e-paper @identitasonline awal Juni 2013

Page 1

n

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

identitas n

No. 794 | Tahun XXXIX | Edisi Awal Juni 2013

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Skorsing Mewabah Mahasiswa Merajuk

K

omisi Disiplin Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Uni足 versitas Hasanuddin telah mengetuk palu, sanksipun ditetapkan. Beberapa mahasiswa yang terlibat pengaderan mahasiswa baru (maba) dikenakan sanksi skorsing.

Aksi kemudian kembali bergolak di Fakultas Sastra. Tiga Mahasiswa ter足 kena jerat skorsing. Pengaderan dan berbicara tidak sopan kepada pimpinan kampus menjadi alasannya. Tidak hanya itu, tujuh mahasiswa FMIPA ter足 kena skorsing karena pengaderan.

Hal

8


tajuk

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Politik buat (Wakil) Rakyat Pemilihan umum (Pemilu) yang dilakoni rakyat Indonesia merupakan paradoks. Katanya, Pemilu merupakan ‘pesta rakyat,’ dimana ajang lima tahunan ini jadi wadah tiap warga memilih wakilnya di parlemen. Namun nyatanya, Pemilu hanya menjadi se­ remoni yang menghabiskan anggaran yang tak sedikit jumlahnya. Bahkan Pemilu akhirnya hanya memilih wakil rakyat yang siap mewakili kesejahtraan atas nama rakyat. Pemilu baru akan dihelat pada 2014 mendatang, namun sejumlah calon anggota legislatif (Caleg) telah merusak kehidupan sehari-hari masyarakat dengan wajah palsu yang mereka pajang di sepanjang jalan dan persimpangan. Spanduk-spanduk kampanye terpasang tanpa aturan menjadi sampah yang menambah buruk wajah kota secara umum, dan khususnya di Makassar. Hemmm, jika terpilih entah apa yang dapat mereka lakukan untuk rakyat? Faktanya sejak pelaksanaan pemilu langsung pasca runtuhnya resim Orde Baru, 1999 lalu, wakil rakyat belum mampu mensejahtrakan rakyat. Setelah terpi­ lih bukannya membatikan dirinya untuk rakyat, malah sibuk mengumpulkan rupiah tuk menutupi pengeluaran saat pemilu. Tentu saja, sebab tiap orang anggota dewan telah menghabiskan ratusan juta tuk dana kampanye dulu. Bahkan sejumlah anggota dewan terbukti lebih sibuk mengisi kantong mereka sendiri de­ ngan cara tak halal. Menjadi koruptor. Bahkan menurut Politisi PDI Perjuangan, Pramono Anung (KOMPAS.com Rabu, 12 Juni 2013) saat mengikuti diskusi “Pemilu Biaya Tinggi dan Kualitas Anggota DPR,” di Jakarta, Kamis (12/6), biaya kampanye untuk Pemilu 2014 medatang akan lebih besar. Pramono menggambarkan, jika pada Pemilu 2009 yang lalu seorang caleg cukup menyediakan biaya kampanye sebesar lima ratus juta hingga enam ratus juta rupiah, namun untuk Pemilu 2014 ini, setidaknya dana kampanye yang harus dipersiapkan seorang Caleg akan mencapai Rp 1,2 miliar hingga Rp 1,5 mi­ liar. Jadi tak heran saat terpilih beberapa anggota dewan tak fokus pada tanggungjawab utamannya, dan berdampak pada kinerja mereka. Para anggota legislatif dinilai lamban dan tak akomodir terhadap permasalahan yang dialami rakyat. Wajar jika banyak masyarakat yang akhirnya kecewa atas kinerja wakil yang telah mereka pilih empat tahun lalu. Tentu tuk meluapkan kekecewan dapat ditunjukan dengan banyak cara. Misalnya saja aksi warga di jalan BTN Minasaupa, Blok C, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini, Makassar, Selasa (11/6) lalu. Sejumah warga menutup jalan dan memasang sejumlah tulisan yang bernada protes dan kekecewaan. Salah satunya bertuliskan “Himbauan, kepada warga M Upa, untuk tidak memilih Caleg lama pada Pemilu 2014.” Tulisan itu tentu perlu diperhatikan bagi siapapun yang akan tampil pada Pemilu 2014 mendatang. Memberi janji saat berkampanye, kemudian lalai usai terpilih. Ironis, permasalahan bangsa hingga kini belum terselesaikan walau pemilu terus digelar. Jangan sampai kinerja wakil rakyat maupun pemimpin tingkat daerah maupun pusat yang terpilih 2009 lalu menambah jumlah masyarakat yang golput (golongan putih). Kini timbul pertanyaan, apakah Pemilu 2014 mendatang akan memberi perubahan yang lebih baik ketimbang pemilu sebeluamya. Atau malah akan jadi daftar panjang litani kepedihan masyarakat? Sebab hingga kini sistem Pemilu yang diterapkan toh masih sama dengan yang lalu.n

karikatur

opini

wall facebook Mahasiswa-mahasiswa Unhas kini cen­ derung apatis terhdap lembaga kemahasiswaan, Ini dibuktikan dengan minimnya partisipasi warga lembaga dalam meng­ ikuti kongres musyawarah besar. Apa komentar anda ?? AncHa Leo Agustino Nolavan dan mungkin sja lembaga saat ini mmg sdh tdk punya daya tarik lgi buat mahasiswa(i) utk ikut berpartisipasi d dlmnya,.. Abit JLeq’ Kegiatan Akademik yang padat menghalangi Mahasiswa untuk aktif berorganisasi. . . Karikatur/Harun Dachri

dari redaksi

Fanda Pratama Arie Wibowo Karena menjadi Sarjana sudah terlalu mudah. Akreditasi A anne kawee... Jenderal Pangan sepakat sx....krn mahasiswa skrg lbih sbuk dgn kegiatan akademikx..dia kurang memperhatikan betapa pntingx b’organisasi... Indrawirawan Mursalin Bungkamnya daya kritis mahasiswa memang sangat memperhatinkan. Sangat sedikit diantara mereka yg ikut kegiatan diiskusi pelataran, sistem pergaulan mahasiswa sudah diwarnai dengan hedo­nisme yg mengakar, selain itu ada pula langkah tersistematis sistem pendidikan yg menggiring mahasiswa untuk sibuk dgn dunia akademik sj dikotomi dgn kepedulian sosial.

ideNtitas/ESA RAMAdaNA

Nikah : (Foto 1) Kru dan magang identitas menghadiri pernikahan Koordinator Liputan identitas Unhas tahun 2010 Syamsul Marlin di Kabupaten Jeneponto, (9/6). (Foto 2) Kru dan magang identitas menghadiri pernikahan Senior identitas Muhammad Ikbal di Kabupaten Luwu, Selasa (4/6).

Keluarga Baru, Spirit Baru Salam identitas! Senang rasanya bisa hadir di hada­ pan pembaca. Seiring dengan waktu terus bergulir tanpa jedah, seakan ini adalah sebuah perlombaan, me­ menangkan setiap detik dari waktu, Agar identitas kembali hadir ke te­ ngah-tengah pembaca setianya. Kini musim final telah berlalu, ber­ ganti menanti musim penjemputan mahasiswa baru. Namun, rutinitas kru identitas tak pernah berlabu, hing­ ga kini selalu menciptakan semangatsemangat baru, untuk disajikan keha­ dapan pembaca. Musim libur kali ini kami akan mempersiapkan edisi pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), kru bukan­ nya tidak senang dengan libur, tapi semangat baru pembaca selalu mem­

berikan spirit kepada kami agar terus berkarya. Di sela keredaksian kami juga me­ nyempatkan untuk berkunjung ke tempat senior identitas, merayakan pesta pernikahannya. Buat kanda Taufik Nasir Maidin SE, Muhammad Iqbal SE, dan kanda Samsul Marlin S Hut. Selamat menempu hidup baru, semoga semangat baru terus mewar­ nai keluarga baru kalian. Edisi kali ini identitas membahas tema laput tentang Penerapan sanksi skorsing untuk mahasiswa di unhas. Untuk tema civitas sala satunya kami membahas tentang kurangnya minat mahasiswa untuk ikut musyawarah besar (Mubes). Semoga informasiinformasi yang termuat di identitas bermanfaat untuk para pembaca. Salam identitas…

Kunjungi Grup ‘Identitasonline’ dan Follow Twitter @identitasonline Untuk Berbagi Informasi, Sharing, dan Diskusi.

sms inbox 085255574xxx

Saya mau bertanya ini masalah beasiswa PPA dan B3M kenapa sampai sekarang belum cair-cair? #Mauki bayar utang kodong. Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan kirim sms ke 082393645164

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:08518136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Idrus A. Paturusi nAnggota Pengarah: Dadang Ahmad Suriamiharja, A. Wardihan Sinrang, Nasaruddin Salam, Dwia Aries Tina Pulubuhu n Penasehat Ahli : Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Husain Abdullah nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Mustafa nKoordinator Liputan: Abdul Rahman, Ernawati nLitbang: A. Sulastri, Muh. Iswandi Baadillah, Khairil Anwar nStaf Penyun­ ting: Rasdiana Sinala nReporter: Nur Alfianita N, Alfiah Alif, Akhmad Dani, Risky Wulandari, Ermi Ulia Utami, Cita Surya Elisa, Muammar Qhadafi nFotografer: Esa Ramadana (Koordinator), Muhammad Arafat (non aktif), Siti Atirah nArtistik dan Tata Letak: Sita Nurazmi M (Koordinator), Novianto Dwiputra Addi nIklan/Promosi: Waode Asnini Rahayoe nTim Supervisor: Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Jupriadi, Dahlan, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum). Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Awal Juni 2013 Foto : Esa Ramadhana Desain: Novianto Dwiputra Addi

Oleh: Rahmat M Arsyad Senang sekali mendengar banyak kabar gembira tentang Rektor Universitas Hasanuddin. Kiprahnya seperti Lagu Bengawan Solo, mengalir sampai jauh. Terpilih menjadi Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTN), Prof Dr dr Idrus A Paturusi pada tahun ini juga didaulat menjadi President Association of Southeast Asia and Pasific of Higher Learning (ASAIHL) dengan masa tugas 2013-2016. Pencapaian yang luar biasa, karena setahu saya ASAIHL merupakan sebuah organisasi bertaraf internasional yang menghimpun perguruan tinggi ternama se-Asia Tenggara dan Pasifik. Dalam hati saya berbisik, bangga menjadi seorang alumni Universitas Hasanuddin dan menyaksikan pencapaian rektor kami. Bukan itu saja, ketika kembali ke Makassar dan berjalan-jalan ke kampus Unhas, sungguh saya semakin tercengang. Tepat di pintu masuk Unhas, saya melihat baliho bertuliskan ‘Selamat Atas Pencapai­ an Akreditasi A Universitas Hasanuddin’. Batin saya berkata, Unhas mungkin sedang berada di era Gol­den Age seperti tema Dies Natalis beberapa tahun lalu. Ternyata Masih Seperti yang Dulu Namun kebanggaan tersebut tak bertahan lama. Ketika berada di dalam kampus, saya menemukan fakta berbeda tentang Unhas. Tak sehebat tampilan dan berita yang saya baca di berbagai media massa ataupun rasa optimisme tentang akreditasi A. Apalagi ketika memasuki sebuah fakultas, dimana saya bisa

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

3

Petisi untuk Pak Rektor! berjumpa dengan beberapa adik yang masih kuliah. Betapa terkejutnya saya, membaca spanduk hitam besar yang bertuliskan , ‘Tindak Dekan yang Melakukan Kekerasan Akademik’! Karena penasaran, saya bertanya kepada beberapa orang yang masih saya kenali untuk mencari tahu ada apa di fakultas tersebut. Sejumlah cerita kemudian mengalir dari bibir mereka. Ternyata lebih dari 41 hari sejumlah mahasiswa menggelar aksi protes atas keputusan kontroversial pejabat akademik sebuah fakultas. Persoalan mereka sederhana, menolak sanksi skorsing yang diberikan pihak fakultas. Karena itulah mereka bersatu membentuk Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK), sebagai wadah berhimpun dan menyatukan kekuatan atas tindakan birokrasi yang mereka pandang telah merugikan para mahasiswa. Tragisnya, masih dari cerita para mahasiswa ini, bahkan aksi protes mereka disinyalir berujung penikaman atas seorang mahasiswa oleh sosok bertopeng. Aksi demonstrasi mereka dalam menolak tindakan tersebut juga berujung bentrok dengan para Satpam. Saya terpekur, mendengar kisah para mahasiswamahasiswa di hadapan saya, ternyata kekerasan masih lestari di Unhas. Petisi untuk Pak Rektor Memang menjadi pendidik tidaklah mudah. Meng­ hadapi sejumlah mahasiswa dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan mungkin saja ‘Keganjenan Ideologi’ adalah persoalan yang butuh kesabaran. Tapi apakah jalan kekerasan se­ perti membubarkan aksi mahasiswa dengan Satpam, memberikan skorsing akademik, sampai kemunculan sosok bertopeng dengan badik bukanlah hal yang bisa diterima sebagai tradisi akademik? Mahasiswa-mahasiswa itu, seperti juga kami dahulu sedang berada dalam euforia gagasan. Mereka sedang berada dalam gairah pencarian, dan sudah menjadi kewajiban universitas termasuk juga Bapak

Rektor dan para dosen menjadi kompas, menuntun cara berpikir mereka. Kekerasan langsung maupun kekerasan simbolik seperti sanksi skorsing bukanlah jalan terbaik. Tentu saja Bapak Rektor, yang juga Presiden Rektor Asia Tenggara mahfum hal ini. Coba Bapak Rektor bayangkan betapa sedih orang tua mereka di kampung atas apa yang menimpa anak mereka. Kekecewaan dan sudah pasti kemarahan dari keluarga, cap sebagai mahasiswa gagal, akan melekat dalam diri mereka yang terkena skorsing, ujung-ujungnya rasa frustasi akan semakin membesar. Jika sudah seperti ini, apa yang akan terjadi. Dendam atas kampus akan semakin tebal, universitas tak lagi menjadi ibu yang baik, tapi menjadi sosok ibu yang jahat. Saya masih ingat betul ketika ber­ ada di akhir semester dan dipercaya menjadi ketua salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa. Ketika itu seorang anggota kami terkena skorsing hanya karena persoalan melakukan demonstrasi melawan pihak jurusan, yang dianggap mempolitisasi kuliah praktek mahasiswa dengan menghadirkan seorang gubernur yang akan maju lagi. Beberapa mahasiswa tersebut kemudian juga dijatuhkan sanksi skorsing. Tapi dari aksi dan dialog yang dilakukan, akhirnya skorsing dibatalkan. Pada saat itu, saya melihat kebijaksanaan Bapak Rektor bersama pembantu rektor dalam menyikapi persoalan tersebut. Masihkah kebijaksanaan itu ada dalam diri para pimpinan universitas, dan Pak Rektor yang kini sudah menjadi Presiden Rektor, yang bukan hanya seIndonesia namun se-Asia Tenggara?. Kalau masih ada, sebagai alumni saya hanya bisa menyarankan alangkah baiknya bukan skorsing yang dijadikan senjata untuk menata Unhas menuju World Class University, tetapi cinta kasih dan semangat Tut Wuri Handayani. Pandanglah para mahasiswa tersebut sebagai anak-anak zaman. Anak kandung universitas di mana Bapak dan Ibulah yang menjadi orang tua mereka.

Karena saya yakin, untuk mewujudkan universitas dunia hanya bisa dibangun dengan dialektika gagasan, termasuk membangun jiwa kritis di tengah m a h a siswa. Walaupun saya juga sepakat mahasiswa juga pada satu sisi juga mesti mulai belajar, untuk lebih mengedepankan pertimbangan rasio ketimbang amuk. Untuk itulah dibutuhkan ke­sepahaman bersama. Tanpa kesepahaman bersama ini, sangat sulit rasanya Unhas bisa menjadi sebuah universitas bertaraf internasional. Dimana ciri menjadi bagian dari masyarakat dunia adalah keterbukaan, toleransi dan semangat kolektivitas. Jika itu belum dapat diwujudkan, bagaimana mungkin Bapak Rektor bisa sukses menjadi Presiden Rektor Asia Pasifik sementara wajah buruk pendidikan di dalam diri Unhas saja belum dapat diwujudkan dengan baik. Mungkin dibutuhkan toleransi lebih untuk pendidikan kita. Pendidikan yang memanusiakan manusia dan membuat kita semakin tahu diri!.n Direktur IDEC Alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas

Kemudian kerjasama dengan Universitas Tarumanegara itu untuk membangun S2 Kedokteran. Keuntungan bagi Unhas ada­ lah pengakuan masyarakat atas kebermana­ faaatan kita buat perguruan tinggi yang lain terutama untuk perguruan swasta, dan atas kerja sama ini, kita sebagai sesama pergu­ ruan tinggi bisa saling meperkuat. Prof Dr Dwia Aries Tina Pabuluh M A Wakil Rektor IV

Tanggapan TERIMA kasih atas pertanyaannya. Sebe­ narnya dalam aturan mahasiswa yang ma­ suk melalui Jalur Non Subsidi (JNS) tidak bisa mendapatkan beasiswa. Namun ada beberapa mahasiswa JNS yang direkomen­ dasikan fakultasnya, sehingga kami me­ nerima berkas dari mahasiswa tersebut. Hasanuddin Staf Bagian Kemahasiswaan Unhas

ILUSTRASI/Novianto dwiputra addi

2

dari pembaca Penjelasan Foto Civitas Yang Tidak Sesuai

ASSALAMUALAIKUM.Terimakasih. Saya ingin menyampaikan keluhan kepada identitas. Terkait rubrik civitas identitas edisi akhir Mei tentang pembentukan BEM Unhas de­ ngan menggunakan forum mahasiswa sas­ tra sebagai gambar atau foto keterangan, dianggap menyalahartikan pertemuan yang diinisiasi oleh Badan Pengurus Organisasi Sastra. Terjadi kekeliruan dalam segi pe­ laporan berita, dengan menggunakan salah satu alat penegas dalam menyebarkan isu, karena foto itu merupakan konsolidasi ra­ pat pengurus organisasi sastra yang mem­ bahas kondisi kemahasiswaan di Sastra dengan Wakil Rektor III Unhas. Tidak ada pembicaraan terkait dengan pembentukan BEM Unhas yang digadang-gadang selama ini. Mohon ditanggapi. Tanggapan Walaikumsalam. Terima kasih atas pertanyaan yang diajukan dari kawankawan KMFS. Foto yang dimuat di edisi tersebut tidak dimaksudkan untuk mem­ berikan penegasan bahwa pertemuan terse­ but membahas soal isu pembentukan BEM universitas. Foto yang termuat di edisi akhir Mei 2013 lalu, hanya kunjungan sidak dari Wakil Rektor III Unhas Ir Nasaruddin Salam MT ke beberapa lembaga mahasiswa tingkat fakultas di Unhas, dan dalam hal ini lembaga mahasiswa Fakultas Sastra salah satu lokasi dari kunjungan ini. Oleh karena WR III merupakan salah satu pihak yang mendukung pembentukan BEM univer­ sitas, maka foto tersebut yang kami pilih. Namun demikian jika dalam pemberitaan kami menimbulkan ketidaknyamanan kami

mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Mustafa Redaktur Pelaksana

Kuota SBMPTN Sedikit

ASSALAMUALAIKUM. Kepada identitas saya ingin mempertanyakan kenapa kuota penerimaan SBMPTN diminimalkan, dan kenapa justru jalur lain yang ditambah kuo­ tanya. Mohon ditanggapi. Mahasiswa Pertanian Angkatan 2009 Tanggapan TERIMA kasih atas pertanyaannya. Pem­ bagian kuota sudah mengikuti aturan Di­ rektorat Perguruan Tinggi (Dikti). Kuota penerimaan SNMPTN sebanyak 50 persen, SBMPTN 30 persen, dan JNS serta POSK se­ banyak 20 persen. Prof Dr Dadang A Suriamiharja Wakil Rektor I

Kerjasama Unhas dengan UKI dan Universitas Tarumanegara

ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih ke­ pada identitas. Saya ingin mepertanyakan kerja sama apa yang terjadi antara Universi­ tas Kristen Indonesia dan Universitas Taru­ manegara. Apa tujuan dari penandatangan MOU antara Universitas tersebut dan apa keuntunganya bagi UNHAS ? Mahasiswa FKM Angkatan 2011 Tanggapan TERIMA kasih atas pertanyaannya. UKI dan Universitas Tarumanegara datang meminta bantuan kepada Unhas untuk memberikan pendampingan memperkuat Fakultas Kesehatan Masyarakat UKI, un­ tuk membuka Program Magister (S2) FKM. Juga mereka perlu pengakuan dari Unhas.

Referensi Perpustakaan FIKP Kurang

TERIMAKASIH identitas sudah memuat keluhan saya terkait jumlah referensi dan skripsi sangat kurang di perpustakaan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Padahal mahasiswa sangat mem­ butuhkan referensi khususnya skripsi. Dan jumlah lulusan FIKP kan sudah banyak, tapi koleksi perpustakaan malah terasa kurang. Mahasiswa FIKP Angkatan 2010 Tanggapan SEBENARNYA referensi skripsi yang ada di FIKP sudah cukup banyak. Hanya saja skripsi tersebut tidak dipisah tempatnya sehingga mahasiswa kesulitan menemu­ kan yang sesuai dengan jurusannya. Saya menghimbau agar mahasiswa agar lebih teliti mencari. Manisi SSos Staf Perpustakaan FIKP

Beasiswa Bagi Mahasiswa Jalur JNS

ASSALAMUALAIKUM identitas. Bisakah mahasiswa yang masuk Unhas dengan Jalur Non Subsidi (JNS) menerima bea­ siswa? Terimakasih. Mahasiswa FKM Angkatan 2011

Kelanjutan Dana POMD FKG

ASSALAMUALAIKUM. Saya ingin mem­ perjelas bagaimana kelanjutan POMD, teru­ tama untuk Fakultas Kedokteran Gigi. Teri­ makasih. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2011 Tanggapan TERIMA kasih atas pertanyaannya. Dana POMD yang sekarang itu tidak seperti POMD yang dulu, karena sekarang ini POMD bukan lagi fakultas yang meng­ urusi, seperti tahun-tahun yang sebelum­ nya. Sekarang fakultas menyerahkan semua dana POMD ke rekening rektor, dan sam­ pai sekarang belum ada kebijakan menge­ nai proses penarikan kembali. Prof Dr drg M Hendra Chandha MS WD III FKG

Bila Anda mempunyai pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 082393645164. email: bukuidentitas@gmail.com


4

wansus

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

civitas

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Mencari Sang Presiden

Bagaimana sistem kepemimpinan forum rektor ini berjalan? Setiap tahun ketua forum rektor berganti. Misalnya, tahun ini saya sebagai ketua fo­ rum rektor. Pada saat yang sama, ketua un­ tuk tahun depan dipilih juga. Pergantian itu setiap bulan Januari dan diadakan di tuan rumah yang terpilih. Untuk tuan rumah ta­ hun 2014 di Universitas Sebelas Maret Solo dan di universitas ini akan memilih untuk tuan rumah di tahun 2015 . Unhas sendiri pernah memimpin Ketua Forum Rektor In­

donesia yaitu tahun ketiga oleh Prof Rady A Gany. Tak hanya itu, forum ini setiap ta­ hunnya punya kajian terus-menurus yang disampaikan ke pemerintah dan DPR. Apa tujuan awal dari pembentukan forum rektor? Untuk membahas kepentingan bangsa In­ donesia. Forum rektor dibagi atas tiga, Ma­ jelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri yang membahas kurikulum, yang diketua oleh Prof Idrus. Kedua, Asosiasi Perguruan Ting­ gi Swasta Indonesia yang bertujuan meng­ harmonisasikan perguruan tinggi ne­ geri dan swasta karena ada anggapan bahwa swasta itu kelas dua. Ketiga, Badan Kerjasa­ ma Perguruan Tinggi Islam Swasta, Indone­ sia berkembang maka perlu ada partisipasi dari umat islam universitasnya. Ketiganya ini dirangkul dalam forum rektor. Apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan forum rektor Indonesia, melihat

Edisi Senin, 15 Juni 1998

KKN Mesti Diusut

Hasil pertemuan-pertemuan ini mau di bawa kemana? Hasil pertemuan ini akan dibukukan. Dan menjadi dasar untuk menguji seperti apa calon presiden akan datang. kemudian, akan diajukan ke bangsa ini, rakyat ini. Dan hasil ini akan kita uji kepada calon presiden. Januari, calon-calon presiden kita ajukan per­ tanyaan berdasarkan hasil pertemuan kita.

identitas/Esa Ramadana

Bagaimana sejarah forum rektor? Forum rektor ini lahir pada waktu refor­ masi, ketika indonesia dalam keadaan krisis. Maka berkumpullah seluruh rektor dalam suatu forum, yang kemudian memberikan suatu arahan, bahwa Indonesia di masa depan haruslah Indonesia yang demokratis. Yang kemudian oleh Presiden Habibie pada waktu itu, mengadobsi dan mengeluarkan UndangUndang yang melahirkan otonomi daerah.

bundel

Forum Rektor Indonesia? Bertugas untuk melihat Indonesia ini berjalan di rel yang betul karena tidak ada Garis Besar Haluan Negara. Dalam artian Indonesia berada direl cita-cita proklamasi.

Rendahnya minat orang untuk ikut terlibat dalam pesta demokrasi, disebabkan oleh tingkat kepercayaan mereka yang tercederai oleh pemimpin yang korup dan tidak memberi teladan yang baik ke masyarakat. Untuk itu, Forum Rektor Indonesia hadir di Unhas dengan Forum Regional se-Sulawesi. Berikut petikan wawancara kru identitas Alfiah Alif dan Cita Surya Elisa bersama Ketua Forum Rektor Indonesia 2013 Prof Dr Laode M Kamaluddin MSc MEng di Ruang Senat Gedung Rektorat Unhas, Sabtu (8/6).

kondisi kepemimpinan saat ini? Yakni kita mencari Presiden Republik Indonesia yang baru, dengan beberapa kriteria. Misalnya, memiliki jejak kepem­ impinan di berbagai organisasi, perusahaan maupun lembaga dan rekam jejak kepem­ impinan tidak pernah melakukan atau di­ opinikan memiliki kasus. Baik itu korupsi, kolusi, nepotisme serta cacat moral lainnya. Kedua, memiliki keberanian dan ketegasan dalam menegakkan keadilan. Ketiga, yakni pe­mimpin yang punya inovasi dan visi. Beri­ kut, pemimpin yang punya rumusan yang jelas soal akan di bawa kemana bangsa ini. Pemimpin yang profesional yang bersifat independen. Keenam, bahwa pemimpin tersebut mampu membawa bangsa ini seja­ jar dengan bangsa-bangsa maju dan memi­ liki komitmen yang tinggi memperjuangkan masyarakat lapis bawah yang kurang ber­ untung. Bagaimana fungsi dan tanggung jawab

Berapa kali pertemuan Forum rektor ini diadakan? Pertemuannya banyak. Ini yang ketiga. Untuk forum regional sudah enam kali sampai bulan Juli, jadi per provinsi. Ini pertemuan diurut dari pertemuan ting­ kat nasional, regional dan provinsi. Untuk tingkat regional baru yang ketiga kalinya, tiga pertemuan regional lagi. Habis ini ke Bali Nusa Tenggara, Kalimantan sudah itu ke Sumatera. Pertemuan di sana nantinya masih membahas kriteria pemimpin. semua setuju dengan kriteria pemimpin yang akan kita pilih dan akan dirangkul menjadi satu buku. Buku ini menjadi platform untuk men­ guji pemimpin yang akan datang.n

Data Diri:

Nama: Prof Dr Laode M Kamaluddin MSc MEng Tempat dan tanggal lahir: Sulawesi Tenggara, 17 Agustus 1949 Pendidikan : - Doctor of Philosophy – Industrial Technology; Summer, 1991, Iowa State University; Ames, Iowa, USA - Master of Engineering – Industrial and Manufacturing Systems Engineering; fall, 1990. Iowa State University; Ames, Iowa, USA - Master of Science; Summer, 1986 Iowa State University; Ames, Iowa, USA - Alumnus Universitas Padjadjaran Bandung, F.MIPA, Jurusan Kimia, 1979. Jabatan: - Rektor Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang Periode tahun 2009-2013 - Ketua Forum Rektor Indonesia Tahun 2013

5

identitas/Esa Ramadana

Pelepasan KKN: Sejumlah penari tampil menghibur dalam pelepasan peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unhas Gelombang ke-85 di Baruga AP Pettarani Unhas, Selasa (28/05). Unit Pelaksana Teknik KKN termasuk panitia dalam acara pelepasan ini. Penyelenggaraan acara sebagai suatu rangkaian dari prosesi pelaksanaan KKN.

Catatan Merah KKN

R

Kemeriahan KKN gelombang 85 kembali digelar. Namun masih banyak catatan untuk ketidakmatangannya.

iuh tepuk tangan memenuhi ba­ ruga AP Pettarani Unhas tatkala Iin Nur Indah, finalis ajang pen­ caharian bakat X-Factor menutup lagunya. Iin diundang sebagai bintang tamu pada acara pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) gelombang 85. Kemeriahan ini dibuka oleh Inspektur Jendral Kemen­ trian dan Kebudayaan Haryono Umar, Pangdam VII Wirabuana Mayor Jendral Tentara Nasional Indonesia Muhammad Nizam dan Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpB SpBO, Kamis (30/5). Sejumlah 2976 peserta KKN gelombang 85 yang dilepas, rencananya akan be­ rangkat untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Lokasi KKN tahun ini yaitu KKN Inter­ nasional di Kedah, Malaysia dan Jepang. KKN Nusantara di Padang. KKN Reguler di Sulawesi Barat, Luwu dan Selayar. KKN Tematik di Pulau Miangas dan Sebatik. Pelepasan kali ini dibarengi berbagai kebanggan. Selain berhasil membuka dae­ rah perbatasan baru sebagai lokasi KKN, pada Oktober 2013 Unhas akan menjadi tuan rumah pelaksanaan KKN Nusantara. Be­kerjasama dengan Universitas Andalas dan Syiah Kuala, nantinya akan diikuti juga 40 universitas se-Indonesia. Namun di balik gegap gempita pelak­ sanaan KKN, terselip berbagai catatan minus. Acara meriah pelepasan KKN gelombang 85, nyatanya terlaksana tanpa satu pun peserta KKN reguler yang telah mengetahui penempatan lokasi mereka. Selain itu pembukaan daerah baru terke­ san tak dipersiapkan dengan matang. Aki­ batnya, jadwal pemberangkatan menjadi molor dari yang seharusnya 4 Juni menjadi tanggal 15 Juni. Dr Hasrullah MSi, Kepala Unit Pelak­ sana Teknis (UPT) KKN Unhas pun menje­ laskan. Alasan belum diketahuinya lokasi masing-masing peserta disebabkan belum adanya klarifikasi dari daerah yang dituju. Padahal lembar permintaan telah dikirim­ kan. Selain itu, proses seleksi mahasiswa KKN di fakultas pun cenderung tak tertib administrasi.

UPT KKN memberikan waktu kepada masing-masing fakultas selama dua ming­ gu, 29 April hingga 11 Mei untuk mem­ buka proses pendaftaran. Ini dianggap kurang, sehingga bagian administrasi fakultas kelabakan. “Pendaftarannya di sini kita bijaksanai diperpanjang tiga hari,” tutur Ir Abd Kadir Kepala Bagian Akade­ mik Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Aturan pembatasan nilai KKN pada akademik universitas dan fakultas ber­ beda. UPT menetapkan harus mencapai SKS 110. Namun faktanya, sebagian besar fakultas menerapkannya di bawah standar itu, dengan berbagai pertimbangan. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof

Dr Dadang A Suriamihardja MEng ke­ tika ditemui di ruangannya, menjelaskan pertimbangan penerapan aturan standar minimal SKS mahasiswa yang ingin KKN. Menurut standar 130 SKS untuk menun­ taskan kompetisi mata kuliah kelompok mahasiswa, sebelum memprogramkan KKN. Menanggapi aturan di bawah 110 SKS, Dadang menilai mahasiswa belum ma­ tang. Ada beberapa MK yang tidak men­ cukupi terkait kemampuan keahlian berkarya. “Kalau 110 belum matang MK Perilaku Berkarya. Mereka belum menun­ taskan MK untuk tahu kemampuannya di­ mana sesuai disiplin ilmu mereka,” tutur Dadang, Senin (3/6).n

Dibatalkan Setelah Lulus “Jatuh, tertimpa tangga pula.” Inilah kalimat yang tepat dilekatkan pada Na­ dia (nama samaran) terkejut tatkala me­ nerima telepon pembatalan KKN dari bagian akademik Fakultas Ilmu Kelau­ tan dan Perikanan (FIKP), Jumat(17/5). Konfirmasi ini kalah cepat dengan ia mentransfer pembayaran KKN sebesar 650 ribu rupiah pagi harinya. Kejadian ini tak disangka karena nama maha­ siswa angkatan 2010 ini, telah tercantum pada pengumuman daftar peserta KKN gelombang 86 di UPT. Hari itu juga ia menghadap ke aka­ demik FIKP dan diberikan surat pem­ batalan KKN. Ia merasa hal ini cacat administratif. Sebab, surat tersebut tidak berstempel dan tidak ditandatangani Wakil Dekan Bidang Akademik FIKP. Ia pun langsung mempertanyakan ke­ benaran pembatalan ini ke pihak UPT KKN. Namun, pihak UPT menolak pembatalan tersebut, disebabkan berkas administrasi yang bersangkutan telah diverifikasi. Barulah setelah melalui beberapa proses perundingan dengan pihak fakultas dan UPT KKN, akhirnya ia setuju untuk dibatalkan.

Tidak harus menanggung kekecawaan yang besar, Nadia pun harus mengurus lagi pengembalian uang KKN yang te­ lah ditransfernya. Pihak akademik FIKP mengatakan tak bertanggung jawab ter­ hadap pengurusan keuangan. Mereka menyerahkan sepenuhnya ke pihak UPT. Namun, pihak UPT KKN pun meng­ arahkan Nadia ke bagian akademik uni­ versitas. alih-alih mendapatkan uangnya kembali, pihak akademik kembali me­ nyuruhnya mengurus di UPT KKN. Alasannya, diperlukan tanda bukti pem­ bayaran yang telah dia bayarkan. Kemu­ dian surat keterangan tentang penyebab terjadinya pembatalan dari pihak UPT. Kasus ini mencerminkan kurang ter­ tibnya administrasi pencatatan pada pe­ nyelenggaraan KKN di tingkat fakultas. Di FIKP penginputan dilakukan secara manual. Tim penyeleksi yang terdiri dari pegawai akademik, menginput data mahasiswa berdasarkan penghitungan, mulai dari semester pertama hingga se­ mester akhir, transkrip nilai yang telah dikumpulkan calon peserta. Setelah itu dikirimkan ke pihak UPT KKN.n (Ahd/Amm)

“Kriteria Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) harus jelas. Jangan asal hantam. Kalau kriteria KKN yang disuarakan oleh kalangan reformis dijadikan ukuran. Maka, hampir dapat dipastikan semua level civitas akademika Unhas pernah terlibat KKN. Seperti di bidang akademik dan lainnya,” kata anggota Tim Klarifikasi Unhas Drs Hasrullah. Praktik KKN di Unhas cenderung terjadi di bagian Akademik. Riak-riak dari kecenderungan ini, disuarakan oleh Solidaritas Mahasiswa Proreformasi Total (SMPT). Dalam aksinya, mereka yang tergabung dalam SMPT menuntut reformasi di bidang Akademik. “Reformasi di bagian akademik suatu keharusan sebab selama ini praktik KKN di Unhas sudah semakin parah,” kata salah satu orator Ahmad Yani. Tak hanya di bagian akademik, KKN juga me­ rambah di bagian proyek dan biro-biro Gedung Rektorat. Berikut kasus KKN yang terjadi ini, dapat diupayakan diminimalisir dengan adanya dukungan semua pihak. Hal ini mengingat bahwa perlunya reformasi di bidang akademik.n

Edisi Kamis, 2 juni 1983

Semester Antara Akan Diadakan Lagi

Semester Antara akan ada lagi, 1 Juni 1983. Dalam hal ini akan ada rapat penting menentukan nasib semester kebijaksanaan tersebut. Tim penggodok persiapan pelaksanaan ini, terdiri dari Pembantu Rektor I, pembantu-pembantu dekan bidang akademik tiap fakultas dan tim senat Unhas. Semester Antara dinilai kehadirannya untuk orang pintar. Kini, justru sebaliknya, Rektor Unhas Prof Dr Hasan Walinono berkata, “dengan adanya Semester Antara ini maka memberi kesempatan buat mahasiswa strata satu dalam memperbaiki nilainya yang jelek.” Juli-Agustus, “penggodokan Semester Antara belum selesai, sedang digodok,” kata Pembantu Rektor Unhas bidang Akademik Prof Dr Hardjoeno. Menurutnya, pelaksanaan Semester Antara diperkirakan akan dilaksanakan bulan Juli-Agustus mendatang. Dengan harapan mampu menolong mereka mahasiswa yang angkanya jelek pada semester tiga dan yang tiap tahun selalu memer­ oleh indeks prestasi 1,1. Selain dari itu, akan menyelamatkan mahasiswa dari sanksi akademik. Namun, ada juga yang tak setuju dengan ha­ dirnya Semester Antara ini. Fungsionaris-fungsionaris mahasiswa mengkhawatirkan adanya segi-segi negatif dari hal ini. Jangan sampai ada yang sengaja tidak meluluskan mahasiswanya karena berpendapat akan ada Semester Antara yang bakal mempertemukan mereka. Demikian anggapan mahasiswa. Akan tetapi, hal ini dibantah oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik Prof Dr Hardjoeno yang mengatakan bahwa jika ada mahasiswa yang wajar lulus mengapa harus ditunda? Tambahan uang honor bukan menjadi alasan untuk meng­ajar di Semester Antara karena itu memang sudah tugas dosen. Gagasan semester antara kembali diadakan karena mahasiswa yang terlempar dari bangku kuliah semakin banyak. Selain itu, banyak mahasiswa yang berada di akhir semester, dan pe­ ningkatan daya tampung terasa penting, terutama saat penerimaan mahasiswa baru yang semakin besar jumlahnya tiap tahun. Sehingga salah satu upayanya adalah mempercepat mahasiswa selesai, namun tak mengesampingkan mutu dengan tentunya menghadirkan Semester Antara ini.n


6

civitas

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Mahasiswa Dinanti Mubes

kronik

Sekitar pukul 15.00 wita, Selasa (28/5) ruas jalan di seberang Infection Center Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, terdapat kendaraan-kendaraan yang di­ parkir tidak beraturan. Kondisi ini meng­ ganggu para pengguna jalan jalur keluar masuk kampus Unhas. Di sepanjang jalan memang tidak ada tanda larangan parkir. Unhas memang tidak memperbo­ lehkan jalur kendaraan keluar masuk kampus digunaan untuk memarkir ken­ daraan. Pihak Unhas pun telah menyurat pihak Wahidin untuk memasang tanda larangan parkir kendaraan. Namun be­ lum ditindaklanjuti hingga kini. “Nanti akan dikonfirmasikan kembali kepada pihak RS Wahidin untuk mema­ sang larangan parkir. Pihak Unhas per­ nah menyurat, kendaraan boleh keluar dari situ tetapi tidak boleh parkir,” terang Drs Bachtiar Syarif RS, Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga Unhas.n

Identitas/esa ramadana

Sering kali Musyawarah Besar (Mubes) lembaga kemahasiswaan di Unhas harus ditunda karena tidak kuorum. Hal ini sudah menjadi fenomena.

K

etika masuk kepengurusan baru, lembaga kemahasiswaan mengadakan rapat untuk meng­evaluasi kepengurusan sebelumnya. Rapat yang diadakan setiap akhir kepengurusan ini dikenal dengan sebutan sidang umum, kongres dan musyawarah besar (mubes), tergantung kesepakatan lembaga. Mubes, rapat inilah yang kerap kali di­ gunakan oleh mahasiswa pada umumnya. Namun, pelaksanaanya masih kerap meng­ hadapi masalah. Seperti, kurangnya pe­ serta rapat yang hadir. Terkadang, mubes harus dipending karena tidak kuorum. Tak ayal, Mubes pun berlangsung lama. Masalah ini sudah terjadi dalam bebera­ pa tahun pada semua lembaga di Unhas. Baik itu lembaga kemahasiswa fakultas maupun unit kegiatan mahasiswa. Pihak penyelenggara pun telah melakukan ber­ bagai cara untuk mendatangkan peserta. Seperti menempel pamflet di mading, mengirim sms, telepon, mendatangi setiap orang, melakukan pendekatan perorangan hingga memanggil melalui jejaring sosial seperti twitter dan facebook. Tidak terkecuali Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Dari 836 keluarga ma­ hasiswa FKM, hanya sekira 53 orang yang hadir. Panitia Mubes FKM pun memasang pamphlet. Ketika melintasi koridornya, mahasiswa akan menemukan tempelantempelan itu memenuhi setiap majalah dinding. Tempelan-tempelan tersebut me­ nyuarakan hal yang sama. Ajakan untuk menghadiri Mubes bagi para keluarga ma­ hasiswa. Penyelenggara Mubes terkesan mengemis kepada keluarga mahasiswa. Ini dapat di lihat dari tulisan-tulisan yang menempel di mading. Salah satu kalimatnya ialah “tabe datangki kodong Mubes”. Mereka berharap keluarga ma­ hasiswa memiliki kesadaran dengan ditempelnya tulisan-tulisan tersebut. “Se­ harusnya mahasiswa sadar pentingnya berlembaga dan perlunya pula pendeka­

tan,” kata Angga Anggriawan selaku ketua panitia Mubes. Tidak hanya FKM, Fakultas pertanian pun kerap mendapat masalah Mubes. Saat itu tahapan Mubes lembaganya membu­ tuhkan waktu panjang untuk menyelesai­ kan masalah pemilu raya, karena bertepa­ tan dengan libur semester. Mubesnya pun berlangsung selama enam bulan. Padahal jikasesuai dengan agenda acara Mubes bisa sekira empat bulan. “di hari libur ba­ nyak mahasiswa pulang kampung,” tutur zulfiqar BEM Fakultas Pertanian. Selain peserta yang minim, masalah se­ perti kurangnya daya tarik dan kecintaan terhadap lembaga sendiri pun terjadi. Per­ masalahan ini kian hari kian memprihatin­ kan. Beberapa mahasiswa yang masih aktif berorganisasi kesulitan untuk membang­ kitkan lembaganya kembali. Hal ini ber­ dampak pada keberlangsungan lembaga kedepannya. Masalah ini perlu mendapat perhatian lebih dari lembaga kemaha­ siswaan. Khawatir dengan keberlangsungan lembaganya, lembaga kemahasiswaan di Fakultas Farmasi pun menyiasati agar kong­ res tetap kuorum. Mereka mewajib­ kan untuk mendangtankan tiga orang pe­ serta tiap angkatan. “Agar dapat kuorum maka kami menyiasati dengan mewajibkan tiap angkatan mengutus tiga mahasiswa,” ucap Irfan, pengurus BEM Farmasi. Bagi sebagian mahasiswa, Mubes ha­ nyalah sebuah kegiatan yang membosan­ kan. Membuang-buang waktu. Banyak dari mereka lebih memilih mengurs urusan masing-masing dari pada lembaganya. Info mubes yang tidak jelas dan terkesan men­ dadak menjadi alasannya. Sebut saja Asrori Muhojin. Pengurus BEM FKM ini pun memilih tidak hadir Mubes. Baginya lembaga memang pen­ting, tapi skripsinya menjadi hal terpenting. “Saya tidak bisa hadir karena lagi fokus mengurus skripsi,” ujar mahasiswa angka­ tan 2009 ini. Sama dengan Asrori, Endi pun tidak hadir pada Kongresnya. Mahasiswa

Mubes membosankan, ha­ nya mendengar orang berdebat sampai pagi. Riana Mahasiswa FKM Angkatan 2011

Fakultas Ekonomi ini mengatakan bahwa ia tidak ingin berlembaga, sedang fokus kuliah. Alasan yang berbeda datang dari Riana. Menurutnya, mubes membosankan, ia ha­ nya duduk sampai pagi. Ada atau tidak ada dirinya, sama saja, tidak ada pengaruhnya pada lembaga. Oleh karena itu ia memu­ tuskan tidak hadir. “Mubes membosankan, hanya mendengar orang berdebat sampai pagi,” ketus mahasiswa angkatan 2011 ini. Mubes kurang diminati mahasiswa kebanyakan karena suasananya. Perlu adanya perubahan sistem. Yaitu dengan menciptakan suasana yang mendukung kegiatan. Menjadikan lembaga sebagai wadah pembelajaran yang baik. Sehingga mendatangkan manfaat yang nyata dan mahasiswa pun dapat lebih mencintai lem­ baganya. Buat mahasiswa tidak lagi merasa bosan. Lembaga yang baik akan membuat mahasiswa berbondong-bondong untuk berlembaga. Oleh karena itu perlulah pengurus lem­ baga mengikuti perkembangan zaman. Sistem yang dulu diubah dengan karakter mahasiswa sekarang. Hal ini dijelaskan oleh wakil rektor bagian kemahasiswaan. “Jangan menggunakan tujuan yang baik tapi metode salah, harusnya mahasiswa yang berlembaga mendapat nilai tambah,” saran Ir H Nasaruddin Salam MT.n (Eta/Ian)

Sial, mungkin kalimat itu yang pantas menggambarkan perasaan Ahmad Lora dan kekasihnya Darna, Sabtu (8/6). seki­ ra pukul 18.15 wita. Tepatnya di pinggir danau unhas pasangan yang tengah asyik bermesraan ini digrebek oleh satuan pengamanan kampus, Unhas. Ahmad Lora yang berumur 39 tahun dan sang kekasih ditengarahi sedang me­ lakukan tindakan tidak senonoh, ketika se­ dang berduaan diatas motornya di pinggir danau unhas. Kejadian yang berlangsung sekitar 10 menit tersebut membuat pihak satuan pengaman kampus yang telah lama mengamati kejadian tersebut segera mengamankan kedua pasangan yang mengaku tinggal di Antang, Makassar ini. Dalam keterangannya, pelaku yang mengaku sebagai Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Biro Umum, Bagian Per­ panjangan Pajak Kendaraan, Kantor Gubernur Sulawasi Selatan ini meno­ lak untuk dinyatakan bersalah, sebab ia meng­ aku tak menemukan larangan bermesraan di lokasi dekat danau terse­ but. “ kalau saya melakukannya depan banyak orang itu baru salah, lagian disitu tidak ada papan larangan bermesraan seperti di kantor” ujar Ahmad Lora Tindakan asusila yang dapat mencoreng nama Unhas tersebut berakhir dengan su­ rat pernyataan, agar si pelaku tidak meng­ ulangi perbuatannya. “ia dengan bangga mengaku sebagai pegawai negeri sipil, justru sebagai pegawai lah ia harus malu de­ ngan tindakannya” ujar Satpam yang kerap memergoki kejadian serupa di ling­ kungan kampus berakreditasi A ini.n

Identitas/esa ramadana

Cap KAKMU : Beberapa anggota Koperasi Ang­ kutan Kota Mahasiswa dan Umum (KAKMU) sedang mengecat Pete-Pete Kampus Unhas. Hal ini dilakukan karena cap KAKMU dan Angkutan Kota yang ada di Pete-Pete kampus sudah ba­nyak yang pudar. Selain itu, ada pula yang belum memiliki cap KAKMU ataupun angkutan kota. Untuk itu, KAKMU menggelar penertiban cap ini. Adapun, kegiatan berlangsung di depan sekre­tariat KAKMU yang berada depan Baruga AP Pettarani Unhas, Senin (10/6).n

NO 790| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013

Skorsing Mewabah Mahasiswa Merajuk

Parkir Tanpa Izin

Tindakan asusila berujung surat pernyataan belaka Partisipasi Mubes : Sebagian bangku tampak kosong tak berisi peserta Musyawarah Besar (Mubes) Himpunan Mahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran Unhas, Minggu (2/6). Sebagian lainnya, sibuk berdiskusi. Fenomena ini tampak, oleh karena kurangnya partisipasi dari beberapa peserta Mubes dengan beragam aktivitas. Cerminan salah satu gejala tersebut, sering kali Mubes lembaga mahasiswa harus tertunda.

laporan utama

identitas identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

7 7

Pemberian sanksi skorsing kepada mahasiswa kini semakin mewabah.

K

omisi Disiplin Fakultas Ilmu Ke­ lautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin te­ lah mengetuk palu, sanksipun ditetapkan. Beberapa mahasiswa yang ter­ libat penga­ deran mahasiswa baru (maba) dikenakan sanksi skorsing. Aksi kemudian kembali bergolak di Fakultas Sastra. Tiga Mahasiswa terkena jerat skorsing. Pengaderan dan berbicara tidak sopan kepada pimpinan kampus menjadi alasannya. Tidak hanya itu, tujuh mahasiswa FMIPA terkena skorsing karena pengaderan. Menurut Sadaam Husain, Ketua BEM Fakultas Peternakan menganggap bahwa kasus skorsing yang belakangan terus terja­ di dibuat secara sepihak. Tidak adanya ke­ terbukaaan, dan tidak adanya pendekatan yang dibangun antara birokrat dan maha­ siswa. Sehingga tidak adanya kepuasan atas keputusan yang ada, membuat mahasiswa terus menuntut dan mencari keadilan, Se­

lasa (7/5). Sebuah komunikasi yang baik antara do­ sen dan mahasiswa, tentunya akan menun­ jang penyelesaian permasalahan. Skorsing sebagai sebuah fenomena yang terjadi saat ini mengharuskan kita tidak hanya melihat fenomena tersebut, melainkan sebab kena­ pa terjadi hingga keadaan ini kian berlanjut. Menurut Abdul Rasyid, Ketua Komisi Disiplin Universitas, terjadinya skorsing ini bisa disebabkan karena beberapa fa­ ktor. Bisa saja karena persoalan hubungan. Hubungan mahasiswa dan dosen sudah tidak seharmonis dulu. Sehingga kejadian ini bukan hanya bersumber pada satu pihak saja. Dahulu, mahasiswa mendapatkan sosok dari dosen dan sering berdiskusi. Na­ mun, saat ini kebiasaan itu hilang, berganti dengan banyaknya waktu mereka yang ter­ buang hanya sekedar jalan-jalan. Dan ini pun yang tidak disadari dosen saat ini. “Saya pikir mahasiswa sekarang mengalami degra­ dasi moral yang sangat tinggi.” jelasnya.

Senada dengan Rasyid, Darwis selaku Ketua Jurusan Sosiologi mengemukaan model pengajaran sekarang adalah maha­ siswa lebih aktif, dan kewibawaan dunia kampus adalah kewibawaan ilmiah. Jadi dosen tidak perlu pakai tempeleng maha­ siswa, cukup perlihatkan karya-karya il­ miah. Jadi peneliti yang handal bisa disegani dan dihormati mahasiswa. “Sekarang kan itu yang hilang, sehingga mahasiswa meli­ hat dosennya lebih dari dia. Padahal se­ benarnya tidak karena terjadi komunikasi yang intens, dan dosennya juga masa bo­ doh, sehingga perlu diperbaiki hubungan

dosen dan mahasiswa,” tambahnya. Membangun kembali hubungan per­ sahabatan antara dosen dan mahasiswa tentunya, bisa membantu meminimalisir terjadinya pelanggaran etika. Munculnya sikap mahasiswa yang tidak takut berbuat kesalahan. Juga sikap birokrat yang men­ jadi anti kritik bisa berujung ketidak pua­ san mahasiswa, yang bisa membawa civi­ tas akademika pada lingkaran skorsing tak ber­ ujung. Apalagi semakin meningkatnya kasus skorsing ini bisa menjadi indikasi bahwa semakin banyak mahasiswa yang melakukan pelanggaran. Instropeksi, harus dilakukaan dari kedua pihak.n

Skorsing dalam Sejarah

T

Skorsing menjadi perjalanan panjang.

hink again! Begitu materi iklan se­ buah perusahaan telekomunikasi di televisi tertulis. Kalimat tersebut mengajak setiap konsumen media berpikir lagi dan lagi. Setiap orang harus berpikir, mengapa dan untuk apa sesuatu itu ada? Skorsing, yang merupakan produk kebi­ jakan rektorat ini telah berumur panjang. Je­

jak pertama ditorehkan Rektor Unhas Prof Ahmad Amiruddin. Gubernur Sulawesi Selatan 1983 ini boleh menyangkal, bahwa di masa kepemimpinannya skorsing tak pernah ada. Namun, catatan identitas edisi 13 Oktober 1982 tertulis dalam kolom kro­ nik mahasiswa pendidikan ahli perusahaan diskors selama dua semester dalam kegia­ tan akademik berdasarkan SK Rektor. Skors ini terjadi gara-gara “menyulap” 4 sampai 6 mata kuliah agar bisa menyelesaikan pen­ didikan. Namun, dimasa kepemimpinan Prof Basri Hasanuddin sebagai Rektor Unhas periode 1989-1997 tak ditemukan adanya pemberian skorsing. Akan tetapi di masa kepemimpi­ nan Prof Basri Hasanuddin lahirlah yang disebut Komisi disiplin (Komdis) yakni pada Juni 1994. Kelahiran Komdis ini karena pada saat itu marak terjadi tawuran. Berikut tujuan pem­ bentukannya untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan mahasiswa yang melanggar tata tertib. Jangkauannya berupa kasus perkelahian, penganiayaan, menyimpan atau membawa narkoba, minum minuman keras dan tin­ dakan-tindakan yang bertentangan dengan etika ilmiah. Adapun, yang menjabat se­ bagai Ketua Komdis kala itu Prof Dr Rusli Efendi SH didampingi oleh sekretaris An­ shari Ilyas SH MH. Berikut di masa kepemimpinan Rady AGany sebagai Rektor Unhas peri­ ode 1997-2006, mulai marak terjadi kasus skorsing. Akhir April 2005, SA mahasiswa Kelautan Unhas angkatan 1999 diskorsing akademik mulai semester Awal 2005/2006. Ia diskorsing karena memalsukan tanda tangan panitia seminar Ir Arifin MSi di kartu seminar proposal dan seminar hasil. Kasus ini ditangani oleh Ketua Komdis Ir Muh Yunus Tamamma MSi. Agustus 2005, puluhan fungsionaris lembaga mahasiswa kena skorsing. Sebab,

Identitas/esa ramadana

masalah pelaksanaan pra Ospek. Hal ini direspons dengan aksi dari BEM FKM. Tak hanya itu, semasa itu pula terjadi kasus skorsing di Fakultas Peternakan dan Fakul­ tas Pertanian. Tercatat dalam bundel identitas. Bahwa, jumlah 10 orang diskorsing dari Fakultas Peternakan karena mengeluarkan kata-kata tidak etis dan membangkang dengan hasil keputusan pimpinan fakultas. Tak hanya itu dalam kasus yang sama terseret 10 ma­ hasiswa diskorsing karena melanggar pe­ mulangan mahasiswa baru. Selanjutnya, 8 Februari 2006 tepat Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpB SpBO menjadi Rektor Unhas. Dimasanya kasus skorsing ini lebih banyak terjadi. Bundel identitas edisi Awal Oktober 2006 mencatat, maha­ siswa Sosiologi Ari diskorsing satu semes­ ter karena memalsukan tanda tangan Ketua Jurusan Drs Rahman Saeni MSi. Lima ma­ hasiswa sosiologi lainnya dijatuhi skorsing karena menambah jumlah Sistem Kredit Se­ mester tanpa sepengetahuan ketua jurusan. Masih di edisi yang sama, delapan maha­ siswa FISIP diskorsing dua semester mela­ lui SK Dekan FISIP 1699/J04.10/PP.04/2006 akibat pelaksanaan pengaderan diluar jadwal yang ditetapkan birokrat. Sebulan kemudian, 25 mahasiswa yang dianggap terlibat dalam kepanitian Masa Inisiasi Ma­ hasiswa Baru diskorsing. 12 orang diskor­

sing dua semester, tuju orang diskorsing satu semester dan enam orang mendapat­ kan teguran keras. Akhir Agustus 2008, dua mahasiswa ju­ rusan Ilmu Pemerintahan diskorsing dua semester gara-gara melontarkan kata “An­ jing” ke pihak dekanat fakultasnya. 23 Ma­ ret 2010, skorsing diberikan kepada tiga ma­ hasiswa di lembaga Teknik Geologi dengan masa skorsing dua semester lamanya atas adanya kegiatan pengaderan. Selang dua ta­ hun kemudian, empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) diskorsing satu semester atas kasus meninggalnya Awaluddin di masa pengaderan. September 2012, lima mahasiswa senat ilmu kelautan dikenakan skorsing dua se­ mester dan 40 mahasiswa lainnya di Fakul­ tas Ilmu Kelautan dan Ilmu Perikanan (FIKP) pun kena skorsing percobaan atas kasus pengaderan. Maret 2013, Jusmail mahasiswa Fakul­ tas Sastra diskorsing selama dua semester gara-gara keluarkan kata “Anjing” ke bi­ rokrasi fakultas yang dianggap menghina. ­Se­da­ng­­kan,­ Muhammad Arsyad Irawan diskors selama satu semester karena me­ nyindir birokrasi soal dana. Penjatuhan skorsing terakhir terjadi karena kasus tawuran 25 Februari lalu, dan dua maha­ siswa turut diskorsing.n


8

laput

identitas NO 794| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Buah Kerja Keras yang Terabaikan Hujan skorsing melanda Unhas. Ada apa de­ ngan keadilan di kampus ini ?

P

Mahasiswa dalam Bayang Skorsing

Identitas/esa ramadana

Mekanisme Penyelesaian masalah hingga pada keputusan skorsing dinilai kurang transparan.

U

niversitas sebagai potret ke­ cil negara ini tak terlepas dari permasalahan-permasalahan. Baik di tengah birokrat, ma­ hasiswa atau antara keduanya. Menya­ dari hal ini, maka peraturan mengenai pelanggaran-pelanggaran penting un­ tuk diatur. Mengenai penanganan masalah, bagian kemahasiswaan itu sendiri su­ dah ada Standar Operasional Prose­ dur (SOP). Dr Ir Abdul Rasyid, Ketua Komisi Disiplin Unhas menjelaskan penanganan masalah biasanya ditanga­ ni orang-orang yang memiliki kontri­ busi besar di Unhas. Bila permasalahan harus ditangani pihak Komisi Disiplin (Komdis), maka penanganan akan ber­ beda pula. Tentunya dengan mengum­ pulkan berbagai bukti, data-data. “Komdis hanya membuat rekomendasi kepada pimpinan fakultas atau pimpi­ nan universitas,” imbuh Rasyid (Selasa (7/5). Sependapat dengan hal tersebut, Dr Andi M Akhmar MHum, Sekretaris Komdis Fakultas Sastra menuturkan, yang perlu menjadi pertimbangan se­ mua orang bahwa komdis tidak mem­ beri hukuman, karena yang memberi dan menjatuhkan adalah pimpinan fakultas atau universitas. “Banyak yang salah mengartikan, jadi bisa disimpul­ kan bukan komdis yang menjatuhkan skorsing,” tambahnya. Permasalahan kian mendera, tak urung skorsing semakin meningkat jumlahnya. Ini yang menjadi pekerjaan rumah, bagi sivitas akademika Unhas untuk membuat kondisi kampus kem­ bali stabil tanpa banyaknya pelangga­ ran, yang bisa berujung jumlah skor­ sing yang akut. Ketua BEM Fakultas Kehutanan, Dadang Anugerah menanggapi per­

masalahan skorsing diberlakukan be­ gitu saja, karena sikap antinya birokrasi terhadap kritikan mahasiswa. Ia meng­ anggap belum pernah ada cara penye­ lesaian masalah yang lebih humanis, yang diberlakukan birokrat. “Pasti se­ muanya berujung pada skorsing tanpa melihat apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan,” kritiknya, Selasa (7/5). Menurut Dr Munsi Lampe MA, Ke­ tua Jurusan Antropologi FISIP menga­ takan bahwa pemberian skorsing ter­ gantung dari kesalahan yang dibuat. Menurutnya bila kesalahannya sudah seperti pemalsuan tanda tangan dan tawuran, itu wajar diberikan skorsing, tetapi kalau masih ringan tidak usah skorsing. “Kan sekarang skorsing me­ ningkat karena ada peraturan yang tidak disepakati oleh mahasiswa,” tim­ palnya (Selasa,14/5). Kinerja Komdis dalam melakukan interogasi permasalahan juga diingin­ kan transparan, agar mahasisiwa yang menjadi pelaku kesalahan bisa melihat dimana letak kesalahan mereka. Se­ hingga tujuan sanksi skorsing bisa lebih tepat sasaran. Seperti keluhan yang diutarakan Imam, salah satu mahasiswa jurusan Teknik Sipil yang terlibat pengaderan dipanggil komdis tanpa surat panggi­ lan, dan SK skorsing langsung keluar. Menurutnya, pengajuan banding sudah dilakukan tapi tidak diterima, alasan­ nya juga tidak jelas. Senada Fahri Andriawan, mahasiswa yang saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Kelautan sementara mengatakan ia diskorsing karena melakukan tinda­ kan coret-menyoret dinding fakultas. Katanya, ini akibat tidak ditemukan pelaku dan ia sebagai Ketua Senat terkena sanksi ini. “Penyelidikan kom­

dis tidak pernah menghadirkan saksi, pihak birokrat FIKP terlalu subjektif tanpa bukti,” imbuhnya. Ketika berbicara mengenai ketepa­ tan sanksi dan aturan mungkin akan subjektif. Menurut Rasyid, permasala­ han ini tepat atau tidak, kalau menurut komdis sendiri sudah tepat sasaran. “Jadi komdis bekerja tidak hanya se­ mata memberi rekomendasi tapi juga dari hasil menggali fakta-fakta yang ada,”imbuhnya. Ketua Komdis FISIP, A Naharuddin SIP MSi juga menga­ takan bahwa tujuan skorsing saat ini masih ada yang belum tercapai, jadi komdis itu harus bertindak secara tidak emosional. “Komdis harus jeli dan ber­ pikiran jernih ketika melihat persoa­ lan,” timpalnya. Idealnya jika terjadi pelanggaran, aturan harus ditegakkan. Menanggapi permasalahan skorsing, tentunya bu­ tuh kajian dampak selain penegakan aturan tadi. Seperti yang disampaikan Munsi bahwa didik dulu dengan baik mahasiswa dan diberi kemudahan tapi masih dalam tahap mendidik. Mereka diberikan dahulu kebijaksanaan dilihat dari pelanggaran yang dilakukan. Perbaikan demi perbaikan senantiasa dilakukan pimpinan kampus. Rasyid pun mengharapkan seluruh sivitas aka­ demika Unhas lebih mengedepankan komunikasi, dialog dan diskusi, ka­ rena kita makhluk akademik. Ia me­ ngatakan, mengurangi sifat pemarah dan hal-hal yang di luar rambu-rambu akademik. Kalau ada yang tidak sesuai dengan yang dirasakan, tak ada salah­ nya datang dan berbicara baik-baik pada orang yang bersangkutan. “Inti­ nya adalah bagaimana kita memban­ gun komunukasi yang baik antar sesa­ ma,” sarannya.n Tim Laput

agi menjelang siang. Satu per satu mahasiswa yang tergabung dalam Aliasi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK) mulai berkumpul di pelataran gedung Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), Rabu 24 April 2013. Dengan mikrofon dalam genggaman, sang koordinator lapangan memekik, mengalihkan wajah mahasiswa yang tengah menunggu waktu perkuliahan di gedung itu. Mereka mengajak siapapun yang mendengar suaranya untuk bergabung dengan mereka. “Mari bergabung dalam aksi kami !!” teriaknya. Aksi itu merupakan bentuk protes sekelompok mahasiswa yang tak terima penjatuhan sanksi kepada beberapa kawan mereka. Salah satu yang paling gencar mereka protes adalah kasus di Fakultas Sastra. Dua orang mahasiswa yakni Muhammad Arsyad Irawan dan Jusmail dikenai skorsing masing-masing dua dan satu semester. Tuduhan terhadap mereka adalah dianggap menghina birokrasi. Tapi kasus skorsing itu bukanlah yang pertama. Sederet kasus skorsing sebelum kasus itu menjadi peringatan bagi mahasiswa agar hati-hati dalam mengeluarkan komentar atau bertindak. lalu bagaimana mahasiswa menyikapi hal ini? Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sastra, Muhclis Abduh mengatakan bahwa sanksi skorsing merupakan hal yang tak mendidik. Ia menyayangkan adanya skorsing ini tanpa adanya sikap untuk membuka ruang diskusi ke lembaga. Terlebih lagi, birokrasi yang lebih melandaskan penjatuhan skorsing ini soal etika. Aksi yang dilakukan oleh AMUK adalah sebagai bentuk dari segala kekesalan terhadap birokrasi yang anti-kritik dan diskusi. Tak hanya di kelembagaan Sastra. Hal ini, sering pula terjadi lembaga lain di Unhas. Tercatat, 23 Maret 2010 nasib yang serupa dialami oleh tiga mahasiswa di lembaga Teknik Geologi dengan masa skorsing dua semester lamanya atas adanya kegiatan pengaderan. Birokrat Fakultas Teknik berdalih bahwa skorsing yang diberikan untuk membina etika mahasiswa. Mahasiswa yang tak menerima hal ini, akhirnya memilih untuk melakukan demonstrasi. Sebab, proses penyelesaian masalah secara kekeluargaan tidak lagi ampuh. Selang dua tahun. kembali terjadi kasus skorsing terkait pengaderan. Akibat meninggalnya satu mahasiswa di masa pengaderan lembaga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), empat mahasiswa diskor­ sing satu semester. September 2012, Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan Akademik (Somasi) turut berunjukrasa dengan adanya kasus skorsing. Lima mahasiswa Senat Ilmu Kelautan terkena skorsing dua semester dan 40 mahasiswa lainnya mendapat skorsing percobaan. Februari 2013, Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas turut larut menggelar aksi akibat adanya skorsing yang terjadi di lembaganya. Tercatat, 5 orang diskorsing percobaan dan 47 mahasiswa dapatkan peringatan keras. Berbagai aksi dan tuntunan mahasiswa di kelembagaan Unhas tentunya perlu disikapi dengan cermat oleh birokrasi kampus saat ini. “Aksi kami jelas, kami menginginkan sanksi skorsing untuk mahasiswa dicabut. Kami ingin teman-teman kami yang diskorsing bisa kuliah,” kata Ketua BEM FMIPA Muhammad Maknun. Senasib dengan lembaga lainnya soal skorsing. Ketua Senat Kelautan, Nirwan juga angkat bicara. Ia berpendapat bahwa kampus adalah lembaga pendidikan. Untuk itu, seharusnya kasus ini diselesaikan dengan cara mendidik. “Saya lihat saat sekarang ini kampus ini semacam lembaga peradilan dimana-mana kesalahan kecil itu harus diadili dengan hukuman,” tuturnya. Tak hanya menuntut, beberapa lembaga juga menuntut pembubaran komdis. Ketua BEM Muhclis Abduh yang juga mahasiswa Sastra Indonesia menilai komdis tak objektif dalam menyelesaikan masalah. “Untuk itu bubarkan saja komdis,” tutupnya. n Tim Laput

Tim Laput Koord. Laput:

Esa Ramadana Waode Asnini Rahayoe Anggota:

Novianto DP Addi, Nur Alfianita Akhmad Dani, Cita S Elisa, Ermi Ulia Utami, Alfiah Alif, Risky Wulandari, Muammar Qhadafi, Siti Atirah.

pariwara

identitas

NO 794| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

9


10

laporan utama

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Efektifkah Pemberian Sanksi Itu?

civitas

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

koridor Catatan Seminar nasional dengan tema “Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Digelar di ruang TNR 105 Fakultas Teknik, Senin (27/5). Hadir sebagai pemateri, Senda Banno Ringgi, Geologyst PT Bukit Mandiri Utama.

Penjatuhan skorsing bagi mahasiswa pelanggar aturan diharapkan dapat menjadi efek jera dan penyadaran diri. Tercapaikah?

S

anksi sejatinya adalah utuk memberi peringatan. Bagi mereka yang ter­ kena sanksi diharapkan tidak akan mengulangi lagi perbuatan salahnya dimasa mendatang. Demikian pula dengan sanksi skorsing yang dalam beberapa tahun terakhir marak ‘berjatuhan’. Ketua Komisi Disiplin Unhas, Abdul Rasyid,mengatakan bahwa pelanggar diharapkan menyadari kesalahan masing-masingdan tidak meng­ ulanginya. Senada dengan Rasyid, Ketua Program Studi Psikologi Unhas, Dr. Muhammad Tamar, M.Psi mengatakan dampak psikolo­ gi skorsing dapat memberikan pelajaran penyadaran diri. Menurutnya, kesadaran mental harus ada pada diri orang yang me­ langgar. Namun, permasalahan saat ini ba­ nyak mahasiswa tidak sedewasa itu dalam bertindak. “Mau benar tetapi tidak mau kena sanksi,” katanya. Namun apakah metode hukuman seperti ini merupakan sebuah solusi ataukah justru tidak berjalan efektif. Ketua Jurusan Sosiolo­ gi FISIP, Dr H Darwis MA DPS mengatakan bahwa seharusnya bila pelanggaran yang dilakukan berkurang, berarti berkurang

juga sanksi yang dikeluarkan, begitu juga sebaliknya. Namun kenyataan yang terjadi di Unhas tidak demikian . “Trennya kan malah meningkat terus-menerus. Pembe­ rian sanksi itu tidak efektif,” imbuhnya. Dampak paling berat dari sanksi ini ada­ lah semakin lamanya masa studi mahasiswa yang bersangkutan. Muchlis Abduh, Ketua BEM Fakultas Sastra berpendapat bahwa skorsing menghilangkan hak mahasiswa untuk kuliah. “Mahasiswa mencoba me­ nyampaikan kritik, nyatanya malah di­ skorsing,” ujarnya. “Ketika birokrasi menu­ tup pintu-pintu dialog, sangat anti kritik, itu malah membuka adanya ruang-ruang eks­ presi teman-teman yang tidak bisa dikon­ trol,” tambahnya. Muhammad Zar Algifari, Ketua Senat Fakultas Ekonomi, menganggap tanggung jawab moral pendidik sudah mulai bergeser ke arah penghukuman. Sanksi yang mem­ bangun jelas sanksi yang menyadarkan kita untuk belajar. Bukan rasa kecewa dan frustasi. Menurutnya, terlalu mudahnya skorsing dijatuhkan akan berdampak pada buruknya metal belajar peserta didik. Kam­ pus ini lebih tepat dijadikan sarana pemba­

K3L dalam Dunia Kerja

identitas/esa ramadana

ngunan kepercayaan diri bukan penghaki­ man identitas diri. Memang pimpinan universitas mempu­ nyai tanggungjawab mengatur ketertiban mahasiswa. Seperti yang diutarakan Darwis bahwa pemimpin harus berani mengambil sikap menegakkan aturan, walaupun ba­ nyak yang tidak suka terutama untuk kasus skorsing juga harus dipilah-pilah. “Bila merusak ya keluarkan. Kalau hanya me­ langgar kesepakatan, itu yang dibina. Itu

artinya sanksi yang diberikan harus sesuai dengan perbuatannya,” katanya. Dampak dari skorsing ini ternyata lebih dari efek jera yang ingin dicapai. Ketidak­ sepahaman akan mahasiswa-birokrat akan terus berlanjut bila fenomena ini tidak dikaji kembali akar permasalahan sebenarnya. Penyadaran peserta didik terhadap kesala­ han yang dibuat menjadi tujuan sebenarnya bisa tercapai nantinya.n

Andai Sanksi Itu Mendidik Ketika skorsing tak lagi memberi efek jera dan penyadaran. Bagaimanakah takaran sanksi yang efektif dan mendidik itu?

S

Identitas/esa ramadana

11

etiap masa, perjalanan mahasiswa di Unhas diwarnai dengan berbagai soal. Mulai dari kasus tawuran, pe­ malsuan tanda tangan, tindakan dan ujaran yang tak sopan, provokator, perkela­ hian, melukai orang lain, merusak fasilitas kampus dan setiap pelanggaran lainnya ber­akhir dengan pemberian sanksi. Sanksi skorsing tak ubahnya menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa. Dalam perjalanan sejarah kasus skorsing di Unhas, mulai marak terjadi pemberian sanksi ini di zaman Rektor Unhas Rady A Gany hingga dimasa kepemimpinan Rek­ tor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi yang semakin meningkat. Secara logika, seharus­ nya semakin berkurang mahasiswa yang kena sanksi skors. Kasus-kasus pelanggaran pun tentunya semakin berkurang. Mengin­ gat ketika mahasiswa melakukan pelang­ garan maka akan diberi hukuman. Ketika berprestasi maka akan diberi penghargaan. Bukan hanya sanksi yang harus selalu hadir terlebih dahulu. Terlebih harus ada proses dialogika antara mahasiswa yang akan diberi hukuman dengan dosen yang akan memberi sanksi ini. Melihat permasala­ han kasus yang marak terjadi di Unhas, Rek­ tor Unhas 1989-1997 Prof Basri Hasanuddin angkat bicara, “seharusnya permasalahan seperti ini bisa dikomunikasikan dengan menghadirkan dialog intelektual antara do­ sen dan mahasiswa,” Sabtu (11/5).

Tak hanya itu, Rektor Unhas 1973-1982 Prof Ahmad Amiruddin di zamannya dalam memberi sanksi lebih menekankan pada proses diskusi. “Jarang saya menghu­ kum orang karena ini kan institusi pendidi­ kan, kalau pendidikan memperbaiki apa yang kurang pada anak didik bukan meng­ hukum. Jika kesalahan-kesalahan biasa saja masih bisa didiskusikan,” sambung Amir­ uddin, Selasa (14/5). Hal berbeda ditawarkan oleh Pakar Pen­ didikan Prof Dr Suparlan Suhartono MEd bahwa jika mahasiswa diskorsing seharus­ nya mereka tetap aktif berkegiatan. Dosen menginisiasi memberikan tugas pengganti yang berhubungan denga kuliahnya. Bisa dikerjakan di rumah. Usai diskorsing dia bisa mengumpulkan tugasnya itu. Demiki­ an pengalamannya dalam memberi sanksi. Jadi, bukan hanya memberi skorsing tapi terlebih ada pula pembinaan yang hadir di dalamnya. Hal ini, untuk mengurangi dampak dari skorsing akademik ini yang bisa menghambat masa studi mahasiswa. “Semestinya, ada jenis pelanggaran yang masih bisa dibina oleh kita. Ada juga yang memang harus dikeluarkan agar dia lebih bisa menyadari kesalahan dan instropek­ si,” tutup Suparlan, Jumat (10/5). Sebab, masalah dalam hal akademik itu tujuannya untuk mendidik. Bukan untuk menghambat mahasiswa dalam memeroleh ilmu di ruang kelas perkuliahan.n

identitas/esa ramadana

Laboratorium Gowa : Seorang sedang memerhatikan alat-alat laboratorium Struktur jurusan Teknik Sipil di Kampus II Unhas di Kabupaten Gowa, Rabu (12/06). Laboratorium ini termasuk tempat praktikum mahasiswa Fakultas Teknik Gowa.

Mahasiswa FT Gowa Rindu Praktikum

Praktikum mahasiswa FT Gowa dijalankan di akhir perkuliahan. Fasilitas yang kurang memadai menjadi alasan. Sejak tahun 2012, Fakultas Teknik (FT) Gowa Unhas mulai digunakan. Mahasiswa baru angkatan 2012 meng­ gunakan gedung dan fasilitas baru. Namun masih prematur, gedung yang belum seluruhnya siap ini tetap diguna­ kan, walau masih banyak kekurangan. Salah satunya laboratorium praktikum mahasiswa. Beberapa laboratorium FT Gowa be­ lum lengkap fasilitasnya. Bahkan terda­ pat laboratorium yang tidak memiliki ruangan. Seperti yang dirasakan Haeril Adnan, mahasiswa Jurusan Mesin ang­ katan 2012. Di awalperkuliahan semes­ ter dua, ia telah memprogramkan Mata Kuliah (MK) Proses Produksi dan prak­ tikum Teknologi Mekanik. Namun baru dimulai Selasa (21/5) lalu. Ir A Yusran Aminy MT, dosen yang mengampuh laboratorium MK Teknolo­ gi Mekanik mengaku, hal ini sudah dikoordinasikan sebelumnya. Mereka telah menempuh kesepakatan dengan mahasiswa untuk melakukan prakti­ kum setelah perkuliahan berlangsung. Hal ini juga dilakukan agar perkuliahan mereka tidak terganggu oleh laborato­ rium. Untuk fasilitas laboratorium sendiri, Yusran mengaku peralatan mereka telah lengkap. Bahkan jauh lebih ba­ gus dari yang berada di FT Tamalan­ rea. Hanya saja masih ada kekurangan. Seperti belum adanya asisten yang mengampuh mahasiswa. Jadi selama ini dosen dengan kapasitas yang sama yang mengampuh laboratorium terse­ but. “Untuk perlatan lab sudah terse­ dia, hanya saja untuk asistennya belum ada,” tutur Yusran, Jumat (24/5).

Tak seperti di Teknik Gowa, pelak­ sanaan praktikum di FT Tamalanrea di­ laksanakan beriringan dengan perkulia­ han. Pada awal minggu ke dua, asisten akan melakukan rapat perencanaan. Mereka merencanakan program yang akan dilaksanakan selama satu semes­ ter. Sehingga umumnya praktikum dimulai pada minggu ke empat setelah mahasiswa mendaftar. Menurut Hamka, selaku Koordina­ tor Laboratorium Teknologi Mekanik Jurusan Mesin, waktu ideal praktikum biasanya empat minggu. Namun karena ada beberapa kendala biasanya dapat sampai enam minggu. “Idealnya untuk satu percobaan satu minggu termasuk proses asistensi,” tutur Hamka, Selasa (28/5). Masalah pelaksanaan praktikum tak hanya dirasakan Jurusan Mesin saja, Jurusan Geologi pun turut merasakan. Berbeda dengan Jurusan Mesin yang harus menunda praktikumnya, maha­ siswa geologi angkatan 2012 terpaksa melaksanakan praktikum di kampus Unhas Tamalanrea. Hal ini dikarena­ kan ruangan laboratorium yang belum tersedia. Untuk matakuliah jurusan, seperti MK Paleontologi dan Minera­ logi. Mereka melakukan praktikumnya di kampus Tamalanrea. Banyak faktor yang memengaruhi kejadian ini. Penyebab praktikum dipindahkan, salah satunya karena kekurangan fasili­ tas. Bahkan tidak adanya ruangan prak­ tikum di FT Gowa. Seperti yang dirasa­ kan Ir M Fauzi Arifin MSi. Ia mengaku belum terdapat ruangan untuk menyim­ pan peralatan laboratorium. Khususnya bagi laboratorium Paleontologi. Fauzi memaparkan sampel-sampel

Saya sudah meminta izin ke dekan untuk tetap melaksanakan praktikum disini (kampus Unhas Tamalanrea, red), soalnya disana belum ada ruangan untuk menyimpan sampel. Ir Muh Fauzi Arifin MSi

yang terdapat di laboratorium Paleon­ tologi merupakan sampel yang sulit untuk ditemukan. Sehingga harus di­ jaga dengan hati-hati. Bahkan ia sendiri merasa tak berani membawa sampel tersebut ke FT Gowa karena ruangan belum tersedia. “Saya sudah meminta izin ke dekan untuk tetap melaksanakan praktikum disini (kampus Unhas Tama­ lanrea, red), soalnya disana belum ada ruangan untuk menyimpan sampel,” tutur Fauzi, Jumat (27/5). Menurut Dr Eng Ir Muhammad Ramli MT, Wakil Dekan I Fakultas Teknik me­ mang beberapa fasilitas laboratorium FT Gowa belum lengkap. Sehingga ada beberapa laboratorium ditunda sam­ pai akhir perkuliahan. Hal ini sudah dibicarakan sebelumnya dengan juru­ san yang bersangkutan. “Memang kita minta jurusan menyesuaikan saja, kare­ na memang peralatan belum siap,” jelas Wakil Dekan Bidang Akademik, Senin (27/5). Ramli pun berjanji, ketika selu­ ruh peralatan dan ruangan telah leng­ kap, maka perkuliahan akan kembali normal.Begitupun dengan praktikum. n (Ant/Amm)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) adalah ilmu pengeta­ huan atau upaya yang diterapkan dalam lingkup kerja. Tujuannya yaitu mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit dari pekerjaan dan lingkungan kerja. K3L sangat diper­ lukan hingga saat ini. Pasalnya berbagai kecelakaan yang tidak diduga dapat terjadi kapan saja di berbagai dunia kerja. Demi melancarkan K3L dibutuhkan pula keseha­ tan kerja yang terjaga. Kesehatan kerja dilakukan demi melin­ dungi pekerja, dari hal-hal yang me­ rugikan kesehatan akibat pekerjaan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat pekerjaan dilakukan. Termasuk di dalamnya udara, tanah, air dan mahluk hidup yang ikut berpengaruh pada aktivi­ tas bekerja. Senda Banno Ringgi pun membahas bahwa setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan selamat, tanpa harus ada korban. Karena korban yang timbul akibat ke­ celakaan sebenarnya masih dapat dicegah. Cara pertama agar aman dan selamat ya­ itu, mengetahui pekerjaan apa yang akan dilakukan. Lalu mengetahui langkah atau tahapan pekerjaan tersebut. Mengetahui pula bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, serta tidak ketinggalan mengetahui cara mengendalikan bahaya-bahaya tersebut apabila terjadi. Karena memiliki berbagai faktor di dalamnya, maka pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ini mem­ butuhkan pengawasan. Pengawas berperan sebagai penghubung antara manajemen dan para operator atau pekerja produksi di lapangan. Ia juga men­ jadi pemimpin yang bertanggung jawab atas dilaksanakan dan ditaatinya per­ undang-undangan K3 dan lingkungan. Jadi kunci suksesnya pelaksanaan K3L ini bergantung pada pengawas. Pasalnya peng­ awas selalu berada di tempat kerja dan yang paling banyak mengetahui kea­ daan lapangan. Akuntabilitas pengawas yaitu keadaan dimana ia menjalankan kewajiban K3L yang terinci. Serta bersifat tangible atau da­ pat dihitung, dan dapat dimintai pertang­ gungjawaban atas kewajiban yang ditu­ gaskan kepadanya. Juga dikenakan sanksi hukum jika terjadi kesalahan. Contoh program pengawasan K3 yang jelas dan terukur terdapat pada Keputu­ san Menteri 555.K/26/M.PE/1995, tentang pemeriksaan tambang untuk memastikan kondisi kerja selamat dan aman. Maka pengawas harus melakukan pemeriksaan, minimal dalam setiap gilir kerja peng­ galian misalnya. Pengawas bahan galian harus memeriksa sekurang-kurangnya satu kali setiap tempat kerja, di mana se­ seorang bekerja. Juga setiap jalan atau lin­ tasan di mana seseorang menggunakannya selama gilir kerja tersebut. Walaupun pengawas berperan penting, namun seluruh pihak dibutuhkan keakti­ fannyan dalam melakukan K3L. Terutama para pekerja yang aktif langsung di lapa­ ngan. Jika seluruhnya telah berjalan de­ ngan baik, maka resiko kecelakaan kerja pun tak lagi menjadi masalah.n Nuni Udiani


12

kolom

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Kultur Kampus, Dimulai Dari Mana? Ole: Kaila iLona Meira

Beberapa waktu silam, di paruh akhir 1990-an, di asrama mahasiswa Unhas (ramsis), sejumlah spanduk digelar. Bunyinya tidak lain, “Kultur Kampus dimulai dari Sini”. Sejak itu, wacana soal kultur kampus menjadi hidup, menjadi bagian diskusi dimana-mana dan dicoba dipraktikkan di dalam lingkup kehidupan mahasiswa universitas Hasanuddin. Tapi, seiring dengan berjalannya sang waktu, percakapan soal kultur kampus agaknya mati suri. Wacana pengganti yang kemudian muncul di hari-hari ini tidak lain adalah soal pendisiplinan mahasiswa. Lihat saja pernyataan-pernyataan dan sejumlah keputusan pemilik otoritas di perguruan tinggi yang berbicara tentang skorsing bagi mahasiswa yang dianggap tidak berdisiplin. Pernyataan dan keputusan seperti ini tidak hanya terdengar nyaring di lingkungan Unhas, tapi juga di universitas-universitas lain di Makassar. Pada saat yang sama, corat-coret untuk melawan tindakan skorsing bermunculan di mana-mana, di dalam dan di luar kampus. Perhatikan saja coretan besar yang tertulis di tembok Pusat Listrik Tenaga Uap di Tello. Atau baca saja selebaran dalam bentuk majalah mini yang berisi analisis dan argumentasi terhadap ketidaksetujuan mahasiswa tentang skorsing bagi mereka. Di kedua tempat itu, secara benderang, tulisan dan corat-coret mahasiswa berisi ajakan untuk menyadari bahwa “kampus hanya berfungsi me­ ngalahkan mahasiswa”. Apa yang kita bisa pelajari dari kejadian se­ perti ini adalah tidak terbangunnya kultur kampus. Mahasiswa beranggapan bahwa kampus “hanya tahu melarang di sana-sini” dan larangan seperti itu berdampak pada kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat. Sementara itu , pihak pemangku otoritas kampus berpendapat skorsing dijatuhkan untuk memelihara citra kampus sebagai institusi pendidikan tinggi. Menjatuhkan skorsing bagi mahasiswa, pada dasarnya, memerlukan cakrawala dan kearifan yang dalam tentang bagaimana memperlakukan mahasiswa sebagai orang-orang muda yang kini sedang belajar di perguruan tinggi. Skorsing semestinya tidak berkehendak merampas hak-hak

belajar mahasiswa. Jika perilaku mahasiswa dianggap menyimpang dalam hal penyelenggaraan organisasi, hukuman skorsing selayaknya dijatuhkan pada ranah keorganisasian mahasiswa. Pelanggaran keorganisasian tapi dihukum di ranah akademik adalah hal yang problematik. Selain tidak konsisten, cara menjatuhkan hukuman seperti ini tidak memberi ruang bagi mahasiswa untuk menjalani dinamika organisasi selama berada di kampus. Hak belajar dan hak berorganisasi adalah dua hal yang sangat berbeda. Dinamika atas penyelenggaraan hak atas belajar dan dinamika atas hak berorganisasi justru menjadi isu kunci dari apa yang disebut kultur kampus. Pemegang otoritas kampus dan segenap mahasiswanya semestinya berada pada dalil yang sama bahwa belajar dan berorganisasi adalah hak yang melekat pada eksistensi manusia. Kedua hak ini, sesungguhnya, tercantum pada Naskah Universal Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karenanya, literasi tentang hak belajar dan hak berorganisasi semestinya membawa kita mencari dan menciptakan landskap universitas yang layak dibangun untuk kepentingan semua. Kultur kampus bukan pilihan. Membangun kultur kampus adalah kewajiban. Kultur kampus tidak sama dan tidak sebangun dengan kultur etnik. Kampus yang tak membangun kulturnya tidak akan pernah berkontribusi untuk memperkuat mahasiswanya, baik dari sisi akademik maupun dari sisi kepemimpinan sosial. Lalu, mahasiswa seperti ini pada gilirannya tidak akan pernah mampu berkontribusi memperkuat masyarakatnya. Jadi, kultur kampus adalah soal strategi. Kampus yang bekerja keras membangun kulturnya adalah kampus yang mempromosikan berbagai strategi untuk memperkuat mahasiswanya. Bukan kampus yang memperbanyak aturan-aturan (rules) yang berpotensi mematikan gerak dinamik mahasiswanya. Mari kita jadikan kampus kita sebagai kampus yang kaya strategi, bukan kaya dengan aturan penghukuman.n

cermin

Labelisasi

Labelisasi menurut defenisi adalah cap atau pelekatan yang diberi pada sebuah benda. Labelisasi nyatanya adalah hal yang sangat sering kujumpai. Selama setahun ini menjalani aktivitas sebagai wartawan koran kampus. Beragam rupa sivitas akadeAkhmad Dani mika telah saya wawancarai. Berbagai karakter telah saya temui,. Mulai dari sang pemegang kursi rektorat hingga pemegang sapu servistorat. Sesaat saya termenung. Ternyata, dalam kehidupan ini pun, dapat diberi label. Diam-diam saya mengamati dan mengobservasi setiap pribadi yang pernah saya wawancarai. Pengalaman mewawancarai membuat saya memberikan label pada diri sendiri dan narasumber. Hal itu membuat saya mengernyitkan dahi. Hm… nampaknya kampus kita banyak yang harus dilabeli. Di fakultas yang identik dengan warna putih, saya mewawancarai seorang mahasiswa berlabel high quality. Mereka ke kampus memakai mobil. Gaya khas intelektual yang seolah olah harus dibarengi dengan serba kemewahan. Mahasiswa ini saya labeli mahasiswa good everything. Di fakultas sebelah, kerap berbaju hitam. Mereka terkesan keras. Keras pada hidup, pelajaran dan yang bukan segolongannya. Saya labeli mereka si juara yang tak mau terima golongan luar. Dari arah fakultas depan, bajunya kerap berganti merek. Bagi mereka, merek pakaian menggambarkan tingkat pergaulan seseorang. Semakin ber-merek pakaian anda, semakin tinggi pula derajat sosial anda. Namun pernah sekilas Saya mendengar perbincangan mereka. Nampaknya, Hmm. mereka cukup tertarik dengan kondisi kekinian perpolitikan disekitarnya. Tapi, isi perbincangan mereka sebatas kondisi politik. Kondisi yang disebabkan keluarga mereka, menjadi bagian pada lingkar kekuasaan. Kondisi yang butuh dukungan untuk kembali menjabat ternyata. Suatu kali saya pernah mewawancarai salah seorang dari mereka, ternyata masih ada yang meng­ anggap diri sebagai mahasiswa, Ketua BEM mereka misalnya, Ia masih sering kutemui disaat peliputan sedang konkow bersama ketua lembaga mahasiswa lain membahas kondisi kekinian masyarakat.

Ketua BEM ini nampak berbeda Terlepas dari fungsinya sebagai ketua lembaga mahasiswa, Walaupun ada jua ketua lembaga mahasiswa yang segaris sejalan dengan teman temannya di fakultas ini, menganggap diri eksekutif muda, universitas adalah persinggahan untuk mendapatkan gelar dan ijazah semata. Mahasiswa seperti ini saya labeli mahasiswa trendy tak peduli. Kamu adalah kamu, aku adalah aku. Tak peduli apa masalahmu yang jelas aku sedang baik baik saja Ternyata tanpa saya sadari banyak hal yang bisa dilabeli di kehidupan ini. Label ini berbagai macam rupanya. Pelabelan sangat berguna juga sewaktu-waktu. Misalnya saja label halal pada makanan, Label ini sangat penting bagi umat muslim. Atau label mengenai bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan. Saya terhenyak. Nyatanya, tanpa disadari manusia telah dilabeli pula oleh tuhan, nun jauh sebelum diturunkan, ada sebuah fase dimana manusia telah diberi label. Di alam rahim, seorang jabang bayi diturunkan ke muka bumi telah membuat pengakuan kepada sang khalik. Ketika ditanya, apakah aku ini tuhanmu? “mereka menjawab: benar (engkau adalah tuhan kami) kami menjadi saksi”. Pun manusia sebagai khalifah di muka bumi salah satu label yang Ia beri. Tak kusadari, nantinya manusia akan kembali padaNya. Masa dimana akan mempertanggungjawabkan label-label yang telah ditanamkan pada diri semasa hidup di dunia. Tak disangka betapa congkaknya diri telah melabeli diri sendiri. Ketika melihat si miskin, kita melabeli diri sebagai si kaya. Ketika melihat yang buruk rupa, kita melabeli diri si tampan. Ketika melihat yang kurang pandai, kita melabeli diri sebagai si pandai. Tanpa disadari pula, kita telah melabeli diri sebagai manusia terbaik. Misalnya saja anak bangsawan. Sehingga mencibir dia yang anak orang biasa. Mungkin pula terlupa di akhirat nanti, manusia harus kembali kepada-NYA. Kembali pada siapa? Kembali pada Dia yang telah memberi segalanya. Maka tak pantaslah diri memberi label sebagai yang terbaik. Toh bukankah label-label itu hanya pantas diberi oleh Dia. Sang Maha pemilik segala-galanya??n Penulis adalah Reporter PK identitas Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat

cerbung

Baruga Oleh : SM Noor

No. 20

Jalan pintas telah ditem­ puh Rian untuk menjadi seorang aktifis. Kini dia telah menjadi aktifis kemanusiaan. Dia te­ lah menjalani hidupnya di tengah dinami­ ka dan problema kemanusiaan. Barangkali memang dia mulai berpikir bahwa dirinya akan lahir kembali, bukan lagi sebagai dirinya yang kemarin. Dia akan menjadi aktifis. Dia akan turun menolong orang. Bagi dirinya idealisme untuk berbuat pada orang banyak belumlah habis. Masih pan­ jang sisa-sisa hidup yang bisa di raihnya di masa depan. Rumah sakit universitas dimana selama ini menjalani hari-harinya sebagai dokter ahli bedah tiba-tiba saja gempar. Rumah sakit itu kehilangan sosok yang selama ini dianggap piawai menangani berbagai macam bedah. Klinik rumah sakit dimana

selama ini mendiagnosa pasien dengan sangat cerdas dan teliti telah tergantikan oleh sosok lain. Ruang praktek selama ini dimana dia menerima pasien pada petang dan malam hari yang selalu ramai dikun­ jungi, sudah tutup. Tempat praktek itu tidak pernah terbuka lagi. Kantin rumah sakit universitas pagi itu sepi. Sari berada di situ. Biasanya kantin yang berada di lantai delapan itu ramai pada siang-siang menjelang makan siang. Sari memang janjian dengan dengan Arman untuk menemuinya pada pagipagi itu selepas Arman aplos jaga malam sebagai koas. Mata Sari masih memandang lurus ke depan. Pandangan yang kosong, pandangan yang tanpa arti. Cakrawala kota di atas rumah sakit tampak sedikit mendung. Suasana buram, seburam ma­ tanya yang mulai berkaca-kaca. “Enam bulan yang lalu, dengan status izin rektor dia minta pamit untuk ikut misi kemanusiaan di Afganistan. Sebelum itu dia telah mengumumkan semua hasil ujian kami dan anehnya, kami lulus semua, termasuk kawan-kawan yang selama ini sulit lulus dari dia karena malas mengerja­ kan tugas.” Kata-kata Arman ini menukik tajam menusuk hatinya yang dalam. Sari tidak berubah, pandangannya tetap lurus ke depan, sepertinya memandangi segala jenis kendaraan-kendaraan yang berseli­ weran di bawah sana. Hatinya gundah. Hatinya galau. Barangkali juga hati ini

tidak hancur, tetapi sedikitinya mengalami guncangan. “Sepertinya dia telah menemukan jalan hidupnya untuk menjadi seorang aktifis. Barangkali memang selama ini kita salah menilainya. Satu hal Sari, sebelum dia pergi, dia menemuiku di kantor BEM dan memberikan surat ini untuk kamu, lalu dia pergi dengan ranselnya yang berat yang saya kira seberat dengan hatinya.” Sari sepertinya semakin tersudut dengan kata-kata Arman yang barusan. Tanpa disadarinya setetes air mengalir di pipinya yang lembut. “Barangkali memang kita salah menilainya, Man. Mungkin juga dia berpikir masih banyak aktifitas yang bisa kita lakukan di luar aktifitas kampus yang menyita waktu-waktu belajar kita. Itulah kesalahpahaman kami berdua.” “Mungkin memang kita salah. Saya pernah ke tempat prakteknya, ramai sekali antrian di sana sampai jauh malam saya menunggu bersama kawan-kawan yang butuh tanda tangan persetujuannya. Tetapi saya melihat kehidupannya sehari-hari dia tidak miliki apa-apa, kecuali mobil tua yang selalu dipakainya ke kampus. Saya curiga dia memang suka menolong orang. Saya khawatir dia memang memiliki har­ kat kemanusiaan yang tinggi, lebih tinggi dari kita-kita ini yang merasa diri aktifis kampus, aktifis mahasiswa.” “Tetapi mengapa baru enam bulan ke­ mudian kamu memberitahuku, Man?”

“Sesuai pesan dia. Dan dia katakan jangan beritahu siapa-siapa soal kepergian­ nya ke luar negeri.” “Saya lihat lewat internet, televisi dan siaran-siaran langsung lainya, tragedi Afghanistan merupakan tragedi terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan. Ngeri sekali saya melihatnya. Kematian se­ pertinya hanya terpatri dalam hitungan detik. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Rintihan kesakitan terdengar melengking ke seluruh penjuru dunia. di sanalah Rian membaktikan diri sebagai relawan kemanusiaan. Tanpa jaminan dia akan kembali hidup-hidup. Lantas adakah harga negara bagi dirinya? Adakah harga dunia bagi dirinya, andaikata dia sendiri tewas menjalankan tugas kemanusiaan? Kita barang kali hanya mampu meng­ iringinya dengan doa atas keselamatan dirinya. Tetapi apakah seluruh dunia tahu bahwa tindakan nekadnya itu hanyalah suatu pelarian yang mulia.” Mengatakan itu Sari agak sesenggukan karena desakan perasaannya, sementara air mata terus mengalir di pipinya. Menyadari itu Arman menggeser kursinya mendekat lalu meng­ gapai pundak Sari. “Saya takut, Man. Saya takut terjadi sesuatu di luar perkiraan manusia. Dia pergi dengan nekad. Dia pergi dengan hati yang guncang, hati yang patah. Justru itu yang aku takutkan. ”Arman mengusapusap rambut Sari dengan lembut.n

cerpen

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

Dia Pohon Bukan Untukku... Oleh : Nur Aisyah Selama masa Sekolah Menengah Atas (SMA), aku suka mengoleksi daun-daun. Oleh karena, aku merasa daun membutuh­ kan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali. Selama tiga tahun di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tetapi “sahabat”. Namun, ketika dia mem­ punyai pacar. Untuk pertama kalinya, aku merasakan “cemburu” sebagai suatu pela­ jaran yang belum pernah aku dapati. Dia punya pacar selama dua bulan. Ke­ tika dia putus, aku lebih memilih menyem­ bunyikan perasaan yang luar biasa gem­ bira itu. Akan tetapi, sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi. Meskipun itu, dia tetap seseorang yang sangat aku sayangi dan aku cintai.Sese­ orang yang selalu memendam permasala­ han sendiri, selalu tampak tegar ditengah kerapuhannya. Selalu tersenyum ditengah kemarahannya. Hal itu yang membuat aku sayang padanya, tetapi dia juga yang mem­ buat aku terhanyut dalam kesedihan ini. Dia bernama Randy. Aku bertemu de­ ngannya di sebuah acara kesiswaan. Dia anak yang baik dan humoris. Makanya, gak heran dalam waktu singkat kami bisa berteman akrab. Teman-temanku pun me­ ngira kami pacaran. Aku pun mulai tersenyum geli melihat teman-temanku menjahili dia, terpikir olehku apa benar yang mereka kira. Tapi aku menepisnya, aku gak mau memikirkan hal itu, karena aku pernah bertekad untuk tidak pacaran sampai selesai kuliah. Aku juga tahu kalau dia sudah punya pacar tapi teman-temanku tak mengetahui hal itu. Menyukai seseorang memang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, pun itu kebiasaannya. Tapi, perasaannya padaku tak pernah bisa diketahui. Ibarat, limpahan warna hijau dedaunan bermun­ culan dari bumi dan mati begitu ia menda­ patkan kehangatan dan sisa-sisa salju yang terakhir menghilang? Pohon di depan rumahku mulai men­ jatuhkan berapa daunnya. Waktu terus berlalu. Aku juga tak mengerti kapan rasa itu datang dan hinggap di hati ini. Namun, kisah ini berawal saat aku dan Randy ber­ main ke rumah Deny untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh ibu guru. Saat itu, Deny mengajak ku keluar untuk membeli beberapa makanan untuk kami makan, sambil belajar bersama di ru­ mahnya. Di perjalanan kami bercerita ba­ nyak hal hingga Deny menyinggung ten­ tang kisah romantis Randy dan pacarnya.

Sejenak langkahku terhenti, terperanjat sambil mengusap mataku yang perih kena debu. Tapi secepatnya ku sembunyikan perih itu. Selanjutnya, bercerita seolah-olah aku tidak tahu kalau Randy sudah memi­ liki pacar. Selang beberapa lama, tiba-tiba tersadar bahwa hatiku sakit mendengarkan cerita dari Deny itu. Terasa jantungku berhenti memompa darah dan tak ada udara yang masuk di paru-paruku, rasanya bergitu se­ sak dan nyeri di hati sebelah kiriku. Sepulang dari rumah Deny, aku lebih banyak diam begitu juga dengan Randy. Ia marah karena aku terlalu lama pergi bersama Deny. Tapi, bukan itu yang ku pikirkan, aku memikirkan diriku, ada apa denganku, aku hanya temannya, mengapa aku cemburu dan sakit hati kalau dia ro­ mantis dengan pacarnya. Aku kan sudah tahu kalau dia ada yang memiliki. Di pikiranku, ini cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi mengapa dia mem­ perlakukanku dengan sangat baik di luar perlakuannya pada temannya? Ah,, dasar bego.. seraya tersenyum sendiri di kamar dan menganggap hal ini biasa dan pasti bisa ku atasi. Namun perasaan cinta itu muncul kem­ bali saat aku makan bersama dia di suatu Cafe. Disana, ia mencurahkan semua isi hati yang selama ini dipendamnya. Lan­ tas, aku pun terkejut sebab melihatnya menangis. Dan belum pernah aku melihat dia seperti itu. Aku juga terharu ketika dia mengatakan percaya padaku dan tak ingin melepaskanku. Aku sangat sayang padanya tapi aku tak mungkin memiliki­ nya. Usai pertemuan itu, dia lebih terbuka padaku tentang pacarnya yang selama ini dia tutup-tutupi. Aku semakin mengerti bagaimana dirinya, makin memahami apa yang diinginkannya. Harapku suatu hari dia memiliki seseorang yang benar-benar mengerti dirinya dan sayang padanya. Walau hati ini hancur setiap kali mende­ ngarkan dia bercerita tentang pacarnya. Akan tetapi yang tak ku mengerti, kerap kali dia mengatakan satu hal yang mem­ bangkitkan kembali perasaanku, bahwa dia tak ingin melepaskanku karena aku telah menjadi bagian dari dirinya. Lantas inilah yang buatku bingung. Tapi aku juga gak punya nyali untuk bertanya kepada­ nya bagaimana perasaan dia terhadapku. Sampai pada puncaknya, aku tak kuat membendung perasaanku sendiri. Aku mengatakan padanya kalau ku sayang padanya dan aku tahu perasaan ini gak

13

puisi Tembak

Oleh: Ibnu Sina Palogai boleh terbina. Aku hanya sekedar menge­ luarkan uneg-uneg yang ada dalam hatiku. Entah, dia menganggapnya seperti apa. Yang penting hatiku lega dan tak akan membahas masalah ini lagi, karena ku berjanji akan selalu menjadi teman dan sa­ habat yang baik buatnya. Waktu terus berlalu. Silih berganti pria kutemui. Hingga kutemui seorang pria yang mengejarku. Dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku kasih sayangku tanpa lelah. Dari penolakan ke penolakan, aku merasa bahwa ia ingin diberi ruang ke­ cil di hatiku. Dia seperti Angin yang hangat dan lem­ but, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ru­ ang yang kecil di hatiku. Aku tahu Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggal­ kan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku. “Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk ting­ gal?” Namun rasa sayang dan cinta sudah bersemi dalam hatiku. Tak mudah un­ tuk menepisnya, walau aku sudah ber­ usaha. Ternyata benar kata pepatah, cinta itu datang tiba-tiba walau kita tidak menginginkannya,akan tetapi setelah kita tahu mengapa terasa sakit jadinya?. Entah mengapa, setelah kejadian itu dia makin perhatian padaku, aku gak pernah tahu apa maksudnya karena dia tak pernah mengatakannya padaku, yang aku tau dia memberikan perhatian lebih dari biasanya. Seakan-akan menjawab semua pertanyaan tanpa harus diungkapkan, aku gak peduli aku hanya ingin menjalani apa yang aku jalani sekarang, tidak mau berpikir yang muluk-muluk tentang masa depan, apa yang terjadi antara aku dan dia biarlah berjalan seperti sekarang ini, tanpa kata-kata tapi saling mengerti dan memaham Walau entah sampai kapan hal ini akan berlanjut, akupun tak tahu. Tapi, biarlah ki­ sah ini berjalan seiring dengan waktu.Kami pun tak pernah tahu akhir dari semua ini. Namun, aku tetap berharap pohon indah itu akan tetap rindang walau daun tak ber­ samanya dan matahari tak tersenyum.n Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012

Telah berkibar celana dalam presidenku Hormatilah Babi, kancil, kelinci, gajah, anjing dan semua Indonesia raya tanpa palu bisu menggema Tegak gerak Kita ditodong senjata masa lalu Tetiba lampu padam Keesokannya kita mencium amis selongsong Senjata Dan belasan ribu mayat tanpa nisan Mengapung di bumi pertiwi Perayaan selanjutnya Tujuh mayat berseragam aparat berteriak Sudahkah kau menyalakan lampu tuan? 20 Mei 2013 Katanya Hari Kebangkitan Nasional Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Angkatan 2011

Dariku Sang Pemimpi Oleh: Rizki Septin Amalia

Hanya desahan angin meresapi kalbu Butiran hujan merambat ke darahku Aku terkulai di tanah ini Seperti patung aku di antara garis-garis waktu Kaki seakan mati rasa Bibirpun enggan berucap Hanya angin dan hujan Menjadi saksi bisu Aku yang terbuai oleh indahnya sekat-sekat mimpi yang kulukiskan Kini Aku terdiam di balik pekatnya malam Merobek kelabunya sisi-sisi mimpi yang kugambarkan Inilah syairku.. Syair sang manusia yang hanya menjelajahi mimpi Sang manusia yang tak mampu menentukan arah dan berlumuran kepahitan hidup Inilah sebait dariku Sang pemimpi yang akan terus menjadi pemimpi pemimpi yang tak mampu menghadapi terjalnya setapak dunia yang kuhadapi Penulis adalah mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2011

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: l Panjang Naskah 2 Halaman l Spasi satu l Ukuran font 12 l Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas

Alamat:

LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. Email: bukuidentitas@gmail.com


14

kampusiana

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013 Senin (27/5). Dr Andi Syamsu Alam MSi, Wakil De­ kan III FISIP membuka acara yang meng­ angkat tema “Menuangkan Kreatifitas Beriringan dalam Satu Jiwa” ini. Adapun kreatifitas yang ditampilkan antara lain modern dance, perkusi, parodi, Pom-Pom Boys, paduan suara, band musik, Tari In­ dang, Tari Pelangi dan banyak lagi. Suka duka yang dilalui oleh para panitia terbayarkan dengan suksesnya acara ini. “Yang bisa kita lakukan dan bisa kita cip­ takan dengan kreatifitas, di sinilah kami menuangkannya,” tutur Muhammad Rusli, Ketua Panitia, mahasiswa Jurusan Sosiologi angkatan 2012. Ia pun berharap agar kemeriahan inagurasi tidak putus di sini. Tetapi akan tetap berlanjut dan harus lebih baik ke depannya.(M06)

M2F Gelar Semusim

identitas/Esa Ramadana

Teater Kampus : Mahasiswa Unhas yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Kampus Unhas menggelar produksi karya Apresiasi Teater lewat Seni dan Kreasi (Artistik) di Baruga AP Pettarani Unhas,Rabu (15/05). Produksi karya ini diisi dengan beragam rangkaian acara termasuk Tari Paduppa, Tari Pattenung, Monolog Merdeka dan Teater Kapai-Kapai.

Festival Jurnalis Warga 2013

Kinerja USAID bersama JURnal Ce­ lebes, sekaligus menggandeng PK identitas Unhas melangsungkan Festival Jurnalis Warga 2013 di Gedung Ipteks, Kamis-Ju­ mat (24-25/5). Mengangkat tema “Gaung­ kan Suara Kita”, kegiatan menghadirkan para jurnalis warga dari beberapa propinsi di Indonesia. Pemateri festival antara lain Pepih Nugraha dari Kompasiana dan Budi Putra dari The Jakarta Post Digital. Wakil Rektor IV Unhas, Prof Dr Dwi Aries Tina NK MA hadir membuka acara yang diikuti sekira 250 peserta. Festival ini merupakan kegiatan pertama yang diada­ kan di wilayah Indonesia Timur. Festival bertujuan menumbuhkan minat menulis. Juga melatih peserta yang sudah sering menulis menyebarkan karyanya dalam bentuk tulisan, dengan aktif menjadi jur­ nalis warga. Kegiatan yang dilaksanakan domi­ nan dengan workshop jurnalisme warga dan pelayanan publik, teknik fotografi, pengambilan video bercerita, dan work­ shop membuat karikatur. Dirangkaikan pula dengan jumpa komunitas dan blogger. “Semoga kegiatan ini bisa bermanfaat dan memotivasi peserta untuk lebih se­ ring menulis dan menyebarkan tulisan yang bermanfaat,” harap Aniswati Syahrir selaku ketua panitia pelaksana. (Ain)

Seminar Nasional Kelautan Fakultas Hukum

Fakultas Hukum (FH) Unhas beker­ jasama dengan Direktorat Jendral Hukum dan Perjanjian Internasional, serta Kemen­ trian Luar Negeri mengadakan seminar nasional, Sabtu (18/5). Mengangkat tema “Rezim Pengelolahan Sumber Daya Ke­ lautan dan Tantangan Diplomasi Kelau­ tan Indonesia,” kegiatan ini berlangsung

di ruang senat lantai dua rektorat Unhas. Acara dimulai pada pukul 8.00 wita dan dihadiri oleh 300 peserta. Seminar ini disambut oleh Prof Dr Eng Dadang Ahmad Suriamiharja MEng, Wa­ kil Rektor I Unhas. Lalu Prof Dr Aswanto SH Msi DFM, Dekan FH. Tidak ketingga­ lan pembicara utama Linggawaty Hakim, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia (RI). Lalu dilanjutkan oleh pemateri lainnya. Prof Dr Hasjim Djalal, Penasehat Senior Menteri Kelautan dan Perikanan RI mem­ bahas The Future Of Marine Mineral Re­ sources. Prof Dr Alma Manuputty SH MH, Guru Besar Hukum Laut Internasional FH mempresentasikan Harmonisasi Hukum Kewenangan Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan. Gellwyn Jusuf, Dirjen Perikanan Tangkap Kementrian Ke­ lautan dan Perikanan membahas Pengelo­ laan Sumber Daya Perikanan Internasio­ nal. Prof Dr SM Noor SH MH, Guru Besar Bidang Hukum Perjanjian Internasional FH menjelaskan Sengketa Perikanan In­ ternasional dan Nasional. ”Sesungguhnya sengketa tertua di dunia adalah sengketa di bidang perikanan. Hal tersebut ter­ cermin pada berbagai studi kasus yang dicatat oleh sejarah serta adanya usaha perluasan wilayah kedaulatan negara di lautan,” tutur Noor dalam kesimpulan pembahasanya. (M07)

Anniversary Kemasos

Keluarga Mahasiswa Sosiologi Fakul­ tas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Kemasos FISIP) mengadakan inaugurasi. Pesta ini merupakan puncak dari berbagai rangka­ ian acara hari ulang tahun Kemasos XXX­ III. Bertempat di gedung AP Pettarani Un­ has, kegiatan ini dimulai pukul 13.00 wita,

Tahun ini kembali diadakan, Seminar Kemuslimahan (Semusim) oleh Mediacal Muslim Family Fakultas Kedokteran (M2F FK), Minggu (26/5). Bertempat di Audi­ torium Prof Amiruddin FK Unhas, Se­ musim kali ini berhasil menghadirkan 220 peserta. Bertemakan “The True Beauty of Aisyah RA”, seminar membahas menge­ nai sosok Aisyah RA yang patut dijadikan teladan bagi wanita muslim. Kegiatan ini diadakan demi menjadi­ kan para peserta pandai dalam membagi waktu. Baik itu untuk menuntut ilmu du­ nia, maupun akhirat. Agar tujuan tercapai, dihadirkan pula Asma Nadia, penulis best seller sebagai pemateri pada seminar yang berlangsung dari 8.00 hingga 15.00 wita ini “Semoga peserta nanti bisa menelada­ ni sifat-sifat Aisyah,” ujar Mutiah Muf­ tihaturrahman selaku ketua panitia Se­ musim 2013, anggota M2F. (M03)

Festival Printemps Français

Institut Français Indonesia (IFI) beker­ jasama dengan Jurusan Sastra Prancis Unhas menggelar Printemps Français 2013, Rabu (22/5). Bertempat di Baruga AP Pettarani Unhas, festival berlangsung pada 19.30-21.00 wita. Mampu menghadirkan musisi jazz asal Prancis, Limousine, sekitar 3000 penonton akhirnya memadati festival ini. Kegiatan ini merupakan program kerja dari IFI. Tahun pertama penyelenggaraan Printemps Français. Ini bertujuan mem­ pererat kerjasama antara IFI dan Unhas. Band Limousine sendiri merasa puas dengan antusias penonton yang sangat banyak. Sehingga berencana menggelar kembali kegiatan seperti ini. “Semoga tiap tahun IFI kembali menggelar kegiatan seperti ini. Ini pertama kalinya dilakukan di Makassar dan semoga tidak menjadi yang terakhir,” tutur Yayuk Larasari, ma­ hasiswa Jurusan Sastra Prancis angkatan 2011. (M13)

English Fun Day AMSA Unhas

Demi meningkatkan minat anggotanya dalam berbahasa Inggris, Asian Medi­ cal Student Association (AMSA) Unhas meng­ adakan English Fun Day, Minggu (26/5). Kegiatan yang berlangsung dari 8.00 hingga 17.00 wita ini berlangsung di Tanjung Bayang Makassar. Mengusung tema “Gain Knowledge Through Togetherness”, kegiatan ini di­ awali dengan senam, lalu diakhiri de­ngan berbagai permainan. Hadir 36 peserta yang juga mengikuti rangkaikan pengu­ langan materi-materi yang telah dipela­ jari di AMSA, tentunya dengan berbahasa Inggris. Materi yang diberikan berupa Paper and Poster Training dan Basic Life Support, dengan pemateri Raissa Alfaathir dan Yohannes Toban, senior AMSA Unhas “Semoga kegiatan ini memberikan dampak positif bagi seluruh anggota, terutama dalam penguasaan materi yang diberikan dan mengenai minat anggota dalam bahasa Inggris,” ujar Tri Kurni­ awan, ketua panitia kegiatan. (M03)

akademika

Bapak Internet, Pahlawan Dunia Modern

Di era yang serba digital tentunya teknologi yang serba canggih menjadi ‘teman’ di setiap aktivitas. Teknologi canggih bukan lagi hal yang tabu. Tak jarang teknologi dianggap hal biasa bagi sebagian besar bangsa di dunia. Setiap masa selalu saja ada temuan baru yang mengejutkan. Temuan yang tadinya dianggap canggih kini sudah menjadi hal biasa. Tak ayal temuan-temuan tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satunya internet. Saat ini internet telah menjadi salah satu fitur yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia urban. Dengan adanya internet, akses informasi menjadi begitu cepat, seolah tak berbatas dan berjarak. Keberadaan internet membawa banyak dampak positif. Meskipun ada pula segelintir dampak negatifnya. Internet ini pun ikut merubah pola interaksi dalam masyarakat. Apapun itu, internet telah melebur dalam kehidupan masyarakat dan menambah kualitas yang tak ternilai. Kini internet telah menjadi fenomena yang memengaruhi dunia. Dimana-mana ada saja orang yang menggunakan internet. Saat ini internet menjadi kebutuhan mutlak. Internet tidaklah langsung ada begitu saja. Dalam proses penemuannya internet membutuhkan waktu yang panjang. Percobaan demi percobaan terus menerus dilakukan hingga ditemukannya internet. Internet hadir dari ide seorang yang gemar membaca komik. Beberapa penemuan dilahirkannya hingga muncullah konsep yang mengarah pada internet. Leonard Kleinrock. Pria yang dijuluki bapak internet ini ialah pencetusnya. Seorang ilmuan yang sangat berjasa dalam dunia teknologi. Menjelang abad modern, pelopor jaringan komunikasi digital ini tidak sengaja berhasil menciptakan internet. Penemuannya ini mengejutkan seantero jagat raya. Ia berhasil memecahkan kode digital dan menjadikannya paket-paket terpisah. Paket-paket inilah yang menjadi kunci dalam pertukaran data antar Komputer. membantu membangun ARPANET, nama awal sebelum berubah menjadi internet. Ketekunannya menggeluti dunia sains dan teknologi berbuah manis. Kleinrock melanjutkan studinya di Institute Teknologi Massachusetts dan meraih gelar (Ph.D) tahun 1963 bidang teknik elek­tro dan ilmu computer. Setelah itu ia bergabung di Universitas California di Los Angeles (UCLA). Di sekolah ini ia bekerja sebagai profesor dalam bidang teknik dan sains terapan. Insiyur ini dikenal juga berkat kontribusinya dalam dunia jaringan. Karyanya yang paling terkenal dan signifikan ialah teori pertukaran paket pada tahun 1959. Keinrock telah menerima banyak penghargaan. Di antaranya, penghargaan bergensi Nasional Of Science. Sebuah penghargaan ilmiah dari Presiden George W Bush, 29 september 2008. Ia pun mendapatkan penghargaan The 2007 National Medal Of Science. Penghargaan ini didapatkan karena telah memberikan kontribusi fundamental kepada teori matematika jaringan data modern. Di tahun 1988, Leonard Kleinrock ditunjuk sebagai ketua dari Kelompok Jaringan Nasional yang ditujukan untuk Kongres Amerika Serikat. Saat menjalankan tugasnya, ia menyusun laporan penelitian yang diaplikasikan dalam pengembangan Computing High Performance. Laporan ini memiliki implikasi pada perkembangan dunia internet. Leonard Kleinrock merintis internet dari hal yang sederhana. Saat sedang mengecap pendidikan di Massachusetts Institute of Technology Kleinrock melakukan penelitian. Penelitiannya diberi judul ‘Arus Informasi Nets Komunikasi Besar’. Ia lakukan di desa terpencil. Melalui penelitian inilah ia menemukan teknologi terbaru yang mengarah pada internet. Penemuannya tersebut ia namai Paket. Paket inilah yang dikembangkan kembali menjadi APARNET lalu dikembangkan lagi menjadi internet.n

iptek

identitas

NO. 794 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL JUNI 2013

15

Nikmatnya Jagung Berjamur Dulunya cendawan atau jamur dianggap tanaman yang berbahaya. Siapa sangka, dengan cendawan dapat mengusir hama dan jagung yang dihasilkan terasa lebih enak.

Ilustrasi/Novianto dwiputra addi

C

endawan yang selama ini menjadi momok menakutkan pada bidang peternakan, karena memproduksi toxin dalam jumlah yang besar hingga dapat menjadi sebuah penyakit kini, justru menjadi angin segar dalam bi­ dang pertanian. Dengan cendawan, hama tanaman menjadi berkurang tanpa merusak kondisi lingkungan bahkan mampu meng­ hasilkan varietas tanaman yang unggul. Kisah manis cendawan dan tanaman ada­ lah hasil penelitian Nur Amin dan beberapa kawan. Berawal dari penelitian yang diper­ oleh dari Hibah Kompetensi Direktorat Jen­ deral Pendidikan Tinggi (Dikti), Dosen Ju­ rusan Ilmu Hama dan Tanaman ini meneliti manfaat cendawan endogen bagi tanaman jagung pada 2010-2012. “Sebelumnya saya sudah melakukan penelitian ini di Jerman pada tanaman cokelat untuk kepentingan pendidikan beasiswa, namun rugi rasanya jika penemuan ini tidak kita manfaatkan di negeri kita,” tutur Amin. Cendawan dengan nama latin Fungalendophytes adalah senyawa pada tanaman yang dibuang. Senyawa ini kerap dikenal dengan istilah jamur. Beda dari jamur yang biasa kita lihat dan dengar. Cendawan mampu memberikan antibiotik atau daya tahan terhadap penyakit pada tanaman lain. Salah satunya adalah jagung sebagai komoditas pangan utama kedua di Indonesia. Juga untuk beberapa tanaman pangan lain­

resensi

Memahami Jurnalisme Televisi Indonesia Dewasa ini pertevelevisian Indonesia makin marak. Ditandai dengan tayangan berita. Seluruh stasiun baik nasional mau­ pun swasta berlomba menayangkan berita dalam berbagai bentuk. Tak jarang, ada fenomena berita yang dikemas ringan. Menanggapi fenomena tersebut, Andi A Mallarangen, Refly Harun beserta kawankawannya menulis buku yang berjudul “Jurnalisme Televisi Indonesia Tinjauan Dari Dalam”. Para penulis tersebut meru­ pakan orang-orang yang ahli dibidangnya. Para pelaku jurnalis dan orang-orang yang mengerti hukum. Buku ini berisi tentang tinjauan jurnal­ isme televisi dan prakteknya di Indone­ sia. Dimana pada masa reformasi, semua organisasi jurnalisme televisi berpeluang menjadi anggota MPR. Ada 32 organisasi yang hadir pada masa itu, diantaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Pada bagian pertama, Pencerah Pers In­ donesia, buku ini membahas sejarah kela­ hiran Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). Bagian ini menjelaskan bagaimana IJTI menolak menjadi calon anggota MPR. Penolakan ini dilakukan karena berten­ tangan dengan prinsip juranlistik yang di­ anut IJTI. IJTI menempatkan pers sebagai lembaga control terhadap kekuasaan ne­ gara yang direpresentasikan oleh pemerin­ tah, legislatif dan yudikatif. Pada bagian ke dua, Tinjauan Jurnal­ isme, menggambarkan tugas mulia jurna­ lis Televsi. Bagaimana para jurnalis televisi tidak melakukan eksploitasi penderitaan orang lain, seperti penilaian beberapa

masyarakat. Bukan hanya itu, bagian ini juga menjelaskan tentang jurnalistik so­ lutif. Jurnalistik yang berarti kekuatan politik. Pers terkadang menempatkan diri sebagai kekuatan politik ke empat, yang berfungsi mengontrol kekuatan politik lainnya. Bagian ke tiga, Tinjauan Profesional, membahas jurnalis televisi menyeimbang­ kan antara fungsi sosial dengan kebijakan manajemen. Bahwa setiap jurnalis televisi harus memiliki idealisme. Tidak peduli di media apapun jurnalis itu bekerja. Buku ini digagas khusus oleh Nugroho F Yudho. Penulis berharap, dengan adanya buku ini masyarakat bisa tahu sepak ter­ jang jurnalis televisi Indonesia. Penulis juga mengupas bagaimana sesungguhnya profesionalisme jurnalistik televisi. Buku ini menjadi bacaan wajib bagi jur­ nalis. Tak hanya jurnalis, buku ini juga co­ cok bagi pembaca dari berbagai kalangan lainnya. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai contoh. Sehingga memudahkan pembaca memahami kejadian sesung­ guhnya meskipun tidak berada di zaman­ nya. Gaya penulisan yang khas, santai dan sedikit pop membuat buku ini semakin menarik.n Hartina

Judul: JURNALISME TELEVISI INDONESIA Tinjauan Luar Dalam No ISBN : 978-979-91-0519-6 Penerbit: KPG Jumlah halaman: 213

nya, contohnya kacang hijau, kelapa sawit, cokelat, beras dan sebagainya. Sangat ber­ manfaat untuk tanaman khususnya yang tumbuh daerah tropis. Untuk memperoleh manfaat tersebut, awalnya cendawan diambil dari akar jagung dari varietas yang pulut. Lalu, dicuci dari akarnya kemudian dipotong-potong dengan ukuran 0,5 centimeter. Sterilisasi pun dilaku­ kan selama lima menit, lalu dibiakkan dalam media kentang pada cawan petri. Proses inilah yang awal mulanya diuji coba pada jagung yang terinfeksi penyakit daun hawar yang dikumpulkan dari kawasan Antang, Makassar. Hasil penelitian tersebut menun­ jukkan bahwa cendawan bisa mencegah pe­ nyebaran penyakit daun hawar. Cendawan yang dimasukkan ke dalam tanaman jagung akan menghasilkan vari­ etas tanaman yang pulut, sehingga rasanya lebih enak. Selain pada jagung, cendawan juga mampu menjadi pemicu pertumbuhan dan melindungi tanaman dari organisme perusak. Sehingga ini dapat berdampak baik bagi tanaman. Hingga kini belum dite­ mukan dampak negatif dari penggunaan cendawan endogen pada tanaman. Namun, hal ini masih perlu diperhatikan. Sebab, ke depannya harus lebih berhatihati akan perubahan alam yang biasa saja muncul. Maka, selang waktu empat bulan dilakukan pengamatan kembali terhadap tanaman. Tak hanya itu, penggunaan cendawan

pada tanaman jagung menemui beberapa hambatan. Konsistensi konsentrat cen­ dawan pada tanaman jagung sewaktu-wak­ tu akan berubah. Hal ini tidak diketahui masa waktunya. Dalam tanaman organik, dibutuhkan cendawan dengan konsentrat hingga sepuluh koridia. Hal ini cukup me­ nyulitkan sebab penanaman cendawan en­ dogen bermula dari akar tanaman jagung. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kedepannya pemanfaatan cendawan jagung akan sejalan dengan penggunaan Teknologi dari Amerika. Alat itu bekerja dengan cara membuka stomata pada tanaman. Sehing­ ga, cendawan tidak perlu lagi ditanamkan pada akar tanaman, melainkan langsung melalui stomata yang terbuka. Hal ini yang akan diterapkan dalam waktu dekat di tiga Kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni Ka­ bupaten Bone, Luwu dan Soppeng. Penemuan baru cendawan jagung ini se­ mentara dipublikasikan melalui jurnal in­ ternasional. Tujuan utamanya, tak lain agar temuan ini tidak sert amerta dijiplak oleh pihak lain. Kedepannya, Amin berharap agar ada mitra, baik dalam ruang lingkup nasional terlebih di Universitas Hasanud­ din untuk memantenkan. “Mungkin ada baiknya bila sistem reward dan punishment dapat diberlakukan di Unhas dalam menjalankan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi, agar betul-betul menjadi universitas modern,” harapnya. n Risky Wulandari


16

identitas NO. 794 |TAHUN TAHUNXXXIX XXXIX||EDISI EDISIAWAL AWALJUNI JUNI2013 2013 NO 794|

jeklang

dr Andi Jayalangkara SpKJ PhD

Suasana ruang tunggu dokter praktik itu cukup tenang malam itu, dengan beberapa pasien tampak mengantri menunggu giliran. Berbalut kemeja biru tanpa jas putih seperti dokter pada umumnya, ia melayani pasien walau jam telah menunjukkan pukul 22.00 wita, yang berarti jam prakteknya telah usai sejam lalu. Di depan mejanya terdapat tumpukan kertas berwarna merah muda dan buku-buku Jepang. Kecuali antrian pasien, tak tampak sosok jeklang yang kali ini adalah dokter. Tepatnya dokter ahli ke­ sehatan jiwa, dr Andi Jayalangkara SpKJ PhD. Kesehariannya sebagai dokter ahli jiwa di beberapa rumah sakit, berlangsung selama 20 tahun lebih tak membuatnya jenuh. sebab memilih profesi yang juga biasa juga disebut psikiatri ini, merupakan cita-citanya sejak dulu. Sejak kecil pria kelahiran 21 Februari 1955 ini senang mendengar curahan serta cerita-cerita orang lain. Dari situ muncul ketertarikannya untuk mempelajari dunia psikologi. Namun akhirnya dia memilih masuk ke Fakutas Kedokteran menjadi psikiater daripada psikolog karena cakupan ilmunya lebih luas. “Dari dulu senang ngobrol, senang cerita dan mendengar masalah kehidupan sehari-hari dan senang mencoba memberikan solusi,” ungkap Ketua Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unhas, Rabu (11/6). Dalam dunia kejiwaan anak bungsu dari tujuh bersaudara ini, menemukan hal menarik sekaligus kompleks. Jika kasus kejiwaan ringan, ia biasanya masih menggunakan praktek konseling atau pendekatan psikolog. Sedangkan untuk psikotik atau kasus berat, terapinya harus menggunakan obat-obatan. Kasus atau pasien yang ditangani tidaklah seperti dokter lainnya. Menangangi penderita pe­ nyakit jiwa membutuhkan waktu dan kesabaran tinggi. “Jika sakit fisik seperti sakit kepala orang bisa segera menyadari bahwa dirinya sakit. Tapi gangguan kejiwaan lain, orang tidak sadar dirinya sedang sakit,” tambah dokter yang melulusi doctoralnya di bidang Biology Causacatry di Jepang ini. Seperti saat ini di musim pemilihan kepala daerah, legislatif dan sebagainya akan muncul banyak pasien baru. Pasiennya tak lain dari calon-calon yang gagal dalam pemilihan. Kasus kejiwaan semakin berkembang dan variatif seiring munculnya penyebab baru. Hal ini meningkatnya jumlah penderita depresi hingga gangguan kejiwaan.

Di Sulawesi Selatan sendiri, dokter yang menggemari teater ini menemukan tantangan tersendiri. Orang-orang Bugis ketat menyimpan rahasia atau malu mengungkap aibnya dan sete­ ngah-setengah dalam meceritakan masalahnya. Sementara di sisi lain, solusi yang bisa diberikan tergantung pada kejujuran pasien itu sendiri. Seorang dokter ahli jiwa tidak diperkenankan pula membuat sang pasien tergantung dengan dirinya, menjadi semakin sulit namun tetap dipertahankannya. Bagaimana memandirikan kehidupan pasien, terutama kehidupan sosial juga menjadi tugasnya. Pria berhobi joging ini pun terkadang membebaskan pembayaran pasien di tempat praktiknya. Kalau betul-betul si pasien tidak punya dana atau semampu mereka bisa membayarnya. “Dokter kan juga manusia, tapi kalau di rumah sakit kan kita dibayar pemerintah,” tuturnya. Di usianya yang kini 58 tahun, wajahnya masih terlihat segar. Bagaimana tidak menjadi psikiater tidak harus berkutat dengan segala macam obat. Dia bercerita, terkadang ia layaknya detektif, kadang seperti pencinta yang menggeluti segala bidang kehidupan. Masalah manusia tidak terbatas, sehingga menuntut peran yang tak terbatas pula. Di tengah kesibukannya, suami dari dokter kandungan Dr dr Andi Mardiah Tahir SpOK kadang menyempatkan menonton teater bersama. Di bangku kuliah saat Jaya masih berstatus mahasiswa sempat dia pula kepincut mengambil peran di beberapa pementasan. Namun apa mau dikata, dunia akting jauh bersebarangan dengan yang ditekuninya. Jadi memutuskan untuk lebih fokus di dunia kesehatan jiwa. Pengalaman yang tidak bisa dilupakannya adalah ketika berkuliah di Hiroshima, Jepang. Jaya mendapat kesempatan emas mendampingi pemain teater kawakan, WS Rendra saat manggung di Jepang. Walau tak ikut tampil, tapi dokter dari tiga anak ini telah merasa puas. n Nur Alfianita

identitas/esa ramadana

Dokter Juga Manusia

Surachman B

Aktivis Jadi Solusi

Menjadi mahasiswa dengan tekad dan idealisme yang kuat, baik dalam pemikiran maupun perbuatan bukanlah hal mudah. Terlebih untuk menggeluti sebuah organisasi pergerakan yang penuh dengan implementasi di lapangan. Dibutuhkan ekstra pertimbangan dengan memikul beban harus tetap menyelesaikan studi. Kewajiban pokok di universitas. Terlebih dewasa ini, di benak mahasiswa umumnya selesai kuliah dengan cepat merupakan kebanggaan. Inilah kisah yang disampaikan oleh Surachman B, salah satu aktivis mahasiswa Unhas saat ditemui oleh kru identitas Muammar Qhadafi. Minggu (9/6). Tidak berlarut-larut dengan anggapan itu, mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini, justru menjadikannya sebagai motivasi tersendiri. Pasalnya ia pun awal dinyatakan lulus di Unhas memiliki fikiran yang sama. Sebelumnya ia memahami bahwa ke kampus itu hanya untuk belajar. Karena orang tua telah mengeluarkan biaya. Sehingga ia membayangkan dapat fasilitas belajar mengajar yang baik. Jadi tak heran jika ia bangga menjadi mahasiswa Unhas. Namun setelah betul-betul masuk merasakan dunia belantara kampus Unhas, kebanggaan yang besar itu berubah warna menjadi kekecewaan. “Kenya­ taannya saya datang ke kampus, tidak mendapatkan suasana belajar yang nyaman. Misalkan persoalan kelas yang tidak memadai dan laboratorium yang tidak bagus alatnya,” tutur mahasiswa angkatan 2008 ini. “Kalau ada yang layak itu dipakai S2,” lanjutnya. Ketidaksesuaian dengan harapannya inilah awal dari keinginannya harus memperjuangkan sebagai aktivis. Lelaki kelahiran 12 Maret 1991 Dili, Timor-timor ini pun makin semangat menggeluti dunia aktivis tatkala menemukan organisasi pergerakan Front Mahasiswa Nasional (FMN) dan kini ia menjadi Koordinator Badan Persiapan Cabang. Organisasi pun menjadi wadahnya bersama mahasiswa lain yang sependapat untuk memperjuangkan haknya sebagai penuntut ilmu di universitas.

Selain memperjuangkan haknya sendiri, ia pun memerjuangkan hak masyarakat kecil. Sehingga kepeduliannya ini membuatnya menginjakkan kaki di berbagai penjuru daerah. Ini dilakukannya demi memenuhi prespektifnya, bahwa mahasiswa harus mengabdi pada masyarakat. Mahasiswa yang akrab disapa Maman ini, semakin menikmati aktivitasnya tersebut, tatkala seluruh perkataan yang ada di materi-materi pendidikan langsung dipraktekkan. Seperti dikatakan untuk membantu para petani yang ada di pelosok, ia dan kawan-kawannya berangkat ke lokasi tersebut. Walaupun di lokasi tak dapat membantu banyak, ia tetap berusaha membantu sebisanya. Meski harus tidur bersama dengan petani di ladang. Ia mengaku belum sanggup menjadi “agent of change,” seperti slogan mahasiswa umumnya. Namun hanya tetap berusaha menjadi bermanfaat di masyarakat. Ter­ utama membela kebenaran memperjuangkan hakhak orang yang tak berdaya. Perjuangan anak dari pasangan Bolong BSc dan Intang Ka BSc ini, berlanjut meski harus menghadapi daerah yang sedang berkonflik. Berjuang dengan menangani berbagai permasalahan pendidikan anakanak di sana menjadi kesenangan tersendiri. Hidup bersama masyarakat di sana dengan keadaan yang terbatas menjadi pelajaran yang sangat berharga, Tak mampu ia dapatkan di dalam kampus. Ia pun berharap kepada mahasiswa terkhusus mahasiswa Unhas, agar lebih jeli dan tanggap melihat berbagai permasalahan riil saat ini. Baginya saat ini kampus sangat represif, sehing berorganisasilah solusi yang paling tepat. Berorganisasi pun harus melihat bahwa lembaga kemahasiswaan itu bukan tempat ngumpul-ngumpul, maupun hura-hura. Melainkan wadah untuk belajar, berpraktek bagaimana mem­ bangun organisasi, kemudian menjadikan organisasi itu sebagai tameng untuk berjuang membela hak-hak orang lain. “Belajar dan berpraktek,” slogan Maman.n Muamar Qhadafi identitas/Esa Ramadana Dok. Pribadi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.