentu dinyatakan lulus di perguruan tinggi lain, dan ia lebih memilih perguruan tinggi tersebut, maka Unhas akan mencari Ketos di sekolah terbaik kedua untuk diundang di jalur ini. “Apabila Ketos dari SMA terbaik urutan pertama memiliki opsi lain untuk melanjutkan pendidikannya, maka yang mengisi kuotanya adalah Ketos dari SMA terbaik urutan kedua,” jelas Prof Cunank ketika ditemui di Warkop Ardan Masogi. Mereka (Ketos) berhak memilih semua jurusan yang ada di Unhas. Namun, ketika dua orang Ketos memilih jurusan yang sama, maka mereka akan diseleksi lagi dengan melihat nilai rapornya selama ini. Adapun beberapa berkas yang harus mereka siapkan, yakni lampiran foto, fotokopi rapor dan surat keterangan dari sekolah bahwa ia memang pernah menjabat sebagai Ketos di sekolah tersebut. M39
IDENTITAS/ARISAL
Write For Rights : Kegiatan tahunan Amnesty Internasional yang kali ini bekerja sama dengan Kosmik Fisip Unhas dan Pamflet, Sabtu (12/01).
Unhas Publikasi 720 Penelitian Terindeks Scopus DI penghujung tahun 2018, Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil mencapai salah satu target yang ditetapkan Majelis Wali Amanah (MWA) dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Target tersebut ialah jumlah publikasi dosen dan peneliti Unhas terindeks Scopus mencapai 720 paper. “Sampai kemarin sore kita pantau, 720 paper yang penulisnya dari dosen dan peneliti Unhas telah tercatat di Scopus, artinya target kinerja publikasi telah dapat kita capai,” kata Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah, Ph D, Selasa (01/01). Lebih lanjut, ia mengatakan, ada lima fakultas yang secara signifikan menghasilkan publikasi terbanyak, yaitu : Fakultas Teknik (FT) 149 paper, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) 127 paper, Fakultas MIPA 103 paper, Fakultas
Kedokteran 78 paper, Fakultas Pertanian 77 paper. Jika dilihat dari sisi penulis, ada sebelas penulis paling produktif dalam menghasilkan publikasi Scopus. Mereka adalah Anwar Mallongi (FKM) dengan 26 paper, Moch. Hatta (FK) dengan 25 paper, Veni Hadju (FKM) dengan 15 paper. Kemudian, Ansariadi (FKM), Jamaluddin Jompa (FIKP), Dahlang Tahir (FMIPA), Sukri Palutturi (FKM) masing-masing 13 paper. Dan Nurhaedar Jafar (FKM), Zulkifli Abdullah (FKM), M. Isran Ramli (FT), Lawalenna Samang (FT) masing-masing 10 paper. Secara internal, Unhas sebenarnya menargetkan ada 750 publikasi yang terindeks Scopus, dengan asumsi setengah dari jumlah tenaga pengajar Unhas akan menghasilkan paper publikasi di Scopus. Rektor Unhas, Prof
Dwia mengatakan, target 750 paper itu akan tercapai karena masih terdapat setidaknya enam konferensi internasional yang telah dilaksanakan di Unhas dan sementara proses penerbitannya di Scopus dalam waktu dekat. “Jika hasil keenam konferensi internasional itu terbit, maka kita akan mencatatkan tambahan setidaknya 200-an paper,” tambah Dwia. Dwia yang sementara melaksanakan ibadah Umroh, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada sivitas akademika dan tenaga kependidikan yang telah bekerja keras dengan komitmen dan dedikasi yang luar biasa untuk pencapaian kinerja penelitian dan publikasi Unhas di tahun 2018. Khintan
Komunitas Katakerja Serukan Isu Desa Gabungan SAR Unhas Ikut Evakuasi Korban Banjir Barru
KSR PMI Laksanakan Musyawarah Anggota KORPS Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Unhas menggelar acara Pembukaan Musyawarah Anggota (Musta) XXV KSR PMI Unhas periode 2018 di Lantai Dasar Rektorat Unhas. Acara ini dibuka oleh Kepala Bagian Minat, Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan, Candra Dewi, SH. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa mahasiswa harus tetap solid dan mendukung kebijakan kemahasiswaan ke depannya. Hal itu demi kemajuan Unhas. “Kita selaku civitas akademika Unhas sebaiknya bisa tetap solid dan saling mendukung untuk kemajuan Unhas ke depannya,” kata Candra, Jumat (21/12). Musta ini dilaksanakan selama
identitas
SEARCH and Rescue (SAR) Unhas, KSR PMI Unhas, Siaga Ners dan PRC Unhas membantu evakuasi para warga dan korban banjir di Barru, Jumat (28/12). Saat mereka tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 21.00 Wita, air mulai surut dan evakuasi pun sudah dihentikan. Warga telah banyak berpindah ke tempat yang lebih aman. Selain itu, ada juga posko bencana di Islamic Center Kabupaten Barru. “Untuk jumlah pasti tim SAR belum tahu. Tapi untuk di posko Takkalasi itu, jumlah anggota Badan Nasional Pencarian dan Penanganan (Basarnas) dan Potensi SAR itu kurang lebih 50 orang,” kata Ihsan, salah satu anggota tim SAR Unhas. Korban meninggal yang
berjumlah tiga orang berhasil ditemukan. Dua di antaranya telah ditemukan oleh tim Basarnas Makassar, Sabtu (29/12) pukul 06.56. “Daerah Takkalasi mengalami dampak terparah. Informasi dari Basarnas dan warga, ketinggian air di sana mencapai kurang lebih tiga meter,” lanjut Ihsan saat diwawancara via WhatsApp, Sabtu (30/12). Selain itu, dua korban hilang telah berhasil ditemukan oleh SAR Gabungan. Tim Basarnas dan Gabungan SAR Unhas telah kembali dan meninggalkan posko. Hal itu karena air telah surut dan warga sudah mulai beraktivitas. M11
KATAKERJA menggelar kegiatan Belajar dari Desa di Gedung Ipteks Universitas Hasanuddin, Kamis (20/12). Rangkaian acara tersebut antara lain Talks dan Peluncuran Buku. Adapun pembicara pada kegiatan itu ialah Faisal Oddang, Eko Rusdianto, dan Sartika Nasmar. Mereka menyampaikan materi terkait Sastra dan Desa, Media dan Desa, dan Perempuan di Desa. Sartika, mengatakan bahwa sudah dua bulan terakhir ia berkeliling desa di Maluku dan Papua. Ia menyebutkan, salah satu fakta perempuan di desa adalah tidak bisa membaca dan menulis. Hal itu disebabkan perempuan di sana tidak sekolah, putus sekolah, gangguan kesehatan dan juga keterampilan membaca dan menulis yang tidak pernah dipakai. “Di desa ada banyak perempuan tidak bisa membaca dan menulis. Selain putus sekolah, para
perempuan yang pernah bisa membaca dan menulis, sudah tidak bisa lagi. Hal itu karena setelah selesai sekolah, mereka langsung menikah dan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga kemampuan membaca dan menulis tidak lagi mereka gunakan,” katanya. Selain itu, hadir pula Pendiri The Floating School, Nur Al Marwah, Grup Musik Kapal Udara, Pendiri SRP Payo-payo, Karno B Batiran dan Pemain Teater tersohor di Makassar, Luna Vidya. Berbeda dari yang lain, Kapal Udara adalah grup musik yang menyederhanakan isu-isu di pedasaan, tentunya dengan harapan memengaruhi orang lain dalam memandang desa yang sekarang dilihat buruknya saja. Kemudian, Luna bermonolog untuk menyampaikan betapa susahnya tempat suku Asmat ditembus. Tak sampai di situ
saja, ia juga menarasikan betapa tidak ramahnya orang yang berpendidikan terhadap suku Asmat yang bertelanjang kaki. Serta bagaimana orang asing datang tanpa rasa bersalah mengelolah tanah mereka dengan semaunya saja. “Kalian aspal jalan-jalan hutan kami. Lalu kami paksa diri kami untuk pakai sepatu, karena aspal itu panas ketika terkena sinar matahari. Kami tak boleh lagi berjalan dengan kaki telanjang di atas tanah kami,” ucapnya. Setelah penyampaian banyak materi yang berkaitan dengan isu-isu desa, dilanjutkan dengan peluncuran buku berjudul “Catatan Perjalanan tentang Satu Bahasa.” Buku ini adalah kumpulan esai yang ditulis oleh Nurhadi Sirimorok selama bekerja dan belajar di desa. M13
20
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
RESENSI
21
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
CERMIN
Sisi Lain Masyarakat Bantaran Kali Data Buku
Apa jadinya ketika seorang antropolog memilih untuk tinggal bersama masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh? Buku ini akan mengantarkan para pembaca untuk mengetahui masalah dan kondisi hidup masyarakat tersebut lebih dekat lewat cerita yang dialami Roanne Van Voorst, antropolog asal Belanda.
R
oanne Van Voorst, Antropolog asal Belanda ingin meneliti terkait kondisi masyarakat yang sering terkena musibah banjir di Indonesia. Ia memilih tempat kumuh di Jakarta untuk melakukan penelitian itu. Dalam perjalanannya, ia hampir putus asa sebab sejumlah masyarakat di tempat kumuh yang ia datangi menolak bekerjasama. Saat memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, secercah harapan mulai muncul. Pertemuannya dengan Tikus, seorang pemuda bertubuh kurus, merupakan awal cerita untuk cerita lainnya tentang kehidupan yang ia alami di Bantaran Kali, salah satu perkampungan kumuh di Jakarta. Dia menetap di sana lebih dari setahun, di sebuah rumah yang terbuat dari papan dan asbes. Selama itu, ia mencoba menyelami kehidupan masyarakat di sana hingga ia pun mulai terbiasa dengan banjir yang sering datang. Untuk mengantisipasi dan mengurangi korban banjir, ada
seseorang di perkampungan itu bertugas memantau informasi terkait ketinggian air di pintu air Bantaran Kali melalui walkie talkie. Dengan begitu, masyarakat lainnya dapat bersiap jika banjir datang. Walkie talkie tersebut mereka beli dengan uang pribadi. Harganya yang tidak murah membuat orang yang memilikinya menyandang status tertinggi di perkampungan kumuh itu. Selain mengetahui cara masyarakat di sana menghadapi banjir, pergaulan Roanne seharihari bersama masyarakat, membuat ia mengetahui beberapa peristiwa lain. Salah satunya, masyarakat di sana menganggap rumah sakit sebagai tempat yang berbahaya. Mereka lebih mengandalkan ramuan yang dibuat Yanti, salah satu warga Bantaran Kali dibanding obat dari dokter. Pemikiran itu tak serta-merta muncul. Perlakuan kurang baik dan diremehkan yang pernah mereka dapatkan dari petugas rumah sakit membuat kepercayaan diri
untuk berobat di sana sirna. Di buku ini, mereka dengan gamblang menceritakan pengalaman pahit itu ke Roanne. Mereka juga melarang Roanne berobat ke rumah sakit. Mereka takut ia akan mendapatkan perlakuan serupa jika petugas medis mengetahui bahwa Roanne tinggal di Bantaran Kali. Ya, saat melakukan penelitian, Roanne sempat jatuh sakit. Setelah beberapa kali dipaksa meminum ramuan Yanti dan tidak berefek apa pun, ia akhirnya berangkat ke rumah sakit bersama tukang ojek langganannya, dengan satu catatan; memalsukan alamat rumahnya. Untungnya, ia seorang bule sehingga apa yang pernah dialami masyarakat Bantaran Kali tak terjadi padanya. Ia pun diberi obat oleh dokter, kemudian kembali ke rumahnya. Buku ini dapat mematahkan prasangka negatif dari para pejabat kelas menengah atas Indonesia yang cenderung menganggap penghuni kampung kumuh sebagai kriminal dan pemalas. Penyajian
Judul Buku : Tempat Terbaik di Dunia Penulis : Roanne Van Voorst Penerbit : CV. Marjin Kiri Tebal : 192 halaman Ukuran : 20,1 x 13,8 Cetakan : Ke-1, 2018
yang informatif, intim, dan penuh humor memberikan wawasan unik tentang kehidupan penghuni kampung kumuh yang keras tetapi memiliki sifat pantang menyerah. Tulisan Roanne menarik karena dia terkesan blak-blakan dan hanya menggunakan bahasa sederhana. Di buku setebal 192 halaman itu, Roanne juga menceritakan, betapa banyak warga yang menangis saat melepaskan kepergian peneliti itu. Sebelum ia meninggalkan kampung tersebut, ia juga memberikan sejumlah penghargaan kepada seluruh masyarakat Bantaran Kali agar dia dapat meninggalkan kesan yang baik setelah tinggal sekian lama di sana. Roanne berharap, melalui buku yang terbit tahun 2018 ini
dapat membuka hati dan pikiran pemerintah Indonesia untuk membenahi perkampungan tersebut. Selama ini suara masyarakat Bantaran Kali tak pernah didengar karena mereka hanya dianggap sebagai penghuni kampung kumuh. Buku yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Editor, Pradewi Tri Chatami, juga Penerjemah, Martha Dwi Susilowati ini sangat mudah dipahami. Mereka melakukan tugasnya dengan sangat baik. Buku terbitan Marjin Kiri tersebut cocok dibaca bagi kalian yang ingin merasakan kehidupan kaum kumuh yang sebenarnya. Selamat membaca! Melika Nur Jihan
Tersisa Dua Pilihan, Berubah atau Punah “A ship in harbor is safe, but that is not what ships are built for.”- John A. Shedd.
Y
ep, kalau kata John A. Shedd, sebuah kapal yang sedang bersandar di pelabuhan itu memang terlihat aman. Akan tetapi, kapal tidak dibuat untuk hanya bersandar nyaman di pelukan sebuah dermaga. Ia dihasilkan untuk bertarung dan menaklukkan lautan lepas juga gelombang yang terus menghantam. Ungkapan itu saya temukan di buku Disruption karya Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali yang beberapa waktu lalu selesai saya baca. Sebenarnya Rhenald Kasali menyisipkan ungkapan beberapa tokoh berpengaruh dunia seperti Steve Jobs, Mark Zuckerberg, dll. Hanya saja ungkapan dari John itu, bagi saya, relevan dengan apa yang akan saya bahas dalam tulisan ini; melakukan perubahan, meninggalkan zona nyaman. Ketika dicerna dengan seksama, ungkapan itu mengibaratkan seseorang yang terlena dengan zona nyamannya. Ia sampai lupa jika hidup butuh warna lain dari sekadar nyaman. Manusia tidak diciptakan
untuk merasa aman-aman saja. Ia juga harus berani menghadapi tantangan agar perangkat ‘perang’ (red: akal dan emosi) yang sudah diberikan sang Panglima (red:Tuhan) sering diasah sehingga lebih tajam. Dengan ketajaman akal dan kemampuan mengatur emosi seseorang bakal lebih siap menembus batas diri dan jadi lebih baik. Lalu, apa yang membedakan antara seseorang yang berani keluar dari zona nyaman atau berusaha menembus batas dirinya dibanding yang tetap bertahan di ranah aman? Percayalah, orang yang merasa dirinya baik-baik saja dan tak mau melakukan perubahan akan tertinggal, menghilang, kemudian punah. Tak ada yang mengingat. Hal itu tercermin dari beberapa kisah yang diceritakan Rhenald Kasali dalam buku miliknya setebal 512 halaman. Pendiri yayasan Rumah Perubahan tersebut membandingkan beberapa perusahaan yang pekerjanya mau melakukan perubahan dengan perusahaan yang tetap merasa dirinya aman saja sehingga malas
berinovasi. Sebut saja perusahaan Kodak. Asing dengan nama itu? Jika Anda generasi 80-an, Anda pasti tahu atau setidaknya pernah mendengar nama perusahaan tersebut. Bisa jadi, Anda pernah memiliki beberapa produk buatannya. Tetapi, untuk telinga kaum milenial, rasarasanya nama itu sangat lah asing. Terang saja, perusahaan di bidang kamera, fotografi, pencetak, dll yang kala itu berjaya, tertinggal dan dikalahkan perusahaan Fujifilm. Berbeda dengan Kodak, Fujifilm tentu tak lagi asing bagi sebagian besar kaum tua dan kaum muda. Perusahaan asal Jepang yang berani berinovasi itu akhirnya keluar sebagai pemenang pada pertarungan antar perusahaan penyedia kamera. Kasali menjelaskan, Kodak yang masa itu lagi jaya-jayanya, merasa tak terancam dengan perusahaan lain. Lalu, ketika Fujifilm mulai merambah dunia digital, ia tetap bersikukuh dengan kamera nondigital buatannya. Kodak masih tetap merasa aman sehingga tak ingin berubah.
atur levelnya
Hingga akhirnya, Fujifilm makin mengembangkan usahanya dengan menyediakan laboratorium, percetakan, dan masih banyak lagi. Setelah itu, secara perlahan, Kodak mulai ditinggalkan. Sedangkan Fujifilm dengan sejumlah inovasinya terus bertahan sampai hari ini. Tak hanya itu, Kasali juga memberikan perspektif lain dari perusahaan Amazon. Perusahaan tersebut masih mampu bertahan hingga hari ini sebab para pekerjanya jeli dengan perubahan zaman. Sehingga mereka pun mengambil langkah inovasi demi terus bertahan. Pun perusahaan sekelas Amazon butuh 20 tahun untuk memenangkan pertarungan antara berubah ; perusahaan bisa jadi lebih baik atau mempertahankan produknya yang “itu-itu saja”. Amazon mulai mengambil langkah perubahan. Yang awalnya hanya menyediakan buku bagi para pelanggannya, kini Amzaon mulai bertransformasi menjadi perusahaan yang menyediakan apa saja. Ditambah inovasi di bidang teknologi. Dari situ, semua orang di dunia ini bisa mengakses produk yang ditawarkan Amazon. Tentu saja, jika pelanggan tersebut memiliki jaringan internet yang
bagus, hehehe. Berkaca dari beberapa contoh kasus itu, perasaan ingin terus berinovasi dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik, terus bergejolak dalam diri. Terlebih, ini masih awal tahun sehingga sejumlah daftar perubahan yang ingin dilakukan telah disiapkan. Anda juga pasti punya sejumlah daftar resolusi, bukan? Tetaplah jaga dan benar-benar melaksanakannya. Tenang saja, manusia memang perlu bertransformasi. Sebab perubahan sekecil apapun dibutuhkan oleh saya, kamu, dan kita. Pada akhirnya, pilihan yang harus dipilih tersisa dua ; berubah atau punah. Khintan, Mahasiswa Departemen Sastra Inggris, FIB Unhas, Redaktur Pelaksana PK Identitas
KRONIK IPTEKS
Identifikasi Sapi dari Moncong
Demi mendukung program Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS), tiga mahasiswa Unhas membuat aplikasi sederhana untuk mengidentifikasi sapi melalui mocongnya.
T
anda dalam bentuk apa pun biasa disematkan pada benda-benda kepunyaan, termasuk pada sapi. Jamak terlihat, para peternak sapi membubuhi tanda berupa ear tag, kalung nomor, label pergelangan kaki, dan cap bakar pada tubuh sapi. Hal tersebut dilakukan agar para peternak mudah mengenali ternaknya. Namun,bagi tiga mahasiswa Universitas Hasanuddin metode tersebut dapat menyakiti dan melukai sapi. Oleh sebab itu, tim yang terdiri atas Muhammad Mustakar Yusuf (Fakultas Peternakan), Sahrul (Fakultas Peternakan), dan Muhammad Rahmatullah (Fakultas Teknik) membuat aplikasi Cattle Identification Based on Muzzel atau CIBOM untuk mengidentifikasi
ternak sapi. “Cara menggunakan aplikasi ini ialah memotret pola moncong sapi menggunakan telepon pintar,setelah itu potong foto pada bagian region of interest yang kemudian diekstraksi menjadi fitur atau barcode,” tulis Sahrul saat diwawancara via WhatssApp, Selasa (28/8). Lebih lanjut, ia menjelaskan, setelah menyelesaikan tahapan itu, aplikasi CIBOM akan menyimpan informasi tentang sapi tersebut sebagai database. Selain itu, aplikasi ini dibuat untuk mendukung program Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) yang digalangkan Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sejak 2017 lalu.
AUTS merupakan bantuan pembayaran premi asuransi usaha ternak sapi pembibitan dan atau pembiakan. Program ini berguna melindungi peternak dari kerugian usaha budidaya ternaknya yang disebabkan kecurian dan kematian ternak. Lalu, untuk mendapatkan asuransi tersebut, peternak harus memiliki data akurat dan lengkap terkait sapi miliknya. “Tujuan kami membuat aplikasi ini untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam hal pencatatan dan pengidentifikasian ternak dengan aplikasi yang sederhana dan mudah digunakan,” jelasnya. Kemudian, aplikasi ILUSTRASI/A.SUCI ISLAMEINI H.
yang dibuat selama tiga bulan ini (April-Juni) berhasil diikutkan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 31 di Universitas Negeri Yogyakarta, 28 Agustus-2 September 2018. Aplikasi tersebut dirancang dan dibuat di Laboratorium Pemuliaan ternak, Fakultas Peternakan (Fapet) Unhas. “Pengujian aplikasi kami lakukan di salah satu kelompok tani dan ternak di Kabupaten Barru dan di Kandang milik Fapet Unhas,” katanya kepada Identitas. Ia pun berharap agar aplikasi ini dapat lebih berkembang dan dapat membantu peternak dalam memperbaiki sistem pencatatan ternak di Indonesia. “Semoga aplikasi ini dapat dijadikan aplikasi pendukung program AUTS serta dapat membantu terwujudnya nawacita pemerintah Indonesia untuk swasembada daging nasional,” harapnya. Khintan
Jaringan Bermasalah, Beasiswa Melayang SALAH satu mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Tri Kartika mendapat kabar bahwa beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) miliknya dicabut. Setelah ditelisik, kejadian itu bermula dari pemberian nilai eror oleh salah satu dosen pengampu tiga mata kuliah yang ia program semester lalu, Prof Aries Baso M Si. Ketiga mata kuliah itu ialah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perikanan, Ekonomi Makro, dan Ekonomi Sumberdaya Perairan. Akan tetapi, masalah nilai eror itu telah lama selesai dan menemukan kesepakatan bahwa nilai di dua mata kuliah ; Ekonomi Makro dan Ekonomi Sumber Daya Perairan akan diubah. Sedangkan nilai pada mata kuliah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perikanan tetap eror karena terbukti plagiat. Hal itu senada dengan yang disampaikan Dekan FIKP Unhas, Dr Ir St Aisjah MSi bahwa nilai yang belum berubah akan segera diperbaiki oleh pegawai yang
bertugas. “Untuk nilai yang belum berubah itu, akan segera diperbaiki oleh pegawai yang bertugas menginput nilai di portal,” katanya, dilansir dari Identitas edisi Oktober. Sekian lama berlalu, sampai saat ini, nilai mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Perairan (Ekosuper) sebelas mahasiswa Jalur Non Subsidi (JNS) tak kunjung berubah. “Untuk mata kuliah Ekonomi Makro sudah berubah. Tetapi untuk nilai mata kuliah Ekosuper belum ada dari kami yang anak JNS berubah, tetapi mahasiswa lulusan SNMPTN dan SBMPTN nilai Ekosupernya telah berubah,” ungkap Niken, Rabu (25/12). Akibat belum adanya perubahan nilai tersebut terpaksa Niken dengan legowo menerima beasiswa PPA-nya dicabut oleh pihak kemahasiswaan. Hal itu disebabkan karena ia tidak memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan. “Sudah pasrah, itu (Beasiswa PPA) dicabut karena Indeks Prestasi Semester (IPS) yang lama
IDENTITAS/ARISAL
Pelarangan Hammock : Ketidaktahuan penggunjung berakibat Hammock masih terlihat dibeberapa tempat di sekitaran danau Unhas, Senin (07/01).
diambil. Sebelum berubah nilai yang mata kuliah Ekonomi Makro kemarin. Jadi IPS-ku cuma 2.97 makanya dicabut dan juga pihak kemahasiswaan tidak terima alasan lagi jika nilai di fakultas yang lambat diinput atau berubah,” ucapnya. Tetapi setelah dikonfirmasi ke pihak birokrat bagian
penginputan nilai universitas mereka mengatakan, keterlambatan pengubahan nilai sebelas mahasiswa itu karena adanya permasalahan jaringan. “Nilainya semua sudah diubah tetapi mungkin karena adanya permasalahan jaringan di portal, jadinya belum berubah,” terang
pihak birokrat bagian penginputan nilai universitas yang tidak ingin disebutkan namanya. Hingga kabar ini diturunkan nilai ke sebelas mahasiswa mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Perairan akhirnya berubah. Muh. Arwinsyah
22
TIPS
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
23
BUNDEL AKADEMIKA
Tetap Semangat Hingga Akhir Tahun
Anwar Arifin Jebolan Wartawan Kampus
Tahun baru telah tiba. Awal tahun biasanya disambut dengan perasaan yang menyenangkan dan penuh semangat. Sebagian besar orang mempunyai rencana baru untuk memulai aktivitas di tahun baru ini, terutama kalangan mahasiswa. Mahasiswa mulai memikirkan hal-hal baru yang ingin mereka ubah dengan semangat yang begitu besar dan penuh percaya diri. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa biasanya semangat mahasiswa dalam melakukan perubahan perlahanlahan menghilang seiring berjalannya waktu. Lalu bagaimana cara agar tetap bisa mempertahankan semangat hingga akhir tahun? Berikut ini adalah enam tips untuk menjaga semangat hingga akhir tahun.
BUNDEL IDENTITAS
BUNDEL IDENTITAS
Mereka yang Pernah Memimpin 1.
Buat list impian yang ingin dicapai
4.
Bergaul dengan orang-orang yang baik
Sebelum memulai sesuatu, sebaiknya terlebih dahulu kamu menyusun perencanaan atau membuat rencana masa depan. Buat list impian yang ingin kamu capai dari tahun sekarang hingga sepuluh tahun mendatang atau sampai akhir perjalanan hidup dan tempatkan list tersebut di tempat yang sering kamu lihat. Impian tersebut akan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehariseharimu.
Disaat kamu ingin menjadi orang yang berkualitas dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan kampus, maka kamu juga harus bergaul dengan orang-orang yang baik. Teman yang senantiasa mengajak untuk melakukan hal-hal positif dan mempunyai semangat yang besar untuk mencapai tujuan. Karena seorang teman berpengaruh besar dalam pembentukan karakter. Jika kamu berteman dengan orang yang pemalas dan pesimis maka kemungkinan besar kamu pun akan menjadi orang yang seperti itu. Begitupun sebaliknya, jika kamu berteman dengan orang yang baik dan bersemangat, maka energy positif dari temanmu pun akan mengalir ke dalam dirimu.
2. Pikirkan langkah yang akan ditempuh untuk mencapai impian
5. Mengerjakan tugas kampus dengan cara yang menyenangkan
Setelah menuliskan semua impian yang ingin kamu capai, maka selanjutnya adalah pikirkan langkah atau cara untuk mencapai impian tersebut. Pikirkan kendala-kendala yang mungkin akan menghambat langkahmu serta cara untuk mengantisipasinya. Bertindaklah sesuai dengan perencanaaan tersebut sehingga langkah yang akan kamu ambil lebih terencana.
Sebelum mengerjakan tugas, maka terlebih dahulu kamu harus mengenali gaya belajar yang kamu senangi. Contohnya kamu lebih senang menegrjakan tugas sambil mendengar musik, sambil ngemil, atau kamu lebih mudah mengerti jika pelajarannya dijelaskan melalui video daripada memabaca buku, maka lakukankanlah sesuai keinginanmu. Hal ini dilakukan agar kamu tidak mudah bosan dan bisa mengerjakan tugas dengan semangat.
3.
6.
Senantiasa mengingat orang tua
Orang tua adalah orang yang paling berpengaruh dalam kesuksesan anaknya. Jika kamu mulai merasa lelah dan jenuh maka ingatlah setiap pengorbanan yang telah dilakuan oleh orang tuamu dalam memenuhi kebutuhanmu. Selalu tanamkan dalam hati dan pikiranmu untuk membahagiakan mereka dengan prestasi dan kesuksekan yang akan kamu raih.
Sesekali berikan reward kepada dirimu Jika kamu berhasil mencapai salah satu target atau impianmu, maka sesekali berikanlah hadiah kepada dirimu. Hal ini dilakukan untuk mengapresiasi diri sendiri karena telah bekerja dengan keras. Misalnya dengan hang out bareng teman, belanja, makan enak, atau hal lainnya yang kamu senangi. Namun hal ini hanya diakukan sesekali saja, karena jika kamu terlalu memanjakan diri, maka tubuhmu bisa saja akan menjadi malas bekerja. Fatimah Tussahra
ILUSTRASI/A.SUCI ISLAMEINI H.
Selama 43 tahun, Lembaga Kemahasiswaan (Lema) Universitas Hasanuddin (Unhas) kerap berganti nama dan pemimpin. Lantas siapa sajakah para pemimpin yang pernah menahkodai lembaga universitas itu?
P
ada 1975, Dewan Mahasiswa (Dema) yang saat itu dipimpin Syafri Guricci dengan masa jabatan 1975-1976 digantikan oleh Andi Husni Tanra. Husni terpilih melalui Pemilihan Umum (Pemilu) yang diadakan saat itu. Yosep Tikupadang dan Husein Badawing adalah rivalnya. Selanjutnya, terdapat lima pasangan calon ketua Dema bersama wakilnya yang dipilih melalui Pemilu 1976. Kala itu, pasangan yang terpilih ialah Tajuddin Nur Said dan A Majid Sallatu. Di tahun berikutnya, tak lagi berpasang-pasangan, hanya ada satu calon yang akan dipilih melalui Pemilu. Dengan sistem baru tersebut Taslim Arifin terpilih menjadi ketua Dema. Ia memperoleh 1.834 suara mengungguli suara yang diraih Idrus Patturusi dan Mahmud Hamundu. Akan tetapi, kericuhan yang didasari rasa curiga sempat terjadi saat Taslim terpilih. Meski begitu, segala pihak yang terkait tetap menerima hasil Pemilu dengan lapang dada. Selang dua tahun, terbitnya Surat Keputusan pembekuan Dewan dan Senat mahasiswa pada 21 Januari 1978 oleh Kaskopkamtib Laksamana Sudomo membuat mahasiswa Unhas membentuk BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa). Meski mengalami pro dan kontra, Pemilu tetap diadakan di tahun 1978. Kemudian, saat terjadi Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (BKK), pada 1978 hingga 1981 muncul beberapa tokoh mahasiswa yang menjadi simbol tidak redupnya semangat berorganisasi mahasiswa. Mereka adalah Maasba Magassing, Ketua Senat Mahasiswa Unhas, A Muin Fahmal, Ketua BPM Bidang Hukum, Oedhien Mangung, Ketua Senat Fisbud, M Idrus Hafid, Ketua Senat, empat ketua BPM Rivai Cawung, M Yasin HG, Armyn Nurdin, dan Betmal Karuseng. Juga, Muhlis Amat, Ketua Senat dan Teknologi, serta Sofyan Hasdam, Ketua Senat Mahasiswa. Di tahun berikutnya, mahasiswa terus melakukan usaha pengoreksian NKK/ BKK. Kebijakan NKK/BKK bertujuan membatasi kegiatan politik mahasiswa di kampus. Kendati, Pemilu tetap berjalan dengan terpilihnya enam ketua senat dan enam ketua BPM. Sayangnya, hingga tahun 1990, lembaga mahasiswa Unhas tak kunjung terbentuk. Bosan setelah sepuluh tahun bersama BPM, pada 1991, terbentuk Senat Mahasiswa Unhas (SM-UH) yang menyatukan seluruh mahasiswa Unhas. Setelah proses panjang, Yangkin Padjalangi, Mahasiswa Fakultas MIPA, menjadi ketua pertama SM-UH mengalahkan lawannya, Nikmatullah. Di akhir masa kepemimpinan Yangkin, terjadi pembenahan organisasi. Aminuddin Syam yang selanjutnya memimpin SM-UH periode 1992/1993.
Selepas kepemimpinan Aminuddin di SM-UH, nasib SM-UH kembali kelabu. Hal itu disebabkan karena Thamrin Halide yang terpilih masa itu, tak diakui oleh beberapa fungsionaris lembaga. Pada periode 1993/1994, diadakan Pemilu raya hingga terbentuklah Majelis Perwakilan Mahasiswa. Selain itu, lika-liku pemilihan ketua di lembaga mahasiswa tingkat universitas tersebut juga diwarnai hilangnya kotak suara yang raib pada Pemilu raya Keluarga Mahasiswa (Kema) tahun 1995. Kejadian itu membuat tiga calon kandidat yakni, Wahyuddin Djalil (FH), Muhammad Lukman (FIKP), dan Sawedi Muhammad (Fisip). Tiga kendidat ini tidak ada terpilih, meski sudah terjadi pemungutan suara. Maklum, kotak suara yang diamankan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM)dicuri sekelompok orang tak dikenal. Setelah tiga tahun, memasuki era reformasi, terbit pedoman umum organisasi kemahasiswaan. Terbitan itu berakibat pada lembaga mahasiswa yang mengalami berbagai perubahan termasuk bergantinya Sema menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada 5-7 Juli 2000, diadakan lagi Pemilu raya. Pemilu itu dimenangkan oleh Heryanto. Saat itu, perjalanan lembaga tingkat universitas makin terseokseok. Kemudian dibredel oleh Parlemen Mahasiswa yang
dipimpin Muhammad Ramli. Kejadian itu berujung diskorsingnya Heryanto selama sepuluh hari oleh parlemen mahasiswa. Dia diskorsing akibat dari kinerja kepemimpinan yang buruk mulai dari kurangnya sosisalisasi BEM Universitas ke mahasiswa, anggota kabinet yang kocar-kacir, hingga banyak program kerja mandek. Terhitung sejak 2006, BEM Universitas vakum karena beberapa perwakilan fakultas menyatakan mundur saat akan diadakan Pemilu. Pada 2013, dari 14 fakultas yang ada, terdapat empat fakultas yang menolak pembentukan Lema sebagai organ tertinggi di Unhas, dibentuk dengan tujuan membangun pergerakan secara sentralistik. Empat fakultas tersebut ialah BEM FMIPA, Sastra, Ekonomi, dan Senat Kelautan. Sementara yang setuju ialah BEM Hukum, Farmasi, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Pertanian, dan Teknik. Sisanya belum menyatakan sikap. Begitulah sekelumit perjalanan dalam pemilihan ketua-ketua yang memimpin lembaga kemahasiswaan tingkat universitas di zaman dulu. Setelah lama vakum, tahun ini riak-riak pembentukan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas atau yang kini dikenal dengan sebutan BEM-U makin terdengar. Lantas, bagaimana dan siapa yang akan duduk di tampuk kekuasaan itu nanti? Mari tunggu dan saksikan. Madeline Yudith
Prof Dr Anwar Arifin, Guru Besar Ilmu Komunikasi Unhas telah jatuh cinta pada dunia kepenulisan sejak kecil. Kesukaannya itu membawanya mengarungi dunia kepenulisan termasuk dunia jurnalistik. PROF Dr Anwar Arifin sejak kecil sudah mencintai dunia kepenulisan. Menjadi seorang sastrawan diimpikannya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Keinginan itu muncul bukan tanpa sebab. Selepas membaca buku karya ulama dan sastrawan besar Indonesia, Buya Hamka, dari pamannya, ia pun tergugah mengikuti jejaknya. Kecintaannya terhadap dunia kepenulisan bertambah saat menyandang status sebagai mahasiswa Publisistik FISIP Unhas. Di samping kuliah, pria kelahiran Sengkang, 11 Desember 1947 itu menjadi wartawan di Mimbar Publisistik. Kesannya saat menjadi jurnalis, ia berkesempatan mengikuti kunjungan Wakil Presiden RI, Bung Hatta ke beberapa daerah di Sulsel pada 1968 silam. Selain sebagai jurnalis, putra dari pasangan Arifin Daeng Manrafi dan Andi Patellongi Petta Tjaja juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berkat organisasi itu, Anwar bisa dekat dengan JK dan para tokoh mahasiswa masa itu, Aksa Mahmud, Alwi Hamu dan lainnya. “Gara-gara kesibukan menjadi wartawan, aktif di HMI, KAMI dan Dewan Mahasiswa itulah juga yang menyebabkan saya termasuk terlambat selesai kuliah. Padahal teman seangkatan saya sudah banyak yang selesai duluan,”kenangnya. Tapi, ia mengaku tidak menyesalinya. Justru, katanya, pengalamannya sebagai wartawan dan aktivis mahasiswa membuatnya lebih terpacu untuk berbuat lebih. Kira-kira tiga tahun setelah meraih gelar Bachelor of Arts di Publisistik Unhas (1969), Anwar Arifin diangkat sebagai dosen tetap Unhas. Sembari menjadi seorang dosen di Unhas (19722000), Anwar Arifin pun mendapatkan izin untuk melanjutkan pendidikan di UI (1987) dan Universitas Kebangsaan Malaysia (1987-1988). Perjalanan panjang yang ia lalui, karier suami Syamsinar ini makin berkibar. Ia kemudian terpilih menjadi anggota Dewan Pers RI (1993-2000), Rektor UVRI (1996-2001), hingga menjadi anggota DPR/ MPR RI selama dua periode: 1999-2004 dan 20042009. Selain tu, ia juga berhasil melambungkan namanya di dunia pendidikan dengan mendapatkan sejumlah gelar guru besar di beberapa universitas. Di antaranya guru besar Fakultas Ilmu Komunikasi UPI Y.A.I, UVRI Makassar, dan UMI Makassar. Sementara ‘warisan’ yang dianggapnya monumental saat masih di Unhas adalah mendirikan dan menerbitkan surat kabar kampus identitas pada 7 Desember 1974. Melalui identitas inilah Unhas melahirkan jurnalis, penulis, dan profesional lainnya. Lebih dari 50 judul buku telah berhasil ia terbitkan. Bahkan, buku ke-55 yang ditulisnya, berjudul “Bersyukur : Kumpulan Puisi dan Cerpen” membawa namanya tercantum dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia”. Selain itu, ” pada tanggal 17 September 2018 diterbitkannya buku ke-57 berjudul “Pancasila, Ideologi Tengah Tanpa Oposisi”. Begitulah sepenggal kisah Anno, guru besar Ilmu Komunikasi Unhas yang tak pernah berhenti berkarya dan menuliskan gagasan-gagasannya lewat sejumlah buku yang ia terbitkan. Nadira Shidiki
24
LINTAS
identitas
NO. 897, TAHUN XLV, EDISI JANUARI 2019
Bertukar Budaya dan Berbagi Hidup di Kabin Kapal
M
enjadi duta Indonesia di ajang internasional mungkin sekilas terdengar sangat tidak mungkin atau terlalu tinggi untuk menjadi kenyataan. Namun, dengan doa dan kerja keras ternyata semua itu mampu diwujudkan bahkan Tuhan berikan lebih dari yang diimpikan sebelumnya. Hal itu telah saya buktikan. Beberapa waktu lalu saya terpilih menjadi delegasi provinsi Sulawesi Selatan untuk The 45th Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) atau Program Kapal Pemuda Asia Tenggara-Jepang. Program itu saya
DOKUMENTASI PRIBACI
ikuti bersama 330 pemuda-pemudi hebat dari 10 negara ASEAN dan negara Jepang. SSEAYP merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Cabinet OfďŹ ce of Japan (CAO) dengan pemerintah negara ASEAN. Program ini bertujuan membangun hubungan persahabatan di antara pemuda ASEAN dan Jepang sekaligus saling mengenalkan budaya dari negara masing-masing. Program tersebut berlangsung selama 52 hari dari bulan Oktober sampai Desember. Selama 52 hari itu, seluruh Participating Youth (PY)-sebutan
untuk peserta SSEAYP-beserta seluruh admin yang bertugas berlayar dengan kapal pesiar megah Nippon Maru. Kami mengarungi lautan dari Jepang menuju ke Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, dan kembali ke Jepang. Adapun kegiatan yang dilakukan selama program terbagi atas dua, yakni kegiatan selama berada di atas kapal (On Board Activity) dan kegiatan selama berada di negara tujuan (Country Program). On Board Activity terdiri atas Discussion Group, Solidarity Group, PY Seminar, National
Presentation, Voluntary Activity, Contingent Presentation, Go and Grow Presentation, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk Country Program terdiri atas Courtesy Call, Institutional Visit, Homestay Program, dan Local Youth Interaction. Wah, sudah terbayang bukan betapa kerennya program ini? Nah, awalnya saya melihat informasi pendaftaran program Pertukaran Pemuda Antarnegara (PPAN) di sosial media. Setelah saya telusuri, untuk tahun 2018 PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) Sulawesi Selatan menyelenggarakan seleksi guna mencari satu kandidat untuk program SSEAYP dan AIYEP (Australia-Indonesia Youth Exchange Program). Kemudian, saya mengumpulkan formulir pendaftaran ke kantor Dispora Sulsel. Berhubung saat itu usia saya masih 20 tahun, jadi program yang bisa saya ikuti adalah SSEAYP. Sedangkan yang boleh mendaftar program AIYEP ialah mereka yang berusia 21-25 tahun. Setelah lulus seleksi berkas masih ada tahapan lain yang harus dilulusi yaitu tahap wawancara, tes esai, penampilan budaya, serta forum diskusi dan Amazing Race. Lalu, setelah terpilih menjadi kandidat Sulawesi Selatan, selanjutnya seluruh kandidat yang berasal dari 27 provinsi lainnya berkumpul di Jakarta untuk berpartisipasi dalam Pre-Departure Training (PDT) selama 20 hari. Di sana seluruh kandidat mendapatkan pembekalan dari segi pengetahuan mengenai SSEAYP, pelatihan baris-berbaris, seni, diskusi, dan lain sebagainya. Tak lupa, seluruh kandidat juga dipertemukan oleh National Leader yang mendampingi kontingen Indonesia selama melaksanakan program SSEAYP tahun 2018, Desy Marlita. Ia juga merupakan delegasi SSEAYP tahun 1995 silam. Setelah PDT usai, Kontingen Indonesia dikukuhkan menjadi Kontingen
Garuda 45 dan dinyatakan telah siap berangkat program dengan membawa nama kebanggaan negara Indonesia. Seluruh rangkaian acara ini diselenggarakan oleh SSEAYP International Indonesia (SII) dan Kemenpora. Oleh sebab itu, perjalanan sekali seumur hidup ini sangat membekas di dalam ingatan saya. Selain mendapatkan banyak teman baru dari sebelas negara, ada banyak sekali pelajaran dan pengalaman baru yang didapatkan. Semisal, memahami budaya orang lain dan membangun rasa toleransi antar sesama PY. Sebab meski masih sama-sama orang Asia, namun ada banyak sekali perbedaan dari segi budaya, kebiasaan dan gaya hidup, jenis-jenis makanan yang nyentrik, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pengalaman hidup di kabin kapal merupakan salah satu hal yang paling sulit terlupakan. Betapa tidak, dalam satu kabin terdiri dari tiga orang PY yang harus berbagi tempat tidur, kamar kecil dan meja rias. Kami harus menerima kekurangan dan memaklumi kebiasaan satu sama lain setiap harinya. Saat hendak makan juga kami harus mengantri. Tak hanya itu, pun ketika assembly kami harus berbaris terlebih dahulu. Memang semuanya terasa berat di awal. Namun seiring berjalannya waktu semua itu berubah jadi kebiasaan. Bahkan sekarang ini menyisakan kenangan manis untuk dikenang, istilahnya sih SSEAYP-sick.Bagiku, mereka adalah keluarga yang senantiasa menjaga dan bersama saya di tengah lautan lepas. Mereka adalah orang-orang pertama yang saya lihat di pagi hari dan di malam hari sebelum memejamkan mata. ď Ž Nurnaningsih, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Sastra Inggris, Angkatan 2016