PK Identitas Unhas Edisi April 2021

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Aturan Tak Jelas, BEM-U Ditinggalkan

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021


DARI REDAKSI

2 TAJUK

KARIKATUR

KOSAKATA

BEM UH Tanpa Arah

Gebah: gertak, usik

P

asang surut pergerakan lembaga mahasiswa (Lema) akhir-akhir ini bukanlah ditentukan oleh ada tidaknya lembaga kolektif yang secara bersama-sama terhimpung di dalamnnya. Melainkan Lema sendiri yang belum mempunyai posisi yang jelas di tengah ketidakmenentuan arah pergerakan. Kembali hadirnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas akhir 2019, menunjukkan beberapa Lema membutuhkan wadah bersama untuk mewujudkan pergerakan mahasiswa yang lebih masif. Sayang periode awal terpilihnya BEM Unhas 2019/2020 terkesan tergesahgesah memenuhi deadline evaluasi perguruan tinggi berbadan hukum. Setelah itu apa? Wadah bersama yang dibentuk akhir 2019 ini, terlihat kembali terkatungkatung dengan ketidakpastian Musyawarah Mahasiswa ke-2 yang diselenggarakan sejak demisionernya Presiden BEM Unhas, Abdul Fatir Kasim, September 2020. Singkat cerita, selang beberapa bulan Musyawarah Mahasiswa ke-2 membuahkan formatur terpilih BEM Unhas 2021, Imam Mobilingo S Ked. Hadirnya kembali nahkoda baru lembaga kemahasiswaan tingkat universitas tentunya harus disambut dengan optimisme disamping adanya pro dan kontra dalam MM ke-2 yang diselenggarakan di Tanjung Bira, Bulukumba pada tanggal 4-9 April 2021. Selain rentang waktu yang cukup lama terpilihnya Presiden BEM Unhas 2021, proses musyawarah pun mengantarkan ketidakpercayaan pada pelaksanaannya. Apalagi posisi dari BEM Unhas 2021 ini nyatanya belum menunjukkan tujuannya yang jelas. Narasi yang terus dibangun, menjadikan BEM Unhas sebagai lembaga pemersatu dan poros pergerakan. Orientasi pergerakan mahasiswa sudah saatnya merubah diri, dari paradigma lama menuju paradigma baru yang mencerahkan.n

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Gebaran: getaran Gebos: hardik Jerambai: rumbai Mimetik: imitatif Incut: timpang, bengkok ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA

Feral: menjadi liar kembali (tentang binatang)

SURAT DARI REDAKSI

Kiah: tarik supaya renggang Pocok: memocok, memenggal Nabaun: berita besar Nadir: jarang ada, luar biasa Taajul: segera DOKUMENTASI PROBADI

Buka Puasa Bersama: Keluarga kecil Penerbitan Kampus identitas Unhas melakukan buka puasa bersama, Rabu (5/5). Tak hanya buka bersama tapi juga saling silaturahmi dan berbagi kisah antara kru dan senior.

Tabak: menabak (menyanyikan lagu-lagu lama

Suntikan Semangat

S

elamat merayakan bulan suci Ramadhan, moga semua amalan ibadah kita semua diterima-Nya. Pembaca yang budiman, dengan kerendahan hati hingga hari ini kami masih menerbitkan berita buat anda. Akan tetapi untuk mengerjakannya harus menghitung waktu dan tenaga yang kami punya. Meskipun keredaksian dan rutinitas lainnya belum tertata dengan baik. Hal itu bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, selama bulan Ramadhan ini kami sering berkumpul bersama senior

identitas untuk saling berbagai cerita. Mendengar berbagai pengalaman dan keresahan dari berbagai angkatan menjadi suntikan semangat untuk kru. Sekali lagi semoga dibulan suci ini, bukan hanya dosa-dosa diri yang berguguran melainkan juga hal-hal buruk yang mengganggu keredaksian. Pada edisi kali ini, kami menyajikan civitas mengenai Badan Eksekutif Mahasiswa Unhas. Ada pula tips menghindari stress ala Richard Carlson.

Ribaan: pengakuan Radiks: pangkal, sumber dasar Badar: ikan-ikan kecil Wadak: nyata Wagu: bersahaja, lugas

Selamat membaca! n

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang SDM: Badaria nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Nigrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Finsensius T Sesa (tidak aktif), Risman Amala Fitra, Anisa Lutfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, RasyidAl Farizi,Arifuddin Usman,Abdul Haerah, Ibrahim Halim,Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar,Abdul Chalid Bibbi Pariwa, MuhammadYunus nAlamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@ gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Maret 2021 Ilustrasi : Identitas Unhas Layouter : Santi Kartini Badaria

Annur Nadia F. Denanda


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

WANSUS

3

Catatan Kritis Revisi Otonomi Khusus Papua

IDENTITAS/WAHIDAH

F

ebruari lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membentuk panitia khusus (Pansus) untuk membahas revisi kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) Papua. Undangundang ini sebelumnya telah diterbitkan pada No. 21 tahun 2001, di mana berisi kekhususan bagi masyarakat Papua, salah satunya distribusi anggaran nasional mendapatkan 2 persen dana. Otonomi ini akan berlangsung selama 20 tahun, tepat akhir tahun 2021 ini UU Otsus akan berakhir, dikutip dari the conversation.

Berlakunya Otsus seharusnya bisa menjadi pijakan bagi suatu wilayah untuk menyejahterakan daerah dan masyarakatnya. Namun, kenyataannya jauh dari visi Otsus sendiri. Hal tersebut kemudian menciptakan dua kubu yang saling bertolak belakang dalam perpanjangan Otsus ini. Lantas perlukah memperpanjang Otsus Papua? Berikut kutipan wawancara Reporter identitas, Winona Vanessa bersama Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Adnan Nasution, S Sos Msi, melalui Whatsapp call, Rabu (31/3).

Bagaimana pendapat Anda mengenai pembahasan Revisi Otsus bagi masyarakat Papua? Saya melihatnya pembahasan Otsus Papua cenderung hanya dilakukan pemerintah pusat. Baru-baru ini kami bedah buku tentang otonomi Papua, yang digelar pada Kamis (18/2) pada dasarnya yang hadir saat itu mengatakan UU No. 21 tahun 2001 ini tidak melibatkan masyarakat Papua dalam proses perumusan, termasuk dalam kesempatan memperpanjang Otsus ini.

dewan yang berasal dari Papua yang dianggap mewakili masyarakatnya, baik provinsi maupun kabupaten. Sementara masyarakat yang kontra Otsus punya kepentingan yang belum terakomodir untuk itu perlu dimediasi lebih lanjut.

Mengapa tokoh masyarakat Papua tidak dilibatkan dalam perumusan Otsus ini? Saya kurang paham apa yang menyebabkan hal tersebut. Tapi kemungkinan besar pemerintah tidak melibatkan karena sudah ada anggota

Namun, perlukah Otsus ini diperpanjang dan direvisi? Perpanjangan Otsus sangat penting, tetapi yang lebih penting pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang ini yang harus lebih awal dibicarakan. Terdapat 79 pasal dan itu sebaiknya dilakukan terlebih dahulu antara pemangku kebijakan yang ada di Papua dengan pemerintah pusat. Bila pertemuan ini bisa terjadi, berapa pun pasalnya bukan menjadi tolok ukur. Yang penting menerima aspirasi dari tokoh masyarakat Papua, saya pikir itu akan berjalan dengan baik.

Menurut Anda apa penyebab munculnya pro kontra ini? Menurut teori kebijakan publik, ada tiga jenis atau kategori kebijakan. Yang pertama itu bad policy kemudian good policy dan yang terakhir bad luck, dan otonomi khusus Papua ini saya melihatnya lebih cenderung bad policy atau kebijakan yang buruk sehingga memunculkan pihakpihak yang kontra. Pihak yang dianggap tokoh masyarakat Papua sama sekali menolak 100 persen aturan yang dibuat kementerian dalam negeri ini. Kalau saya sebenarnya, agar tidak terjadi pro kontra sebelum Otsus diperpanjang atau dirumuskan lagi. Sekali lagi, sebaiknya duduk bersama dalam artian mengundang semua tokoh masyarakat datang di suatu tempat netral membahas hal ini. Kalau tidak dilakukan, saya yakin masyarakat Papua pasti menolak Otsus dan akan terjadi ‘benturan’ lagi, solusinya bukan hanya kekerasan, yang tidak menyelesaikan kondisi Papua. Perpanjangan UU ini sangat penting bagi keberlanjutan pembangunan di Papua terlepas dari berbagai kekurangannya? Itu pendapat yang pro Otsus saja, kelihatannya setelah dievaluasi kebijakan ini tidak berjalan maksimal. Dana yang digelontorkan ke Papua hanya habis untuk hal yang tidak produktif, bukan untuk pembangunan Papua. Sesungguhnya permasalahan yang ada di tanah Cenderawasih bukan persoalan berapa uang yang harus diberikan ke masyarakat sebagai bentuk imbalan atas otonomi khusus, namun yang utama adalah kedaulatan. Pada dasarnya mereka berkeinginan

dan masih cinta Negara Indonesia. Tetapi perlunya diberikan kesempatan sendiri untuk membangun negerinya dalam bingkai Negara Republik Indonesia bukan Negara Papua. Ini salah satu upaya agar memanusiakan masyarakat Papua, dengan tetap mendengarkan suara-suara mereka. Selain kebebasan membangun sendiri Papua, apa saja letak kekurangan UU Otsus ini? Kekurangan lainnya menyangkut peluang-peluang besar untuk mendeskripsikan Papua, di mana belum ada dalam aturan ini. Artinya bagaimana masyarakat Papua diberikan kesempatan untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan serta apa yang mendesak. Ada kecenderungan pemerintah hanya mendikte, dengan kepentingan pemerintah pusat saja, dan tidak mengakomodir sejumlah keperluan masyarakat Papua. Para pemangku kebijakan yang ada di Papua menginginkan merevisi UU tersebut, lalu diserahkan ke pusat dan dibicarakan bersama-sama. Menurut Anda, bagaimana Unhas sendiri ke depannya melihat Otsus ini? Perlukah keterlibatan kampus? Sebaiknya Unhas mengambil peran penting dalam hal otonomi khusus sebagai mediator. Kampus sebagai penghubung dalam melahirkan UU. Jadi langkah pertama Unhas adalah membuat tim yang nantinya akan mengundang masyarakat utamanya tokoh-tokoh Papua. Kedua, menghadirkan pihak pemerintah baik kementerian dalam negeri atau pihak DPR untuk membahas UU ini. Kemudian langkah ketiga mempertemukan pihak pemerintah pusat dan Papua. Saya pikir Unhas harus mengambil momentum terbaik dalam memediasi dan melahirkan UU Otonomi Khusus yang tidak pro kontra. Di mana kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak.n

Nama Lengkap : Adnan Nasution S Sos Msi Tempat Tanggal Lahir: Padang Sappa 07 Juli 1974 Pendidikan : nS1 Universitas Hasanuddin Ilmu Administrasi Negara nS2 Universitas Gadja Mada Ilmu Administrasi Negara nS3 Sedang menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Ilmu Administrasi Publik.


4

OPINI

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Kekerasan Seksual dan Menjadi Feminis Sedari Kecil

S

etiap orang dapat menjadi korban kekerasan seksual, namun tidak bisa ditampik kasus ini memang lebih banyak terjadi pada perempuan. Meskipun data dari Komnas Perempuan Tahun 2020 menunjukkan angka perilaku kekerasan terhadap wanita mengalami penurunan sekira 31,5% dikarenaka tingkat aduan masyarakat masih minim. Apalagi kecenderungan menyelesaikan masalah kekerasan seksual dengan kekeluargaan atau bahkan menikahkan korban dengan pelaku. Pandangan masyarakat yang umumnya memandang kekerasan seksual sebatas pelanggaran terhadap kesusilaan menjadikannya hanya persoalan moralitas semata. Hal ini menyebabkan pembahasan moralitas seringkali berujung pada pertanyaan yang memberatkan perempuan seputar aktivitas seksualnya (misal: soal keperawanan). Hal ini berdampak pada korban, di mana akan merasa malu untuk menceritakan pengalaman kekerasan yang pernah ia alami. Khawatir apabila dianggap ‘tidak suci’ atau ‘tidak bermoral’. Sikap korban kekerasan seksual yang menutupi apa yang dialaminya, tidak jarang justru mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungannya (Anindyajati, n.d). Konteks moralitas ini seolah-olah mengesampingkan aspek lain yang sebenarnya tidak kalah penting. Pengalaman korban kekerasan seksual dapat menghancurkan integritas hidupnya sehingga ia merasa tidak mampu untuk melanjutkan hidupnya lagi. Aspek moral juga menghambat korban untuk mendapatkan hak atas kebenaran, keadilan, dan pemulihan. Selain itu, kekerasan seksual yang dialami korban dapat menempatkan dirinya sebagai pihak yang bersalah, dianggap memiliki ‘aib’ baik bagi dirinya maupun keluarganya. Berdasarkan Survei Lentera Sintas Indonesia tahun 2020, 93% penyintas pemerkosaan tidak pernah melaporkan kasusnya ke aparat hukum dan hanya 1% penyintas yang memilih jalur hukum. Hal ini menunjukkan kesenjangan gender antara laki-laki dengan perempuan. Kesenjangan gender

sendiri muncul disebabkan adanya ketidakadilan peran gender antara laki-laki dan perempuan yang bersandar pada nilai-nilai patriarki dan pengutamaan pada lakilaki. Menurut Mansour Fakih, ketidakadilan gender termanifestasi dalam berbagai bentuk yaitu: “(1) Marginalisasi atau proses pemiskinan perempuan. (2) Subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik. (3) Stereotip atau pelabelan negatif. (4) Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (multi beban). (5) Kekerasan (violence). (6) Sosialisasi ideologi nilai peran gender. Semua bentuk ketidakadilan gender tidak dapat dipisah-pisahkan, karena terkait satu sama lain dan disosialisasikan” (Komnas Perempuan, 2017). Melihat masih kuatnya ketidakadilan gender yang dialami perempuan, maka mereka dituntut berperan lebih dalam kehidupan sosial. Perempuan terus dikaitkan dengan anggapan sebagai makhluk yang lemah, emosional, halus dan pemalu, seringkali menjadi penghambat mereka dalam melakukan berbagai kontribusi dan berperan lebih. Hal inilah yang bermasalah dari gender, gender menentukan bagaimana kita seharusnya, bukan mengakui siapa kita sebenarnya (Adichie, 2019). Padahal, sudah sejak dulu, perempuan telah menjalankan peran vital di tengah masyarakat, sebagai contoh dalam perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaan bisa dilihat pada sosok Cut Nyak Dien, Cut Mutia, atau Martha Kristina Tiahahu. Pendidikan pun tidak ketinggalan bagi perempuan bisa dilihat pada sosok Nyai Ahmad Dahlan atau Rasuna Said. Perjuangan Cut Nyak Dien sendiri menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing, sehingga banyak buku yang menuliskan kehebatan pejuang perempuan

ini. Zentgraaf mengatakan, para perempuanlah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan terhadap Belanda) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor (Ahdiah, 2013). Perjuangan perempuan di zaman dahulu, mestinya diharapkan kembali timbul pada perempuan di masa sekarang. Gerakan sosial sendiri menurut Singh (2010) adalah ruang untuk mengekspresikan usahausaha kolektif masyarakat untuk menuntut kesetaraan dan keadilan sosial, mencerminkan perjuangan masyarakat untuk membela identitas dan warisan kultural mereka. Singh melanjutkan, gerakan sosial dicirikan oleh adanya suatu ideologi yang sama-sama dianut oleh partisipannya, suatu strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan, suatu struktur organisasi dengan sistem kepemimpinan dan komunikasi yang jelas, adanya lawan, adanya mobilisasi melawan pihak lawan dan yang terakhir adanya dampak mereka terhadap masyarakat. Salah satu gerakan yang sudah umum diketahui adalah gerakan feminisme. Menurut Bendar (2019), Gerakan feminisme merupakan reaksi dari ragam persoalan yang terjadi seperti ketidakadilan terhadap kaum perempuan,maupun adanya proses penindasan. Kaum perempuan berjuang demi kesetaraan hak-hak dan kesempatan yang sama maupun kebebasan untuk mengontrol dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Reaksi ini diwujudkan oleh kaum perempuan dalam beberapa bentuk gerakan yaitu aksi maupun dalam bentuk tulisan. Bendar mengatakan bahwa gerakan feminisme ini dalam perkembangannya mengalami perubahan paradigma perjuangan. Paradigma yang semula hanya

memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, kini berkembang menjadi sebuah perjuangan yang menuntut keadilan untuk seluruh manusia secara universal. Chimamanda Ngozi Adichie adalah seorang feminis yang dibesarkan di Nigeria dan telah mengeluarkan beberapa buku yang diterjemahkan ke berbagai bahasa. Salah satu bukunya yang telah diterjemahkan yaitu, “A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis”, ia memberikan untuk perempuan ke depannya, begitupun dalam menjadikan anak perempuan menjadi feminis sedari dini. Pertama, mengajarkan menjadi manusia sepenuhhnya, di mana jangan larang anak untuk membatasi dirinya dengan pembatasanpembatasan gender yang berlaku di masyarakat, misalnya perempuan hanya boleh menjadi ibu rumah tangga dan membesarkan anak. Hal tersebut artinya membatasi aktualisasi diri seorang perempuan di ranah publik. Kedua, setelah menikah perlunya diberikan pembahaman untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seorang diri, lakukanlah bersamasama dengan pasangan mu, termasuk dalam hal mengurus anak. Anak adalah tanggung jawab bersama, suami yang mengasuh anaknya tidak pantas mendapat pujian, begitu pula seorang istri, karena mengasuh anak sudah menjadi tanggung jawab dan pilihan rasional sejak si anak dilahirkan. Kemudian perlunya diberikan penjelasan pada anak-anak, pernikahan bukan sebuah prestasi, dan bukan hal yang harus dicitacitakan. Terlebih pemberian pemahaman tentang perbedaan merupakan hal yang biasa. Mereka harus tahu bahwa tiap orang memiliki jalan yang berbeda dan selama jalan itu tidak membahayakan orang lain, kita harus menghormati hal itu. Sedari dini, mereka harus menyadari perbedaan itu normal.n Nurfikri Muharram Penulis merupakan mahasiswa Sosiologi, FISIP Unhas, Angkatan 2018.


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

5

LISTICAL NEWS

6 Kegiatan Menyenangkan di Bulan Ramadan

B

ulan puasa adalah bulan yang sangat ditunggu oleh umat muslim sedunia. Sebabnya, ini adalah saat paling tepat untuk mengembangkan diri dengan berbagai kegiatan positif bulan Ramadhan. Bila sebelumnya berbagai kegiatan positif yang kamu rancang hanya berakhir di tahap rencana, maka di bulan Ramadhan pasti kamu bisa menjalankannya. Daripada bermalas-malasan, lebih baik gunakan momen ini untuk melakukan berbagai kegiatan positif yang bermanfaat. Entah itu untuk semakin meningkatkan ibadah, membaca buku, mengembangkan ilmu baru, atau sekedar berolahraga. Membuat Ramadan menjadi lebih bermanfaat bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Selain lebih mendekatkan diri dengan beribadah pada Sang Pencipta, berikut beberapa kebiasaan sederhana dan menyenangkan yang dapat dilakukan untuk membuat momen kamu di bulan Ramadhan terasa lebih menyenangkan :

1. Obrog-obrog “Sahur.. sahur...sahur..” teriak para pemuda sembari menabuh bedug atau memukul gendang. Begitulah sedikit gambaran menganai Tradisi membangunkan orang untuk makan sahur atau obrak-obrak yang hanya ada di bulan Ramadhan. Memang sudah cukup memasyarakat di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, di tahun 2021 ini, orang-orang lebih cenderung menggunakan toa masjid dibanding berkeliling menggunakan bedug atau gendang.

2. Ngabuburit Ngabuburit diambil dari istilah dalam bahasa Sunda “burit” yang berarti sore menjelang malam. Ngabuburit atau mengabuburit adalah kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan. Kegiatan ngabuburit dapat berupa banyak hal, seperti jalan-jalan, bermain, bercengkerama, mencari takjil gratis, mendatangi pasar kuliner atau menghabiskan waktu di taman. Istilah ini lahir dari tradisi masyarakat yang sedang berjalan-

jalan mencari makanan sebelum berbuka puasa. Hal positif lainnya pun bisa dilakukan selama waktu menunggu berbuka puasa ini, seperti membaca Al Qur’an ataupun mendengarkan ceramah bersama

3. Pembagian Takjil Pada bulan Ramadan, seringkali banyak ditemui orang atau kelompok yang membagikan makanan secara gratis baik di dalam masjid, musala, atau di jalan raya. Semua ini dilakukan tidak lain karena niat untuk

berbagi di bulan yang suci ini. Di Indonesia, memberi makanan secara gratis pada bulan Ramadan banyak dikenal dengan istilah memberi takjil, baik berupa makanan ringan ataupun nasi. Tujuan utamanya pun adalah demi membatalkan puasa yang telah dikerjakan selama seharian penuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil bermakna mempercepat (dalam berbuka puasa) atau makanan untuk berbuka puasa. Di kalangan masyarakat sendiri, banyak ditemui menu takjil yang bisa berupa makanan berat nasi beserta lauk pauk ataupun makanan ringan yang berisi jajanan ringan dan minuman air kemasan. Kegiatan membagikan takjil gratis atau makanan untuk membatalkan puasa ini banyak kita temui terutama di pinggir jalan ataupun di masjidmasjid banyak dilakukan umat islam maupun yayasan atau komunitas tertentu, hal ini dilakukan karena selama bulan puasa Umat Islam diperintah untuk memperbanyak sedekah, sebab pahala yang berlipat-lipat melebihi pahala yang didapat dibulan lainnya

4. Buka Puasa Bersama Di bulan Ramadan, aktivitas maupun jam kerja tak sebanyak biasanya. Namun ada satu hal yang jelas bertambah yakni agenda makan bersama atau buka puasa bersama (bukber) di bulan Ramadan. Undangan atau ajakan bukber biasanya dari rekan kerja, teman SMA, atau bahkan bersama anak-anak panti asuhan. Momen buka puasa ini memang selalu menjadi momen paling pas untuk bersilaturahmi baik dengan keluarga, sahabat ataupun reuni dengan teman-teman sekolah dahulu. Maka tidak heran setiap kali weekend, mulai sore hari, jalan-jalan menuju mall atau food court selalu macet.

5. Takbiran Keliling Pada malam menjelang Lebaran, setelah bulan Ramadhan berakhir dengan dikumandangkannya adzan magrib di hari terakhir puasa Ramadhan, takbir pun mulai dikumandangkan. Tradisi Takbiran keliling kampung pada malam takbiran ini biasanya juga menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu terutama bagi anak-anak.

6. Mudik Mudik merupakan tradisi yang paling erat dengan Ramadhan, yakni berakhirnya bulan Ramadhan (bahkan dimulai dari satu minggu sebelum bulan Ramadhan berakhir), tradisi pulang ke kampung halaman menjadi hal wajib yang dilakukan oleh sebagian orang, terutama bagi para perantauan. Hal ini dilakukan agar dapat berkumpul bersama keluarga tercinta pada saat hari Raya Idul Fitri.

7. Dapat THR Kegiatan ini yang paling ditunggu di bulan Puasa. Sebagai mahasiswa biasanya akan meminta Tunjangan Hari Raya (THR) dari saudara yang sudah kerja, orang tua, om dan tante, juga kakek dan nenek. Tradisi ini biasanya dilakukan saat berkumpul bersama keluarga besar di Hari Raya Idul Fitri. Biasanya, semakin dewasa jumlah orang yang memberikan THR semakin sedikit. n ILUSTRASI: WARDA ATIRAH

Ivana Febrianty


CERPEN

6

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Judulnya Belakangan

ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA

T

anah masih basah akibat hujan sore tadi – dengan tulang, daging dan darah yang tersisa—aku dan ketiga kawanku menyusuri jalan yang licin. Sepanjang jalan, sesekali berpapasan dengan beberapa kendaraan roda empat, roda dua, semakin jauh kendaraan truk lebih banyak kami jumpai. Sepeda tidak kelihatan. Di sini belum gelap tapi udaranya mulai dingin. Aku masukkan kedua tanganku ke dalam kantong jaket yang kukenakan. “Hangat,” kataku. Sementara kawanku, si Cipto sibuk mengendarai motor vespa berwarna kuning yang ia beri nama Sherly. Sudah hampir tiga jam kami di perjalanan, sudah ribuan kali aku tanyakan pada kawanku kapan akan tiba. Cipto akan menengok ke belakang dan berkata “sedikit lagi”. Setelah itu, kubiarkan mataku bebas menelanjangi pemandangan di sekitarku. Kuangkat kepalaku ke atas untuk melihat atap bumi, memang benar – warna langit di desa dan di kota benar-benar berbeda. Hari mulai gelap, Cipto yang kami anggap sebagai penunjuk jalan, memutuskan untuk mencari desa terdekat dari lokasi kami. Katanya bahaya berkendara karna sudah mulai gelap, selain itu jalanan di depan juga semakin kecil. Kami sepakat. Setelah berkendara kurang lebih dua kilometer, kami menemukan lapangan luas di pinggir desa yang bernama desa Moncong. Kami membangun tenda kemudian membuat api unggun di

sana. Tidak lupa makan dan bercerita banyak hal. Malam semakin larut, mata meminta haknya. … Udara masih sangat dingin. Aku putuskan keluar dari tenda untuk membuat kopi. Di sebelah timur langit yang luas, matahari masih malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Tapi, selain itu – ada sesuatu yang menarik perhatianku. Mungkin karna kemarin sudah gelap, aku tidak jeli melihatnya. Di desa ini, yang jauh dari hiruk pikuk kota dan jaringan internet, terdapat sebuah bangunan sekolah. Kuurungkan niatku untuk membuat kopi dan memilih untuk mendekati bangunan tua itu. Bangunan yang kumaksud adalah bangunan yang bahkan jauh dari kata sederhana. Tidak lagi kokoh dengan tembok kayu yang kelihatan sangat rapuh. Beratapkan langit dan tanah adalah ubin dari bangunan ini. Hanya terdiri dari tiga ruangan kelas, ada papan dan sisa arang di dalamnya, sepertinya mereka gunakan sebagai pengganti papan tulis dan kapur. Setiap kelasnya kujumpai gambar burung garuda yang merupakan simbol pancasila. Betapa mereka tidak melupakan pancasila, tetapi dilupakan oleh negaranya sendiri. kubuka mataku lebar-lebar dan mencoba melihat kejauhan, ternyata ada tujuh rumah di desa ini. Satu sekolah dan satu lagi musala. Ketika kembali di tenda, kutemukan tiga kawanku sedang berbincang dengan seorang bapak. Melihat wajahnya,

kuperkirakan ia berumur 50 tahun ke atas. Si bapak hanya memakai sarung, bagian dadanya dibiarkan telanjang. Kulemparkan senyum termanis kepada mereka yang melihat ke arahku. Aku dan teman-teman larut dalam diskusi bersama si bapak. Karena penasaran, aku mencoba bertanya mengenai bangunan sekolah tadi. Katanya, sekolah itu tidak lagi digunakan karena tidak ada guru yang mengajar di sana. Pernah ada, waktu itu bangunannya masih lumayan bagus. Ada satu guru perempuan, selama kurang lebih tiga bulan ia mengajar di sini. Tapi, terakhir kali ia pamit, guru itu bilang akses untuk masuk ke sini sangat sulit dan berbahaya. Keesokan harinya, anak-anak sudah datang pagi-pagi untuk belajar. Bahkan setelah diberitahu bahwa gurunya berhenti, mereka tetap menunggu. Aku tertegun, sedih rasanya mendengar anak bangsa yang semangatnya begitu membara ingin belajar tetapi dibatasi dengan ketidaktersediaannya fasilitas. Orang-orang yang berkewajiban atas pendidikan anak-anak itu, malah sibuk menanam kota dan merampok desa. “Padahal pendidikan bukan hanya milik mereka orang-orang hedonis, pendidikan juga berhak dirasakan oleh orang-orang yang termarginalkan,” batinku. Sebelum si bapak meninggalkan kami, kawanku Ningsih berkata “belajar boleh dilakukan di mana dan kapan saja, yang mengajar juga tidak selamanya guru. Siapapun, ketika ia

memberitahumu sesuatu yang tidak kau ketahui, maka ia adalah guru bagimu”. Mendengar perkataan Ningsih, kami tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala. Memang benar, pelajaran tidak selamanya didapatkan di bangku sekolah, tidak selamanya tentang baju seragam serta buku dan pulpen. Bagiku, guru terbaik adalah pengalamanku. Tinggi dan rendahnya jenjang pendidikan, bukanlah ukuran mulia dan hinanya seseorang. Si bapak kemudian meninggalkan kami yang segera beres-beres karna akan melanjutkan perjalanan. Tenda dilipat dan dimasukkan ke dalam tas, aku dan Ningsih memungut sampah di sekitar tenda. “Aku kasihan dengan anak-anak di sini,” ujarku “Huft” Ningsih menghela napas. “Zaman sekarang, orang-orang sibuk mengejar gelar ini atau gelar itu, sampai lupa bahwa gelar kemanusiaanlah yang sangat dibutuhkan” tambahnya, Cipto dan Wanto hanya melihat sekilas ke arah kami. Angin sejuk tiba-tiba menembus masuk ke sela-sela jaket ku. Awan hitam berkumpul di langit, sepertinya akan turun hujan. Perlahan, ribuan air kecil jatuh membasahi tanah desa Moncong. Dari kejauhan seorang anak kecil berlari ke arah kami seraya melambaikan tangannya. Dengan napas yang tersengal-sengal, anak itu mengajak kami berteduh di rumahnya. Tentu saja, dengan senang hati kami terima niat baiknya. Kami disuguhkan minuman hangat, tidak tahu nama minumannya – tapi, aku yakin ada campuran jahe di dalamnya. Anak yang tadi, duduk di depanku. Rambutnya dibiarkan terurai hingga sebahu. Manis. “Namanya siapa?” tanyaku. “Nama saya Aina. Kalau sudah besar, mau jadi guru” anak itu tersenyum, kelihatan giginya ompong. Semuanya tersenyum mendengar jawaban anak kecil itu. “Kenapa Aina mau jadi guru?” tanyaku lagi. “Biar bisa ajar adik” empat kata tersebut membuatku sedih, haru rasanya. Kalimat itu dikeluarkan dari mulut mungil seorang anak kecil. Satu kepala berjuta mimpi. Namun anak kecil itu tidak bisa mewujudkan mimpinya sebab orang yang berkewajiban atas hak Aina, memilih untuk menutup mata. Padahal, UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa “Pendidikan ialah hak segala bangsa”. Faktanya “Pendidikan ialah milik mereka yang beruang ”. Siapa orang-orang itu? Kupikir kalian semua tahu. Penulis: Rezky Amalia merupakan mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2018


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

BUNDEL

LP2M, Berawal dari Integrasi Dua Lembaga

S

elain mengajar, dosen juga diwajibkan melakukan Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk memastikan hal itu berjalan dengan baik, maka dibentuklah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M). Di Unhas sendiri, Pada awal pembentukannya LP2M merupakan hasil integrasi antara Lembaga Penelitian (LP) dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM). Berdasarkan Bundel identitas Awal Januari 1992, LP Unhas fokus sebagai Research University yang bertanggung jawab penuh dalam mengembangkan semua jenis riset, baik berupa riset dasar, terapan dan industri. LP Unhas yang saat itu dipimpin oleh Prof Dr H Halide, pernah menangani 200 judul penelitian dengan jumlah dana sebanyak 104 juta dari DPPUnhas yang melibatkan beberapa elemen perguruan tinggi, baik itu mahasiswa maupun dosen. Halide mengungkapkan bahwa kerja sama dengan instansi di luar Unhas untuk mendukung penelitian juga banyak dilakukan. Seperti beberapa penelitian Unhas yang disponsori oleh Bank Dunia sebanyak 120 juta, serta kerjasama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Angka ini tentu sangat memuaskan pada masanya dan menunjukkan produktifitas LP sebagai lembaga yang mengayomi penelitian di Unhas.

FOTO: NUR AINUN AFIAH

Disamping itu, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) di tahun 1989 juga memiliki berbagai program kerja. Dipimpin oleh Prof Ir Samuel Sangka MS ME, pengabdian dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari penyuluhan oleh mahasiswa KKN yang turun ke daerah sesuai dengan bidang ilmunya, pembinaan Pengembangan Wilayah Transmigrasi Terpadu, mengajak perusahaan listrik masuk desa, air bersih serta kesehatan masyarakat dan lingkungan, dan masih banyak lagi. Namun, pada tahun 2010, efektivitas kinerja kedua lembaga mulai menurun. Dikutip dari bundel identitas No. 729 Tahun XXXVI edisi awal Juni 2010, upaya realisasi pada penelitian maupun pengabdian mengalami penurunan yang berimbas pada status Unhas sebagai Research University. Penurunan ini diakibatkan oleh minimnya kerjasama dengan pihak luar yang menjadi penyokong kegiatan penelitian di Unhas. Selain itu, kedua lembaga Unhas ini, LP dan LPM dinilai kurang berkoordinasi dan cenderung berjalan sendirisendiri. Tidak hanya itu, berdasarka terbitan identitas No 736 Tahun XXXVI Edisi Awal November 2010, setiap dosen Unhas saat itu memiliki pemahaman masingmasing mengenai tujuan mereka meneliti. Terkadang penelitian yang dilakukan belum menyentuh pemecahan persoalan yang dibutuhkan oleh pihak pemerintah maupun masyarakat. “Peneliti dari kalangan dosen

dapat bekerja sama dengan pihak pemerintah dalam menangani permasalah yang ada di masyarakat” harap wakil Gubernur Sulawesi Selatan kala itu, Agus Arifin Nu’mang. Hingga akhirnya, tahun 2010 LP dan LPM digabungkan. Penggabungan tersebut diresmikan melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin selaku Ketua Senat Universitas No. 2630/ H4/0/2010 tertanggal 29 Juni 2010. Berdasarkan Laporan Utama dalam bundel identitas Edisi Awal November 2010, hal itu dilakukan agar penelitian yang telah dilakukan dapat berlanjut ke pengabdian. “Untuk membuat penelitian bisa diaplikasikan kepada masyarakat, dibentuklah LP2M” jelas Pembantu Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dadang A Suriamiharja PhD. Hal itu dibenarkan oleh Ketua LP2M saat ini, Prof Dr Andi Alimuddin Unde Msi, bahwa pengintegrasian dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas sumber daya karena pada hakikatnya penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “LP2M merupakan lembaga yang cukup besar dan diharapkan memberikan dampak signifikan sebagai bentuk kontribusi dalam mendorong Unhas menjadi World Class University dengan memaksimalkan publikasi riset,” ungkapnya dalam Brunch Talk Unhas Edisi #44, Selasa (1/12). n Anisa Luthfia Basri

7 AKADEMIKA Badron Zakaria, Dedikasi Hingga Senja

T

ak lekang oleh waktu adalah peribahasa yang menggambarkan sosok guru besar Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas ini, Prof Dr Ir H Badron Zakaria MS sepanjang hidupnya ia didedikasikan untuk mengajar. Saat menempuh pendidikan, segudang prestasi Badron raih, predikat Cum Laude menjadikannya wisudawan terbaik program Doktor Unhas tahun 1999, mendapat penghargaan peneliti terbaik tahun 1998 dari Kemendikbud RI, menerima hak paten bidang pertanian tahun 1999. Di samping itu, pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas selama dua periode. Ketua Senat Faperta tahun 1966 – 1968 dan aktif dalam lembaga Ikatan Alumni (IKA) Unhas. Selain mendorong dosen muda Unhas melakukan penelitian dan pengabdian masyaraka. Ia pun memberika contoh dengan capaiannya dalam penelitian, yang paling terkenal adalah kopi kalosi, salah satu arabika terbaik, ia menekankan riset untuk mengembangkan dan mempelajari sifat-sifat kopi ini. “Saat menjabat posisi penting, ia membuka kerja sama dengan instansi lain, pemerintah maupun swasta,” ucap Dosen Faperta Unhas, Ambo Ala. “Ia adalah dosen senior, sehingga pendekatannya kepada mahasiswa, kepeduliannya, dan kedisiplinannya menjadi dosen, patut untuk ditiru,” lanjutnya lagi. Kedekatan keduanya tercipta saat Ambo Ala menjadi asisten mengajarnya tahun 1977. Badron Zakaria juga dibantu mempersiapkan keperluan kuliah Ambo Ala di Bogor. “Dengan mengizinkan tinggal sementara di rumahnya kala itu,” kenang dosen yang lahir tahun 1942 ini. Melanjutkan cerita, saat Ambo Ala menyelesaikan studinya tahun 1988, ia langsung di jadikan dosen di Faperta Unhas. Hal ini menjadi kisah yang tidak akan di lupakan oleh Ambo Ala. “Dia sangat baik, peduli, suka membantu orang, baik materi maupun tenaga. Kepeduliannya besar kepada teman dan juniornya,” terang Ambo Ala. Salah satu Alumni Faperta, Mani Kamisa menuturkan kinerja Prof Badron saat mengajar memang baik, ia tidak segan untuk bercanda dengan mahasiswa, ramah dan bersahabat. “Mengajar santai tapi serius, tidak menekan mahasiswanya jadinya kami aktif bertanya,” kata Mani. Tak hanya menjadi panutan di lingkungan akademik, keluarga pun melihat Badron sosok bijaksana, sederhana, low profil, dan peduli. “Paling suka berbagi ke sesama terutama orang tidak mampu di sekitar rumah. Apalagi sangat menentang orang kurang disiplin atau yang sering menunda salat,” jelas salah satu anak Badron, Rifaika. Tak hanya di Kampus Merah, ayah dari Rivaldi, Zaiful, Yulfiantri, dan Rifaika ini aktif mengajar juga di program magister pertanian Universitas Islam Makassar dan pencetus pembukaan Program Magister Pertanian Politeknik Negeri Pangkep. “Ia turut membina universitas 45, menjadi pengurus Perhimpunan Agronomi Sulsel, Tenaga Ahli Dinas Perkebunan Sulsel, Tenaga Ahli di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulsel,” tambah Rifaika, Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi civitas akademika Unhas, khususnya keluarga besar Faperta. Serangan jantung mengakhir hidupnya pada 28 Januari lalu. Namun tak dipungkiri dedikasinya pada pendidikan selalu abadi. Semangat mengabdikan dan pikiranpikirannya sampai usia lanjut untuk pendidikan patut dikenang. n Oktafialni Rumengan


8

JEKLANG

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Ariesman, Penggerak Usaha Pertanian

IDENTITAS/NUR AINUN AFIAH

R

egenerasi petani merupakan persoalan yang besar di tanah air. Ariesman S TP M Si yang berumur 31 tahun tengah mendorong pemuda terlibat dalam sektor pertanian. “Pemerintah mengeluh kurangnya petani muda yang mau bertani, rata-rata semua sudah tua,” ucap dosen Fakultas Pertanian tersebut. Maka tidak heran pemerintah melakukan berbagai program seperti membiayai, dan memotivasi pemuda untuk bertani. Pria yang biasa dipanggil Aries ini, mengatakan mengeluti dunia tani, minimal bisa membantu dan tahu kendala yang dihadapi para petani serta bisa memberikan solusi. Menurutnya, peluang bertani di Sulawesi Selatan sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan sumber daya air yang melimpah. Bahkan di daerah tertentu seperti Pinrang dan Maros dapat mencapai tiga kali panen sehingga hampir tidak ada kendala saat memanen setiap tahunnya. Kalau ditanya hobi, Aries enggang menyebut ia bertani karena hobi. Kondisi lapangan yang mendorong ia tergerak, ditambah latar belakang keluarga yang berasal dari petani, tentu sudah mengenal seluk beluk sektor pertanian. “Awalnya saya masuk Unhas 2007, memilih jurusan kesehatan masyarakat atau pertanian. Biasa orang tua senang anaknya kuliah di kesehatan. Katanya masa depan bagus tapi tidak demikian,” tutur Aries, Kamis (11/2).

Kala itu, Aries berkeinginan lulus di pilihan kedua, agar bisa membantu masalah petani di Indonesia. “Jadi saya konsisten di jalur latar belakang keluarga,” ungkapnya Selain itu, setelah tamat Magister Keteknikan Pertanian Konsentrasi Teknik Tanah dan Hidroinformatika tahun 2015, Aries kemudian mendaftarkan diri menjadi dosen. Sembari menunggu pengumuman, ia belajar metode budidaya tanaman dengan menggunakan air, hidroponik. “Saya kemudian membaca literatur, jurnal, ikut pelatihan. Setelah itu saya mulai mi membangun hidroponik,” Lebih lanjut ia mengatakan mulai dengan hal kecil, menengah sampai ke skala yang besar, artinya awalnya menanam 100 sayuran, selanjutnya bertambah 500 tanaman, sampai pada 1500 tanaman. Tidak sampai setahun, ia mengembangkan usahanya ke skala yang lebih besar. Berkolaborasi dengan teman dari Jakarta yang tertarik pula membangun usaha hidroponik. “Saya punya ilmunya dan ia mengandalkan modal dan jaringan, kerja sama pun terjalin,” ucapnya. Alhasil mereka kemudian membuka lahan baru di Moncongloe, Kabupaten Maros, menggantikan lokasi penanaman sebelumnya dan di sana berhasil menanam sekitaran sepuluh ribu sayuran. Katanya ada 14 jenis sayur yang ditanam dan mampu memproduksi 800 kilogram sayuran setiap

bulannya. Apalagi penjualan setiap harinya habis rata-rata 70% sehingga terdapat beberapa sayuran yang tidak terjual. Sayuran itu di sedekahkan ke masyarakat, “Tidak ada sayur yang terbuang, kalau bisa dibagi yah dibagi,” jelas Aries. Tidak sampai di situ, tahun 2016 mereka kemudian membuat konsep, selama hampir enam bulan dilakukan. “Kami membuat perusahan, biar legal dinamakan CV Akar Hidroponik,” ucapnya. Jadilah CV Akar Hidroponik, perusahaan yang bergerak di bidang produksi, pemasaran, dan pengolahan sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik. Laki-laki asal Pare-Pare ini juga merupakan salah seorang Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (Stiba) Makassar, kesibukan yang sudah terbiasa ia hadapi menjadikannya sebagai pengajar sekaligus pengusaha mampu mengatur waktu dengan bijak. “Setelah selesai mengajar, biasanya saya ke kebun untuk turun langsung mengontrol tanaman, selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik,” ujarnya. Aries mengaku tak ada sosok yang menginspirasinya, ia hanya melihat kondisi dan keadaan. Dengan itu, usaha ini mampu berkembang dan memberi keuntungan lebih sehingga ia bisa membantu orang yang membutuhkan. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat.” Itulah sepenggal prinsip hidup yang dipegang oleh pengusaha hidroponik ini. Dalam pengembangan pertanian,

Perusahaan Akar Hidroponik ini telah membuka Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan magang yang hingga saat ini sudah mencapai 10 angkatan dari berbagai Universitas. “Melihat lokasi yang cukup strategis, sehingga beberapa dosen juga melakukan penelitian di kebun ini, bahkan pernah bekerja sama dengan dekan pertanian Unhas,” ucap Aries. Namun bukan berarti tidak ada masalah yang menimpah. Kegagalan pernah dihadapi seperti produksi, hama, pemasaran yang tidak maksimal, dan masih banyak lagi. Hal itu tak pernah membuat ia menyerah. Masalah apapun, ia anggap sebagai pelajaran untuk kembali dibenahi. “Apapun yang terjadi kita harus tetap istiqomah. Insya Allah ke depan ini akan jadi sesuatu yang besar,” tegasnya. Pengalaman dan relasi juga merupakan salah satu kunci kesuksesan. Ia dapatkan di himpunan dan BEM tingkat fakultas. Aries mengatakan, “Sangat penting berorganisasi di kampus bukan hanya kuliah saja, jangan seperti 3K; Kamar Kampung Kelas,” pesannya. Di akhir wawancara, Aries berharap generasi muda mampu membawa perubahan agar Indonesia dapat kembali pada kejayaannya yang dikenal sebagai lumbung pangan dunia, “Semoga ke depannya dapat memotivasi dan mendorong generasi muda untuk konsen di tempatnya. Indonesia negara agraris karena mempunyai karunia yang besar di sektor pertanian,” tutupnya.n Nur Ainun Afiah

ILUSTRASI/IDENTITAS


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

CERPEN

9

Kota Penuh Jejak Namun Menggalkan Harapan ILUSTRASI: A.SRI SARTIKA SHAFIRA

M

usim yang aneh membuatku mendekap sepi, di sepanjang jalan udara terasa lembut sesekali angin berlalu, membuat dedaunan melambai padaku. Embun pagi menyamarkan lunyai kota ini, aku merasakan dingin menembus kulitku. Tapi tak apa, lebih baik begini! Aku merasa hidup ketika kesibukan menjadi terhenti sejenak, ambil nafas saat polusi belum berkembang biak. “Betapa sejuknya”. Aku meneruskan langkahku memasuki gang sempit, menuju kontrakan baru di kota yang teramat besar. Saking besarnya aku hampir tersesat seperti anak anjing yang tak bertuan. Kemarin aku baru pertama kali menginjakkan kaki di sini, kesannya bagian bumi yang kupijaki ini sangat lelah, sesak akan aktivitas kendaraan yang berlalu lalang berlomba-lomba membuat suara bising. Sepanjang jalan tampak beberapa pabrik yang sibuk mengurusi perut keroncongan, tapi sayang, hasilnya tidak merata. Banyak juga manusia di sudut jalan yang mengemis untuk mengisi perut yang malang. Tapi menurutku pengemis ini cukup baik dari pada manusiamanusia yang ambisius dengan sadar menggunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri. “Sudahlah”, aku tepiskan semua sentimen dari pikiranku. Lagi pula siapa yang menjamin bahwa aku tidak akan seperti mereka. Hari ini mungkin

aku merasa muak dengan kehidupan yang tujuannya entah ke mana, Ingin menjadi baik harus seperti apa?. Kembali lagi aku fokus terhadap tujuan utamaku menjadi seorang pelajar. Semoga kelak bermanfaat walaupun tak banyak. Perlahan-lahan rasanya bumi kembali memanas sambil menyanyikan melodi yang dibuat oleh kesibukan yang sudah biasa di agendakan oleh manusia. Aku percepat langkahku agar segera sampai sebelum terik memanggang kulitku. “Hati-hati berkeliaran di gang ini, banyak maling!” teriak seorang wanita paruh baya. Aku hanya membalas dengan melemparkan sebuah senyuman, berharap omongannya tidak serius. “Di kota besar seperti ini orang menghalalkan berbagai cara agar bertahan hidup, bagaimana tidak, lapangan kerja semakin sempit. Siapa yang mau mati kelaparan?”. Singgungan seorang laki-laki di sampingku. Aku tidak ingin terbuai dalam percakapan itu dan beranjak pergi meninggalkan mereka. Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya aku menemukan kontrakan yang kucari “Pondok Putri”, tercatat pada sebuah papan berwarna kuning. Seseorang wanita tampaknya telah menunggu kedatanganku “kamu Derana?”, tanya seorang wanita kepadaku. “Betul” jawabku. “Ini kunci kamarmu lantai 4 nomor 15 sewa perbualan lima ratus ribu”, katanya sambil menyerahkan sebuah kunci

“baik terima kasih”. Di kota ini sudah hal yang wajar melihat bangunan kecil bertingkat untuk mendirikan sebuah tempat tinggal, karena semakin banyak penduduknya semakin berkurang pula kesempatan memiliki tanah. Apa boleh buat, semua orang berkumpul di kota untuk mencari penunjang kesempatan hidup dan tempat mengantungkan cita-cita. Tiba-tiba saya teringat desa, merindukan udara sejuk tanpa harus menunggu pagi. Hidup berteman alam, sungai yang masih bersih tidak menampung pembuangan. Tetapi, taraf hidup yang masih rendah, andai di desa ada fasilitas pendidikan yang cukup baik, pikirku rakus. Tiba-tiba saja terbesit dalam benakku andai desa juga sesibuk kota ini tidak akan ada lagi udara yang cukup. Segera kutepiskan harapanku dan bersyukur dunia ini masih seimbang. Alarmku berbunyi pukul enam pagi, aku terbangun segera melihat keluar dibalik jendela berkabut yang ditutupi embun pagi. Dari luar aku mendengar suara-suara lembut dentingan air menumpahi tanah kering berusaha membuatnya gembur, seakan aromanya membuatku terjebak dalam ruang kerinduan. Dengan perasaan yang masih kosong, aku berusaha mengumpulkan nyawa, tersadar udara pagi adalah hal yang kutunggu-tunggu membawaku keluar kamar, menuruni anak tangga yang kecil dengan hati-hati, rasanya sangat melelahkan seperti telah

berjalan ratusan kilometer jauhnya. Meskipun begitu tidak menyurutkan semangatku untuk melangkah keluar, dengan hitungan menit sampailah aku di pekarangan kontrakan. Biarlah sedikit sempit, aku tetap bersyukur dapat menghirup udara yang masih segar di tambah hujan rintik-rintik yang menambah kesejukan. Sambil sedikit menutup mata aku menikmatinya, meskipun hanya sebentar saja singgah pada pagi hari. “Sepertinya kamu penikmat pagi”, tegur seseorang pemuda seusiaku berlalu melihatku dengan terheran-heran, seolah ia tahu apa yang sedang aku pikirkan. “Seperti itulah di kota, udara bersih terbatas. Mungkin di masa depan udara akan dijual”, sambil tertawa dia berlalu pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa terdiam tidak menanggapinya, dan membiarkan diriku dibasahi oleh rintik air hujan. Seperti biasa orang-orang akan sibuk beraktivitas dan membuat kebisingan, aku segera beranjak meninggalkan pekarangan, bersiap untuk memulai hari yang baru dan awal yang baru sebagai seorang pelajar, aku mengamati pantulan wanita lugu di sebuah cermin dan berkata padanya “tidak apa-apa, mari kita mulai saja!”. n Akhirnya aku menjadi salah satu penduduk kota! .n Penulis : Fika Saputri Mahasiswa Sejarah, 2018 FIB


IPTEKS

10

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

ILUSTRASI: A. SRI SARTIKA SHAFIRA

Daun Kersen, Solusi Penyakit Diabetes

S

ejak dulu, manusia sudah memanfaatkan sumberdaya alam untuk menyembuhkan penyakit, baik itu tanaman maupun hewan. Pengolahannya pun berbeda-beda untuk diaplikasikan ke manusia. Usaha penyembuhan dengan menggunakan bahan dari lingkungan sekitar biasa disebut pengobatan alternatif. Namun, cara pengolahan yang salah tidak akan memberikan hasil maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut, Prof Dr dr Nurpudji Astuti Daud MPH Sp GK bersama dengan timnya, tertarik meneliti cara pengolahan tanaman paling efektif dengan hasil yang maksimal. Nurpudji menjadikan daun kersen Muntingia Calabura L sebagai objek yang akan diamati. Daun kersen dipilih karena tanaman lokal di Indonesia yang membuatnya sangat mudah didapatkan di mana saja. Apalagi kepercayaan orang-orang dahulu, tanaman ini dapat menyembuhkan

bermacam penyakit. Tidak hanya itu, dr Nurpudji mengungkapkan daun kersen dapat digunakan sebagai obat untuk infeksi, luka, meredakan rasa nyeri, bahkan anti diabetes. “Saya senang sekali meneliti hal-hal dasar yang ada di sekitar kita, seperti memanfaatkan tanaman yang dapat menyembuhkan penyakit,” ujarnya. Untuk mengetahui kandungan daun kersen, dr Nurpudji melakukan berbagai teknik pengeringan. Di antaranya menggunakan vakum oven dengan suhu 40 derajat Celcius selama enam jam. Setelah dikeringkan, daun kersen diekstrak dan diteliti kandungannya. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, daun kersen mengandung polifenol, flavonoid, hingga fenolik dan antioksidan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan kapabilitas daun kersen untuk dijadikan obat alternatif. Selain itu, hasil pengeringan ini juga mengungkapkan metode

menggunakan vakum oven lebih efektif dibandingkan dengan pengeringan biasa. Dapat dilihat dari kadar senyawa dengan menggunakan vakum oven lebih tinggi daripada pengeringan dengan di anginanginkan. Metode pengeringan tradisional yang memanfaatkkan laju aliran udara untuk mengurangi kadar air. Penelitian yang dimulai pada awal tahun 2020, pada tahap ke dua akan dilakukan percobaan pada binatang seperti tikus. Supaya dapat melihat efek ekstrak daun kersen terhadap makhluk hidup. dr Nurpudji menegaskan ekstrak daun kersen sudah diketahui memiliki manfaat. Namun, pengujian tetap harus dilakukan agar dapat ditentukan dosis atau pemakaian yang tepat, sehingga lebih efektif untuk menyembuhkan penyakit seperti diabetes. “Pengujian lebih lanjut bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat, sehingga efek samping dapat

diminimalisir,” jelasnya. Perempuan yang pernah terpilih menjadi dosen berprestasi Unhas 2009 ini, menjelaskan setelah uji tahap kedua, akan dilanjutkan dengan uji klinik. Kemudian barulah dapat diaplikasikan ke manusia, sebagai obat alternatif. Dalam meneliti, dr Nurpudji menuturkan kendala yang dirasakan pada saat pengiriman sampel ekstrak daun kersen ke laboratorium di Jakarta untuk melihat kandungan yang ada dalam tanaman ini. Di samping hal tersebut, dr Nurpudji berharap hasil penelitian yang dilakukannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. “Setelah melewati pengujian dan betul-betul terbukti ekstrak daun ini dapat menyembuhkan, kami berharap dapat digunakan masyarakat untuk pengobatan misalnya gula darah,” tutupnya.n Anisa Luthfia Basri


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

CIVITAS

11

Foto: Dokumentasi Pribadi

Dinamika Pemilihan BEM-U 2021

S

ejak Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas periode 2019/2020 Abdul Fatir Kasim demisioner, nahkoda lembaga kemahasiswaan tingkat universitas ini sempat terkatung-katung setidaknya sekitar delapan bulan. Hingga kembali digelarnya Musyawarah Mahasiswa di Gedung Pertemuan Alumni (GPI) pada 19 Februari 2021. Pertemuan tersebut, merupakan agenda tambahan mendengar sikap lembaga yang belum tergabung dalam BEM-UH. Sayangnya, GPI jadi lahan unjuk otot, kericuhan pun tidak terhindarkan. Sehingga forum dipending. Sejak saat itu, civitas akademika menunggu kelanjutan MM. Awal April 2021, tersiar kabar melalui pesan Whatshapp, yang menunjukkan foto dan keterangan terpilihnya Presiden BEM-UH 202. “Imam Mobilingo, Ketua BEM terpilih Unhas 2021-2022,” begitulah pesan tertulis, Jumat (9/4). Terpilihnya formatur BEM Unhas, Imam Mobilingo merupakan hasil MM yang berlangsung di Tanjung Bira, Bulukumba. MM yang diselenggarakan selama lima hari ini, memunculkan diskusi yang panjang terkait pembahasan konstitusi dan pemilihan. Hingga memasuki pemungutan suara, beberapa lembaga kemahasiswaan walk out dari keanggotan MM. Fakultas yang tergabung dalam MM,

awalnya diikuti oleh Sembilan BEM fakultas, tetapi kemudian BEM FKM menggundurkan diri dari keanggotaan, menyusul FIKP dan BEM Fakultas Hukum. Koordinator Badan Pekerja BEM Unhas, Rahmatullah mengatakan, ada dua calon ketua BEM Unhas, dari Fakultas Kedokteraan dan Fakultas Hukum (Moh. Ichsan). “Mengenai calon dari hukum memang tidak mengundurkan diri, melainkan out dari forum. Forum tidak berhak mengintervensi suara yang masuk, siapa pilih siapa, yang jelas itu sudah kesepakatan dalam forum,” jelas mahasiswa Peternakan tersebut. BEM Fakultas yang masih tergabung dalam musyawarah yakni Fakultas Kedokteraan, Farmasi, Kedokteraan Gigi, Peternakan, Keperawatan, dan Teknik. Rahmatullah menyampaikan Imam meraih suara sebelas, enam suara dari hukum (Moh. Ichsan) dan delapan suara yang hangus. “Ditambah BEM Farmasi memilih abstain dalam pemilihan,” ucap mahasiswa yang sering dipanggil Tulla ini, Selasa (13/4). Setelah terpilihnya Imam Mobilingo, beberapa BEM yang telah mengundurkan diri dari keanggotaan dan keluar dari MM mengeluarkan surat pernyataan. Berdasarkan surat pernyataan BEM FKM Unhas tertanggal 7 April 2021,

mengunduran diri dari keanggotaan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas dilakukan karena tidak adanya upaya rekonsiliasi yang nyata di mana melibatkan semua BEM atau Senat Fakultas se-Unhas. Hal yang sama juga dilakukan BEM Hukum. Pencalonan dan terpilihnya saudara Imam Mobilingo secara jelas dan nyata bertentangan dengan Pasal 4 ayat (1) PR-ORMAWA, di mana BEM, BPM dan UKM tingkat utniversitas hanya untuk mahasiswa program sarjana, bukan mahasiswa Profesi,” tulis dalam surat pernyataan yang terbit (14/4). Wakil Presiden BEM Hukum, M Fadly Ridwan menuturkan tidak pernah setuju bahkan menjadi garda terdepan menolak secara hukum perubahan konstitusi MM. “Namun tidak diterima oleh peserta lain, maka presidium sidang berdasarkan saran badan pekerja melakukan voting,” katanya. “Demokrasi melalui mekanisme voting merupakan demokrasi terburuk, terlebih tidak mendahului mekanisme lobi,” ucapnya, Selasa (20/4). Presidium Sidang BEM Unhas, Syadid Ananda Mumahammad Ramadan, menjelaskan terjadi perdebatan panjang pada saat pembahasan konstitusi status keanggotaan, sarjana dan profesinya Imam. “Ada yang berpendapat Imam sedang menempuh profesinya sebagai koas dan tidak bisa lagi dihitung sebagai anggota

yang berhak mencalonkan,” ucap mahasiswa angkatan 2018. Namun tidak adanya kesepakatan, apalagi lembaga mahasiswa yang masuk dalam kesehatan mempunyai landasan mahasiswa koas masih bagian dari Keluarga Mahasiswa (Kema) fakultas. Akhirnya, forum yang tidak memungkinkan musyawarah untuk mufakat, menurut remaja yang sering dipanggil Ais ini, dilakukan lobi namun tidak sampai itu, segara diadakan voting. “Ternyata sebagian besar memilih profesi koas masih dihitung sebagai anggota dan bisa mencalonkan diri sebagai presiden BEM tingkat universitas,” jelas Ais. Menurut mahasiswa kedokteraan ini, voting dilakukan sebelum lembaga kemahasiswaan FKM, Fikp dan hukum menyatakan sikap keluar dari BEM Unhas “Walk out terjadi saat selesai pemaparan visi misi calon BEM Unhas,” ucap Rabu, (21/4). Setelah terpilihnya Formatur BEM Unhas, Imam Mobilingo. Musyawarah Mahasiswa mempunyai agenda memilih ketua Badan Perwakilan Mahasiswa. Apalagi tuntutan dari beberapa lembaga mahasiswa yang keluar, menginginkan adanya rekonsiliasi agar wadah ini dapat bekerja secara kolektif. n Sal/Nnd/Nui/Hak


RESENSI

12

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Sosial Media, Bisnis Menanam Candu di Kepala Manusia Media sosial bisa merayu, dan memanipulasimu, karena menginginkan sesuatu darimu.

S

kenario kehidupan manusia dipengaruhi oleh teknologi. Teknologi yang ada saat ini ibarat pacuan kuda. Kecepatan larinya terus bertambah setiap periode. Perkembangan dari teknologi sangat berpengaruh pada kehidupan khalayak manusia. Setiap sektor kehidupan dimudahkan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi media sosial. Namun siapa sangka, dibalik desain kemudahan yang ditawarkan, media sosial ternyata bisa menyebabkan ketergantungan sehingga merugikan penggunanya. Bukti nyata akan sisi gelap media sosial yang kita konsumsi sehari-hari dijabarkan dalam film “The Social Dilemma”. Film dokumenter yang sarat akan pesan ini mengangkat narasi algoritma media sosial yang memanipulasi bagi penggunanya. Jeff Orlowski (sutradara) menayangkan para mantan pendiri dan pengembang aplikasi media sosial. Mereka menjelaskan bagaimana cara sistem media sosial bekerja untuk melekatkan candu di kepala penggunanya. “Aku ingin orang tahu, semua yang mereka lakukan di internet selalu diawasi, dilacak, dan diukur. Setiap tindakan yang mereka lakukan dipantau dan direkam dengan hati-hati,” ungkap Jeff Seibert, salah satu narasumber pada film ini yang sekaligus Former Executive Serial Tech Entrepreneur. Tanpa sadar, Google yang selama ini hanya dikenal sebagai kotak pencarian dan Instagram untuk melihat kabar, teryata sengaja didesain untuk memikat perhatian penggunanya agar terpaku di layar selama mungkin. Sama halnya dengan aplikasi lainya

seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Youtube, mempunyai banyak informasi tentang penggunanya. Semua data yang dimasukkan ke sistem nyaris tidak lagi diawasi manusia. Sistem ini hanya terus memperbaiki dirinya, membuat prediksi yang semakin akurat tentang karakter, jati diri, serta apa yang dilakukan penggunanya. Mereka tahu saat orang kesepian, depresi, dan tahu apa yang dilakukan orang saat larut malam, mereka tahu semuanya. Dalam film tersebut juga, memvisualisasikan secara sederhana mekanisme kecerdasan buatan meracuni penggunanya, sebagai model yang memprediksi tindakan seseorang. Seperti boneka voodoo yang menyerupai manusia. Setelah modelnya ada, mereka bisa dengan mudah memprediksi hal-hal lainya. Diggambarkan pula pengguna hanyalah zombie yang disuguhi iklan sesuai dengan situasi yang mereka hadapi, impresi iklan itulah yang membuat mereka dapat lebih banyak uang. Pengguna sering kali dikelabui dengan embel-embel aplikasi gratis, padahal pengiklanan membayar produk yang digunakan. Pengiklan adalah pelanggannya, atau dengan kata lain kitalah yang dijual. “Pepatah klasiknya adalah ‘jika kau tak membayar produknya berarti kaulah produknya,’” ucap Tristan Harris, salah seorang pendiri dan presiden Center of Humane Technology yang sempat menghabiskan waktunya selama tiga tahun sebagai Ahli Etika Desain Google. Para mantan penemu dan pengembang teknologi media sosial dalam film ini mengakui, telah tercipta dunia tempat koneksi daring menjadi

hal utama, khususnya bagi generasi muda. Penyematan penipuan dan kelicikan di tengah-tengah bisnis yang terus beroperasi, ditenagai oleh algoritma yang bertujuan mencari tahu apa yang harus ditunjukkan agar grafik pengguna terus meningkat. Mereka mengeksploitasi kelemahan dalam psikologi manusia. Meskipun mereka memahami ini secara sadar, tetapi mereka tetap melakukannya. Di samping penjelasan dari para mantan pembuat dan pengembang teknologi serta pakar, film ini juga menampilkan dramatisasi dampak negatif dari media sosial. Polarisasi politik yang semakin memecah belah, mudahnya manusia termakan informasi palsu, sampai bisa menyebabkan depresi, bahkan bunuh diri. Di era ini kebohongan menyebar lebih cepat menciptakan era yang penuh disinformasi. Hal ini akan semakin bertambah buruk jika tidak ada hukum yang jelas dan tegas dalam mengatur perusahaan media sosial. Meskipun film ini lebih dominan disuguhkan narasi dari pada adegannya, namun apa yang ingin disampaikan oleh Jeff Orlowski dalam film ini sangat jelas dipahami on point. Rasa cemas mungkin akan menghantui setelah menonton film ini. Tidak serta merta membahas sisi gelap dari teknologi media sosial saja, tetapi ditunjukkan juga bagaimana para mantan penemu dan pengembang teknologi ini merasa khawatir akan apa yang nantinya terjadi di masa mendatang. Hal itu membuat mereka terus memikirkan solusi atas apa yang dapat meredam permasalahan ini. Di akhir film, para narasumber yang bersaksi mengatakan, mereka tidak membenci atau pun ingin merugikan

Data Film

Judul Sutradara Produksi Durasi Tanggal Rilis

: The Social Dilemma : Jeff Orlowski : Larissa Rhodes : 1 jam 34 menit : 9 September 2020

Google atau Facebook. Tetapi hanya ingin mengingatkan mereka agar tidak menghancurkan dunia. Mereka membeberkan telah menghapus banyak aplikasi sosial media dan berita yang menyita waktu dari gawai mereka, mematikan semua notifikasi, serta tidak menggunakan Google lagi tetapi Qwant yang tidak menyimpan riwayat pencarian. Mereka juga berpesan, jangan pernah menerima video rekomendasi di YouTube, harus selalu memilih, karena ini cara melawan. Ada banyak terdapat ekstensi Chrome yang dapat menghapus rekomendasi.n Winona Vanessa HN

KRONIK

Damkar Evakuasi Sarang Tawon di Pintu Satu Unhas DINAS Pemadam Kebakaran Kota Makassar bekerja sama dengan Satuan Pengamanan (Satpam) Unhas mengevakuasi sebuah sarang tawon berdiameter 40 cm di gerbang pintu satu Unhas, Tamalanrea indah, Senin (19/4) Proses evakuasi dilakukan saat mobilitas warga sekitar kampus rendah, sekitar pikul 19.00 Wita. Hal tersebut dapat memudahkan petugas dalam proses evakuasi dan meminimalisir

korban. “Berdasarkan arahan dari Pemadam Kebakaran Kota Makassar, evakuasi sarang tawon bagusnya dilakukan malam,” ujar Kepala Satpam Unhas, Sukono. Sukono melanjutkan, keberadaan sarang tawon jenis Vespa affinis ini sudah lama dilihat oleh anggota Satpam Unhas. Ukurannya yang kian besar menimbulkan kekhawatiran, mengingat sengatan tawon jenis ini

dapat mematikan. Apalagi pintu satu Unhas Tamalanrea sering dilalui dan bersebelahan dengan Gereja Paroki Maria Ratu Rosari Kare. Sarang tawon yang tersemat di antara reranting pohon tersebut langsung dimusnahkan menggunakan penyembur api berbahan bakar gas. Hanya perlu 5 menit hingga seluruh sarang tawon hangus terbakar. Sukono berpesan kepada siapapun yang melihat sarang tawon atau

sejenisnya yang dapat membahayakan masyarakat atau civitas akademika Unhas, untuk langsung melaporkannya ke pihak Satpam Unhas. “Kalau ada yang lihat sarang tawon begini lagi, langsung lapor saja ke kami supaya bisa langsung kami tindak lanjuti,” tutupnya. Proses evakuasi berakhir pukul 20.15 Wita, dan ruas jalan yang ditutup sudah kembali dibuka.n Risman Amala Fitra


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

PUISI

Listical News

Hindari Stres Ala Richard Carlson

Cinta Tak Berujung Oleh: Johan Ke mana hati ini akan berlabuh? Ketika samudra terbelah menjadi dua Menghantam segala yang dilaluinya Menyisakan cinta tak berpenghuni

Ketika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak diingankan, kita seringkali terjebak dalam tingkah laku tertentu, meledak di luar kendali, ngotot dan memandang hidup dari sisi negatif saja. Karena terbiasa beraksi berlebihan, maka akan tercipta suatu anggapan, semua masalah sebagai hal yang berat dan sulit dilalui. Hal tersebut tentunya akan membuat frustasi. Padahal, jika dihadapi dengan tenang, masalah yang nampaknya tidak dapat diatasi, dapat dikelola dan diselesaikan dengan mudah. Hal ini tentunya tidak akan membuat kita stress lagi serta akan membuat kita menjalani hidup menjadi lebih mudah dan nyaman. Lalu bagaimana cara bereaksi terhadap suatu masalah tenang? Berikut lima tips menghindari stress yang ditawarkan Richard Carlson dalam bukunya “Jangan Membuat Masalah Kecil jadi Masalah Besar”

1. Jangan Memusingkan Hal-hal Kecil Strategi yang pertama, ia memberikan contoh hal-hal kecil yang sering kita besar-besarkan. Ketika ada orang yang menyalip kendaraan, bukannya membiarkannnya dan melanjutkan urusan, kita sering kali malah merasa berhak marah. Bahkan terkadang, peristiwa ini akan kita ceritakan kepada orang lain. Mengapa kita tidak melupakan dan membiarkan saja orang itu lewat? Mengapa harus marah? Mengapa kita tidak mencoba bersimpati pada orang tersebut dan membayangkan betapa menegangkannya berada dalam posisi orang tersebut? Cara ini dapat memberikan perasaan nyaman dan tentunya kita tidak akan terganggu. Ketika kita tidak memusingkan hal-hal kecil, hidup memang tidak secara langsung menjadi sempurna, namun setidaknya dapat belajar menerima apa yang akan terjadi dalam kehidupan ini dengan hambatan yang sangat sedikit.

2. Berdamai dengan Ketidaksempurnaan Keinginan untuk sempurna dan keinginan untuk mendapatkan ketenangan batin adalah dua hal yang tidak dapat disatukan. Ketika sudah mendapatkan apa yang diinginkan, bukannya bersyukur, kita malah berpikir untuk mendapatkan yang lebih lagi. Sikap seperti ini akan menjauhkan dari tujuan mendapatkan ketenangan batin. Ketika berhasil menghilangkan keinginan untuk menjadi sempurna dalam segala hal, maka kita akan mendapatkan keindahan dalam hidup.

3. Sadari Kehadiran Pikiran Negatif

13

LISTICAL NEWS

Menyadari bahwa berpikir negatife dan selalu merasa tidak aman akan membuat kita cepat lepas kendali. Semakin memikirkan hal- hal kecil maka akan membuat perasaan kita semakin buruk. Dengan menyadari pikiran negatif yang muncul sebelum berkembang lebih jauh, maka semakin mudah kita akan menghentikannya.

ILUSTRASI: WARDA ATIRAH

4. Jangan Menginterupsi Jangan menginterupsi atau memutus kalimat orang lain. Tingkah ini dapat merusak rasa hormat dan kasih sayang orang lain, selain itu, tingkah ini juga dapat menguras energi untuk berada di dalam dua kepala sekaligus. Bagaimana tidak, ketika menginterupsi orang lain, maka harus menjaga kecepatan pikiran kita dan pikiran lawan bicara yang diinterupsi. Tingkah ini mendorong kedua belah pihak untuk mempercepat omongan dan pikirannya. Tentunya, situasi seperti ini membuat pembicaraan jadi tegang, menjengkelkan dan ujungnya terjadi perdebatan. Tingkah ini dapat dicegah dengan cara selalu mengingat untuk tidak memotong pembicaraan orang lain. Ketika telanjur menginterupsi dan mulai menyadarinya,

segeralah menghentikannya. Katakan pada diri sendiri untuk membiarkan orang lain menyelesaikan pembicaraannya dan menunggu giliran kita. Ketika strategi ini diterapkan, Anda akan melihat interaksi Anda dengan orang lain jauh lebih baik. Lawan bicara lebih santai dan merasa didengarkan.

5. Memikirkan kesempurnaan Orang yang perfeksionis seringnya hidup dalam ketidaktenteraman. Keinginan menjadi sempurna sangat bertentangan dengan keinginan untuk mendapatkan ketenangan batin, tidak bisa disatukan. Bukannya merasa puas dan bersyukur, dia terpaku dengan apa yang masih kurang dan dorongan untuk memperolehnya. Jika Anda terus menerus melakukan ini maka Anda akan selalu kecewa dan tidak puas. Ketidaksempurnaan tidak bisa dilenyapkan. Lemari yang berantakan, goresan yang ada di mobil Anda, penolakan orang lain, prestasi yang tidak sempurna, dan berat badan Anda yang tidak ideal adalah contoh ketidaksempurnaan yang mampir dalam kehidupan. Terdapat sisi positif bila Anda tidak terikat dan terpaku pada kekurangan Anda. Sadarlah bahwa selalu ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu sekaligus menikmati dan menghargai cara yang sudah ada. Tidak perlu menuntut kesempurnaan dalam segala aktivitas. n Irmalasari

Berpacu dalam langkah kaki yang tak terhenti Mengisyaratkan waktu yang terus berjalan Berlari menggapai impian hati Menelusuri sepanjang jalan kehidupan Aku temukan cinta dalam sanubari Saat lisan tak mampu terucap di bibir Saat kata hanya terucap dalam hati Terukir doa di setiap sujud Kepada Sang pemilik hati Kulabuhkan hati dan raga ini Karena hanya kepada-Mu akan kembali Mengharap cinta sejati Begitu dahsyat akan cinta-Mu Mengalir di setiap nafasku Memberi ketenangan dalam jiwa Menuntaskan rindu kian menua Penulis merupakan mahasiswa jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, angkatan 2016

Lelaki yang Kehabisan Berani Oleh: Achmad Fudail Seorang lelaki, Setelah kematiannya yang kesekian kali Kembali bangkit, masih saja Ia genapkan untuk berani mencoba Hingga satu malam menguasainya, Ia terperangkap dalam kekalutan Bulan dan bintang-bintang Memojokkannya dalam senyap sepi Tibalah Ia di persimpangan Tatkala seorang gadis Menangkapnya dalam sebuah sapa, “Misi..” Belum lagi Ia menjawab, Sebuah belati menembus tepat dadanya Berulang kali gadis itu menikamnya Hingga seluruh tubuhnya terkoyak Dengan penghabisan napas, “Lantas perihal apa kau menyapa?” “Aku hanya ingin, hingga kau Mampus dikoyak sepi” Akhirnya jiwanya kembali terbebas Seorang lelaki, Setelah kematiannya yang kesekian kali Didapatinya tubuhnya telah terkoyak Ia kemudian memilih bunuh diri Tak lagi ia berani genapkan beraninya. Makassar, 2020


KATALOG FILM

14

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Sang Kiai (2013) Sutradara: Rako Prijanto Genre: Laga, Drama Tahun Rilis: 30 Mei 2013 Film ini adalah kisah dari seorang pemuka agama, yaitu KH Hasyim Asyari. Beliau juga dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang dan organisasi Nahdhatul Ulama dan dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, dan Adipati Dolken. Sinema yang menampilkan masuknya Jepang berusaha untuk menarik simpati rakyat, salah satunya dengan jalan agama. Awal kedatangan Jepang disambut dengan antusiasme dan kebahagiaan yang tinggi dari rakyat karena dianggap telah membebaskan Indonesia dari belenggu Belanda. Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan

Sultan Agung (2018)

Sutradara: Hanung Bramantya Genre: Drama Kolosal Tanggal Liris: 23 Agustus 2018

memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei yaitu hormat kepada Matahari. Banyak Kiai saat itu yang menolak hal itu menganggap peraturan tersebut melanggar akidah Islam salah satunya KH Hasyim Asyari, beliau ditangkap. Saat keluar dari tahanan, Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam dan rakyat wajib menyetor hasil panennya kepada penjajah. Rakyat tidak setuju dengan keputusan yang dibuat oleh penjajah Jepang, hingga akhirnya para rakyat melakukan perang dengan para penjajah. Jepang pun kalah perang dan Sekutu mulai datang. Jepang menyatakan kalah dari Sekutu.n

Jenderal Soedirman (2015)

Film yang diawali ketika Raden Mas Santang (Marthino Lio) harus segera menaiki tahta di usianya yang masih remaja, sebagai raja setelah ayahnya Panembahan Hanyokrowati wafat ia diberi gelar Sultan Agung. Saat menduduki Tahta, ia menunjukkan sikap kepemimpinan yang dulunya diragukan, Kiprah Sultan Agung membawa Kesultanan Mataram Islam menuju puncak kejayaan. Kemakmuran, perluasan wilayah, hingga aksi kepahlawanan melawan penjajah Belanda atau VOC. Di masa kepemimpinannya, Belanda dengan pusat dagang VOC telah masuk ke wilayah Indonesia. Sang sultan sempat diajak kerja sama oleh Belanda. Demi memberantas VOC, ia tidak peduli jika harus menyeberang ke tanah Sunda dan Batavia yang jauhnya ribuan kilometer. Misinya saat itu sangat sederhana, yakni meruntuhkan benteng dan membunuh Presiden VOC.n

Kisah bermula ketika Belanda secara sepihak memutuskan perjanjian Renville dan menghentikan gencatan senjata. Pada 19 Desember 1948, Jenderal Simons Spoor (Eric Van Loon) memimpin Agresi Militer II dengan menyerang wilayah ibu kota, menyebabkan Indonesia harus mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer 1 kepada Belanda, dan penarikan 3.5000 tentara Indonesia. Kemudian Soekarno (Baim Wong) dan Mohammad Hatta (Nugie) juga ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Walau didera sakit berat, Soedirman tetap melakukan perjalanan ke arah selatan dan memimpin perang gerilya selama tujuh bulan, membuat Jawa menjadi medan perang gerilya yang luas, Belanda kewalahan karena kehabisan logistik dan waktu. Dengan ditandatangani Perjanjian Roem-Royen, Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan RI seutuhnya.n

Battle Of Surabaya (2015) Sutradara: Aryanto Yuniawan Genre: Animasi Tanggal Rilis: 20 Agustus 2015 Film ini menceritakan petualangan Musa, seorang anak remaja berusia 13 tahun dari keluarga miskin yang tinggal dengan ibunya yang sakit-sakitan, menjadi tukang semir sepatu, kurir bagi para pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR. Dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya. Ia Hidup di bawah tekanan kebutuhan hidup serta kemiskinan di era Perang Dunia. Pasca proklamasi dikumandangkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Surabaya pun dipenuhi gelora kemerdekaan dari rakyat dan pemuda Surabaya. Sementara pihak Belanda terus mencari cara untuk kembali masuk ke Surabaya sebagai salah satu usaha mereka untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai tanah jajahan. Menampilkan tokoh-tokoh sejarah perjuangan rakyat Indonesia, seperti Residen Sudirman, Gubernur Suryo,

Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain yang mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo dan pemuda Indonesia untuk berani melawan Belanda dan Sekutu, meskipun dengan persenjataan yang sangat minim. Berlatar belakang kisah nyata dari Perang 10 November atau Pertempuran Surabaya. Sisa pasukan Belanda dan Inggris yang tidak terima atas Indonesia yang akhirnya mengumandangkan proklamasi, memaksa untuk melakukan peperangan. Di tengah hingar-bingar perang, ia ditugaskan menjadi kurir surat para petinggi pemerintahan Indonesia. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan Yumna, perempuan keturunan Jepang. Musa menjadi incaran para KNIL. Dirinya diburu dan sukses dimaksukkan ke dalam penjara. Nasib para pejuangan Indonesia pun diambang batas karena surat koordinasi tak kunjung sampai.n

Sutradara: Viva Westi Genre: Biopik, Perang. Tanggal rilis: 27 Agustus 2015


KATALOG BUKU

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

15

Sulawesi Selatan Tempo Doeloe (Mozaik sejarah Lokal) Penulis: Najamuddin and Patahuddin, and Bahri, Ahmadin and Rasyid, M.Ridha Penerbit: Raihan Intermedia Tahun terbit: 2009 Tebal buku: 321 Halaman Dalam buku ini memuat beberapa peristiwa lokal di Sulawesi Selatan. Memuat pengertian To Manurung, di mana memberikan posisi elit bangsawan ke posisi strategis, baik dalam aspek struktur sosial kemasyarakatan maupun politik di Sulawesi Selatan. Perjanjian sosial dan perjanjian pemerintah inilah yang kemudian mengatur berbagai hal seperti hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yaitu elit bangsawan dan rakyat biasa. Perjanjian

To Manurung: Asal-Usul Manusia dalam Kebudayaan Bugis

Manusia Bugis

Penulis: Christian Pelras Penerbit: Nalar bekerjasama dengan Forum Jakarta-Paris 2005 Tahun terbit: 2006 Tebal buku: 450 halaman + xxxiv

tersebut mencerminkan adanya hubungan seimbang antara elit bangsawan dan rakyat biasa yang berada di bawah kekuasaan. Dunia politik dalam buku ini juga diuraikan berdasarkan hubungan politik dengan dunia luar. Selain itu, buku ini juga menguraikan warisan budaya masingmasing kepercayaan, tradisi perkawinan, hingga phinisi sebagai simbol identitas Bugis-Makassar.n

Buku ini menjelaskan berbagai hal mengenai kebudayaan Bugis, mulai dari wilayah, bahasa, sejarah, kebudayaan, kepercayaan, dan suku. Suku Bugis juga dikenal sebagai orang yang mempunyai karakter keras dan menjunjung tinggi kehormatan. Namun dibalik itu dianggap ramah, loyal dan menghormati orang lain. Selain itu, banyak yang beranggapan bahwa suku ini identik dengan pelaut, tetapi hal tersebut nyatanya bertentangan dengan pendapat penulis dalam karyanya. Gambaran bahwa suku Bugis bukanlah pelaut kemudian dibetulkan oleh data-data Cina terkait nusantara. Sulawesi Selatan terutama Suku Bugis Tidak ada dalam catatan pengiriman misi dagang ke Cina. Bahkan dalam catatan Dinasti Ming sebagai dinasti terakhir masa klasik Cina juga tidak mencatat adanya Sulawesi.n

Islamisasi Bugis Penulis: Andi Muhammad Akhmar Penerbit: Yayasan Obor Indonesia Tahun terbit: 2018 Tebal buku: 566 Halaman Kedatangan Islam di kalangan orang Bugis pada masa lampau membawa dampak terhadap kehidupan bersastra. Dampak yang pertama terlihat dalam komposisi baris-baris La Galigo versi Bottinna I La Dwata Sibawa W Attaweq (BDA) dalam bentuk formula-formula doa dalam bahasa Arab, ayat Alquran, dan nama-nama Allah (asmaul husna). Unsur-unsur baru ini menyebabkan perubahan aturan perpuisian metrum lima atau empat suku kata setiap segmen yang sebelumnya berlaku ketat dalam La Galigo. Dampak kedua terlihat dengan munculnya sejumlah nama tokoh dalam La Galigo versi BDA yang sebelumnya tidak dikenal dalam epos La Galigo seperti Jalilullah, Nabi Adam, Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad, Nabi Khaidir, dan Datu Hindi. Sejumlah tokoh Islam ini dihadirkan dalam suatu hubungan genealogi dengan

tokoh dalam mitos La Galigo. Perubahan komposisi, baik dalam bentuk penambahan dan pengurangan maupun pemutarbalikan dalam teks La Galigo versi Bottinna I La Dwata Sibawa W Attaweq (BDA) merupakan wujud kebebasan penyair atau penulis. Namun, kebebasan penyair tersebut tetap dalam bingkai. Bingkainya adalah (1) tema perkawinan di kalangan keturunan Batara Guru atau kerabatnya, (2) tokoh-tokohnya adalah dari kalangan dewa atau keturunannya yang berkuasa di bumi (dinasti Batara Guru), dan (3) penggunaan nama tempat yang meliputi Dunia Atas, Dunia Tengah, dan Dunia Bawah. Dengan demikian, cerita-cerita baru atau yang telah mendapatkan unsur-unsur baru tetap menjadi bagian dari warisan sastra Galigo.n Ivana Febrianty

Penulis: Bandung, AB Takko Nugrahini, Kartika N (ed.) Penerbit: Penerbit Ombak Tahun terbit: 2016 Tebal buku: 308 Halaman Dahulu, suku Bugis hanya menetap di satu daerah saja tepatnya di tanah Bugis. Mattulada (1998:24) memperkirakan, suku ini dulunya pernah tinggal di pesisir Utara Teluk Bone yang biasanya disebut dengan Ware Luwu dan tersebar di berbagai tempat. Begitulah sedikit gambaran terhadap buku ini. Selain menggambarkan asal mula suku bugis dari sisi antropologis, juga dari segi mitos La Galigo.n


16

IPTEKS

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Upaya Lindungi Beras Pulu Mandoti Melindungi komoditi Indonesia secara indikasi geografis sangat diperlukan, disamping itu dapat meningkatkan pendepatan masyarakat lokal.

P

engalaman produk Indonesia yang diakui oleh negara lain bukan cerita baru. Kasus pendaftaran merek kopi dengan nama Toraja oleh PT Toarco Coffee, perusahaan asal Jepang pada tahun 1976, merupakan salah satu contoh. Bahkan satu tahun kemudian perusahaan asal Jepang tersebut mendaftarkannya sebagai merek internasional. Sehingga untuk mengunakan merek ini harus meminta izin kepada PT Toarco Coffee. Cerita lain, datang juga dari Reog Ponorog yang diklaim oleh Malaysia sebagai kesenian mereka, maupun kasus-kasus lainnya. Belajar dari pengalaman ini, perlu upaya dalam melindungi produk-produk yang berciri khas Indonesia dengan mengindikasikannya secara geografis. Hal inilah yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Hukum Unhas, Dr Hasbir Paserangi SH MH untuk melindungi Pulu Mandoti. Pulu Mandoti sendiri merupakan beras kentan wangi yang tumbuh di wilayah pengunungan dengan ketinggian sekitar 700 Mdpl. Beras ini hanya tumbuh di suatu desa di Kabupaten Enrekang. Kata Hasbir Paserangi, Pulu Mandoti sudah dilirik oleh banyak peneliti, baik di kancah nasional maupun internasional. Bahkan Jepang pernah mempelajari dan mencoba menanam jenis padi ini di tempat lain, hasilnya tetap sama, tidak beraroma wangi. “Kasus hukum terkait beras pulu' Mandoti setahu saya tidak ada. Walaupun Jepang pernah mencoba menanam padi ini di negerinya, namun hasilnya tidak sewangi ketika ditanam di Enrekang,” ucapnya. Penelitian ini pun disambut baik oleh masyarakat Enrekang khususnya Desa Salukanan, Kendenan, dan Pepandungan, Kecamatan Baraka, sangat antusias bahkan sudah lama sekali mereka menginginkan hasil alam mereka diberikan Indikasi Geografis (IG) milik Indonesia. Hasbir Paserangi, dibantu oleh kedua temannya yang juga dosen Hukum, Adistya Frandika Dwi Oktavianty Baramuli SH M KN, dan Ahmadi Miru SH MH mulai melakukan kajian mengetahui peran pemerintah dalam mendorong tumbuhnya perlindungan IG ini. Kajian ini melibatkan pemangku kebijakan seperti Kepala Dinas dan Staff Hukum Dinas Pertanian dan Perkebunan, Kepala Dinas dan

Staff Sekertaris Daerah Bagian Hukum Kabupaten Enrekang, dan sepuluh petani padi. Perlindungan hukum IG terhadap beras pulut mandoti belum terwujud secara optimal. Hal ini disebabkan antara lain, kurangnya informasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pendaftaran IG ini, serta lambatnya pemerintah dalam melakukan pengurusan berkas pendaftaran dan ketentuan mengenai IG di Indonesia yang masih kurang jelas. Menurut Hasbir Paserangi, pendaftaran Pulu Mandoti sebagai IG harus senantiasa diinformasikan kepada masyarakat, agar mereka mengetahui sejauh mana proses berlangsung dan tidak terjadi kesalahpahaman antara masyarakat dan pemerintah. Tanpa adanya dukungan dari pemerintah setempat, bisa dikatakan nihil. Pemerintah sangat berperan dalam mempromosikan, mendistribusikan, dan mengemas beras Enrekang ini dengan kemasan yang lebih menarik untuk dipasarkan ke seluruh Indonesia, bahkan ekspor ke luar negeri. Peluang bisnis ini sangat menjanjikan

karena pendaftaran IG sendiri sudah menjamin kualitas produk tersebut. “Karena beras ini melalui proses pengawasan yang ketat oleh anggota Asosiasi yang dibentuk oleh para kelompok petani yang ada di desa tersebut,” ucapnya. Singkat cerita, untuk pendaftaran HKI dibutuhkan uji laboratorium. Maka itu dosen fakultas hukum ini melakukan uji kandungan Gabah, Laboratorium Pasca Panen di Karawang, dan uji tanah di Laboratorium Tanah Unhas. “Setelah itu, saya tindak lanjuti dengan pendaftaran Indikasi Geografis sebagai target luaran dalam penelitian ini. Alhamdulillah, setelah melalui proses panjang, akhirnya tahun 2020 sudah keluar sertifikat Indikasi Geografisnya atas produk Beras Pulu' Mandoti Enrekang,” jelasnya Kamis, (18/2). Dengan pendaftaran yang sudah dilakukan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Namun jangan berhenti sampai di pulut mandoti, pemerintah kiranya terus menginventarisasi produk-produk lain khas Enrekang.

Selain itu, bukan berarti peneltian ini tidak mendapatkan kendala, dosen kenoktarian ini mengatakan jarak untuk mengumpulkan data cukup jauh dari pusat Kota Enrekang. “Terkadang setengah perjalanan naik mobil, kemudian naik motor karena terkendala perbaikan jalan setapak. Namun disuguhi panorama alam yang indah, tak terasa ternyata telah menempuh perjalanan selama dua jam,” tuturnya. “Hal lain juga dirasakan saat uji laboratorium di Karawang, butuh waktu 6 jam pulang pergi dari JakartaKarwang. Tapi alhamdulillah semua bisa diatasi,” sambungnya. Hasbir mengatakan Pemda Enrekang harus lebih apresiatif atas Pendaftaran Indikasi Geografis beras Enrekang ini. Jangan berhenti setelah keluarnya sertifikat ini. “Perlu ada upaya secara aktif dan berkesinambungan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat petani pascapendaftaran. Apalagi proses mendaftar membutuhkan waktu yang lama, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit,” tutupnya.n Warda Athirah

ILUSTRASI: IVANA FEBRIANTY


identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

KAMPUSIANA

17

Unhas Peringkat 2 Se-Indonesia dalam THE Impact Rangking UNHAS berhasil meraih peringkat kedua SDGs se-Indonesia menurut Times Higher Education (THE) Impact Ranking dan di dunia menempati posisi ke 79. Pencapaian ini tentu sangat mengagumkan mengingat pemeringkatan ini melibatkan 1.115 universitas dari 94 negara dan region. THE setiap tahun mengukur peringkat impak setiap universitas di seluruh dunia. Salah satunya, prinsipprinsip Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk tahun ini variabel penilaian dianggap cukup kompleks karena mencakup 17 tujuan SDGs. Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan, Prof dr Nasrum Massi Sp MK Ph D mengungkapkan kebanggaannya. Berdasarkan rilis Kasubdit Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Universitas Hasanuddin, Unhas memang selama

setahun terakhir melakukan persiapan intensif untuk memenuhi standar SDGs sebagaimana disyaratkan oleh THE Impact Ranking. “Ini adalah hasil yang membanggakan, tantangan kita selanjutnya adalah mempertahankannya,” imbuh Nasrum. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA menganggap capaian ini bagian dari cita-cita mewujudkan Unhas sebagai World Class University. “Saya memberi apresiasi atas kolaborasi dan kerja sama kita. Ini adalah satu lagi bukti bahwa potensi dan sumber daya yang dimiliki Unhas sangat unggul. Kita hanya butuh tata kelola dan manajemen yang adaptif untuk menggerakkan semua keunggulan ini,” kata Prof Dwia.n Anisa Luthfia Basri

124 Tim Lolos Pendanaan PMW POKJA PMW Unhas mengadakan Workshop Penjelasan Teknis Pelaksanaan dan Pengelolaan Dana Start Up. Bertempat di Hotel Aston, Jl Sultas Hasanuddin No. 10, kegiatan tersebut mengundang 124 perwakilan tim yang lolos seleksi tahap wawancawa PMW, Ahad (11/4). Turut hadir Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin Mkes Ketua Pokja PMW, Dr dr Masyitha Muis S Ked MS, dan Ketua Inkubator UPKB Unhas Dr Ir Mardiana Etrawaty Fachry MSi sebagai pembicara. Membuka sesi, Arsunan menegaskan pentingnya pembelajaran berwirausaha. “Utamanya adalah pembelajaran. Karena kegiatan wirausaha bisa membantu adik-adik survive ketika

lulus nanti,” ujar Arsunan. Masyitha menambahkan, beberapa teknis PMW yang menjadi pedoman pelaksanaan usaha mahasiswa. “Dana ini adalah dana hibah Unhas. Jadi kalau usaha kalian berjalan, Unhas tidak akan meminta apa-apa dari kalian,” terangnya. Lebih lanjut, kegiatan tersebut juga dirangkaikan dengan penandatanganan kontrak oleh ketua tim sebagai bentuk kesepakatan menjalankan bisnis. Pada akhir pelaksanaan, kegiatan ditutup oleh materi dari Mardiana yang berencana menjaring peserta PMW untuk dibantu dalam mengembangkan usaha.n Risman Amala Fitra

IDENTITAS/RISMAN AMALA FITRA

Tingkatkan Inovasi Rumput Laut, Unhas Gandeng PT Kalbe Farma BERSAMA PT Kalbe Farma, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUIP2RL) Unhas menyelenggarakan webinar budidaya rumput laut Porphyra Sp. Kegiatan itu berlangsung melalui Zoom, Selasa (27/04). Kegiatan dihadir oleh Ketua Riset Nasional 2015-2018 dan 2019-2020, Dr Bambang Setiadi IPU, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Lideman Zawawi, PhD, serta Head of Center for Restoration of Basin Ecosystem and Environment, Jepang, Prof Tamiji Yamamoto sebagai pembicara. Pada kesempatannya, Bambang menjelaskan kerja sama industri dan universitas dalam inovasi rumput laut. Adapun pengembangan rumput laut menjadi komoditas penting untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat. Selain memiliki jutaan hektar, hal itu juga didukung oleh berbagai jenis rumput laut dan hilirisasi produk.

“Perkembangan terakhir, isu rumput laut menjadi sangat penting karena pemanfaatannya pada kesehatan sangat cepat dan terbukti mengandung berbagai kandungan penting. Misalnya, memiliki lima kali protein lebih besar dari pada daging, sepuluh kali kandungan kalsium dari pada susu, dan beberapa kandungan penting lainnya,” jelas Bambang dikutip dari rilis Humas Unhas. Ia menambahkan, untuk budidaya Porphyra Sp diperlukan perluasan yang dapat memberikan dampak positif pada kemiskinan lokal, pengelolaan ekosistem maupun mitigasi perubahan iklim. Budidaya Porphyra Sp juga dapat menghasilkan biomassa dan protein cukup untuk manusia tanpa lahan baru dan air tawar. Dipandu oleh Jamaluddin Fitrah Alam, sesi pemaparan materi ditutup oleh penjelasan dari Lidewan Zawawi dan Prof. Tamiji Yamamoto.n Nadhira Sidiki

Dukung Pengabdian, Unhas Siapkan Mekanisme Dana Abadi

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas tengah mempersiapkan pembentukan endowment fund (dana abadi) guna mendukung tridharma pendidikan tinggi, utamanya pengabdian masyarakat. Hal tersebut diungkapkan pada Pembukaan Musyawarah Besar Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas di Hotel Four Points, Makassar oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes, Sabtu (10/4). Adapun dana abadi atau

pengumpulan dana oleh sebuah lembaga dari berbagai donatur. Baik individu maupun institusi, dana tersebut ditujukan untuk keperluan sosial yang disepakati dengan para donatur sebagai upaya tanggung jawab sosial institusi. Dikutip dari Humas Unhas, Arsunan mengatakan, mekanisme ini sering ditemukan di berbagai negara dan institusi. Keberadaan endowment fund merupakan salah satu cara untuk merekatkan alumni dengan kampus. “Kita kemudian berpikir untuk mengkoordinasikan

potensi alumni melalui gagasan pembentukan endowment fund pendidikan tinggi. Di antara Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Indonesia, hanya Unhas yang belum memiliki mekanisme tersebut. InsyaaAllah, tahun ini akan diwujudkan,” kata Arsunan. Endowment fund pendidikan tinggi yang dikelola oleh Unhas berpotensi besar untuk mendukung kegiatan sosial kemasyarakatan, termasuk memberikan bantuan dan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa yang berasal

dari keluarga kurang mampu. Meski kini terdapat sejumlah mekanisme untuk membantu kelompok masyarakat tersebut, namun belum seluruhnya dapat terjangkau. Kegiatan tersebut dirangkaikan pula oleh laporan pertanggung jawaban pengurus IKA FISIP Unhas Periode 2016-2020 dan pemilihan Ketua Umum IKA FISIP Unhas Periode 2021-2025.n Nadhira Sidiki


18

identitas

JEKLANG

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

Anak Petani yang Pantang Menyerah Teruslah bermimpi. Allah akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya, sebesar apapun impian tersebut.

M

eniti karir tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal itu dirasakan oleh Alumnus Fakultas Peternakan, Fajriansyah SPt. Di tengah manis pahit kehidupan, alumnus Fakultas Peternakan Unhas angkatan 2014 itu pantang menyerah, alhasil dewi fortuna pun memihaknya. Baru-baru ini ia didaulatkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Rumah Produktif Indonesia (RPI) Kabupaten Sinjai pada Januari 2021. Sebagai wadah belajar dan kolaborasi produktif berbasis peminatan dan keunggulan kompetitif, RPI sendiri merupakan perkumpulan sosial berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Bersama RPI, Fijral ingin menyebarkan semangat Belajar, Berkawan, dan Bergembira. Meski RPI saat ini belum genap setahun dideklarasikan, namun Fajri merasa tertantang untuk meningkatkan kapasitas anggota masyarakat secara umum bersama organisasi tersebut. Beberapa bentuk kegiatan yang pernah dilakukan diantaranya diskusi daring, seminar nasional dan internasional, ceramah, konsultasi, penulisan buku, silaturahmi, dan lain sebagainya. “Saya mengabdi di Kantor Desa sambil bertani dan beternak. Alhamdulillah, Allah SWT telah memberikan apa yang saya pinta. Salah satu penyebab terkuat yang saya yakini ialah doa seorang ibu,” ujar Fajri, begitu kerap ia disapa. Kilas balik perjalanan Fajri bisa dikatakan sungguh berliku. Meski demikian, terlahir di tengah keterbatasan finansial tidak membuat niatnya membantu sesama luntur begitu saja. Semasa duduk di bangku perkuliahan, Ketua Direktorat OK OCE Agrowisata sejak tahun 2019 ini bahkan pernah merasakan keajaiban sedekah. “Keajaiban sedekah itu nyata. Setelah memberikan uang

terakhir senilai sepuluh ribu rupiah di dompet, dosen saya, Prof Dr Ir Laily Agustina MSi meminta bantuan. Kemudian, beliau membalasnya dengan memberikan makanan dalam dos dan uang seratus ribu rupiah,” kenang Fajri. Selain itu, pria kelahiran 2 Februari 1996 ini juga selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Masih terngiang di kepalanya bagaimana keseharian di bangku sekolah menengah pertama. Hampir saja ia tidak bisa melanjutkan studi akibat minimnya biaya. Kala itu, demi memangkas pengeluaran, Fajri rela menggunakan pakaian pramuka SD yang sudah pendek selama hampir lima minggu. “Awalnya, orang tua saya merasa tidak mampu menyekolahkan lagi. Tapi, hal itu tidak menyurutkan semangat saya hingga berhenti sekolah. Saya bersyukur bisa belajar di MTS Negeri 2 Sinjai, tidak terasa tiga tahun berhasil saya lalui,” ujar Fajri. Perjuangan yang harus ia hadapi tidak berhenti sampai disitu saja. Menduduki kelas 2 MTS, Wakil Sekretaris Jenderal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) ini pernah mengalami pendarahan di kepala dan keluar melalui telinga, mata, hidung, dan mulutnya. “Waktu itu, saya terjatuh ketika naik sepeda di kampung halaman sehingga membuat saya koma satu hari satu malam. Orang-orang sekitar menganggap saya meninggal dunia, namun nyatanya Allah SWT masih memberikan saya kesempatan hingga hari ini,” tutur Fajri Hal menarik lainnya Fajri lalui semasa duduk di bangku sekolah menengah atas. Dengan dalih tidak ingin membebani kedua orang tua, ia memilih berjalan kaki berangkat dan pulang sekolah. Tepat pukul setengah enam pagi, ia melalui jarak sejauh 14 km. “Tepat pukul setengah enam pagi, saya berangkat dari

rumah. Tantangan terberat saya hadapi ketika musim penghujan. Terkadang, saya harus berhenti untuk berteduh, pun menerobos hujan sambil berjalan kaki seorang diri,” ungkap pria yang pernah menjadi staff pegawai di Kandang Kambing Peternakan Unhas ini. Kisah berlanjut, begitu pula dengan perjuangannya. Awal mula menjadi mahasiswa, Fajri lagi-lagi diserang permasalahan finansial. Bermodalkan sembilan ratus ribu rupiah, ia berangkat ke kota daeng seorang diri menggunakan mobil sewa. Kendati kedua orang tuanya berkenan meminjam lima juta rupiah ke sanak keluarga, namun Fajri menolaknya. Ia berupaya setegar mungkin untuk tidak merepotkan siapapun. Lambat laun, rasa cemas dan takut mulai menghantui pikiran pria yang pernah menjadi sekretaris CV Promotion ini.Uang senilai sembilan ratus rupiah

itu tidak lagi mampu memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, Fajri berusaha keras untuk mencari sumber pendapatan. Selain mendaftarkan beasiswa Bidikmisi, ia juga memilih tinggal di laboratorium Fakultas Peternakan Unhas untuk memangkas pengeluaran. “Hari ke hari terlewati dengan ceria, saya senang dipertemukan dengan senior fakultas yang kini saya anggap sebagai keluarga. Bersama dengannya, saya bermukim di laboratorium sehingga tidak keluar lagi biaya sewa kamar kost,” tutur Fajri. Sebagai anak dari petani Sinjai, Fajri tidak menyangka hidupnya akan sampai ke titik ini. Ia berpesan kepada generasi muda lainnya untuk pantang menyerah dalam menjalani tantangan kehidupan. n Nadhira Sidiki


POTRET

identitas

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

19

Suasana Wisuda Luring Terbatas

nMemakai Handsanitizer nPemindahan Toga

Foto dan Naskah : Oktafialni Rumengan

S

ekitar pukul 09:00 WITA ratusan mahasiswa bertoga kembali memadati Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas, Kamis (6/5). Mereka tengah berbahagia merayakan kelulusannya. Kegiatan diselenggarakan secara tatap muka dan virtual melalui zoom serta disiarkan langsung di kanal Youtube Universitas Hasanuddin. Bagi wisudawan yang hadir secara langsung harus menerapkan protokol kesehatan. Sebelum masuk

ke baruga dilakukan pengecekkan suhu tubuh, posisi duduk mahasiswa juga diberi jarak. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan orang di dalam ruangan, guna mengantisipasi penyabaran Covid-19. Adapun wisudawan kali ini terdiri dari 15 lulusan doktoral, 78 magister, 42 profesi, 21 spesialis dan 290 sarjana. n

nPenyerahan Ijazah


LINTAS

20

identitas

21

NO. 922, TAHUN XLVII, EDISI APRIL 2021

DOKUMENTASI PRIBADI

Saksi Tragedi 11 Maret di Tokyo Oleh: Meta Puji Astuti S S, MA PKD

M

emasuki awal Maret, musim dingin di Jepang berakhir. Namun hawa dingin Kota Tokyo masih sangat terasa ketika saya mengayuh sepeda mamachari menyusuri hiruk pikuk kota tersibuk di dunia ini. Semua orang sibuk beraktivitas seperti biasa, begitulah Tokyo adanya. Sekitar pukul dua siang waktu setempat, saya hendak menemui junior saya dari Universitas Gadjah Mada yang sekarang mengambil program master di Jepang. Di dalam tas, saya bawa sebuah buku hasil penelitian bertajuk “Apakah Mereka Mata-Mata?” yang ingin dipinjamnya. Restoran cepat saji di depan stasiun Meguro menjadi tempat kami bertemu dan bercengkrama. Kami sempat bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing di Jepang, bahkan kabar kedua anak saya terutama Dhiqa yang akan segera lulus dari Sekolah Dasar Shirokane. Untuk merayakan kelulusan Dhiqa, saya mengajak ibu saya ke Jepang. Hari ini Dhiqa sedang sakit, sehingga saya memintanya untuk tetap di apartemen bersama ibu saya. Saya benar-benar tidak menduga bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi hari itu. Kami sangat asyik mengobrol hingga sebuah guncangan mencuri perhatian orang-orang seisi restoran. Gempa bumi terjadi tanpa pertanda apapun. Pikiran saya langsung tertuju pada Dhiqa dan ibu yang sedang berada di apartemen. Hal yang membuat saya heran adalah tidak ada seorang pun yang panik di sekitar. Semua tetap melanjutkan aktivitasnya seakan gempa yang terjadi hanyalah pengumuman barang hilang. Tokyo yang memang

didesain untuk tahan terhadap guncangan gempa, mungkin menjadi alasan mereka bisa setenang itu. Adik kelas mencoba menenangkan saya, tetapi guncangan yang tidak kunjung reda mendorong saya segera beranjak kembali ke apartemen. Sekuat mungkin saya mengayuh sepeda sambil berharap keadaan Dhiqa dan ibu baik-baik saja. Gedung-gedung di sepanjang jalan juga masih terlihat bergoyang, begitu pula jalan layang di hadapan saya. Melintasi kolong jalan layang Meguro Dori sungguh bukanlah ide yang bagus ketika gempa sedang mengguncang. Beton dengan berat berton-ton itu bisa saja roboh menimpa saya. Dalam hati saya hanya pasrah bila hal itu benar-benar terjadi. Tetapi satu-satunya yang harus saya lakukan saat itu, “Saya harus segera pulang”. Jalan layang tersebut pun dapat saya seberangi dengan selamat. Setiba di gedung apartemen, semua orang telah dievakuasi keluar dari gedung. Dhiqa dan ibu dalam keadaan yang baik-baik saja. Ibu sempat mengomel lantaran Dhiqa memintanya untuk berlindung di bawah meja saat gempa terjadi, seperti yang diajarkan oleh gurunya di sekolah. Saya sangat bersyukur mereka baik-baik saja, terlebih lagi gempa yang mulai mereda. Beberapa saat kemudian saya menepuk jidat, bisa-bisanya saya melupakan si bungsu Vanya yang sedang berada di sekolah. Segera saya menitipkan Dhiqa dan ibu ke tetangga dan langsung mengayuh sepeda saya ke Sekolah Dasar Shirokane. Vanya saat itu masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Walaupun

begitu, mengetahui bahwa dia sedang berada di sekolah membuat saya sedikit lebih lega. Sekolah di Jepang didesain sebagai tempat evakuasi paling aman ketika terjadi bencana, sehingga saya yakin Vanya baik-baik saja. Setiba di sana, para orang tua sibuk berlalu-lalang menjemput putraputri mereka. Pihak sekolah pun tidak berhenti menghubungi orang tua murid meskipun jaringan telepon sedang terputus. Setelah bertemu kembali dengan Vanya, ia sangat kecewa dengan hari yang mengejutkan ini. Sebelum berangkat ke sekolah, Vanya meminta izin untuk mendatangi ulang tahun temannya sore nanti. Awalnya saya tidak ingin membiarkannya pergi, tetapi melihat situasi yang mulai membaik, dan kekhawatiran saya akan trauma yang bisa saja dirasakan Vanya, saya pun mengizinkannya. Gempa sebesar lima skala richter yang melanda Tokyo kala itu menyebabkan kepanikan, lantaran Tokyo merupakan pusat di mana data-data penting tersimpan. Namun, di Distrik Minato, tempat saya bermukim, kerusakan tidak tampak begitu parah. Di beberapa wilayah lain pesisir barat Tohoku, gempa mengguncang hingga kekuatan 9,1 skala richter. Japanese National Police Agency telah mengkonfirmasi 15.269 orang tewas, 5.363 orang luka dan 8.526 orang hilang di enam prefektur dalam

bencana tersebut. Setelah tragedi itu, Tokyo sempat mengalami krisis. Beberapa bulan kemudian, pengiriman logistik dari luar daerah banyak tertunda hingga terjadi kelangkaan sumber daya. Supermarket sering kali kehabisan bahan makanan juga keperluan sehari-hari lainnya. Tokyo yang selalu bermandikan cahaya lampu pun kadang diselimuti gulita lantaran pemadaman listrik yang masih berangsur-angsur dilakukan sembari pemulihan infrastruktur pasca bencana. Beruntungnya saya tinggal di Distrik Minato, berdekatan dengan kantor pusat pemerintahan Jepang, sehingga wilayah sekitar apartemen jarang terjadi pemadaman listrik. Peristiwa 11 Maret, 10 tahun silam itu menjadi salah satu kejadian yang tidak pernah saya lupakan. Gempa itu adalah terbesar yang pernah melanda Tokyo, Jepang. Di samping merasa takut, saya juga merasa bersyukur bisa menjadi saksi hidup dari peristiwa yang sangat bersejarah tersebut.n


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.