identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
GHS, Angan yang Tak Sampai Enam tahun program Greener, Healther, and Safer (GHS) berjalan. NyataÂnya, perwujudan rencana ini masih tertatih. Lanjut halaman 11
2
identitas
wall facebook
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
tajuk
karikatur
Identitas Akhir Agustus. (Lagi) Pencairan dana PKM dari DIKTI kembali terlambat. Akibatnya mahasiswa harus rela untuk pinjam kanan kiri untuk merealisasikan program PKM nya. Seperti meminjam ke pembimbing atau memakai uang pribadi mereka terlebih dahulu. Unhas membantu walaupun belum cukup untuk menjalankan PKM mereka. Bagaimana tanggapan Anda?
Full Day School POLEMIK reshuffle beberapa menteri belum juga redam. Termasuk diantaranya menteri pen didikan kita Anies Baswedan yang banyak me nuai pro kontra. Meski demikian, tak butuh waktu lama bagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang baru Muhadjir Effendy untuk dikenal publik. Bahkan mungkin melampaui po pularitas Anies lewat rencana penerapan sistem belajar mengajar Full Day School. Full Day School yang ingin diterapkan Muhadjir ini bukan tanpa alasan. Agar anak tidak sendiri di rumah, agar pergaulannya tidak sembarangan menjadi perhatian lelaki yang pernah menjabat rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini. Menurutnya, lebih baik anak menghabiskan wak tunya di sekolah dibandingkan pulang, lantas orang tua mereka tak di rumah dan fatalnya bisa terjangkit pergaulan bebas. Alasan tersebut tak salah. Seperti yang kita saksikan selama ini banyak anak yang jadi kor ban pergaulan dan lingkungannya. Kedua orang tua yang sibuk bekerja hingga larut malam tak pu nya waktu untuk anaknya. Alhasil banyak anak setelah sekolah nongkrong di tempat yang me reka senangi masing-masing. Hingga tak jarang ada yang salah pergaulan. Tapi apakah sistem ini bisa diterapkan di semua sekolah? Bagaimana jika ada anak yang harus membantu kedua orang tuanya beker ja setelah pulang sekolah. Seperti saat musim panen di beberapa daerah. Bahkan anak tak masuk sekolah hanya untuk membantu orang tua mereka di ladang. Apalagi jika full day ini diterap kan. Mungkin akan lebih banyak orang tua yang tak ingin lagi menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin akan berbeda dengan anggapan orang tua yang setiap hari sibuk dengan peker jaan. Mereka akan menganggap anaknya le bih baik di sekolah sepanjang hari dibanding di rumah. Tak perlu lagi kuatir anaknya kemana setelah sekolah. Lantas bagaimana dengan anak sendiri? Sanggupkah mereka berada di sekolah sembilan jam lamanya. Bagaimana dengan wak tu istirahat anak yang juga harus dikorbankan. Untuk menjawab itu perlu dilakukan uji coba pada anak-anak dengan kurikulum yang be nar-benar matang. Mulai dari konsep pembelaja ran, fasilitas dan tenaga pengajar di sekolah. Sebelum sisitem ini benar-bnar diterapkan, sebaiknya bapak menteri mempertimbangkan psikologi anak yang masih ingin banyak bermain dan bercengkrama dengan keluarga. Ditambah mereka yang berkewajiban membantu orang tua menghidupi keluarganya. Sebelum diterapkan kita perlu mendengarkan suara mereka para siswa siswi sebagai objek dari sistem ini. Jangan sampai niat mulia dari menteri baru kita justru memperburuk sistem pendidikan kita dan semakin memperparah kualitas anak-anak bangsa. Jika pun sistem ini pada akhirnya harus dijalankan, maka perlu dipersiapkan sematang mungkin, agar tak ada pihak yang dikorbankan. Orang tua, siswa dan guru, ketiganya pun harus dipertimbangkan. n
Viki Wulandari Min, tolong nitip per tanyaan untuk pencairan dana PKM tahun lalu yg 30% kok belum cair2? Apa memang belum atau ndk ada?hehe Thanks.
KARIKATUR/SRI HADRIANA
dari redaksi
IMamu Hidate Dana memang tidak pernah terlepas dari proses peneli tian. Namun, tanpa dana bukan be rarti penelitian tidak bisa berjalan. Di sinilah, diperlukan kejelian bagi para peneliti muda dalam menjaring ide yang menarik na mun tidak membutuhkan biaya yang besar, agar dana tidak melulu jadi penghalang. Bukankah semakin murah sebuah temuan semakin mudah diterima oleh masyarakat. Jangan sampai iming-iming dana PKM mencetak generasi peneliti yang manja dan gila uang. Fadhly Muhammad Bukan hal baru. Layaknya penggunaan APBD, pe menang tender dgn alokasi anggaran di atas Rp200 juta sdh punya modal, sebulan, dua bulan, tiga bulan, hingga tutup thn, baru bisa ditebus. Jgn ce ngeng lah, bukan cuman Unhas yang merasakan hal ini, beberapa kampus pun demikian. Kerja cerdas...
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Magang: Senior identitas, Upi Asmaradana berikan ilmu jurnalistik kepada magang di rumah kecil identitas, Sabtu (13/8). Setiap pengangkatan kru terlebih dahulu dibekali ilmu-ilmu jurnalistik.
(Tak) Lagi Libur TAK terasa setelah pergulatan panjang yang memakan waktu, identitas awal Agustus kini bisa sampai ditangan pem baca. Meski tiap edisi selalu saja ada pembelajaran baru yang didapatkan, na mun kali ini terasa lebih istimewa, semo ga para pembaca sekalian merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak, kita baru saja mele watkan saat-saat menyegarkan pikiran selama tiga bulan, terbebas dari segala keriuhan kampus. Namun tidak demikian dengan kru identitas. Tak ada kata libur, demi menjaga intensitas terbitan selalu sesuai dengan jadwal. Berbicara mengenai jadwal, baru-ba
ru saja Unhas menyelesaikan jadwal pe nyambutan wajah-wajah baru di kampus merah dalam Unhas Day, identitas pun turut terlibat didalamnya. Selain itu, kami juga sempat kedatangan pendiri majalah pantau yang juga adalah seorang yang sangat fasih dibidang investi gasi dan kepenulisan berita narasi, Andreas Harsono yang dengan senang hati berbagi ilmunya dengan segenap kru identitas. Dibalik itu semua, kami hadir menilik kelas internasional yang baru saja dibu ka di Unhas dalam Laporan Utama. Mari menyentil program kampus hijau yang hingga kini kian tak terjangkau dalam saji an civitas. Akhir kata, selamat membaca! n
@identitasonline bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com 082343555654 089630868669
sms inbox Assalamualaikum, dari dulu hingga saat ini marak terjadi pencurian sepeda motor, sebenarnya bagaima na pengawasan dari pihak birokrat? 08525631xxxx
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyunting: Riyami, Khusnul FadilahnReporter: Rasmilawanti Rustam, Nur Amri (non aktif), Wadi Opsima.nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: IrmayananIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Awal Agustus 2016 Foto: Sriwidiah Rosalina Bst Layouter: Irmayana
wansus
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Di Papua, Perempuan Pencari Nafkah Utama Perempuan adalah insan yang sangat mulia di muka bumi ini. Perempuan sangat berperan dalam keluarganya, tak terkecuali di Bumi Cenderawasih, Papua. Perempuan menjadi pencari nafkah utama. Menurut lembaga aktivis perempuan Provinsi Papua yang diketuai oleh Imelda Baransano hingga kini perempuan Papua terintimidasi secara sosial dalam tatanan masyarakatnya. identitas berkesempatan menggali lebih dalam perihal kondisi yang terjadi di ujung wilayah Indonesia paling timur tersebut. Berikut kutipan wawancara reporter identitas Sriwidiah Rosalina Bst bersama Imelda saat ditemui dalam kegiatan Simposium Regional Indonesia Timur yang berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran Unhas, Kamis (11/8). Dewasa ini bagaimana peran perempuan di Papua, menurut penelitian lembaga Anda? Perempuan di Papua setelah menikah maka laki-lakinya membuka lahan. Setelah itu, perempuanlah yang melanjutkan, mulai dari memupuk sampai pada proses panen. Setelah panen dia akan menjual hasil-hasil kebunnya ke kota. Itu semua tugas perempuan, laki-laki membuka lahan saja. Jadi, kalau misalnya ada yang mengat a k a n perempuan itu
sebagai pelengkap, itu tidak betul. Kalau di Papua perempuan malah pencari nafkah utama. Khusus untuk di daerah pegunungan itu terlihat jelas bagaimana perempuan membantu dalam perekonomian keluarga. Bagaimana kondisi daerah lain di Papua? Kalau daerah pantai, perempuan juga yang ada di laut. Tapi sudah ada keseimbangan antara kerja laki-laki dengan perempuan. Misalnya kalau dua orang yang begitu, laki-laki akan melaut perempuanlah yang menyiapkan alat-alat pancingnya. Kalau daerah perkotaan sendiri seperti apa aktivitas perempuan? Kalau misalnya di perkotaan, beda lagi. Perempuan di kota sudah bekerja ke wilayah publik jadi segala profesi mereka kerjakan, tapi tetap juga mengerjakan tugas-tugas rumah. Kalau untuk pandangan orang kota, ini beban ganda.
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Hasil kerja mereka bia sanya untuk siapa saja? Perempuan setelah mempe roleh hasil, dia tidak akan bawa untuk dikonsumsi sendiri. Tapi untuk kebutuhan keluarga termasuk apa yang menjadi kebutuhan suami. Seperti apa beban ganda yang Anda maksud apakah pekerjaan lain, selain mengurus rumah tangga?
data diri Nama lengkap : Imelda Baransano Tempat dan Tanggal Lahir : Sorong, 10 Januari 1983 Riwayat Pendidikan : lSD Inpres 1 Sorong pada 1989-1995 lSMP YPK Syalom Sorong pada 1995-1998 lSMU 3 Sorong pada 1998-2001 lFakultas Teologi UKSW pada 2001-2005 lAkta 4 Kajian Wanita UI pada 2007 lMAPD IPDN pada 2008-2009 Karir : lAsisten Guru Agama LAB SCHOOL UKSW, 2006-2009 lVolunter Yayasan Anak Bangsa, 2006-Sekarang lPenulis Freelance, 2001-Sekarang lDosen Sttwalterpost, 2014-Sekarang
Tanggung jawab untuk mengurus anak dan rumah tangga semua dilimpahkan kepada perempuan, jadi dia punya beban ganda. Akan tetapi, karena dia melakukan itu dengan suka cita maka tidak ada kendala. Kalau orang luar bilang itu beban, tapi buat mereka itu bukan beban karena sudah jadi budaya dan mereka nikmati. Bagaimana jika hal tersebut telah menjadi budaya bagi masyarakat Papua? Kalau kita berpikir dari luar tidak benar konteks seperti ini. Tapi perempuan itu sendiri merasa harus melakukan hal seperti berkebun dan menjual, karena harus memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Jadi dia harus melaksanakan semua. Seberapa berpengaruh perempuan dalam rumah tangga itu sendiri? Sebagian besar bisa dibilang 70 persen pekerjaan itu dikerjakan oleh perempuan. Sampai ketika kalau laki-laki terlibat konflik dengan warga lain dan minta denda misalnya pakai uang. Perempuan harus pergi untuk membayar denda. Entah itu dia bermasalah dengan keluarga atau aparat desa atau apapun itu perempuan harus terlibat menyelesaikan masalah itu. Tapi kalau itu misalnya terjadi pada perempuan belum tentu pihak laki-laki itu yang menyelesaikan, perempuan sendiri yang menyelesaikannya. Bagaimana dengan perempuan yang belum menikah? Ketika perempuan masih muda dan masa masa dia usia dewasa perempuan itu harus terlibat untuk bantu orang tua, nasihat orang tua “harus bantu mama di dapur!” Peran aktivis perempuan di Papua sendiri seperti apa? Dilihat dari persoalan, misalnya di pasar yang mereka sebut pasar mama-mama Papua. Kami berusaha untuk me nempatkan ke posisi yang baik dan tidak berdebu. Kalau misalnya mama-mama itu berjualan dibawa, dia akan mudah menghirup debu berarti akan membawa penyakit. Aktivis perempuan di Papua berjuang agar bagaimana supaya mama-mama di pasar bisa menikmati tempat yang layak dan punya akses aman. Kemudian kalau terjadi pelanggaran HAM. Bagaimana kemudian mama-mama mengalami pelanggaran HAM di wilayah konflik, perempuan yang menderita HIV AIDS. Itulah kemudian menjadi isu-isu yang dikerjakan termasuk juga pendidikan dan ekonomi. Apa harapan Anda kedepannya terhadap perempuan-perempuan di Papua? Saya berharap perempuan di Papua bisa mengetahui apa itu gender, itu dulu yang harus diperbaiki. Pola pikirinya perbaharui, jika pikiran mereka terbuka dia akan bisa memilah ini sebagai kod rat. Dengan seperti itu maka akan ada keseimbangan dalam bekerja dan membagi tugas di tengah-tengah keluarga. n
3
kronik Alih Fungsi Jasper, Sekretariat Lembaga Luntang-lantung KANTIN Jasa Pertanian (Jasper) yang akan dijadikan Dekanat Peternakan, tak hanya ber dampak bagi mace saja, tetapi beberapa sek retariat lembaga mahasiswa terancam digusur. Seperti Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Peternakan (Himsena), Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan, Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak, Himpunan Mahasiswa Tek nologi Hasil Ternak, Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak, Himpunan Maha siswa Sosial Ekonomi Perikanan, dan Marine Scince Diving Club Kelautan (MSDC). Pengerjaan Dekanat Peternakan untuk tahap pertama dimulai dari lantai satu tepat di Sek retariat Himsena. Dari awal rencana ini, Himse na sendiri telah diultimatum oleh Dekan Fakul tas Peternakan, Prof Ir Sudirman Baco MSc PhD untuk segera pindah. “Langsung ji diperin tahkan pindah dan dijanji sekretariat baru yang tidak jelas,” jelas Ketua Himsena, Senin (8/8). Saat ini, masih berlangsung tahap penger jaan pertama, sehingga Himsena kini tidak memiliki sekretariat. Himsena berencana akan menumpang di Laboratorium Usaha Sosial Ekonomi Peternakan. Namun, saat dekan tak menepati janji untuk memberi relokasi. “Saya akan undang mahasiswa untuk demo,” ungkap nya, Senin (8/8). Sedangkan pada tahap kedua akan dikerja kan pada lantai II yang mana ditempati bebe rapa sekretariat lembaga. Namun, kejelasan relokasi belum juga ada. Menanggapi hal terse but, Sudirman berang ketika ditanya mengenai relokasi lembaga tersebut. “Itu urusan dengan mahasiswa saya, tidak usah dicampuri,” tegas nya, Rabu (10/8). n
Mahasiswa DO Rusak Fasilitas Fakultas Pertanian PEGAWAI akademik Fakultas Pertanian dikejut kan dengan suara pecahan kaca, Senin (25/7). Ternyata, suara berasal dari kaca jendela yang pecah akibat ditonjok oleh mahasiswa dan ternyata telah di-Drop Out (DO) setahun yang lalu. Mahasiswa Jurusan Hama Angkatan 2008 ini sementara mengurus surat keterangan pindah, namun karena Surat Keputusan (SK) DO sudah dikeluarkan, sehingga surat tak bisa diberikan. Hanya saja pegawai akademik menguruskan transkrip nilai dan surat keterangan pernah kuli ah di Unhas yang dapat diproses. Menurut penuturan saksi di tempat kejadian, belum beberapa menit pelaku ke luar dari ruang akademik Tiba tiba pelaku keluar dan menonjok kaca jendela, untungnya tak ada pegawai yang kena serpihan kaca. Hanya saja tangan pelaku terluka dan dibawa ke dekanat pertanian untuk segera diobati. Keja dian ditangani langsung oleh Dekan Pertanian. Saat musyawarah bersama keluarga pelaku, Prof Dr Ir Sumbangan Baja MSc menuturkan kegiatan ini merupakan tindak kriminal dan bisa saja dilaporkan ke polisi. Namun, dalam pembicaraan bersama kakak pelaku, ternyata pelaku mengidap penyakit men tal sudah tiga tahun terakhir. Sehingga kejadian ini tidak dilaporkan ke polisi. “Kalau mau cepat diperbaiki dan diganti aja, harus buat surat per nyataan,” kata dekan pertanian, Kamis (25/7). n
4
opini
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
agenda Turnament Futsal Se-Indonesia “Unhas Futsal Championship 2016” UKM Sepakbola Unhas. Hari/Tanggal: Kamis, 07 September 2016 Waktu: 08.00-16.30 WITA Tempat: Gedung Olahraga Unhas Kegiatan Mahasiswa Rehabilitasi Nasional 2016, Oleh Keluarga Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perikanan FIKP Unhas. Hari/Tanggal: Kamis-Ahad, 1- 4 September 2016 Waktu: 08.00-16.00 WITA Tempat: Dusun Lumpung, Manyampa, Kec. Ujung Loe, Kab. Bulukumba Reuni Akbar Unhas. Hari/Tanggal: Sabtu, 10 September 2016 Tempat: Lapangan Bola Basket Unhas Tamalanrea Tema: Peran Alumni Unhas Menuju Kelas Dunia (World Class University) International Conference On Multidisciplinary Research. Hari/Tanggal: Selasa-Kamis, 06-08 September 2016 Tempat: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas Tema: Earthing Knowledge, Strengthening Connectivity The 6th International Conference On theoretical and Applied Physics (ICTAP) Oleh Department Fisika Unhas dan Himpunan Fisika Indonesia (HFI). Hari/Tanggal: Kamis, 22 September 2016 Tempat: Universitas Hasanuddin Tema: Physics For Future Development of Science and Technology International Seminar on Infrastructure Development (ISID) 2016 Fakultas Teknik Unhas. Hari/Tanggal: Kamis, 22 September 2016 Tempat: Fakultas Teknik Gowa Tema: The Role of Infrastructure in MEA Implementation Basic Character Study Skill (BCSS) Tingkat Universitas Hari/Tanggal: Tiap Sabtu, mulai dari tanggal 03, 10, 17, 24 September 2016 Tempat: Fakultas yang telah di tentukan.
920 Mahasiswa Unhas Terancam DO
Oleh : Alam Saputra
Tamparan Keras Bagi Unhas UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) merupakan perguruan tinggi terbaik di Indonesia Timur yang terakdetiasi ‘A’ oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak tahun 2012, berstatus PTN-BH sejak tahun 2014 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2014, berstatus “Word Class University”, dan telah maraih segudang prestasi baik dalam hal akademik maupun non akademik. Tentu ini menjadi capaian yang sangat mengagumkan oleh sebuah perguruan tinggi yang berdiri sejak tanggal 11 juni 1956. Wajar saja berkat semua raihan itu membuat Unhas menjadi salah satu perguruan tinggi yang paling diminati dalam SBMPTN dan SNMPTN beberapa tahun terakhir. Untuk dapat menyandang status mahasiswa Unhas kita harus melalui seleksi akademik yang begitu ketat. Alhasil hanya orang-orang yang mempunyai tingkat kemampuan akademik yang tinggi yang dapat menyandang status mahasiswa Unhas. Dalam proses akademik Unhas, terdapat evaluasi kelanjutan studi berdasarkan capaian akademik tiap mahasiswa. Yakni, evaluasi semester 4 dan semester 14. Evaluasi semester 4 dengan syarat raihan akademik minimal 48 SKS dan IPK 2,00. Evaluasi semester 14 de ngan syarat raihan akademik 144 SKS dan telah menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Menurut laporan kepala Biro Aka-
ILUSTRASI/IRMAYANA
demik Unhas dalam rapat koordinasi, terdapat 920 mahasiswa yang terancam Drop Out (DO) dari Unhas. Ini merupakan suatu fakta menjadi tamparan keras bagi nama besar Unhas. Jika orang-orang yang menjadi mahasiswa Unhas adalah orang-orang yang mempunyai tingkat kemampuan akademik yang tinggi, pertanyaan yang sekarang muncul di kepala saya “kenapa mereka bisa terkena evaluasi kelanjutan studi karena alasan akademik?” Beberapa tahun terakhir birokrasi kampus Unhas terlalu disibukkan de ngan persiapan dirinya untuk meraih status “Word Class University” dan PTN-BH serta proses tranformasi di rinya dari status Badan Layanan Umum (BLU) menjadi PTN-BH. Mulai dari perombakan struktur organisasi tata kelola kampus, pengadaan dan perbaikan asetaset kampus, hingga kesana-kemari untuk mencari kerja sama guna meningkat pendapatan kampus. Tak ayal kualitas penyelenggaraan akademik di kampus Unhas pun menjadi terabaikan hingga terbengkalai. Data hasil riset yang dilakukan oleh Lingkar Advokasi Mahasiswa Unhas, dari 319 responden mahasiswa Unhas dengan teknik pengambilan sampel metode Slovin dengan margin error 5% menyebutkan 55,17% mahasiswa menilai dosen lebih memilih proyek dari pada tugas mengajar di kampus, 66,15% pemberian nilai yang didasarkan pada nepotisme serta kedekatan dengan dosen, 82,76% subjektifitas dosen dalam memberikan nilai kepada mahasiswa, 28,84% membeli buku sebagai syarat mengikuti perkuliahan, lebih dari 50% mengatakan kontrak kuliah mahasiswa dengan dosen tidak partisipasif. Data dari hasil riset tersebut menunjukkan betapa buruknya kinerja tenaga pendidik dan sistem tata kelola aka demik kampus kita. Alhasil jumlah mahasiswa yang terancam DO dari kampus Unhas karena alasan akademik dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Unhas sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi milik Negara, sudah se-
harusnya bisa menjadi suatu lembaga yang berperan sebagai laboratorium bagi setiap anak bangsa guna tercipta nya kehidupan bangsa yang cerdas. Bangsa yang cerdas dapat terwujud jika anak bangsanya berkualitas secara intelektual dan juga berkuantitas. Akan tetapi Unhas seolah tidak lagi dalam kondisi ikhtiar untuk melahirkan anak bangsa yang berkualiats secara intelektual dan juga berkuantitas. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah mahasiswa yang terancam DO karna alasan akademik dalam beberapa tahun terakhir, yang pada tahun ini mencapai angka 920 mahasiswa. Jangankan 920 anak bangsa yang te rancam DO karna alasan akademik, satu orang saja anak bangsa yang terancam DO karna alasan akademik Unhas sudah seharusnya melakukan langkah-langkah untuk menolong anak bangsa tersebut dan berbenah diri terkait tata kelola akademik. Kita memang butuh gedung yang indah dan nyaman dalam melakukan proses pendidikan, kampus kita juga memang butuh dana yang melimpah untuk menjalankan proses pendidikan. Tapi apa gunanya gedung yang bagus serta uang yang melimpah di kampus kita, kalau sistem akademik kita berantakan. Maka dari itu sudah sudah seharus nya Unhas memfokuskan dirinya untuk membenahi tata kelola akademiknya. Mulai dari penasihat akademik, kualitas dosen, metode SCL, kurikulum akademik, kontrak perkuliahan, bimbingan konserling, ketersediaan buku di perpustakaan, dan alat-alat laboratorium menjadi tugas besar Unhas yang harus segera dibenahi agar angka evaluasi kelanjutan studi bisa ditekan seminimal mungkin. Karna sangat disayangkan jika ada anak bangsa yang harus dike luarkan dari Unhas karna alasan akademik. Selamatkan mahasiswa Unhas dari ancaman DO. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Matematika Kord. Eksternal BEM FMIPA Unhas Periode 2015/2016
kolom
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
5
“Apa Kabar Mahasiswa?”
Oleh: Eko Prasetyo Penulis Buku-Buku Perlawanan Pikiran adalah bunga; ujaran adalah kuncup; dan tindakan adalah buah di da lamnya. (Ralph Waldo Emerson) Aku tidak mengajarkan kekerasan, teta pi apabila jempol kakiku diinjak, aku wajib membalasnya. (Malcolm X) BIARKAN aku bercerita tentang masa lalu. Masa dimana aku pernah menjadi seper timu. Menjadi mahasiswa yang menggeng gam harapan. Bukan hanya untuk bekerja atau menjadi sarjana. Melainkan untuk ikut mengubah jalannya sejarah. Kala itu kampus tak semegah seperti se karang. Pos satpam hampir tak ada. Dosen mirip dengan mahasiswa. Bedanya mere ka berusia lebih tua. Hanya itu, karena dalam soal bacaan kami berlomba. Ter lebih kalau soal analisa. Kami tak sepin tar dosen tapi kami sering membantah gagasannya. Kelas bukan tempat orang berdoa di mana yang ada hanya diam dan me ngangguk-angguk. Kelas menjadi ruang pertarungan ide, dimana tiap pikiran di adu untuk dicari mana yang lebih sesuai. Mungkin itu sebabnya kampus, buat kami, bukan tempat untuk belajar saja melain kan juga medan berlaga. Bertarung dengan kekuasaan yang otoriter dan berdebat dengan ide yang konservatif. Itulah sebabnya kami betah berada di sana. Aku selesaikan kuliah ku tujuh tahun. Itu lumayan cepat kare na yang lain bisa sampai sepuluh tahun. Kampus mirip tempat dimana waktu dan usia melintas dengan perlahan. Maka aku mengenal kampusku begitu rinci, nama tukang parkir, yang jaga kantin hingga nama-nama pegawainya. Wajar kalau cinta bersemi di sana. Syair jatuh cinta bisa ditulis dimana saja. Alamat cinta itu bisa kemana-mana, kadang jatuh pada seorang gadis pintar, kerapkali jatuh pada gadis yang jadi idola, tapi juga bisa mekar di pundak gadis saleh. Cinta di usia mahasiswa seperti mencoba hidup dalam belantara petualangan dan harapan. Kita mencintai bukan saja karena rupa tapi ide serta gagasan yang serupa. Puisi, gitar dan buku adalah senjata nya. Lewat puisi rayuan itu bicara dengan kata-kata indah yang berterbangan. Gi tar membuat cinta jadi sebuah jembatan melodi. Kemudian buku membuat cinta seperti sebuah lembaran cerita yang tak habis-habisnya. Itulah mengapa hidup mahasiswa tempo dulu padat dengan ki sah romantika, di balik bangunan kampus ada banyak kisah indah yang terkubur. Hanya cinta kami bisa meluas kema na-mana. Cinta kami pada keadilan membuat kami kerapkali menggugat tatanan. Cin ta kami untuk kebenaran membuat kami
bertarung melawan kezaliman. Cinta kami pada kemanusiaan membuat kami mudah sekali bangkit nyalinya saat meli hat ketimpangan. Cinta adalah kata yang tepat untuk melukis betapa imaginatif dan tidak realistiknya kami. Kini apakah suasananya tetap sama? Sayangnya, aku tak melihat lagi kelas yang padat oleh debat. Kuliah dilalui de ngan cara sederhana, datang-dengarkan lalu pulang. Tak ada yang terlambat ma suk kelas dan tak ada yang tertinggal ke tika pulang. Mirip tontonan bioskop ketimbang kuliah. Kini anak-anak muda bercanda di kantin atau berpetualang dengan gad get-nya. Kampus makin padat sekaligus kian sesak. Mereka duduk bersama tapi tak menyapa. Mereka berdekatan tapi tak berteguran. Yang luas adalah tempat parkir dan selalu diberi spanduk untuk keluar bawa karcis atau STNK. Kerapkali aku bingung ini kampus atau kantor Satlantas. Busanamu indah dan menarik. Telepon genggam yang kau bawa bisa tiga, dua bahkan empat. Motor dan mobil yang kamu pakai selalu keluaran baru. Bersanding dengan kekasih seakan kalian jadi pasangan sehidup semati. Jika hidup tetap bersama dan kalau mati segera cari ganti. Kudengar juga kalian terampil mencari uang segala. Training wirausaha telah membuat cita-citamu dangkal, menjadi jutawan. Hidup de ngan keyakinan mendapat untung de ngan iman yang bermodal uang. Muda lalu kaya terus berkeluarga. Kemudian pelan-pelan mati dengan penyakit yang mudah diduga. Sungguh potret hidup nor mal dan wajar. Padahal kehidupan sekel ilingmu sedang tak berjalan normal. Jika kau perhatikan situasi sosial lagi berjalan penuh sengketa. Normalkah keadaan kalau kekuasaan dipegang oleh orang-orang itu melulu? Wajarkah kondisi bangsa kalau aparat negara seenaknya menembaki rakyatnya sendiri? Bisakah bangsa disebut beradab kalau pejabat bisa berasal dari penjahat dan penjahat bisa jadi pejabat? Dan beta
pa bahayanya kalau kampus tidak me ngenalkan keadaan itu pada kalian? Itulah yang membuat kita jadi bangsa yang berhenti di tempat. Dihitung sejak merdeka kita menginjak usia 70 tahun. Dibanding negeri tetangga yang usianya lebih muda kita kalah jauh. Soal swasem bada beras kita kalah dengan Vietnam. Urusan pendidikan kita kalah dengan Si ngapura. Tentang kedaulatan ekonomi kita jauh dari Malaysia. Padahal semua negara itu tak banyak punya kekayaan alam. Semua negara itu berdiri jauh setelah kita baca Proklamasi. Vietnam malah mengukir kisah pedihnya dalam film Rambo. Populasi penduduknya kalah jauh dengan yang kita punya. Partai politik mereka tak sebanyak yang kita miliki. Komisi pengawas negara jumlahnya tak sebesar yang kita dapat kan. Andai kita mengalahkan me reka, itu tetap dalam kategori yang buruk, angka korupsi dan tingkat kesenjangan sosial. Korupsi sudah seperti kegiatan sehari-hari dan kesenjangan sosial jadi ancaman saat ini. Dulu kita sempat optimis ada KPK yang menangkap para pejabat yang kegilaan nya menumpuk harta. Ada yang ditang kap basah dan ada yang ditangkap kare na kesaksian teman-temanya sendiri. Tapi sekarang KPK seperti sangkar hantu, para komisionernya dikriminalisasi un tuk soal-soal menggelikan dan kewena ngannya mau dicopot pelan-pelan. Lalu kesen jangan sosial terus dibiarkan de ngan memberi pupuk bagi para hartawan dan tetesan kecil bantuan buat yang mis kin. Kita seperti menjadi bangsa yang bo lak-balik hanya rindu akan figur tauladan dan kenyataan pahit seperti sebuah takdir. Tapi benarkah tak ada jalan keluar dari kerumitan ini semua? Tidakkah kalian percaya kalau ne geri ini dulu diproklamirkan oleh dua orang mahasiswa? Yang satu namanya Ir Soekarno dan wakilnya Drs Moh Hatta. Satu lagi, anak teknik dan satunya anak ekonomi. Yang satu seorang orator dan sa tunya administrator. Keduanya ditemani
ILUSTRASI/IRMAYANA
oleh banyak mahasiswa yang cakap dan punya banyak mimpi. Sjahrir meski tak tuntas kuliah tapi pengetahuanya kaya, Amir Sjarifuddin pintar dan berani, Moh Natsir saleh dan sederhana, Haji Agus Salim berwibawa dan santun, Tan Malaka nekat dan petualang. Sederet nama lain bisa dijejer untuk memberi bukti kalau bangsa ini didirikan oleh anak-anak muda yang usianya masih mahasiswa. Tampang mereka tak jauh dengan ke banyakan mahasiswa semester awal, lucu, nekat dan punya pikiran besar. Seperti benih, pikiran mereka dirawat melalui tiga dunia: dunia pergerakan, pendidikan dan pergaulan. Pergerakan mengajarkan arti pengorbanan, pendidikan menanam budaya pengetahuan dan pergaulan men cipta solidaritas. Tiga-tiganya menempa jiwa, membentuk pengalaman dan me neguhkan tekad. Kita hampir tak pernah tahu berapa IP Soekarno, apakah Sjahrir rajin kuliah tidak atau bagaimana Hat ta merias dirinya sebelum berangkat ke kampus. Informasi itu terlalu sederhana untuk orang yang punya kegelisahan seperti mereka. Mustinya lukisan gagasan me reka disebar luaskan melalui pendidikan tinggi. Kisah mereka sebagai mahasiswa harusnya jadi mata kuliah utama. Pastilah pada masa itu kampus jadi tempat untuk menanam ide-ide segar dan menantang. Masa dimana kampus berisi lalu lintas gagasan indah. Masa dimana kampus jadi tempat untuk menempa kader-kader mi litan. Kini mampukah kampus mengan tarkan itu semua? Aku bisa bilang mungkin dan pasti bisa! Lihat mimpimu waktu tinggal di kampus ini. Apa hanya pekerjaan yang kalian bu tuhkan? Tentu tak hanya itu. Apakah ka lian kuliah hanya ingin menumpuk-num puk uang? Pasti tak seperti itu. Kalian kuliah karena memang ada kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Kalian kuliah karena memang ada mimpi besar yang mau diwujudkan. Mimpi itu bukan sekedar ‘bekerja dan punya jabatan’. Mimpi itu tak hanya untuk jadi ‘sarjana’. Mimpi itu seperti apa yang dikatakan Kahlil Gibran ‘kamu bukanlah apa yang kamu capai tapi apa yang kamu impikan untuk kamu capai’. Kini tidakkah kamu ingin negeri ini berdiri dia tas tugu kehormatan? Tak ada pencuri yang bera ni jadi pejabat dan tak ada pejabat yang nekat mencuri uang rakyat. Tak ada ke kerasan, pembunuhan atau pemenjaraan gara-gara tuduhan dan prasangka? Tidak kah kamu ingin pendidikan ini melahir kan para petualang pengetahuan seperti Hawking? Seorang yang kini punya keinginan un tuk menjawab apakah UFO itu ada? Bu kankah kamu ingin kita juga melahirkan pemimpin yang berani seperti Soekarno atau Hugo Chavez atau Fidel Castro, yang berani berdiri di atas kehormatan dan kedaulatan bangsanya sendiri? Keduanya berani menentang negara raksasa karena kebijakanya yang durjana. Kita ingin ne geri ini menjelma dengan prestasi besar dan luhur. Sebab kelahiran bangsa ini di prakarsai bukan oleh politisi culas apalagi aparat korup, melainkan geliat anak-anak muda yang berani, kreatif dan radikal. n *Tulisan ini pernah dimuat di portal Lapak Jakarta.
6
rampai
identitas NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Roket Menjulang di Angkasa Siapa yang tidak kenal roket? Saat kanak-kanak, kita sering bermimpi ingin terbang ke angkasa seperti roket. KEINGINAN terbang di angkasa, diwu judkan oleh Aerospace Research Team (ART). Komunitas yang lahir di Fakultas Teknik Unhas ini berisi para mahasiswa yang tertarik dengan kedirgantaraan. Bermula dari keikutsertaan dalam kompetisi Muatan Roket dan Roket In donesia tahun 2014 di Universitas Mu hammadiyah Yogyakarta, tiga maha siswa angkatan 2013 ini berhasil lolos hingga putaran final. Setelah meraih prestasi itu, Tak dir, Ahmad Sahwawi dan Muhammad Azam berinisiatif membentuk sebuah komunitas yang berisikan mahasiswa Fakultas Teknik dengan ketertarikan terhadap bidang dirgantara. Akhirnya, sepulang dari kompetisi tepat pada 16 Agustus 2014, terbentuklah suatu ko munitas yang bernama Aerospace Re search Team (ART). Komunitas ini tak hanya untuk mem berdayakan potensi anggota di bidang teknologi kedirgantaraan, namun juga untuk menumbuhkan rasa persatuan. Setiap anggota dapat saling berbagi dan belajar terkait sistem robotik, sonda, aerodinamika dan lain sebagainya. Sesuai misinya, ART sudah mengikuti beberapa perlombaan di tingkat nasi onal. Diantaranya Kompetesi Balon At mosfer (Kombat), Kompetesi Robot Ter bang Indonesia (KRTI), dan Kompetisi Robot Udara Tingkat Nasional, Indonesia Aerial Contest (IARC). Tak hanya itu, ART juga pernah megi kuti Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe beroda dan tipe berkaki, Kontes
Robot Seni Indonesia (KRSI), Kompeti si Kincir Angin Indonesia (KKAI), dan Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasio nal (KKCTBN). Sebagai komunitas yang bisa dikatakan baru seumur jagung, ART terbilang gugus kerja yang sukses. Tahun ini saja, sudah menurunkan tiga tim dalam kompeti si yang diadakan oleh Lembaga Pener bangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bekerjasama dengan Kemen terian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dikti), Komurindo-Kombat 2016. Banyaknya prestasi yang dicapai, bu kan berarti tak ada angin yang menerpa perjalanan ARC. Tidak adanya tenaga pengajar oleh Dosen ataupun ahli kedir gantaraan, mengakibatkan anggota yang berjumlah 30 orang ini harus be lajar sendiri. “Belajar otodidak, muncul dari inisia tif sendiri untuk belajar. Kita juga man faatkan internet untuk menunjang pe ngetahuan,” ujar ketua ART, Takdir, Kamis (11/8). Kurangnya sarana dan prasarana juga menjadi tantangan yang berat. Selain itu, alat dan bahan untuk meng hasilkan roket elektrik maupun padat, sulit diperoleh di daerah Makassar. Menurut mahasiswa Program Studi Teknik Mesin ini, tak jarang para anggota harus merogoh kocek sendiri demi ber juang mengharumkan universitas. Na mun, hal ini tak akan menjadi penghalang bagi anggota ART untuk terus berkarya. Komunitas ini masih sedang menung gu Surat Keputusan (SK) untuk dijadikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas. ART akan terus mengikuti lomba, selain guna mengharumkan universitas, juga menambah pengetahuan bagi mereka. n Sri Hadriana
FOTO-FOTO/DOKUMENTASI PRIBADI
laporan utama
identitas NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016 identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Beda Status, Beda Fasilitas Idealnya kelas internasional beberapa universitas di Indonesia, Unhas tetaplah harus berkaca dengannya.
C
ita-cita berkiprah di kancah internasional dengan almamater merah, tidak lagi sekedar janji dan buah bibir belaka bagi kalangan civitas akademika kampus. Tepat sepuluh tahun yang lalu, Unhas telah resmi membuka kelas internasional seperti di beberapa universitas lain di Indonesia. Fakultas Kedokteran adalah fakultas pertama yang dipercaya Unhas untuk membuka kelas internasional. Unhas kemudian membidik dua fakultas sebagai sasarannya mewujudkan impian, mengejar Word Class University (WCU). Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Tahun ini akan menyambut Mahasiswa baru untuk mengikuti program kelas internasional. Seperti universitas lain di Indonesia yang idealnya telah merintis kelas internasional dengan beragam fasilitas yang disiapkan. Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerja sama Prof dr Budu PhD SpM (K) M Med Ed, menyatakan dukungan universitas terhadap kedua fakultas yang akan membuka kelas internasional, FEB dan FKM. Dukungan yang dimaksud dari kelembagaan, dana untuk
renovasi ruangan serta memfasilitasi kerjasama antar kedua universitas. Untuk standar ruangan diharapkan me nyediakan kelas yang nyaman, tertata dan mahasiswa yang diterima memiliki karakter yang layak dan dapat mengikuti prosedur pembelajaran di kedua fakultas tersebut. “Untuk kedua fakultas yang membuka kelas internsional agar dikelola secara profesional, tenaga pengajar berkua litas dan sistem akses referensi yang baik,” tuturnya, Jumat (19/8). Untuk gelar lulusan, masih single degree. Akan tetapi tiap mahasiswa memiliki ke sempatan sit in (belajar di luar negeri, red) di akhir semester. “Kita juga harus mempersiapkan bekal untuik anak-anak agar bisa dibantu dan dibimbing oleh dosen luar pada saat tugas akhir,” ucapnya.
Berkaca pada yang Ideal
Misalnya saja Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta. Kelas Internasional Undergraduate Program in International Relations (IUP in IR) sepenuhnya melakukan proses perkuliahan dalam bahasa Inggris baik pengajaran, penugasan, serta presentasi. Penerapan kurikulum yang diberikan sama dengan program S1 reguler. Perbedaan yang menonjol adalah adanya kelas khusus dan disediakannya student lounge (tempat nyaman untuk bercakap, bela-
jar dan bersantai, red). Seleksi masuknya menggunakan tes yang berbeda, serta jumlah mahasiswa satu kelas lebih sedikit dari pada kelas reguler. Koordinator Kelas Internasional FISIP UGM, Dian Fatmawati saat dimintai ke terangan via email, ia menyatakan di UGM sendiri telah dirancang program kelas dalam Bahasa Inggris. Ada juga program khusus yang mereka desain untuk mahasiswa IUP in IR yaitu double degree program dan student exchange program. Untuk mendukung pembelajaran, tiap ruang kuliah dilengkapi peralatan multimedia, sound system dan pendingin ruangan. Proses administrasi pendidikan didukung dengan jaringan komputer melalui Sistem Informasi Akademik (SIA). Fakultas Kedokteran (FK) UGM juga menyediakan berbagai fasilitas ruang kuliah yang kedap suara dan dilengkapi de ngan sistem audiovisual yang memadai. Perbedaan mendasar dari kelas reguler dan internasional FK UGM adanya prog ram Outgoing Elective Exchange. Hal ini tidak dijumpai pada kelas reguler. Program ini merupakan penugasan belajar mahasiswa di luar negeri selama kurang lebih satu bulan. Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa mengenai per spektif baru pelayanan kesehatan di tingkat internasional. n
7
7
bundel mAwal Agustus 2001
Globalisasi dan Mahasiswa GLOBALISASI membuat arus produk-produk konsumsi begitu bebas. Budaya konsumsi pun semakin mengganas. Budaya ini, turut menyerang kalangan mahasiswa. Sampai-sampai kampus diajadikan tempat kumpul untuk pamer produk-produk fashion terbaru. Selain itu, perbincangan seputar gosip selebriti dari televisi swasta memenuhi kantin-kantin kampus merah. Sebagian besar mahasiswa sehari-hari sehabis kuliah mengisi waktu luangnya dengan berburu produk fashion dan kosmetik terbaru di mall, karaoke di pub, nonton, atau merawat kecantikan di beberapa salon. Kebiasaan ini jelas butuh biaya mahal. Diva, salah seorang mahasiswa mengaku bisa menghabiskan 1,5 juta per bulan. Biaya itu belum termasuk biaya kendaraan yang ia punyai. Bahkan hanya untuk biaya perawatan kuku ia memerlukan 300 ribu setiap bulan. Fenomena ini ialah imbas dari semakin bebasnya lalu lintas produk-produk global. Pertumbuhan industri kebudayaan di televisi, majalah mode, dan semakin banyaknya mall-mall juga berpengaruh pada budaya konsumerisme ini. Menurut dosen sosiologi, Drs Suparman Abdullah, konsumerisme di kalangan mahasiswa dipengaruhi oleh banyaknya citra yang dilihat di iklan. Lewat proses peniruan, pembiasan, dan identifikasi, mahasiswa menelan segala yang dicitrakan oleh iklan, tambah Drs Rahmat Muhammad, MSi, salah satu dosen Sosiologi. Akibat globalisasi, cultural shock pasti terjadi. Kearifan tradisi-tradisi lokal yang menganjurkan hidup sederhana akhirnya harus bersaing dengan arus budaya asing ini. n
mEdisi Agustus 1985
Dies Natalis dan Wisuda Dipisah TIDAK seperti tahun-tahun sebelumnya, pe ringatan Dies Natalis Universitas Hasanuddin (Unhas) dan wisuda sarjana tidak dilaksanakan serempak. Unhas yang akan berulang tahun ke29 direncakan melangsungkan perayaan dies natalis pada tanggal 10 September. Sedangkan wisuda sarjana akan berlangsung sehari sebelum dies natalis digelar, 9 September. Menurut ketua panitia kegiatan ini, Ir Arifuddin Ressang, tujuan dari pemisahan kedua acara besar itu agar pelaksanaan keduanya bisa terkoordinir dengan baik sehingga dapat berjalan lancar. Tahun ini, sebanyak 2.000 mahasiswa akan dikukuhkan sebagai sarjana. Jadi bisa dibayangkan pelaksanaannya jika dilakukan bersamaan. Jika tidak dipisahkan, acara ini akan terlalu lama, seperti tahun lalu, mengakibatkan tidak khidmatnya acara besar ini. Wisuda sarjana tahun ini rencananya akan dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof Dr Fuad Hassan. Menteri yang baru diangkat ini akan mengusahakan hadir langsung. Jika tidak, Mendikbud akan mengirimkan makalahnya dan diwakili oleh Dirjen Pendidikan Tinggi. n IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
8
8
identitas identitas NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016 identitas NO 841| AWAL AGUSTUS 2015 NO. 863 |TAHUN TAHUNXLI| XLIIEDISI | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
laporan utama
Banyak Celah, Kelas Kerjasama Butuh Nilai Tambah Meski disinyalir bertaraf internasional, masih banyak yang perlu dibenahi
B
erbicara mengenai kelas interna sional, bukan barang baru lagi di Unhas. Pada tahun 2006 lalu, Ke las yang pada tahun 2009 berubah nama menjadi kelas bahasa Inggris di ini bekerjasama dengan Universitas Kebang saan Malaysia, dimana mahasiswa dari negeri Jiran ini datang untuk menuntut ilmu kedokteran di Fakutas Kedokteran Unhas. Karena kedatangan mahasiswa Malay sia tersebut, sehingga dosen di Fakultas Kedokteran menyebutnya sebagai kelas internasional. Pada dasarnya terdapat perbedaan mendasar dari kelas ini, jika dibandingkan dengan kelas internasio nal lainnya. Tidak ada program sit in dan study visit, yaitu kegiatan untuk membe rikan pengalaman dan sistem pembelaja ran yang berbeda kepada mahasiswa di luar negeri, tempat dimana universitas menjalin kerjasama. Kelas internasional dan kelas regu ler yang ada pada Fakultas Kedokteran Unhas tidak jauh berbeda, seperti kuri kulum dan fasilitas yang hampir sama, hanya saja jumlah mahasiswa dalam satu ruangan dan yang berbeda, seperti yang diungkapkan oleh Fakhriyah, mahasiswa kelas internasional kedokteran angka tan 2015 ini mengatakan bahwa jumlah mahasiswa di kelas internasional lebih sedikit dibanding reguler. “Dari segi kuri
kulum sudah seragam, fasilitasnya pun hampir sama dengan kelas reguler, kare na perjanjiannya memang seperti itu,” ujarnya (9/8). Namanya saja kelas bahasa Inggris, maka materi kuliah yang diberikan se mestinya dalam bahasa Inggris, dan ter kadang menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini biasanya atas permintaan maha siswa Malaysia. “Di kelas kadang ada be berapa dokter menanyakan bahwa mau pakai bahasa Indonesia atau bahasa Ing gris dan dari teman-teman Malaysia ra ta-rata lebih suka kalau kita pakai bahasa Indonesia saja,” tambahnya (9/8). Wah Hani Nadiah Bt W Jusof maha siswa kelas internasional FK-UH ang katan 2012 asal Malaysia ini menya takan hal yang sama dengan Fakhriyah, menurutnya selama belajar di kelas in ternasional, penyampaian materi dosen kebanyakan menggunakan bahasa Indo nesia. Selain itu, terkadang ada materi dalam slide juga menggunakan bahasa Indonesia. Saat berdiskusi di kelas, pun diakuinya menggunakan bahasa Indo nesia, namun saat presentasi dominan menggunakan bahasa Inggris. Awal nya Ia kesulitan memahami materi yang di sampaikan, namun kini mahasiswa me minta untuk mencampur bahasa Indo nesia dengan bahasa Inggris “Daripada isi materi tidak sampai, men ding menggunakan bahasa Indonesia karena yang terpenting materi dapat di
sampaikan sedetail mungkin. Soal baha sa itu tidak jadi penghalang karena yang terpenting kelancaran materinya. Lagian bahasa Indonesia dan Malaysia hampir sama,” tuturnya saat ditemui di Fakultas Kedokteran (10/8). Hal yang serupa dirasakan oleh Ummi Asyiqin BT Kamil, mahasiswa kelas in ternasional FK-UH angkatan 2012 asal Malaysia saat diwawancarai di saat yang bersamaan. Ia mengakui bahwa bukan hanya dalam pembelajaran terkadang menggunakan bahasa Indonesia, saat uji an pun soalnya tetap menggunakan ba hasa Indonesia. “Saat ujian terkadang ada beberapa ka limat yang saya kurang mengerti artinya, jadi biasa saya meminta petugas yang mengawasi ujian untuk menjelaskan ke pada saya,” tutur Ummi (9/8). Walau demikian, ia juga mengakui bah wa tidak semua dosen yang mengajar di kelasnya memadukan antara bahasa Ing gris dan Indonesia, namun ada beberapa dosen yang memiliki nilai plus dalam menyampaikan materi kuliah dengan bahasa Inggris yang fasih. Seperti dosen yang lulusan luar negeri. Berangkat dari persoalan yang dirasakan selama belajar di Unhas, kedua mahasiswa asal Jiran ini mengharapkan agar seharus nya tetap ada perbedaan mendasar antara kelas internasional dan reguler. “Sebaiknya ada perbedaan antara ke las internasional dan reguler karena un
tuk apa kami bayar mahal-mahal kalau hampir sama dari segi fasilitas. Dan juga dosen mutu bahasa Inggris bisa lebih bagus terutama menyampaikan materi kuliah,” ujar Ummi dan Hani mahasiswa Fakultas Kedokteran, angkatan 2012. Setelah dikonfirmasi ke Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Prof Rosdiana Natzir MD PhD SPbiok, ia membenarkan bahwa tidak ada per bedaan dari segi fasilitas yang disiapkan dengan kelas reguler. “Tidak berbahasa Inggris, kan nanti kepaniteraan klinik untuk yang profesi, sementara yang co-assistensi untuk S1, satu kelas saja untuk kelas internasional Unhas. Fasilitas sama, cuman dibedakan kelasnya,” jelasnya (12/8). n Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
laporanutama utama laporan
potret
identitas identitas identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
NO 841| TAHUN2016 XLI| NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS EDISI AWAL AGUSTUS 2015
9
9
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Terlalu Dini Memulai
Kelas khusus, kurikulum, penggunaan bahasa Inggris adalah indikator kelas internasio nal. Jika baru dibenahi, bukankah terlalu dini untuk memulai.
M
erintis kelas internasional, tidaklah semudah memba likkan telapak tangan, bu tuh persiapan matang un tuk menjalankannya. Tepat 29 Agustus, Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di dua Fakultas telah digelar di Ruang Rapat Lembaga Kajian dan Pengembangan Pen didikan. Sementara sarana dan prasara na sudah mulai dipersiapkan. Sarana dan prasarana pendukung menjadi pembeda antara mahasiswa reguler dengan mahasiswa internasio nal, seperti bahasa Inggris yang menjadi bahasa pengantar perkuliahan. Selain itu, kurikulum akan disesuaikan dan dimodifikasi mengacu pada universitas kerja sama. Fakultas Kesehatan Masyarakat misal nya, Dekan FKM, Prof Dr drg Andi Zulki fli MKes menyatakan bahwa mahasiswa yang diterima nantinya harus bisa ber bahasa Inggris. Begitu pula dengan dosen yang mengajar nantinya harus benar-be nar memiliki kualitas Bahasa Inggris yang aktif apalagi di FKM banyak dosen lulusan Griffith. “Pembangunan kelas khusus hampir rampung, kurikulum dibuat sesuai de ngan kurikulum Griffith University dan dosen pengajar yang umumnya lulusan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Mes ki sama-sama berpartner dengan Griffith University nyatanya FEB menerapkan dari Australia,” ujarnya, Rabu (10/8). aturan berbeda dari FKM. Mahasiswa Keuntungan menjadi mahasiswa ke diwajibkan untuk mengunjungi univer las internasional adalah mahasiswa sitas mitra selama sebulan untuk melihat memiliki kesem kondisi disana. patan berkuliah Selain itu, ma di universitas mi hasiswa juga tra, namun pen dapat kuliah “Ini kan baru, dan belum sampai double de satu semester danaannya diluar gree, takutnya ada masalah kurikulum, dan di universitas biaya masuk dan sumbangan pem mereka tidak mampu mengikuti standar pem kerjasama. Hal binaan pendidikan ini sesuai den bayaran Australia.” yang dibayarkan gan penuturan Prof Dr drg Andi Zulkifli MKes Dekan FEB Prof ke Unhas perse mesternya. Biaya Dekan FKM Dr Gagaring Pa tersebut, dise galung SE MS suaikan dengan pembayaran universi Ak CA. “Mahasiswa bisa ikut satu semes tas kerjasama, tergantung kemampuan ter di luar negeri dan diakui nilainya dari mahasiswa. Untuk FKM sendiri, belum universitas tempatnya belajar dengan dibuat program double degree, “Ini kan konsekuensi siap bayar SPP di universitas baru, dan belum sampai double degree, tersebut.” Jumat (5/8). takutnya ada masalah kurikulum, dan Jika FKM tidak memprogram double mereka tidak mampu mengikuti standar degree, FEB sendiri memprogram double pembayaran Australia,” tutur Zulkifli, degree sehingga mahasiswa dapat kuli Rabu (10/8). ah dua tahun di Unhas dan dua tahun di Masih belum ada pembicaraan lebih Griffith University. Selain itu, FEB juga lanjut terkait gelar yang akan disematkan masih membicarakan kerjasama dengan pada alumni kelas internasional FKM, beberapa universitas, diantaranya Victo padahal seharusnya gelar tersebut bisa ria University dan Keio University, “Target menjadi daya tarik, juga pembeda antara tahun ini empat sampai lima kerjasama, kelas reguler dan kelas internasional. ada satu juga dari Finlandia” tutur Gaga Lain lagi dengan kelas internasional
“
ring, Jumat (5/8). Untuk menunjang bahasa kelas internasional, di FEB akan dibangun kan tor englishhelp, untuk membantu tugas mahasiswa. Mereka akan dibimbing untuk mengerjakan tugas yang berbahasa Inggris. Menanggapi hal ini, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerja sama Prof dr Budu PhD SpM (K) M Med Ed menganggap kelas internasional akan dijalankan setahap demi setahap. Tidak ada patron yang menjadi syarat untuk membuka kelas internasional. “Secara internal kita dapat mengevalua si diri sendiri untuk layak tidaknya kita membuka kelas internasional seperti sta tus akreditasi, kapabilitas dosen, fasilitas pendukung, pengalaman belajar dan ke mampuan belajar dosen,” tuturnya, Jumat (19/8). Tim Laput
Tim Laput: Koord. Laput: Devika Saputri Anggota: Muhammad Abdul Andi Ningsih
10
civitas
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
koridor Catatan Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, Budaya dan bahasa di Alam Melayu oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas hasanuddin, bekerjasama dengan Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMUKM) serta didukung oleh Kumpulan Penyelidikan Kebudayaan, Kesenian dan Warisan (ATMA) dan Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia (IAAM) dengan tema “Revitalisasi Nilai-Nilai Arkeologi, Sejarah, Budaya dan Bahasa di Alam Melayu Melalui Riset Multidisipliner.” Bertempat di Condotel Karebosi, Selasa-Rabu (26-27/7).
Sinrilik: Sastra Lisan Makassar dalam Konteks Masa Kini KESENIAN yang sangat populer pada zamannya, yakni Sinrilik, selain digunakan oleh masyarakat untuk sarana hiburan, juga dipakai pada saat memperkenalkan kea rifan budaya lokal. Seiring berjalannya waktu, jumlah nya semakin berkurang, serta kurang diminati lagi oleh masyarakat luas. Penyebabnya karena berubahnya pola hidup serta perkembangan teknologi dan informasi, se hingga kesenian ini terancam punah. Sinrilik berkembang pada abad XVII ketika Kerajaan Gowa berada pada puncak kejaannya dan diperkenalkan di Suku Makassar pada masa pemerintahan raja Gowa X Tunipallangga Ulaweng (1546-1565). Dalam beberapa pendapat menjelaskan bahwa sinrilik adalah cerita orang-orang terdahulu yang tersusun secara puitis, berirama dan dimainkan dengan alat musik kesok-kesok, diceritakan oleh seorang yang ahli yang disebut pasinrilik. Alat musik kesok-kesok digunakan dengan cara meng gesek dengan nada yang khas, biasanya diberi ritmik dan nada irama atau bunyi. Pada zaman dahulu, kesenian ini digunakan sebagai media untuk membangkitkan se mangat masyarakat, karena para pasinrilik kerap mem bawakan cerita tentang perjuangan, kepahlawanan, dan keberanian orang-orang terdahulu. Adapun dua cara masyarakat menyampaikan ce rita sinrilik, yakni Sinrilik Bosi Timurung dan Sinrilik Pakesok-Kesok. Namun, Sinrilik Pakesok-kesok lebih ter kenal karena penceritaannya menggunakan alat musik. Sehingga makna yang ingin disampaikan passinrilik lebih mudah disampaikan kepada masyarakat. Adapun cerita sinrilik yang masih sempat populer di tengah perkembangan zaman dan teknologi ini ialah Kappalak Tallumbatua, I Datumuseng, I Tolok Daeng Magassing, I Makdik Daeng Rimakka, Jayalangkara, I Manakku Cakdi-Cakdi. Sayangnya tidak sepopuler dulu lagi, tidak untuk membangkitkan semangat ma syarakat, namun hanya digunakan sebagai alat hiburan masyarakat saja. Pun apresiasi masyarakat kini dengan sinrilik tidak seperti dulu lagi, zaman dahulu sangat diapresiasi. Se perti pada saat kegiatan perkawinan, hajatan, sunatan, sehabis panen, dan pembuatan rumah. Kini masyarakat Makassar dalam membuat sebuah hajatan sudah lebih memilih menyewa orkes, dan organ tunggal. Dalam kondisi kehidupan sastra lisan, pencerita memi liki tempat yang paling penting untuk menyampaikan isi dari cerita yang akan dibawakan. Tanpa proses pencit raan sastra lisan akan hilang ditelan oleh zaman. Namun sayangnya kondisi pasinrilik saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi dengan kesenian itu sendiri. Kini semakin jarang bahkan agak sukar untuk dijumpai lagi pada masyarakat suku Makassar. Peranan pemerintah sangat diperlukan untuk mening katkan apresiasi masyarakat terhadap sastra lisan sinrilik. Semakin bertambah tahun, semakin sedikit masyarakat yang mau menikmati indahnya kesenian sinrilik ini.n Rahima Rahman
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Pimnas: Salah satu peserta yang lulus dalam seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) merapikan kabel mesin pembuat telur asin di rumah nya, Minggu (31/7). Meski keterbatasan dana, semangat melanjutkan karya oleh peserta tidak surut.
Kalang Kabut Penelitian Mahasiswa PKM
Dana PKM lambat cair tak menyurutkan semangat mahasiswa melanjutkan penelitiannya. Beberapa harus berkorban menggunakan dana pribadi agar penelitiannya tetap jalan.
H
arap-harap cemas, dirasakan mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pa salnya, sudah sebulan lebih sejak pengumuman, Febuari lalu dana awal penelitian juga belum digelontorkan. Padahal 51 PKM yang dinyatakan lolos harusnya sudah memulai penelitian Maret, namun hingga April dana PKM belum juga cair dari Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti). Untuk melancarkan penelitian, beberapa kelompok harus rela menanggung biaya penelitian dari dana priba dinya. Misalnya Dedy Irwansyah Arham, salah satu ketua kelompok PKM Karsa Cipta mengaku akibat pencairan dana yang terkesan lambat ini, penelitiannya berjudul Box Multifungsi sebagai Inovasi Kreatif Mahasiswa (Bombastis) baru berjalan April lalu. “Seharusnya Maret kami sudah jalan, tapi karena pencairannya lama, baru jalan pada bulan April,” kata Dedy, Senin (8/8). Walaupun mendapatkan dana awal dari rektorat (Unhas, red) sebanyak dua juta rupiah pertengahan April lalu, Dedi merasa tak cukup, hingga harus memakai dana pribadi untuk merealisasikan PKM nya. Setali tiga uang dengan kelompok Dedi, hal yang sama juga dirasakan oleh Mursalin. Penelitiannya yang berjudul Perancangan Separator Sederhana pada Kapal Ikan di Bawah 100 GT untuk Mengurangi Pencemaran Laut harus direalisasikan dengan menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Walaupun ada dana talangan dari Unhas, tapi nominal itu sangat sedikit mengingat untuk pembuatan
alatnya menggunakan dana kurang lebih tujuh juta rupiah. “Dengan dana yang sedikit itu kami harus selesaikan minimal 80 persen penelitian untuk dipresentasikan pada Monev nanti,” keluh Mursalin, Senin (8/8). Meski mengaku kesusahan karena harus menggunakan dana sedikit ditambah dana pribadi, ia bersyukur bisa menyelesaikan alatnya tepat waktu. Namun sedikit kekecewaan ia rasakan karena penelitian berubah untuk menyesuaikan dana yang ada. “Dengan dana segitu kami kesusa han, tapi Alhamdulillah penelitiannya bisa selesai meski tak maksimal. Alatnya juga bisa berfungsi dengan baik tapi dari segi bentuk dan keindahan kurang bagus,” sesalnya. Tak hanya kelompok Dedy maupun Mursalin yang harus rela menguras dana pribadi untuk meneruskan penelitiannya, Ruli Adi Lestari pun demikian. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro angkatan 2012 ini rela memakai uang beasiswanya demi kelancaran penelitiannya. Meski berat, ia tak ragu menang gung sendiri semua sisa dana penelitian yang harus dipakai untuk sementara. Akibatnya, ia harus ekstra hemat dalam pengeluaran sehari-harinya. “Lumayan berat, karena saya mi yang ngirit jadinya,” ujarnya. Salah satu pembimbing PKM, Dra Zaraswati D Zainuddin, MSi mengungkap masalah keterlambatan dana me rupakan hal biasa terjadi. Meski begitu, ia tak bisa tinggal diam melihat hal ini. Ia mencoba sebisa mungkin memfasi litasi mahasiswanya terkait dana dan pengadaan bahan. Bahkan Dosen Jurusan Biologi ini
bersedia untuk talangi dana mahasiswa yang kekurangan. “Saya sering tanya mahasiswa ketersediaan bahan yang akan mereka gunakan. Kalau tidak tersedia di laboratorium, kita bisa kerjasama pengadaannya, dan kalau butuh dana pun tidak masalah saya talangi dulu,” ungkapnya, Selasa (23/8). Ia pun tak pernah lengah memantau perkembangan penelitian mahasiswanya. Ia selalu mengatakan kepada mahasiswa untuk selalu mencatat bahan atau zat kimia apa saja mereka pakai di laboratorium atau zat apakah yang mereka beli dan seberapa banyak yang mereka pakai. Dengan begitu saat terjadi masalah dengan penelitian mahasiswanya, ia akan tahu apakah bahan yang dipakai sudah tidak layak atau disebabkan oleh faktor lain. Tak hanya itu, bantuan moral pun tak jarang ia berikan kepada mahasiswanya, seperti motivasi agar mahasiswanya selalu semangat untuk mengembangkan potensinya di bidang penelitian. “Jika mereka sudah terbiasa meneliti, di tempat kerja nanti dapat yang cocok seperti yang mereka kerjakan sekarang kan akan terasa skill-nya bagaimana,” tutur dosen ahli mikrobiologi ini. Menanggapi pengorbanan mahasiswa menyelesaikan PKM, Dr Ir Abdul Rasyid Jalil, MSi selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni melihat pengor banan tersebut sebagai suatu pengabdian seorang peneliti. “Itu mi bentuk pengabdian seorang peneliti, tapi kan dibayar kembali ji juga,” ujarnya. Hingga saat ini, dana yang cair sebanyak 70 persen dari keseluruhan, dana itupun telah dipotong dengan dana talangan Unhas sebanyak dua juta rupiah tiap kelompok. Sisa dana belum pasti waktu pencairannya. Irn/Ahy
civitas
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Kampus Hijau Kian Tak Terjangkau
Enam tahun program Greener, Healther, and Safer (GHS) berjalan. Nyata nya, perwujudan rencana ini masih tertatih.
S
ejak direncanakan Tahun 2010, realisasi GHS belum terlihat. Cita-cita kampus hijau yang dicanangkan belum juga nampak. Program besar nya enam tahun silam memenuhi lima ratus buah sepeda, memba ngun 10-16 shelter (parkiran sepeda, red) sepeda, membangun ja lur hijau untuk pejalan kaki, serta menyiapkan shuttle bus beserta perangkatnya belum juga tercapai. Tercatat di tahun 2012 yang menjadi target pencapaian program ini masih memiliki kekurangan. Hanya dapat memenuhi 400 buah sepeda dan dua shelter sepeda. Mirisnya tahun ini sepeda tak lagi terawat, sudah banyak yang rusak, sebanyak 11 buah sepeda berjajar di standplat pintu 1 Unhas. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Amal Darmawan beranggapan Unhas belum bisa dikatakan GHS. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan sekarang. Sepeda tidak terawat dan kurangnya perhatian terhadap pohon yang sudah lapuk dan tidak. “Taman-taman di bebe rapa fakultas tidak diperhatikan, tidak diberi spasi untuk resapan air karena ditutup dengan tegel,” ungkap mahasiswa angkatan 2011 ini, Kamis (25/08). Beda pandangan, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Muhammad Idham menyatakan Unhas kurang pengawasan dalam mencapai tujuannya ini. “Kalau secara pengawasan bagus dan tetap follow up, Unhas bisa betul-betul GHS,” Kamis (25/08).
Berbicara penggunaan sepeda dalam kampus, mahasiswa Jurusan Akuntansi, Achmad Fadil beranggapan jika sepeda sebagai solusi GHS tak efektif. Menurutnya prog ram ini seolah-olah diarahkan ke mahasiswa saja, padahal dosen dan pejabat Unhas tak diberlakukan. “Sumbangsih polusi kendaraan juga kan besar dari sana juga, bukan cuman mahasiswa,” tutur mahasiswa angkatan 2012 ini, Kamis (25/08). Menanggapi permasalahan ini, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga, Morex Rein SE beranggapan banyak sedikitnya sepeda tak berpengaruh bagi sivitas akademika. Penyebabnya mereka lebih suka naik pete-pete masuk kampus. “Pengguna sepeda sekarang berkurang,” ujarnya, Kamis (4/8). Banyaknya sepeda yang rusak, Morex beranggapan bahwa salah satu penyebabnya ialah bentrokan mahasiswa Unhas dengan Warga Makassar dalam menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Tahun 2014. Peristiwa ini mengakibatkan 26 sepeda terbakar. Selain itu, menurutnya beberapa sepeda pemberian dari bank tidak memiliki kualitas yang baik. “Dan kami tidak memiliki tempat perbaikan sepeda,” ungkapnya, Kamis (4/8). Pete-pete yang masih lalu lalang dalam kampus juga menyebabkan bus yang sekarang berjumlah 11 buah tak lagi menjadi pilihan transportasi bagi sivitas akademika. Halte sebagai tempat persinggahan transportasi ini tak berfungsi de
ngan baik. Sekretaris Universitas, Dr Ir H Nasaruddin Salam MT menanggapi hal ini. Menurutnya, keseriusan universitas terlihat dengan dibuatnya jalan lingkar. Jalan beraspal ini sudah terlihat di area Kera-Kera, belakang Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa), hingga belakang Asrama Mahasiswa (Ramsis) Unhas. Jika jalan ini sudah selesai, maka akses Unhas tak lagi bebas. Keamanan kampus pun akan terjamin, serta dapat mengurangi polusi udara. “Jalan lingkar akan mengurangi jumlah ken daraan yang masuk dan memaksimalkan penghijauan di Unhas,” ujarnya, Jumat (5/8). Walaupun demikian beberapa kendala harus dilalui Unhas untuk memaksimalkan program ini. Harus ada pembebasan lahan, khususnya di Jalan Politeknik yang berjejer penjual makanan maupun minuman. Selain itu, sosialisasi yang baik dengan sopir pete-pete dalam menjalankan kosep jalan lingkar ini. Dimana nantinya, mereka tidak bebas lagi masuk di Unhas. Tapi dari pintu nol menuju belakang Ramsis keluar tol yang sementara dibangun depan Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Akankah program GHS ini ha nya menjadi mimpi belaka. Saat bangun semua kembali seperti se mula, seprrti program ini tak pernah ada. Meski seperti itu, Nas tetap optimis hal ini akan terwujud. “Kita harus ciptakan sistem yang ditunjang dengan sarana dan prasarana,” ujarnya, Jum’at (5/8). n Sih/Rdh
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Jalan Lingkar: Lalu lalang kendaraan bermotor melintasi jalan baru yang berada di sekitar Rumah Susun Unhas, Sabtu (27/8). Kini Unhas dalam tahap pembuatan jalan lingkar untuk keamanan kampus dari aktivitas masyarakat yang melintasi area kampus.
11
akademika Ziryab, Mantan Budak Pengubah Eropa ABU al-Hasan Ali ibn Nafi atau lebih dikenal dengan sebutan Ziryab lahir pada tahun 789 M di Baghdad, Irak. Mungkin sebagian besar dari kita bertanya-tanya siapakah orang itu dan apakah yang sudah dia perbuat sehingga menjadi sosok yang dibahas. Dia adalah seorang mantan budak dan juga bukan penemu popu ler. Tetapi jika kita telusuri sosok ini, ternyata dia adalah salah satu pembawa pengaruh besar di Eropa dengan ide dan bakat yang dimilikinya bahkan pengaruhnya masih dapat kita lihat sampai saat ini. Murid dari Ibrahim Al-Mushily penyanyi dan pemusik besar di Baghdad adalah murid yang sangat cerdas dan mempunyai keinginan belajar yang tinggi. Di luar pelajaran, ia diam-diam mempelajari lagu-lagu dari tuannya yang kompleks dan sulit bahkan untuk musisi ahli. Kemampuan dan kehebatan dalam bermusik mengantarnya semakin dikenal oleh banyak orang membuat gurunya iri dan merasa tersai ngi sehingga berupaya menyingkirkan Ziryab. Mantan budak ini diberi pilihan untuk tetap tinggal namun dengan konsekuensi karirnya akan dihancurkan ataukah pergi meninggalkan Baghdad dan dibekali uang. Ziryab pun memilih untuk pergi dari Baghdad bersama keluarga nya. Sempat merasa bingung dengan tujuannya namun kemudian memutuskan menginjakkan kaki di Spanyol atau saat itu dikenal de ngan nama Andalusia dengan alasan tempat dimana harta berlimpah, taman dan istana bertebaran. Keputusan yang diambil untuk datang ke Andalusia membawa perubahan besar bagi dirinya dan bagi bangsa Eropa. Saat kedatangan Ziryab pertamakali, Andalusia sama sekali belum mengenal sebutan nyanyian. Kedatangan Ziryab ternyata diagungkan dan disambut baik oleh masyarakat karena dianggap akan memberi angin segar bagi kehidupan mereka. Harapan itu tidak diabaikan oleh penyanyi hebat ini, dia kemudian bertindak dengan mengajarkan nyanyian yang dipelajari di Baghdad, menyusun not-not atau nada-nada Andalusia. Tidak hanya itu pemusik ini juga menciptakan model pakaian untuk 4 musim di Eropa, bahkan sebelum Paris dikenal sebagai pusat mode dunia, Ziryab sudah melakukan terobosan langkah awal dalam perkembangan dunia mode. Pada musim semi para wanita disarankan memakai busana warna terang berbahan kapas. Namun pada musim panas pakaian berwarna putih berbahan sutra menjadi pilihan. Dan saat musim dingin mode yang dianjurkan adalah pakaian panjang bahan berbulu. Tidak sampai disitu, Ziryab mengajarkan sopan santun pada saat makan yang belum diketahui oleh masyarakat Eropa dan memba ginya dalam tiga tahap yakni pembuka, utama, dan penutup. Penemu Fashion ini juga mampu mengombinasikan berbagai jenis makanan di Andalusia seperti daging, ikan, daging unggas, sayuran, keju, sup, dan makanan manis dengan resep yang ia buat sendiri. Ziryab mengajari perajin membuat penutup meja yang pas dari kulit untuk mendekorasi meja makan kayu yang polos dan mendesain ulang sendok sup kayu yang berat agar lebih ringan. Ia juga mengisahkan hikayat para khalifah, pangeran dan dongeng-dongeng lain nya agar orang-orang semakin lengket dengannya. Masyarakat Andalusia pun mulai akrab dengan nyanyian. Jumlah penyanyi semakin banyak di Andalusia. Setelah itu, menyebar pula tarian yang pada mulanya hanya di kalangan kaum pria tapi kemudian berpindah kepada kalangan wanita. Musisi kerajaan Spanyol Abd al-Rahman tertarik menyewanya sebagai bagian dari musisi kerajaan. Ziryab menerima tawaran tersebut. Ia kemudian mendapat reputasi sebagai penemu musik tradisional Muslim Spanyol. Ia menciptakan nuba atau nauba, sejenis musik Arab yang masih eksis sampai hari ini sebagai musik klasik Afrika Utara. Libya, Tunisia, dan timur Aljazair menyebutnya dengan maluf. Ziryab menciptakan 24 nuba, masing-masing untuk tiap satu jam dalam satu hari. Nuba sangat populer di kalangan komunitas Kristen Spanyol dan memiliki pengaruh yang cukup menonjol dalam perkembangan musik Eropa di abad pertengahan. Saat itu banyak orang Eropa yang belajar menuntut ilmu di Andalusia dan ketika mereka pulang kembali maka selain ilmu yang dipelajari juga gaya hidup orang Islam di Andalusia yang dikembangkan oleh Ziryab tak urung terbawa juga dan pada akhirnya menjadi salah satu bagian dari budaya barat. n Vega Jessica
12
iptek
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Waspada Obesitas Bagi Remaja Mencegah lebih baik daripada Mengobati -Desiderius Erasmus DARI kutipan Desiderius Erasmus, tokoh humanis populer ini cocok kita terapkan bersama. Sudah terlalu banyak orang yang mengabaikan pola hidup sehat me reka dan akhirnya berimbas pada dirinya sendiri. Pola hidup sehat, kerap diabaikan se hingga membuat tubuh rentan terserang penyakit. Apalagi di usia remaja (15-18 tahun) dengan nafsu makan yang terus bertambah dan cenderung mengalami perubahan berat badan secara signifikan atau sering disebut obesitas. Obesitas menjadi masalah serius bagi remaja yang seharusnya dicegah. Penya kit ini menempati peringkat kelima tera tas dari risiko kematian global. Permasalahan inilah yang kemudian melatarbelakangi tugas akhir Elsa W No vianti Helmi. Mahasiswa Fakultas Kese hatan Masyarakat ini, meneliti obesitas pada remaja dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencega han Obesitas Pada Remaja SMA di Kota Makassar”. Menurut Elsa, penelitiannya bermula dari ketertarikannya meneliti penyakit ti dak menular (PTM). Karena saat ini kasus kejadian PTM terus meningkat di Indonesia. Salah satunya yang berbahaya adalah obe sitas. Penelitian mengenai upaya pencegahan obesitas di Indonesia masih sedikit. Kare nanya Elsa tertarik meneliti faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan obesitas pada remaja di SMA kota Makassar.
Penelitian yang dimulai sejak 25 Januari hingga 6 Feb ruari 2016 ini dilakukan
pada enam SMA favorit di kota Makas sar. Yaitu SMAN 1, SMAN 5, SMAN 17, SMA Islam Athirah, SMA Katolik Cendrawasih dan SMA Kartika Wirabua na XX-I dengan jumlah sampel 318 dari 1.894 siswa. Pengambilan sam pel dilakukan dengan metode proportional random sampling, dengan varia bel yang diteliti tingkat pendidikan orang tua, genetik, persepsi manfaat dan ham batan pencegahan, penge tahuan, dukungan orang tua dan dukungan media. Hasil riset ini menunjukkan jika terdapat hubungan an tara tingkat pendidikan orang tua siswa terhadap pencega
han obesitas. Sehingga peneliti berasumsi bahwa tingkat pendi dikan orang tua me megang peranan penting karena akan berperan
ILUSTRASI/IRMAYANA
leb ih be sar terh adap penerapan pola hidup sehat da lam keluarganya. Sementara untuk faktor keturunan terdapat 30-40 persen kemungkinan ber esiko obesitas jika orang tua terkena obesitas. Tak hanya itu, pengetahuan siswa tentang obesitas juga sangat mempengaruhi pola hidup mereka. Sebagian be sar melakukan pencegahan karena telah memiliki pengeta huan yang cukup. Selain faktor pengetahuan, dukungan lingkungan juga sangat mempengaruhi tingkat pencega han obesitas. Lingkungan yang dimaksud adalah dukungan serta informasi dari teman dekat dari penderita obesitas sendiri. Termasuk media, juga men jadi sarana yang efektif untuk
UCPN U UNHAS
melakukan upaya pencegahan. Informasi dari media mampu memberikan dukun gan yang cukup. Keberhasilan pencegahan dan penang gulangan akan sangat dipengaruhi oleh partisipasi aktif semua pihak. Penanggu langan obesitas yang terjadi pada anak sangat tergantung pada orang tua. Selama melakukan penelitian ini, tidak selalu berjalan dengan lancar. Cukup sulit baginya untuk mengatur jadwal, karena kegiatan penelitian yang dilakukannya tidak boleh mengganggu jam pelajaran siswa. Sehingga Ia pun harus menunggu jadwal kosong siswa untuk membagikan kuesioner. Tak hanya itu saja, Elsa harus sabar menghadapi siswa yang kurang fokus saat mengisi kuesioner. Namun dibalik semua kesulitan tersebut, ia mengaku tak selalu pa hit dalam melakukan riset, banyak pengala man berharga yang didapatkan di lapangan. Penelitian yang di bimbing langsung oleh Prof Ridwan Amiruddin SKM MKes M ScPH dan Dr Ida Leida SKM MKM M ScPH ini menghasilkan penelitian yang sangat bermanfaat bagi remaja, orang tua, media, Dinas Kesehatan, pihak sekolah, peneliti dan masyarakat umum. Elsa kedepannya menginginkan ada yang melanjutkan riset ini. “Semoga apa yang telah saya tulis dapat bermanfaat, tidak ha nya bagi saya pribadi tetapi juga bagi orang lain, dan jika ada peneliti lain yang ingin meneliti terkait pencegahan obesitas sebaik nya menggunakan food frequency, karena penelitian saya tentu ada kekurangannya,” harap Elsa, Selasa (2/8). n Andi Ningsi
cerpen
Penjara Oleh: Dian Moudyan Arham INI hari Senin yang cerah. Pagi-pagi sekali—maksudku pukul 07:00 Wita— Aku mandi. Bersiap-siap untuk ke kampus. Ada kuliah pukul 08:00 Wita. Aku tidak boleh terlambat lebih dari sepuluh menit. Sebab bila demikian, aku tentu tidak akan diperkenankan masuk. Begitulah aturannya. Dan aku sangat tidak berterima. Jarak rumahku dengan kampus tidaklah teramat jauh. Bila ditempuh de ngan kendaraan roda dua kira-kira hanya akan memakan waktu lima menit. Tapi apa boleh buat, aku menempuh perjalanan itu dengan cara lain. Jalan kaki. Aku menikmati keseharianku sebagai orang miskin yang sombong. Bukan apa? Hanya saja aku tidak punya waktu untuk merisaukan keadaanku. Aku terus hidup. Akan selalu seperti itu. Aku bangga pada diriku sendiri. Kesombongan yang kumiliki sudah cukup menjadikanku kaya. Aku bahagia. Aku tiba dikampus pukul 08:00 Wita. Aku senang bukan main. Aku tidak terlambat. Aku bisa mengikuti perkuliahan. Aku tidak langsung masuk dalam kelas. Aku membuka tas, mengambil buku yang kupinjam dari perpustakaan. Aku membaca di pagi hari, kebiasaan yang menyenangkan. Bagiku. Aku duduk bersandar di tembok dengan judul buku Kupu-kupu dalam kotak kaca. Lima menit berlalu, tujuh menit berlalu. Aku mendengar derap langkah yang sedang diburu waktu. Mungkin Ia sep-
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016 ertiku takut terlambat. Langkahnya, terdengar seperti orang yang melarikan diri. “Rajin sekali!” kata seorang teman. Ia masih sempat menolehku. Sekilas aku meliriknya dan menjawabnya dengan senyum. Bukan main. Jawaban yang fantastis, pikirku seolah membaca pikirannya. Kemudian ia berlalu dengan meninggalkan jejak kaki di sebuah lantai yang masih basah. Sepuluh menit berlalu. Aku masih dengan posisi yang sama, masih dengan buku ditangan. Aku mulai merasa betapa konyolnya pagi ini. Tak terasa tiga puluh menit berlalu. Dosen yang kunanti sedari tadi akhirnya muncul di hadapanku. Aku gegas. Aku mengikutinya dari belakang. Aku merasa ia membimbingku masuk dalam kelas. Aku mengumpat, seharusnya aku melarangnya masuk. Aku akan memulai dengan mengatakan. “Maaf, bapak tidak di perkenankan masuk, bapak sudah melanggar aturan kedisiplinan. Aturan yang selalu prof. agung-agungkan,” pikirku. Rasanya konyol sekali. Aturan dalam kelaskan hanya berlaku untuk mahasiswa saja. Lagian aku merasa menggunakan pilihan kata yang terlalu memaksakan. Aku rasa aku tidak punya keberanian untuk mengatakan itu. Mungkin aku pengecut. Tetapi bila aku ucapkan barangkali terdengar kurang ajar. Seharusnya aku katakana padanya. “Kami senang bapak akhirnya datang,” ah, ini sih terlalu berlebihan. Seingatku, mahasiswa paling senang kalau dosenya tidak masuk belajar. Bukan, bukan, jangan salah sangka dulu. Aku berbeda dengan mahasiswa lain. Aku senang belajar hanya saja aku tidak senang digurui. Jujur saja, sebenarnya aku tidak menyukai cara mengajarnya. Meski begitu. Aku menikmati suatu pagi
yang cerah, setiap Senin. Mendengarkan pidatonya. Caranya menceramahi. Aku membenci saat dimana ia mulai bicara tentang sosial media. Saat ia membacakan statusnya di facebook. Saat ia memerintahkan mendengarkan celotehnya. Saat ia menunjuk kesana kemari untuk mengulangi tiap kalimat yang diutarakannya. Sepersis mungkin. Aku kembali pada suatu zaman dimana aku masih kanakkanak, diajarkan huruf abjad. A B C D E F…. Menurutku dia adalah diktator intelektual yang memenjarakan kreativitas. Bayangakan saja. Kau duduk dalam sebuah ruangan yang tertutup. Memekakan telinga mendengarkannya ceritanya, dan awas saja bila ada yang menyanggahnya. Terlebih bila kau mengkritiknya. Dia akan mengamuk. Dia akan sangat marah. Bila sudah begitu, tahun depan kau akan program mata kuliahnya lagi. Bahkan serajin apa pun kamu masuk dan mengerjakan tugas. Saat itu juga dia akan melingkari namamu dan mencapmu sebagai mahasiswa yang kurang ajar. Bila kau susah membayangkannya. Datang, dan sesekali masuklah menyantap ceramahnya tentang dunia maya. Dalam hal ini Facebook. Tapi ingat aturannya, jangan sesekali merasa bosan. Apaagi menyanggahnya sebab kau pasti akan masuk dalam daftar mahasiswa yang tidak lulus. Kau hanya cukup menikmati pagimu selama dua jam di dalam ruangan yang pengap. Setelah itu, mungkin kau akan tercerahkan. Seperti baru keluar dari penjara. Pagi itu, aku kembali menjadi pendiam yang baik. Aku teringat pepatah lama “Kata-kata seorang guru tidak untuk didengarkan melainkan dimengerti.” n Penulis adalah Fakultas Ilmu Budaya Mahasiswa Sastra Indonesia
13
puisi Wanita dan Sebatang Rokok Aku pernah bilang sebelumnya pada lelaki tua di puncak gunung, rokok adalah kehangatan kedua selain wanita-wanita Namun ternyata ada yang lebih hangat dari pada itu, adalah pertemuan sahabat lama yang baru dijumpai setelah tahun-tahun tua. “Aku tak pernah bayangkan kita akan bertemu lagi seperti ini” “Aku selalu membayangkannya” “Kau tak berubah” “Aku akan selalu seperti ini seperti yang kau kenal” “Aku sangat merindukanmu” Perempuan itu menatapku dalam. “Kupikir begitu.” Sebenarnya ingin bilang “Aku juga. Aku juga sangat merindukanmu” “Berapa lama kita tidak bertemu?” “Empat tahun. Tidak. Enam tahun” “Sebenarnya itu waktu yang singkat jika dibandingkan dengan keseluruhan umur manusia yang paling tua. Tapi, jika kamu tahu bila umur manusia paling tua di abad ini seratus tahun maka itu sama lamanya dengan sehari yang kurasakan. Waktu selalu saja terasa lambat bila kita menunggu.” “Apa yang kau tunggu?” “Pertemuan ini” “Bukankah kau tak pernah membayangkannya?” “Manusia kadang tidak perlu membayangkan atas apa yang benar diinginkannya. Kita hanya perlu meyakini. Kejadian-kejadian yang bahkan dianggap mustahil bisa saja terjadi.” Aku diam. “Rasanya aku ingin memelukmu” “Kau tak perlu melalukannya- Aku akan di sini sampai kau benar-benar jenuh melihatku” “Menurutmu, aku akan selamanya di sini?
resensi
New York dari Sudut Berbeda
Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal
: The Architecture of Love : Ika Natassa : PT Gramedia Pustaka Utama : 10 Juni 2016 : 304 halaman
“CINTA memang terlalu penting untuk di serahkan pada takdir. Tapi segigih apapun kita memperjuangkan, tidak ada yang bisa melawan takdir.” Apa yang terlintas di pikiran kita ketika mendengar kota New York? Tentu saja kota yang memiliki pesona sendiri. Seperti yang dikatakan Ika Natassa dalam novelnya. Bahwa New York salah satu kota yang sebagian warganya tergolong sebagai imigran. Novel Ika “The Architecture Of Love,” ini tergolong best seller, Buku ini mampu me ngajak pembaca menjelajahi New York. Ia menjadikan kota yang khas dengan patung liberty-nya ini sebagai setting tempat yang pas untuk pertemuan kedua tokoh utama. Novel kedelapan Ika bercerita tentang Raia Risjad, seorang penulis yang berusaha mencari inspirasi di New York. Setelah perceraian dengan suaminya bernama Alam, ia kehilangan inspirasi menulis. Setelah tiga tahun pernikahannya Raia tak kunjung memberikan Alam keturunan menjadi sebab perceraian mereka. Setelah cukup lama tinggal di kota yang khas dengan Gedung Empire Statenya ini, Raia tak kunjung mendapat inspirasi. Hingga suatu malam, Erin sahabat Raia mengajaknya ke pesta tahun baru. Sebenarnya Raia tidak suka pesta seperti ini.
Secara ia adalah anak rumahan. Tapi ia tak mungkin menolak ajakan sahabatnya itu. Di sini Raia bertemu seorang lelaki misterius yang sedang sibuk menggambar di sudut ruangan. Di Wollman Skating Rink, Raia berjumpa untuk kedua kalinya dengan lelaki misterius itu. Kali ini, ia beruntung bisa mengetahui namanya, River. Pertemuan keduanya menjadi awal petualangan me reka megelilingi New York. River sering mengajak Raia mengunju ngi tempat ia mudah menggambar, dan Raia mudah menemukan inspirasi menulis. Sosok River juga mengajarkan Raia cara melihat New York dari sudut lain yang membuat Raia jatuh cinta. Hingga terungkap jika keduanya memiliki masa lalu yang menyakitkan. Raia bercerai dengan Alam, sementara River dituduh membunuh isterinya. Ternyata jalinan asmara keduanya tak semulus yang mereka pikirkan. Karena merasa bersalah pada Raia, River memutuskan kembali ke Jakarta dan menjauhi nya. Sebelum kembali River mengajak Raia menjelajahi New York. Dari perjalanan itu banyak diperkenalkan keindahan kota tersebut, juga makanan khas setempat. “Disayangi itu menyenangkan Riv”. Kali-
mat dari sahabat River yang selalu diingatnya. River nyatanya tak mampu melupakan Raia begitu saja. Ternyata takdir mempertemukan mereka kembali, setelah Raia melahirkan banyak buku. Buku Raia tak lepas dari River yang mememberikannya banyak inspirasi. Sosok yang disapanya bapak sungai ini hadir membawa banyak perubahan dalam dirinya. Meski keduanya telah berdamai dengan masa lalu masing-masing. Novel ini tidak menceritakan bagaimana akhir kisah keduanya dengan jelas. Akhir cerita, Ika banyak memperkenalkan bangunan-bangunan di New York dengan penggambaran tokoh yang cukup kuat. Sehingga deskripsi dalam cerita seakan nyata di hadapan pembaca. Meski pembaca juga terkadang dibingungkan dengan alur campuran yang digunakan Ika. Yang menjadi special dalam novel ini karena digarap melalui proyek yang dinamakan #PollStory oleh Ika, juga proyek dari Twitter. Novel ini terbentuk dari pendapat para pembaca di timeline Twitter. Pada halaman terakhir dalam bukunya, terlihat bagaimana pembaca antusias dalam menentukan cerita dalam novel ini. Novel sebanyak 304 halaman juga banyak menggunakan Bahasa Inggris. Sehingga menyenangkan bagi pembaca yang menyukai salah satu bahasa internasional ini. Juga judulnya yang berbahasa Inggris.n Ayu Lestari
14
cermin
identitas NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
Perempuan dan Kaum Marjinal Oleh: Asmaul Husna Yasin PADATNYA kendaraan seakan terhenti setelah adanya perintah dari sebuah tiang tiga mata yang menunjukkan warna me rah. Kendaraanku berhenti sejenak, tak lama seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun menggendong bayi yang kutaksir belum genap dua tahun. Ia melin tas lalu menadahkan telapak tangannya kepadaku. “Banyak rejeki ta kak, cepat ki menikah, seribu mo kodong.” Miris ber campur sedih, setelah ku perhatikan rupa nya ibu si anak sedang memantau buah hatinya yang sedang beroperasi. Kulaju kembali motor merahku menu ju sudut kota lain, saat kuhentikan motor
matic ku di sebuah toko, kudapati seorang perempuan sedang duduk di emperan mengenakan sarung. Meski segan, kube ranikan diri untuk bertanya “Dimana ru mah ta’ Bu?” cerita pun mengalir. Perempuan paruh baya itu mence ritakan dirinya yang menjadi seorang pengemis, setelah ditinggal mati suami nya. Meski dikarunai anak, namun hidup sang anak pun tak kalah memprihatin kan. Tak ingin menjadi beban hidup bagi anaknya, ia memilih tinggal sendiri dan mengemis, sebab ia tak punya keahlian. Hal seperti ini tak hanya pada satu tempat saja. Mari ingat-ingat, hampir di setiap sudut kota Makassar, kita menemui pengemis yang didominasi kaum hawa. Dengan ala san yang hampir sama, kemiskinan. Angka kemiskinan di Indonesia pada data Badan Pusat Statistik 2015 sebanyak 28,51 juta. Sehingga perempuan harus bekerja di sektor informal dan kebanya kan pada pekerjaan-pekerjaan seperti pengemis dan gelandangan, buruh, peda gang asongan dan lain-lain yang tidak memiliki jaminan resiko hidup.
Kejadian seperti ini semakin menguat kan posisi perempuan sebagai kaum marjinal. Istilah kaum marginal ini, umumnya digunakan pada mereka yang tergolong orang terpinggirkan. Dengan alasan kesejahteraan keluar ga, banyak perempuan harus ikut untuk membantu keuangan keluarga. Namun, jangan sampai permasalahan ini mem buat terjadinya eksploitasi terhadap anak-anak kaum marjinal. Sungguh miris jika melihat seorang anak perempuan yang lalu lalang pada saat jam sekolah sambil menggendong bayi beroperasi di lampu merah. Pemberdayaan dan perlindungan sosial sangat dibutuhkan bagi perempuan dan kaum marjinal. Seperti pada anak perem puan yang saya ceritakan di awal, sebaik nya pemerintah memberikan pelatihan lifeskill bagi ibu dan anaknya, minimal mindset untuk menjadi pengemis beru bah seiring dengan keahlian yang dibe rikan pemerintah. Kesadaran awal masyarakat melihat bahwa perempuan dan kaum marjinal
berhak untuk mendapatkan perlindu ngan. Seringkali masyarakat menga baikan hal-hal seperti ini. Padahal kaum-kaum seperti ini ada karena struktur sosial masyarakat sendi ri. Tak hanya pemerintah yang membuat perlindungan sosial. Kaum marjinal ada lah tanggungjawab kita semua. Jika me nemukan perempuan gelandangan, mari menyantuni bukan karena kita kasihan, tetapi karena mereka adalah tanggung jawab kita. Mengutip kata seorang profesor yakni Amartya Kumar Sen dari Harvard Uni versity bahwa jika ingin memberi makan orang miskin, maka berikan ia ikan, Na mun jika ingin mengajari untuk mencari makan, maka berikan ia pancingan. Jadi jika ingin memberdayakan perempuan dan kaum marjinal sebaiknya diberi pela tihan atau pendidikan. n Penulis adalah Redaktur Online Identitas Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Angakatan 2012
temu alumni
kampusiana
identitas
NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
15
Alumni Peduli Lewat Temu Nasional
DALAM rangka Dies Natalis ke-60 tahun, Unhas akan menyelenggarakan Temu alumni Nasional (TAN) yang akan berlangsung di Makassar, 9-11 September. Temu alumni yang bertajuk “Alumni Peduli” Unhas World Class University Berbasis Benua Maritim ini akan berlangsung sangat meriah dengan dipadukannya berbagai item kegiatan. Hari pertama akan dilangsungkan pembukaan oleh Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. Kemudian dilanjutkan tudang sipulung yang dikemas dalam seminar kemaritiman, energi dan pangan. Setelah sehari bertema ilmiah, pada hari kedua akan berlangsung Defile Alumni (parade barisan, red) yang berlangsung di Lapangan Sepakbola Unhas. Malamnya akan dilanjutkan dengan Ceremony TAN yang akan menghadirkan Gebernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Ceremony yang akan berlangsung di Danau Unhas ini turut diramaikan dengan 14 stan dari masing-ma sing fakultas. Tak ketinggalan pentas seni yang akan menghadirkan bintang utama Ebiet G Ade dan banyak item hiburan lainnya yang tak kalah menarik. Juga tak kalah seru di hari ketiga, akan ada Family Gathering dan acara penutupan TAN yang rencananya akan berlangsung di Unhas. Rektor akan menutup secara resmi kegiatan TAN Unhas dengan orasi ilmiah di anjungan Pantai Losari yang berlatar Perahu Pinisi. Ketua Bidang Publikasi dan Humas TAN, Prof Dr drg H A Arsunan Arsin, M Kes menerangkan bahwa TAN ini menjadi salah satu daya tarik alumni untuk memacu kerinduan kolektif ke masa yang telah dilewati. “Ingatan kita menerawang ke masa-masa itu, kenangan pahit saja bisa diramu jadi manis, apatah lagi kenangan manis tentu lebih manis jadinya,” tutur nya, Senin (22/8). (Rdh)
Workshop OJS, Demi Tingkatkan Publikasi Internasional
UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) melalui Publication Management Center (PMC) adakan Workshop Open Journal System (OJS) Kamis-Jumat (21-22/07). Pelatihan ini berlangsung di Ruang Rapat GB Pascasarjana Unhas. Hadir sebagai salah satu pemateri, Muhammad Arsyad SP MSi PhD. Arsyad membawakan tentang Mempersiapkan Jurnal Menuju Akreditasi dan Indeksasi (dari Template OJS Management DOAJ dan EBSCO Standart). Kegiatan yang didukung penuh oleh pimpinan institusi Unhas ini bertujuan untuk membantu para dosen melakukan publikasi international sehingga semakin banyak publikasi dari dosen Unhas dan banyak orang yang mengunjungi website tersebut, dengan begitu mendongkrak peringkat publikasi universitas. Sekarang Unhas berada dalam peringkat 11 dalam publikasi jurnal. “Kami membekali mereka bagaimana membuat manuskrip yang baik, jika me reka (dosen,red) semakin banyak mempublikasi jurnalnya maka jumlah Citation High Indeks dan rangking Unhas akan naik,” tutur Arsyad yang juga Sekretaris PMC. (M21)
Rektor Unhas Sambut 17 Mahasiswa Asal Korea
PROF Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA,
IDENTITAS/RAHIMA RAHMAN
Diskusi: Andreas Harsono berkunjung ke rumah kecil identitas, Minggu (28/8). Dalam kunjungannya, Andreas berbagi cerita mengenai kesetaraan gender bersama senior dan kru identitas.
Rektor Unhas menyambut mahasiswa asal Hankuk University of Korea Studies, Seoul beserta dosen pendamping mahasiswa Hankuk Prof Song. Bertempat di ruang pertemuan Lantai 8 Gedung Rektorat Unhas, Rabu (20/7). Kerjasama yang telah dirintis selama enam tahun ini, kembali mendatangkan 17 mahasiswa Korea yang terdiri dari empat laki-laki dan 13 perempuan. Kedatangan mahasiswa ini untuk belajar bahasa dan kebudayaaan serta ke senian Indonesia utamanya khas daerah Makassar hingga 6 Agustus mendatang. Melalui program Belajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Bipa) Unhas yang akan difasilitasi oleh Prof Lukman, Ketua Jurusan Bipa Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Dalam sambutannya, Dwia yang diterjemahkan oleh Prof Song memperkenalkan Korean Korner Unhas serta mengusulkan agar mahasiswa Hankuk juga bisa mengunjungi Fakultas Teknik Unhas dan rencana tur ke beberapa tempat wisata di Makassar seperti Bantimurung (Maros), Hutan Pendidikan Unhas, serta Pulau milik Unhas. Kegiatan penyambutan ini dilakukan dengan menjamu mahasiswa terlebih dahulu. Kemudian penyerahan cinderamata dan dilanjutkan dengan foto bersama. “Saya ucapkan selamat datang di Unhas kepada anak-anakku sekalian, semoga kalian semua bisa nyaman dan betah tinggal dan belajar di Unhas selama hampir tiga minggu. Pandai-pandailah mencari informasi di Unhas utama nya berinteraksi dengan UKM yang ada di Unhas dan semoga dapat membangun jaringan dengan baik dengan mahasiswa maupun dosen yang ada di Unhas,” ujar Dwia. (M26)
Workshop Internasional Unhas dan Universitas Tun Abdul Razak
UNHAS dan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia mengadakan International Workshop yang bertema The Importance Of Teamwork Value For Success, Sabtu (23/7) di Ruang Rapat Lantai Empat Gedung Rektorat. Kegiatan yang kali ketiga dilaksanakan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan mahasiswa dalam hidup bermasyarakat. Peserta dalam
workshop ini yakni mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis program Internasional, mahasiswa Sastra kelas Internasional dan mahasiswa yang tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dutin Norhu, Dean Of Centre Of Student Affairs and Student Investment dari Universiti Tun Abdul Razak Malaysia membawakan materi terkait kerjasama dalam tim untuk mencapai sukses bersama. Pe ngarah Workshop, Ir Marzuki Ukka, DEA mengatakan kegiatan ini menambah kemampuan mahasiswa. “Saya berharap dapat menambah kemampuan mahasiswa yang dibutuhkan dalam masyarakat untuk meraih kesuksesan”, harap dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ini (M02).
Seminar antar Bangsa FIB Unhas
FAKULTAS Ilmu Budaya (FIB) Unhas de ngan Institut Alam dan Tamadun Melayu (Atma UKM) Malaysia bekerjasama me ngadakan Seminar Antar Bangsa Arkeologi, Sejarah, Budaya, dan Bahasa Sastra di Alam Melayu (Asbam Kelima). Seminar ini mengangkat tema “Revitalisasi Nilainilai Arkeologi, Sejarah, Bahasa, dan Budaya di Alam Melayu-Nusantara melalui Riset Multi Disipliner”. Seminar ini menghadirkan 140 pemakalah dari berbagai negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Indonesia. Diikuti sebanyak 200 peserta, seminar ini diselenggarakan di Hotel Karebosi Condotel, Selasa-Rabu (26-27/7). Kegiatan ini bertujuan mengomunikasikan hasil riset terkini para pakar dunia di bidang Arkeologi, Sejarah, Bahasa, dan Budaya Melayu-Nusantara. Hal ini senada dengan harapan panitia Dr Indriati Lewa MHum agar kemelayuan itu bertahan. “Agar penelitian arkeologi, sejarah, bahasa dan budaya di ASEAN punya kesamaan visi dan untuk menjalin kemelayuan itu bisa berta han,” tuturnya ketika diwawancara, Rabu (27/7). (M04)
Bupati Poso Bekali Mahasiswa KKN
KKN Tematik NKRI Poso gelombang 93 diberi pembekalan umum sebelum turun ke lokasi, Minggu (17/7). Pembekalan ini diberikan oleh Bupati Poso Kolonel Mar
(Purn) Darwin Agustinus Silipu dan Komandan Kodim 1307 Wirabuana Letkol Inf Ryan Hanandi SSos. Pembekalan ini juga dihadiri oleh lima supervisior KKN Poso yakni Dr Andi Haris, ST MT, Dr Ir Djumran Yusuf MP, Mukti Ali, ST MT PhD, Sabaruddin Rahman, ST MT PhD dan Ardy Arsyad. Tak hanya itu, juga ada perwakilan dari Dinas Pendidikan, Sosial, Kesehatan, Kebudayaan, Pertanian, Perhubungan, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan serta Dinas Peternakan. Dalam pembekalan, Darwin memaparkan kepada mahasiswa KKN apa saja potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Poso. Dengan harapan, semoga mahasiswa mampu mengabdi ke masyarakat dengan lebih baik berkat mengetahui kondisi lapangan yang telah digambarkan. Darwin juga mengajak para mahasiswa untuk menjelajahi daerah wisata di Poso. “Sempatkanlah berkunjung ke tempat wisata, daerah ini belum terjamah dan semoga tetap terawat nantinya,” kata Darwin. Di akhir pembekalan, bupati berpesan agar mahasiswa tidak takabur di lokasi KKN. “Daerah yang ditempati KKN itu, semuanya aman. Jaminannya saya dan pak Dandim,” ujar Darwin. (Ask)
Media Tadulako Kunjungi PK Identitas
MEDIA Kampus Universitas Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah mengadakan kunjungan ke Penerbitan Kampus Identitas Unhas, bertempat di Sekertariat PK identitas Unhas, Sabtu (30 /7). Hadir dalam kunjungan ini yaitu Muhammad Khaeril, Pimpinan Umum Media Kampus Untad dan juga Ketua Jurusan Komunikasi, Dosen serta mahasiswa Komunikasi Untad. Maksud kunjungan perdana ini karena melihat identitas merupakan penerbitan kampus tertua yang ada di Indonesia. Selain itu, Media Kampus yang masih terhitung baru ini ingin membangun jari ngan antar media kampus. “Mudah-mudahan dengan diadakannya kunjungan kali ini bisa mempererat hubungan antar identitas dan Untad, Saya berharap nantinya ada pertukaran magang dan kunjungan kru dari identitas dan juga saat ada pelatihan-pelatihan,” ujar Muhammad Khaeril. (M26)
16
lintas jejak langkah
identitas NO. 863 | TAHUN XLII | EDISI AWAL AGUSTUS 2016
USAHA kecil menengah (UKM) adalah salah satu motor penggerak perekonomian di Indonesia, bahkan usaha ini dianggap sebagai ‘tulang punggung’ perekonomian di negara kita. Pada dasarnya UKM menyumbang sekitar 60% dari PDB (Pro duct Domestic Bruto) dan juga memberikan kesempatan kerja pada banyak masyarakat kita. Hal inilah yang disadari oleh Andi Nur Bau Massepe Mappanyompa. Berangkat dari penelitian sebagai bentuk pengabdiannya dikampus, ia banyak meneliti tentang UKM, tujuan utamanya dalam mewadahi UKM, untuk menjalan kan program pengabdiannya kepada ma syarakat dan bersinergi dengan kampus. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini meluangkan waktunya untuk mewadahi pelaku UKM di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Lelaki yang akrab di sapa Nur ini ini juga mendirikan Usaha Mikro Kecil Menengah Marketing dan In novation Centre (UMKM MIC) sebagai bagian dari tugas pengabdian kepada masyarakat dalam perannya sebagai dosen pemasaran. Lembaga UMKM Marketing & Innova tion Centre ia bentuk sekitar tahun 2012 lalu. Seiring dengan itu, Putra dari Drs A Pamadengrukka Mappanyompa ini juga menjadi pengurus di Indonesia Marketing Association (IMA) Sul-Sel atau sebuah asosiasi profesional pemasaran di Indo-
nesia yang dibawahi oleh World Marke ting Association Suami dari Raodahtul Adawiah ini juga menyalurkan ilmunya sebagai dosen ekonomi dengan membentuk lembaga UMKM MIC yang didirikan Desember 2014 lalu. Ia mendirikan lembaga tersebut dengan tujuan memberi sumbangsih pemikiran dan pengetahuan kepada ma syarakat khususnya bagi pelaku UKM di Sulawesi Selatan dan Indonesia. UMKM MIC adalah sebuah lembaga non profit atau biasa disebut social entre preneur. Lembaga tersebut fokus untuk pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di bidang pemasaran dan inovasi. Ia juga telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar di indonesia, seperti IMA Chapter Sulawesi, Rotary international, BUMN (D), lembaga-lembaga keuangan dan perbankan, hingga perusahaan telekomunikasi. Kerja samanya dalam bentuk seminar, pelatihan dan prog ram edukasi. Tak hanya mewadahi UKM saja, dengan latar belakangnya sebagai dosen pemasaran, membuat ia berinisiatif menjadi akademisi dan konsultan di bidang bisnis dan pemasaran. Selama wawancara, ia dengan semangatnya menghimbau kepada pelaku UKM yang memiliki masalah di bidang penjualan dan inovasi agar menghubunginya untuk bertemu langsung dan mengkonsultasikan masalahnya. Ia juga
menghimpun penggiat UKM dalam grup Whatsapp. Demi mewujudkan keinginannya itu, Nur bekerja sama dengan dinas koperasi dan UKM Kota Makassar untuk membuka pojok konsultasi UKM di Karebosi Link. Akademisi dan konsultan di bidang bisnis dan pemasaran ini biasanya hadir setiap Rabu dan Jum’at. Dalam mewadahi Usaha Kecil Menengah, Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara ini menggunakan modal pribadi. Sedangkan untuk mengembangkan UMKM MIC, ia memasukkan proposal ke perusahaan-perusahaan besar dan me ngajaknya kerja sama. Menjadi fasilisator dan trainer di bidang pemasaran, telah sering dilakukannya. Khususnya bagi pelaku UKM binaan. Ia juga biasa menyelenggarakan seminar dan pelatihan bagi pelaku UKM bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar. Dalam menjalankan UMKM MIC, ia ba nyak mengadakan kerjasama dengan perusahaan dan perbankan, bahkan perusahaan telekomunikasi. Ia juga banyak mengajak beberapa trainer dan para coach bisnis yang ada di makassar dan luar makassar untuk berasosiasi dengannya. Asosiasi semacam freelance membantunya dalam kegiatan pelatihan atau narasumber ketika menyelenggarakan seminar.
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Dosen Ekonomi, Penggerak Usaha Kecil
Lelaki yang juga pernah bekerja di Bank Internasional Jakarta ini pun membuat talkshow ‘Start Up ta’ yang berbicara seputar bisnis dan UKM. Ia bekerja sama dengan fajar TV dan mengundang pelaku UKM sukses di Sulawesi Selatan. n Ayu Lestari
Pereka Cipta Pabrik Genoil Pertama KRISIS energi yang terjadi bertahun-tahun, membuat Ahmad Sahwawi, mahasiswa angkatan 2013 ini tergerak melakukan penelitian untuk menemukan bahan bakar terbarukan. Saat berada di ruang kuliah, mahasiswa Teknik Mesin ini mengenal istilah biodiesel sebagai alternatif bahan bakar sumber terbarukan dari minyak sayur ataupun lemak hewan. Tak ingin hanya sekedar teori, Wawi sapaan akrabnya pada semester pertama tergerak untuk mencoba membuat biodiesel bersama keempat rekannya. Mulai dari survei lokasi ke beberapa tempat penghasil mi nyak jelantah seperti penjual gorengan, hotel dan industri produk makanan. Lelaki yang bercita-cita menjadi pengusaha ini sangat bersemangat dalam mencari investor untuk mendirikan pabriknya. Saat membuat pabrik mini untuk meya kinkan investor, proyeknya tidak serta-merta diterima, penolakan sering kali ia dapati. Namun, semangatnya tak pernah padam, walaupun harus menggunakan dana pri badi untuk menjalankan pabriknya.
IDENTITAS/RAHIMA RAHMAN
“Penemuan ini akan berjalan dalam jangka waktu yang panjang, tentunya akan bermanfaat, itu juga menja dikan saya dan keempat teman saya semangat untuk membuat pabrk ini berhasil,” ujarnya optimis, Sabtu (30/7). Beberapa hal harus dikorban kan dalam pembangunan pabrik ini, mulai dari tenaga, biaya sampai dengan menurunnya nilai akademik di kampus. “Tidak ada usaha yang sia-sia, dan saya yakin akan berhasil dengan penelitian ini,” tegasnya. Bisnis tak selalu berjalan mulus, kebijakan geopolitik perminyakan dunia membuat minyak solar non subsidi menjadi sangat murah. Saking murahnya lebih murah da ripada harga minyak subsidi. Membuat pabriknya sementara tidak beroperasi. Untuk menyiasiatinya, mahasiswa yang juga hobi travel ini akhir nya melakukan studi banding ke Jawa untuk mempelajari untung rugi mendirikan pabrik. Hingga akhirnya pada tahun 2014 lelaki yang masih berusia 21 tahun ini sukses mendirikan pabrik Garuda Energi Nusantara yang sering disingkat Genoil. Pabrik seperti itu merupakan yang pertama di Makassar. Kini, pabrik ini menghasilkan satu ton per hari bahan bakar. Produk pabrik ini telah digunakan nelayan yang ada di Pelabuhan Paotere, untuk bahan bakar perahunya. Tak
heran jika permintaan konsumen semakin hari semakin meningkat. Selain mendirikan pabrik Genoil, alumni SMK 2 Bungoro ini juga merupakan pendiri dari komunitas pembuat roket di Fakultas Teknik yang diberi nama Komunitas Aerospace. Bahkan komunitas ini telah beberapa kali mengikuti lomba di tingkat nasional. Seperti membuat roket dan mengikutkannya dalam lomba Kompetisi Muatan-roket dan Roket Indonesia (Komurindo) 2014, Pameran Youtech Expo 2016 dan memamerkan sebuah robot hasil karya anak Aerospace di FTI UMI yang dilaksanakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga RI. Pada dasarnya pria yang hobi meneliti ini tak hanya membuat pabrik dan roket saja. Saat ini ia sedang fokus dalam penelitian terbarunya yang berjudul Pe gasus - Mesin Pengasin Sekaligus Pemasak Telur Otomatis Berbasis Energi Surya. Penelitian ini membawanya berhasil lulus dalam Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) 2016. Anak tunggal dari tiga bersaudara ini berpesan kepada mahasiswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan perlombaan sebagai sarana mengembangkan kreativitas. “Ikut lomba tidak harus menang, setidak nya telah menyalurkan kreativitas saya,” katanya. n Rahima Rahman